Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH KABUPATEN PURWAKARTA Muhamad Uu Khudri (Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang) 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah hak setiap manusia, oleh karena itu setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu sebagaimana pelaksanaan program JAMKESMAS dilaksanakan berdasarkan kepada bunyi pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan “Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik ehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” selain itu juga diatas dalam pasal 34 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan “Bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan yang layak. Dalam hal ini Rumah Sakit Pemerintah turut berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien keluarga miskin, Prof. H.A. Djadja Saefullah, Drs., M.A., Ph.D (2007: 47-48) karena masalah kemiskinan di Indonesia kelihatannya merupakan masalah yang belum jelas bagaimana cara mengatasinya, dan kebijakan yang diambil selama ini kelihatannya baru merupakan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan dalam jangka pendek dan belum berorentasi kepada pemecahan jangka panjang, dan yang dijadikan tolak ukur kemiskinan adalah kekurangan dalam memperoleh atau memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan, sehingga pengukuran kemiskinan dapat didasarkan pada pengukuran sumber daya manusia selain mengukur income perkapita juga menyangkut tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan demikian orang yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan apabila sedang mengalami sakit disebut miskin maka pada tahun 2008 Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin atau Jamkesmas sebagai wujud pemenuhan hak rakyat. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Hal itu dapat dijelaskan dengan gambar 1.1 dibawah ini. : Gambar 1.1. Hubungan Antara Kemiskinan dan Penyakit Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan sebagai berikut: 1. menderita gizi buruk 2. pengetahuan kesehatan kurang 3. perilaku kesehatan kurang 4. lingkungan pemukiman buruk 5. biaya kesehatan tidak tersedia Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi sebagai berikut: 1. Produktivitas Kerja Tinggi 2. Pengeluaran Berobat Rendah 3. Investasi Dan Tabungan Memadai 4. Tingkat Pendidikan Maju 5. Tingkat Fertilitas Dan Kematian Rendah 6. Stabilitas Ekonomi mantap 1. 2. 3. Beberapa data empiris global menemukan hubungan sebagai berikut: Kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin Kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin Pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (IMR antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (IMR>150/1000 kelahiran hidup). Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan penduduk miskin. Apalagi, memasuki era globalisasi ini, untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan sumberdaya manusia dengan kuantitas dan kualitas tinggi. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting karena 2 alasan pokok: 1. Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak mengingat kematian bayi dan kematian balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggi dibanding pada keluarga tidak miskin. Di sisi lain penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat miskin, dapat mencegah 8 juta kematian sampai tahun 2010. 2. Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi bangsa dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna mnurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin. Hasil studi menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula dengan demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil. Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut: 1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TBC, malaria, kurang gizi, dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan. 2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu 3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja. 4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5. 6. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia pada daerah miskin Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang No. 23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut pemerintah telah berupaya untuk membuat kebijakan melalui Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini berupa Bantuan Sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin, selanjutnya disebut Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai apa dan bagaimana program Jaminan Kesehatan Masyarakat berikut penulis menyajikan dalam beberapa bagian yang diharapkan dapat memberikan penjelasan singkat mengenai program dimaksud. Yang perlu untuk dipahami bersama adalah bahwa program yang dikembangkan tersebut merupakan program baru yang sangat potensial untuk mendukung pencapaian derajad kesehatan masyarakat namun di sisi lain juga masih cukup terbuka lebar dalam wacana untuk pengembangannya. Tujuan Penyelenggaraan Program Jamkesmas Secara umum Jamkesmas dibangun untuk memberikan akselerasi dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Secara khusus program ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu guna mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit. Melalui program ini pula diharapkan akan terjadi proses penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntable yang pada akhirnya akan berdampak kepada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sasaran Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (Badan Pusat Statistik 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahanperubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut JAMKESMAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran. Karena seiring dengan kesadaran masyarakat akan hak layanan yang diterimanya, mulai muncul sebagai suatu fenomena real dengan merebaknya iklim demokratisasi dan keterbukaan, munculnya fenomena ini menunjukan pergeseran nilai-nilai tradisionil dalam masyarakat dari sikap yang pasif dan selalu akomodatif yang terlalu menjunjung budaya faternalisme menjadi sikap aktif dan kritis yang mencerminkan sikap demokratis dan partisipatif. Dalam menyikapi perubahan tersebut yang diperlukan adalah bagaimana pemerintah melakukan pemberdayaan (empowerment) potensi masyarakat tersebut agar di satu pihak tuntutan masyarakat terpenuhi dan dilain pihak penyelenggara pelayanan dapat berjalan dengan efisien dan efektif untuk melakukan hal tersebut, diperlukan repitalisasi peran dan fungsi pemerintah dari peran sebagai pemerintah menjadi peran sebagai pelayanan, sehingga peran dan fungsi pemerintahan tersebut berorientasi pad pelayanan publik didukung oleh modernisasi kebijakan manajemen pelayanan publik yang lebih menekankan pada orentasi pelayanan pelanggan (customer orientied). Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Atas dasar poengertian dan kriteria sebagaimana tersebut maka pelayanan yang secara umum diharapkna harus mempunyai kriteria : 1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan 2. Mendapatkan pelayanan yang baik 3. Mendapatkan perlakuan pelayanan yang sama tidak pilih kasih 4. Mendapatkan perlakuan pelayanan yang jujur dan terus terang Apabila pelayanan yang diberikan pemerintah telah memenuhi kriteria tersebut diatas maka pelayanan akan memberikan kepuasaan kepada masyarakat, yang pada akhirnya akan mberdampak positif yaitu masyarakat akan menghargai pemerintah dan masyarakat akan patuh terhadap aturan-aturan layanan yang ada gairahnya usaha dalam masyarakat serta adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat. Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia terletak ± 80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara, Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur, Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat Daya. Pada tanggal 18 Oktober 1930 diresmikan oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff, Pastoor Van den Brug, dr. Dake dan dr. Bosman Rumah Sakit Bayu Asih dibangun untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Purwakarta dan sekitarnya . Berdiri diatas tanah seluas 5 (lima) hektar dan luas bangunan 5000 m2, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu : rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7 (Tujuh) bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama. Merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh Nederlandsch Zendings Vereeniging untuk Pemerintah (Hindia Belanda), diberi nama : “Bajoe Asih“ berarti : “ Pemeliharaan Didalam Kekuatan Derma Pengasihan “. RSUD Bayu Asih Purwakarta merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Rumah Sakit yang berlokasi di Jl. Veteran No. 39 ini memilki 211 tempat tidur dengan 11 jenis layanan poliklinik spesialisasi. RSUD Bayu Asih saat ini menjadi rumah sakit Kelas C, akan tetapi saat ini sedang diajukan untuk menjadi Kelas B mengingat jumlah tempat tidur dan layanan spesialisasi yang sudah memenuhi syarat untuk menjadi rumah sakit Kelas B. Berdasarkan data sepanjang tahun 2009, RSUD Bayu Asih telah melayani 78.446 kunjungan pasien rawat jalan. Dengan proporsi terbesar adalah pasien Kontrak sebanyak 28.919 kunjungan atau sekitar 36,86 %. Disusul kemudian dengan pasien ASKES Sosial (PNS) sebanyak 22.443 atau sekitar 28,61 %. Kemudian pasien yang bayar (umum) sebanyak 17.212 kunjungan atau sekitar Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 21,94 %, Pasien JAMKESMAS sebanyak 6.396 atau 8,15 %, pasien JAMKESDA sebanyak 3.106 atau 3,96 % dan terakhir adalah pasien ASKES Komersial sebanyak 370 kunjungan atau sekitar 0,47 %. Dari jumlah tersebut sebanyak 26.072 (33,24 %) adalah kunjungan baru dan 52.374 (66,76 %) adalah kunjungan ulang. Bertitik tolak dari uraian di atas bahwa sebanyak 8,15 % pasien RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah peserta JAMKESMAS, maka perlu adanya penelitian berkaitan kajian ilmu kebijakan publik terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Bertitik tolak dari masalah tersebut peneliti sangat tertarik untuk menelitinya lebih jauh dalam bentuk tesis dengan judul Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) Terhadap Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. 1.2 Perumusan Masalah Dengan berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan tentang JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta? “ 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian dengan latar belakang masalah tersebut diatas adalah untuk bisa mengkaji tentang implementasi kebijakan, sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh implementasi kebijakan tentang JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat berguna bagi lingkungan pendidikan, untuk itu manfaat penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Dari segi teoritis : hasil penelitian ini untuk mengembangkan ilmu administrasi publik, khususnya dalam hal implementasi kebijakan publik. 2. Dari segi praktis : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan, bahan pertimbangan dan kepada pemerintah daerah, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dan Rumah Sakit Umum Bayu Asih Kabupaten Purwakarta serta Dinas Kesehatan pada Kabupaten Kota seluruh Indonesia dalam implementasi kebijakan program JAMKESMAS terkait dengan kualitas pelayanan kesehatan keluargagaa tidak mampu atau sejenis di masa yang akan datang. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Yang Sudah Dan Relevan Pada dasarnya setiap kebijakan publik dapat dimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan publik yaitu melalui suatu pelayanan publik. Beberapa hasil penelitian terdahulu dalam lingkungan kebijakan publik terkait dengan adanya pelayanan publik yang dianggap oleh penyusun sangat relevan dengan penyusunan ini adalah dari Rewansyah (2005) yang judulnya Pengaruh Pemberdayaan dan Pengawasan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (Studi di RSUD Tangerang) penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan angket sebagai instrumen utama dalam pengumpulan informasi dari responden. Kualitas dalam penelitia ini dapat dilihat dari lima dimensi yaitu : reability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Akan tetapi yang paling menarik disini adalah bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat masih rendah dan dari kelima dimensi tersebut hanya dimensi emphaty yang memiliki korelasi erat sedang empat dimensi yang lain tidak berkorelasi dengan kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan oleh Rewansyah (2005:224) : Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya masyarakat pelanggan kesehatan di RSUD Tangerang memberikan penilayan terhadap pelayanan kesehatan yang disediakan masih berkualitas rendah. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang meliputi reability (keandalan/kepercayaan), responsinivess (ketanggapan), assurance (kepastian/jaminan), emphaty (perlindungan), dan tangible (kenyataan) memiliki kausal-kausal dengan dimensi-dimensi pemberdayaan da pengawasan aparatur. Diantara kelima dimensi kualitas pelayanan kesehatan maka dimensi emphatu adalah yang paling erat korelasinya dengan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat ditemukan fakta analisis bahwa petugas pelaksana (aparat pelaksana) merasa belum diberdayakan dan belum diawasi secara baik dan berkesinambungan oleh unsur pimpinan. Variabel pemberdayaan hanya berpengaruh 29% terhadap kualitas pelayanan, sedangkan variabel pengawasan berpengaruh sebesar 42,25% terhadap kualitas pelayanan. Sehingga dapat diketahui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan oleh aparat terhadap masyarakat ternyata tidak mudah, tidak cukup dengan pemberdayaan dan pengawasan terhadap mereka, karena perubahan kualitas pelayanan memerlukan perubahan-perubahan pola pikir paradigma berpikir , perubahan dari sikap pelaksana dengan dukungan kepemimpinan yang kuat untuk selalu mengadakan pembinaan, pemberdayaan dan pengawasan. Selanjutnya, Kusnandar (2005) melakukan pemelitian dengan judul “ Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Kualitas Pelayanan Izin Mendidrkan Bangunan “ (Studi di Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis), penelitian ini bertujuan untuk : 1) memperoleh pemahaman dan pengetahuan makna tentang Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) komunikasi, sumber-sumber, disposisi danstruktur birokrasi yang merupakan dimensi implementasi kebijakan publik; 2) menelaah dan menganalisis implementasi kebijakan publik, pengaruhnya baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan, sehingga dimungkinkan akan menemukan konsep atau model implementasi kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam pembuatan izin mendirikan bangunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan metodologis dan strateginya menggunakan penilitian survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan struktural dan analisis statistik jalur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan di kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis, sedangkan dimensi sumber-sumber tidak berpengaruh secara signifikan. Dari keseluruhan dimensi implementasi kebijakan, dimensi struktur birokrasi yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan. Penelitian ini tidak dapat menggambarkan secara detail proporsi pengaruh tertinggi dan terendah dari item/indikator pembentuk tiap-tiap dimensi dari implementasi kebijakan, sehingga gambaran rinci tiap dimensi tidak dapat diperoleh. Akibatnya saran yang diberikan pada akhir penelitian ini kurang dapat ditelusuri asal muasalnya. Implementasi kebijakan di atas menggunakan teori implementasi kebijakan Edwards III dan aktor pelaksana pada kebijakan tersebut relatif sedikit (pemerintah Kabupaten/Kota). Untuk penelitian ini penyusun juga menggunakan konsep teoritis implementasi kebijakan Edwards III, namun dengan aktor pelaksana kebijakan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu. Aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di tingkat Kabupaten/Kota. Dengan demikian, banyaknya aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Dalam hal ini, semakin banyak aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan sangat memungkinkan terjadinya misinterpretasi mengenai tujuan dan sasaran program sehingga terbuka peluang terjadi bias dalam melakukan tugas-tugas pelayanan publik. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2.1.2. Implementasi Kebijakan Publik Masalah implementasi kebijakan publik (Public Policy Implementation) telah menjadi perhatian dan menarik para ahli ilmu sosial, khususnya ilmu politik dan administrasi publik, baik di Negara maju maupun di negara berkembang. Karena selain sifat permasalahan yang ingin dipecahkan melalui kebijakan, pelaksanaan kebijakan tersebut juga dipengaruhi oleh kontek sosial, ekonomi, teknologi dan politik dari kebijakan tersebut. Perubaan kondisi sosial dapat mempengaruhi interpretasi terhadap masalah dengan demikian akan mempengaruhi cara melaksanakan program, dan untuk perubahan ekonomi memiliki dampak yang sama terhadap pelaksanaan kebijakan sebagai contoh suatu program yang ditargetkan kepada golongan masyarakat miskin tentunya akan mengalami perubahan setelah terjadinya peningkatan atau penurunan ekonomi, dan untuk ketersedian teknologi dapat diharapkan untuk menimbulkan perubahan dalam kebijakan seperti halnya kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan akan menagalami perubahan dalam pelaksanaannya setelah di temukan teknologi yang lebih efektif atau lebih murah sedangkan variasi-variasi dalam situasi politik berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan. Dr.H.Tachjan,M.Si. (2006:15) dengan demikian, karena masalah-masalah publik tidak biasa diatasi secara perorangan dan disamping itu di kehendaki pemecahan secara efektif dan efisien, maka mensyaratkan adanya proses perumusan masalah dan penetapan kebijakan, hal ini dimaksudkan agar sekali suatu kebijakan publik ditetapkan dan diimplementasikan maka dampak positifnya akan dirasakan oleh publik secara luas, termasuk oleh pembuat kebijakan itu sendiri. Dalam kebijakan publik implementasi merupakan tahap yang paling penting dan menentukan karena implementasi atau pelaksanaan kebijakan publik merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan. Sehingga diperlukan strategi yang tepat tanpa suatu implementasi, suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia saja. Oleh karena itu, implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik. Kebijakan yang baik tidak akan memiliki arti apa-apa jika tidak dapat dimplementasikan Edi Suharto, Ph.D (2007;36) apabila sebuah kebijakan telah ditetapkan, maka proses perumusan kebijakan menginjak tahapan implentasi. Tahap ini melibatkan serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada publik mengenai pilihan kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang 13 program pelayanan-pelayananyang digunakan, staf yang akan melaksanakan akan diberikan, anggaran yang telah disiapkan , dan laporan-laporan yang akan dievaluasi. Para pembuat kebijakan haruslah sudah mempersiapkan strategi implementasi sejak awal sebuah kebijakan dirumuskan kerana kebijakan publik dibuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Akan tetapi disini tidak sedikit akan tantangannya dalam hal untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan karena selain keterbatasan sumberdaya yang ada tantangan implementasi kebijakan juga mencakup kurang jelasnya pembagian otoritas Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) diantara lembaga-lembaga pelaksana, kompleksitas dan rigiditas (kekakuan) birokrasi serta perbedaan kepentingan diantara berbagai pihak yang terlibat Terdapat beberapa faktor yang menetukan keberhasilan implementasi kebijakan. Selain dipengaruhi oleh konteks makro kondisi ekonomi, sosial dan politik, Howlet dan Ramesh (Edi Suharto, Ph.D 1995) mencatat bahwa implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh hakikat dan perumusan dalam kebijakan itu, keragaman masalah yang ditangani oleh pemerintah, ukuran kelompok-kelompok sasaran, dan tingkat perubahan prilaku yang diharapkan. Menurut Bridgman dan Davis (Edi Suharto, Ph.D 2004), banyak literatur yang menunjukan prasyarat bagi keberhasilan implentasi kebijakan, antara lain: 1. Didasari oleh teori dan kaidah-kaidah ilmiah mengenai bagaimana program atau peraturan yang beroperasi. Kebijakan yang didukungoleh kerangka konseptual yang sederhana , jelas dan teruji secara ilmiah, maka implementasi kebijakan kemungkinan besar akan berhasil. 2. Memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu banyak dan kompleks. Semakin banyak dan kompleks langkah-langkah sebuah kebijakan, semakin besar kesulitan yang dihadapi kebijakn itu akibat banyaknya kesalah pahaman dan pertentangan yang timbu. 3. Memiliki prosedur akuntabilitas yang jelas. Satu orang atau badan yang kompeten harus diserahi tanggungjawab yang jelas untuk mengontrol dan menjamin keberhasilan implementasi sebuah program. Kebijakan biasanya gagal diimplementasikan jika tanggungjawab pelaksanaan kebijakan tersebut dipikul oleh terlalu banyak pemain atau lembaga pelaksana. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin besar kemungkinan munculnya masalah koordinasi dan bahkan kompetisi diantara mereka. 4. Pihak yang bertanggungjawab memberikan pelayanan harus terlibat dalam perumusan desain dan kebijakan. Para birokrat di tingkat pelaksana sebaiknya memiliki informasi yang lengkap mengenai hakekat, model serta landasan folosofis mengenai kebijakan yang mendasari diberikannya sebuah program. 5. Melibatkan monitoring dan evaluasi yang teratur. Pengawasan dan evaluasi sangat diperlukan agar implementasi kebijakan berjalan efektif. Banyak studi menunjukan, sebuah kebijakan yang pada awalnya sangat bagus dan mendapat dukungan publik menderita kegagalan manakala diterapkan karena tidak adanya pengawasan yang memadai dari pihak-pihak yang independen. 6. Para pembuat kebijakan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap implementasi seperti halnya terhadap perumusan kebijakan. Artinya, pembuat kebijakan jangan merasa tugasnya telah selesai manakala sebuah kebijakan telah berhasil Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dirumuskan. Melainkan, harus bekerja terus hingga kebijakan tersebut telah mampu diterapkan melalui serangkaian program yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kebijakan publik baru dalam hal ini adalah undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah merupakan skenario perubahan yang direncankan dan perubahan itu sendiri mencakup 3 (tiga) perubahan yaitu struktural, perubahan fungsional, serta perubahan kultural dan diantara ketiga perubahan tersebut yang sulit dilakukan adalah perubahan kultural karena menyangkut tradisi atau budaya yang pada dasarnya setiap orang mempunyai nilai penolakan terhadap perubahan, semakin besar perubahan semakin besar terhadap perubahan, karena sudah mengganggu kepentingan yang sudah tertanam sehingga untuk bisa menyakinkannya diperlukan kepemimpinan yang bisa menjelaskan dengan adanya perubahahan yang menguntungkan semua pihak. Dengan mengutip Grindle (Solichin Abdul Wahab 2002 : 59) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran-penjabaran keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin melalui saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, implementasi kebijakan menyangkut masalah konflik, keputusan dan menyangkut siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Kebijakan publik hanya akan sekedar berupa impian atau rencana yang bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan (Chief Udoji, dalam Wahab, 2002 :59). Setiap kebijakan publik selalu akan berdampak luas terhadap bidang kehidupan tertentu dalam masyarakat, dan masyarakat berhak atas berbagai layanan yang harus diberikan oleh pemerintah, karena pada dasarnya pemerintah dibentuk untuk melayani masyarakat, atau dengan kata lain pemerintahg berkewajiban untuk memberikan layanan kepada masyarakat oleh karena itu kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dapat diimplementasikan secara baik pula dan memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang harus diterimanya, karena dengan kesadaran akan hak layanan yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan perwujudan kinerja pelayanan umum yang baik. Berbagai kebijakan yang secara filosofis cukup baik seringkali menjadi tidak efektif atau mengalami kegagalan disebabkan kelemahan dalam implementasinya (Mustopadidjaja; 2002:5). Menurut Wahab (2002:56) pelaksanaan kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusankeputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut maslah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Keberhasilan atau kegagalan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) suatu kebijakan publik tergantung pada (a) ketepatan kebijakan itu sendiri; (b) konsistensi dan efektivitas pelaksanaannya; dan (c) terjadi tidaknya perkembangan di luar prakiraan (Mustopadidjaja, 2008:8). Pentingnya implementasi kebijakan ini juga dikemukakan Wahab (2002) bahwa ”pelaksanaan berbagai kebijakan adalah sama penting atau bahkan lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Berbagai kebijakan akan tetap menjadi mimpi blue file jackets jika tidak dilaksanakan. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi setelah suatu kebijakan dibuat dan dirumuskan adalah subyek dari implementasi kebijakan. Mazmanian dan Sabatier (1983 : 3-6) menyebutkan adanya dua sudut pandang dalam studi implementasi. Yaitu dari sudut pandang ilmu administrasi negara dan dari sudut pandang ilmu politik. Dari sudut pandang ilmu administrasi negara, pada awalnya implementasi hanya dilihat dari semmata-mata sebagai pelaksanaan kebijakan secara efektif dan efisien. Namun pandangan ini semakin tidak populer karena pada saat menjelang dan akhir Perang Dunia II dari hasil berbagai penelitian administrasi negara, ternyata badan-badan administratif tidak hanya dipengaruhi oleh perintah atau mandat resmi yang berasal dari badan-badan pemerintah, tetapi juga oleh tekanan-tekanan dari kelompokkelompok kepentingan, intervensi lembaga legislatif, dan oleh berbagai faktor lain di dalam lingkungan politik mereka. Sedangkan dari sudut pandang pndekatan sistem terhadap kehidupan politik, ternyata mematahakan perpektif organisasional dari administrasi negara, sehingga mulai dipikirkan mengenai masukan yang berasal dari luar bidang administrasi negara. Seperti ketentuan kebijakan administrtif dan legislatif yang baru, perubahan-perubahan prefensi publik dan teknologi baru (Mazmanian dan Sabatier, 1983 : 5). Adanya dua sudut pandang dalam studi implementasi kebijakan ini juga dikemukakan oleh Ripley (1984 : 134-135), bahwa studi implementasi mempunyai dua focus (inti) pokok yaitu kepatuhan (complience) dan apa yang terjadi setelah suau kebijakan dilaksanakan (what’s happening). Kepatuhan ini muncul dari literatur administrasi publik dan perspektif ini lebih memusatkan perhatiannya pada apakah badan dan individu bawahan mematuhi perintah badan atau individu atasanya. Perspektif ini lebih merupakan analisis karakter dan kualitas dari perilaku organisasional. Menurut Ripley (1984 : 135), paling tidak ada dua kekurangan dari perspektif ini, yaitu banyak faktor non-birokratis yang berpengaruh dan ada program-program yang tidak disusun dengan baik (maldesigned). Sedangkan perspektif yang kedua, yaitu perspektif what’s happening sangat berbeda dengan perspektif kepatuhan. Perspektif ini berasumsi adanya banyak faktor yang dapat dan telah mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor tersebut utamanya berasal dari lingkungan luar kebijakan. Dengan demikian implementasi itu sendiri merupakan pelaksanaan dari suatu program yang dinyatakan berlaku sesudah disahkan shingga untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau dengan kalimat lain implementasi adalah Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang didalmnya termasuk manusia dan kemampuan organisasi, baik oleh pemerintah ataupun swasta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan. Namun disini seringkali implementasi kebijakn tidak bisa berjalan dengan baik karena disebabkan ketidak jelasan maksud dan tujuan dari implementasi kebijakan, keterbatasan sumber daya serta tidak adanya koordinasi yang baik, sehingga tidak tutup kemungkinan banyak penyimpangan hanya untuk digunakan kepentingan politis yang dalam prakteknya implementasi kebijakan banyak diwarnai oleh dengan tekanan politis atau bergaining untuk bisa mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan merupakan tahap yang sangat krusial dalam proses kebijakan publik, sehingga untuk mencapai suatu tujuan suatu program kebijakan harus bisa untuk diimplementasikan dengan baik. Implementasi merupakan suatu tahapan merealisasi suatu tujuan unutk program sehingga yang harus diperhatikan adalah bagaimana untuk persiapan implemnetasi kebijakan keberhasilan dan kegagalan termasuk adanya hambatanhambatan dan adanya peluang yang ada kepada kemampuan pemerintah, organisasi maupun kelompok dan individu untuk melaksanakan tugas. Keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan dapat diukur dan dievaluasi dari sudut kemampuan secara nyata dalam menjalankan suatu program yang telah direncanakan sebelumnya sehingga dapat disimpulkan hasil implementasi kebijakan dengan mengukur dan mengevaluasi atau dengan cara membandingkan hasil akhir program tersebut dengan tujuan kebijakan. Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam proses pelaksanaan implemntasi kebijakan karena dapat digunakan sebagai barometer keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, dengan melihat kinerja didasarkan kepada pertimbangan nilai ekonomi, efesisensi, efektif dan persamaan pelayanan. Dalam aspek ekonomi dapat diartikan kinerja sebagai strategi untuk dapat menggunakan sumber daya yang sangt minimal dalam proses penyelenggaraan kabijakan publik. Tentang implementasi kebijakan bukanlah merupakan dari suatu mekanisme penjabaran suatu keputusan politik dengan melalui kebijakan birokrasi, melainkan juga menyangkut masalah konflik dengan mempertimbangkan siapa yang akan melaksanakan dan memperoleh kebijakan tersebut. Oleh karena itu kebijakan publik akan biasa berjalan dengan baik apabila keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai suatu tujuan tertentu adanya petunjuk yang jelas sebagai pedoman untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu berbagai tindakan atau keputusan dalm konsep kebijakan publik harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan adanya petunjuk yang ditetapkan. Untuk implementasi kebijakan publik banyak ditentukan oleh berbagai faktor, menurut pendapat Edward III (1980) disebutkan ada empat faktor sebagi syarat untuk bisa berjalannya implementasi diantaranya Communication (komunikasi), Resources (Sumber daya), Disposition or attitude (sikap pelaksana) Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dan Bureaucratic structur (struktur birokrasi), dan menurut pendapatnya keempat faktor tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi proses implementasi kebijakan. Untuk bisa menjelaskan variabel tersebut diatas, maka dijelaskan : 1. Dimensi komunikasi menunjukan peranan yang sangat penting sebagai acuan supaya pelaksana kebijakan dapat mengetahui seperti apa yang mereka kerjakan. Sehingga komunikasi sebagai alat perintah atasan kepada pelaksana-pelaksana kebijakan. 2. Dimensi sumber daya dalam hal ini tidak saja menyangkut jumlah sumber daya manusia atau aparat akan tetapi mencakup sumber daya manusia untuk bisa melaksanakan dan mendukung kebijakan tersebut. 3. Dimensi disposisi yaitu sikap pelaksana untuk bisa menerapkan kebijakan dan apabila kebijakan tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka pelaksana tersebut bukan harus tahu yang apa yang mereka kebijakan, akan tetapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk menerapkannya. 4. Struktur birokrasi sebagai pelaksana yang mempunyai dampak terhadap penerapan kebijakan, dengan kata lain penerapan tidak akan berhasil jika lemah dalam struktur birokrasinya, sehingga struktur birokrasi mempunyai dampak terhadap penerapan kebijakan. Sebagai suatu sistem implementasi kebijakan JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adanya suatu sistem terdiri dari komunikasi, sumber-sumber, sikap pelaksana dan struktur birokrasi. Sehingga sistem tersebut diproses dalam suatu mekanisme komunikasi, sumber-sumber, sikap pelaksana dan struktur birokrasi dengan keluarnya bagaimana kualitas pelayanan di Rumah Sakit tersebut. Gambar 2.1 Model Implementasi kebijakan Komunikasi Implementasi Kebijakan JAMKESMAS Sumber Daya Disposisi Terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Kab. Purwakarta Struktur birokrasi Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Model implementasi kebijakan selanjutnya dikemukakan oleh Edwards III (1980), yang menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan sangata ditentukan oleh faktor (a) Komunikasi; (b) Sumber daya atau sumber-sumber; (c) Sikap implementor (disposisions) atau kecenderungan-kecenderungan; dan (d) struktur birokrasi pelaksana. Lebih lanjut Edwards III (1980: 147-148) mengemukakan faktor-faktor komunikasi, sumber daya, sikap implementator, dan struktur birokrasi dapat secara langsung mempengaruhi implementasi melalui dampak dari masing-masing faktor. Dengan kata lain, masing-masing faktor tersebut saling pengaruh mempengaruhi, kemudian secara bersama-sama mempengaruhi implementasi kebijakan. Proses implementasi sebagian besar bertujuan pembuatan perumusan pembijakan akan ditempuh dengan berbagai macam program yang dilaksanakan yang berupakan faktor-faktor tertentu apakah progrm tersebut bisa berjalan dengan baik atau tidak, program isi kebijakan tersebut angat berpengaruh terhadap isi akhir implementasi yang dikehendaki sehingga program ini sangat menjadi faktor yang berpengaruh karena dampaknya sangat nyata dan potensi terhadap lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Tentang masalah idiologi kebudayaan aliansi politik dan peristiwa internasional adalah merupakan faktor lingkungan lainnya yang mungkin membawa dampak proses implementasi Wahab dalam Hosio (2005 : 33). Menurut pendapat Sunarko (2000 : 185) pelaksanaan kebijakan dapat gagal dan tidak membuahkan hasil karena : a. Teori yang didasar kebijakan itu sehingga perlu adanya reformasi terhadap kebijakan. b. Sarana yang dipilih untuk pelaksanaan tidak efektif c. Sarana itu mungkin tidak atau kurang sebagaimana mestinya d. Isi dari kebijakan kebijaksanaan bersifat samar e. Ketidak pastian faktor intern dan faktor ekstern f. Kebijaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis g. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu (waktu, uang dan sumber daya mannusia) Dari pendapat tersebut diatas kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah dapat diketahui sejak dalam pemberntukan kebijjaksanaan tersebut dengan diperhatikan dan diperhitungan faktor-faktor tersebut diatas. Dari berbagai hambatan implementasi kebijakan yang dikemukakan diatas, maka hambatan tersebut diklarifikasi menjadi 2 bagian yaitu hambatan didalam dan hambatan diluar. Hambatan dari dalam misalnya sumber daya manusia, dana, struktur organisasi, informasi, sarana dan prasarana yang dimiliki. Serta aturan dan sistem prosedur yang digunakan sedangkan hambatan diluar dapat dibedakan atas semua kekuatan yang bepengaruh langsung maupun tidak lkangsung terhadap proses implementasi kebijakan itu sendiri seperti halnya Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) adanya peraturan pemerintah kecenderungan ekonomi, politik, kondisi sosial dan kelompok. Dalam hal ini faktor yang dianggap memiliki peranan dominan yang hisa mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan adalah isi kebijakan sumber daya manusia kapatuhan yang dimiliki para pelaku dan kondisi sosial yang ada berlaku di masyarakat. Sumber daya manusia adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja kebijakan juga ditentukan oleh para pelaku yang secara langsung terlibat dalam proses tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam proses kebijakan adalah sumber-sumber yang tersedia karena sumber-sumber tersebut adalah sumber penunjang implementasi kebijakan dan sumber tersebut sebagai pendorong untuk menentukan keberhasilan implementasi kebijakan Van Mete dan Van Horn dalam Winarno (2002:112) ada 4 faktor tambahan yang tercakup dalam proses kebijakan adalah komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana karakteristik, badan-badan pelaksana lingkungan ekonomi sosial dan politik yang mempengaruhi yurudiksi dan kecenderungan (disposition) dan para pelaksana (implementors) secara umum faktor yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan : 1. Faktor kebijakan 2. Faktor organisasi 3. Faktor lingkungan Salah satu faktor yang ditemukan diatas adalah adanya kesamaan faktor titik beratnya adalah merubah perilaku ketaatan dari kelompok sasaran implementasi kebijakan yang tentunya tidak hanya menyangkut badan-badan administratif atau lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kepada diri pelaksana kebijakan atau pada budaya juga aspek ekonommi dan sosial. Untuk Variabel kemampuan organisasi pelaksanaan program akan diukur oleh adanya indikator sebagai berikut : adanya tersedia lembaga dan tim pelaksana program dalam koordinasi antar pelaksana dalam instansi sedangkan untuk variabel dukungan kepada kebijakan JAMKESMAS dapat diukur dengan kemampuan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam menyediakan anggaran biaya penunjang operasional. 2.1.3. Pengertian Implementasi Kebijakan Setiap kebijakan publik selalu akan berdampak luas terhadap kehidupan dimasyarakat, karena kebijakan adalah untuk memperbiki dengan cara menciptakan secara kritis menilai dan mengkomunikasikan penegtahuan yang relevan dengan kebijakan. Karena bagaimanapun juga kebijakan adalah sebagai suatu pendekatan terhadap suatu pemecahan masalah sosial dimulai dari suatu Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali dan dapat di implementasikan secara baik dan dapat memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Prof.H.A.Djaja Saefullah, Drs.,MA.,Ph.D (2007:36) langkah-langkah yang harus dilakukan atau harus ditempuh dalam proses pembuatan suatu kebijakan dimulai dari suatu penelaahan tentang masalah yang dihadapi sampai dengan monitoring dan evaluasi hasil yang sudah dicapai. Pada garis besarnya kebijakan publik dapat dibedakan dalam tiga tingkatan perumusan kebijakan yaitu : tingkatan perumusan kebijakan , tingkatan impelementasi kebijakan (pelaksanaan) dan tingkatan evaluasi kebijakan. Analisis pada tingkatan perumusan kebijakan memfokuskan studinya bagaimana kebijakan itu dibuat sampai dengan keluarnya suatu ketetapan keputusan. Pada umumnya perumusan kebijakan semua kebijakan dapat diambil dan dipahami secara baik, yang menjadikan masalah adalah pebedaan pandangan dari orang-orang yang akan mengambil keputusan ada yang bersifat obyektif terhadap masalah yang dihadapi dan ada yang bersifat subyektif karena ada perbedaan kepentingan. Analisis pada tingkat implementasi (pelaksanaan) kebijakan menyangkut bagaimana suatu kebijakan bisa diterapkan atau dilaksanakan di dalam masyarakat, karena pelaksanannya tidak akan mengalami banyak kesulitan hal ini didasarkan pada penelitian yang mendalam dan menyeluruh. Sedangkan analisis pada tingktan evaluasi kebijakan yaitu behubungan dengan penilaian dan ukuran hasil yang telah dicapai. Menurut pendapat Dunn.W.D (2003:24-25) Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik, suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang dinginkan. Hal ini memberi arti yang sangat penting dan berarti dalam menerapkan kebijakan, termasuk implementasi yang tepat untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai kepentingan publik yang merupkan suatu kebutuha masyarakat tentang kesehatan sehingga persoalan publik dapat solusi yang sangat tepat melalui implementasi kebijakan.Oleh karena itu implementasi kebijakan merupakan alah satu tahap awal dari sekian tahapan kebijakan publik sehingga implementasi kebijakan hanya merupakan salah satu variabel penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan kebijakan didalam memecahkan persoalan publik. Keberhasilan implementasi kebijakan banyak ditentukan variabel yang saling berhubungan satu sama lain, seperti halnya yang disampaikan oleh Edward III (2003-12-13) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yaitu : 1. Komunikasi 2. Sumber Daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Menurut pendapat Prof. H.A.Djaja Saefullah, Drs.,MA.,Ph.D (2007:50) pemahaman pelaksanaan kebijakan bukan hanya harus dimiliki aparat lembaga pelaksana tetap juga oleh publik atau masyarakat yang menjadi saran kebijakan. Angkah sealanjutnya dalam pelaksanaan kebijakan adalah melakukan sosialisasi agar kebijakan diketahui, dimengerti dan diterima oleh semua pihak yang bersangkutan, dan kegiatan ini harus dilakukan melalui komunikasi yang sifatnya persuasifdengan pelihan media yang terjangkau dan mudah dipahami komunikan. Implementasi merupakan studi perubahan yang terjadi dan p[erubahan yang bisa dimunculkan juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik yaitu organisasi diluar dan didalam sistem politik dalamsuatu kebijakan. Suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan baik akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut tidak dimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Selanjutnya implementasi itu sendiri dapat diartikan dari beberapa pendapat yang akan disampaikan Charles O’Jones (Harahap, 2004:15) dikatakan implementasi ” adalah suatu proses interaktifantara suatu perengkat tujuan dengan tindakan atau bersifat interaktifdengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang mendahuluinya atau dengan dengan kata lain implementasi adalah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilar organisasi , interpretasi dan pelaksanaan”. Sedangkan menurut pendapat dari Wibawa (Tangkilisan, 2003:20) Implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Berdasarkan dari pendapat para ahli tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menetukan tahap implementasi kebijakan bisa berjalan dengan baik dan efektif harus memalui dengan tiga pilar yaitu melalui organisasi, interprestasi dan pelaksanaan karena kebijakan yang direncanakan akan berjalan dengan baik. 2.2. Kualitas Pelayanan Ketika pelanggan mempunyai satu urusan atau keperluan pada sebuah organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, ia akan merasa senang atau tidak senang saat dilayani petugas. Jika pelanggan merasa senang dilayani oleh petugas tersebut, maka pelayanan petugas sangat memuaskan atau pelayanan petugas berkualitas. Salah satu tugas pokok pemerintah adalah yang terpenting memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, ada beberapa alasan mengapa pemerintah begitu perhatian terhadap pelayanan umum karena kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara atau sebagai konsumen masih relatif rendah sehingga mereka begitu cederung menerima begitu saja layanan yang diberikan oleh pemerintah. Aspek pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dan fungsi intitusi pemerintahan pusat dan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) pemerintah daerah sebagaimana dinyatakan dalam keputusan Mentri Negara Pendayaan Aparatur Negara No. 81 ahun 1993 Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Dengan demikian instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan publik harus memenuhi syarat : 1. Kesederhanaan artinya prosedur atau tata cara pelayanan umum harus dilaksanakan dengan mudah dan lancar, cepat dan tidak berbelitbelit serta mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dengan baik. 2. Kejelasan artinya pelayanan atau cara pelayanan harus dapat dipahami dengan jelas. 3. Kepastian, terutama mengenai hal-hal tata cara pelayanan umum, persyaratan pelayanan umum baik teknis maupun administratif, adanya unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum, hak dan kewajiban pemberi pelayanan dan penerima pelayanan umum berdasarkan bukti permohonan sebagai proses untuk pelayanan umum, dan pejabat yang menerima keluhan adanya kurang pelayanan umum dengan baik. 4. Keamanan artinya dalam proses pelayanan umum harus diberikan kemanan dan kenyamanan serta perlindungan hukum. 5. Keterbukaan dalam memberikan pelayanan publik oleh instansi pemerintah harus diinformasikan dengan keterbukaan. 6. Efisien mengandung arti bahwa persayaratan hanya dibatasi dengan hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan maksud mencegah terjadinya penyelewengan. 7. Keadilan bahwa pelayanan instansi pemerintah harusm bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dengan prilaku pelayanan yang adil. Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan pelayananan yang diberikan kepada seseorang atau orang lain, organisasi pemerintah/swasta (sosial, politik, LSM, dll) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini langkah awal yang perlu disiapkan adalah dimilikinya standar pelayanan, penetapan standar pelayanan perlu dilakukan secraa seksama jangan samapai menimbulkan standar yang dimiliki menjadi kendala dalam peningkatan pelayanan pada masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa standar pelayanan harus memiliki rambu-rambu sebagai berikut : 1. Standar pelayanan tidak berlaku detail sehingga menimbulkan kekauan dalam pelayanan masyarakat Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2. 3. 4. Standar pelayanan yang dibuat tidak terlalu general sehingga menimbulkan ketidakjelasan Standar pelayanan dibuat perlu untuk disosialisasikan Standar pelayanan yang dibuat sangat terkait pada pengukuran kinerja Dalam standar pelayanan yang dibuat harus memperhatikan komponenkomponen didalamnya sebagia berikut : 1. Dalam standar pelayanan harus berisikan rincian atau gambaran dari layanan yang diberikan dan tergambar adanya manfaat dan keuntungan yang didaptakan oleh masyarakat akan layanan tersebut 2. Dalam standar pelayanan terdapat prinsip-prinsip layanan yang menggambarkan kualitas pelayanan yang diharapkan masyarakat prinsip tersebut antara lain; keadilan, keterbukaan, dan kesopanan yang mencerminkan instansi yang terkait, dan adanya komitmen tehadpap pelayanan yang diberikan dari program-program tersebut. Selanjutnya setelah standar pelayanan dibuat upaya untuk peningkatan pelayanan umum adalah dengan melakukan pengukuran terhadap kinerja pelayanan, yang mana pengukuran kinerja tersebut harus memperhatikan input sumber daya yang digunakan organisasi yang diukur dalam bentuk uang atau ukuran fisiknya. Kualitas layanan merupakan pelayanan terbaik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau lembaga yang memberi kepuasan bagi pelangggan masyarakat dan pada gilirannya kepuasan itu akan menciptakan loyalitas pelanggan atau masyarakat kepada seseorang kelompok atau lembaga yang memberikan pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan sebagia spesifikasi dari pelayanan publik itu sendiri menurut Levey dan Loomba (dalam Azwar, 1996 : 35) adalah : ”setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atatupun masyarakat” Pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar (1996 : 38-39) harus memenuhi syarat-syarat pokok sebagia berikut : a. Tersedia dan berkesinambungan, artinya jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. b. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. c. Mudah dicapai, untuk mewujudkan pelayanan yang baik, pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, sehingga tidak terjadi konsentrasi sarana kesehatan yang tidak merata. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) d. e. Mudah dijangkau, artinya harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Berkualitas, yaitu yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan pihak lain tata cara penyelenggaranya sesuai dengan kode etik sert5a standar yang telah ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan bersifat multidimensional, yaitu kualitas menurut pemakai jasa layanan kesehatan (pasien dan keluarga), dan kualitas menurut penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter, perawat dan petugas lainnya). Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (healt consumer) dimensi kualitas layanan kesehatan menurut Azwar (1996 : 40 ) sebagai berikut : ” Kualitas pelayanan kesehatan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran berkomunikasi anatara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien ”Petugas dimaksud adalah tenaga madis/dokter dan paramedis sertatenaga pendukung yang bertugas memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat harus mengikuti kode etik yang telah ada. Kualitas pelayanan Rumah Sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek Rumah Sakit sebagai suatu sistem. Kualitas asuhan kesehatan adalah derajat dipenuhinya standar profesi yang baik dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil akhir seperti yang diharapkan yang menyangkut asuhan, diagnosa, tindakan dan pemecahan masalah teknis. Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan yang baik pada dasarnya apabila pelayanan tersebut tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat tujuan, tepat sumber dayanya, tepat standar profesi, wajar dan aman, memuaskan bagi pasien yang dilayani. 2.2.1. Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional terjsadi subsidi silang dalam rangka mewujudukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Dan hal ini juga merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan mmutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga tidak ada lagi makin kesulitan memperoleh kesehatan karena alasan biaya. Walaupun pemerintah pusat dan daerah tetap berupaya untuk bisa keluar dari kemiskinan hal ini tidak bisa dituntaskan sebagaimana Prof.H.A.Djaja Saefullah,Drs., M.A., Ph.D (2007:53-55) kemiskinan di Indonesia Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) bukan hanya fenomena yang terus aktual tetapi menjadi masalah yang belum pernah terpecahkan secara tuntas, kemiskinan berhubungan pula dengan distribusi penduduk yang tidak merata dan tidak seimbang dengan fasilitas yang diperlukan, Alfian dkk 1980 (Prof.H.A.Djaja Saefullah, Drs., M.A., Ph.D 2007:53) kemiskinan di Indonesia merupakan struktural yang berhubungan dengan sistem pembangunan yang tidak adil. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan me jadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus wajib memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Bermula dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) tahun 1998-2001, terus adanya Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001dan Program Kompensasi Pengurangan SubsidiBahan Bakar minyak (PKPS-BBM) tahun 20022004. Dalam amandemen keempat UUD 1945 yang disetujui dalam Sidang Umum MPR tanggal 11 Agustus 2002 telah berhasil meletakkan pondasi pembiyaan dengan sistem jaminan, yang tertea dalam pasal 34 ayat (2) yaitu negra diberi tugasuntuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Pada tanggal 19 Oktober 2004 disahkan Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang memberikan landasan hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk disin tentang kesehatan. Pada tahun 2005 pemerintah meluncurkan program jaminan keshatan bagi masyarakat miskin tidak mampu yang dikenal dengan progaram Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) dan penyelenggara program ini adalah PT.ASKES (Persero) yang ditugaskan oleh Mentri Kesehatan No. 124/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT.ASKES (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan dalam skema asuaransi kesehatan sosial. Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisisensi dan efektivitas, maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyeleggaraannya. Perubahan pengelolaan program ini adalah pemisahan fungsi pengelola dan fungsi pembayaranyang didukung dengan penempatan tenaga verifikator disetiap rumah sakit. Sehingga nama program tersebut berubah menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Landasan hukum yang dijadikan program Jamkesmas adalah : 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. anak-anak terlantar dipelihara oleh negara sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayan kesehatandan fasilitas umum yang layak. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No.100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495). Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 No. 47 Tambahan Lembaran Negara No.4286). Undang-undang No 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tanun 2004 No.5 Tambahan Lembaran negara No. 4355). Undang-Undang No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 66 Tambahan Lembaran Negara No 4400). Undang- Undang No 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara tahun 2004 No.116 Tambahan Lembaran negara No. 4431). Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125 Tambahan Lembaran Negara No.4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan undang-Undang No 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negra Republik Indonesia Tahun 2008 No. 59 Tambahan Lembaran Negara Indonesia No. 4844). Undang-Undang No 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negaratahun 2004No. 126 Tambahan Lembaran Negara No. 3637). Undang-Undang No.41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Negara Tahun 2008No 171 Tambahan Lembaran Negara No.4920). Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No. 49 Tambahan Lembaran Negara 3637). Peraturan pemerinah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi Dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota (Lembaran negara tahun 2007 No. 82 Tambahan Lembaran Negara 4737). Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 No. 89 Tambahan Lembaran Negara No. 4741). Peraturan Presiden No.9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006. 14. Peraturan Mentri Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Mentri Kesehatan No.1279/Menkes/Per/XII/2007,(PedomanPelaksana Jamkesmas Tahun 2008 Departemen Kesehatan RI). Jika mencermati peraturan-pertauran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwapenyelenggaran progam Jamkesmas telah sesuai dengan landasan hukum yang berlaku. Mentri Kesehatan mempunyai wewenang penuh untuk pengelolaan keuangan negara dibidang keseahtan dan pengelolaan keuangan tersebut untuk disalurkan dalam bentuk bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bentuk program yang dinamakan Jamkesmas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip asuransi : 1. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan hanya untuk peningkatan kesehatan masyarakat miskin. 2. Pelayanan kesehatan bersifa menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medikyang costefektif dan rasional. 3. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang. 4. Pelayanan kesehatan diberikan dengan prinsip portabilitas dan ekuitas. 5. Pengelolaan program dilaksankan secara transparan dan akuntabel. Tujuan diadakan program Jamkesmas oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah : 1. Tujuan Umum, yaitu untuk meningkatkan akses mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapat derajat tingkat kesehatan masyarakat yang optimal dan efektif. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat pelayana n kesehatan di Puskesmas serta jaringannya di Rumah Sakit. b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. c. Terseeleggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Seluruh peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dapat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2009. Bantuan sosial tersebut direalisasikan dalam bentuk jaminan keseahatan yang penyeleggaranya dalam bentuk skema asuransi sosial. Secara umum asuransi kesehatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu asuaransi komersial (sukarela) dan asuransi sosial (wajib). Penyelengara asuransi komersial biasanya adalah swasta murni dan dalam menentukan premi dilakukan oleh badan penyelenggara atau pihak asuradur sendiridan berbasis kepada pesertaan sukarela yang tujuannya adalah mencari laba (for frofit).Sedangkan asuransi sosial penyelenggaranya adalah BUMN atau suatu badan yang ditunjuk oleh pemerintah, dan dalam penyelenggraannyaada inttervensi pemerintah baik dalam menetapkan tarif maupun menentukan jenis layanan termasuk keperertaannya dimana basis utamnya adalah regulasi bukan respon pasar bukan mencari keuntungan. Dalam program Jamkesmas tersebut pesrta yang merupakan penduduk miskin dan tidak mampu dibayarkan preminya oleh negara dengan menggunakan dana yang berasal dari APBN. Untuk penyelenggaraan di masayang akan datangperlu dilakukan kajian apakah program ini dapat dikelola dalam bentuk Badan Layanan Umum (BLU), karena dengan menggunakan sistem pengelolaan keuangan BLUtujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat dapat tercapai. 2.2.2. Prosedur Pelaksanaan Dalam menetapkan keanggotaan peserta Jamkesmas terdapat beberapa ketentuan yang umum sebagai berikut : 1. Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut pesrta Jamkesmas yang terdaftar dan memliki kartudan berhak mendapakan pelayanan kesehatan. 2. Jumlah sasaran peserta program Jamkesmas Tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah peserta oleh Mentri Kesehatan RI. 3. Berdasarkan kuota sebagaimna tersebut diatas bupati/walikota menetapkan peserta jamkesmas untuk kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisis nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan bupati/walikota. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4. 5. 6. 7. 8. 9. Untuk kabupaten/kota yang telah menetapkan pesrta Jamkesmas lengkap dengan nama dan alamat pesrta dan jumlah peserta Jamkesmas sesuai dengan kuaota dikirimdaftar tersebutdalam bentuk dokumen elektronik (soft copy)dan dokumen cetak (hard copy) kepada : a. PT.Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan didistribusikan kartu peserta sebagai bahan analisis dan pelaporan. b. Rumah Sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta Jamkesmas yang dapat dilayani oleh Rumah sakit, bahan pembinaan, monitorig, evaluasi, dan bahan analisis. c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim pengelola Jamkesmas, Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan. d. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim pengelola Jamkesmas Propinsi setempat sebagai pembinaan, monitoring, evaluasi dan bahan analisis. e. Departemen Kesehatan RI sebagai database kepesertaaan nasional bahan dasar verivikasi tim pengelola pusat pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan sera pengawasan. Peserta ysng memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan maka yang bersangktan di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di sertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan kecuali pada kasus emergensi. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap tingkat pertama pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan, Rawat Tingkat Inap Lanjutan dan pelayanan gawat darurat di Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPTARS) dan kelengkapan berkas peserta akan diverivikasi kebenarannya oleh petugas PT.Askes (Persero) dan apabila berkas itu dinyatakan lengkap maka petugas PT.Askes (Persero) akan mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutnya dinyatakan memperoleh pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar karena sesuatu hal tidak terdaftar Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dalam surat keputusan bupati/walikota akan di kordinasikan oleh PT.Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya. Bagi Bayi yang lahir dari peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta baru dan apabila peserta yang meninggal dunia akan hilang hak pesertanya. Gambar 2.2 : ALUR PELAYANAN KESEHATAN Peserta Puskesmas Pelayanan Kesehatan Pulang RS (PPATRS) RJTL SKP Pelayanan Kesehatan Verifikasi Kepesertaan Data Base Kepesertaan (Petugas PT Askes) Pulang RITL Pelayanan Kesehatan IGD Kasus Gawat Darurat Peserta Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2.3. Rumah Sakit 2.3.1. Definisi Rumah Sakit Bahwa Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medikuntuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Menurut Departemen Kesehatan RI (1990:18) rumah sakit didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama memberi pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan tindakan medis, diagnostik, serta upaya rehabilitasi medis untuk memenuhi kebutuhan pasien berdasarkan batas-batas kemampuan rumah sakit masing-masing Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakanuntuk menyelenggarakannya diseut sarana kesehatan. Salah satu upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekaan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/X1/1992 tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuha dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Untuk bisa meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan perlu ada peningkatan kualitas pelayannanya sehingga dapat memberikan kepastian bagi masyarakat. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 1 ayat (1) Rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pada saat ini peran rumah sakit sudah berkembang dan sarana pelayanan kesehatan yang semula hanya melaksanakan upaya penyembuhan dan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) pemulihan bertambah dengan melaksanakan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit secara terpadu, paripurna dan berkesinambungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif, promotif dan preventif yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat serta mencakup kegiatan layanan medik, pelayanan intalasi dan kegiatan rujukan dan dapat diamanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian yang kesemuannya itu dilaksankan secara terpadu dan paripurna serta berkesinambungan menjangkau masyarakat, keluarga dan lingkungan. 2.3.2. Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi Departemen Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992, yaitu : memberikan pelayanan kepada pasien, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada dokter, perawat maupun personil kesehatan lainnya melaksanakan pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan serta memajukan riset kesehatan, menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, penelitian dan pengembangan , pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 4, 5, Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut : ” Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanankesehatan perorangansecara paripurna”, untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi : a. Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan media. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayananke sehatan ; dan d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan seta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Tujuan Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit , Pasal 3, Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) a. b. c. d. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit ; Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. 2.4. Kerangka pemikiran Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat kultur yang memberi ciri tertentu pada perilaku yang baik dan demikian pula dalam suatu organisasi perilaku yang dituntut dari pelaksanaanya adalah sesuai dengan kultur yang dianut oleh organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu dicegah perilaku yang tidak diterima dalam organisasi. Identifikasi dan implementasi dari perilaku tenaga kesehatan disesuaikan dengan spesifikiasi tugas, jenis, bentuk layanan kepada masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2003 : 88) “Perilaku pelayanan yang diberikan tenaga kesehatankepada masyarakat sebagai pelanggan dapat dilihat dari perilaku yang bersifat adil, cepat, ramah, koreksi, tnpa diskriminasi dan tanpa pilih kasih”. Dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku tenaga kesehatan adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan secara sadar, sebagai perwujudan dari tugas, fungsi, kehendak dan kemauan serta kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Sebelum menjelaskan konsep pelayanan publik terlebih dahulu akan dijelaskan konsep layanan. Layanan (service) pada dasarnya merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud (intangible) serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Layanan dapat diartikan sebagai produk dapat juga sebagai cara atau alat yang digunakan oleh provider dalam memasarkan atau mendistribusikan produknya (Ndraha, 2003 :45). Berdasarkan pemikiran tentang layanan, ada dua pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pelayanan dan pelanggan atau konsumen. Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi kebutuhan konsumen. Dalam ghal pemenuhan kebutuhan dan kepentingan konsumen dalam hal ini masyarakat, pemerintah menyediakan unit-unitr pelayanan untuk melayani kepentingan tersebut. Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakuakan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumer, pelanggan, tamu, pasien, penumpang, dll) pada tingkat pemuasanya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani dan yang dilayani menurut Monier (1998 : 16) “ Playanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) pelayanan”. Menurut Ndraha (2003 : 64) “ Pelayanan dalam administrasi adalah pelayanan dalam arti kegiatan, apapun isinya. Oleh sebab itu administrasi terdapat dalam bentuk atau corak negara apa saja, baik rotaliter, otoliter, maupun demokratik”. Ndraha (2003 :65) juga menyatakan “Konsep pelayanan meliputi proses, output (produk) dan outcome (manfaat)”. Pelayan publik sering dilihat sebagai respresentasi dari eksistensi birokrasi pemerintahan, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan kebutuhan faktual masyarakat terhadap peranan pemerintah. Filosofi pelayanan publik menempatkan rakyat sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Moralitas dari pelayanan publik merupakan derivasi dari filosofi tersebut, yaitu pemberdayaan rakyat dalam relasinya dengan struktur kekuasaan. Secara lebih eksplisit Sianipar (1999 : 5) menjelaskan bahwa “Pelayanan publik dapat dinyatakan sebagia segala sesuatu bentuk pelayanan sektor publik yangdilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sejalan dengan pendapat di atas maka Sen (1999 : 25) mengatakan “public service generally means services rendered by the public sector-the state or goverment”. Dalam perkembangan dinamika kehidupan politik pemerintahan dewasa ini, disadari baik secara internal maupun eksternal kehidupan dunia birokrasi pemerintahan,terdapat isu sentral yang menjadi perhatian publik, yaitu perlunya reformasi birokrasi publik dalam pengelolaan pemerintahan. Urgensi reformasi berkaitan dengan adanya tuntutan akan pengelolaan pemerintahan khususnya birokrasi pemerintah dalam menjalankan fungsinya, yaitu pelayanan kepada masyarakat (services), membuat kebijakan atau ketentuan bagi kepentingan masyarakat (regulation), dan mengupayakan pemberdayaan (empowerment). Melalui reformasi, masyarakat akan dapat mengetahui sejauhmana kinerja birokrasi pemerintah, disamping masyarakat diletakkan pada kedudukan yang sesungguhnya, yaitu sebagai pemerintahan (Kaloh, 2003 : 76). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Widodo, 2001 :269). Kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat semakin baik, hal ini merupakan indikasi dari “empowering” yang dialami masyarakat. Masyarakat semakin sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan,keinginan, aspirasi, makin kritis dan berani melakukan kontrol kepada pemerintah (Thoha, 1998 :119). Dalam kondisi masyarakat makin kritis, birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, efisien, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif dan sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi, 1986 : 213). Menurut Widodo (2001 : 273) pihak pelayanan publik dalam memberikan layanan publik setidaknya harus : 1. mengetahui kebutuhan apa yang dilayani 2. menerapkan persyaratan manajemen untuk mendukung penampilan (kinerja) 3. memantau dan mengukur kinerja Pemerintah mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu : pelayanan, pemebrdayaan dan pembangunan. Jika diperhatikan dalam-dalam, pembangunan bukanlah fungsi hakiki pemerintah, melainkan fungsi ad interin pada masyarakat yang belum mampu membangun dirinya sendiri. Konsep development hanya dikenakan pada dunia ketiga, dikelola menurut development administration yang diajarkan oleh negara-negara donor (negara maju) kepada kliennya di seluruh dunia. Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa publik yang tidak diprivatisasi dan layanan civil termasuk layanan birokrasi, yang dikenal dengan fungsi pelayanan (serving). Jika rakyat tidak berdaya menentukanmasa depannya, maka pemerintah melakukan program pemberdayaan (empowermen) (Ndraha, 2003 ; 75-76). Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pada hakekatnya pemerintah harus mampu menyediakan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan fungsi utama dari pemerintah yaitu memberikan kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung pada pelayanan publik yang prima yang dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu tugas dan fungsi utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Oleh karenanya setiap pemerintah daerah wajib menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas kepada masyarakatnya. Hingga saat ini kualitas pelayanan publik yang dihasilkan secara umum masih belum sesuai harapan. Menurut Lenvine (1990:188) produk pelayanan publik sekurangkurangnya harus memenuhi tiga indikator: responsiveness, responsibility, dan accountability. Responsivitas adalah daya tanggap pemerintah kabupaten (penyedia layanan) terhadap harapan, keinginan, aspirasi, maupun tuntutan pengguna layanan. Responibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik telah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen yang telah ditetapkan. Sedangkan akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stokeholders dan normanorma yang berkembang dalam masyarakat. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2.5. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan dalam kerangka pemikiran sebagaimana diuraikan diatas maka penulis mengajukan hipotesis adalah sebagai berikut : “ “ Besarnya pengaruh implementasi kebijakan JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum daerah bayu Asih Kabupaten Purwakarta ditentukan oleh komunikasi, sumber-sumber sikap pelaksana dan struktur birokrasi ” BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Pembangunan di Kabupaten Purwakarta tidak terlepas dari visi dan misi pembangunan secara nasional, dimana visi pembangunan Kabupaten Purwakarta adalah “Purwakarta Berkarakter” dengan misi yang di emban adalah sebagai berikut : Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa; Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global; Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial; Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat. Berdasarkan atas visi dan misi diatas, sebagai upaya meningkatkan pembangunan di Kabupaten Purwakarta, Bupati Purwakarta telah menetapkan 9 (sembilan) langkah kebijakan yang akan ditempuh, yaitu: “Sembilan Langkah Menuju Digjaya Purwakarta”. Yaitu : 1. Pendidikan gratis sampai tingkat SLTA bagi masyarakat miskin; 2. Pembebasan biaya pembelian buku sekolah dan pengembangan kurikulum pendidikan baca tulis Al-Quran bagi siswa TK, SD, SLTP dan SLTA yang beragama Islam; 3. Pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran gratis bagi seluruh masyarakat dengan sistem pelayanan ditingkat desa dan kelurahan; 4. Pembangunan Puskesmas rawat inap di seluruh kecamatan (tahap awal pada 6 Puskesmas); Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5. Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai melalui insentif kehadiran serta peningkatan kesejahteraan kepala desa, aparatur desa, Bamusdes, LPM, Linmas Hansip, Kadus, RT, RW, DKM dan guru ngaji melalui otonomi desa dan kelurahan; 6. Pengembangan dan pelebaran jalan hotmix serta listrik sampai pelosok pedesaan, membuat/mengoptimalkan jalur tembus CikaobandungBabakancikao, Kiarapedes-Cibatu, Pasawahan-Pondok Salam, PasawahanPurwakarta, Pondoksalam-Bojong, Wanayasa-Pondoksalam, BojongDarangdan, Campaka-Cibatu-Bungursari, membuka pintu Tol Sawit serta pelebaran jalan Sawit-Wanayasa; 7. Pengembangan air bersih dan irigasi pedesaan secara menyeluruh dan mengoptimalkan Sungai Ciherang untuk irigasi perairan PondoksalamPasawahan, Sungai Cikao untuk irigasi perairan Bojong-Darangdan-Jatiluhur dan sungai Cimunjul untuk irigasi perairan Purwakarta-Babakancikao, Pengembangan irigasi Cilamaya untuk pertanian Kiarapedes-WanayasaCibatu-Campaka-Bungursari serta mengoptimalkan fungsi bendungan Cirata dan Jatiluhur untuk pertanian masyarakat Maniis, Plered, Tegalwaru, Sukatani, Sukasari dan Jatiluhur dengan pola integrasi kehutanan, pengairan, perikanan, pertanian, peternakan dan pariwisata; 8. Pengembangan kawasan terpadu kecamatan Bungursari, pengembagan tata kota dan tata bangunan yang beridentitas Purwakarta, renovasi bangunan tua, pengembangan halaman stasiun, penyempurnaan Situ Buleud, penataan Alun-alun, integrasi bangunan pemerintah serta pemberian perlindungan yang menyeluruh terhadap keberadaan dan kualitas pedagang serta pasar tradisional; 9. Pengembangan investasi dengan menyiapkan tanah untuk industri dengan sistem sewa yang disiapkan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan visi, misi serta program pembagunan diatas, maka objek penelitian ini disesuaikan dengan isi yang dari program pembangunan tersebut, yaitu di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Dan untuk dijadikan unit analisisnya, penulis membagi 2 (dua) kelompok responden yaitu : 1) Pegawai Negeri Sipil dilingkungan RSUD Bayu Asih, dimana pada terdiri dari 2 kelompok : (1) Pegawai RSUD secara keseluruhan. (2) Pimpinan mulai setingkat Kepala Seksi sampai Direktur. 2) Masyarakat penguna layanan program JAMKESMAS di RSUD Bayu Asih. Dimana terhadap setiap kelompok responden tersebut akan peneliti ukur sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 3.2. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode penelitian yang dipergunakan adalah verificative and explanation research, yaitu suatu tipe penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh gambaran secara konkrit dan akurat dari ciri-ciri variabel yang diteliti. Dengan menggunakan tipe penelitian ini diharapkan dapat menguraikan secara terperinci dan jelas perilaku dari setiap variabel yang diteliti dan oleh sebab itu metode penelitian yang akan dipergunakan adalah Explanatory Survey. Metode Explanatory Survey ini dipergunakan untuk mengkaji dan menganalisis secara terperinci mengenai hubungan kausalitas antara variabelvariabel yang diteliti, sehingga penelitian ini merupakan penelitian penjelasan yang dimaksudkan untuk memberi jawaban atas masalah yang dihadapi dengan cara menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Di samping itu metode explanatory survey ini digunakan karena dalam penelitian ini jumlah unit yang dianalisis dan diobservasi hanya menggunakan sejumlah sampel yang terpilih, sehingga supaya keberadaan data yang diperoleh dapat digunakan sebagai ukuran besaran pengaruh dari setiap variabel penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian kausalitas dari beberapa variabel bebas X terhadap sebuah variabel tidak bebas Y dan Z, maka analisis data yang digunakan adalah analisis Struktural Equation Modelling (SEM) dengan mengunakan Linear Structure Relationship (LISREL) yang dilanjutkan dengan menggunakan analis jalur (Path Analysis). Dengan mengunakan kedua analisis ini peneliti akan melakukan analisis instrumen penelitian melalui uji validitas, dan uji reliabilitas dari instrumen penelitian. Kedua pengujian tersebut perlu dilakukan agar dapat mengetahui bahwa instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat ukur yang baik dan tepat. Setelah itu akan dilakukan uji internal konsistensi, dimana uji ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi penilaian yang diberikan terhadap item-item pertanyaan yang dibuat, dan pada akhirnya data yang diperoleh dari responden merupakan data yang berskala ordinal dan melalui analis Structure Relationship (LISREL) akan diubah menjadi skala interval dengan menggunakan metode successive interval, perubahan skala ini dimaksudkan supaya persyaratan asumsi dalam analis data dapat digunakan. Metode ini merupakan langkah-langkah secara manual proses transformasi data ordinal ke interval sebagai berikut : 1) Memperhatikan setiap item pertanyaan 2) Menghitung frekwensi jawaban untuk setiap item 3) Menentukan proporsi (p) dengan cara membagi frekwensi dengan jumlah responden 4) Menghitung proporsi komulatif (p) 5) Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dengan menggunakan tabel distribusi normal. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 6) Menentukan nilai skala (scale value) untuk setiap nilai Z dengan formula sebagai berikut : Scale Value (Density at lower limit) - (Density at upper limit) (Area below upper limit) - (Area below lower limit) Dan pada akhirnya akan diuraikan variabel bebas terhadap variabel respon berdasarkan struktur yang dibuat, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga dapat dibuat interpretasi dan argumen dari perhitungan itu. 3.3. Strategi Penelitian Karena penelitian yang dilakukan ingin mengetahui bagaimana pengaruh kompetensi dan motivasi kerja aparatur di lingkungan RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta terhadap kinerja organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Purwakarta dan kualitas pelayanan publik. Atas dasar itu maka strategi penelitian yang akan dilakukan melalui pengujian kausalitas berdasarkan struktur penelitian yang telah dirumuskan, dimana untuk memperoleh data tentang variabel-variabel yang digunakan baik bebas maupun tidak bebas yang dikumpulkan dari beberapa pegawai yang berkecimpung dalam pelayanan publik. Sedangkan kualitas pelayanan publik akan peneliti dari masyarakat pengguna layanan publik di RSUD Bayu Asih, selanjutnya berdasarkan informasi dari kedua kelompok responden tersebut akan dibentuk suatu persamaan struktural linier yang dihitung dengan menggunakan perangkat lunak LISREL, sehingga akan diketahui bagaimana dan berapa besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel antara yang pada gilirannya masing-masing variabel tersebut ingin diketahui pengaruhnya terhadap variabel respon kualitas pelayanan publik. 3.3.1. Populasi dan Responden Penelitian Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang akan dijadikan objek penelitian adalah kelompok pegawai RSUD dan kelompok pengguna layanan dari pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta oleh karena itu, kedua kelompok tersebut akan dijadikan populasi dalam penelitian ini. Untuk pegawai dilingkungan Badan pemerintah daerah yang akan dijadikan objek penelitian adalah pegawai negeri sipil yang berkecimpung dalam pelayanan terhadap masyarakat saja dan untuk masyarkat hanya masyarakat yang menggunakan layanan publik saja. Menurut catatan Jawa Barat dalam angka 2009, bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil termasuk dalam objek penelitian ini pada tahun 2008 adalah Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) berjumlah 13,927 Orang PNS dan jumlah penduduk. Kabupaten Purwakarta adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Purwakarta Jumlah Penduduk (Jiwa) No Kecamatan Desa 2006 2007 2008 2009 1 Jatiluhur 10 58,306 59,647 60,989 62,330 2 Sukasari 5 14,934 15,278 15,621 15,965 3 Maniis 8 29,776 30,461 31,146 31,831 4 Tegalwaru 13 45,690 46,742 47,793 48,844 5 Plered 16 70,350 71,969 73,588 75,206 6 Sukatani 14 63,172 64,625 66,079 67,532 7 Darangdan 15 59,415 60,782 62,150 63,517 8 Bojong 14 45,375 46,419 47,463 48,507 9 Wanayasa 15 38,849 39,743 40,637 41,531 10 Kiarapedes 10 25,839 26,433 27,028 27,622 11 Pesawahan 12 39,732 40,646 41,560 42,474 12 Pondoksalam 11 27,565 28,199 28,834 29,468 13 Purwakarta 10 147,671 151,068 154,466 157,864 9 39,748 40,662 41,577 42,491 15 Campaka 10 35,190 36,000 36,810 37,620 16 Bungursari 10 40,688 41,624 42,560 43,496 17 Cibatu 10 26,854 27,472 28,090 28,708 192 809,155 827,772 846,390 865,008 14 Babakancika o Jumlah Sumber : Jawa Barat dalam angka tahun 2009 Tabel 3.2 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Keadaan Pegawai RSUD Bayu Asih No Pangkat/ Gol Pendidikan Formal 1 Pembina Tk.I (IV/b) Pasca Sarjana 2 Penata Tk.I (III/d) Sarjana 3 Penata Tk.I (III/d) SLTA 4 Penata Tk.I (III/d) Sarjana 5 Penata (III/c) Sarjana 6 Penata (III/c) Sarjana 7 Penata Muda Tk.I (III/b) SLTA 8 Penata Muda Tk.I (III/b) SLTA 9 Penata Muda Tk.I (III/b) Sarjana Muda 10 Penata Muda Tk.I (III/b) SLTA 11 Penata Muda Tk.I (III/b) SLTA 12 Penata Muda Tk.I (III/b) Sarjana 13 Penata Muda (III/a) Sarjana 14 Penata Muda (III/a) SLTA 15 Penata Muda (III/a) Sarjana Muda 16 Pengatur Tk.I (II/d) SLTA 17 Pengatur Tk.I (II/d) SLTA 18 Pengatur Tk.I (II/d) SLTA 19 Pengatur (II/c) SLTA 20 Pengatur Muda Tk.I (II/a) SLTA 21 Pengatur Muda Tk.I (II/a) SLTA 22 Honorer Sarjana 23 Honorer Sarjana Sumber : RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta Tahun 2007. Pada tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta terdapat pegawai golongan IV sejumlah 1 (satu) orang atau sebesar 4,35%, pegawai golongan III sejumlah 14 (empat belas) orang atau sebesar 60,87%, sedangkan pegawai golongan II sejumlah 6 (enam) orang atau sebesar 26,09%, serta pegawai honorer sejumlah 2 (dua) orang atau sebesar 8,69%. Sedangkan tingkat pendidikan, terdapat 1 (satu) orang berpendidikan S2 (Pasca Sarjana) atau sebesar 4,35%, 8 (delapan) orang berpendidikan S1 (Sarjana) Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) atau sebesar 34,79%, 2 (dua) orang berpendidikan D III (Sarjana Muda) atau sebesar 8,69%, 12 (dua belas) orang berpendidikan SLTA atau sebesar 52,17%. Berdasarkan ketiga sumber data tersebut, banyaknya pegawai dilingkungan Badan Pegawai RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta yang dapat dijadikan responden penelitian ini dan banyaknya jumlah penduduk kabupaten Purwakarta ditentukan dengan teknik sampling acak sederhana, artinya kedua kelompok responden akan diteliti di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, baik pegawai maupun masyarakat penguna layanan. Menurut Arikunto (2004: 117) mengatakan bahwa “sampel merupakan bagian dari populasi”, dimana sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Nasution (2003:135) bahwa “.. mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, desain penelitiannya, dan mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Berkaitan pengambilan sampel, Arikunto juga menyampaikan bahwa apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tapi jika subjeknya lebih besar maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Memperhatikan tabel 3.1 dan tabel 3.2, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa : 1) kelompok responden pertama, atau terhadap subjek pegawai RSUD Bayu Asih karena jumlahnya kurang dari 100, maka penarikan sampelnya adalah 100 %. 2) Untuk kelompok kedua, menurut data yang peroleh sementara bahwa jumlah masyarakat pengguna layanan RSUD Bayu Asih pada setiap bulannya rata-rata 270 orang, maka penarikan sampelnya menggunakan sampel secara acak (Random Sampling) . Untuk mengetahui ukuran sampel setiap kelompok responden dapat di hitung dengan rumus yang gunakan sebagai berikut (Taro Yamane atau Solvin (dalam Ridwan, 2005:65) : N n N.d 2 1 Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d2 = Presisi (ditetapakan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95 % Sehingga ukuran sampel yang didapat untuk setiap kelompok responden adalah sebagai berikut : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Perhitunggan sampel penelitian dari kelompok responden pegawai RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta yang dilakukan peneliti menggunakan nilai-nilai sebagai berikut : α = 5 %, β = 5 %, atau 1 – β = 0,95 , sesuai dengan pendapat Arikunto (2004:117) diatas maka jumlah sampel yang akan digunakan adalah seluruh pegawai di lingkungan RSUD Bayu Asih. 1) Sedangkan perhitungan jumlah sampel penelitian dari kelompok responden masyarakat penguna layanan publik yang dilakukan peneliti menggunakan nilai-nilai sebagai berikut: α = 5 %, β = 5 %, atau 1 – β = 0,95 dan. 270 270 N 72,97 73 responden. n = n 2 2 3,7 270.0.1 1 N.d 1 Dari jumlah sampel sebesar 73 orang responden tersebut, untuk mempermudah dalam penyebaran kuesioner, maka ditentukan sampel menurut jumlah hari kerja yang berlaku yaitu 25 hari adalah rata-rata jumlahnya 4 orang responden. 3.3.2. Konseptualisasi dan Operasionalisasi Variabel Dalam operasional variabel penelitian ini, variabel penelitian dijabarkan ke dalam konsep, dimensi, indikator, dan skala pengukuran sesuai dengan variabel-variabel yang diukur. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel laten endogen yaitu : Kualitas Pelayanan Publik (Y), serta 2 (dua) variabel laten eksogen yaitu : Komunikasi (X 1), Sumber-sumber (X2) Disposisi (X3), Struktur Birokrasi (X4). Selanjutnya, setiap indikator dibuat pernyataan-pernyataan di dalam kuesioner yang dijadikan landasan dalam pengumpulan data. Dengan penjabaran dari variabel ke dalam indikator ini diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi penyusunan alat ukur itu sendiri. Perumusan operasional masingmasing variabel pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini sebagai berikut : Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian Implementasi Kebijakan JAMKESMAS Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) No Variabel 1. Dimensi Indikator Komunikasi 1. Kemampuan petugasdalam penyampaian informasi program. 2. Kejelasan petunjuk 3. kejelasan perintah kepada pelaksana. 4. Kejelasan informasi prosedur berobat kepada Jamkesmas. 5. Kepastian perintah. 6. Kesesuaian pendidikandengan tugas. Sumbersumber 1. Disposisi 1. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG JAMKESMAS Jumlah petugas medis dan administrative yang ada. 2. Kompetensi petugas kesehatan. 3. Media informasi yang digunakan. 4. Kecukupan informasi pelaksanaan kegiatan. 5. Response penerima informasi. 6. Kecukupan wewenang petugas. 7. Kecukupan dana. 8. Kesedian peralatan medis. 9. Kelaikan peralatan medis. 10. Ketersedian peralatan kantor. 11. Ketersedian obat-obatan. 2. 3. Pemahaman petugas pelaksana program. Dukungan pelaksana terhadap program. Kesesuaian harapan petugasdengan tujuan program. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) No Variabel Dimensi Indikator Struktur birokrasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah petugas dalam pelaksanaan program Jamkesmas sudah memadai. Keahlian dan kecakapan petugas medis ssudah memadai. Kejelasan intitusi lain terkait. Pelaksanaan kordinasi dengan intitusi terkait. Pelaksanaan pengwasan prosedur telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Berbagai prosedur yang telah diterapkan oleh petugas ke sehatan telah saesuai dengan kebutuhan pasien Jamkesmas. Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian Kualitas Pelayanan Publik VARIABEL KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (Z) Dimensi Keandalan (Realibility) Bukti Fisik (Tangibles) INDIKATOR 1. Kemampuan petugas menggunakan peralatan. 2. Kecepatan petugas melayani pasien. 3. Ketepatan petugas dalam mendiagnosa penyakit. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kebersihan Ruang Tunggu. Kebersihan ruang berobat/inap. Kedisiplinan petugas melayani. Keramahan petugas. penampilan petugas. Kejelasan petugas yang melayani. 1. Kemudahan petugas mudah dihubungi. Kepekaan/daya tanggap 2. Kesedian memberi pertolongan. (Responsivenes) 3. Tanggap terhadap keluhan pasien. 4. Tanggap terhadap kebutuhan pasien. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) VARIABEL Dimensi Jaminan (assurance) Kemampuan untuk memahami (Empaty) INDIKATOR 1. Kepastian biaya/kepastian gratis 2. Kepastian waktu. 1. Kepedulian petugas kepada pasien. 2. Kehendak petugas mendengar keluhan pasien. 3. Kehendak peteugas membantu pasien. 4. Kesedian petugas untuk dihubungi. 3.3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Uma Sekaran (1992:29-54) dengan 2 (dua) cara, yaitu : 1) Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Teknik yang dipergunakan adalah dengan : (i). Wawancara, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan komunikasi langsung dengan objek penelitian. Untuk kelompok responden pertama yang di komunikasikan adalah berkaitan dengan kompetensi, motivasi kerja aparaturbirokrasi dan kinerja organisasi, dan untuk kelompok responden kedua yang di komunikasikan adalah berkaitan dengan kualitas pelayanan yang diterima. (ii). Kuesioner (angket), merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui proses penyebaran angket atau kuesioner yang telah disusun berdasarkan operasionalisasi variabel untuk masingmasing variabel penelitian yang sudah diuji tingkat validitas dan realibilitasnya, sehingga diharapkan dapat mengumpulkan data yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap semua dari variabel-variabel yang diteliti. Seluruh pernyataan dari indikator-indikator bersifat closed-ended dan dirancang mengikuti Seven-Point Likert Type Scale. (iii). Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap aktivitas kerja sehari-hari dari para pegawai dan masyarakat pengguna layanan. Untuk kelompok responden pertama yang di komunikasikan adalah berkaitan dengan kompetensi, motivasi kerja aparatur birokrasi dan kinerja organisasi, dan untuk kelompok responden kedua yang di komunikasikan adalah berkaitan dengan kualitas pelayanan yang diterima. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 2). Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dipergunakan untuk mendapatkan data sekunder. Disamping itu studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi tentang konsep teoritis dari berbagai variabel yang diteliti, baik dari literatur-literatur yang relevan, maupun dari laporanlaporan kerja dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini. Demikian pula, dipandang dari kebutuhan data faktual di lapangan, melalui berbagai dokumen, peraturan dan laporan-laporan tertulis yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 3.3.4. Analisis Instrumen Penelitian Setelah diperoleh data hasil kuesioner yang dilakukan, selanjutnya data tersebut perlu di analisis apakah data tersebut tepat (valid), terandal (reliable) dan konsisten (internal Consistency). 3.3.4.1. Analisis Validitas Menurut Ridwan (2004:109-110) bahwa analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mampu mengukur objek yang diukur, atas dasar itu maka alat ukur dapat dikatan valid apabila mampu mengukur objek yang diukurnya. Dalam penelitian ini digunakan unstandarized coeffisient, dimana koefisien korelasi yang di gunakan antara variabel dengan faktornya. Koefisien korelasinya diperoleh melalui analisis faktor dengan tujuan konfirmatif (confirmatory faktor analysis, CFA) dalam output LISREL yang bentuknya sebagai berikut : Xi = λ1i ξ1 + λ2i ξ2 + λ3i ξ3 + ..............+ δi Untuk hasil yang dicari berdasarkan pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid apabila memiliki nilai korelasi variabel yang di observasi ( λji ) dengan variabel laten lainnya bersifat signifikan. n x j ( x ) ( j) r = { n x 2 ( x )2 }{ n x 2 ( j) 2 } 3.3.4.2. Analisis Reliabilitas Instrumen analisis reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang digunakan cukup andal ?. Dan sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan realibel dan berhasil mengukur variabel jika koefisien realibilitasnya lebih dari 0,5 (Bachrudin & Tobing, 2003:48). Untuk menghitungnya, dalam penelitian ini digunakan persamaan : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Construct Reliability = ( std loading) 2 ( std loading) 2 ( Var ( ) Dimana std. Loading merupakan standarized loading dan diagonal dari matriks korelasi kekeliruan pengukuran (matrik theta delta) dalam output LISREL, atau 1 – (std. Loading)2 pengukuran untuk masing-masing indikator. 3.3.4.3. Analisis Internal Consistency Internal consistency dihitung untuk mengetahui apakah struktur pertanyaan yang disusun sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, untuk itu setiap nomor pertanyaan bersifat konsisten jika nilai korelasinya tinggi. Rumus yang digunakan untuk mengukur analisis ini adalah : n x j ( x ) ( j) r = { n x 2 ( x )2 }{ n x 2 ( j) 2 } Dimana : x j n = Skor jawaban untuk pertanyaan = Jumlah skor jawaban untuk pertanyaan = Banyaknya responden penelitian 3.3.4.4. Perskalaan Setelah mengunakan instrumen analisis ketiganya di atas, selanjutnya nilai jawaban responden diubah menjadi skala pengukuran interval dengan menggunakan metode successive interval dengan cara sebagai berikut : 1) Memperhatikan setiap item pertanyaan, yang dimaksudkannya adalah nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam koesioner. 2) Menghitung frekwensi jawaban untuk setiap item, artinya lakukan perhitung ada berapa jumlah yang menjawab setiap skor yang digunakan, yaitu 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi (f) 3) Menentukan proporsi (p) dengan cara membagi frekwensi dengan jumlah responden (n) 4) Menghitung proporsi komulatif (pk) 5) Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dengan menggunakan tabel distribusi normal. 6) Tentukan nilai densitas normal (fd) yang sesuai dengan nilai Z 7) Menentukan nilai skala (scale value) untuk setiap nilai Z dengan formula sebagai berikut : Scale Value (Density at lower limit) - (Density at upper limit) (Area below upper limit) - (Area below lower limit) Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 8) Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu skala value (SV) yang dinalnya terkecil (harga negatif terbesar), kemudian ubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui rumus transpormasi berikut ini : Transformed Scala Value : SV = SV + {SV min} + 1 3.4. Struktur Penelitian Setelah dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian, selanjutnya akan dilakukan analis data hasil penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Untuk itu derdasarkan strategi penelitian yang digunakan, maka hubungan struktur pengaruh dari variabel penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini : Gambar 3.1. Model Struktur Variabel Penelitian X 1 PYX1 r12 r13 r14 X 2 r23 r24 X 3r Pyx2 PyX3 Y PYX4 34 ε 1 X Berdasarkan struktur jalur tersebut4diatas, maka akan dapat dihitung bagaimana pengaruh sebuah variabel X bebas terhadap variabel respon Y dan Z baik secara langsung maupun tidak, dan ini akan membentuk persamaan sebagai berikut : Y = PYX1 X1 + PYX2 X2 + PYX3 X3 + PYX4 X4 + ε1 Untuk memahami Gambar 3.1 di atas, berikut ini dijelaskan secara khusus mengenai lambang-lambang statistik yang digunakan dalam program SEM, sebagaimana diringkas pada berikut di bawah ini. Tabel 3.1 Lambang-lambang Statistik Menjelaskan Dimensi dan Variabel yang Diteliti Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Lambang X11 X21 Dimensi - Kemampuan memberikan informasi - Kejelasan Juklak/Juknis - Kejelasan perintah kepada pelaksana - Kejelasan informasi prosedur berobat kepada Jamkesmas Lambang X1 Kejelasan - Jumlah petugas medis dan administratif yang ada - Kompetensi petugas kesehatan Staf - Media informasi yang digunakan - Kecukupan informasipelaksanaan petugas - Response penerima informasi Informasi X2 Komunikasi Sumbersumber Wewenang - Kecukupan dana - Ketersedian peratan medis - Kelaikan peralatan medis - Ketersedian peralatan kantor - Ketersedian obatobatan - Pemahaman petugas pelaksana program Variabel Trasmisi - Kecukupan wenang petugas X22 Sub -Variabel Fasilitas X3 Pemahaman Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Disposisi Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Lambang Dimensi - Jumlah petugas dalam Jamkesmas sudah memadai - Keahlian dan kecakapan petugas telah memadai - Kejelasan intitusin lain terkait X31 Lambang Sub -Variabel X4 Kejelasan Pembagian Kerja - Pelaksanaan koordinasi degan intitusi terkait - Kejelasan prosedur kerja - Pengawasan prosedur telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan Prosedur Kerja - Berbagai prosedur telah diterapkan oleh petugas kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien Jamkesmas Mekanisme Tanggungjawab - Kebersihan ruang tunggu - Kebersihan ruang berobat/inap Variabel Struktur Birokrasi Y Tangible Kebersihan ruangan - Kedisplinan petugas melayani - Keramahan petugas - Penampilan petugas Penampilan petugas - Kejelasan petugas melayani - Kemampuan Petugas menggunakan peralatan Kejelasan petugas Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Kualitas Pelayanan Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Lambang Dimensi Lambang Sub -Variabel - Ketepatan petugas mendiagnosa penyakit - Kecepatan petugas melayani pasien - Kemudahan petugas mudah dihubungi - Kesedian memberi pertolongan Kemampuan/ kecakapan melayani Reability - Tanggap terhadap keluhan pasien - Tanggap terhadap kebutuhan pasien - Jaminan Pelayanan Responsivenes s - Kepastian biaya/ kepastian gratis - Kepastian waktu X32 - Kepedulian petugas terhadap pasien - Kehendak petugas membantu pasie - Kehendak mendengar keluhan pasien - Kesedian petugas untuk dihubungi Variabel Asuransi Kepekaan memberi pertolongan Empaty Daya tanggap Berdasarkan model struktur LISREL tersebut, maka akan dihitung bagaimana pengaruh sebuah indikator X ke Y dan X dan Y terhadap variabel latent ξ dan η yang masing-masing akan membentuk persamaan. X 1i 1( ix )1i 1i X 2i (2xi ) 2i 2i X 3i (3xi ) 3i 2i X 3i (3xi ) 3i 2i Y1i 1( iy )1i 1i Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 3.5. Lokasi dan jadwal penelitian Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Adapun rancangan waktu penelitian dari tahap persiapan sampai dengan jadwal sebagai berikut : No Kegiatan 1. Penyusunan UP 2. Konsultasi/Bimbingan UP 3. Seminar UP 4. Pengumpulan Data 5. Penyusunan Tesis 6. Konsultasi/Bimbingan Tesis 7. Ujian Tesis Agust Sept Okt Nov Des BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Objek Penelitian Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. “Wibawa” berarti berwibawa atau penuh kehormatan, “Karta” berarti ramai atau hidup, dan “ Raharja ” berarti keadaan sejahtera atau makmur. Sehingga “ Wibawa Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa, ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera. Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km2 atau sekira 2,81% dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 782.362 jiwa (Sensus penduduk tahun 2005) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,42% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 391.061 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 391.301 jiwa. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Gambar 4.1 Letak Wilayah Kabupaten Purwakarta Pada Peta 4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Bayu Asih Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang berfungsi mewujudkan pranata upaya pelayanan kesehatan terbesar pada masyarakat di jaman modern ini. Rumah Sakit didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai permintaan pasien dan dokter, agar penyelesaian masalah kesehatan dapat dilaksanakan dengan baik. Menurut Wolper dan Pena (dalam Azwar,1996:84), Rumah Sakit adalah, “Tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinis untuk mahasiswa kedokteranm perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. RSUD Bayu Asih merupakan rumah sakit tertua di wilayah Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Subang yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat purwakarta dan sekitarnya. Diresmikan pada tanggal 18 oktober 1930 oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff, Pastoor Van den Brug, dr. Dake dan dr. Bosman. Berdiri diatas yanah seluas 5 (Lima) hektar dan luas bangunan 5000 m2, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu: rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7(Tujuh) bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama. Merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh Nederlandsh Zendings Vereeniging untuk pemerintah (Hindia Belanda), diberi nama : “Bajoe Asih” berarti : “Pemeliharaan didalam kekuatan derma pengasihan”. RSUD Bayu Asih pada awalnya dikelola oleh Yayasan GKP (Gereja Kristen Pasundan) dan sejak tahun 1965 mulai dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Pada tanggal 16 Mei 1983 dibentuk tim penyelesaian status hukum kepemilikan Rumah Sakit umum Bayu Asih Purwakarta dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk.II Purwakarta No.81.HK.021.1./V/SK/83. Tahun 1991dibentuk suatu panitia dari Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta untuk menyelesaikan serah terima fisik/bangunan. Tahun 1994 dapat diselesaikan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) penyerahan fisik dan bangunan, dengan penyerahan sertifikat tanah asli RSUD Bayu Asih dari panitia tingkat Provinsi kepada Pemda Kabupaten Purwakarta dengan luas tanah yang tertera pada sertifikat HGB Np.46 surat ukur No.242 tahun 1933 seluas 49330 m2, sedangkan luas seluruhnya (Fisik dan Bngunan) adalah ± 58846.20 m2. Pada tanggal 25 Januari 1996 diusulkan permohonan penetapan hak dan pengukuran ulang Rumah Sakit Umum Bayu Asih kepada kantor BPN Purwakarta dengan surat No.393 / 102 / P1.K yang ditandatangani oleh Asisten Administrasi Umum atas nama Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta. Pada tanggal 4 Desember 1996 terbit SK Kanwil BPN Nomor 490/HP/KWBPN/1996 tentang hak pakai atas tanah negara seluas 49.300 m2 dipergunakan untuk Rumah Sakit Umum Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Pada tanggal 12 Mei 1997 terbit sertifikat tanda bukti hak pakai, Nomor 35 tahun 1997, status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Purwakarta berdasarkan gambar situasi tanggal 5 Juli 1995 No.1167/1995, dengan luas tanah 49.300 m2. Di samping itu pada tanggal30 Juli 1999 terbit dua buah sertifikat tambahan dengan tanda bukti Nomor 10070605400041 dan Nomor 10070605400042 tahun 1999 status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Purwakarta, berdasarkan gambaran situasi tanggal 1 Juli 1999 No : 00050/Nagrikaler/99, luas tanah 4590 m2. Serta Nomor : 00049/Nagrikaler/99 luas tanah ± 4366,20 m2. Adapun produk yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih purwakarta adalah : a. Rawat Inap : Tersedia ruang perawatan dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 211 Tempat Tidur (TT) yang terdiri dari kelas III, II, I, VIP C, VIP B, VIP A, dan ICU. b. Rawat Jalan : Poliklinik spesialis (Poliklinik Penyakit Anak, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Penyakit Bedah Umum, Poliklinik Penyakit Kandungan dan Kebidanan, Poliklinik Penyakit Bedah Orthopedi, Poliklinik Penyakit Sayaraf, Poliklinik Penyakit Orthodonti, Poliklinik Penyakit Mata, Poliklinik Penyakit THT, Poliklinik Penyakit kulit dan Kelamin, dan Poliklinik Penyakit Jiwa), Poliklinik Gigi Mulut, Poliklinik Umum, Poliklinik Fisioterapi, Poliklinik Gizi dan EKG. c. Pelayanan Gawat Darurat (IGD) d. Pelayanan Penunjang : Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Gizi, Bedah Sentral, Pemeliharaan Sarana, Pemeliharaan Jenazah, CSSD, Loundry, Anasthesi dan Rekam Medik. Fasilitas yang tersedia di RSUD Bayu Asih adalah : Gedung Instalasi Gawat Darurat, Gedung ICU dengan 4 tempat tidur, Ruang Rawat Inap dengan 211 tempat tidur, Gedung Poliklinik rawat jalan, Ruang Operasi, Gedung Radiodiagnostik, Gedung Laboratorium, Gedung Apotek, Gedung Komite Medik, Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Masjid, Kantin, Minimarket, Wartel, Foto Copy Center, Lahan parkir, Gedung Serbaguna dan Lapangan Tenis. Berdasarkan data sepanjang tahun 2009, RSUD Bayu Asih telah melayani 78.446 kunjungan pasien rawat jalan. Dengan proporsi terbesar adlah pasien Kontrak sebanyak 28.919 kunjungan atau sekitar 36,86 %. Disusul kemudian dengan pasien ASKES Sosial (PNS) sebanyak 22.443 atau sekitar 28,61 %. Kemudian pasien yang bayar (umum) sebanyak 17.212 kunjungan atau sekitar 21,94 %, Pasien JAMKESMAS sebanyak 6.396 atau 8,15 %, pasien JAMKESDA sebanyak 3.106 atau 3,96 % dan terakhir adalah pasien ASKES Komersial sebanyak 370 kunjungan atau sekitar 0,47 %. Dari jumlah tersebut sebanyak 26.072 (66,76 %) adalah kunjungan ulang. Untuk kunjungan UGD sebanyak 19.931 kunjungan pasien yang dilayani. Terdiri dari pasien bayar (umum) sebanyak 10.087 atau sekitar 50,61 %. Pasien kontrak sebanyak 4.040 atau 20,27%. Pasien ASKES sosial (PNS) sebanyak 2.918 atau 14,64 %. Kemudian pasien JAMKESMAS sebanyak 1.819 atau 9,13% dan pasien JAMKESDA sebanyak 1.067 atau 5,35 %. RSUD Bayu Asih juga telah melaksanakan operasi sebanyak 1.331 operasi sepanjan tahun 2009 dan melaksanakan pelayanan persalinan sebanyak 1.350 persalinan. Sedangkan untuk pelayanan pemeriksaan penunjang sebanyak 42.726 kunjungan. Untuk pelayanan rawat inap, tingkat hunian tempat tidur atau dalam istilah manajemen rumah sakit adalah BOR (Bed Occupancy Rate) adalah 65,38 %. Rata-rata hari perawatan (AVLOS) adalah 4,25 hari, Bed Turn Over (BTO) 56,51 kali/tahun dan Turn Over Interval (TOI) 2,24 hari. Angka Kematian Kasar atau Gross Death Rate (GDR) sebanyak 18,87 permil/tahun dan Nett Death Rate (NDR) sebanyak 9,98 permil/tahun. Perincian BOR menurut kelas adalah BOR tertinggi masih ditempati kelas III dengan BOR yang sudah overload yaitu 110,70 % (sepintas tidak mungkin BOR di atas 100 %, tetapi setelah dikaji dan dianalisa ternyata masuk akal juga). Kemudian disusul BOR untuk kelas VIP A sebanyak 80,28 %, BOR VIP B sebanyak 68,36 %. Kemudian disusul BOR ICU sebanyak 62,10 %. Selanjutnyab BOR VIP C sebanyak 55,44 %, BOR Kelas II sebanyak 40,24 % dan terakhir adalah BOR Kelas I sebanyak 38,01 %. Dari angka-angka di atas, dapay disimpulkan bahwa adnya anggapan yang mengatakan RSUD Bayu Asih adalahy rumah sakitnya orang miskin, dengan sendirinya terbantahkan. Karena berdasarkan dat6a ternyata jumlah kunjungan JAMKESMAS dan JAMKESDA total hanya sekitar 12 %. Memang masih agak sumir kesimpulan ini, mengingat data pasien JAMKESMAS dan JAMKESDA yang dirawat inap belum tersaji. Selain itu juga ternyata ruangan yang paling diminati selain kelas III (karena pasien JAMKESMAS dan JAMKESDA) adalah kelas VIP A dan yang paling tidak diminati adalah kelas I. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4.1.2. VISI, MISI DAN NILAI Dalam pelaksanakan kegiatannya Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih berpedoman pada visi, misi dan nilai Rumah Sakit Umuh Daerah Bayu Asih yang telah disesuaikan dengan visi, misi dan nilai Kabupaten Purwakarta sebagai berikut : 1. Visi Visi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah : Bayu Asih Mandiri, Profesional dan dipercaya Tahun 2013. 2. Misi Misi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, adalah : 2.1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu,menjadi rumah sakit rujukan dan menjadi mitra industri di wilayah Purwakarta dan sekitarnya. 2.2. Mengembangkan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), agar memiliki kompetensi, loyalitas, ramah dan berkarakter. 2.3. Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana yang dibutuhkan serta memiliki kualifikasi teknologi terkini. 2.4. Menerapakan manajemen dan system informasi yang baik, akuntabel dan transparan. 2.5. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih yang menerapkan prinsip-prinsip pola pengelolaan keuangan yang mandiri. 3. Nilai – nilai Nilai-nilai dasar RSUD Bayu Asih tercermin dalam jati diri “BAYU ASIH” yaitu : B : Budi Pekerti Luhur A : Asih Asah Asuh Y : Yakin U : Utamakan Pasien A : Akuntabilitas S : Sabar I : Ikhlas H : Hati Nurani a. Budi Pekerti Luhur Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih memiliki karakter budi pekerti yang luhur dan sopan santun yang terpuji baik didalam lingkungan rumah sakit maupun dilingkungan keluarga atau tempat Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) b. c. d. e. f. tinggalnya. Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih mampu menjadi nyala api penerang yang memancar sifat-sifat dan watak dengan budi pekerti yang luhur serta sopan santun dimanapun ia berada. Asih Asah Asuh Setiap pegawai RSUD Bayu Asih memiliki sifat saling mengasihi baik baik kepada pasien dan keluarganya serta kepada seluruh pengunjung rumah sakit, maupun kepada sesamapegawai dilingkungan RSUD Bayu Asih. Setiap pegawai senantiasa mengasahpikiran dan jiwa terhadap nilai-nilai kemanusiaan, saling mengingatkan dalam hal kebaikan serta kebajikan. Setiap pegawai RSUD Bayu Asih senantiasa saling mengasuh dan membimbing, yang lebih tua selalu mengasuh dan membimbing kepada yang lebih muda selalu mengasihi kepada yang lebih tua. Yakin Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih selalu berpegang teguh dan yakin akan nilai-nilai keluhan dan kemuliaan. Selalu yakin dalam berfikir, berucap dan bertindak sepanjang tidak melanggar normanorma di masyarakat. Yakin akan kemampuannya dealam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sepanjang selalu berpegang pada aturan-aturan dan prosedur yang berlaku di lingkungan RSUD Bayu Asih. Utamakan Pasien Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam keadaan dan kondisi apapun tetap mengutamakan kepentingan pasien. Bagi pegawai RSUD Bayu Asih, keselamatan jiwa dan kesehatan pasien selalu menjadi tujuan pelayanan yang utama. Akuntabilitas Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan selalu siap dan bersedia untuk bertanggung jawab secara moril kepada masyarakat. Setiap tindakan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan sesuai kaidah dan norma-norma hukum serta perundang-undangan yang berlaku. RSUD Bayu Asih dalam pengelolaan manajemen administrasi keuangan juga selalu dapat dipertanggung jawabkan, baik secara moril kepada masyarakat maupun secara hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sabar Setiap pegawai RSUD Bayu Asih selalu sabar dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, stiap pegawai RSUD Bayu Asih menyadari bahwa pasien dan pengunjung berasal dari seluruh lapisan masyarakat yang cukup beragam karakter dan Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) wataknya, serta kondisi emosionalnya yang labil karena kepanikan dan kecemasan. g. Ikhlas Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat selalu ikhlas dan tanpa pamrih apapun. Prinsip pengabdian terhadap nilai-nilai profesionalisme selalu di junjung tinggi. h. Hati Nurani Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat selalu menggunakan hati nurani sebagai pijakan dalam berfikir, berucap dan bertindak. Prinsip ikut bersimpati dan ikut berenpati terhadap apa yang di rasakan oleh pasien dan keluarganya selalu menjadi landasan dalam memberikan pelayanan. Dalam meberikan pelayanan tidak pernah membeda-bedakan strata ekonomi dan sosialnya, suku, agama, dan ras. 4.2. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penelitian 4.2.1. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Implementasi Kebijakan Jamkesmas 4.2.1.1. Komunikasi Komunikasi mewakili pendapat responden sejauhmana performance dan kejelasan proses komunikasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit berkaiatan dengan penyenglenggaraan Jamkesmas. Komunikasi imi merupakan gabungan dari beberapa indicator pembentuknya, yaitu : 1. Kemampuan petugas menyampaikan informasi 2. Kejelasan Juklak/Juknis 3. Kejelasan perintah kepada pelaksana 4. Kejelasan informasi prosedur 5. Media informasi yang digunakan 6. Kecukupan informasi pelaksanaan kegiatan 7. Respon penerima informasi 8. kepastian perintah 9. Kesuaian pendidikan dengan tugas Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator ini adalah sebagai berikut : 1) Kemampuan petugas menyampaikan informasi Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) No Tabel 4.1 Tanggapan Responde n Tanggapan Jumlah 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 61 61 5 SS 27 27 100 100 Jumlah 2) Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai mampu memberikan informasi tentang jamkesmas dengan baik. Kejelasan Juklak/juknis Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.2 Tanggapan Responde No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 24 24 4 S 115 115 5 SS 22 22 100 100 Jumlah 3) % Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai telahmampu memahami petunjuk pelaksanan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) tentang jamkesmas dengan baik. Kejelasan perintah kepada pelaksanan Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : No Tanggapan Tabel 4.3 Tanggapan Responden Jumlah 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 % Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4 S 70 70 5 SS 18 18 100 100 Jumlah 4) Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas telah memahami dan mengerti dengan baik perintah atasan oleh pelaksanan Jamkesmas. Kejelasan informasi prosedur berobat jamkesmas Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 17 17 4 S 64 64 5 SS 17 17 100 100 Jumlah 5) Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas telah memberikan informasi tentang prosedur berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas. Media informasi Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 6 6 4 S 72 72 5 SS 21 21 100 100 Jumlah Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas bahwa telah ada media informasi tentang prosedur berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 6) Kecukupan informasi pelaksanaan kegiatan Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 71 71 5 SS 18 18 100 100 Jumlah Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas bahwa telah ada media informasi tentang prosedur berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas telah cukup tersedia. 7) Respon penerima informasi Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 71 71 5 SS 18 18 100 100 Jumlah Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas bahwa program jamkesmas mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 8) Kepastian perintah Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 14 14 4 S 63 63 5 SS 21 21 100 100 Jumlah 9) Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa adanya kepastian perintah dari atasan dalam pelaksanaan programjamkesmas sehingga program ini berjalan dengan baik Kesusaian Pendidikan dengan tugas Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 13 13 4 S 64 64 5 SS 22 22 100 100 Jumlah 10) Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju dan sangat setuju petugas bahwa terdapat kesuaian pendidikan petugas dengan pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga program ini berjalan dengan baik Rekapitilasi Komunikasi Untuk dapat melihat gambaran kondisi komunikasi secara keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili komunikasi yaitu sebagai berikut : Tabel 4.10 Rekapitulasi skor No Nilai Skor A/H Item % Aktual Harapan 1 747 900 83.00 2 731 900 81.22 3 715 900 79.44 4 715 900 79.44 5 742 900 82.44 6 730 900 81.11 7 748 900 83.11 8 728 900 80.89 9 733 900 81.44 Total 6589 8100 81.35 Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tersebut telah mencapai 81.35 % darikondisi idealnya. Total skor minimal adalah 1620 dan skor maksimal 8100 dengan interval 1296, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan kesimpulannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Rancangan, interval skor dan kesimpulan Rancangan Skor Interval; Skor Kesimpulan Kesimpulan Aktual sangat tidak baik 1620 s/d 2916 tidak baik 2917 s/d 4212 Kurang baik 4213 s/d 5508 baik 5509 s/d 6804 sangat baik 6805 s/d 8100 6605 Baik Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4.2.1.2. Sumber Daya Sumber daya mewakili pendapat responden tentang sejauhmana perpormance dan ketersediaan sumberdaya yang berkaitan dengan penyelenggraan Jamkesmas. Sumber daya ini merupakan gabungan dari beberapa indikator pembentuknya, yaitu : 1) Jumlah petugas kesehatan dan administrasi 2) Kompetensi petugas 3) Kecukupan kewenangan petugas 4) Kecukupan dana 5) Kelaikan peralatan medis 6) Ketersediaan peralatan medis 7) Ketersediaan peralatan kantor 8) Ketersedian obat-obatan Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah sebagai berikut : 1) Jumlah petugas kesehatan dan administrasi Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.12 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 1 1 2 TS 3 3 3 R 27 27 4 S 54 54 5 SS 14 14 100 100 Jumlah 2) Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan administratif telah memadai sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kompetensi petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.13 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 3 R 16 16 4 S 63 63 5 SS 19 19 100 100 Jumlah 3) Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan administratif telah memiliki kompetensi yang memadai pada bidang masing-masing sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kecukupan kewenagan petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.14 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 21 21 4 S 67 67 5 SS 12 12 100 100 Jumlah 4) Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan administratif telah memiliki kewenangan yang cukup dalam bekerja pada bidang masing-masing sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kecukupan dana Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.15 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 3 3 3 R 37 37 4 S 48 48 5 SS 12 12 100 100 Jumlah Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5) Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh dana yang cukup sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik walaupun harus ada kajian ulang tentang pendanaan. Ketersediaan peralatan medis Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.16 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 1 1 2 TS 2 2 3 R 42 42 4 S 48 48 5 SS 7 7 100 100 Jumlah 6) Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh ketersediaan dari peralatan medis yang cukup, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik walaupun harus ada kajian ulang tentang jumlah peralatan medis atau kebutuhan akan peralatan medis yang cukup banyak. Kelaikan dari peralatan medis Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.17 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 3 3 3 R 29 29 4 S 59 59 5 SS 8 8 100 100 Jumlah 7) Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh kelaikan dari peralatan medis yang masih dapat digunakan untuk program ini, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Ketersediaan peralatan kantor Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) No Tanggapan 1 STS 0 0 2 TS 6 6 3 R 38 38 4 S 47 47 5 SS 9 9 100 100 Jumlah 8) Tabel 4.18 Tanggapan Responden Jumlah % Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh ketersediaan peralatan kantor untuk program ini, jika melihat jumlah responden antara yang menyatakan ragu-ragu dengan setuju, maka perlu kiranya dievaluasi kembali tentang peralatan kantor ini sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Ketersediaan obat-obatan Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.19 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 6 6 3 R 38 38 4 S 47 47 5 SS 9 9 100 100 Jumlah Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh ketersediaan obat-obatan untuk program ini, jika melihat jumlah responden antara yang menyatakan ragu-ragu dengan setuju, maka perlu kiranya dievaluasi kembali tentang ketersediaan obat-obatannya sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. 9) Rekapitilasi Sumber Daya Untuk dapat melihat gambaran kondisi sumber daya secara keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili sumber dayayaitu sebagai berikut : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel 4.20 Rekapitulasi skor Nilai Skor No Item Aktual Harapan A/H % 1 681 900 75.67 2 721 900 80.11 3 701 900 77.89 4 665 900 73.89 5 644 900 71.56 6 671 900 74.56 7 648 900 72.00 8 650 900 72.22 Total 5381 7200 74.74 Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tersebut telah mencapai 74.74 % dari kondisi idealnya. Total skor minimal adalah 1440 dan skor maksimal 7200 dengan interval 1152, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan kesimpulannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.21 Rancangan, Interval Skor Dan Kesimpulan Rancangan Skor Interval; Skor Kesimpulan Aktual sangat tidak baik 1440 s/d 2592 tidak baik 2593 s/d 3744 Kurang baik 3745 s/d 4896 baik 4897 s/d 6048 sangat baik 6049 s/d 7200 5381 Kesimpulan baik Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4.2.1.3. Sikap Implementor (Disposisi) Disposisi mewakili pendapat responden tentang sejauhmana perpormance dan ketersediaan petugas yang berkaitan dengan penyelenggraan Jamkesmas. Disposisi ini merupakan gabungan dari beberapa indikator pembentuknya, yaitu : 1) Pemahaman petugas pelaksana 2) Insentif kepada para pelaksana 3) Dukungan pelaksanan terhadap program 4) Loyalitas pelaksanan 5) Kerjasama petugas pelaksana 6) Kesesuaian harapan petugas dengan tujuan program Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah sebagai berikut : 1) Jumlah petugas kesehatan dan administrasi Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.22 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 15 15 4 S 63 63 5 SS 20 20 100 100 Jumlah 2) Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas pelaksana telah memahami tugas-tugas yang mereka kerjaka sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Insentif kepada para petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.23 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 17 17 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4 S 48 48 5 SS 36 36 100 100 Jumlah 3) Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya insentif bagi petugas pelaksana sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. .Dukungan pelaksana terhadap program Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.24 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 14 14 4 S 59 59 5 SS 26 26 100 100 Jumlah 4) Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya dukungan dari petugas pelaksana terhadap program sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Loyalitas pelaksana terhadap program Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.25 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 8 8 4 S 70 70 5 SS 22 22 100 100 Jumlah 5) Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya loyalitas dan ketaatan petugas pelaksana terhadap program sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kerjasama petugas pelaksana Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.26 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 14 14 4 S 67 67 5 SS 19 19 100 100 Jumlah 6) Dari tabel diatas menunjukan bahwa perlunya kerjasana yang baik diantara petugas pelaksana baik medis maupun administratif atau antar keduanya sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kesesuaian petugas pelaksana dengan tujuan program Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.27 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 16 16 4 S 69 69 5 SS 13 13 100 100 Jumlah 7) Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya kesesuaian anatara harapan petugas pelaksana dengan tujuan program jamkesmas terhadap program sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Rekapitilasi Sumber Daya Untuk dapat melihat gambaran kondisi sikap implementor (disposisi) secara keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili sumber dayayaitu sebagai berikut : Tabel 4.28 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Rekapitulasi skor No Item Nilai Skor Aktual Harapan A/H % 1 720 900 80.00 2 754 900 3 740 900 82.22 4 746 900 82.89 5 727 900 80.78 6 710 900 78.89 Total 4397 5400 81.43 83.78 Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tersebut telah mencapai 81.43 % dari kondisi idealnya. Total skor minimal adalah 1080 dan skor maksimal 5400 dengan interval 864, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan kesimpulannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.29 Rancangan, interval skor dan kesimpulan Rancangan Skor Kesimpu Interval; Skor Kesimpulan Aktual lan sangat tidak baik 1080 s/d 1944 tidak baik 1945 s/d 2808 Kurang baik 2809 s/d 3672 baik 3673 s/d 4536 sangat baik 4537 s/d 5400 Baik 4536 4.2.14. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi mewakili pendapat responden tentang sejauhmana perpormance dan ketersediaan petugas yang berkaitan dengan penyelenggraan Jamkesmas. Disposisi ini merupakan gabungan dari beberapa indikator pembentuknya, yaitu : 1. Kejelasan prosedur kerja 2. Kejelasan institusi lain terkait 3. Pelaksanaan koordinasi dengan institusi terkait 4. Dukungan instansi terkait 5. Kejelasan kewenagan instansi terkait Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah sebagai berikut : 1) Kejelasan prosedur kerja Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : No Tanggapan 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 17 17 4 S 64 64 5 SS 18 18 100 100 Jumlah 2) Tabel 4.30 Tanggapan Responden Jumlah % Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya kejelasan prosedur kerja yang berkaiatan dengan program jaskesmas, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kejelasan institusi terkait Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.31 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 14 14 4 S 70 70 5 SS 16 16 100 100 Jumlah Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya kejelasan keterkaiatan kerja antar institusi yang terlibat dengan program jaskesmas, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. 3) Pelaksanaan koordinasi dengan institusi terkait Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) No Tanggapan 1 STS 0 0 2 TS 4 4 3 R 16 16 4 S 69 69 5 SS 11 11 100 100 Jumlah 4) % Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya koordinasi kerja yang cukup baik antar institusi yang terkaitdengan program jaskesmas, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Dukungan institusi terkait Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.33 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 5 5 3 R 22 22 4 S 66 66 5 SS 7 7 100 100 Jumlah 5) Tabel 4.32 Tanggapan Responden Jumlah Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya dukungan dari institusi terkait yang cukup baik dalam program jaskesmas, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Kejelasan kewenagan institusi terkait Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah : Tabel 4.34 Tanggapan Responden No Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 20 20 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4 S 63 63 5 SS 16 16 100 100 Jumlah 6) Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah terdapat kewenagan yang jelas dari institusi terkait dalam program jaskesmas, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik. Rekapitilasi Struktur Birokrasi Untuk dapat melihat gambaran kondisi Struktur Birokrasi secara keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili Struktur Birokrasi yaitu sebagai berikut : Tabel 4.35 Rekapitulasi skor No Nilai Skor A/H Item % Aktual Harapan 1 719 900 79.89 2 724 900 80.44 3 698 900 77.56 4 677 900 75.22 5 710 900 78.89 Total 3528 4500 78.40 Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tersebut telah mencapai 78.40 % dari kondisi idealnya. Total skor minimal adalah 995 dan skor maksimal 4500 dengan interval 701, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan kesimpulannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.36 Rancangan, interval skor dan kesimpulan Rancangan Skor Kesimpulan Interval; Skor Aktual Kesimpulan sangat tidak baik tidak baik 995 s/d 1696 1697 s/d 2397 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Kurang baik 2398 s/d 3098 baik 3099 s/d 3799 Baik sangat baik 3800 s/d 4500 3528 4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan Keluarga Miskin (Y) Variabel kualitas pelayanan (Y) mewakili pendapat responden tentang sejauhmana kondisi keragaan (performance) dari berbagai aspek pelayananyang diberikan para petugas berkaitan dengan penyelenggaraan Program Jamkesmas di wilayah kerja RSUD Bayu Asih. Variabel kualitas ini merupakan gabungan dari beberapa sub variabel pembentukannya, yaitu : 1) Tangible, dengan indikator : 1. Kebersihan ruang tunggu 2. Kebersihan ruang berobat 3. Kedisiplinan petugas dalam melayani 4. Keramahan petugas 5. Penampilan petugas 6. Kejelasan petugas yang melayani 2) Reability , dengan indikator : 7. Kecepatan petugas melayani pasien 8. Ketepatan petugas mendiagnosa penyakit 9. Kemampuan petugas menggunakan peralatan 10. Kesiapan menangani keluhan pasien 3) Responsiveness, dengan indikator : 11. Kemudahan petugas dihubungi 12. Kesedian memberi pertolongan 13. Tanggap terhadap keluhan pasien 14. Tanggap terhadap kebutuhan pasien 15. Kesungguhan petugas 4) Assurance, dengan indikator ; 16. Keadilan dalam melayani. 17. Ketelitian petugas membantu pasien 18. Kecukupan waktu 19. Kepastain biaya 5) Emphaty, dengan indikator : 20. Kepedulian petugas terhadap pasien Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 21. Kehendak petugas membantu pasien 22. Kehendak mendengar keluhan pasien 23. Kesedian petugas untuk dihubungi Gambaran tentang masing-masing sub variabel kualitas pelayanan dan indikatornya dapat diuraikan sebagai berikut : 4.2.2.1. Tangible 1. Kebersihan ruang Tunggu Pernyataan sikap responden terhadap indikator pertama, yaitu kebersihan ruangandi RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai berikut : Tabel 4.37 Tanggapan responden tentang kebersihan Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 3 3 3 R 14 14 4 S 58 58 5 SS 25 25 100 100 TOTAL 2. Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kondisi ruang tunggu relatif bersih. Kebersihan ruang berobat dan inap Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedua, yaitu kebersihan ruang berobat dan inap di RSUD Bayu Asih,dapat ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.38 Tanggapan responden tentang kebersihan Ruang tunggu RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 12 12 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 4 S 63 63 5 SS 23 23 100 100 TOTAL 3. Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kondisi ruang berobat dan inap relatif bersih. Kedisiplinan Petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketiga, yaitu kedisiplinan petugas dalam melayani di RSUD Bayu Asih dapat ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.39 Tanggapan responden tentang kedisiplinan Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 10 10 4 S 63 63 5 SS 26 26 100 100 TOTAL 4. Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan telah memadai Keramahan petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator keempat, yaitu keramahan petugas di RSUD Bayu Asih, dapat ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.40 Tanggapan responden tentang keramahan petugas RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 60 60 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5 SS TOTAL 5. 50 100 100 Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahw para petugas dalam pelayanan kesehatan pasien keluarga miskin sangat ramah. Kejelasan petugas melayani Pernyataan sikap responden terhadap indikator kelima, yaitu kejelasan petugas dalam melayani pasien berdasarkan jadwal pasien di RSUD Bayu Asih, dapat ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.41 Tanggapan responden tentang kejelasan Ruang tunggu RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 9 9 4 S 65 65 5 SS 26 26 100 100 TOTAL 6. 50 Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kejelasan petugas yang melayani berdasarkan jadwal pelayanan. Penampilan petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator keenam, yaitu penampilan para petugas di RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai berikut : Tabel 4.42 Tanggapan responden tentang penampilan Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas Nomor Tanggapan Jumlah % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 60 60 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5 SS TOTAL 28 28 100 100 Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa penampilan para petugas dengan berpakaian rapi dalam memberikan pelayanan kepada pasin keluarga miskin. Tangible yang dibentuk oleh enam indikator yaitu : a. Kebersihan ruang tunggu b. Kebersihan ruang berobat c. Kedisiplinan petugas dalam melayani d. Keramahan petugas e. Penampilan petugas f. Kejelasan petugas yang melayani Mendapat skor 4459 atau 82,57% dari skor harapan yaitu 5400 (tabel 4.74). Dari keenam indikatot tersebut penampilan petugas memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 756 atau 84,00%dari skor harapan 900, dan indikator kebersihan runag tunggu mendapat proporsi terendah dengan skor 728 atau 80,89%. Penampilan petugas memperoleh penilaian terbaik dari responden bukan karena ketampanan artau karena kecantikannya petugas tersebut, akan tetapi karena petugas selalu menggunakn uniform (seragam) dinas pada saat melaksanakan tugas dalam melayani pasien.Penggunaan seragam tersebut disesuaikan dengan ketentuan penggunaan seragam oleh pihak RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.Untuk baju seragam petugas RSUD Bayu Asih ada pakaian dinas harian, baju batik dan baju korpri harus dipakai pada hari-hari yang telah ditentukan, yang tentuya akan mendapatkan sanksi apabila para petugas tidak berpakaian rapi. Secara langsung maupun tidak langsung dapat kita lihat ruang tunggu dan ruang inap tidak begitu nyaman kondisinya belum kelihatan bersih, sehingga membuat para pasien yang datang akan berobat dan berkunjung kurang nyaman, namun perlu disadari para pasin yang datang dan berkunjung tersebut bukan turun dari kendaran pribadi melainkan juga datang dengan pejalan kaki atau turun dari kendaraan umum sehingga kebersihan alas kaikinya tidak terjamin bersih. Walaupun diruang tunggu dan inap selalu dibersihkan penyapuan dan pengepelan namun hanya dilkukan dalam sehari sekali waktu jam kerja pagi saja , dan ini juga dikarenakan keterbatasan cleaning service. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulan bahwa indikator penampilan petugas menjadi dorongan positif untuk tangile dan indikator kebersihan rung tunggu dan inap perlu diperhatikan lagi agar dimensi tangible member kontribusi bagi variabel kualitas pelayanan. 4.2.2.2. Reability 7) Kecepatan Petugas Melayani Pasien Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketujuh, yaitu kecepatan dalam melayani pasien di RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai berikut : Tabel 4.43 Tanggapan responden tentang Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 10 10 4 S 73 73 5 SS 16 16 100 100 TOTAL 8) Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa para petugas cukup cepat dalam memberikan pelayanan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Data juga menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang secara eksirim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini. Ketepatan Petugas Mendiagnosa Penyakit Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedelapan, yaitu relatif tepatnya para petugas dalam mendiagnosa Penyakit yang diderita pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.44 Tanggapan responden tentang ketepatan petugas Mendiagnosa penyakit di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 20 20 4 S 63 63 5 SS 16 16 100 100 TOTAL 9) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa para petugas medis umumnya relatif cukup tepat dalam mendiagnosa penyakit yang diderita pasien di RSUD Bayu Asih. Data juga menunjukan tidak dapat seorang responden pun yang secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju indikator ini. Kemampuan Petugas Menggunakan Peralatan Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesembilan, yaitu bahwa para petugas memiliki kemampuan dalam menggunakan peralatan medis yang ada di RSUD Bayu Asih, hal ini ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.45 Tanggapan responden tentang kemampuan petugas Menggunakan peralatan medis di RSUD Bayu Asih Purwakarta NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 13 13 4 S 61 61 5 SS 25 25 100 100 TOTAL 10) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa para petugas telah cukup mampu dan terampil dalam menggunakan peralatan medis di RSUD Bayu Asih. Data juga menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini. Kesiapan menangani keluhan pasien Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesepuluh, yaitu Kseiapan (kemauan) para petugas dalam mendengarkan dan menangani berbagai keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta, ditunjukan sebagai berikut : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel 4.46 Tanggapan responden tentang kesiapan petugas menangani Keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 Sangat Tidak Setuju 0 0 2 Tidak setuju 1 1 3 Kurang Setuju 15 15 4 Setuju 68 68 5 Sangat Setuju 16 16 100 100 TOTAL Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas siap mendengarkan dan menangani berbagai keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Data ini juga menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini. Reliability yang terbentuk dari indikator : (a) kecepatan petugas melayani pasien; (b) ketepatan petugas mendiagnosa penyakit; (c) kemampuan petugas menggunakan peralatan; (d) kesiapan menangani keluhan pasien, mendapat skor 2891 atau 80,31% dari skor harapan 3600. Selanjutnya, dari keempat indikator kemampuan petugas menggunakan peralatan memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 737 atau 81,89% dari skor harapan 900. Sedang indikator ketepatan petugas mendiagnosa penyakit mendapat proporsi terendah dengan skor 707 atau 78,56%. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petugas di RSUD Bayu Asih dan pengamatan di lapangan, jumlah dan macam peralatan medis di RSUD Bayu Asih tersedia dalam jumlah terbatas dengan teknologi yang tidak terlalu tinggi. Peralatan medis untuk mendiagnosa penyakit semacam ini tidaklah begitu sulit untuk dioperasionalkan oleh petugas medis. Oleh karena peralatan medis yang tersedia cukup terbatas , maka sering kali diagnosa terhadap penyakit secara pasti tidak dapat diketahui dalam waktu singkat, sedangkan pasien keluarga miskin biasanya ingin berobat cepat sembuh scara cepat dan ingin mengetahui penyakitnyapada saat datng berobat pertama kali, padahal diagnosa terhadap penyakit memerlukan waktu 2-3 jam karena harus di diagnosa di ”laboratorium”, Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dan beberapa “lab” ini tidak berfungsi karena tidak ada petugas yang menaganinya , menunggu 2-3 jam bagi pasien dianggap terlalu lama karena bagi yang sakit tidak terlalu parah akan langsung meninggalkan Puskesmas untuk mencari nafkah. Dari uraian diatas maka, indikator/item kemampuan petugas menggunakan peralatan menjadi dorongan positif bagi dimensi rehability, sedang ketepatan petugas mendiagnosa perlu di perhatikan agar tampilan dimensi ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang. 4.2.2.3 Responsiveness 11) Kemudahan petugas dihubungi Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesebelas, yaitu relatif mudahnya menghubungi petugas saat dibutuhkan oleh pasien di RSUD Bayu Asih, sebagai berikut : Tabel 4.47 Tanggapan responden tentang kemudahan menghubungi petugas Saat dibutuhkan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 Sangat Tidak Setuju 0 0 2 Tidak setuju 1 1 3 Kurang Setuju 15 15 4 Setuju 70 70 5 Sangat Setuju 14 14 100 100 TOTAL Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas mudah dihubungi oleh pasien yang membutuhkannya di RSUD Bayu Asih. Data juga menunjukan tidak seorang responden pun yang secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 12) Kesediaan memberikan pertolongan Pernyataan sikap responden terhadap indikator keduabelas, yaitu petugas umumnya selalu siap sedia saat diminta pertolongan oleh pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.48 Tanggapan responden tentang kesediaan petugas Untuk memberikan pertolongan dibutuhkan NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 2 2 3 R 15 15 4 S 60 60 5 SS 23 23 100 100 TOTAL 13) menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan pasien di RSUD Bayu Asih. Tanggap terhadap keluhan pasien Pernyataan sikap respondenterhadap indikator ketiga belas yaitu petugas tanggap terhadap keluhan pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukkan sebagai berikut : Tabel 4.49 Tanggapan responden tentang tanggap terhadap keluhan pasien NOMOR TANGGAPAN 1 STS 2 TS 3 3 3 R 17 17 4 S 55 60 5 SS 25 25 100 100 TOTAL 14) Tabel di atas JUMLAH 0 % 0 Tanggap terhadap kebutuhan pasien Pernyataan sikap responden terhadap indikator keempat belas, yaitu petugas umumnya selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel 4.50 Tanggapan responden atas sikap petugas terhadap berbagai Kebutuhan pasien di RSUD Bayu asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 14 14 4 S 68 68 5 SS 18 18 100 100 TOTAL 15) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa umumnya para petugas selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan opasien di RSUD Bayu Asih. Kesungguhan petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator kelima belas, yaitu petugas umumnya bersungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.51 Tanggapan responden atas kesengguhan petugas dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 14 14 4 S 68 68 5 SS 18 18 100 100 TOTAL Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa umumnya para petugas selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan opasien di RSUD Bayu Asih. Responsiveness yang dibentuk oleh lima indikator yaitu : (a) kemudahan petugas di hubungi; (b) kesediaan member pertolongan; (c) tanggap terhadap keluhan pasien; (d) tanggap terhadap kebutuhan pasien; dan (e) Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) kesungguhan petugas, memperoleh skor 3619 atau 80,42 % dari skor harapan 4500. Selanjutnya dari kelima indikator pembentuk responsiveness tersebut, indikator kesungguhan petugas memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 744 atau 86,67 % dari skor harapan 900. Sedang indikator yang mendapat proporsi terendah adalah kemudahan petugas untuk di hubungi dengan skor 703 atau 78,11 %. Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah petugas RSUD Bayu Asih bahwa kesungguhan petugas dalam arti pada saat melayani pasien petugas tidak pernah beralih melakukan pekerjaan lain sebelum pasien yang ditangani selesai di layani. Menurut pengamatan penulis, pada saat seorang petugas melayani seorang pasien pernah terlihat pasien lain atau pihak lain yang meminta pertolongan namun tidak dihiraukan si petugas sampai yang bersangkutan selesai melakukan pekerjaannya. Penulis juga tidak pernah melihat petugas ngobrol dengan pihak lain pada saat melakukan pemeriksaan terhadap pasien kesungguhan semacam ini dapat difahami karena tanpa kesungguhan dan keseriusan dapat saja terjadi salah diagnosa atau salah pemberian obat yang dapat berdampak buruk pada keluarga miskin yang berobat. Kesulitan menghubungi petugas pada saat dibutuhkan pasien menurut penulis lebih disebabkan oleh terbatasnya petugas medis yang ada disbanding jumlah datang pasien yang datangberobat dapat mencapai 100-200 orang tiap hari pada RSUD Bayu Asih, sedangkan petugas medis yang ada jumlahnya sangat terbatas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kesungguhan petugas menjadi dorongan positif bagi dimensi responsiveness, sedang indikator kemudahan petugas dihubungi perlu mendapatkan perhatian agar tampilan dimensi responsivenees ini lebih baik lagi di masa yang akan datang. 4.2.2.4 Assurance 16) Keadilan dalam melayani Pernyataan sikap responden terhadap indikator keenam belas, yaitu petugas umumnya tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.52 Tanggapan responden terhadap keadilan petugas Dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap 3 R 11 11 Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) 4 S 64 64 5 SS 25 25 100 100 TOTAL Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas relatif bertindak adil dan tidak ada diskriminasi dalam memberikan berbagai pelayanan di RSUD Bayu Asih. 17) Ketelitian petugas Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketujuh belas, yaitu petugas umumnya teliti dalam mendiagnosa pasien dan dalam memberikan pelayanan lainnya di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.53 Tanggapan responden terhadap ketelitian petugas dalam memberikan Pelayanan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 14 14 4 S 63 63 5 SS 23 23 100 100 TOTAL 18) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas menyediakan waktu yang cukup dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih. Kecukupan waktu Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedelapan belas, yaitu petugas umumnya memberikan waktu yang cukup dalam melayani pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel 4.54 Tanggapan responden terhadap kecukupan waktu dalam memberikan Pelayanan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 11 11 4 S 70 70 5 SS 18 18 100 100 TOTAL Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas menyediakan waktu yang cukup dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih. 19) Kepastian biaya (kepastian gratis) Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesembilan belas, yaitu pasien keluarga miskin dibebaskan dari biaya pengobatan di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.55 Tanggapan responden terhadap pembebasan biaya pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 0 0 3 R 4 4 4 S 13 13 5 SS 83 83 100 100 TOTAL Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pasien miskin dibebaskan dari biaya pengobatan di RSUD Bayu Asih. Assurance yang dibentuk oleh empat indikator yaitu : (a) keadilan dalam melayani; (b) ketelitian petugas; (c) kecukupan waktu; dan (d) kepastian biaya, memperoleh skor 3075 atau 85,42 persen daro skor harapan 3600 (table 4.74). Selanjutnya dari keempat indikator/item pembentuk Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) dimensi assurance tersebut, indikator/item kepastian biaya (tidak dipungut bayaran/gratis) memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 864 atau 96,00 persen dari skor harapan 900. Sedang indikator/item yang mendapat proporsi terendah adalah kecukupan waktu dengan skor 731 atau 81,22 persen . Seperti diuraikan di atas PKPS-BBM BIDKES adalah program yang dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin untuk dapat menjaga kesehatan melalui pengobatan tanpa biaya. Bagi masyarakat miskin yang hidup dalam keadaan yang serba kekurangan tentu program ini member manfaat besar yang dapat meringankan beban hidup sehari-hari. PKPSBBM BIDKES termasuk program kemanusiaan yang mencoba meringankan beban hidup orang miskin yang semakin menderita akibat kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada mereka. Pengabaian terhadap hak-hak orang miskin adalah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 34 ayat (1) yang berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara” Dengan demikian negara harus memperhatikan orang miskin, dan salah satu bentuk perhatian tersebut adalah PKPS-BBM BIDKES. Menurut pengamatan penulis, banyaknya pasien yang berobat ke RSUD Bayu Asih dan dengan keterbatasan tenaga medis yang ada menyebabkan pasien merasa tidak puas dengan waktu yang tersedia bagi pemeriksaan kesehatan mereka. Petugas pun merasa seperti dikejar-kejar karena melihat pasien yang lain menunggu untuk diperiksa. Dampaknya adalah pada ketidaktepatan mendiagnosa penyakit seperti tercermin pada dimensi reability yang memperoleh proporsi terendah. Waktu buka RSUD Bayu Asih yang mengikuti jam kerja pegawai negeri, tampaknya banyak di persoalkan sejumlah pasien. Pasien yang umumnya datang pagi-pagi sekali (sebagian besar datang sebelum pukul 07.00 wib) merasa kehilangan waktu menunggu sampai bukanya RSUD Bayu Asih, karena setelah ke RSUD Bayu Asih mereka harus mencari nafkah (bagi yang sakit ringan). Dari beberapa responden menghendaki RSUD Bayu Asih buka selama 24 jam atau mulai buka lebih awal yaitu pukul 06.00 wib. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator adanya kepastian biaya (tidak bayar) menjadi pendorong positif pada dimensi assurance, dan indikator kecukupan waktu perlu diperhatikan agar tampilan dimensi assurance lebih baik lagi di masa yang akan datang. 4.2.2.5 Emphaty 20) Kepedulian petugas terhadap pasien Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedua puluh, yaitu adanya kepedulian yang cukup tinggi dari para petugas kepada para pasien keluarga miskin yang berobat di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : TABEL 4.56 Tanggapan responden terhadap kepedulian petugas terhadap pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN % 1 STS 0 0 2 TS 1 1 3 R 19 19 4 S 73 73 5 SS 16 16 100 100 TOTAL 21) JUMLAH Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kepedulian petugas terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih. Kehendak petugas membantu pasien Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh satu, yaitu kehendak petugas membantu pasien keluarga miskin di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : TABEL 4.57 Tanggapan responden terhadap kehendak petugas membantu terhadap pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 3 3 3 R 14 14 4 S 71 71 5 SS 12 12 100 100 TOTAL Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 22) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kehendak petugas membantu terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih. Kehendak mendengar keluhan pasien Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh dua, yaitu kehendak petugas mendengar keluhan pasien keluarga miskin di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.58 Tanggapan responden terhadap kehendak petugas mendengar keluhan pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 3 3 3 R 14 14 4 S 69 69 5 SS 14 14 100 100 TOTAL 23) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kehendak petugas mendengar keluhan terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih. Kesedian petugas untuk dihubungi Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh tiga, yaitu kesedian petugas untuk dihubungi terhadap pasien keluarga miskin di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut : Tabel 4.59 Tanggapan responden terhadap kesedian petugas untuk dihubungi terhadap pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih NOMOR TANGGAPAN JUMLAH % 1 STS 0 0 2 TS 9 9 3 R 23 23 4 S 64 64 5 SS 4 4 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap TOTAL 100 Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih100 Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kesedian petugas untuk dihubungi pasien miskin di RSUD Bayu Asih. Emphaty dibentuk oleh empat indikator yaitu : a. Kepedulian petugas b. Kehendak petugas membantu pasien c. Kehendak mendengar keluhan pasien d. Kesedian petugas dihubungi Memperoleh skor 2795 atau 77,64% dari skor harapan 3600 (table 4.74),selanjutnya dari empat indikator pembentuk dimensi emphaty adalah indikator kepedulian terhadap pasien yang memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 728 atau 80,89% dari skor harapan 900, sedangkan skor terendah adalah petugas untuk dihubungi dengan skor 665 atau 72,78% (table 4.74). Menurut pengamatan penyusun wujud kepedulisn petugas terhadap pasien adalah terlayaninya seluruh pasien keluarga miskin dan tidak mampu yang datang berobat. Pertanyaan –pertanyaan petugas dengan kepeduliannya menanyakan sudah sembuh dan sudah makanndan minum obat meruapak bentuk kepedulian petugas. 4.2.2.6. Rekapitulasi Variabel Kualitas Pelayanan (Y) Untuk dapat melihat gambaran variabel kualitas pelayanan dapat dianalisa dengan membandingkan antara nilai skor yang diperolehnya dengan nilai skor harapan. Dari proses pemberian skor melalui skala Likert pada berbagai indikator yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili variabel kualitas pelayanan sebagai berikut : Tabel 4.60 Rekapitulasi Slor Variabel Y, Skor Item Pembentuknya dan Prporsionalnya Terhadap Skor Harapan No. Item Var Y Nilai Skor Aktual Harapan A/H (%) 1 728 900 80.89 2 734 900 81.56 3 746 900 82.89 4 746 900 82.89 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 5 756 900 84.00 6 749 900 83.22 Tangible 4459 5400 82.57 7 728 900 80.89 8 707 900 78.56 9 737 900 81.89 10 719 900 79.89 Reability 2891 3600 80.31 11 703 900 78.11 12 725 900 80.56 13 722 900 80.22 14 725 900 80.56 15 744 900 82.67 Responsiveness 3619 4500 80.42 16 744 900 82.67 17 736 900 81.78 18 731 900 81.22 19 864 900 96.00 Assurace 3075 3600 85.42 20 728 900 80.89 21 704 900 78.22 22 708 900 78.67 23 655 900 72.78 Emphaty 2795 3600 77.64 Total Y 16839 20700 81.35 Variabel kualiatas pelayanan menurut penilaian responden memilik skor 16836, sedangkan nilai skor idealnya 20700. Dengan demikian variabel kualitas pelayanan menurut penilaian responden adalah mencapai 81,35% dari kondisi idealnya. Akan tetapi apabila ditelaah untuk perolehan nilai skor pada pembentuk masingmasing variabel kualitas pelayanan, maka dapt dilihat proporsi nilai tertinggi idelannya ada pada assurance 85,42% dan proporsi terendah ada pada emphaty 77,64%, sehingga assurance merupakan dorongan positif untuk variabel kualitas pelayanan dan untuk emphaty supay a bisa diperhatikan kembali lebih baik lagi, Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) karena dalam upaya memperbaiki kondisi kualitas pelayan pada program Jamkesmas. Apabila kita telaah lagi maka untuk perolehan nilai skor pada masing-masing indikator sebagai pembentuk kualitas pelayanan, maka dapat dilihat proporsi teringgi terhadap kondsi idealnya pada indikator dibebaskannya pasien keluarga miskin dan tidak mampu dari biaya berobat 96,00%, dan proporsi terndah adalah kesedian petugas untuk dihubungi pasien pada saat dibuthkan 72,78%, sehingga dibebaskannya biaya berobat bagi pasien keluarga miskin sanagt positif bagi variabel kualitas pelayanan, sedangkan nfaktor kesediaan petugas untuk bisa dihubungi oleh pasien disaat dibutuhkan perlu di perhatikan lagi. Variabel kualiatas pelayanan menurut penilaian responden memilik skor 16836, sedangkan nilai skor idealnya 20700. Dengan demikian variabel kualitas pelayanan menurut penilaian responden adalah mencapai 81,35% dari kondisi idealnya. Akan tetapi apabila ditelaah untuk perolehan nilai skor pada pembentuk masingmasing variabel kualitas pelayanan, maka dapt dilihat proporsi nilai tertinggi idelannya ada pada assurance 85,42% dan proporsi terendah ada pada emphaty 77,64%, sehingga assurance merupakan dorongan positif untuk variabel kualitas pelayanan dan untuk emphaty supay a bisa diperhatikan kembali lebih baik lagi, karena dalam upaya memperbaiki kondisi kualitas pelayan pada program Jamkesmas. Apabila kita telaah lagi maka untuk perolehan nilai skor pada masing-masing indikator sebagai pembentuk kualitas pelayanan, maka dapat dilihat proporsi teringgi terhadap kondsi idealnya pada indikator dibebaskannya pasien keluarga miskin dan tidak mampu dari biaya berobat 96,00%, dan proporsi terndah adalah kesedian petugas untuk dihubungi pasien pada saat dibuthkan 72,78%, sehingga dibebaskannya biaya berobat bagi pasien keluarga miskin sanagt positif bagi variabel kualitas pelayanan, sedangkan nfaktor kesediaan petugas untuk bisa dihubungi oleh pasien disaat dibutuhkan perlu di perhatikan lagi dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan pada program Jamkesmas. Total skor minimal analisis variabel kualitas pelayanan adalah 4140, dengan skor minimalnya 20700, karena rancangan kesimpulan tentang kondisi variabelkualitas pelayanan akan diambil dari lima klasifikasi yaitu : sangat tidak baik, tidak baik, kurang baik , baik ,sangat baik maka interval klasifikasinya adalah 3312, dengan demikian batasan skor pada lima rancangan tersebut adalah berikut kesimpulan bagi variabel struktur kualitas pelayananannya adalah sebagai berikut : TABEL 4.61 Rancangan ,interval skor dan kesimpulan variabel Y Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Rancangan Kesimpulan Interval Skor Sangat Tidak Baik 4140 7452 Tidak Baik 7453 10764 Kurang Baik 10765 Baik 14077 17388 Sangat Baik 17389 20700 s/d Skor Aktual Kesimpulan Var Y 16839 Baik 14076 Sehubunganperolehan skor actual dari variabel kualitas pelayanan adalah 16839, dan terletak pada interval skor 14077 sampai dengan 17388, sehingga variabel kualitas pelayanan menurut responden adalah “baik” dan mencapai 81,35% dari kondisi idealnya. 4.3. Pengaruh Implementasi Jamkesmas (X) Terhadap Kualitas Pelayanan Keluarga Miskin (Y) Seperti yang telah dijabarkan pada kerangka pemikiran , Program Jamkesmas dijabarkan kedalam empat sub variabel , yaitu : Komunikasi (X1), sumber daya (X2), sikap implementor (3), dan struktur birokrasi (X4), keekpat sub variabel tersebut akan mempengaruhi variabel kualitas pelayanan (Y) yang akan digambarkan paradigmanya dalam suatu struktur sebagai berikut : Gambar 4.2 Paradigma Penelitian X1 X2 E X3 Y X4 Keterangan : - Komunikasi X1 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) - Sumber Daya X2 Sikap Implementor X3 Struktur Birokrasi X4 Kualitas Pelayanan Y Bentuk persamaan matematis dari model tersebut adalah : Y = P y-x1 . X1 + P y-x2. X2+P y-x3. X3+P y-x4. X+ E Dalam penelitian ini digunakan model statistika Path analysis (analisis jalur) yang termasuk dalam statistika parametric sehingga data-data dari kelima variabelpenelitian yang berskala ukur ordinal harus ditransformasimenjadi berskala ukur interval melalui method of successive interval. Rincian dari proses tersebut dapat dilihat dalam lampiran. Tahap berikutnya akan dilakukan proses analisis jalur dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Penentuan Matriks Korelasi Matriks korelasi diperoleh melalui kumpulan nilai koefisienkorelasi dari seluruh variabel penelitan dengan hasil sebagai berikut : MATRIK KORELASI X1 X2 X3 X4 Y X1 1 0.6121 0.5244 0.6532 0.7258 X2 0.6121 1 0.5785 0.592 0.7107 X3 0.5244 0.5785 1 0.5942 0.6765 X4 0.6532 0.5982 0.5942 1 0.6892 Y 0.7258 0.7107 0.6765 0.6892 1 Perolehan matrik korelasi ini memperlihatkan nilai korelasi keeratan hubungan diantara variabel-variabel penelitian. Dari matrik korelasi diatas dapat diketahui derajat keeratan hubungan sub antara variabel eksogen (X) maupun dengan variabel endogen (Y) dengan berlandaskan criteria Guilford (1979) sebagai berikut : 1. X1, X2 sebesar 0,6121 , derajat keeratan hubungannya cukup. 2. X1, X3 sebesar 0,5244 , derajat keeratan hubungannya cukup. 3. X1, X4 sebesar 0,6532, derajat keeratan hubungannya cukup. 4. X1,Y sebesar 0,7258 , derajat kertan hubungannya kuat. 5. X2,X3 sebesar 0,5785, derajat keeratan hubungannya cukup. 6. X2,X4 sebesar 0,5982 derajat keeratan hubungannya cukup. 7. X2,Y sebesar 0.7107, derajat keeratan hubungannya kuat. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) 8. X3,X4sebesar 0,5942, derajat keeratan hubungannya cukup. 9. X3, Y sebesar 0,6765, derajat keeratan hubungannya cukup. 10. X4, Y sebesar 0,6892, derajat keeratan hubungannya kuat. b. Penetuan Matrik Inversi Pada variabel eksogen (variabel bebas)dari matrik korelasi tersebut yang dirumuskan matrik inversinya sebagai berikut : MATRIK INVERSI X1 X2 X3 X4 X1 2.0371 -0.6282 -0.2127 -0.8284 X2 -0.6282 1.9629 -0.5443 0.4405 X3 -0.2127 -0.5443 1.7783 0.5922 X4 -0.8284 -0.4405 -0.5922 2.1565 Dari matrik inverse ini pada tahap berikutnya akan ditentukan nilai koefisien jalur. c. Penentuan Nilai Koefisien Jalur Melalui perkalian antara matrik inverse variabel eksogen , dengan matrik korelasi variabel endogen, diperoleh nilai koefisien jalur (Py-x1) bahwa Dari nilai koefisien jalur tersebut dapat diperoleh dan diketahui kondisi pengaruh relatif antar hubungan variabel yang diteliti , yang mana semakin besar nilai koefisien jalur maka semakin besar juga pengaruh relatifnhya. d. Penentuan Nilai Koefisisien Determinasi Melalui pertalian antara transpose matrik koefisien jalur dengan matrik korelasi variabel endogen diperoleh nilai koefisien determinasi bahwa Nilai koefisien determinasi ini menunjukkan besaran peroporsi pengaruh variabel –variabel eksogen secara serempak terhadap variabel endogen. e. Penentuan Nilai Koefisien Jalur Variabel Lainnya Variabel lain ( )di luar variabel eksogen penelitian yang dianggap turut mempengaruhi variabel endogen diperoleh dengan cara sebagai berikut : V 1-0,7099 =0,5386 f. Pengujian Secara Serempak (over all) dilakukan melalui uji F dengan hasil bahwa Sehubungan diperoleh nya nilai F hitung yang lebih besar dari f table atau diperolehnya nilai P value yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, maka hasilpengujian statistiktersebut menunjukkan signifikan. Artinya hasil uji statistik memberikann indikasi objek bahwa secara nyata ada pengaruh serempak dari varabel-variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y) ditingkat populasinya. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) g. Pengujian Secara Parsial Melalui Uji t uji staistik secara individu (parsial) dilakukan melalui uji t pada masingmasing jalur, dengan hasil bahwa hasil uji ini menunjukan bahwa semua jalur yang dianalisnilai hitungnya lebih besar dari nilai t tabelnya α = 0,05, sehingga hasil uji parsial untuk semua jalur signifikan.Sehingga hasil uji statistik memberikan indikasi objektif bahwa secara nyata ada pengaruh parsial dari masing-masing variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y). Berdasarkan proses diatas dapat dikemukakan kesimpulan paradigm hasil penelitian untuk tingkat populasinya sebagai berikut : Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa adanya pengaruh yang nyata untuk semua jalur (signifikan) yaitu jalur pengaruh komunikasi terhadap kualitas pelayanan (P y-x1), jalur pengaruh sumber daya terhadap kualitas pelayanan (P y-x2), jalur pengaruh sikap implementor terhadap kualitas pelayanan (P y-x30 dan jalur struktur birokrasi terhadap kualitas pelayanan (P y-x4) dan ini menunjukkan bahwa seluruh rumusan hipotesis penelitian baik secar serempak maupun persial telah teruji dengan derajat kepercayaan 95% atau (@ = 0,05). Sehingga data tersebut memperlihatkan bahwa variabek oksigen yang ada bernilai positif karena membaiknya komunikasi X1, sumber daya X2, sikap implementor X3, dan struktur birokrasi X4 akan menjadi meningkatkan kualitas pelayanan terhadap keluarga miskin dan tidak mampu pesrta Jamkesmas. Dari hasil penelitian bahwa nilai jalur kofisien yang terbesar adalantar dimensi komunikasi (P y-x1 = 0,3172), sehingga dimensi inilah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan, dan urutan yang kedua adalah dimensi sumber daya (P y-x2 =0,2672) dan sikap implementor (p y-x3 = 0,2537) sedangkan dimensi struktur birokrasi memberikan pengaruh kecil terhadap kualitas pelayanan (P y-x4 = 0,175). Tabel 4.62 Proporsi factor-faktor (X1) yang mempengaruhi Kualitas Pelayanan (Y) pada Program Jamkesmas Koefisien Determinasi Pengaruh Antar Variabel Nilai % X1 terhadap Y X2 terhadap Y X3 terhadap Y X4 terhadap 0.2302 0.1899 0.1716 0.1182 23.02 1899 17.16 11.83 Total 0.7099 70.99 Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Dari data table diatas dapat diketahui pengaruh yang dominan adalah komunikasi (23,02 %), diikuti sumber daya (18,99%), sikap implementor (17,66%), dan struktur birokrasi (11,82%), diperolehnya koefisien determinasi total R2 =70,99% menunukkan bahwa kualitas pelayanan dipengaruhi sebesar 70,99% secara bersama-sama dengan dimensi komunikasi, sumber daya, sikap implementor dan struktur birokrasi , implikasinya adalah urutan sub variabel tersebut menjadi skala prioritas untuk dipertbaiki apabila ingin meningkatkan kualitas pelayanan pada RSUD Bayu Asih Purwakarta. 4.3.1. Pengaruh Komunikasi Komunikasi X1 yang terbentuk dari indikator : a. Kemampuan petugas dalam memnysampsikan informasi b. Kejelasan petunjuk c. Kejelasan perintah kepada pelaksana d. Kejelasan informasi cara berobat e. Media informasi yangdigunakan f. Respon penerima informasi g. Kepastaian perintah h. Kesesuaian pendidikan dengan tugas Kejelasan informasi memperoleh informasi sebesar 6605 atau 81,54% dari skor harapan 8100 (table 4.24) dengan kriteria “baik” (table 4.25) dan berpengaruh langsung maupun tidak langsung sebesar 23,02% terhadap kualitas pelayanan (Y) pada Program Jamkesmas. Pengaruh langsung tidak langsung pendapat komunikasi X1 terhadap kualitas pelayanan (Y) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada penerima pesan melalui suatu alat dengan maksud tertentu. Dan komunikasi merupakan syarat utama bagi efektifitas kebijakan. Jadi agar kumunikasi bisa berjalan dengan baik maka orang- orang yang etrlibat didalamnya dalam pelaksanaannya harus memahami apa yang akan dilakukan. Menurut pengamatan penyusun pengeruh sebesar 23,02% dari komunikasi terhadap kualitas pelayanan dapat terjadi karena adanya pemahaman yang jelas tentang petunjuk teknis, kejelasan dan kepastian perintah atasan juga dapat disampaikan secara pribadi dengan bahasa yang dapat dimengerti dan difahami dan menghormati pelaksanaan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Penggunaan bahasa daerah sunda sangat memungkinkan mengingat sebagian besar responden adalah keluarga miskin dngan latar belakang pendidikan tidak tamat sekolah dasar atau tamat sekolah dasar. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Di posisi lain proporsi nyang terendah dari indikator pembentuk komunikasi adalah pada informasi prosedur berobat. Karena informasi prosedur berobat telah dilakukan namun informasi tersebut ditulis dengan huruf kecil atau dengan pengumuman sehingga kurang memperoleh perhatian dari keluarga miskin. Dan prosedur berobat juga dipersoalkan dikala si pasien lupa membawa kartu Jamkesmas nyang harus diperlihatkan pada saat awal untuk berobat. 4.3.2. Pengaruh Sumber Daya Sumber daya X2 yang dibentuk dengan indikator : a. Jumlah petugas kesehatan b. Kompetensi petugas kesehatan c. Kecukupan kewenangan petugas d. Kecukupan dana e. Ketersedian peralatan medis f. Ketersedian obat-obatan g. Kelaikan peralatan medis h. Ketersedian peralatan kantor Sebagai representsi dari staf wewenang dan fasilitas memperoleh skor sebesar 5381 atau 74,74% dari skor harapan7200 (tabel 4.34) dengan kriteria “baik” (tabel 4.35) dan pengaruh langsung sebesar 18,99% terhadap kualitas pelayanan (Y) pada program Jamkesmas. Pengaruh lansung dan tidak lansung summber daya (X2) terhadap kualitas pelayanan (Y) adalah dari delapan indikator sumber daya X2tersebut kompetensi petugas kesehatanmemperoleh skor tinggi yaitu 721 atau 80,11% dari skor harapan 900, sedangkan indikator pembentuk terendah dengan skor 644 atau 71,56% adalah ketersedian peralatan medis tabel 4.34). Sumber daya pada dasarnya terdiri dari tiga pokok yaitu sumber daya manusia, dana dan sarana prasarana, disamping itu juga adanya professional dalam melaksanakan tugasnya yaitu suatu kemampuan dari seeorang dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing dan juga adanya kompetensi yaitu mempyani keahliannya dibidangnya. 4.3.4. Pengaruh Struktut Birokrasi Sub varaibel keempat dari implementasi kebijakan adalah struktur birokrasi (X4) yang dibentuk oleh lima indikator : a. Kejelasan prosedur kerja b. Kejelasan intitusi terkait c. Pelaksanaan koordinasi dengan intitusi terkait Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) d. Dukungan intitusi terkait e. Kejelasan dan kewenangan intitusi terkait Sebagai representasi dari standar prosedur operasional dan fragmentasi memperoleh skor 3528 atau 78,40% dari skor harapan 4500 ( tabel 4.49) dengan kriteria “ baik “ (tabel 4.50) dan berpengaruh langsung sebesar 11,82% terhadap kualitas pelayanan (Y) pada program Jamkesmas. Dari lima indikator pembentuk struktu birokrasi (X4) adalah indikator kejelasan intitusi terkait dalam penyelenggaraan program ini memperoleh proporsi tinggi skor 724 atau 80,44% dari skor harapan sedangak indikator pembentuk dengan proporsi terndah dengan skor 677 atau 75,22% adalah dukungan intitusi terkait. Struktur birokrasi adalah salah satu yang sangat terpenting dalam implementasi kebijakan bahkan akan menjadi penghambat apabila tidak dapat mengakomodir berbagai pekerjasn yang harus dilakukan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah penyusun menguraikan permasalahan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Hasil analisa terhadap komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi pada program Jamkesmas secara bersama-sama sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keluarga miskin dan tidak mampu. Propirsi pengaruh tertinggi dari pembentuk variabel implementasi kebijakan adalah komunikasi, hal ini terjadi karena transmisi kebijakan dan komunikasi dilakukan dengan bahasa daerah yang mudah dimengerti dan didukung oleh kompentensi petugas kesehatan dan medis dengan adanya komitmen dari pimpinan untuk melaksanakan tugas sehingga Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) menumbuhkan sikap yang memandang pekerjaan sebagai sosial, sedangkan pembentuk dengan propirsi pengaruh terndah adalah dimensi struktur organisasi. Dengan demikian teori kebijakan publik tentang implementasi kebijakan dari Edward III dapat dijadikan landasan untuk menganalisa suatu kebijakan. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa temuan dari penelitian adalah imlementasi kebijakan sangat berkaitan erat dengan faktor lingkungan dimana kebijakan itu dilaksanakan dan yang paling mempengaruhi penyampaian atau komunikasi dengan penggunaan bahasa daerah dalam transmisi kebijakan, baik antar petugas pelaksana maupun antar petugas pelaksana dengan masyarakat miskin dan tidak mampu. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu hanya dengan berkaitan dengan aspek SDM, prosedur kerja serta kualitas pelayanan kesehatan keluarga miskin dan tidak mampu yang digunakan untuk mengkaji kepuasan pasien keluarga miskin dan tidak mampu peserta program Jamkesmas di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, pelaksanaannya lebih baik lagi perlu memanfaatkan faktor lingkungan sekitarnya dengan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan dapat difahami adanya komitmen dan tanggungjawab sebagai pemimpin yang dapat menumbuhkan kopentensi sosial yang tinggi dikalangan petugas pelaksana. Selanjutnya agar implementasi kebijakan dapat berhasil dengan baik dan berkualitas untuk pelayanan kesehatan keluarga miskin dan tidak mampu dapat ditingkatkan dimasa yang akan datang, maka RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta masih perlu mengadakan : Pembinaan dan penambahan SDM hususnya tenaga medis sehingga keluhan pasien berobat dapat ditangani dengan baik dan dapat memuaskan pelaksana pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin dan tidak mampu dengan meningkatkan ketrampilan, kemampuan dan sikap mentaalnya melalui informasi prosedur program Jamkesmas dengan bimbingan dan pengawasan serta adanya diklatdiklat ketrampilan dan arahan pelayanan kesehatan keluarga miskin dan tidak mampu, juga adanya informasi prosedur berobat berobat bagi keluarga miskin dan tidak mampu dengan membuat informasi dalam bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami . Selain itu juga harus ada perukutan penambahan atau pengangkatan cleaning servis yang bekerja sama dengan pihak lain sebagai penyalur tenaga sehingga ruang tunggu, ruang inap dan ruangan lain di RSUD Bayu Asih dapat terjaga dan tertata rapi kebersihannya. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Perlu adanya pelengkapan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik infrastruktur, alat-alat medis dan alat non medis, perlu adanya saran dan kritikan pasien serta dapat melaksanakan survey kepuasan pasien. Kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta seharusnya lebih meningkatkan perannya hususnya kepada institusi terkait Dinas Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian bukan hanya hadir dalam rapat koordinasi saja akan tetapi juga perlu memikirkan bagaimana bisa meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, pada bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga diharapkan bisa menyerap lapangan kerja baru dan juga meningkatkan produksi dibidang perindustrian atau adanya home industri sehingga dapat meningkatkan pendapatan baru. Kedua hal tersebut diatas dapat mengurangi tingkat pengangguran dan dapat meningkatkan kehidupan kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab, Solichin.2004. Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan Negara.Jakarta :Bumi Aksara. Azwar, Azrul, H. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. Dunn. N William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS. Departemen Kesehatan RI.2009. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Jakarta: Departemen Kesehtan RI. Edward III, C, George.1980. Implementing Public Policy. New Jersey, USA: Prentice Hall, Inc. Grindle, Merilee S.1980. Politics and Policy Implementation in The Third World. USA :Princeton University Press. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Kaloh J. 2003. Kepala Daerah : Pola Kegiatan Dan Kekuasaan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka. Kerlinger, Fred N.2000. Asas-asa Penelitian Behavioral.Terjemahan, Landung R simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ishak Kusnandar, 2005, Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (Studi di Kabupaten Garut – Tasikmalayan – Ciamis), Program Pascasarjana Unpad, Bandung Lenvine, Charles H.,1990. Public Administration : Chalenges, Choice, Consequences. Illinois: Scott Foreman. Monier, H.A.S. 1998. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Ndraha, Tali Ziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan). Jakarta: Rineka Cipta Prakoso Djoko, Murtika I Ketut, 2004. Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta : PT Rineka Cipta. Republik Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Jakarta. Republik Indonesia, (2008), Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008, tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Rewansyah, 2005, Pengaruh Pemberdayaan Dan Pengawasan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (Studi di RSUD Tanggerang), Program Pascasarjana Unpad, Bandung Saefuddin Fedyani, Ilyas Yaslis, Managed Care: Mengintegrasikan Penyelenggaraan dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI dan PT (Persero) Askes. Senge, M., Peter. 1994. The Fiftth Diciplin.New Jersey: Chatham House Publishing. Siagian, Sondang P.2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta. Sianipar, J.P.G.1999. Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: LAN Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian.Bandung : CV Alfabeta. Saefullah A Djadja H. 2007. Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik,Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi. Laboratorium Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Administrasi Negara LP3AN FISIP UNPAD. Suharto Edi. 2007 . Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta Bandung. Tachjan.H. 2006 . Implementasi KebijakanPublik.AIPI BANDUNG-PUSLIT KP2W LEMLIT UNPAD. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri) Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059 STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015) Thabrany Hasbullah, Asuransi Kesehatan Nasional. Jakarta : Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia. Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Van Meter, Donald S and carle Van Horn. 1975. The Policy Implementation Process, A Conceptual Framework. Departement of Political Science, Ohio State University. Widodo, J. 2001. Good Governonce Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas Dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Surabaya: Ihsan Cendekia. ---------. Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. 2010. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purwakarta. ---------. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2010. Purwakarta Dalam Angka 2010. Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)