opini audit going concern - Repository Universitas Gunadarma

advertisement
1
OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN
MODELPREDIKSI KEBANGKRUTAN, DEBT DEFAULT, DAN OPINI AUDIT
TAHUN SEBELUMNYA (STUDI KASUS PADA SEKTOR JASA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
DINA EKASARI
Universitas Gunadarma
dina eka [email protected]
ABSTRACK
This study aims to determine the effect of bankruptcy prediction model, debt
default, and the audit opinion the previous year against the possibility of receiving a
going concern audit opinion on service companies listed in Indonesia Stock Exchange
in 2008 and 2009.
The data used are the financial statements and independent auditors' report,
published on its website www.idx.co.id. The sampling method used was purposive
sampling. The analysis model is logistic regression.
Based on the results obtained by empirical evidence that the model prediction of
bankruptcy, debt default, and the audit opinion the previous year significantly influence
the acceptance of a going concern audit opinion
Keywords: bankruptcy prediction model, debt default, the audit opinion of the previous
year, going-concern audit opinion.
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia usaha
menjadi bertambah ketat. Perusahaan yang tidak mampu bersaing maka tidak akan
bertahan dan akan tersingkir dari dunia usaha yang dijalankannya. Hal ini berkaitan
dengan salah satu tujuan yang penting dan harus diusahakan oleh semua jenis usaha
yaitu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama
(going concern).
Kelangsungan hidup suatu perusahaan, selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen membawa satuan usaha tersebut untuk survive selama mungkin. Oleh
karenanya, adalah wajar jika tudingan pertama ditujukan kepada manajemen. Namun
tudingan itu juga berpotensi besar melebar hingga kepada auditor. Auditor, melalui
opininya yang terangkum dalam laporan audit, mulai diminta tanggung jawabnya
untuk mengungkap kelangsungan usaha entitas.
Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report
yang menjadi tanggung jawab auditor dalam opini yang diberikan, sementara isi
dari laporan keuangan yang diaudit merupakan tanggung jawab manajemen
sepenuhnya. Opini ini diberikan oleh auditor berdasarkan kondisi-kondisi tertentu
yang harus dapat dipahami oleh auditor. Selama dalam proses pengauditan hingga
2
pemberian opininya, auditor dalam melaksanakan setiap tahapan auditnya dipengaruhi
oleh pengetahuan, pengalaman, dan pertimbangan.
Para pemakai laporan keuangan, dalam hal ini adalah investor terkadang tidak
dapat memahami makna yang terkandung dalam laporan keuangan yang dibuat
perusahaan. Investor akan lebih mudah membaca serta lebih mempercayai laporan
keuangan auditan. Laporan Auditor Independen yang memuat opini atas laporan
keuangan perusahaan akan digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak–pihak yang
berkepentingan, terutama bagi investor untuk menentukan investasi yang akan
ditanam.
Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas
pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat
hal-hal lain seperti : masalah eksistensi dan kontinuitas entitas sebab seluruh aktivitas
atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di
dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan secara
cermat adanya gangguan atas kelangsungan hidup suatu entitas (going concern) untuk
suatu periode, sehingga opini yang dihasilkan menjadi berkualitas sebagai produk
utama akuntan publik.
Opini going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas
sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi
kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan mengalami masalah untuk
survive. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan
dalam bisnis.
Kegagalan auditor dalam memodifikasi opini terhadap perusahaan yang
mengalami kebangkrutan adalah suatu kasus dimana suatu perusahaan yang
mengalami kebangkrutan tidak menerima opini dengan pengecualian. Para auditor
disyaratkan untuk memodifikasi laporan audit untuk ketidakpastian yang mungkin
mempengaruhi kemampuan klien untuk melanjutkan kelangsungan usahanya.
Ramalan bahwa suatu perusahaan akan bangkrut atau tidak, termasuk dalam salah
satu pertimbangan dalam penerbitan keputusan going concern. Ross et al (2002) dalam
Solikah (2007) menyatakan bahwa indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah
suatu perusahaan mengalami suatu kesulitan keuangan (financial distress) yaitu suatu
situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
lancarnya dan perusahaan dipaksa untuk mengambil suatu langkah perbaikan. Kesulitan
keuangan akan mengakibatkan perusahaan mengalami arus kas negatif, gagal bayar
(default) pada perjanjian hutang, dan akhirnya mengarah kepada kebangkrutan maka
going concern perusahaan tersebut diragukan.
Debt default merupakan kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok
dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam Praptitorini,
2007). Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church
(1992) dalam Praptitorini, (2007) yang menemukan hubungan yang kuat status default
terhadap opini going concern. Auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa
opini seperti itu mungkin telah sesuai. Karenanya, diharapkan status default dapat
meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.
Pengeluaran opini going concern yang tidak diharapkan oleh perusahaan,
berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal
pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap
3
manajemen perusahaan. Hilangnya kepercayaan publik terhadap citra perusahaan dan
manajemen perusahaan tersebut akan memberi imbas yang sangat signifikan terhadap
keberlanjutan bisnis perusahaan kedepan. Memburuknya citra perusahaan serta
hilangnya kepercayaan dari kreditur akan menyulitkan perusahaan apabila perusahaan
membutuhkan tambahan dana guna membiayai operasional usahanya. Begitu juga
dengan pelanggan, hilangnya pelanggan akan mengakibatkan terhentinya bisnis
perusahaan. Bahkan yang lebih parah lagi adalah timbulnya persepsi manajemen bahwa
suatu laporan yang dimodifikasi dapat mempercepat perusahaan mengalami
kebangkrutan (Jones, 1996 dalam Solikah, 2007). Apabila perusahaan tidak segera
mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi.
Namun fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak dari
perusahaan yang go public menerima opini audit going concern. Bahkan tidak sedikit
dari auditor yang gagal memberikan opini going concern kepada auditee, yaitu
keadaan dimana perusahaan yang tidak sehat namun menerima pendapat unqualified.
Kesalahan dalam memberikan opini audit akan berakibat fatal bagi para pemakai
laporan keuangan tersebut. Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan
tersebut sudah barang tentu akan mengambil tindakan / kebijakan yang salah pula.
Hal ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal – hal potensial yang
dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah alasan mengapa
auditor turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup suatu entitas meskipun
dalam batas waktu tertentu yaitu satu tahun sejak tanggal penerbitan laporan auditor
(SPAP, 2001).
Mengingat begitu besar pengaruh diberikannya opini audit going concern
atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya kepercayaan publik terhadap
manajemen perusahaan dalam mengelola bisnisnya, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji mengenai opini audit going concern.
TINJAUAN PUSTAKA
Opini Audit
Pendapat Auditor (opini audit) merupakan bagian dari laporan audit yang menjadi
informasi utama dari laporan audit. Opini Audit diberikan oleh auditor melalui
beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang
harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens (1996) mengemukakan
bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan
demikian, auditor dalam memberikan pendapat sudah didasarkan pada keyakinan
profesionalnya.
Opini audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam standar pelaporan perubahan ekuitas, auditor
diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya mengenai informasi penting
yang menurut auditor perlu diungkapkan.
Opini Audit Going Concern
Going concern merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas
sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan asumsi
4
kelangsungan usaha, maka entitas tersebut menjadi bermasalah. Kajian atas going
concern dapat dilakukan dengan melihat kondisi internal perusahaan dan prospek
perusahaan dimasa mendatang. Suatu entitas dianggap going concern apabila
perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila
perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual
aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar,
merestrukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain, hal yang demikian
akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan.
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi
bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam
bisnis.
Model Prediksi Kebangkrutan
Metode Altman Z-score merupakan kombinasi terbaik untuk memprediksi
kebangkrutan yang dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model
prediksi yang berarti. Rudyawan dkk. (2007) menemukan bahwa penggunaan model
prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman mempengaruhi ketepatan
pemberian opini audit. Penelitian oleh Setyarno dkk. (2006) juga berhasil membuktikan
bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terancam bangkrut
berpeluang mendapatkan opini audit going concern dari auditor.
Debt Default
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban
hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan)
untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan
Church, 1992). Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan
Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap opini
going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil
mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan
bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan
opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan default, tinggi sekali. Karenanya,
diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan
laporan going concern. Penelitian oleh Praptitorini juga berhasil membuktikan bahwa
variabel debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada
tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan
penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun
berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini opini audit going concern tahun
sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima
kembali opini audit going concern pada tahun berjalan.
Setyarno dkk. (2004) memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang
diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Ada
hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern tahun sebelumnya
dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya
5
auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar
kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun
berikutnya.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh sektor jasa yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sektor jasa dipilih untuk menghindari adanya non
industrial effect yaitu risiko non industri yang berbeda antara suatu sektor non industri
yang satu dengan yang lain. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Auditee sudah terdaftar di BEJ sebelum 1 Januari 2007.
2. Auditee tidak keluar (delisting) dari BEJ selama periode penelitian (2007– 2009)
3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen
daritahun 2000-2004.
4. Mengalami laba bersih setelah pajak yang negatif sekurangnya dua periode
laporan keuangan selama periode pengamatan (tahun 2008 - 2009)
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan data sekunder yang dilakukan dengan mengunduh data dari
website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id yang berupa laporan auditor independen
dan laporan keuangan perusahaan yang diamati.
Variabel dan Hipotesis
Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit
dengan modifikasi going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor
terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Opini audit going concern
dalam penelitian ini merupakan variabel dikotomus, opini audit going concern diberi
kode 1, sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0.
Variabel Independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Model prediksi kebangkrutan
Model prediksi kebangkrutan yang terkenal dengan istilah Z-Score merupakan
suatu formula yang dikembangkan Altman untuk mendeteksi kebangkrutan
perusahaan pada beberapa periode sebelum terjadi kebangkrutan. Untuk
menerapkan metode Altman Z-Score perusahaan jasa, maka digunakan model ZScore versi ketiga, yaitu:
Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3+ 1,05 X4
6
Keterangan :
Z : Overall Indeks (indeks keseluruhan)
X1 : Modal Kerja / Total Aktiva
X2 : Laba yang Ditahan / Total Aktiva
X3 : Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4 : Nilai Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang
Prediksi yang dihasilkan atas nilai Z-Score (Overall Indeks) adalah :
a. Nilai Z < 1,10, perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan.
b. Nilai 1,10 <Z< 2,60, perusahaan berada dalam kondisi rawan.
c. Nilai Z > 2,60, perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat.
Nilai Z (Zeta) diperoleh dengan menghitung kelima rasio tersebut berdasarkan
data pada neraca dan laporan laba/rugi dikalikan dengan koefisien masing–
masing rasio kemudian dijumlahkan hasilnya. Hasil perhitungan Z-Score ini
berupa skala rasio.
2. Debt Default
Debt Default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian
atau kegagalan perusahaan untuk memebayar hutang pokok atau bunganya pada
saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam Praptitorini, 2007). Variabel
dummy digunakan (1 = status debt default, 0 = tidak debt default) untuk
menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum
pengeluaran opini audit.
3. Opini Audit tahun sebelumnya
Opini audit tahun sebeumnya merupakan opini yang diberikan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan pada periode sebelumnya. Variabel ini
menggunakan variabel dummy, 1 jika opini audit tahun sebelumnya adalah opini
going concern dan 0 jika opini bukan going concern.
Hipotesis
H01 : Model Prediksi Kebangkrutan tidak berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Ha1 : Model Prediksi Kebangkrutan berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
opini audit going concern.
H02 : Debt Default tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit
going concern.
Ha2 : Debt Default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going
concern.
H03 : Opini Audit Tahun Sebelumnya tidak berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Ha3 : Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
7
Alat Analisis yang Digunakan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik karena variabel
terikatnya merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Uyanto,
2006). Persamaan model regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
GC
Ln ___ =
1 GC
 
   
ZSCORE
    
DEF
    
OPINI +


Keterangan :
GC
Ln ______ = Dummy variabel opini audit, 1 untuk auditee dengan
1 GC opini audit going cocern (GCAO) dan 0 untuk auditee
dengan opini audit non going concern (NGCAO).
= Konstanta
ZSCORE = Model prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan
menggunakan prediksi kebangkrutan Altman Z-Score
untuk perusahaan jasa.
DEF
= Debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam
keadaan default, dan 0 jika tidak).
OPINI
= Dummy variabel opini audit yang diterima pada tahun
sebelumnya, 1 bila opini audit going concern (GCAO)
dan 0 bila opini audit non going concern (NGCAO).
= Koefisien Regresi
= Kesalahan Residual

















8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Sampel Penelitian
Proses seleksi sampel berdasarkan proses seleksi tersebut terpilih sebanyak 56
perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan periode pengamatan dua tahun,
sehingga total sampel keseluruhan adalah 112 perusahaan.
N
o
1.
Tabel 1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
Kriteria
Pelanggaran Akumulas
Kriteria
i
Total perusahaan jasa yang listing di BEI
226
tahun 2008 dan 2009
2
Auditee sudah terdaftar di BEI sebelum 1
Januari 2007
3
Auditee tidak keluar (delisting)
di BEI
selama periode penelitian (tahun 2008 –
2009)
Menerbitkan laporan keuangan yang
telah diaudit oleh auditor
independen
selama tahun 2008 – 2009
Mengalami laba bersih setelah pajak yang
negatif sekurangnya 1 periode laporan
keuangan (1 tahun)
selama periode
penelitian (tahun 2008 – 2009)
4.
5.
-6
220
-4
216
-4
212
- 156
Jumlah sampel total selama periode penelitian (dua tahun)
56
112
Analisis Hasil Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel
bebas yaitu model prediksi kebangkrutan (ZSCORE), debt default (DEF), dan opini
audit tahun sebelumnya (OPINI) terhadap opini audit going concern dengan
menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation.
Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat Variables in the
Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0.05 (5%).
Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha diterima.
9
B
Step 1a
Tabel 2
Variables in the Equation
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
ZSCORE -.116
DEF
1.872
.054
.843
4.620
4.937
1
1
.032
.026
.890
6.504
OPINI
1.018
27.233
1
.000
202.767
.701
18.166
1
.000
.050
5.312
Constant -2.990
Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat
signifikasi 5 persen. Dari pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh
persamaan regresi logistik sebagai berikut :
OPINIt = - 2.990 – 0.116 ZSCORE + 1.872 DEF + 5.312 OPINIt-1
Konstanta sebesar negatif 2.990 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan
nilai model prediksi kebangkrutan, debt default, dan opini audit tahun sebelumnya,
maka kemungkinan penerimaan audit dengan pernyataan going concern audit opinion
adalah sebesar negatif 2.990. Dengan kata lain, auditor cenderung mengeluarkan
pendapat non going concern audit opinion jika tidak memperhitungkan nilai model
prediksi kebangkrutan, debt default, dan opini audit tahun sebelumnya.
Ha1 : Model Prediksi Kebangkrutan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Model prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan Z-Score, pada Tabel 2
menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.116 dengan tingkat signifikansi 0.032 <
0.05 yang berarti Ha1 dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa model
prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif terhadap opini going concern.
Ha2 : Debt Default berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini
audit going concern.
Debt default memiliki nilai koefisien positif sebesar 1.872 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.026 (lebih kecil dari 0.05) artinya dapat disimpulkan bahwa
debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern.
Ha3 : Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Variabel Opini audit tahun sebelumnya menunjukkan koefisien positif sebesar
5.312 pada signifikansi 0.000 < 0.05 yang berarti Ha3 diterima. Dengan demikian
terbukti bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini
going concern.
10
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan studi mengenai penerbitan opini going concern dan non
going concern oleh auditor. Penelitian ini mengamati satu variabel keuangan (model
prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan Z Score Altman) dan dua variabel non
keuangan (debt default dan opini audit tahun sebelumnya).
Penelitian terhadap 112 perusahaan jasa dari 226 perusahaan sampel yang dipilih
dengan metode purposive sampling selama tahun 2008 dan 2009 diperoleh hasil 48
auditee menerima opini going concern dan sisanya sebanyak 64 auditee menerima opini
non going concern. Berdasarkan opini yang diterima tersebut, auditee yang terpilih
menjadi sampel penelitian kemudian dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok
dengan GCAO dan kelompok dengan NGCAO.
Ringkasan hasil pengujian ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3Ringkasan Pengujian Hipotesis
No
Hipotesis
1. Model prediksi kebangkrutan berpengaruh
negatif
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going
concern
Hasil
Diterima
2. Debt
default
berpengaruh positif terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern
Diterima
3. Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh positif
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going
concern
Diterima
Pengaruh dari masing – masing variabel bebas terhadap variable terikat tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Model Prediksi Kebangkrutan
Dalam penelitian ini model prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan ZScore, pada Tabel 2 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.116 dengan tingkat
signifikansi 0.032 < 0.05 yang berarti Ha1 dapat diterima.
Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa
model prediksi kebangkrutan yang diproksikan dengan Z-Score Altman berpengaruh
negatif terhadap pemberian opini audit going concern. Dalam penelitian ini kondisi
keuangan menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.116. Angka ini dapat diartikan
bahwa perusahaan akan menerima opini going concern berbanding terbalik dengan ZScore Altman. Semakin tinggi nilai dari Z-Score Altmat ini akan semakin memperkecil
kemungkinan penerimaan opini going concern. Jika, variabel lain yaitu rasio debt
default dan opini audit tahun sebelumnya dianggap konstan, setiap unit kenaikan
nilai Z-Score Altman akan mengurangi log of odd perusahaan menerima opini going
concern sebesar 0.116.
Dalam memberikan opini going concern, seorang auditor tentu saja sangat
memperhatikan kondisi keuangan auditee yang dilihat dari model prediksi
kebangkrutan. Auditee yang tidak mempunyai permasalahan keuangan yang serius, tidak
mengalami kesulitan likuiditas, mempunyai modal kerja yang cukup, serta tidak
11
mengalami defisit equitas sudah barang tentu luput dari penerimaan opini going
concern. Sementara perusahaan yang mengalami permasalah keuangan, kesulitan
likuiditas, kekurangan modal kerja, serta kerugian terus menerus yang mengakibatkan
rasio Z Score rendah berpeluang besar menerima opini going concern.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Arry Pratama
Rudyawan (2007), dimana model prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada
penerimaan audit going concern. Selain itu, Eko Budi Setyarno (2005), dimana kondisi
keuangan perusahaan diproksikan dengan empat rasio keuangan yaitu likuiditas,
profitabilitas, aktivitas, dan laverage menyatakan bahwa auditor hampir tidak pernah
mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan
keuangan.
Debt Default
Dalam penelitian ini Debt default memiliki nilai koefisien positif sebesar 1.872
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.026 dengan tingkat signifikansi 0.026 < 0.05
yang berarti Ha1 dapat diterima.
Dari hasil pengujian terhadap hipotesis tersebut, diperoleh bukti empiris bahwa
debt default berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern.
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator
going concern yang digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Jika variabel lain yaitu model prediksi kebangkrutan dan opini tahun
sebelumnya dianggap konstan, setiap kali penerimaan status debt default akan
menambah log of odd perusahaan menerima opini going concern sebesar 1.872.
Apabila perusahaan sedang berada dalam keadaan mengalami kegagalan untuk
memenuhi kewajibannya kepada kreditur maka auditor cenderung untuk mengeluarkan
opini audit going concern kepada perusahaan, dimana auditor meragukan kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu
pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirna Dyah
Praptitorini (2007), yang membuktikan hubungan antara status debt default terhadap
opini going concern. Penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Chen dan Church yang menemukan hubungan kuat antara status default
terhadap penerimaan opini going concern.
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Pengujian atas variabel opini audit tahun sebelumnya ditemukan bukti empiris bahwa
opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya secara signifikan berpengaruh positif
terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. Hal ini dapat dilihat dari hasil
uji regresi logistik pada Tabel 2 dimana variabel OPINI mempunyai angka
probabilitas signifikansi 0.00 dibawah tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan nilai
koefisien positif sebesar 5.312. Angka ini memberikan arti bahwa perusahaan akan
menerima opini going concern searah dengan opini audit yang diterima pada tahun
sebelumnya. Apabila pada tahun lalu auditee menerima opini going concern, maka
besar kemungkinan untuk menerima opini going concern lagi pada tahun sekarang.
Jika variabel lain yaitu model prediksi kebangkrutan dan debt default dianggap
konstan, setiap kali penerimaan opini going concern pada tahun lalu akan menambah
log of odd perusahaan menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang
sebesar 5.312.
12
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno
(2005) yang menemukan bukti bahwa opini going concern yang diterima pada tahun
sebelumnya mempengaruhi keputusan auditor untuk menerbitkan kembali opini going
concern.
Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan opini
going concern yang diterima pada tahun sebelumnya. Walaupun sebenarnya
penerbitan kembali opini going concern ini tidak didasarkan kepada opini going
concern yang diterima pada tahun sebelumnya semata, namun lebih kepada efek yang
disebabkan oleh pemberian opini going concern tersebut yaitu hilangnya kepercayaan
dari publik akan keberlanjutan usaha auditee termasuk dari investor, kreditur, dan
konsumen sehingga akan semakin mempersulit manajemen perusahaan untuk dapat
bangkit kembali dari kondisi keterpurukan. Hal ini menjelaskan bahwa suatu laporan
yang dimodifikasi mengenai going concern dapat mempercepat perusahaan mengalami
kebangkrutan (Jones, 1996 dalam Solikah, 2007). Auditee yang menerima opini going
concern biasanya mempunyai permasalahan keuangan yang serius, kesulitan likuiditas,
tidak mempunyai modal kerja yang cukup, serta mengalami defisit equitas. Tanpa
adanya tindakan penanggulangan yang radikal guna mendongkrak posisi keuangan
perusahaan sudah barang tentu semakin lama kondisi keuangan perusahaan akan
semakin memburuk dan semakin memperbesar kemungkinan penerimaan opini going
concern kembali.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan, debt default, dan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memasukkan variabel tambahan seperti rasio
keuangan lain dan strategic action perusahaan sehingga hasil penelitian lebih mampu
untuk memprediksi penerbitan opini going concern dengan lebih tepat dan akurat.
Selain itu penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan sektor lain seperti sektor
ekstraktif, serta membandingkan sektor ekstraktif, menufaktur, dan perdagangan. Serta
memperpanjang rentang waktu penelitian sehingga dapat melihat kecenderungan trend
penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap
membedakan antara periode krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntansi). Jilid 1. Jakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress of Company: Revisiting The ZScore and Zeta® Models. New York University: Stern School of Business.
13
Arens dan Loebecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.
Belkaoui, Ahmed. R. 2000. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta :
Salemba Empat
Bisara, Revol Ulung. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit
Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Audit Going Concern : Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VIII. 966-978.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1994. Standar Profesional Akuntan Publik . Jakarta :
Salemba Empat.
. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik . Jakarta :
Salemba Empat.
. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba
Empat
Laporan Keuangan Auditan Beserta Laporan Auditor Independen. 2007–2009.
www.idx.co.id
Manggala, Budi. 2002. Hubungan Opini Auditor dengan Going Concern Persahaan
(Studi Kasus : PT. Unibank Tbk). Jurnal Akuntansi Vol. 1 Mei.
Moody’s. 1995. Corporate Bond Defaults and Default Rates. L. Carty, D. Lieberman.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Yogyakarta : Salemba Empat.
Petronela, Thio. 2004. Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian
Opini Audit. Jurnal Balance. 47 - 55.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern.
Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makassar.
Pratisto, Arif. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: PT Alex Media
Komputindo.
Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Menufaktur Yang
14
Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Tesis Program Magister
Akuntansi Universitas Diponegoro.
Rudyawan, Arry Pratama. 2007. Opini Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Reputasi
Kantor Akuntan Publik. (www.google.com).
Santosa, Arga Fajar. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 11, No.
2. Desember. Pp 141-158.
Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS .
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Setyarno, Eko Budi, 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini
Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi IX.
Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going
Concern. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang .
Uyanto, Stanislaus. 2006. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Download