Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 ANALISA TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.) DALAM VEGETASI DENGAN AGROEKOLOGI DI KABUPATEN BANGKALAN Sri Wahyuni, Mustika Tripatmasari dan Eko Murniyanto Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Km 3 Po BOX 2 Kamal Bangkalan email : [email protected] ABSTRAK Tapak liman merupakan tumbuhan liar yang mengandung stigmasterol namun belum dibudidayakan, sehingga penetapan zona tapak liman berdasarkan agroekologi menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zona potensi produksi tapak liman berdasarkan agroekologi di Kabupaten Bangkalan. Alat dan bahan yang digunakan antara lain buku tulis, kotak spesimen, hand counter, meteran, tali rafia, GPS, kompas, bor tanah, pengukur cuaca, alat destilasi, software SIG dan vegetasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Stasiun pengamatan ditentukan secara purposive sampling menggunakan Peta Tanah Tinjau. Variabel agroekologi dalam penelitian ini yaitu N tanah dan curah hujan. Analisis vegetasi dan potensi produksi tapak liman yang dianalisis menggunakan analisis regresi linier ganda. Kabupaten Bangkalan rata-rata beriklim D (bersifat sedang) dengan kandungan N tanah berkisar antara 0,05-0,28 (sangat rendah). Potensi produksi tertinggi ditemukan pada jenis tanah alluvial hidromorf di Kecamatan Bangkalan. Komponen agroekologi yaitu curah hujan (X1) dan kandungan N total tanah (X2) dapat mempengaruhi potensi produksi tapak liman (Y) melalui persamaan Y = 0,03 + 0,0009 X1 + 1,73 X2 (R2=0,97). Zona potensi produksi tapak liman yang dikelompokkan menjadi tiga kelas di Kabupaten Bangkalan ditunjukkan dalam uraian. Kata kunci: Tapak liman, SIG, pemetaan, analisa vegetasi, jenis tanah tinjau PENDAHULUAN Tumbuhan yang dikenal dengan nama talpak tana di Madura ini secara empiris dapat dipakai sebagai viagra alami karena mengandung stigmasterol yang berfungsi membentuk hormon progesteron. Di Thailand, daun tapak liman digunakan sebagai pencegah kehamilan, peluruh air seni dan afrodiasiak, sedangkan di Indonesia digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti disentri, amandel, demam, influenza, penambah darah, cacar air, nyeri haid, radang tenggorokan, anemia, keputihan, batuk dan peradangan pada ginjal (Freddy, 2011). Tapak liman merupakan tumbuhan liar yang belum dibudidayakan, sehingga melalui analisis vegetasi di Kabupaten Bangkalan menjadi penting untuk mengetahui distribusi tapak liman. Dari hasil sebaran tersebut dapat disusun zona agroekologi apabila akan dibudidayakan. Secara ekologis, jenis tanah yang tersebar di Madura adalah jenis tanah litosol, grumosol dan latosol. Jenis-jenis tanah tersebut merupakan jenis-jenis tanah subur yang cocok untuk usaha pertanian. Beberapa diantaranya juga baik digunakan untuk perkebunan, sedangkan Lembaga Penelitian Tanah terdapat 13 jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Bangkalan (Chandra, 2008; LPT, 1973). Jenis Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura tanah dapat dijadikan dasar awal dalam menyusun zona agroekologi dengan menentukan stasiun pengamatan. Tapak liman pada jenis tanah yang berbeda diduga memiliki karakteristik yang berbeda. Tujuan penelitian ini menentukan zona agroekologi tapak liman di Kabupaten Bangkalan. METODE Zonasi agroekologi dilaksanakan dengan pendekatan survey berdasarkan jenis tanah tinjau sebagai stasiun pengamatan, dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011. Bahan yang digunakan adalah vegetasi tumbuhan yang ada di stasiun pengamatan. Alat yang digunakan dalam zonasi agroekologi tapak liman adalah 1) buku tulis, 2) kotak spesimen, 3) hand counter, 4) meteran, 5) tali rafia, 6) GPS, 7) kompas, 8) bor tanah, dan 9) pengukur cuaca. Stasiun pengamatan ditentukan dengan menggunakan metode stratified random sampling. Petak ukur dibuat pendekatan kuadrat (Suin, 1991) (Gambar 1). Variable pengamatan meliputi frekuensi relative, kerapatan relative, dominansi relative, indek nilai penting, indek keanekaragaman dan produktivitas. Data-data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis regresi linier untuk mencari hubungan antara agroekologi tapak liman dengan produktivitasnya berdasarkan jenis tanah yang ada di Kabupaten Bangkalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Agroekologi Bangkalan Komponen agroekologi yang paling utama meliputi iklim dan tanah. Iklim dapat ditentukan oleh curah hujan setiap tahun. Berdasarkan curah hujan bulanan selama lima tahun dan menurut Schmidth-Ferguson menunjukkan bahwa iklim setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan bervariasi antara tipe A, B, C, D hingga E (Tabel 1). Tabel 1 Tipe Iklim Masing-masing Kabupaten Di Bangkalan Nama Stasiun Bangkalan Socah Rerata 5 tahun terakhir bb bk 7,60 7,20 4,00 3,60 Q ( persen) Type Iklim 52,63 50,00 C C Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Burneh Kamal Arosbaya Labang Sukolilo Tragah Klampis Tanah Merah Kwayar Geger Tj. Bumi Sepulu Dupok Galis Modung Konang Blega Kedungdung Juni, 2012 6,40 4,00 6,00 4,80 8,40 5,40 75,00 210,00 90,00 D F D 0,00 5,40 7,60 3,60 6,20 6,00 12,00 5,80 3,60 6,80 4,00 4,20 0,00 107,41 47,37 188,89 64,52 70,00 A E C F D D 7,20 4,80 3,60 3,80 50,00 79,17 C D 6,20 7,00 4,60 4,00 74,19 57,14 D C 7,40 0,00 3,40 12,00 45,95 0,00 C A 7,40 7,80 3,80 4,20 51,35 53,85 C C 5,60 5,00 89,29 E 6,30 4,61 73,17 D Rerata Sumber : Dinas Pengairan dan Pedesaan Kabupaten Bangkalan Keterangan : BK = Jumlah bulan kering; BB = Jumlah bulan basah; Q = Nilai klasifikasi iklim Sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah sifat kimia tanah, terutama nitrogen (N) lebih esensial selain P dan K. Unsur N berperan dalam sebagian besar proses pertumbuhan, penyusun protein dan pembentukan produksi tanaman, seperti buah, daun dan umbi (Anonimb, 2007). Unsur ini juga berkaitan dengan biosintesis kandungan steroid pada tapak liman (Elepanthopus scaber L.) (Robinson, 1991). Pada Tabel 2 menunjukkan kandungan N pada umumnya berkategori rendah kecuali di stasiun 12 dan 13 (Hardjowigeno, 1989). Tabel 2 Kandungan N Tanah Pada Setiap Jenis Tanah di Bangkalan Stasiun Pengamatan N (persen) Tekstur 1 0,1 Lempung berpasir 2 0,07 Lempung berpasir 3 0,05 Lempung 4 0,09 Lempung liat berpasir 5 0,07 Lempung berpasir 6 0,05 Lempung berpasir 7 0,08 Lempung liat berpasir 8 0,07 Lempung berpasir 9 0,08 Lempung liat berpasir 10 0,07 Lempung berpasir 11 0,08 Lempung liat berpasir 12 0,22 Lempung berpasir 13 0,28 Berpasir Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Analisis Vegetasi Jenis pohon yang ditemukan pada petak ukur seluas 20x20 m di setiap stasiun pengamatan, diantaranya kelapa, mangga, nangka, jati, akasia, jambu air dan ketepeng. Tumbuhan tiang maupun pancang yang ditemukan di beberapa stasiun pengamatan diantaranya kelapa, salak, akasia, jati dan lamtoro. Tumbuhan perdu/semak yang ditemukan di setiap stasiun pengamatan pada petak ukur seluas 2x2 m diantaranya Chromolaena odorata, Acalypha indica, Ageratum conyzoides, Euphorbia hirta, Alokasia longiloba, Ilalang, Meniran dan lembayung. Kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative dan indek nilai penting di setiap stasiun mempunyai persentase yang bervariasi (Tabel 3). Kerapatan relatif tapak liman tertinggi yaitu 52,35 persen terdapat pada jenis tanah Grumosol Kelabu, sedangkan kerapatan tapak liman terendah yaitu 4,63 persen terdapat pada jenis tanah mediteran merah tua dan regosol . Frekuensi tapak liman tertinggi yaitu 56,43 persen ditemukan pada jenis tanah grumosol kelabu , sedangkan frekuensi tapak liman terendah yaitu 5,02 persen ditemukan pada jenis tanah mediteran merah tua dan regosol. Dominansi relatif tapak liman tertinggi yaitu 52,35 persen ditemukan pada jenis tanah grumosol kelabu, sedangkan dominansi tapak liman terendah yaitu 4,63 persen ditemukan pada jenis tanah mediteran merah tua dan regosol. Indeks nilai penting (INP) tapak liman merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) satu spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994 dalam Indriyanto, 2005). INP tapak liman tertinggi yaitu 161,13 ditemukan pada jenis tanah grumosol kelabu (tabel 4.7), sedangkan INP tapak liman terendah yaitu 9,64 ditemukan pada jenis tanah mediteran merah tua dan regosol. Tabel 3 Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR); Dominansi Relatif (DR); dan Indek Nilai Penting (INP) Tapak Liman di Kabupaten Bangkalan Tahun 2011. Stasiun Pengamatan KR ( persen) FR ( persen) DR ( persen) INP 1 2 3 4 5 8,40 24,77 9,94 13,58 36,41 26,01 52,35 4,63 52,14 17,1 52,15 50,31 11,6 2,36 24,38 4,57 3,61 43,3 19,67 56,43 0,38 53,35 5,02 56,33 53,1 6,19 8,40 24,77 9,94 13,58 36,41 26,01 52,35 4,63 52,14 17,1 52,15 50,32 11,6 19,16 73,92 24,45 30,77 116,12 71,69 161,13 9,64 157,63 39,22 160,63 153,73 29,39 6 7 8 9 10 11 12 13 Produktivitas tertinggi ada pada jenis tanah aluvial hidromorf yaitu 2,4 gram per tumbuhan, sedangkan potensi produksi terendah ada pada jenis tanah kompleks mediteran coklat dan litosol (Gambar 2). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2012 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 POTENSI PRODUKSI (gr) Gambar 2 Potensi Produksi Tapak Liman Tahun 2011 (g bk/ tumbuhan) Hubungan Produktivitas Tapak Liman dengan Agroekologi Kabupaten Bangkalan Analisa regresi terjadi hubungan linier antara curah hujan dan N total tanah dengan produktivitas tapak liman secara alami sebesar Y = 1,03+0,0002 X1 + 1,06 X2 (R2=97 persen). Potensi produksi terendah dijumpai pada tapak liman yang tumbuh di jenis tanah aluvial coklat kekuningan, kompleks mediteran coklat kekuningan dan litosol serta regosol coklat kekuningan. Potensi produksi tertinggi pada tapak liman yang tumbuh di jenis tanah aluvial hidromorf, grumosol kelabu dan asosiasi hidromorf kelabu dan planosol coklat kekelabuan. Uji regresi menunjukkan curah hujan mempunyai hubungan yang erat dibandingkan N total tanah. Curah hujan erat kaitannya dengan ketersediaan air dalam tanah, sehingga dapat mempengaruhi potensi produksi tapak liman. Hal ini sejalan dengan penjelasan Lakitan (1993) bahwa sebagian besar proses fisiologi yang berlangsung pada tumbuhan dipengaruhi oleh air atau bahan-bahan (senyawa atau ion) yang terlarut di dalam air. Meskipun demikian unsur N merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Unsur N berperan dalam sebagian besar proses pertumbuhan, penyusun protein dan pembentukan produksi tanaman, seperti buah, daun dan umbi. Penjelasan ini membuktikan bahwa kandungan nitrogen dalam tanah dapat mempengaruhi potensi produksi tapak liman (Anonim, 2007). KESIMPULAN 1. Tapak liman variasi Bangkalan tumbuh diantara vegetasi yang lain pada kondisi yang bervariasi di setiap stasiun. KR sebesar 4.63-52.35 persen; FR 0.38-56.33 persen; DR 4.63-52.35 dan INP 9.64-160.63 persen. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012 Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura 2. Potensi produksi tapak liman berdasarkan agroekologi dapat diprediksi dengan persamaan Y = 0,03 + 0,0009 X1 + 1,73 X2 (R2=0,97). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Tapak Liman. [online]. http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/15/. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011. Arisandi, Y. dan Andriani, Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. 5th ed. Jakarta : Pustaka Buku Murah Chandra, A. 2008. Penyebaran Jenis Tanah dan Pemanfaatannya. [online]. http://afriska.wordpress.com/2008/08/22/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011 Fachrul, F. M. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : PT Bumi Aksara Gliessman, S. R. 1997. Agroecology : Ecological Processes in Sustainable Agriculture. Florida : CRC Press LLC Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : CV Akademika Pressindo Ilhamsyah, F. 2011. Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) Viagra Alami. [online]. http://freddyilhamsyah,wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 Jiwo, K. A. 2009. Mengenal Agroekologi. [online]. http://mkundarto.wordpress.com/2009/10/01/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011 Jumin, H. B. 1989. Ekologi Tanaman. Jakarta : CV Rajawali Lembaga Penelitian Tanah. 1973. Peta Tanah Tinjau Pulau Madura. Madura : Lembaga Penelitian Tanah Prakoso, B. 2008. Tapak Liman. [online]. http://sehatherbal.blogspot.com/2008/01/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011 Rasidi, S. 2003. Ekologi Tumbuhan. 1 st ed. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Ratmoko, D., Agusta, W., Yunus, Y. R. M. 2011. Agroekologi sebagai Solusi Kesejahteraan bagi Petani Indonesia. [PKM]. Bogor : Institut Pertanian Bogor Sulastri. 2008. Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70 persen Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. [skripsi]. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Suryajaya, A. 2008. Tapak Liman sebagai Viagra Jowo. [online]. http://www.freewebs.com/anton26/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011 Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012