1 pengaruh rasio fundamental dan inflasi terhadap harga saham

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
1
PENGARUH RASIO FUNDAMENTAL DAN INFLASI TERHADAP
HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
Reza Icha Mayangsari
[email protected]
Hening Widi Oetomo
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
ABSTRACT
There are some factors which influence stock price e.g.: micro fundamental factors, and macro fundamental
factors. Micro fundamental factors are factors which are related to the company fundamental condition. Macro
fundamental factors are factors which are related to the macro economics fundamental factor.The purpose of this
research is to find out the influence of current ratio, return on assets, earnings per share, debt to total assets,
total assets turn over and the inflation either partially to the stock price. The population is 5 food and beverages
companies which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). Multiple regressions analysis is used as the
analysis technique.The result of simultaneous test shows that current ratio, return on assets, earnings per share,
debt to total assets, total assets turn over and the inflation have significant influence to the stock price. The
strength of model influence which in this research is 95.1%. It shows the relation among these independent
variables to the stock price simultaneously have strong relationship.The result of partial test current ratio and
earnings per share variable which have significant influence to the stock price. It is indicated by significant value
which is generated by this variable is less than α = 5%.
Keywords: fundamental ratio, inflation, stock price
ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu faktor-faktor fundamental mikro, dan faktor
fundamental makro. Faktor-faktor fundamental mikro adalah faktor–faktor yang berkaitan dengan
kondisi fundamental perusahaan. Faktor-faktor fundamental makro adalah faktor–faktor yang
berkaitan dengan faktor fundamental makro ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh current ratio, return on assets, earning per share, debt to total assets, total assets turn over dan
inflasi secara parsial terhadap harga saham. Populasi yang digunakan adalah perusahaan food and
beverage di BEI sebanyak 5 perusahaan. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisa
regresi berganda. Hasil pengujian simultan menunjukkan current ratio, earning per share, debt to total
asset, total asset turnover dan inflasi terhadap harga saham adalah signifikan. Besarnya pengaruh
model yang digunakan penelitian sebesar 95,1 % yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas
tersebut secara bersama-sama terhadap harga saham memiliki hubungan yang kuat.Hasil uji secara
partial variabel current ratio, dan earning per share yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
harga saham. Hal ini diindikasikan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih
kecil dari tingkat α = 5%.
Kata kunci: rasio fundamental, inflasi, harga saham.
PENDAHULUAN
Di dalam era perdagangan bebas ini, dimana persaingan produk dan jasa akan
semakin terbuka, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dan tingkat persaingan tidak
hanya terbatas pada tingkat lokal di suatu negara namun telah mengarah pada persaingan
tingkat internasional. Maka kemampuan perusahaan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing akan semakin dituntut sebagai tanggung
jawab kepada pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Keadaan ini semakin
mendorong perusahaan untuk terus berupaya meningkatkan kinerjanya dan selalu waspada
terhadap perkembangan kondisi internnya. Terlebih bagi perusahaan-perusahaan besar
yang telah menjadi milik publik melalui proses go public di pasar modal. Seperti halnya
perusahaan-perusahaan Food and Beverages yang sudah melaksanakan proses go public dan
telah mencatatkan kapitalisasi yang besar di pasar modal.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
2
Pasar modal adalah dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities (pihak
berwenang), maupun pihak perusahaan swasta Husnan ( 2007:3). Pasar modal menjalankan
fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal
memberikan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang meminjamkan)
dalam hal ini investor, kepada pihak borrower (peminjam) dalam hal ini perusahaan yang
membutuhkan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders
(investor) mengharapkan akan memperoleh imbalan dari peyerahan dana tersebut. Dari sisi
borrowers (perusahaan), tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka
melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasional
perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga
akhirnya secara keseluruhan diharapkan akan terjadi penigkatan kemakmuran. Fungsi
keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrower dan
para lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil
yang diperlukan untuk investasi tersebut. Oleh sebab itu, berkembangkannya pasar modal
akan mendorong pula kemajuan ekonomi suatu negara. Pasar modal sebagai sumber
pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya menjadi
sangat penting, selain itu sebagai sarana investasi masyarakat Indonesia yang ingin
mendapatkan keuntungan.
Dalam usaha go public terdapat perkembangan harga saham dari perusahaan yang
tercatat di pasar modal, khususmya di PT BEI. Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek
ditunjukkan oleh semaraknya perubahan harga saham. Bursa saham merupakan salah satu
bentuk metode pemasaran dari pasar modal uang dan modal yang merupakan tipe struktur
pasar persaingan sempurna dengan ciri banyak produk dan produk identik. Perkembangan
harga saham pada perusahaan food and beverages selama tahun 2005-2010 sebagai berikut:
Tabel 1
Harga Saham Perusahaan Food and Beverage
Tahun 2005-2010
Perusahaan
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT Aqua Golden Mississippi Tbk.
PT Cahaya Kalbar Tbk.
PT Sierad Produce Tbk.
PT Fast Food Indonesia Tbk.
PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
PT Mayora Indah Tbk.
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk.
PT Sinar Mas Argo Resources and Technology Tbk.
PT Siantar Top Tbk.
PT Tunas Baru Lampung Tbk.
PT Ultra Jaya Milk Tbk.
PT Delta Djakarta Tbk.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT Sekar Laut Tbk.
Closing Price
2005
215
63.000
600
50
1.200
50.000
820
80
400
950
150
200
310
36.000
910
-
2006
175
110.000
590
50
1.820
55.000
1.620
100
400
3.650
210
240
435
22.800
1.350
-
2007
750
129.000
800
67
2.450
55.000
1.750
51
400
6.000
370
630
650
16.000
2.575
450
2008
425
127.000
700
50
3.100
49.500
1.140
400
1.700
150
190
800
20.000
930
450
2009
360
244.800
1.490
50
5.200
177.000
4.500
110
280
2.550
250
340
580
62.500
3.550
150
2010
780
244.800
1.100
71
9.200
274.950
10.750
80
310
5.000
385
410
1.210
120.000
4.875
140
Rata-Rata
451
153.100
880
56
3.828
110.242
3.430
70
365
3.308
253
335
664
46.217
2.365
198
Sumber : BEI Diolah
Harga saham pada perusahaan food and beverage terlihat selalu menunjukkan fluktuasi
dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan pasar berubah untuk menyesuaikan diri
terhadap informasi baru yang dapat mempengaruhi situasi pasar. Semakin meningkatnya
harga saham mengindikasikan kondisi ekonomi baik sehingga para pemodal menilai
investasi dalam bentuk saham akan sangat menguntungkan, karena tidak menghadapi
risiko. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi buruk, harga saham akan merosot jatuh dan
keadaan demikian tidak akan menguntungkan, dan para pemodal akan berhadapan dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
3
resiko yang lebih besar. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu faktorfaktor fundamental mikro (faktor-faktor internal), dan faktor fundamental makro (faktorfaktor eksternal).Faktor-faktor fundamental mikro adalah faktor–faktor yang berkaitan
denagn kondisi fundamental perusahaan, seperti misalnya rasio lancar (Current Ratio), rasio
utang (Debt equity Ratio), laba bersih per saham (Earning per share), rasio harga laba bersih
(Price Earning Ratio), hasil deviden (Deviden yield) dan sebagainya. Factor-faktor fundamental
makro adalah factor –faktor yang berkaitan dengan factor fundamental makro ekonomi,
seperti misalnya tingkat Inflasi (inflation Rate).
Factor lain yang mempengaruhi harga saham adalah tingkat inflasi. Inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Inflasi juga merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan
uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Tingkat inflasi yang
tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya,
kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu
tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money).
Meningkatnya inflasi adalah signal negatif bagi para investor, inflasi yang tinggi
menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan sehingga akan menurunkan
pembagian deviden sehingga harga saham akan menurun.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah: 1) Apakah Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To
Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh terhadap
Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa Efek Indonesia?; 2) Apakah
Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over
dan Inflasi manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Harga Saham pada
perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia?. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share,
Debt To Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh
terhadap Harga Saham pada perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia; 2) Untuk
mengetahuiCurrent Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To Total Assets, Total
Assets Turn Over dan Inflasi manakah yang berpengaruh secara dominan terhadap Harga
Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS
Laporan Keuangan
Sawir (2009:2), media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi,
ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil
akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan
diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Munawir (2007:2),
laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
4
Rudianto (2009:98), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan,
diantaranya yaitu: 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan; 2) Untuk
memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomidan
kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi; 3) Untuk
mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan
keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijakan akuntasi yang digunakan.
Analisi Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:56) Analisi laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan
yang hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama
menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa datang. Prastowo dan Juliaty (2008:60) Analisis laporan keuangan
pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan dasar pertimbangan yang lebih layak dan
sistematis dalam rangka memprediksi apa yang mungkin akan terjadi dimasa datang,
mengingat data yang disajikan laporan keuangan menggambarkan apa yang terjadi. Selain
itu analisis laporan keuangan juga mampu mengurangi dan mempersempit berbagai
ketidakpastian. Dari semua tujuan tersebut, yang paling terpenting dari analisis laporan
keuangan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada
dugaan murni, terkaan, dan ituisi mengurangi dan mempersempit lingkup ketidak pastian
yang tidak bisa diletakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.
Teknik-teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty (2008:59) secara umum, metode analisis laporan
keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu: metode analisis horizontal
(dinamis) dan metode analisi vertikal (statis). Dari beberapa tenik analis alaporan keuangan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik analisa laporan keuangan merupakan teknik
yang memberikan indikator dan kondisi mengenai prestasi suatu perusahaan.
Current Ratio (CR)
Menurut Munawir (2007:72) Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisis
posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah
aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar
yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current ratio
200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja
dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau ratio yang umum
tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan
kebiasaan (rute of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan
penelitiaan atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan
kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan
sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah dari pada aktiva lancar dan sebaliknya.
Return On Assets (ROA)
Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur
kemanpuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktiva investasi. Lestari
dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang digunakanuntuk mengukur keuntungan
bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini
maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya
tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat
pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
5
perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila
>2%.
Earning Per Share (EPS)
Earning per share (Laba perlembar saham) merupakan indikator yang secara ringkas
menyajikan kinerja perusahaan yang dinyatakan dengan laba. Menurut Samsul (2009:145)
rumus yang digunakan sebagai berikut:
Earning Per Share =
x 100 %
Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba
yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba
maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut
juga menurun.
Debt To Total Assets (DTA)
Menurut Syamsuddin (2009:30) Debt to Total Assets Ratio (DTA) digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk
investasi pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Debt to Total Assets
Ratio (DTA) adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas
perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan
solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap
keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan persentase
dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Rasio hutang bisa berarti buruk pada
situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang
yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku
bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar
semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan
pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.
Total Assets Turn Over (TATO)
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam
dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang
diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut :
penjualan bersih
Total Assets Turn Over =
Total Aktiva
Inflasi
Inflasi adalah naiknya harga-harga secara umum yang disebabkan oleh tidak
singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentu harga pencetak uang,
dan sebagainya) dengan singkat pendapatnya yang dimiliki oleh masyarakat Putong (
2007:147). Menurut Samsul (2009:201) tingkat inflasi dapat berpengaruh positiif maupun
negatif tergantung pada derajad inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan
perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami
kebangkrutan. Sukirno (2007:302) inflasi adalah presentasi kecepatan kenaikan harga-harga
dalam satu tahun tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukan sampai
dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang sangat pesat
dan berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap yaitu
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
6
inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakan sering sekali inflasi
yang lebiih serius yaitu tingkatnya mencapai 10 persen atau sedikit lebih tinggi.
Menurut Boediono (2007:163), berdasarkan sebab inflasi terjadinya, inflasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu: 1) Demand Inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya
daya beli masyarakat sehingga meningkatnya tingkat permintaan yang berakibatkan
terjadinya kenaikan harga secara umum pada barang dan jasa; 2) Cost Inflation yaitu inflasi
yang disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi atau faktor-faktor produksi. Murni
(2008:204-205) inflasi dibedakan berdasarkan pada tingkat laju inflasi dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu: 1) Moderat Inflation ( laju inflasinya antara 7-10%); 2) Galloping Inflation
(laju inflasinya antara 20-100%); 3) Hyper Inflation, adalah (di atas 100%).
SBI
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa
diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung
kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak terhadap kesehatan ekonomi.
Suku bunga ini mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam
mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi atau menaruh dalam rekening tabungan.
Suku bunga juga mpengaruhi keputusan ekonomis bagi perusahaan atau pemimpin
perusahaan apakah melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas. Samsul
(2009:201), kenaikan tingkat bungan pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap
emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih.
Penurunan laba bersih akan meningkatkan laba per saham juga menurun dan berakibat
turunnya harga saham dipasar. Sebaliknya, penurunan tingkat bunga akan menaikan harga
saham dipasar dan dilaba bersih per saham, sehingga mendorong harga saham meningkat.
Tingkat suku bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
pemodal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk menggunakan data dari pemodal. Tingkat bunga selain sebagai ukuran untuk
investasi beresiko nol, tingkat suku bunga juga dijadikan ukuran biaya modal yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan data investor. Pendapatan yang
diharapkan investor pada investasi saham seringkali dipengaruhi oleh pendapatan yang
diperoleh investor pada alternatif investasi yang lain. Tingkat bunga SBI (Sertifikasi Bank
Indonesia), deposito ataupun obligasi merupakan tingkat bunga yang biasanya digunakan
oleh para investor untuk memutuskan apakah ia akan menginvestasikan dananya dalam
bentuk saham atau dalam bentuk lain.
Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga
pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan
perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Menurut Husnan (2007:29) “saham
merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki
kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang
menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut
menjalankan haknya”. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat
dipilih untuk berinvestasi.Saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan
porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam
perusahaan tersebut Darmadji dan Fakhruddin (2008:5). Dalam transaksi jual dan beli di
Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2008:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenisjenis saham yaitu: saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
7
Harga Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalamsuatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu
perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham mempunyai nilai
atau harga. Menurut Widoatmojo (2007;46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):
1) Harga nominal; 2) Harga perdana; dan 3) Harga pasar.
Faktor YangMempengarahi Harga Saham
Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Brigham, et al.
(2009:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari
proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian
deviden. Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala
eksternai seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham.
Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan
tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian
tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham
rnerapakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya
kondisi performance dari perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan
permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham.
Menurut Sawidji (2007:81) faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi
yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat.
Penelitian Terdahulu
Adhita (2013), yang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Current Rasio,
Return On Assete, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga, Dan Perubahan
Earning After Tax Terhadap Harga SahamPada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ 45 Bursa
Efek Indonesia“. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga
yang diporeleh sebanyak 5 perusahaan mulai dari tahun 2009-2011. Adapun teknik analisa
yang digunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian secara simultan yang telah
dilakukan menunjukkan current ratio, return on asset, earning per share, debt to equity ratio,
inflasi, dan Δ EAT secara bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan. Hasil
parsial uji secara partial menunjukkan variabel return on asset dan inflasimempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Sitio et al., (2012) yang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Variabel
Fundamental Terhadap Harga Saham”. Pada penelitian populasi yang digunakan adalah
Perusahaan Hotel Dan Pariwisata Pada Bursa Efek Indonesia didapat 14 perusahaan sampel
yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Metode analisa dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Penelitian ini
membuktikan bahwa secara simultan dan parsial variabel Debt Ratio, Debt Equity Ratio,
Earning Per Share, Return On Investment dan Price to Book Value berpengaruh terhadap Harga
Saham. Kelima varibel tersebut mempengaruhi harga saham sebesar 74,6% dan sisanya
sebesar 25,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.
Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham adalah Return On Investment.
Syafi,i (2011) yang melakukan penelitian berkaitan dengan Analisis Pengaruh FaktorFaktor Fundamental Mikro Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif Dan Komponenya Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisa yang digunakan adalah regrsi linier
berganda dengan sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 12 perusahaan. Hasil
pengujian menunjukkan pengaruh current ratio,return on equity, price earning ratio, debt to
equity ratio, earning per share, dan dividen payout ratio secara bersama-sama terhadap harga
saham adalah signifikan, Hasil parsial uji secara partial menunjukkan dari 6 variabel yang
digunakan model penelitian yaitu current ratio, return on equity, price earning ratio, debt to
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
8
equity ratio, earning per share, dan dividen payout ratio yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham adalah variabel return on equity, earning per share dan dividen
payout ratio.
Natarsyah (2000), dalam penelitiannya berjudul “ Analisis Pengaruh Beberapa Faktor
Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham”, pada tahun 2006-2009 dengan
menggunakan uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti return on asset, return on equity,
dividend payout ratio, debt to equoty ratio, book value equity per share, dan risiko sistematik
secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
kelompok industry barang konsumsi yang go public di pasar modal. Sedangkan melalui uji t
menunjukkan bahwa faktor-faktor return on asset dan debt to equity ratio secara individu
berpengaruh terhadap harga saham.
Harisma (2003), dalam penelitiannya berjudul “Analisi Pengaruh Variabel
Fundamental dan Tehnikal Terhadap Harga saham”, studi di Bursa Efek Surabaya terhadap
perusahaan Food and Beverages pada tahun 2007-2011. Dengan menggunakan uji F
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada earning
per share, return on equity, tingkat bunga deposito, dan harga saham masa lalu terhadap harga
saham perusahaan consumer goods yang go public di BEJ. Secara parsial terdapat pengaruh
yang signifikan pada variabel earning per share, tingkat bunga deposito, dan harga saham
masa lalu, sedangkan variable return on equity tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.
Model Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka rangka pemikiran
yang diajukan penulis pada penelitian ini yaitu meliputi faktor internal yang mempengaruhi
harga saham dengan menggunakan laporan keuangan (financial statement) untuk mengukur
kinerja perusahaan yang tercermin pada rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan
sebagai varabel independen dalam penelitan ini yaitu :current ratio(CR), return on asset(ROA),
equity per share(EPS), debt to total asset(DTA), total asset turn over(TATO) dan inflasi dan
sebagai variabel dependennya adalah harga saham sebagaimana terlihat pada kerangka
pemikiran sebagai berikut :
CR
ROA
EPS
DTA
Harga
Saham
TATO
Inflasi
Gambar 1
Model Penelitian
Hipotesis
Dari perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis mengajukan
hipotesis yaitu sebagai berikut: 1) Current Ratio, Return On Assets, Earning Per Share, Debt To
Total Assets, Total Assets Turn Over dan Inflasi secara parsial dapat berpengaruh terhadap
Harga Saham pada perusahaan Food n Beverages di Bursa Efek Indonesia; 2) Earning Per Share
berpengaruh dominan terhadap Harga Saham pada perusahaan Food and Beveragesdi Bursa
Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
9
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian
Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini adalah penelitian kausal / korelasional.
Penelitian kausal/korelasional adalah penelitan yang dilakukan untuk mengetahui adanya
sebab akibat (causal effect). Terdapat satu atau lebih variabel bebas (x) yang mempengaruhi
satu variabel tak bebas (y) (Supranoto, 2002:315). Penelitian ini termasuk penelitian
kausal/korelasional adalah karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (x) yaitu CR, ROA, EPS, DTA, TATO, dan Inflasi terhadap variabel terikat (y)
yaitu Harga Saham.
Menurut Sugiyono (2009:72), populasi adalah kumpulan semua anggota dari objek
yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini ada enam belas (16) perusahaan Food and
beverages yaitu : Askasha Wira International Tbk, Cahaya Kalbar Tbk,Davomas abadi Tbk.
Delta Djakarta Tbk, Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk,
Mayora Indah Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, Nippon Indosari Corpindo Tbk, Prasidha
Aneka Niaga Tbk, Sekar Bumi Tbk, Sekar Laut Tbk, Siantar Top Tbk, Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk, Tri Banyan Tirta Tbk, Ultrajaya Milk Industry & Tranding co. Tbk.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima
(5)perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Sugiyono
(2009:73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan penulis menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
pada penelitian ini adalah: 1) Sampel yang dipilih adalah perusahaan Food and Beverages
yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2012; 2) Perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangan per 31 Desember yang lengkap secara berturut-turut selama tahun 2009-2012 dan
telah di audit; 3) Perusahaan yang di pilih adalah perusahaan Food and Beveragesyang
menurut rangking tingkat aktiva tertinggi pada perusahaan Food and Beveragesyang terdaftar
di Bursa Efek Indonesiapada tahun 2009-2012; 4) Data mengenai tingkat inflasi jangka
waktu 1 tahun periode 2009-2012 di peroleh dari Badan Pusat Statistik.
Tabel 2
Daftar Perusahaan Food and Beverages Yang Digunakan Sebagai Sampel
No
Kode perusahaan
Nama Perusahaan
Aktiva 2012
1
INDF
Indofood Sukses makmur Tbk
53.585.933.000.000
2
ICBP
Indofood CBP Sukses Mamur Tbk
15.222.857.000.000
3
MYOR
Mayora Indah Tbk
6.599.845.533.329
4
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3.590.309.000.000
5
DAVO
Davomas Abadi Tbk
2.518.094.811.573
Sumber Data: Bursa Efek Indonesia
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya adalah data skunder yaitu data
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lain yang dalam hal ini adalah pusat data
referensi pasar modal PT. Bursa Efek Indonesia. Data tersebut berupa laporan keuangan,
yaitu neraca dan laporan laba rugi selama periode pengamatan tahun 2009 sampai tahun
2012. Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, penulis
menggunakan prosedur antara lain sebagai berikut: 1) Studi kepustakaan atau Library
Research, yaitu teknik pengumpulan data dari buku literatur-literatur dan referensi-referensi
yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti; 2) Dokumentasi, yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan yang diperoleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
10
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah proses analisis perlu dilakukan definisi oprasional terhadap
masing-masing variabel yang akan dianalisis, baik variabel bebas maupun variabel terikat
yang meliputi :
1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga saham pada akhir tahun pada saat
closing price. Teknik pengukuran variabel menggunakan status rupiah.
2. Variabel bebas
a. Current Ratio (CR), menurut Munawir (2007:72) Ratio yang paling umum digunakan
untuk menganalisis posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu
perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Ratio ini
menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada
sekian kalinya hutang jangka pendek
CR =
x 100 %
b. Return On Asset (ROA), menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi.
Return On Assets =
x 100 %
c. Earning Per Share (EPS), merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja
perusahaan yang dinyatakan dengan laba.Menurut Samsul (2009:145) .
Earning Per Share =
x 100 %
d. Debt To Total Asset (DTA), adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut.
Debt To Total Assets =
× 100%
e. Total Asset Turn Over (TATO), digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang
tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau
kemampuan modal yang diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya
sebagai berikut : Total Assets Turn Over =
f. Inflasi (Inf), adalah naiknya harga-harga secara umum yang disebabkan oleh tidak
singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentu harga pencetak
uang, dan sebagainya) dengan singkat pendapatnya yang dimiliki oleh masyarakat
Putong (2007:147). Dalam perekonomian yang sangat pesat dan berkembang, inflasi
yang rendah tingkatnya dan dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2
sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakan sering sekali inflasi yang lebiih serius
yaitu tingkatnya mencapai 10 persen atau sedikit lebih tinggi.
Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonearitas
Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
(TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
b. Uji Heteroskedastisitas
c. Deteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik; dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan
sumbu X adalah residual dari (Y prediksi–Y sebelumnya) yang telah di studentized.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
11
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokoelasi keadaan dimana variabel gangguan pada
periode sebelumnya. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan pada data time
series karena gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode
berikutnya. Cara yang digunakan untuk mendiagnosis adanya autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson yang di tujukkan pada tabel 3
Tabel 3
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada autokorelasi positf
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Keputusan
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tidak ditolak
Jika
0 < d < dl
Dl ≤ d ≤ 4
4 ­ dl < d < 4
4 ─du ≤ d ≤ 4 –dl
Du < d < 4 ─ du
2. Analsis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang berkenan dengan studi
ketergantungan satu variabel dinamakan variabel tak bebas (Dependent variabel) terhadap
beberapa variabel lain yang bebas (independent variabel).
Menurut Sugiyono (2009:275) persamaan regresi adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan: Y: Harga Saham, a: Konstanta, X1: variabel bebas Current Ratio (CR), X2:
variabel bebas Return On Assets (ROA), X3: variabel bebas Earning Per Share (EPS),
X4:
variabel bebas Debt To Total Assets (DTA), X5: variabel bebas Total Assets Turn Over
(TATO), b1;b2;b3;b4: Koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, e: Variabel
Pengganggu/ standar error
3. Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Uji ini digunakan untuk mengukur tingkat besarnya pengaruh antara variabel bebas
(Xi) secara bersama-sama (silmutan) dengan variabel terikat (Y). Apabila R2 berada antara 0
dan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1), berarti : 1) Bila R2 = 1 atau mendekati 1 (semakin besar nilai R2), artinya
bahwa kontribusi pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) adalah 100%
dimana model pendekatan yang digunakan adalah tepat; 2) Bila R2 mendekati 0 (semakin
kecil nilai R2) , artinya bahwa kontribusi pengaruh dari variabel bebas (Xi) terhadap variabel
terikat (Y) hampir dikatakan tidak ada; 3) Jadi apabila semakin tinggi R2 maka semakin kuat
besarnya pengaruh hubungan antara variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y) atau
dengan kata lain bahwa model yang digunakan adalah mendekati kebenaran, sebaliknya
apabila R2 semakin kecil maka semakin lemah pengaruh hubungan antara variabel bebas (Xi)
terhadap variabel terikat (Y).
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Kriteria pengujian secara uji F dengan tingkat signikan α = 5% yaitu sebagai
berikut (Santoso, 2009: 331): (1) Jika p-value (pada kolom signifikansi) > α (0,05)
maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti secara simultan variabel bebas
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat; (2) Jika p-value (pada kolom
signifikansi) < α (0,05) maka H0 ditolak yang berarti secara simultan variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
12
b. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011:98). Kriteria pengujian secara parsial dengan tingkat signifikan
(α) = 0,05 sebagai berikut: (1) Jika p-value (pada kolom signifikansi) > α (0,05)
maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti secara parsial variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat (2) Jika p-value (pada kolom signifikansi)
< α (0,05) maka H0 ditolak yang berarti secaraparsial variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat
c. Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dari masingmasing variabel bebas secara individu (parsial). Dimana analisis ini dinyatakan
oleh besarnya kuadrat koefisien parsial atau dengan kata lain r2 = koefisien
determinasi parsial (Sugiyono, 2009: 260). Nilai r² yang sangat besar
menunjukkan variabel bebas (Xi) tersebut memiliki
kontribusi besarnya
pengaruh (dominan) terhadap perubahan variabel terikat (Y).
HASIL PENELITIAN
Uji Asumsi Klasik
a. Pengujian Normalitas Data
Berdasarkan hasil Uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Dalam Bentuk Log Natural
N
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Unstandardized
Residual
16
0,0000000
0,366663
0,119
0,108
-0,119
0,475
0,978
Sumber: hasil pengolahan data.
Berdasar pada tabel 4 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed)
sebesar 0,978 > 0,050, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut telah berdistribusi normal sehingga layak untuk
digunakan dalam penelitian.
b. Pengujian Multikolinieritas
Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya gejala multikolinieritas dilakukan
dengan melihat pada nilai varian inflation faktor dan toleransi dari variabel independen
dalam penelitian. Dengan pendekatan ini disyaratkan bahwa nilai VIF tidak boleh
melebihi 10 dan nilai toleransi harus berkisar mendekati 1. Nilai VIF dan toleransi
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
13
Tabel 5
Nilai Variance Inflation Faktor dan Nilai Tolerance
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
Current Ratio
Earning Per Share
Debt To Total Asset
Total Asset Turnover
Inflasi
0,184
0,163
0,390
0,161
0,794
5,437
6,140
2,563
6,205
1,260
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Bebas Multikolinieritas
Sumber: hasil pengolahan data
Berdasar Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari semua model analisis setelah dirubah
dalam bentuk log natural dan mengeluarkan variabel return on asset tidak terlihat variabel
yang memiliki nilai VIF diatas 10.
c. Pengujian Autokorelasi
Dalam penelitian ini nilai durbin watson sebesar 2,403 dengan jumlah variabel yang di
diteliti (k) sebanyak 5 variabel serta jumlah data (n) sebesar 16, maka nilai dL sebesar
0,615 dan dU sebesar 2,157. Dari sini dapat dilihat nilai durbin watson sebesar 2,403 lebih
besar dari nilai dU = 2,157 maka dapat disimpulkan model analisis tidak mengalami
gangguan otokorelasi.
d. Pengujian Heteroskedaktisitas
Grafik pengujian Heterokedaktisitas disajikan berikut:
Scatterplot
Dependent Variable: Harga Saham
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-2
-1
0
1
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: hasil pengolahan data
Gambar 2
Heterokedaktisitas Dalam Bentuk Log Natural
Dari gambar diatas terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan
tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan
heteroskedastisitas. Hasil pengujian klasik setelah merubah model analisis dan
mengeluarkan return on asset dari model analisis menunjukkan bahwa secara eksplisit tidak
terdapat gangguan pada normalitas, multikolinieritas, autokorelasi
maupun
heteroskedaktisitas, sehingga model analisis layak untuk dilakukan analisa regresi
Analisis Regresi Linier Berganda
Setelah mengeluarkan variabel return on asset dari model analisis dan merubah dalam
bentuk log natural diperoleh hasil sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
14
Variabel Bebas
Current Ratio
Earning Per Share
Debt To Total Asset
Total Asset Turnover
Inflasi
Konstanta
Sig. F
R
R2
Tabel 6
Hasil Uji Regresi Berganda
Koefisien Regresi Sig.
-2,272
0,010
1,159
0,001
-0,220
0,682
0,386
0,498
0,308
0,451
6,871
0,000
0,951
0,904
r
-0,181
0,431
-0,041
0,069
0,077
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari data tabel 6 persamaan regresi yang didapat adalah:
CP = 6,871 – 2,272CR + 1,159EPS – 0,220DTA + 0,386TATO + 0,308INFLASI
Koefisien Korelasi dan Determinasi
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh output untuk koefisien determinasi
berganda sebagai berikut :
Tabel 7
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1
0,951
0,904
0,856
0,4491
a Predictors: (Constant), Inflasi, Earning Per Share, Debt To Total
Asset, Current Ratio, Total Asset Turnover
b Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 7 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,904 atau 90,4% yang
menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas current ratio, earning per share,
debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara bersama-sama terhadap harga saham
adalah besar. Sedangkan sisanya (100 % - 90,4 % = 9,6 %) dikontribusi oleh faktor lainnya.
Pengujian Hipotesis Uji F / Model F
Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 8
Anova
Model
1 Regression
Sum of
Squares
18,974
Residual
Total
a
b
df
Mean Square
5
3,795
2,017
10
0,202
20,991
15
F
18,818
Sig.
0,000
Predictors: (Constant), Inflasi, Earning Per Share, Debt To Total Asset,
Current Ratio, Total Asset Turnover
Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 8 di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,000 < 0.05 (level of signifikan),
maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri
dari current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover dan inflasi secara
bersama-sama terhadap harga saham adalah signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
15
Pengujian Secara Partial
Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Uji t dan Tingkat Signifikan
Variabel
Current Ratio
Earning Per Share
Debt To Total Asset
Total Asset Turnover
Inflasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Sig
0,010
0,001
0,682
0,498
0,451
Keterangan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Berdasar tabel 9 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel current ratio = 0,010 <  = 0,050 (level of
signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh current ratio terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan.
2. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel earning per share = 0,001 <  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh earning per share terhadap harga saham secara parsial adalah signifikan.
3. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel debt to total asset = 0,682 >  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh debt to total asset terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan.
4. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel total asset turnover = 0,498 >  = 0,050
(level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh total asset turnover terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan.
5. Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel inflasi = 0,451 >  = 0,050 (level of
signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian
pengaruh inflasi terhadap harga saham secara parsial adalah tidak signifikan.
Koefisien Determinasi Partial
Tingkat koefisien determinasi masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 10
Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial
Variabel
Current Ratio
Earning Per Share
Debt To Total Asset
Total Asset Turnover
Inflasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
r
-0,504
0,812
-0,132
0,217
0,241
r2
0,2537
0,6590
0,0175
0,0471
0,0580
Dari hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap harga saham adalah earning per share karena mempunyai
koefisien determinasi partialnya paling besar.
Pembahasan
Harga saham suatu perusahaan dapat berubah-ubah, perubahan harga saham ini dapat
terjadi karena beberapa hal, perubahan harga saham pada dasarnya disebabkan oleh adanya
interaksi dari permintaan dan penawaran di pasar modal. Artinya,perubahan harga saham
tergantung kepada pihak emiten yang menawarkan saham dan para pialang saham sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
16
pihak yang mengajukan permintaan.Harga saham yang cenderung naik mempunyai
dampak adanya capital gain, atau dapat menggambarkan kondisi perusahaan yang
cenderung cukup baik atau mempunyai prospek jangka panjang yang menjanjikan.
Sebaliknya, harga saham cenderung turun, dapat mengakibatkan capital loss dan permintaan
akan saham juga akan turun, selain hal ini mennjukkan kekurangpercayaan para investor
terhadap kemampuan atau prospek jangka panjang dari perusahaan.Banyak faktor yang
mempengaruhi harga saham, yaitu faktor-faktor fundamental mikro (faktor-faktor internal),
dan faktor fundamental makro (faktor-faktor eksternal).Faktor-faktor fundamental mikro
adalah faktor –faktor yang berkaitan dengan kondisi fundamental perusahaan, seperti
misalnya rasio lancar (Current Ratio), rasio utang (Debt equity Ratio), laba bersih per saham
(Earning per share), rasio harga laba bersih (Price Earning Ratio), hasil deviden (Deviden yield)
dan sebagainya. Factor-faktor fundamental makro adalah factor –faktor yang berkaitan
dengan factor fundamental makro ekonomi, seperti misalnya tingkat Inflasi (inflation Rate).
Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan current ratio, earning per share, debt to
total asset, total asset turnover dan inflasi secara bersama-sama terhadap harga saham adalah
signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya harga saham pada perusahaan
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya
tingkat current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset turnover yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan tersebut serta besarnya inflasi yang terjadi pada periode tersebut.
Hasil ini didukung dengan perolehan koefisien korelasi sebesar 95,1 % yang menunjukkan
hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap harga saham
memiliki hubungan yang kuat.
Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.
current ratio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan current ratio
yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh
yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan current ratio
mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap harga saham. Hasil ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat current ratio yang dimiliki suatu perusahaan akan
semakin rendah harga saham perusahaan. Hasil ini sejalan dengan pendapat Munawir
(2007) yang mengungkapkan bahwa dengan tingginya tingkat current ratio yang dimiliki
oleh perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya juga tinggi. Namun perusahaan dengan likuiditas yang tinggi belum tentu akan
menarik investor untuk berinvestasi, karena current ratio yang tinggi juga menunjukkan
adanya piutang yang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual, yang akan
mempunyai pengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba (gain) serta menghindari risiko. Hasil ini juga sejalan dengan
pendapat Munawir (2007:72), suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
menjaminkan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena
proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah
persediaan yang relative tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan dating
sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over interstment
dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk
ditagih.
Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang
dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. Hasil pengujian juga
menunjukkan bahwa earning per share mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap harga saham, hal ini mengindikasikan semakin besar earning per share yang
dibagikan akan mendorong harga saham perusahaan tersebut semakin tinggi. Besar kecilnya
earning pershare yang diberikan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, karena yang kita
ketahui dengan earning pershare yang tinggi akan sangat menarik para investor untuk
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
17
menanamkan modalnya. Karena pada dasarnya EPS sering digunakan oleh investor (atau
calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam mencetak laba
berdasarkan saham yang dipunyai. Hasil ini sejalan dengan pendapat Samsul (2009,145),
yang mengungkapkan bahwa makin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan
pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal
ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik,
sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.
Debt to total asset ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt
to total asset ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Hal ini
mengindikasikan informasi tentang debt to total asset ratio yang dimiliki perusahaan tidak
dipandang penting oleh para investor atau calon investor, tapi bagaimana perusahaan
tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lebih bagi mereka. Tingkat debt to total asset
ratio yang tinggi menunjukkan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di
dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Namun dengan tingkat debt to total asset
ratio yang tinggi akan menimbulkan resiko yang berupa beban kewajiban yang ditanggung
oleh perusahaan akan semakin berat, jika perusahaan mampu memanfaat modal yang
mengalir tersebut.
Total asset turnover merupakan rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva diukur
dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa pengaruh yang ditunjukkan
total asset turnover terhadap harga saham adalah tidak signifikan. Hasil ini memberi
gambaran bahwa total asset turnover perusahaan tidak dapat memberikan nilai kepastian bagi
investor untuk meraih keuntungan. Karena meskipun tingkat total asset turnover atau
kemampuan perusahaan dalam menggunakan semua aktiva menciptakan penjualan
semakin tinggi, jika tidak dapat menekan biaya-biaya yang ada maka laba perusahaan yang
dihasilkan juga tidak terlalu besar. Hal ini tentu saja tidak dapat memenuhi ekspektasi para
investor yang menginginkan keuntungan (gain) sehingga return saham juga akan turun,
(Elyawati, dkk. 2010).
Inflasi (inflation) merupakan kenaikan harga barang dan jasa, yang terjadi jika
pembelanjaan bertambah dibandingkan dengan penawaran barang di pasar, dengan kata
lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. Inflasi didefinisikan
sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksudkan
disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga-harga barang
menjelang lebaran, atau hari libur lainnya, cenderung naik. Namun, setelah perayaan usai,
masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula
(Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang
bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja & Manurung, 2004). Hasil pengujian
menunjukkan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
food and beverages. Kondisi ini di karenakan rata-rata inflasi yang terjadi kurang dari 2 %.
Menurut Sukirno (2007:302) merupakan inflasi rendah. Inflasi yang rendah tingkatnya dan
dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak
dapat dielakan sering sekali inflasi yang lebih serius yaitu tingkatnya mencapai 10 persen
atau sedikit lebih tinggi. Hasil ini sependapat dengan Kewal, (2012; 53-64) mengungkapkan
bahwa dengan rata‐rata tingkat inflasi yang rendah (di bawah 10 persen), pasar masih bisa
menerima. Namun, bila inflasi menembus angka 10 persen, pasar modal akan terganggu.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa earning per share merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa besarnya
earning per share menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih per
lebar saham sangat baik, serta memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
18
baik karena tingkat laba bersih yang dihasilkan semakin besar. Dengan earning pershare yang
tinggi akan sangat menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Hasil pengujian simultan variabel current ratio, earning per share, debt to total asset, total
asset turnover dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Besarnya pengaruh model yang digunakan penelitian tersebut sebesar 95,1% yang
menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara simultan terhadap harga
saham memiliki hubungan yang kuat.
Hasil pengujian parsial dengan menggunakan uji t menunjukkan dari 5 variabel yang
digunakan model penelitian yaitu current ratio, earning per share, debt to total asset, total asset
turnover dan inflasi yang menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham adalah variabel current ratio,dan earning per share. Sedangkan variabel debt to
total asset, total asset turnover dan inflasi tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap
harga saham .
Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang
mempunyai pengaruh yang dominan adalah earning per share yang memiliki nilai koefisien
determinasi parsial paling tinggi sebesar 65,90%.
Saran
Bagi perusahaan hendaknya dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah
segala sumber daya yang dimiliki dan dipercayakan kepadanya untuk meningkatkan
pertumbuhan usahanya, sehingga para investor lebih percaya lagi untuk menanamkan
investasinya kedalam perusahaan, serta perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage
perusahaan, yaitu dengan lebih mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari
hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga
beban yang ditanggung perusahaan tidak terlalu berat.
Bagi para investor maupun pelaku pasar modal, kinerja keuangan perusahaan yang
digambarkan melalui rasio-rasio keuangan memberikan informasi tentang laba perusahaan
mendatang yang merupakan prioritas utama dalam pengambilan keputusan bagi para
investor untuk menanamkan modalnya, analisa ini sebaiknya digunakan sebagai bahan
informasi bagi calon investor selain informasi dari Bursa Efek.
Bagi peneliti berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta
pengamatan untuk lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro,
internal non finansial, situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Adhita, L. D. 2013. Pengaruh Current Rasio, Return On Assete, Earning Per Share, Debt To
Equity Ratio, Inflasi, Suku Bunga, Dan Perubahan Earning After Tax Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar di LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Boediono. 2007. Ekonomi Makro. Edisi 4. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Brigham, F. Eugene, dan J. Houston. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba
Empat. Jakarta.
Darmadji, T dan H, Fakhruddin. 2008. Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.
Djohanputro, B. 2006. Manajemen Resiko Korporat Terintegrasi. PPM. Jakarta.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Harisma. 2003. Analisi Pengaruh Variabel Fundamental dan Tehnikal Terhadap Harga
saham. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia. Vol.11. No.7. Hal 116-133.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014)
19
Husnan, S. 2007. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis. Sekuritas. Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.
Lestari, M. I dan T. Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitek & Sipil). Jurnal. 21-22 Agustus, Vol.2. Fakultas Ekonomi. Universitas
Gunadarma.
Kewal, S. S. 2012. Pembentukan Portofolio Optimal Saham-Saham Pada Periode Bullish di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi. Vol. 9. No. 1.
Mardiyanto, H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. PT Grasindo. Jakarta.
Munawir. S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Murni, A. 2008. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Jakarta.
Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis
Terhadap Harga Saham Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia.
Vol.15. No.3. Hal 294-312.
Prastowo, D dan R. Julianty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. YKPN. Yogyakarta
Putong, I. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi II. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Rahardja, P dan M. Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Rudianto. 2009. Akuntansi Manajemen, Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.
Gramedia. Jakarta
Samsul, M. 2009. Pasar Modal dan Manajeen Portofolio. Erlangga. Surabaya.
Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Elex Media
Computindo. Jakarta.
Sawir, A. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sitio, D., M. Dzulkirom, dan A. Husaini. 2012. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap
Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Hotel dan Pariwisata Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2011). Jurnal. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitafif R&D CV Alfabeta. Bandung.
Sukirno, S. 2007. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi II. Penerbit PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Supranoto, M. 2002. Biaya Transaksi Nasabah Perbankan Pengkreditan Rakyat. Jurnal
Keuangan dan Perbankan Perbanas. Vol. 4.
Syafi’i, S. 2011. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Mikro Terhadap Harga Saham
Perusahaan Otomotif Dan Komponenya Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya.
Syamsudin, A. 2009. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Edisi Revisi. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta.
Widoatmojo. S, 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Penerbit PT. Jurnalindo Aksara
Grafika Jakarta.
Wati, E., Lismawati, dan Aprilla. 2010. Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan,
Komitmen Organisasi dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor
Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto.
Download