Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 1 PENGARUH RASIO FUNDAMENTAL DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES Reza Icha Mayangsari [email protected] Hening Widi Oetomo Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia ABSTRACT There are some factors which influence stock price e.g.: micro fundamental factors, and macro fundamental factors. Micro fundamental factors are factors which are related to the company fundamental condition. Macro fundamental factors are factors which are related to the macro economics fundamental factor.The purpose of this research is to find out the influence of current ratio, return on assets, earnings per share, debt to total assets, total assets turn over and the inflation either partially to the stock price. The population is 5 food and beverages companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). Multiple regressions analysis is used as the analysis technique.The result of simultaneous test shows that current ratio, return on assets, earnings per share, debt to total assets, total assets turn over and the inflation have significant influence to the stock price. The strength of model influence which in this research is 95.1%. It shows the relation among these independent variables to the stock price simultaneously have strong relationship.The result of partial test current ratio and earnings per share variable which have significant influence to the stock price. It is indicated by significant value which is generated by this variable is less than α = 5%. Keywords: fundamental ratio, inflation, stock price ABSTRAK Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu faktor-faktor fundamental mikro, dan faktor fundamental makro. Faktor-faktor fundamental mikro adalah faktor–faktor yang berkaitan dengan kondisi fundamental perusahaan. Faktor-faktor fundamental makro adalah faktor–faktor yang berkaitan dengan faktor fundamental makro ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh current ratio, return on assets, earning per share, debt to total assets, total assets turn over dan inflasi secara parsial terhadap harga saham. Populasi yang digunakan adalah perusahaan food and beverage di BEI sebanyak 5 perusahaan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian simultan menunjukkan current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi terhadap harga saham adalah signifikan. Besarnya pengaruh model yang digunakan penelitian sebesar 95,1 % yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat.Hasil uji secara partial variabel current ratio, dan earning per share yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Kata kunci: rasio fundamental, inflasi, harga saham. PENDAHULUAN Di dalam era perdagangan bebas ini, dimana persaingan produk dan jasa akan semakin terbuka, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dan tingkat persaingan tidak hanya terbatas pada tingkat lokal di suatu negara namun telah mengarah pada persaingan tingkat internasional. Maka kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing akan semakin dituntut sebagai tanggung jawab kepada pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Keadaan ini semakin mendorong perusahaan untuk terus berupaya meningkatkan kinerjanya dan selalu waspada terhadap perkembangan kondisi internnya. Terlebih bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah menjadi milik publik melalui proses go public di pasar modal. Seperti halnya perusahaan-perusahaan Food and Beverages yang sudah melaksanakan proses go public dan telah mencatatkan kapitalisasi yang besar di pasar modal. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 2 Pasar modal adalah dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities (pihak berwenang), maupun pihak perusahaan swasta Husnan ( 2007:3). Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal memberikan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang meminjamkan) dalam hal ini investor, kepada pihak borrower (peminjam) dalam hal ini perusahaan yang membutuhkan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders (investor) mengharapkan akan memperoleh imbalan dari peyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers (perusahaan), tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasional perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan diharapkan akan terjadi penigkatan kemakmuran. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan para lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Oleh sebab itu, berkembangkannya pasar modal akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu negara. Pasar modal sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya menjadi sangat penting, selain itu sebagai sarana investasi masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan keuntungan. Dalam usaha go public terdapat perkembangan harga saham dari perusahaan yang tercatat di pasar modal, khususmya di PT BEI. Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek ditunjukkan oleh semaraknya perubahan harga saham. Bursa saham merupakan salah satu bentuk metode pemasaran dari pasar modal uang dan modal yang merupakan tipe struktur pasar persaingan sempurna dengan ciri banyak produk dan produk identik. Perkembangan harga saham pada perusahaan food and beverages selama tahun 2005-2010 sebagai berikut: Tabel 1 Harga Saham Perusahaan Food and Beverage Tahun 2005-2010 Perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. PT Aqua Golden Mississippi Tbk. PT Cahaya Kalbar Tbk. PT Sierad Produce Tbk. PT Fast Food Indonesia Tbk. PT Multi Bintang Indonesia Tbk. PT Mayora Indah Tbk. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk. PT Sinar Mas Argo Resources and Technology Tbk. PT Siantar Top Tbk. PT Tunas Baru Lampung Tbk. PT Ultra Jaya Milk Tbk. PT Delta Djakarta Tbk. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. PT Sekar Laut Tbk. Closing Price 2005 215 63.000 600 50 1.200 50.000 820 80 400 950 150 200 310 36.000 910 - 2006 175 110.000 590 50 1.820 55.000 1.620 100 400 3.650 210 240 435 22.800 1.350 - 2007 750 129.000 800 67 2.450 55.000 1.750 51 400 6.000 370 630 650 16.000 2.575 450 2008 425 127.000 700 50 3.100 49.500 1.140 400 1.700 150 190 800 20.000 930 450 2009 360 244.800 1.490 50 5.200 177.000 4.500 110 280 2.550 250 340 580 62.500 3.550 150 2010 780 244.800 1.100 71 9.200 274.950 10.750 80 310 5.000 385 410 1.210 120.000 4.875 140 Rata-Rata 451 153.100 880 56 3.828 110.242 3.430 70 365 3.308 253 335 664 46.217 2.365 198 Sumber : BEI Diolah Harga saham pada perusahaan food and beverage terlihat selalu menunjukkan fluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan pasar berubah untuk menyesuaikan diri terhadap informasi baru yang dapat mempengaruhi situasi pasar. Semakin meningkatnya harga saham mengindikasikan kondisi ekonomi baik sehingga para pemodal menilai investasi dalam bentuk saham akan sangat menguntungkan, karena tidak menghadapi risiko. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi buruk, harga saham akan merosot jatuh dan keadaan demikian tidak akan menguntungkan, dan para pemodal akan berhadapan dengan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 3 resiko yang lebih besar. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu faktorfaktor fundamental mikro (faktor-faktor internal), dan faktor fundamental makro (faktorfaktor eksternal).Faktor-faktor fundamental mikro adalah faktor–faktor yang berkaitan denagn kondisi fundamental perusahaan, seperti misalnya rasio lancar (Current Ratio), rasio utang (Debt equity Ratio), laba bersih per saham (Earning per share), rasio harga laba bersih (Price Earning Ratio), hasil deviden (Deviden yield) dan sebagainya. Factor-faktor fundamental makro adalah factor –faktor yang berkaitan dengan factor fundamental makro ekonomi, seperti misalnya tingkat Inflasi (inflation Rate). Factor lain yang mempengaruhi harga saham adalah tingkat inflasi. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Inflasi juga merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Meningkatnya inflasi adalah signal negatif bagi para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan sehingga akan menurunkan pembagian deviden sehingga harga saham akan menurun. Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa Efek Indonesia?; 2) Apakah Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Harga Saham pada perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia; 2) Untuk mengetahuiCurrent Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan Sawir (2009:2), media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Munawir (2007:2), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 4 Rudianto (2009:98), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu: 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan; 2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomidan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi; 3) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntasi yang digunakan. Analisi Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:56) Analisi laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan yang hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa datang. Prastowo dan Juliaty (2008:60) Analisis laporan keuangan pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan dasar pertimbangan yang lebih layak dan sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi dimasa datang, mengingat data yang disajikan laporan keuangan menggambarkan apa yang terjadi. Selain itu analisis laporan keuangan juga mampu mengurangi dan mempersempit berbagai ketidakpastian. Dari semua tujuan tersebut, yang paling terpenting dari analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan ituisi mengurangi dan mempersempit lingkup ketidak pastian yang tidak bisa diletakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Teknik-teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:59) secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu: metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisi vertikal (statis). Dari beberapa tenik analis alaporan keuangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik analisa laporan keuangan merupakan teknik yang memberikan indikator dan kondisi mengenai prestasi suatu perusahaan. Current Ratio (CR) Menurut Munawir (2007:72) Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current ratio 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rute of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitiaan atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah dari pada aktiva lancar dan sebaliknya. Return On Assets (ROA) Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur kemanpuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktiva investasi. Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang digunakanuntuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 5 perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila >2%. Earning Per Share (EPS) Earning per share (Laba perlembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut Samsul (2009:145) rumus yang digunakan sebagai berikut: Earning Per Share = x 100 % Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. Debt To Total Assets (DTA) Menurut Syamsuddin (2009:30) Debt to Total Assets Ratio (DTA) digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Debt to Total Assets Ratio (DTA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Total Assets Turn Over (TATO) Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut : penjualan bersih Total Assets Turn Over = Total Aktiva Inflasi Inflasi adalah naiknya harga-harga secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentu harga pencetak uang, dan sebagainya) dengan singkat pendapatnya yang dimiliki oleh masyarakat Putong ( 2007:147). Menurut Samsul (2009:201) tingkat inflasi dapat berpengaruh positiif maupun negatif tergantung pada derajad inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Sukirno (2007:302) inflasi adalah presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukan sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang sangat pesat dan berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap yaitu Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 6 inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakan sering sekali inflasi yang lebiih serius yaitu tingkatnya mencapai 10 persen atau sedikit lebih tinggi. Menurut Boediono (2007:163), berdasarkan sebab inflasi terjadinya, inflasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Demand Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat sehingga meningkatnya tingkat permintaan yang berakibatkan terjadinya kenaikan harga secara umum pada barang dan jasa; 2) Cost Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi atau faktor-faktor produksi. Murni (2008:204-205) inflasi dibedakan berdasarkan pada tingkat laju inflasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) Moderat Inflation ( laju inflasinya antara 7-10%); 2) Galloping Inflation (laju inflasinya antara 20-100%); 3) Hyper Inflation, adalah (di atas 100%). SBI Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak terhadap kesehatan ekonomi. Suku bunga ini mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi atau menaruh dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mpengaruhi keputusan ekonomis bagi perusahaan atau pemimpin perusahaan apakah melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas. Samsul (2009:201), kenaikan tingkat bungan pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan meningkatkan laba per saham juga menurun dan berakibat turunnya harga saham dipasar. Sebaliknya, penurunan tingkat bunga akan menaikan harga saham dipasar dan dilaba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat. Tingkat suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh pemodal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan data dari pemodal. Tingkat bunga selain sebagai ukuran untuk investasi beresiko nol, tingkat suku bunga juga dijadikan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan data investor. Pendapatan yang diharapkan investor pada investasi saham seringkali dipengaruhi oleh pendapatan yang diperoleh investor pada alternatif investasi yang lain. Tingkat bunga SBI (Sertifikasi Bank Indonesia), deposito ataupun obligasi merupakan tingkat bunga yang biasanya digunakan oleh para investor untuk memutuskan apakah ia akan menginvestasikan dananya dalam bentuk saham atau dalam bentuk lain. Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2007:29) “saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi.Saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut Darmadji dan Fakhruddin (2008:5). Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenisjenis saham yaitu: saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 7 Harga Saham Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalamsuatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmojo (2007;46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): 1) Harga nominal; 2) Harga perdana; dan 3) Harga pasar. Faktor YangMempengarahi Harga Saham Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Brigham, et al. (2009:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternai seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerapakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi performance dari perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (2007:81) faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat. Penelitian Terdahulu Adhita (2013), yang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Current Rasio, Return On Assete, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga, Dan Perubahan Earning After Tax Terhadap Harga SahamPada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ 45 Bursa Efek Indonesia“. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga yang diporeleh sebanyak 5 perusahaan mulai dari tahun 2009-2011. Adapun teknik analisa yang digunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian secara simultan yang telah dilakukan menunjukkan current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio, inflasi, dan Δ EAT secara bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan. Hasil parsial uji secara partial menunjukkan variabel return on asset dan inflasimempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sitio et al., (2012) yang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham”. Pada penelitian populasi yang digunakan adalah Perusahaan Hotel Dan Pariwisata Pada Bursa Efek Indonesia didapat 14 perusahaan sampel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Metode analisa dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan dan parsial variabel Debt Ratio, Debt Equity Ratio, Earning Per Share, Return On Investment dan Price to Book Value berpengaruh terhadap Harga Saham. Kelima varibel tersebut mempengaruhi harga saham sebesar 74,6% dan sisanya sebesar 25,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini. Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham adalah Return On Investment. Syafi,i (2011) yang melakukan penelitian berkaitan dengan Analisis Pengaruh FaktorFaktor Fundamental Mikro Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif Dan Komponenya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisa yang digunakan adalah regrsi linier berganda dengan sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 12 perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh current ratio,return on equity, price earning ratio, debt to equity ratio, earning per share, dan dividen payout ratio secara bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan, Hasil parsial uji secara partial menunjukkan dari 6 variabel yang digunakan model penelitian yaitu current ratio, return on equity, price earning ratio, debt to Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 8 equity ratio, earning per share, dan dividen payout ratio yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel return on equity, earning per share dan dividen payout ratio. Natarsyah (2000), dalam penelitiannya berjudul “ Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham”, pada tahun 2006-2009 dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti return on asset, return on equity, dividend payout ratio, debt to equoty ratio, book value equity per share, dan risiko sistematik secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan kelompok industry barang konsumsi yang go public di pasar modal. Sedangkan melalui uji t menunjukkan bahwa faktor-faktor return on asset dan debt to equity ratio secara individu berpengaruh terhadap harga saham. Harisma (2003), dalam penelitiannya berjudul “Analisi Pengaruh Variabel Fundamental dan Tehnikal Terhadap Harga saham”, studi di Bursa Efek Surabaya terhadap perusahaan Food and Beverages pada tahun 2007-2011. Dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada earning per share, return on equity, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu terhadap harga saham perusahaan consumer goods yang go public di BEJ. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel earning per share, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu, sedangkan variable return on equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Model Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka rangka pemikiran yang diajukan penulis pada penelitian ini yaitu meliputi faktor internal yang mempengaruhi harga saham dengan menggunakan laporan keuangan (financial statement) untuk mengukur kinerja perusahaan yang tercermin pada rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan sebagai varabel independen dalam penelitan ini yaitu :current ratio(CR), return on asset(ROA), equity per share(EPS), debt to total asset(DTA), total asset turn over(TATO) dan inflasi dan sebagai variabel dependennya adalah harga saham sebagaimana terlihat pada kerangka pemikiran sebagai berikut : CR ROA EPS DTA Harga Saham TATO Inflasi Gambar 1 Model Penelitian Hipotesis Dari perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu sebagai berikut: 1) Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia; 2) Earning Per Share berpengaruh dominan terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 9 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini adalah penelitian kausal / korelasional. Penelitian kausal/korelasional adalah penelitan yang dilakukan untuk mengetahui adanya sebab akibat (causal effect). Terdapat satu atau lebih variabel bebas (x) yang mempengaruhi satu variabel tak bebas (y) (Supranoto, 2002:315). Penelitian ini termasuk penelitian kausal/korelasional adalah karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (x) yaitu CR, ROA, EPS, DTA, TATO, dan Inflasi terhadap variabel terikat (y) yaitu Harga Saham. Menurut Sugiyono (2009:72), populasi adalah kumpulan semua anggota dari objek yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini ada enam belas (16) perusahaan Food and beverages yaitu : Askasha Wira International Tbk, Cahaya Kalbar Tbk,Davomas abadi Tbk. Delta Djakarta Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Mayora Indah Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Nippon Indosari Corpindo Tbk, Prasidha Aneka Niaga Tbk, Sekar Bumi Tbk, Sekar Laut Tbk, Siantar Top Tbk, Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Tri Banyan Tirta Tbk, Ultrajaya Milk Industry & Tranding co. Tbk. Teknik Pengambilan Sampel Populasi objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima (5)perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Sugiyono (2009:73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) Sampel yang dipilih adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012; 2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember yang lengkap secara berturut-turut selama tahun 2009-2012 dan telah di audit; 3) Perusahaan yang di pilih adalah perusahaan Food and Beveragesyang menurut rangking tingkat aktiva tertinggi pada perusahaan Food and Beveragesyang terdaftar di Bursa Efek Indonesiapada tahun 2009-2012; 4) Data mengenai tingkat inflasi jangka waktu 1 tahun periode 2009-2012 di peroleh dari Badan Pusat Statistik. Tabel 2 Daftar Perusahaan Food and Beverages Yang Digunakan Sebagai Sampel No Kode perusahaan Nama Perusahaan Aktiva 2012 1 INDF Indofood Sukses makmur Tbk 53.585.933.000.000 2 ICBP Indofood CBP Sukses Mamur Tbk 15.222.857.000.000 3 MYOR Mayora Indah Tbk 6.599.845.533.329 4 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3.590.309.000.000 5 DAVO Davomas Abadi Tbk 2.518.094.811.573 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya adalah data skunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lain yang dalam hal ini adalah pusat data referensi pasar modal PT. Bursa Efek Indonesia. Data tersebut berupa laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi selama periode pengamatan tahun 2009 sampai tahun 2012. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, penulis menggunakan prosedur antara lain sebagai berikut: 1) Studi kepustakaan atau Library Research, yaitu teknik pengumpulan data dari buku literatur-literatur dan referensi-referensi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti; 2) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 10 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Untuk mempermudah proses analisis perlu dilakukan definisi oprasional terhadap masing-masing variabel yang akan dianalisis, baik variabel bebas maupun variabel terikat yang meliputi : 1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham pada akhir tahun pada saat closing price. Teknik pengukuran variabel menggunakan status rupiah. 2. Variabel bebas a. Current Ratio (CR), menurut Munawir (2007:72) Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek CR = x 100 % b. Return On Asset (ROA), menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Return On Assets = x 100 % c. Earning Per Share (EPS), merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba.Menurut Samsul (2009:145) . Earning Per Share = x 100 % d. Debt To Total Asset (DTA), adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Debt To Total Assets = × 100% e. Total Asset Turn Over (TATO), digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut : Total Assets Turn Over = f. Inflasi (Inf), adalah naiknya harga-harga secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentu harga pencetak uang, dan sebagainya) dengan singkat pendapatnya yang dimiliki oleh masyarakat Putong (2007:147). Dalam perekonomian yang sangat pesat dan berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakan sering sekali inflasi yang lebiih serius yaitu tingkatnya mencapai 10 persen atau sedikit lebih tinggi. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonearitas Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance. b. Uji Heteroskedastisitas c. Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual dari (Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 11 d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokoelasi keadaan dimana variabel gangguan pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Cara yang digunakan untuk mendiagnosis adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson yang di tujukkan pada tabel 3 Tabel 3 Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis nol Tidak ada autokorelasi positf Tidak ada autokorelasi positf Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak Jika 0 < d < dl Dl ≤ d ≤ 4 4 ­ dl < d < 4 4 ─du ≤ d ≤ 4 –dl Du < d < 4 ─ du 2. Analsis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang berkenan dengan studi ketergantungan satu variabel dinamakan variabel tak bebas (Dependent variabel) terhadap beberapa variabel lain yang bebas (independent variabel). Menurut Sugiyono (2009:275) persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan: Y: Harga Saham, a: Konstanta, X1: variabel bebas Current Ratio (CR), X2: variabel bebas Return On Assets (ROA), X3: variabel bebas Earning Per Share (EPS), X4: variabel bebas Debt To Total Assets (DTA), X5: variabel bebas Total Assets Turn Over (TATO), b1;b2;b3;b4: Koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, e: Variabel Pengganggu/ standar error 3. Koefisien Determinasi Berganda (R2) Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat besarnya pengaruh antara variabel bebas (Xi) secara bersama-sama (silmutan) dengan variabel terikat (Y). Apabila R2 berada antara 0 dan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1), berarti : 1) Bila R2 = 1 atau mendekati 1 (semakin besar nilai R2), artinya bahwa kontribusi pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) adalah 100% dimana model pendekatan yang digunakan adalah tepat; 2) Bila R2 mendekati 0 (semakin kecil nilai R2) , artinya bahwa kontribusi pengaruh dari variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) hampir dikatakan tidak ada; 3) Jadi apabila semakin tinggi R2 maka semakin kuat besarnya pengaruh hubungan antara variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) atau dengan kata lain bahwa model yang digunakan adalah mendekati kebenaran, sebaliknya apabila R2 semakin kecil maka semakin lemah pengaruh hubungan antara variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). 4. Pengujian Hipotesis a. Uji F Kriteria pengujian secara uji F dengan tingkat signikan α = 5% yaitu sebagai berikut (Santoso, 2009: 331): (1) Jika p-value (pada kolom signifikansi) > α (0,05) maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat; (2) Jika p-value (pada kolom signifikansi) < α (0,05) maka H0 ditolak yang berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 12 b. Uji t Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat signifikan (α) = 0,05 sebagai berikut: (1) Jika p-value (pada kolom signifikansi) > α (0,05) maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (2) Jika p-value (pada kolom signifikansi) < α (0,05) maka H0 ditolak yang berarti secaraparsial variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat c. Koefisien Determinasi Parsial (r2) Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dari masingmasing variabel bebas secara individu (parsial). Dimana analisis ini dinyatakan oleh besarnya kuadrat koefisien parsial atau dengan kata lain r2 = koefisien determinasi parsial (Sugiyono, 2009: 260). Nilai r² yang sangat besar menunjukkan variabel bebas (Xi) tersebut memiliki kontribusi besarnya pengaruh (dominan) terhadap perubahan variabel terikat (Y). HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Klasik a. Pengujian Normalitas Data Berdasarkan hasil Uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Dalam Bentuk Log Natural N Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Unstandardized Residual 16 0,0000000 0,366663 0,119 0,108 -0,119 0,475 0,978 Sumber: hasil pengolahan data. Berdasar pada tabel 4 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,978 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. b. Pengujian Multikolinieritas Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi disajikan dalam tabel di bawah ini. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 13 Tabel 5 Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance Variabel Tolerance VIF Keterangan Current Ratio Earning Per Share Debt To Total Asset Total Asset Turnover Inflasi 0,184 0,163 0,390 0,161 0,794 5,437 6,140 2,563 6,205 1,260 Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas Sumber: hasil pengolahan data Berdasar Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari semua model analisis setelah dirubah dalam bentuk log natural dan mengeluarkan variabel return on asset tidak terlihat variabel yang memiliki nilai VIF diatas 10. c. Pengujian Autokorelasi Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,403 dengan jumlah variabel yang di diteliti (k) sebanyak 5 variabel serta jumlah data (n) sebesar 16, maka nilai dL sebesar 0,615 dan dU sebesar 2,157. Dari sini dapat dilihat nilai durbin watson sebesar 2,403 lebih besar dari nilai dU = 2,157 maka dapat disimpulkan model analisis tidak mengalami gangguan otokorelasi. d. Pengujian Heteroskedaktisitas Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut: Scatterplot Dependent Variable: Harga Saham Regression Studentized Residual 2 1 0 -1 -2 -2 -1 0 1 Regression Standardized Predicted Value Sumber: hasil pengolahan data Gambar 2 Heterokedaktisitas Dalam Bentuk Log Natural Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah merubah model analisis dan mengeluarkan return on asset dari model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit tidak terdapat gangguan pada normalitas, multikolinieritas, autokorelasi maupun heteroskedaktisitas, sehingga model analisis layak untuk dilakukan analisa regresi Analisis Regresi Linier Berganda Setelah mengeluarkan variabel return on asset dari model analisis dan merubah dalam bentuk log natural diperoleh hasil sebagai berikut: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 14 Variabel Bebas Current Ratio Earning Per Share Debt To Total Asset Total Asset Turnover Inflasi Konstanta Sig. F R R2 Tabel 6 Hasil Uji Regresi Berganda Koefisien Regresi Sig. -2,272 0,010 1,159 0,001 -0,220 0,682 0,386 0,498 0,308 0,451 6,871 0,000 0,951 0,904 r -0,181 0,431 -0,041 0,069 0,077 Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari data tabel 6 persamaan regresi yang didapat adalah: CP = 6,871 – 2,272CR + 1,159EPS – 0,220DTA + 0,386TATO + 0,308INFLASI Koefisien Korelasi dan Determinasi Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh output untuk koefisien determinasi berganda sebagai berikut : Tabel 7 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,951 0,904 0,856 0,4491 a Predictors: (Constant), Inflasi, Earning Per Share, Debt To Total Asset, Current Ratio, Total Asset Turnover b Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari tabel 7 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,904 atau 90,4% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara bersama-sama terhadap harga saham adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 90,4 % = 9,6 %) dikontribusi oleh faktor lainnya. Pengujian Hipotesis Uji F / Model F Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 8 Anova Model 1 Regression Sum of Squares 18,974 Residual Total a b df Mean Square 5 3,795 2,017 10 0,202 20,991 15 F 18,818 Sig. 0,000 Predictors: (Constant), Inflasi, Earning Per Share, Debt To Total Asset, Current Ratio, Total Asset Turnover Dependent Variable: Harga Saham Sumber: Hasil Pengolahan Data Dari tabel 8 di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,000 < 0.05 (level of signifikan), maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 15 Pengujian Secara Partial Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan Variabel Current Ratio Earning Per Share Debt To Total Asset Total Asset Turnover Inflasi Sumber: Hasil Pengolahan Data Sig 0,010 0,001 0,682 0,498 0,451 Keterangan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Berdasar tabel 9 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel current ratio = 0,010 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh current ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. 2. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel earning per share = 0,001 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh earning per share terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan. 3. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel debt to total asset = 0,682 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh debt to total asset terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. 4. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel total asset turnover = 0,498 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh total asset turnover terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. 5. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel inflasi = 0,451 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh inflasi terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan. Koefisien Determinasi Partial Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 10 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel Current Ratio Earning Per Share Debt To Total Asset Total Asset Turnover Inflasi Sumber: Hasil Pengolahan Data r -0,504 0,812 -0,132 0,217 0,241 r2 0,2537 0,6590 0,0175 0,0471 0,0580 Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham adalah earning per share karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar. Pembahasan Harga saham suatu perusahaan dapat berubah-ubah, perubahan harga saham ini dapat terjadi karena beberapa hal, perubahan harga saham pada dasarnya disebabkan oleh adanya interaksi dari permintaan dan penawaran di pasar modal. Artinya,perubahan harga saham tergantung kepada pihak emiten yang menawarkan saham dan para pialang saham sebagai Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 16 pihak yang mengajukan permintaan.Harga saham yang cenderung naik mempunyai dampak adanya capital gain, atau dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang cenderung cukup baik atau mempunyai prospek jangka panjang yang menjanjikan. Sebaliknya, harga saham cenderung turun, dapat mengakibatkan capital loss dan permintaan akan saham juga akan turun, selain hal ini mennjukkan kekurangpercayaan para investor terhadap kemampuan atau prospek jangka panjang dari perusahaan.Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu faktor-faktor fundamental mikro (faktor-faktor internal), dan faktor fundamental makro (faktor-faktor eksternal).Faktor-faktor fundamental mikro adalah faktor –faktor yang berkaitan dengan kondisi fundamental perusahaan, seperti misalnya rasio lancar (Current Ratio), rasio utang (Debt equity Ratio), laba bersih per saham (Earning per share), rasio harga laba bersih (Price Earning Ratio), hasil deviden (Deviden yield) dan sebagainya. Factor-faktor fundamental makro adalah factor –faktor yang berkaitan dengan factor fundamental makro ekonomi, seperti misalnya tingkat Inflasi (inflation Rate). Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut serta besarnya inflasi yang terjadi pada periode tersebut. Hasil ini didukung dengan perolehan koefisien korelasi sebesar 95,1 % yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat. Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. current ratio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan current ratio mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap harga saham. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi tingkat current ratio yang dimiliki suatu perusahaan akan semakin rendah harga saham perusahaan. Hasil ini sejalan dengan pendapat Munawir (2007) yang mengungkapkan bahwa dengan tingginya tingkat current ratio yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya juga tinggi. Namun perusahaan dengan likuiditas yang tinggi belum tentu akan menarik investor untuk berinvestasi, karena current ratio yang tinggi juga menunjukkan adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang akan mempunyai pengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Karena pada umumnya investor lebih menyukai laba (gain) serta menghindari risiko. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Munawir (2007:72), suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjaminkan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan dating sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over interstment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, hal ini mengindikasikan semakin besar earning per share yang dibagikan akan mendorong harga saham perusahaan tersebut semakin tinggi. Besar kecilnya earning pershare yang diberikan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, karena yang kita ketahui dengan earning pershare yang tinggi akan sangat menarik para investor untuk Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 17 menanamkan modalnya. Karena pada dasarnya EPS sering digunakan oleh investor (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai. Hasil ini sejalan dengan pendapat Samsul (2009,145), yang mengungkapkan bahwa makin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. Debt to total asset ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to total asset ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan informasi tentang debt to total asset ratio yang dimiliki perusahaan tidak dipandang penting oleh para investor atau calon investor, tapi bagaimana perusahaan tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lebih bagi mereka. Tingkat debt to total asset ratio yang tinggi menunjukkan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Namun dengan tingkat debt to total asset ratio yang tinggi akan menimbulkan resiko yang berupa beban kewajiban yang ditanggung oleh perusahaan akan semakin berat, jika perusahaan mampu memanfaat modal yang mengalir tersebut. Total asset turnover merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa pengaruh yang ditunjukkan total asset turnover terhadap harga saham adalah tidak signifikan. Hasil ini memberi gambaran bahwa total asset turnover perusahaan tidak dapat memberikan nilai kepastian bagi investor untuk meraih keuntungan. Karena meskipun tingkat total asset turnover atau kemampuan perusahaan dalam menggunakan semua aktiva menciptakan penjualan semakin tinggi, jika tidak dapat menekan biaya-biaya yang ada maka laba perusahaan yang dihasilkan juga tidak terlalu besar. Hal ini tentu saja tidak dapat memenuhi ekspektasi para investor yang menginginkan keuntungan (gain) sehingga return saham juga akan turun, (Elyawati, dkk. 2010). Inflasi (inflation) merupakan kenaikan harga barang dan jasa, yang terjadi jika pembelanjaan bertambah dibandingkan dengan penawaran barang di pasar, dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga-harga barang menjelang lebaran, atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun, setelah perayaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula (Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja & Manurung, 2004). Hasil pengujian menunjukkan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan food and beverages. Kondisi ini di karenakan rata-rata inflasi yang terjadi kurang dari 2 %. Menurut Sukirno (2007:302) merupakan inflasi rendah. Inflasi yang rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakan sering sekali inflasi yang lebih serius yaitu tingkatnya mencapai 10 persen atau sedikit lebih tinggi. Hasil ini sependapat dengan Kewal, (2012; 53-64) mengungkapkan bahwa dengan rata‐rata tingkat inflasi yang rendah (di bawah 10 persen), pasar masih bisa menerima. Namun, bila inflasi menembus angka 10 persen, pasar modal akan terganggu. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earning per share merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya earning per share menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per lebar saham sangat baik, serta memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 18 baik karena tingkat laba bersih yang dihasilkan semakin besar. Dengan earning pershare yang tinggi akan sangat menarik para investor untuk menanamkan modalnya. Simpulan dan Saran Simpulan Hasil pengujian simultan variabel current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Besarnya pengaruh model yang digunakan penelitian tersebut sebesar 95,1% yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara simultan terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat. Hasil pengujian parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan dari 5 variabel yang digunakan model penelitian yaitu current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi yang menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham adalah variabel current ratio,dan earning per share. Sedangkan variabel debt to total asset, total asset turnover dan inflasi tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap harga saham . Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah earning per share yang memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi sebesar 65,90%. Saran Bagi perusahaan hendaknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya kedalam perusahaan, serta perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage perusahaan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat. Bagi para investor maupun pelaku pasar modal, kinerja keuangan perusahaan yang digambarkan melalui rasio-rasio keuangan memberikan informasi tentang laba perusahaan mendatang yang merupakan prioritas utama dalam pengambilan keputusan bagi para investor untuk menanamkan modalnya, analisa ini sebaiknya digunakan sebagai bahan informasi bagi calon investor selain informasi dari Bursa Efek. Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro, internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional. DAFTAR PUSTAKA Adhita, L. D. 2013. Pengaruh Current Rasio, Return On Assete, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga, Dan Perubahan Earning After Tax Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Boediono. 2007. Ekonomi Makro. Edisi 4. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Brigham, F. Eugene, dan J. Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Darmadji, T dan H, Fakhruddin. 2008. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Djohanputro, B. 2006. Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. PPM. Jakarta. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Harisma. 2003. Analisi Pengaruh Variabel Fundamental dan Tehnikal Terhadap Harga saham. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia. Vol.11. No.7. Hal 116-133. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 19 Husnan, S. 2007. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis. Sekuritas. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Lestari, M. I dan T. Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Jurnal. 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma. Kewal, S. S. 2012. Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham Pada Periode Bullish di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi. Vol. 9. No. 1. Mardiyanto, H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. PT Grasindo. Jakarta. Munawir. S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Murni, A. 2008. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Jakarta. Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia. Vol.15. No.3. Hal 294-312. Prastowo, D dan R. Julianty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. YKPN. Yogyakarta Putong, I. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi II. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Rahardja, P dan M. Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Rudianto. 2009. Akuntansi Manajemen, Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Gramedia. Jakarta Samsul, M. 2009. Pasar Modal dan Manajeen Portofolio. Erlangga. Surabaya. Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media Computindo. Jakarta. Sawir, A. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sitio, D., M. Dzulkirom, dan A. Husaini. 2012. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Hotel dan Pariwisata Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011). Jurnal. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitafif R&D CV Alfabeta. Bandung. Sukirno, S. 2007. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi II. Penerbit PT. Raja Grafindo. Jakarta. Supranoto, M. 2002. Biaya Transaksi Nasabah Perbankan Pengkreditan Rakyat. Jurnal Keuangan dan Perbankan Perbanas. Vol. 4. Syafi’i, S. 2011. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Mikro Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif Dan Komponenya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Syamsudin, A. 2009. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Widoatmojo. S, 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Penerbit PT. Jurnalindo Aksara Grafika Jakarta. Wati, E., Lismawati, dan Aprilla. 2010. Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto.