Studi Eksploratif Perilaku Seksual Siswa kelas 4-5 Sekolah Oasar di SO X Oleh: Cicilia Tanti Utami Universitas Katolik Soeg ijapranata Semarang ABSTRA CT Sexuality is a multidimension phenomenon that has many aspects that include biological, psychosocial, cultural, behavioral and moral. This research aims to explore sexual behaviorsamong student of grade 4 and 5 in one of elementary school in Semarang. The current study used focused group Discussion (FGD) on gathering the data. The sample consisted of 126 student (grade 4= 67, grade 5=59). It explores their behaviors to acces pomography, behavior to use sexuality terms and their sexual behavior. Results showed that their sexual behaviors were in the normal phase of sexuality development, while some others showed that their sexual behaviors were beyond their cronological age. Key word: Sexual behavior, Elementary school, Sexuality Latar Belakang Anak di dunia pendidikan disebut sebagai siswa. Dalam proses pendidikan yang sedang mereka tempuh, maka siswa akan mendapat berbagai pengetahuan, baik pengetahuan yang diperoleh dari dunia formal maupun informal. Salah satu pengetahuan yang didapat anak melalui dunia formal dan informal adalah pengetahuan tentang seksualitas. Pendidikan tentang seksualitas didapat siswa melalui salah satu materi pelajaran. Namun demikian, pengetahuan yang diberikan secara formal oleh guru belum memenuhi standar rasa ingin tahu mereka yang tinggi. Oleh karena itu, untuk memenuhi rasa ingin tahu anak yang tinggi maka siswa mencoba mencari tahu dengan mengakses informasi melalui internet. Berdasarkan observasi awal pad a SD X dilaporkan bahwa ada seorang guru yang menyaksikan siswa-siswanya mengakses internet yang mengandung unsur pornografi. Kejadian tersebut masih ditambah lagi dengan fakta adanya seorang siswa yang membuat komik 62 dengan unsur pornografi yang kuat yaitu tentang hubungan seksual antara laki-Iaki dan perempuan. Hasil penelusuran awal masih dilanjutkan lagi pada beberapa orang tua siswa. Berdasar hasil penelusuran ditemukan bahwa ada beberapa siswa yang mengeluarkan kata-kata kotor (terkait dengan seksualitas) ketika mengolok atau mengumpat temannya. Ada juga orang tua yang menemukan anaknya sedang mengakses situs porno. Berdasar faktafakta tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai gambaran perilaku seksual pada siswa kelas 4-5 SO di SO X. Tinjauan Pustaka Seksualitas merupakan fenomena multidimensi yang meliputi aspek biologis, psikososial, perilaku, klinis, moral dan budaya (Masters, Johnsons & Kolodny, dalamHelmi & Paramastri, 1998). Perilaku seks merupakan hasil kekuatan biologis dan psikososial. Biologis terkait dengan fungsi hormonal, perkembangan seksual, gairah seks, fungsi seks, sedangkan psikososial terkait dengan faktor psikologis dan sosial yang mempengaruhi seksualitas man usia. Perkembangan seksual anak menurut Wuryani (2008) menyebutkan bahwa pada usia 6-7 tahun, anak menunjukkan minat tentang perbedaan fisik antara laki-Iaki dan perempuan. Pada usia 8 tahun, anak mulai menyinggung masalah seks dan pad a usia 9 tahun, mereka mulai berbicara tentang seks dengan ternan sebaya serta menggunakan istilahistilah seksual dalam mengucapkan kata-kata kotor. Selanjutnya pada usia 10 tahun, anak akan belajar dari temannya tentang menstruasi dan hubungan seks. Pada masa kanak-kanak akhir atau pra remaja, sebagian besar dari anak-anak lebih suka bersosialisasi dengan sesama jenis. Oengan bertambahnya usia, minat mereka untuk bersosialisasi dengan lawan jenis semakin bertambah.(Rathus, Nevid & Rathus, 2011) 63 Masa kanak-kanak akhir merupakan masa yang menganggap ternan sebaya sebagai suatu yang penting, sehingga perhatian utama anak lebih tertuju kepada keinginan untuk diterima oleh ternan sebaya. Anak belajar menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui bersama. Metode Penelitian ini dilakukan pada sebuah sekolah dasar dengan menggunakan data kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan Focused Group Discussion (FGD) pada tanggal 9 Mei 2015. Subyek adalah siswa kelas 4 dan 5 SO dengan jumlah kelas 4 SO adalah 67 siswa dan kelas 5 SO sejumlah 59 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelas dibagi menjadi 11 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5-7 siswa dengan dipandu oleh satu orang fasilitator. Data yang digali dalam FGD adalah a. Perilaku siswa dalam mengakses internet yang berkaitan dengan tayangan pornografi (media, jenis situs dan tempat mengakses internet, kata kunci, inisiatif) b. Perilaku siswa dalam penggunaan istilah-istilah yang terkait dengan seksualitas c. Pengalaman siswa terkait dengan perilaku seksual Hasil Berdasarkan hasil pengambilan data melalui FGD maka diperoleh hasil sebagai berikut: a. Perilaku siswa dalam mengakses internet yang berkaitan dengan tayangan pornografi. Hasil dari FGD menyebutkan bahwa lokasi yang sering dipakai siswa untuk mengakses internet yang berkaitan dengan tayangan pornografi adalah rumah dan sekolah. Berdasarkan hasil penelusuran data, lokasi di sekolah yang sering dipakai siswa dalam mengakses internet yang berbau pornografi adalah di laboratorium 64 komputer serta dilingkungan sekolah yang tergolong sepi. Perangkat yang digunakan siswa dalam mengakses tayangan pornografi tersebut adalah melalui handphone, perangkat komputer di laboratorium sekolah serta laptop/lpad milik orang tua atau saudara dirumah. Selanjutnya beberapa kata kunci yang dipakai siswa untuk mengakses tayangan pornografi adalah Sex, XXX, video artis, bugil, selingkuh, malam pertama, kenthu, 10 cewek terhot. Selanjutnya beberapa siswa yang mengakui telah mengakses tayangan pornografi mengatakan bahwa mereka melakukan tindakan tersebut disebabkan oleh ajakan dari teman, baik teman satu kelas maupun kakak kelas serta saudara di rumah. b. Perilaku siswa dalam penggunaan istilah-istilah yang berkaitan dengan seksualitas. Beberapa istilah-istilah seksualitas yang muncul dalam FGD ini adalah alat kelamin laki-Iaki dan perempuan, hubungan seksual serta istilah yang terkait dengan pelacuran. Istilah yang dipakai oleh siswa sering diucapkan dalam bahasa lokal. Siswa menggunakan istilah-istilah tersebut ketika mengucapkan kata-kata kotor untuk mengumpat atau bergurau dengan teman. Namun demikian beberapa siswa mengakui bahwa meski menggunakan istilah tersebut dalam berbicara dengan teman, mereka tidak memahami arti istilah terse but. Beberapa siswa mengucapkan katakata tersebut hanya karena mendengar teman lain mengucapkannya, sedangkan beberapa yang lain mengatakan bahwa mereka memahami arti dari kata-kata tersebut. c. Pengalaman siswa terkait dengan perilaku seksual. Perilaku seksual yang dilaporkan dalam penelitian ini hanya dilakukan oleh beberapa siswa saja. Namun perilaku seksual tersebut diketahui oleh banyak siswa, baik dari melihat secara langsung maupun dari cerita teman. Berdasarkan hasil FGD disebutkan bahwa perilaku-perilaku seksual yang muncul pada teman-teman mereka yang dalam pengertian mereka sedang berpacaran adalah seperti bergandengan tangan, 65 berciuman pipi, berpelukan dan berciuman bibir. Hasil FGO juga ditemukan bahwa sa at berpacaran, siswa juga memegang bagian tubuh lawan jenisnya seperti memegang payudara serta alat kelamin lawan jenis. Perilaku memegang bagian tubuh lawan jenis juga dilakukan tidak hanya oleh mereka yang berpacaran tetapi juga dilakukan oleh siswa laki-Iaki kepada siswa perempuan sebagai bagian dari perilaku bullying. 8eberapa siswa laki-Iaki mengakui bahwa mereka suka memegang bag ian tubuh teman perempuan mereka. Siswa perempuan yang sering dipegang bag ian tubuh mereka mengakui bahwa mereka menerima perlakuan tersebut karena adanya ancaman fisik maupun psikis. Selain itu ada seorang siswa perempuan yang mencoba melaporkan perilaku ternan laki-Iaki kepada guru tetapi tidak mendapat tanggapan sedikitpun dari guru tersebut. Diskusi Hasil yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa siswa kelas 4 dan 5 SO tersebut mulai tertarik dengan lawan jenis dan berbicara tentang seks serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai seksualitas. Ketertarikan siswa terhadap masalah seksualitasditunjukkan dari perilaku mereka dalam mengakses internet yang berbau pornografi penggunaan istilah-istilah yang terkait dengan seksualitas. (2008) mengatakan bahwa anak usia 8-10 tahun serta Wuryani sudah mulai membicarakan masalah tentang seksualitas. Dleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perilaku yang muncul pada siswa-siswa tersebut adalah sesuai dengan tahapan perkembangan seksual mereka. Namun demikian ditemukan bahwa beberapa siswa menunjukkan perilaku seksual yang melebihi usia kronologis mereka. Berdasar hasil pengumpulan data ditemukan beberapa siswa yang 'berpacaran' melakukan perilaku -perilaku seksual seperti berciuman pipi dan bibir 66 bahkan memegang bag ian tubuh lawan jenis seperti payudara dan alat kelamin. Berdasarkan data data tersebut diatas maka dapat diuraikan bahwa perilaku seksual siswa kelas 4-5 SD tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.Usia 8-10 tahun adalah usia dimana anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang hal-hal yang berkaitan tentang seksualitas. Dorongan atau rasa ingin tahu yang tinggi pada hal-hal yang terkait tentang seksualitas ini, akhirnya mendorong siswa untuk mengakses hal-hal yang dapat menjawab rasa ingin tahu mereka tentang seksualitas. Sen ada dengan Wuryani (2008) yang mengatakan anak usia 8 tahun mulai menyinggung masalah seks dan berbicara tentang seks pada usia 9 tahun serta usia 10 tahun, anak belajar tentang menstruasi dan hubungan seks dengan teman sebaya. Tekanan atau ajakan teman juga berpengaruh besar terhadap munculnya perilaku seksual pada siswa-siswa ini. Pada tahapan usia kanak-kanak akhir, teman sebaya memiliki peranan yang besar bagi seoarang anak. Santrock (2002 ) mengatakan sebagian besar waktu anak-anak dilakukan bersama teman sebaya. Anak-anak usia 7-11 tahun meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih dari 40 %. Teman sebaya memiliki peranan yang besar dalam perilaku anak. Anak yang mendapat tekanan atau ajakan dari teman sebaya akan berusaha untuk dapat memenuhi ajakan ataupun tekanan dari teman sebaya. Hal ini dilakukan karena pada tahap akhir kanak-kanak, minat terhadap aktivitas teman-teman dan keinginan untuk diterima sebagai anggota kelompok semakin meningkat (Hurlock, 1980).Perilaku siswa mengakses media pornografi dan memegang bag ian tubuh lawan jenis merupakan perilaku yang muncul karena ajakan ataupun ancaman dari teman sebaya. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang diakukan oleh Kallen, Stephenson dan Doughty (dalam Helmi & Paramastri, 1998) yang 67 menyatakan bahwa kebanyakan remaja mendapat informasi tentang seks melalui teman-temannya. Faktor yang juga berpengaruh terhadap munculnya perilaku seksual siswa kelas 4-5 SO tersebut adalah perilaku orang dewasa disekitarnya. Berdasarkan hasil FGO, ditemukan bahwa perilaku siswa yang senang mengakses tayangan porn og rafi disebabkan oleh orang dewasa disekitarnya. Ada siswa yang mengakses internet karena adanya ajakan saudara I kakak di rumah dan si kakak mendapat informasi tentang tayangan pornografi dari sang ayah. Selain itu ada juga yang menyaksikan orang tua I orang dewasa lain sedang melakukan hubungan seksual. Selain itu ditemukan pula bahwa ada tingkah laku guru yang dipersepsikan oleh siswa sebagai tindakan yang mengarah pada perilaku seksual, seperti merangkul, mencubit pipi dan sebagainya. Perilaku orang dewasa disekitarnya merupakan bentuk stimulasi yang berasal dari luar. Bandura mengatakan perilaku manusia terbentuk dari mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain (Santrock, 2002). Lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seksual pada siswa kelas 4-5 SO tersebut diatas. Taufik dan Anganthi (2005) mengatakan bahwa faktor Iingkungan memiliki peran yang penting dalam mendorong munculnya perilaku seksual. Lingkungan fisik sekolah yang luas, dimana terdapat tempat-tempat sepi, ternyata digunakan oleh siswa untuk mengakses internet secara bebas. Minimnya pengawasan dari pihak keamanan sekolah maupun guru juga ikut berpengaruh terhadap kebebasan siswa dalam memunculkan tindakan atau perilaku seksual. Siswa dapat 'berpacaran' atau mengakses tayangan pornografi secara bebas di sekolah. Lingkungan rumah juga turut serta menyumbangkan tumbuhnya perilaku seksual tersebut. Pengawasan dan pengetahuan orang tua yang minim tentang seksualitas membuat orang tua tidak menyadari bahwa perilaku anak-anak yang berkaitan dengan seksualitas melebihi dari usia anak. 68 Orang tua lebih bersikap menghindar atau memberikan hukuman kepada anak bila anak bertanya atau melakukan tindakan yang berkaitan dengan perilaku seksualitas. Hasil penelitian Zelnik dan Kim (dalam Helmi & Paramastri, 1998) mengatakan bahwa bila orang tua bersedia mendiskusikan seks dengan anaknya, maka anak akan cenderung menunda perilaku seksual premarital. Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan bahwa orang tua cenderung melarang atau menghindar bila anak bertanya tentang seksualitas. Bahkan dari hasil FGD ditemukan ada anak yang mendapat ancaman keras dari orang tua berupa hukuman penjara bila anak melakukan tindakan yang berkaitan dengan seksualitas. Sehubungan dengan hal tersebut maka dapat dikatakan anak atau siswa tidak mendapatkan sosok orang dewasa yang tepat atau yang dapat mendengarkan pertanyaan atau keluhan anak tentang seksualitas. Hasil FGD juga menemukan fakta bahwa ada siswa yang mencoba mengadukan peristiwa bullying yang ia terima dari lawan jenisnya yaitu perilaku teman dikelas yang memegang bag ian tubuhnya. Namun, guru yang mendapat informasi tersebut tidak melakukan tindakan apapun bahkan cenderung mengabaikan. Pengaruh media juga ikut berperan bagi terbentuknya perilaku ini. Perkembangan media sosial maupun elektronik yang semakin pesat memudahkan siswa untuk mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas. Namun karena kurang adanya pengawasan dan pemberian informasi yang tepat dari orang dewasa ketika anak-anak mengakses internet, maka ini menimbulkan perilaku seksual yang melebihi usia kronologis anak. Menurut Rusman (dalam Rahmawati, 2012) berdasar survei yang dilakukan pad a tahun 2010 didapatkan hasil 67 % siswa sekolah dasar kelas 4-6 mengakses informasi pornografi dari bacaan dan jaringan internet. Ditambahkan oleh Juliastuti (dalam Rahmawati, 2012) media massa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seksual karena media sangat menonjolkan aspek pornografi. 69 Kesimpulan Perilaku seksual sebagian besar siswa kelas 4-5 SO di SO 'X' masih sesuai dengan tahap perkembangan seksual anak. Namun demikian, beberapa siswa menunjukkan perilaku seksual yang melebihi usia kronologis anak. 8eberapa faktor yang mendorong perilaku tersebut adalah rasa ingin tahu yang tinggi, ajakan I ancaman dari teman sebaya, pengaruh orang dewasa lain, lingkungan sekolah dan rumah, kemudahan dalam mengakses internet serta tidak adanya orang dewasa yang dapat menjadi tempat mengadu bagi anak. Perilaku seksual beberapa siswa yang melebihi usia anak tersebut, ternyata menjadi perbincangan bagi siswa - siswa lain, baik yang menyaksikan peristiwa itu langsung atau hanya mendengar dari ternan yang lain. Oleh karena itu, dinamika peer group diduga dapat menyebabkan menyebarnya perilaku tersebut. Saran 8agi Siswa • Perlu adanya pemberian informasi atau pengetahuan tentang seksualitas dari sumber yang dapat dipercaya. 8agi Orang tua, Guru dan orang dewasa lain di sekitar anak • Orang dewasa lebih berhati-hati dalam bersikap dan berperilaku terkait dengan perilaku seksual • Perlu adanya pemberian informasi/pengetahuan tentang bagaimana pendidikan seksualitas bagi anak • Perlu ada sinergi antara orang tua dan pihak sekolah terkait dengan penggunaan internet 70 Bagi Pihak Sekolah • Perlu memikirkan cara yang tepat dengan membuat aturan-aturan yang mengutamakan adanya pengawasan dari pihak sekolah terhadap perilaku seksual siswa