pengaruh implementasi kebijakan tentang jaminan kesehatan

advertisement
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG JAMINAN KESEHATAN
MASYARAKAT (JAMKESMAS) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH KABUPATEN PURWAKARTA
Muhamad Uu Khudri
(Dosen STEI Bina Cipta Madani Karawang)
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kesehatan adalah hak setiap manusia, oleh karena itu setiap individu,
keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak
hidup sehat bagi penduduknya dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu sebagaimana pelaksanaan
program JAMKESMAS dilaksanakan berdasarkan kepada bunyi pasal 28 H ayat (1)
Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan “Bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik ehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” selain itu juga
diatas dalam pasal 34 ayat (3) UUD 1945 dinyatakan “Bahwa negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan yang layak. Dalam hal ini Rumah Sakit
Pemerintah turut berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien keluarga miskin, Prof. H.A. Djadja Saefullah, Drs., M.A., Ph.D (2007: 47-48)
karena masalah kemiskinan di Indonesia kelihatannya merupakan masalah yang
belum jelas bagaimana cara mengatasinya, dan kebijakan yang diambil selama ini
kelihatannya baru merupakan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan dalam
jangka pendek dan belum berorentasi kepada pemecahan jangka panjang, dan
yang dijadikan tolak ukur kemiskinan adalah kekurangan dalam memperoleh
atau memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan dan
kesehatan, sehingga pengukuran kemiskinan dapat didasarkan pada pengukuran
sumber daya manusia selain mengukur income perkapita juga menyangkut
tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan demikian orang
yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan apabila sedang mengalami sakit
disebut miskin maka pada tahun 2008 Departemen Kesehatan mengeluarkan
kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin atau Jamkesmas
sebagai wujud pemenuhan hak rakyat. Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas
tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat.
Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan
yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Hal itu dapat
dijelaskan dengan gambar 1.1 dibawah ini. :
Gambar 1.1.
Hubungan Antara Kemiskinan dan Penyakit
Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi
rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan
sebagai berikut:
1. menderita gizi buruk
2. pengetahuan kesehatan kurang
3. perilaku kesehatan kurang
4. lingkungan pemukiman buruk
5. biaya kesehatan tidak tersedia
Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat
menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi sebagai berikut:
1. Produktivitas Kerja Tinggi
2. Pengeluaran Berobat Rendah
3. Investasi Dan Tabungan Memadai
4. Tingkat Pendidikan Maju
5. Tingkat Fertilitas Dan Kematian Rendah
6. Stabilitas Ekonomi mantap
1.
2.
3.
Beberapa data empiris global menemukan hubungan sebagai berikut:
Kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak
miskin
Kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak
miskin
Pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (IMR
antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk
(IMR>150/1000 kelahiran hidup).
Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan
dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan
penduduk miskin. Apalagi, memasuki era globalisasi ini, untuk pertumbuhan
ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan sumberdaya
manusia dengan kuantitas dan kualitas tinggi.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
mempunyai arti penting karena 2 alasan pokok:
1. Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak mengingat kematian
bayi dan kematian balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggi dibanding pada
keluarga tidak miskin. Di sisi lain penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang baik bagi masyarakat miskin, dapat mencegah 8 juta kematian
sampai tahun 2010.
2. Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi
bangsa dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan)
di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang
kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna mnurunkan
kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin. Hasil studi
menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan
ekonomi akan baik pula dengan demikian upaya mengatasi kemiskinan
akan lebih berhasil.
Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan
penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan
kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah
kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TBC, malaria,
kurang gizi, dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan
masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan,
regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan
fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan
dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak
mampu
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5.
6.
Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia pada daerah miskin
Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin.
Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja
melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan
peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang No. 23/1992
tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat
pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk menjamin akses
penduduk miskin terhadap pelayan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut pemerintah telah berupaya untuk
membuat kebijakan melalui Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin. Program ini berupa Bantuan Sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara nasional agar
terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin, selanjutnya disebut Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai
apa dan bagaimana program Jaminan Kesehatan Masyarakat berikut penulis
menyajikan dalam beberapa bagian yang diharapkan dapat memberikan
penjelasan singkat mengenai program dimaksud. Yang perlu untuk dipahami
bersama adalah bahwa program yang dikembangkan tersebut merupakan
program baru yang sangat potensial untuk mendukung pencapaian derajad
kesehatan masyarakat namun di sisi lain juga masih cukup terbuka lebar dalam
wacana untuk pengembangannya. Tujuan Penyelenggaraan Program Jamkesmas
Secara umum Jamkesmas dibangun untuk memberikan akselerasi dalam
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal secara efektif dan efisien. Secara khusus program ini ditujukan untuk
meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu guna mendapat
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit. Melalui
program ini pula diharapkan akan terjadi proses penyelenggaraan pengelolaan
keuangan yang transparan dan akuntable yang pada akhirnya akan berdampak
kepada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Sasaran Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di
seluruh Indonesia.
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup
tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per
100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (Badan Pusat
Statistik 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah
tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak
adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang
mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005
telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui
pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui
penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes
/SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam
perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahanperubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan
mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan
verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di
RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim
Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota
serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk
menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin
yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti
nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut
JAMKESMAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.
Karena seiring dengan kesadaran masyarakat akan hak layanan yang
diterimanya, mulai muncul sebagai suatu fenomena real dengan merebaknya
iklim demokratisasi dan keterbukaan, munculnya fenomena ini menunjukan
pergeseran nilai-nilai tradisionil dalam masyarakat dari sikap yang pasif dan
selalu akomodatif yang terlalu menjunjung budaya faternalisme menjadi sikap
aktif dan kritis yang mencerminkan sikap demokratis dan partisipatif.
Dalam menyikapi perubahan tersebut yang diperlukan adalah bagaimana
pemerintah melakukan pemberdayaan (empowerment) potensi masyarakat
tersebut agar di satu pihak tuntutan masyarakat terpenuhi dan dilain pihak
penyelenggara pelayanan dapat berjalan dengan efisien dan efektif untuk
melakukan hal tersebut, diperlukan repitalisasi peran dan fungsi pemerintah dari
peran sebagai pemerintah menjadi peran sebagai pelayanan, sehingga peran dan
fungsi pemerintahan tersebut berorientasi pad pelayanan publik didukung oleh
modernisasi kebijakan manajemen pelayanan publik yang lebih menekankan
pada orentasi pelayanan pelanggan (customer orientied).
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Atas dasar poengertian dan kriteria sebagaimana tersebut maka
pelayanan yang secara umum diharapkna harus mempunyai kriteria :
1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan
2. Mendapatkan pelayanan yang baik
3. Mendapatkan perlakuan pelayanan yang sama tidak pilih kasih
4. Mendapatkan perlakuan pelayanan yang jujur dan terus terang
Apabila pelayanan yang diberikan pemerintah telah memenuhi kriteria
tersebut diatas maka pelayanan akan memberikan kepuasaan kepada
masyarakat, yang pada akhirnya akan mberdampak positif yaitu masyarakat akan
menghargai pemerintah dan masyarakat akan patuh terhadap aturan-aturan
layanan yang ada gairahnya usaha dalam masyarakat serta adanya peningkatan
dan pengembangan dalam masyarakat.
Kabupaten Purwakarta, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia terletak ± 80 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Karawang di bagian Barat dan sebagian wilayah Utara,
Kabupaten Subang di bagian Utara dan sebagian wilayah bagian Timur,
Kabupaten Bandung di bagian Selatan, dan Kabupaten Cianjur di bagian Barat
Daya.
Pada tanggal 18 Oktober 1930 diresmikan oleh Gubernur Jenderal ACD de
Graeff, Pastoor Van den Brug, dr. Dake dan dr. Bosman Rumah Sakit Bayu Asih
dibangun untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
Purwakarta dan sekitarnya . Berdiri diatas tanah seluas 5 (lima) hektar dan luas
bangunan 5000 m2, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar,
yaitu : rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7 (Tujuh) bangsal (belum terbagi
menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama.
Merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh
Nederlandsch Zendings Vereeniging untuk Pemerintah (Hindia Belanda), diberi
nama : “Bajoe Asih“ berarti : “ Pemeliharaan Didalam Kekuatan Derma
Pengasihan “.
RSUD Bayu Asih Purwakarta merupakan rumah sakit milik Pemerintah
Kabupaten Purwakarta. Rumah Sakit yang berlokasi di Jl. Veteran No. 39 ini
memilki 211 tempat tidur dengan 11 jenis layanan poliklinik spesialisasi. RSUD
Bayu Asih saat ini menjadi rumah sakit Kelas C, akan tetapi saat ini sedang
diajukan untuk menjadi Kelas B mengingat jumlah tempat tidur dan layanan
spesialisasi yang sudah memenuhi syarat untuk menjadi rumah sakit Kelas B.
Berdasarkan data sepanjang tahun 2009, RSUD Bayu Asih telah melayani
78.446 kunjungan pasien rawat jalan. Dengan proporsi terbesar adalah pasien
Kontrak sebanyak 28.919 kunjungan atau sekitar 36,86 %. Disusul kemudian
dengan pasien ASKES Sosial (PNS) sebanyak 22.443 atau sekitar 28,61 %.
Kemudian pasien yang bayar (umum) sebanyak 17.212 kunjungan atau sekitar
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
21,94 %, Pasien JAMKESMAS sebanyak 6.396 atau 8,15 %, pasien JAMKESDA
sebanyak 3.106 atau 3,96 % dan terakhir adalah pasien ASKES Komersial
sebanyak 370 kunjungan atau sekitar 0,47 %. Dari jumlah tersebut sebanyak
26.072 (33,24 %) adalah kunjungan baru dan 52.374 (66,76 %) adalah kunjungan
ulang.
Bertitik tolak dari uraian di atas bahwa sebanyak 8,15 % pasien RSUD
Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adalah peserta JAMKESMAS, maka perlu
adanya penelitian berkaitan kajian ilmu kebijakan publik terhadap kualitas
pelayanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Bertitik tolak dari masalah tersebut
peneliti sangat tertarik untuk menelitinya lebih jauh dalam bentuk tesis dengan
judul Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) Terhadap Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
“ Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan tentang JAMKESMAS
terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Purwakarta? “
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian dengan latar belakang masalah tersebut diatas
adalah untuk bisa mengkaji tentang implementasi kebijakan, sehingga tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:
Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh implementasi kebijakan
tentang JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih
Purwakarta.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat berguna bagi lingkungan
pendidikan, untuk itu manfaat penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Dari segi teoritis : hasil penelitian ini untuk mengembangkan ilmu
administrasi publik, khususnya dalam hal implementasi kebijakan publik.
2. Dari segi praktis : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan,
bahan pertimbangan dan kepada pemerintah daerah, khususnya Dinas
Kesehatan Kabupaten Purwakarta dan Rumah Sakit Umum Bayu Asih
Kabupaten Purwakarta serta Dinas Kesehatan pada Kabupaten Kota
seluruh Indonesia dalam implementasi kebijakan program JAMKESMAS
terkait dengan kualitas pelayanan kesehatan keluargagaa tidak mampu
atau sejenis di masa yang akan datang.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Penelitian Yang Sudah Dan Relevan
Pada dasarnya setiap kebijakan publik dapat dimplementasikan untuk
memenuhi kebutuhan publik yaitu melalui suatu pelayanan publik. Beberapa
hasil penelitian terdahulu dalam lingkungan kebijakan publik terkait dengan
adanya pelayanan publik yang dianggap oleh penyusun sangat relevan dengan
penyusunan ini adalah dari Rewansyah (2005) yang judulnya Pengaruh
Pemberdayaan dan Pengawasan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan (Studi
di RSUD Tangerang) penelitian ini menggunakan metode survey dengan
menggunakan angket sebagai instrumen utama dalam pengumpulan informasi
dari responden.
Kualitas dalam penelitia ini dapat dilihat dari lima dimensi yaitu : reability,
responsiveness, assurance, dan emphaty. Akan tetapi yang paling menarik disini
adalah bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat masih
rendah dan dari kelima dimensi tersebut hanya dimensi emphaty yang memiliki
korelasi erat sedang empat dimensi yang lain tidak berkorelasi dengan kualitas
pelayanan kesehatan. Dikatakan oleh Rewansyah (2005:224) : Hasil penelitian
menunjukkan bahwa umumnya masyarakat pelanggan kesehatan di RSUD
Tangerang memberikan penilayan terhadap pelayanan kesehatan yang
disediakan masih berkualitas rendah. Dimensi kualitas pelayanan kesehatan yang
meliputi reability (keandalan/kepercayaan), responsinivess (ketanggapan),
assurance (kepastian/jaminan), emphaty (perlindungan), dan tangible
(kenyataan) memiliki kausal-kausal dengan dimensi-dimensi pemberdayaan da
pengawasan aparatur. Diantara kelima dimensi kualitas pelayanan kesehatan
maka dimensi emphatu adalah yang paling erat korelasinya dengan perbaikan
kualitas pelayanan kesehatan.
Dengan demikian dari hasil penelitian dapat ditemukan fakta analisis
bahwa petugas pelaksana (aparat pelaksana) merasa belum diberdayakan dan
belum diawasi secara baik dan berkesinambungan oleh unsur pimpinan. Variabel
pemberdayaan hanya berpengaruh 29% terhadap kualitas pelayanan, sedangkan
variabel pengawasan berpengaruh sebesar 42,25% terhadap kualitas pelayanan.
Sehingga dapat diketahui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan oleh
aparat terhadap masyarakat ternyata tidak mudah, tidak cukup dengan
pemberdayaan dan pengawasan terhadap mereka, karena perubahan kualitas
pelayanan memerlukan perubahan-perubahan pola pikir paradigma berpikir ,
perubahan dari sikap pelaksana dengan dukungan kepemimpinan yang kuat
untuk selalu mengadakan pembinaan, pemberdayaan dan pengawasan.
Selanjutnya, Kusnandar (2005) melakukan pemelitian dengan judul “
Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Kualitas Pelayanan Izin Mendidrkan
Bangunan “ (Studi di Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis), penelitian ini
bertujuan untuk : 1) memperoleh pemahaman dan pengetahuan makna tentang
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
komunikasi, sumber-sumber, disposisi danstruktur birokrasi yang merupakan
dimensi implementasi kebijakan publik; 2) menelaah dan menganalisis
implementasi kebijakan publik, pengaruhnya baik secara parsial maupun
simultan terhadap kualitas pelayanan izin mendirikan bangunan, sehingga
dimungkinkan akan menemukan konsep atau model implementasi kebijakan
yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam
pembuatan izin mendirikan bangunan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan
metodologis dan strateginya menggunakan penilitian survey. Teknik
pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah wawancara, observasi,
dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan struktural
dan analisis statistik jalur.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimensi komunikasi, disposisi, dan
struktur birokrasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
pelayanan izin mendirikan bangunan di kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan
Ciamis, sedangkan dimensi sumber-sumber tidak berpengaruh secara signifikan.
Dari keseluruhan dimensi implementasi kebijakan, dimensi struktur birokrasi
yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan izin mendirikan
bangunan.
Penelitian ini tidak dapat menggambarkan secara detail proporsi
pengaruh tertinggi dan terendah dari item/indikator pembentuk tiap-tiap
dimensi dari implementasi kebijakan, sehingga gambaran rinci tiap dimensi tidak
dapat diperoleh. Akibatnya saran yang diberikan pada akhir penelitian ini kurang
dapat ditelusuri asal muasalnya.
Implementasi kebijakan di atas menggunakan teori implementasi
kebijakan Edwards III dan aktor pelaksana pada kebijakan tersebut relatif sedikit
(pemerintah Kabupaten/Kota). Untuk penelitian ini penyusun juga menggunakan
konsep teoritis implementasi kebijakan Edwards III, namun dengan aktor
pelaksana kebijakan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan beberapa
penelitian terdahulu. Aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan
JAMKESMAS terhadap kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta adalah Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit di tingkat Kabupaten/Kota.
Dengan demikian, banyaknya aktor yang terlibat dalam implementasi
kebijakan mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Dalam hal ini,
semakin banyak aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan sangat
memungkinkan terjadinya misinterpretasi mengenai tujuan dan sasaran program
sehingga terbuka peluang terjadi bias dalam melakukan tugas-tugas pelayanan
publik.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.1.2. Implementasi Kebijakan Publik
Masalah implementasi kebijakan publik (Public Policy Implementation)
telah menjadi perhatian dan menarik para ahli ilmu sosial, khususnya ilmu politik
dan administrasi publik, baik di Negara maju maupun di negara berkembang.
Karena selain sifat permasalahan yang ingin dipecahkan melalui kebijakan,
pelaksanaan kebijakan tersebut juga dipengaruhi oleh kontek sosial, ekonomi,
teknologi dan politik dari kebijakan tersebut. Perubaan kondisi sosial dapat
mempengaruhi interpretasi terhadap masalah dengan demikian akan
mempengaruhi cara melaksanakan program, dan untuk perubahan ekonomi
memiliki dampak yang sama terhadap pelaksanaan kebijakan sebagai contoh
suatu program yang ditargetkan kepada golongan masyarakat miskin tentunya
akan mengalami perubahan setelah terjadinya peningkatan atau penurunan
ekonomi, dan untuk ketersedian teknologi dapat diharapkan untuk menimbulkan
perubahan dalam kebijakan seperti halnya kebijakan pengendalian pencemaran
lingkungan akan menagalami perubahan dalam pelaksanaannya setelah di
temukan teknologi yang lebih efektif atau lebih murah sedangkan variasi-variasi
dalam situasi politik berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Dr.H.Tachjan,M.Si. (2006:15) dengan demikian, karena masalah-masalah publik
tidak biasa diatasi secara perorangan dan disamping itu di kehendaki pemecahan
secara efektif dan efisien, maka mensyaratkan adanya proses perumusan
masalah dan penetapan kebijakan, hal ini dimaksudkan agar sekali suatu
kebijakan publik ditetapkan dan diimplementasikan maka dampak positifnya
akan dirasakan oleh publik secara luas, termasuk oleh pembuat kebijakan itu
sendiri. Dalam kebijakan publik implementasi merupakan tahap yang paling
penting dan menentukan karena implementasi atau pelaksanaan kebijakan
publik merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan dirumuskan.
Sehingga diperlukan strategi yang tepat tanpa suatu implementasi, suatu
kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-sia saja. Oleh karena itu, implementasi
kebijakan mempunyai kedudukan yang penting di dalam kebijakan publik.
Kebijakan yang baik tidak akan memiliki arti apa-apa jika tidak dapat
dimplementasikan Edi Suharto, Ph.D (2007;36) apabila sebuah kebijakan telah
ditetapkan, maka proses perumusan kebijakan menginjak tahapan implentasi.
Tahap ini melibatkan serangkaian kegiatan yang meliputi pemberitahuan kepada
publik mengenai pilihan kebijakan yang diambil, instrumen kebijakan yang
13 program pelayanan-pelayananyang
digunakan, staf yang akan melaksanakan
akan diberikan, anggaran yang telah disiapkan , dan laporan-laporan yang akan
dievaluasi. Para pembuat kebijakan haruslah sudah mempersiapkan strategi
implementasi sejak awal sebuah kebijakan dirumuskan kerana kebijakan publik
dibuat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Akan tetapi disini tidak sedikit
akan tantangannya dalam hal untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan karena selain keterbatasan sumberdaya yang ada tantangan
implementasi kebijakan juga mencakup kurang jelasnya pembagian otoritas
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
diantara lembaga-lembaga pelaksana, kompleksitas dan rigiditas (kekakuan)
birokrasi serta perbedaan kepentingan diantara berbagai pihak yang terlibat
Terdapat beberapa faktor yang menetukan keberhasilan implementasi
kebijakan. Selain dipengaruhi oleh konteks makro kondisi ekonomi, sosial dan
politik, Howlet dan Ramesh (Edi Suharto, Ph.D 1995) mencatat bahwa
implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh hakikat dan perumusan dalam
kebijakan itu, keragaman masalah yang ditangani oleh pemerintah, ukuran
kelompok-kelompok sasaran, dan tingkat perubahan prilaku yang diharapkan.
Menurut Bridgman dan Davis (Edi Suharto, Ph.D 2004), banyak literatur yang
menunjukan prasyarat bagi keberhasilan implentasi kebijakan, antara lain:
1.
Didasari oleh teori dan kaidah-kaidah ilmiah mengenai
bagaimana program atau peraturan yang beroperasi. Kebijakan yang
didukungoleh kerangka konseptual yang sederhana , jelas dan teruji
secara ilmiah, maka implementasi kebijakan kemungkinan besar akan
berhasil.
2.
Memiliki langkah-langkah yang tidak terlalu banyak dan
kompleks. Semakin banyak dan kompleks langkah-langkah sebuah
kebijakan, semakin besar kesulitan yang dihadapi kebijakn itu akibat
banyaknya kesalah pahaman dan pertentangan yang timbu.
3.
Memiliki prosedur akuntabilitas yang jelas. Satu orang atau
badan yang kompeten harus diserahi tanggungjawab yang jelas untuk
mengontrol dan menjamin keberhasilan implementasi sebuah program.
Kebijakan biasanya gagal diimplementasikan jika tanggungjawab
pelaksanaan kebijakan tersebut dipikul oleh terlalu banyak pemain atau
lembaga pelaksana. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin besar
kemungkinan munculnya masalah koordinasi dan bahkan kompetisi
diantara mereka.
4.
Pihak yang bertanggungjawab memberikan pelayanan harus
terlibat dalam perumusan desain dan kebijakan. Para birokrat di tingkat
pelaksana sebaiknya memiliki informasi yang lengkap mengenai hakekat,
model serta landasan folosofis mengenai kebijakan yang mendasari
diberikannya sebuah program.
5.
Melibatkan monitoring dan evaluasi yang teratur. Pengawasan
dan evaluasi sangat diperlukan agar implementasi kebijakan berjalan
efektif. Banyak studi menunjukan, sebuah kebijakan yang pada awalnya
sangat bagus dan mendapat dukungan publik menderita kegagalan
manakala diterapkan karena tidak adanya pengawasan yang memadai
dari pihak-pihak yang independen.
6.
Para pembuat kebijakan harus memberi perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap implementasi seperti halnya terhadap
perumusan kebijakan. Artinya, pembuat kebijakan jangan merasa
tugasnya telah selesai manakala sebuah kebijakan telah berhasil
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dirumuskan. Melainkan, harus bekerja terus hingga kebijakan tersebut
telah mampu diterapkan melalui serangkaian program yang dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Kebijakan publik baru dalam hal ini adalah undang-undang no 32 tahun
2004 tentang pemerintah daerah merupakan skenario perubahan yang
direncankan dan perubahan itu sendiri mencakup 3 (tiga) perubahan yaitu
struktural, perubahan fungsional, serta perubahan kultural dan diantara ketiga
perubahan tersebut yang sulit dilakukan adalah perubahan kultural karena
menyangkut tradisi atau budaya yang pada dasarnya setiap orang mempunyai
nilai penolakan terhadap perubahan, semakin besar perubahan semakin besar
terhadap perubahan, karena sudah mengganggu kepentingan yang sudah
tertanam sehingga untuk bisa menyakinkannya diperlukan kepemimpinan yang
bisa menjelaskan dengan adanya perubahahan yang menguntungkan semua
pihak.
Dengan mengutip Grindle (Solichin Abdul Wahab 2002 : 59)
mengemukakan bahwa implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut
paut dengan mekanisme penjabaran-penjabaran keputusan politik ke dalam
prosedur-prosedur rutin melalui saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu,
implementasi kebijakan menyangkut masalah konflik, keputusan dan
menyangkut siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Oleh karena itu,
implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan
proses kebijakan. Kebijakan publik hanya akan sekedar berupa impian atau
rencana yang bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan (Chief Udoji, dalam Wahab, 2002 :59).
Setiap kebijakan publik selalu akan berdampak luas terhadap bidang
kehidupan tertentu dalam masyarakat, dan masyarakat berhak atas berbagai
layanan yang harus diberikan oleh pemerintah, karena pada dasarnya
pemerintah dibentuk untuk melayani masyarakat, atau dengan kata lain
pemerintahg berkewajiban untuk memberikan layanan kepada masyarakat oleh
karena itu kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dapat diimplementasikan
secara baik pula dan memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang
harus diterimanya, karena dengan kesadaran akan hak layanan yang
dilaksanakan oleh pemerintah merupakan perwujudan kinerja pelayanan umum
yang baik. Berbagai kebijakan yang secara filosofis cukup baik seringkali menjadi
tidak efektif atau mengalami kegagalan disebabkan kelemahan dalam
implementasinya (Mustopadidjaja; 2002:5).
Menurut Wahab (2002:56) pelaksanaan kebijakan sesungguhnya
bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusankeputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran
birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut maslah konflik, keputusan dan
siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Keberhasilan atau kegagalan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
suatu kebijakan publik tergantung pada (a) ketepatan kebijakan itu sendiri; (b)
konsistensi dan efektivitas pelaksanaannya; dan (c) terjadi tidaknya
perkembangan di luar prakiraan (Mustopadidjaja, 2008:8). Pentingnya
implementasi kebijakan ini juga dikemukakan Wahab (2002) bahwa
”pelaksanaan berbagai kebijakan adalah sama penting atau bahkan lebih penting
daripada pembuatan kebijakan. Berbagai kebijakan akan tetap menjadi mimpi
blue file jackets jika tidak dilaksanakan.
Untuk mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi setelah suatu
kebijakan dibuat dan dirumuskan adalah subyek dari implementasi kebijakan.
Mazmanian dan Sabatier (1983 : 3-6) menyebutkan adanya dua sudut pandang
dalam studi implementasi. Yaitu dari sudut pandang ilmu administrasi negara
dan dari sudut pandang ilmu politik. Dari sudut pandang ilmu administrasi
negara, pada awalnya implementasi hanya dilihat dari semmata-mata sebagai
pelaksanaan kebijakan secara efektif dan efisien. Namun pandangan ini semakin
tidak populer karena pada saat menjelang dan akhir Perang Dunia II dari hasil
berbagai penelitian administrasi negara, ternyata badan-badan administratif
tidak hanya dipengaruhi oleh perintah atau mandat resmi yang berasal dari
badan-badan pemerintah, tetapi juga oleh tekanan-tekanan dari kelompokkelompok kepentingan, intervensi lembaga legislatif, dan oleh berbagai faktor
lain di dalam lingkungan politik mereka. Sedangkan dari sudut pandang
pndekatan sistem terhadap kehidupan politik, ternyata mematahakan perpektif
organisasional dari administrasi negara, sehingga mulai dipikirkan mengenai
masukan yang berasal dari luar bidang administrasi negara. Seperti ketentuan
kebijakan administrtif dan legislatif yang baru, perubahan-perubahan prefensi
publik dan teknologi baru (Mazmanian dan Sabatier, 1983 : 5).
Adanya dua sudut pandang dalam studi implementasi kebijakan ini juga
dikemukakan oleh Ripley (1984 : 134-135), bahwa studi implementasi
mempunyai dua focus (inti) pokok yaitu kepatuhan (complience) dan apa yang
terjadi setelah suau kebijakan dilaksanakan (what’s happening). Kepatuhan ini
muncul dari literatur administrasi publik dan perspektif ini lebih memusatkan
perhatiannya pada apakah badan dan individu bawahan mematuhi perintah
badan atau individu atasanya. Perspektif ini lebih merupakan analisis karakter
dan kualitas dari perilaku organisasional. Menurut Ripley (1984 : 135), paling
tidak ada dua kekurangan dari perspektif ini, yaitu banyak faktor non-birokratis
yang berpengaruh dan ada program-program yang tidak disusun dengan baik
(maldesigned). Sedangkan perspektif yang kedua, yaitu perspektif what’s
happening sangat berbeda dengan perspektif kepatuhan. Perspektif ini
berasumsi adanya banyak faktor yang dapat dan telah mempengaruhi
implementasi kebijakan. Faktor tersebut utamanya berasal dari lingkungan luar
kebijakan.
Dengan demikian implementasi itu sendiri merupakan pelaksanaan dari
suatu program yang dinyatakan berlaku sesudah disahkan shingga untuk
mencapai suatu tujuan tertentu atau dengan kalimat lain implementasi adalah
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber-sumber yang didalmnya
termasuk manusia dan kemampuan organisasi, baik oleh pemerintah ataupun
swasta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat
kebijakan. Namun disini seringkali implementasi kebijakn tidak bisa berjalan
dengan baik karena disebabkan ketidak jelasan maksud dan tujuan dari
implementasi kebijakan, keterbatasan sumber daya serta tidak adanya
koordinasi yang baik, sehingga tidak tutup kemungkinan banyak penyimpangan
hanya untuk digunakan kepentingan politis yang dalam prakteknya implementasi
kebijakan banyak diwarnai oleh dengan tekanan politis atau bergaining untuk
bisa mencapai tujuannya. Implementasi kebijakan merupakan tahap yang sangat
krusial dalam proses kebijakan publik, sehingga untuk mencapai suatu tujuan
suatu program kebijakan harus bisa untuk diimplementasikan dengan baik.
Implementasi merupakan suatu tahapan merealisasi suatu tujuan unutk program
sehingga yang harus diperhatikan adalah bagaimana untuk persiapan
implemnetasi kebijakan keberhasilan dan kegagalan termasuk adanya hambatanhambatan dan adanya peluang yang ada kepada kemampuan pemerintah,
organisasi maupun kelompok dan individu untuk melaksanakan tugas.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan dapat diukur dan dievaluasi
dari sudut kemampuan secara nyata dalam menjalankan suatu program yang
telah direncanakan sebelumnya sehingga dapat disimpulkan hasil implementasi
kebijakan dengan mengukur dan mengevaluasi atau dengan cara
membandingkan hasil akhir program tersebut dengan tujuan kebijakan.
Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
proses pelaksanaan implemntasi kebijakan karena dapat digunakan sebagai
barometer keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, dengan
melihat kinerja didasarkan kepada pertimbangan nilai ekonomi, efesisensi,
efektif dan persamaan pelayanan. Dalam aspek ekonomi dapat diartikan kinerja
sebagai strategi untuk dapat menggunakan sumber daya yang sangt minimal
dalam proses penyelenggaraan kabijakan publik.
Tentang implementasi kebijakan bukanlah merupakan dari suatu
mekanisme penjabaran suatu keputusan politik dengan melalui kebijakan
birokrasi,
melainkan
juga
menyangkut
masalah
konflik
dengan
mempertimbangkan siapa yang akan melaksanakan dan memperoleh kebijakan
tersebut. Oleh karena itu kebijakan publik akan biasa berjalan dengan baik
apabila keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai suatu tujuan
tertentu adanya petunjuk yang jelas sebagai pedoman untuk mencapai suatu
tujuan. Selain itu berbagai tindakan atau keputusan dalm konsep kebijakan
publik harus mempunyai tujuan yang ingin dicapai dengan adanya petunjuk yang
ditetapkan.
Untuk implementasi kebijakan publik banyak ditentukan oleh berbagai
faktor, menurut pendapat Edward III (1980) disebutkan ada empat faktor sebagi
syarat untuk bisa berjalannya implementasi diantaranya Communication
(komunikasi), Resources (Sumber daya), Disposition or attitude (sikap pelaksana)
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dan Bureaucratic structur (struktur birokrasi), dan menurut pendapatnya
keempat faktor tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi proses
implementasi kebijakan. Untuk bisa menjelaskan variabel tersebut diatas, maka
dijelaskan :
1. Dimensi komunikasi menunjukan peranan yang sangat penting sebagai
acuan supaya pelaksana kebijakan dapat mengetahui seperti apa yang
mereka kerjakan. Sehingga komunikasi sebagai alat perintah atasan
kepada pelaksana-pelaksana kebijakan.
2. Dimensi sumber daya dalam hal ini tidak saja menyangkut jumlah sumber
daya manusia atau aparat akan tetapi mencakup sumber daya manusia
untuk bisa melaksanakan dan mendukung kebijakan tersebut.
3. Dimensi disposisi yaitu sikap pelaksana untuk bisa menerapkan kebijakan
dan apabila kebijakan tersebut dapat dijalankan dengan baik, maka
pelaksana tersebut bukan harus tahu yang apa yang mereka kebijakan,
akan tetapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk
menerapkannya.
4. Struktur birokrasi sebagai pelaksana yang mempunyai dampak terhadap
penerapan kebijakan, dengan kata lain penerapan tidak akan berhasil jika
lemah dalam struktur birokrasinya, sehingga struktur birokrasi
mempunyai dampak terhadap penerapan kebijakan.
Sebagai suatu sistem implementasi kebijakan JAMKESMAS terhadap
kualitas pelayanan di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta adanya suatu
sistem terdiri dari komunikasi, sumber-sumber, sikap pelaksana dan struktur
birokrasi. Sehingga sistem tersebut diproses dalam suatu mekanisme
komunikasi, sumber-sumber, sikap pelaksana dan struktur birokrasi dengan
keluarnya bagaimana kualitas pelayanan di Rumah Sakit tersebut.
Gambar 2.1 Model Implementasi kebijakan
Komunikasi
Implementasi
Kebijakan
JAMKESMAS
Sumber Daya
Disposisi
Terhadap kualitas
pelayanan di RSUD
Bayu Asih Kab.
Purwakarta
Struktur birokrasi
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Model implementasi kebijakan selanjutnya dikemukakan oleh Edwards III
(1980), yang menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan sangata
ditentukan oleh faktor (a) Komunikasi; (b) Sumber daya atau sumber-sumber; (c)
Sikap implementor (disposisions) atau kecenderungan-kecenderungan; dan (d)
struktur birokrasi pelaksana. Lebih lanjut Edwards III (1980: 147-148)
mengemukakan faktor-faktor komunikasi, sumber daya, sikap implementator,
dan struktur birokrasi dapat secara langsung mempengaruhi implementasi
melalui dampak dari masing-masing faktor. Dengan kata lain, masing-masing
faktor tersebut saling pengaruh mempengaruhi, kemudian secara bersama-sama
mempengaruhi implementasi kebijakan.
Proses implementasi sebagian besar bertujuan pembuatan perumusan
pembijakan akan ditempuh dengan berbagai macam program yang dilaksanakan
yang berupakan faktor-faktor tertentu apakah progrm tersebut bisa berjalan
dengan baik atau tidak, program isi kebijakan tersebut angat berpengaruh
terhadap isi akhir implementasi yang dikehendaki sehingga program ini sangat
menjadi faktor yang berpengaruh karena dampaknya sangat nyata dan potensi
terhadap lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Tentang masalah idiologi
kebudayaan aliansi politik dan peristiwa internasional adalah merupakan faktor
lingkungan lainnya yang mungkin membawa dampak proses implementasi
Wahab dalam Hosio (2005 : 33).
Menurut pendapat Sunarko (2000 : 185) pelaksanaan kebijakan dapat
gagal dan tidak membuahkan hasil karena :
a.
Teori yang didasar kebijakan itu sehingga perlu adanya reformasi
terhadap kebijakan.
b. Sarana yang dipilih untuk pelaksanaan tidak efektif
c.
Sarana itu mungkin tidak atau kurang sebagaimana mestinya
d. Isi dari kebijakan kebijaksanaan bersifat samar
e. Ketidak pastian faktor intern dan faktor ekstern
f.
Kebijaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis
g.
Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu (waktu,
uang dan sumber daya mannusia)
Dari pendapat tersebut diatas kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah dapat diketahui sejak dalam pemberntukan kebijjaksanaan tersebut
dengan diperhatikan dan diperhitungan faktor-faktor tersebut diatas.
Dari berbagai hambatan implementasi kebijakan yang dikemukakan
diatas, maka hambatan tersebut diklarifikasi menjadi 2 bagian yaitu hambatan
didalam dan hambatan diluar. Hambatan dari dalam misalnya sumber daya
manusia, dana, struktur organisasi, informasi, sarana dan prasarana yang dimiliki.
Serta aturan dan sistem prosedur yang digunakan sedangkan hambatan diluar
dapat dibedakan atas semua kekuatan yang bepengaruh langsung maupun tidak
lkangsung terhadap proses implementasi kebijakan itu sendiri seperti halnya
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
adanya peraturan pemerintah kecenderungan ekonomi, politik, kondisi sosial
dan kelompok. Dalam hal ini faktor yang dianggap memiliki peranan dominan
yang hisa mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan adalah isi kebijakan
sumber daya manusia kapatuhan yang dimiliki para pelaku dan kondisi sosial
yang ada berlaku di masyarakat.
Sumber daya manusia adalah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja kebijakan juga ditentukan oleh para pelaku yang secara
langsung terlibat dalam proses tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam proses kebijakan adalah sumber-sumber
yang tersedia karena sumber-sumber tersebut adalah sumber penunjang
implementasi kebijakan dan sumber tersebut sebagai pendorong untuk
menentukan keberhasilan implementasi kebijakan Van Mete dan Van Horn
dalam Winarno (2002:112) ada 4 faktor tambahan yang tercakup dalam proses
kebijakan adalah komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana
karakteristik, badan-badan pelaksana lingkungan ekonomi sosial dan politik yang
mempengaruhi yurudiksi dan kecenderungan (disposition) dan para pelaksana
(implementors) secara umum faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
implementasi kebijakan :
1. Faktor kebijakan
2. Faktor organisasi
3. Faktor lingkungan
Salah satu faktor yang ditemukan diatas adalah adanya kesamaan faktor
titik beratnya adalah merubah perilaku ketaatan dari kelompok sasaran
implementasi kebijakan yang tentunya tidak hanya menyangkut badan-badan
administratif atau lembaga yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kepada diri pelaksana kebijakan atau pada budaya juga aspek
ekonommi dan sosial.
Untuk Variabel kemampuan organisasi pelaksanaan program akan diukur
oleh adanya indikator sebagai berikut : adanya tersedia lembaga dan tim
pelaksana program dalam koordinasi antar pelaksana dalam instansi sedangkan
untuk variabel dukungan kepada kebijakan JAMKESMAS dapat diukur dengan
kemampuan Pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam menyediakan anggaran
biaya penunjang operasional.
2.1.3. Pengertian Implementasi Kebijakan
Setiap kebijakan publik selalu akan berdampak luas terhadap kehidupan
dimasyarakat, karena kebijakan adalah untuk memperbiki dengan cara
menciptakan secara kritis menilai dan mengkomunikasikan penegtahuan yang
relevan dengan kebijakan. Karena bagaimanapun juga kebijakan adalah sebagai
suatu pendekatan terhadap suatu pemecahan masalah sosial dimulai dari suatu
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
tonggak sejarah ketika pengetahuan secara sadar digali dan dapat di
implementasikan secara baik dan dapat memberi dampak positif bagi kehidupan
masyarakat. Prof.H.A.Djaja Saefullah, Drs.,MA.,Ph.D (2007:36) langkah-langkah
yang harus dilakukan atau harus ditempuh dalam proses pembuatan suatu
kebijakan dimulai dari suatu penelaahan tentang masalah yang dihadapi sampai
dengan monitoring dan evaluasi hasil yang sudah dicapai.
Pada garis besarnya kebijakan publik dapat dibedakan dalam tiga
tingkatan perumusan kebijakan yaitu : tingkatan perumusan kebijakan ,
tingkatan impelementasi kebijakan (pelaksanaan) dan tingkatan evaluasi
kebijakan. Analisis pada tingkatan perumusan kebijakan memfokuskan studinya
bagaimana kebijakan itu dibuat sampai dengan keluarnya suatu ketetapan
keputusan. Pada umumnya perumusan kebijakan semua kebijakan dapat diambil
dan dipahami secara baik, yang menjadikan masalah adalah pebedaan
pandangan dari orang-orang yang akan mengambil keputusan ada yang bersifat
obyektif terhadap masalah yang dihadapi dan ada yang bersifat subyektif karena
ada perbedaan kepentingan. Analisis pada tingkat implementasi (pelaksanaan)
kebijakan menyangkut bagaimana suatu kebijakan bisa diterapkan atau
dilaksanakan di dalam masyarakat, karena pelaksanannya tidak akan mengalami
banyak kesulitan hal ini didasarkan pada penelitian yang mendalam dan
menyeluruh. Sedangkan analisis pada tingktan evaluasi kebijakan yaitu
behubungan dengan penilaian dan ukuran hasil yang telah dicapai. Menurut
pendapat Dunn.W.D (2003:24-25) Implementasi kebijakan merupakan tahap
yang krusial dalam proses kebijakan publik, suatu program kebijakan harus
diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang dinginkan. Hal ini
memberi arti yang sangat penting dan berarti dalam menerapkan kebijakan,
termasuk implementasi yang tepat untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat
sebagai kepentingan publik yang merupkan suatu kebutuha masyarakat tentang
kesehatan sehingga persoalan publik dapat solusi yang sangat tepat melalui
implementasi kebijakan.Oleh karena itu implementasi kebijakan merupakan alah
satu tahap awal dari sekian tahapan kebijakan publik sehingga implementasi
kebijakan hanya merupakan salah satu variabel penting dan berpengaruh
terhadap keberhasilan kebijakan didalam memecahkan persoalan publik.
Keberhasilan implementasi kebijakan banyak ditentukan variabel yang saling
berhubungan satu sama lain, seperti halnya yang disampaikan oleh Edward III
(2003-12-13) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yaitu :
1.
Komunikasi
2.
Sumber Daya
3.
Disposisi
4.
Struktur Birokrasi
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Menurut pendapat Prof. H.A.Djaja Saefullah, Drs.,MA.,Ph.D (2007:50)
pemahaman pelaksanaan kebijakan bukan hanya harus dimiliki aparat lembaga
pelaksana tetap juga oleh publik atau masyarakat yang menjadi saran kebijakan.
Angkah sealanjutnya dalam pelaksanaan kebijakan adalah melakukan sosialisasi
agar kebijakan diketahui, dimengerti dan diterima oleh semua pihak yang
bersangkutan, dan kegiatan ini harus dilakukan melalui komunikasi yang sifatnya
persuasifdengan pelihan media yang terjangkau dan mudah dipahami
komunikan.
Implementasi merupakan studi perubahan yang terjadi dan p[erubahan
yang bisa dimunculkan juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari
kehidupan politik yaitu organisasi diluar dan didalam sistem politik dalamsuatu
kebijakan. Suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan baik akan mengalami
kegagalan jika kebijakan tersebut tidak dimplementasikan dengan baik oleh para
pelaksana kebijakan.
Selanjutnya implementasi itu sendiri dapat diartikan dari beberapa
pendapat yang akan disampaikan Charles O’Jones (Harahap, 2004:15) dikatakan
implementasi ” adalah suatu proses interaktifantara suatu perengkat tujuan
dengan tindakan atau bersifat interaktifdengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan
yang mendahuluinya atau dengan dengan kata lain implementasi adalah
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program
dengan pilar-pilar organisasi , interpretasi dan pelaksanaan”. Sedangkan
menurut pendapat dari Wibawa (Tangkilisan, 2003:20) Implementasi kebijakan
adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan
sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.
Berdasarkan dari pendapat para ahli tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam menetukan tahap implementasi kebijakan bisa berjalan dengan baik dan
efektif harus memalui dengan tiga pilar yaitu melalui organisasi, interprestasi
dan pelaksanaan karena kebijakan yang direncanakan akan berjalan dengan baik.
2.2. Kualitas Pelayanan
Ketika pelanggan mempunyai satu urusan atau keperluan pada sebuah
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta, ia akan merasa senang
atau tidak senang saat dilayani petugas. Jika pelanggan merasa senang dilayani
oleh petugas tersebut, maka pelayanan petugas sangat memuaskan atau
pelayanan petugas berkualitas.
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah yang terpenting memberikan
pelayanan umum kepada masyarakat, ada beberapa alasan mengapa pemerintah
begitu perhatian terhadap pelayanan umum karena kesadaran masyarakat akan
hak dan kewajibannya sebagai warga negara atau sebagai konsumen masih
relatif rendah sehingga mereka begitu cederung menerima begitu saja layanan
yang diberikan oleh pemerintah.
Aspek pelayanan kepada masyarakat
merupakan salah satu tugas dan fungsi intitusi pemerintahan pusat dan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
pemerintah daerah sebagaimana dinyatakan dalam keputusan Mentri Negara
Pendayaan Aparatur Negara No. 81 ahun 1993 Tentang Pedoman Tatalaksana
Pelayanan Umum.
Dengan demikian instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan
publik harus memenuhi syarat :
1.
Kesederhanaan artinya prosedur atau tata cara pelayanan umum
harus dilaksanakan dengan mudah dan lancar, cepat dan tidak berbelitbelit serta mudah dipahami dan dapat dilaksanakan dengan baik.
2.
Kejelasan artinya pelayanan atau cara pelayanan harus dapat
dipahami dengan jelas.
3.
Kepastian, terutama mengenai hal-hal tata cara pelayanan umum,
persyaratan pelayanan umum baik teknis maupun administratif, adanya
unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan, rincian biaya dan tata cara pembayarannya, jadwal waktu
penyelesaian pelayanan umum, hak dan kewajiban pemberi pelayanan
dan penerima pelayanan umum berdasarkan bukti permohonan sebagai
proses untuk pelayanan umum, dan pejabat yang menerima keluhan
adanya kurang pelayanan umum dengan baik.
4.
Keamanan artinya dalam proses pelayanan umum harus diberikan
kemanan dan kenyamanan serta perlindungan hukum.
5.
Keterbukaan dalam memberikan pelayanan publik oleh instansi
pemerintah harus diinformasikan dengan keterbukaan.
6.
Efisien mengandung arti bahwa persayaratan hanya dibatasi dengan
hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan
dengan maksud mencegah terjadinya penyelewengan.
7.
Keadilan bahwa pelayanan instansi pemerintah harusm bisa dirasakan
oleh seluruh lapisan masyarakat dengan prilaku pelayanan yang adil.
Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai kegiatan pelayananan yang
diberikan kepada seseorang atau orang lain, organisasi pemerintah/swasta
(sosial, politik, LSM, dll) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam hal ini langkah awal yang perlu disiapkan adalah dimilikinya
standar pelayanan, penetapan standar pelayanan perlu dilakukan secraa
seksama jangan samapai menimbulkan standar yang dimiliki menjadi kendala
dalam peningkatan pelayanan pada masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa standar pelayanan harus
memiliki rambu-rambu sebagai berikut :
1. Standar pelayanan tidak berlaku detail sehingga menimbulkan kekauan
dalam pelayanan masyarakat
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.
3.
4.
Standar pelayanan yang dibuat tidak terlalu general sehingga
menimbulkan ketidakjelasan
Standar pelayanan dibuat perlu untuk disosialisasikan
Standar pelayanan yang dibuat sangat terkait pada pengukuran kinerja
Dalam standar pelayanan yang dibuat harus memperhatikan komponenkomponen didalamnya sebagia berikut :
1. Dalam standar pelayanan harus berisikan rincian atau gambaran dari
layanan yang diberikan dan tergambar adanya manfaat dan keuntungan
yang didaptakan oleh masyarakat akan layanan tersebut
2. Dalam standar pelayanan terdapat prinsip-prinsip layanan yang
menggambarkan kualitas pelayanan yang diharapkan masyarakat prinsip
tersebut antara lain; keadilan, keterbukaan, dan kesopanan yang
mencerminkan instansi yang terkait, dan adanya komitmen tehadpap
pelayanan yang diberikan dari program-program tersebut.
Selanjutnya setelah standar pelayanan dibuat upaya untuk peningkatan
pelayanan umum adalah dengan melakukan pengukuran terhadap kinerja
pelayanan, yang mana pengukuran kinerja tersebut harus memperhatikan input
sumber daya yang digunakan organisasi yang diukur dalam bentuk uang atau
ukuran fisiknya.
Kualitas layanan merupakan pelayanan terbaik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau lembaga yang memberi kepuasan bagi pelangggan
masyarakat dan pada gilirannya kepuasan itu akan menciptakan loyalitas
pelanggan atau masyarakat kepada seseorang kelompok atau lembaga yang
memberikan pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan sebagia spesifikasi dari
pelayanan publik itu sendiri menurut Levey dan Loomba (dalam Azwar, 1996 :
35) adalah : ”setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah, menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok dan atatupun masyarakat”
Pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar (1996 : 38-39) harus
memenuhi syarat-syarat pokok sebagia berikut :
a.
Tersedia dan berkesinambungan, artinya jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya
dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat.
c.
Mudah dicapai, untuk mewujudkan pelayanan yang baik, pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, sehingga tidak terjadi
konsentrasi sarana kesehatan yang tidak merata.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
d.
e.
Mudah dijangkau, artinya harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Berkualitas, yaitu yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan dan pihak lain tata cara penyelenggaranya
sesuai dengan kode etik sert5a standar yang telah ditetapkan.
Kualitas pelayanan kesehatan bersifat multidimensional, yaitu kualitas
menurut pemakai jasa layanan kesehatan (pasien dan keluarga), dan kualitas
menurut penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter, perawat dan petugas
lainnya).
Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (healt consumer) dimensi kualitas
layanan kesehatan menurut Azwar (1996 : 40 ) sebagai berikut : ” Kualitas
pelayanan kesehatan lebih terkait pada ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan pasien, kelancaran berkomunikasi anatara petugas dengan pasien,
keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien dan atau
kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien ”Petugas dimaksud
adalah tenaga madis/dokter dan paramedis sertatenaga pendukung yang
bertugas memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat harus mengikuti
kode etik yang telah ada.
Kualitas pelayanan Rumah Sakit adalah produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek Rumah Sakit
sebagai suatu sistem. Kualitas asuhan kesehatan adalah derajat dipenuhinya
standar profesi yang baik dalam pelayanan pasien dan terwujudnya hasil akhir
seperti yang diharapkan yang menyangkut asuhan, diagnosa, tindakan dan
pemecahan masalah teknis.
Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan yang baik pada dasarnya
apabila pelayanan tersebut tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat
tujuan, tepat sumber dayanya, tepat standar profesi, wajar dan aman,
memuaskan bagi pasien yang dilayani.
2.2.1. Jamkesmas
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan
sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Program ini diselenggarakan secara nasional terjsadi subsidi silang dalam rangka
mewujudukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Dan hal ini juga merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan
agar akses dan mmutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat
ditingkatkan sehingga tidak ada lagi makin kesulitan memperoleh kesehatan
karena alasan biaya. Walaupun pemerintah pusat dan daerah tetap berupaya
untuk bisa keluar dari kemiskinan hal ini tidak bisa dituntaskan sebagaimana
Prof.H.A.Djaja Saefullah,Drs., M.A., Ph.D (2007:53-55) kemiskinan di Indonesia
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
bukan hanya fenomena yang terus aktual tetapi menjadi masalah yang belum
pernah terpecahkan secara tuntas, kemiskinan berhubungan pula dengan
distribusi penduduk yang tidak merata dan tidak seimbang dengan fasilitas yang
diperlukan, Alfian dkk 1980 (Prof.H.A.Djaja Saefullah, Drs., M.A., Ph.D 2007:53)
kemiskinan di Indonesia merupakan struktural yang berhubungan dengan sistem
pembangunan yang tidak adil. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan me jadi
tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus wajib
memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan
kesehatan penduduk miskin. Bermula dengan pengembangan Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) tahun 1998-2001, terus adanya
Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001dan Program
Kompensasi Pengurangan SubsidiBahan Bakar minyak (PKPS-BBM) tahun 20022004.
Dalam amandemen keempat UUD 1945 yang disetujui dalam Sidang
Umum MPR tanggal 11 Agustus 2002 telah berhasil meletakkan pondasi
pembiyaan dengan sistem jaminan, yang tertea dalam pasal 34 ayat (2) yaitu
negra diberi tugasuntuk mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat.
Pada tanggal 19 Oktober 2004 disahkan Undang-undang No. 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang memberikan landasan
hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia termasuk disin tentang kesehatan. Pada tahun 2005 pemerintah
meluncurkan program jaminan keshatan bagi masyarakat miskin tidak mampu
yang dikenal dengan progaram Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)
dan penyelenggara program ini adalah PT.ASKES (Persero) yang ditugaskan oleh
Mentri Kesehatan No. 124/Menkes/SK/XI/2004 tentang penugasan PT.ASKES
(Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat
miskin. Program ini merupakan bantuan sosial yang diselenggarakan dalam
skema asuaransi kesehatan sosial.
Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisisensi dan efektivitas,
maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyeleggaraannya.
Perubahan pengelolaan program ini adalah pemisahan fungsi pengelola dan
fungsi pembayaranyang didukung dengan penempatan tenaga verifikator
disetiap rumah sakit. Sehingga nama program tersebut berubah menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Landasan hukum yang dijadikan program Jamkesmas adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) ”Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehatserta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara sedangkan ayat (3) bahwa
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayan
kesehatandan fasilitas umum yang layak.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 No.100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495).
Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 No. 47 Tambahan Lembaran Negara No.4286).
Undang-undang No 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tanun 2004 No.5 Tambahan Lembaran negara No.
4355).
Undang-Undang No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
No. 66 Tambahan Lembaran Negara No 4400).
Undang- Undang No 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara tahun 2004 No.116 Tambahan Lembaran negara No.
4431).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125 Tambahan Lembaran Negara
No.4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
undang-Undang No 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negra Republik Indonesia Tahun 2008 No. 59 Tambahan
Lembaran Negara Indonesia No. 4844).
Undang-Undang No 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negaratahun 2004No. 126 Tambahan Lembaran Negara No. 3637).
Undang-Undang No.41 Tahun 2008 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Negara Tahun 2008No
171 Tambahan Lembaran Negara No.4920).
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 No. 49 Tambahan Lembaran Negara
3637).
Peraturan pemerinah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintah
Daerah Propinsi Dan
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota (Lembaran negara tahun 2007 No.
82 Tambahan Lembaran Negara 4737).
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 No. 89 Tambahan Lembaran
Negara No. 4741).
Peraturan Presiden No.9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No. 94
Tahun 2006.
14. Peraturan Mentri Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah
diubah
dengan
Peraturan
Mentri
Kesehatan
No.1279/Menkes/Per/XII/2007,(PedomanPelaksana Jamkesmas Tahun
2008 Departemen Kesehatan RI).
Jika mencermati peraturan-pertauran tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwapenyelenggaran progam Jamkesmas telah sesuai dengan landasan hukum
yang berlaku. Mentri Kesehatan mempunyai wewenang penuh untuk
pengelolaan keuangan negara dibidang keseahtan dan pengelolaan keuangan
tersebut untuk disalurkan dalam bentuk bantuan sosial kepada masyarakat
miskin dan tidak mampu dalam bentuk program yang dinamakan Jamkesmas.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin dilakukan
dengan mengacu pada prinsip-prinsip asuransi :
1. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan hanya untuk
peningkatan kesehatan masyarakat miskin.
2. Pelayanan kesehatan bersifa menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan
standar pelayanan medikyang costefektif dan rasional.
3. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan prinsip terstruktur dan
berjenjang.
4. Pelayanan kesehatan diberikan dengan prinsip portabilitas dan ekuitas.
5. Pengelolaan program dilaksankan secara transparan dan akuntabel.
Tujuan diadakan program Jamkesmas oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah adalah :
1. Tujuan Umum, yaitu untuk meningkatkan akses mutu pelayanan
kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar
tercapat derajat tingkat kesehatan masyarakat yang optimal dan efektif.
2. Tujuan Khusus
a.
Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu
mendapat pelayana n kesehatan di Puskesmas serta jaringannya di
Rumah Sakit.
b.
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin.
c.
Terseeleggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Seluruh peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dapat
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan
Jamkesmas Tahun 2009.
Bantuan sosial tersebut direalisasikan dalam bentuk jaminan keseahatan
yang penyeleggaranya dalam bentuk skema asuransi sosial. Secara umum
asuransi kesehatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu asuaransi
komersial (sukarela) dan asuransi sosial (wajib). Penyelengara asuransi komersial
biasanya adalah swasta murni dan dalam menentukan premi dilakukan oleh
badan penyelenggara atau pihak asuradur sendiridan berbasis kepada pesertaan
sukarela yang tujuannya adalah mencari laba (for frofit).Sedangkan asuransi
sosial penyelenggaranya adalah BUMN atau suatu badan yang ditunjuk oleh
pemerintah, dan dalam penyelenggraannyaada inttervensi pemerintah baik
dalam menetapkan tarif maupun menentukan jenis layanan termasuk
keperertaannya dimana basis utamnya adalah regulasi bukan respon pasar
bukan mencari keuntungan.
Dalam program Jamkesmas tersebut pesrta yang merupakan penduduk
miskin dan tidak mampu dibayarkan preminya oleh negara dengan menggunakan
dana yang berasal dari APBN.
Untuk penyelenggaraan di masayang akan datangperlu dilakukan kajian
apakah program ini dapat dikelola dalam bentuk Badan Layanan Umum (BLU),
karena dengan menggunakan sistem pengelolaan keuangan BLUtujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat dapat tercapai.
2.2.2. Prosedur Pelaksanaan
Dalam menetapkan keanggotaan peserta Jamkesmas terdapat beberapa
ketentuan yang umum sebagai berikut :
1. Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu
selanjutnya disebut pesrta Jamkesmas yang terdaftar dan memliki
kartudan berhak mendapakan pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta program Jamkesmas Tahun 2008 sebesar 19,1
juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber
dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2006 yang dijadikan dasar
penetapan jumlah peserta oleh Mentri Kesehatan RI.
3. Berdasarkan kuota sebagaimna tersebut diatas bupati/walikota
menetapkan peserta jamkesmas untuk kabupaten/kota dalam satuan
jiwa berisis nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan
bupati/walikota.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Untuk kabupaten/kota yang telah menetapkan pesrta Jamkesmas
lengkap dengan nama dan alamat pesrta dan jumlah peserta Jamkesmas
sesuai dengan kuaota dikirimdaftar tersebutdalam bentuk dokumen
elektronik (soft copy)dan dokumen cetak (hard copy) kepada :
a.
PT.Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan
didistribusikan kartu peserta sebagai bahan analisis dan pelaporan.
b.
Rumah Sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta
Jamkesmas yang dapat dilayani oleh Rumah sakit, bahan
pembinaan, monitorig, evaluasi, dan bahan analisis.
c.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim pengelola Jamkesmas,
Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan,
pembinaan, monitoring evaluasi, analisis, pelaporan serta
pengawasan.
d.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim pengelola Jamkesmas
Propinsi setempat sebagai pembinaan, monitoring, evaluasi dan
bahan analisis.
e.
Departemen Kesehatan RI sebagai database kepesertaaan
nasional bahan dasar verivikasi tim pengelola pusat pembayaran
klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis,
pelaporan sera pengawasan.
Peserta ysng memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan peserta harus menunjukkan
kartu Jamkesmas.
Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan
maka yang bersangktan di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
di sertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal
sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan kecuali pada kasus
emergensi.
Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan rawat
inap
tingkat pertama pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat
Lanjutan, Rawat Tingkat Inap Lanjutan dan pelayanan gawat darurat di
Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta dan surat rujukan
dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah
Sakit (PPTARS) dan kelengkapan berkas peserta akan diverivikasi
kebenarannya oleh petugas PT.Askes (Persero) dan apabila berkas itu
dinyatakan lengkap maka petugas PT.Askes (Persero) akan mengeluarkan
Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan peserta selanjutnya dinyatakan
memperoleh pelayanan kesehatan.
Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai identitas seperti
gelandangan, pengemis, anak terlantar karena sesuatu hal tidak terdaftar
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dalam surat keputusan bupati/walikota akan di kordinasikan oleh
PT.Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan
kartunya.
Bagi Bayi yang lahir dari peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta
baru dan apabila peserta yang meninggal dunia akan hilang hak pesertanya.
Gambar 2.2 :
ALUR PELAYANAN KESEHATAN
Peserta
Puskesmas
Pelayanan
Kesehatan
Pulang
RS
(PPATRS)
RJTL
SKP
Pelayanan
Kesehatan
Verifikasi Kepesertaan
Data Base
Kepesertaan
(Petugas PT Askes)
Pulang
RITL
Pelayanan
Kesehatan
IGD
Kasus Gawat
Darurat
Peserta
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.3. Rumah Sakit
2.3.1. Definisi Rumah Sakit
Bahwa Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatanmasyarakat yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medikuntuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990:18) rumah sakit didirikan dan
diselenggarakan dengan tujuan utama memberi pelayanan kesehatan dalam
bentuk perawatan tindakan medis, diagnostik, serta upaya rehabilitasi medis
untuk memenuhi kebutuhan pasien berdasarkan batas-batas kemampuan rumah
sakit masing-masing
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakanuntuk
menyelenggarakannya diseut sarana kesehatan. Salah satu upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekaan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan.
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, menurut Keputusan Mentri Kesehatan
RI No. 983/Menkes/SK/X1/1992 tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya
penyembuha dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan. Untuk
bisa meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta
pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan perlu ada peningkatan kualitas pelayannanya sehingga dapat
memberikan kepastian bagi masyarakat.
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 1 ayat
(1) Rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Pada saat ini peran rumah sakit sudah berkembang dan sarana pelayanan
kesehatan yang semula hanya melaksanakan upaya penyembuhan dan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
pemulihan bertambah dengan melaksanakan upaya peningkatan dan
pencegahan penyakit secara terpadu, paripurna dan berkesinambungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit adalah intitusi
pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya kuratif dan rehabilitatif,
promotif dan preventif yang menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, rawat
inap dan gawat darurat serta mencakup kegiatan layanan medik, pelayanan
intalasi dan kegiatan rujukan dan dapat diamanfaatkan untuk pendidikan
kesehatan dan penelitian yang kesemuannya itu dilaksankan secara terpadu dan
paripurna serta berkesinambungan menjangkau masyarakat, keluarga dan
lingkungan.
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi Departemen Kesehatan RI No.
983/Menkes/SK/XI/1992, yaitu : memberikan pelayanan kepada pasien,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada dokter, perawat maupun
personil kesehatan lainnya melaksanakan pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan serta memajukan riset kesehatan, menyelenggarakan pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan
keperawatan, penelitian dan pengembangan , pelayanan rujukan upaya
kesehatan, administrasi umum dan keuangan.
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 4, 5,
Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut : ” Rumah Sakit mempunyai
tugas memberikan pelayanankesehatan perorangansecara paripurna”, untuk
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit
mempunyai fungsi :
a.
Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b.
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan media.
c.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayananke
sehatan ; dan
d.
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan seta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
Tujuan Rumah Sakit berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit , Pasal 3, Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit
bertujuan :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
a.
b.
c.
d.
Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah
sakit.
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar
pelayanan rumah sakit ;
Memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
2.4. Kerangka pemikiran
Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat kultur yang memberi ciri
tertentu pada perilaku yang baik dan demikian pula dalam suatu organisasi
perilaku yang dituntut dari pelaksanaanya adalah sesuai dengan kultur yang
dianut oleh organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu dicegah
perilaku yang tidak diterima dalam organisasi. Identifikasi dan implementasi dari
perilaku tenaga kesehatan disesuaikan dengan spesifikiasi tugas, jenis, bentuk
layanan kepada masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2003 : 88)
“Perilaku pelayanan yang diberikan tenaga kesehatankepada masyarakat sebagai
pelanggan dapat dilihat dari perilaku yang bersifat adil, cepat, ramah, koreksi,
tnpa diskriminasi dan tanpa pilih kasih”.
Dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku tenaga kesehatan
adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan secara sadar, sebagai perwujudan
dari tugas, fungsi, kehendak dan kemauan serta kemampuan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Sebelum menjelaskan konsep pelayanan publik terlebih dahulu akan
dijelaskan konsep layanan. Layanan (service) pada dasarnya merupakan kegiatan
atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada
dasarnya tidak berwujud (intangible) serta tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu. Layanan dapat diartikan sebagai produk dapat juga sebagai cara atau
alat yang digunakan oleh provider dalam memasarkan atau mendistribusikan
produknya (Ndraha, 2003 :45). Berdasarkan pemikiran tentang layanan, ada dua
pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pelayanan dan pelanggan atau konsumen.
Dalam hal ini pelayan merupakan pihak yang menyediakan layanan bagi
kebutuhan konsumen. Dalam ghal pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
konsumen dalam hal ini masyarakat, pemerintah menyediakan unit-unitr
pelayanan untuk melayani kepentingan tersebut.
Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakuakan untuk memenuhi
kebutuhan orang lain (konsumer, pelanggan, tamu, pasien, penumpang, dll) pada
tingkat pemuasanya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani dan yang
dilayani menurut Monier (1998 : 16) “ Playanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
pelayanan”. Menurut Ndraha (2003 : 64) “ Pelayanan dalam administrasi adalah
pelayanan dalam arti kegiatan, apapun isinya. Oleh sebab itu administrasi
terdapat dalam bentuk atau corak negara apa saja, baik rotaliter, otoliter,
maupun demokratik”. Ndraha (2003 :65) juga menyatakan “Konsep pelayanan
meliputi proses, output (produk) dan outcome (manfaat)”.
Pelayan publik sering dilihat sebagai respresentasi dari eksistensi
birokrasi pemerintahan, karena hal itu bersentuhan langsung dengan tuntutan
kebutuhan faktual masyarakat terhadap peranan pemerintah. Filosofi pelayanan
publik menempatkan rakyat sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan. Moralitas dari pelayanan publik merupakan derivasi dari filosofi
tersebut, yaitu pemberdayaan rakyat dalam relasinya dengan struktur
kekuasaan. Secara lebih eksplisit Sianipar (1999 : 5) menjelaskan bahwa
“Pelayanan publik dapat dinyatakan sebagia segala sesuatu bentuk pelayanan
sektor publik yangdilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk barang dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Sejalan dengan pendapat di atas maka Sen
(1999 : 25) mengatakan “public service generally means services rendered by the
public sector-the state or goverment”.
Dalam perkembangan dinamika kehidupan politik pemerintahan dewasa
ini, disadari baik secara internal maupun eksternal kehidupan dunia birokrasi
pemerintahan,terdapat isu sentral yang menjadi perhatian publik, yaitu perlunya
reformasi birokrasi publik dalam pengelolaan pemerintahan. Urgensi reformasi
berkaitan dengan adanya tuntutan akan pengelolaan pemerintahan khususnya
birokrasi pemerintah dalam menjalankan fungsinya, yaitu pelayanan kepada
masyarakat (services), membuat kebijakan atau ketentuan bagi kepentingan
masyarakat (regulation), dan mengupayakan pemberdayaan (empowerment).
Melalui reformasi, masyarakat akan dapat mengetahui sejauhmana kinerja
birokrasi pemerintah, disamping masyarakat diletakkan pada kedudukan yang
sesungguhnya, yaitu sebagai pemerintahan (Kaloh, 2003 : 76).
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Widodo,
2001 :269). Kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang
sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat semakin baik, hal ini merupakan
indikasi dari “empowering” yang dialami masyarakat. Masyarakat semakin sadar
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan
tuntutan,keinginan, aspirasi, makin kritis dan berani melakukan kontrol kepada
pemerintah (Thoha, 1998 :119).
Dalam kondisi masyarakat makin kritis, birokrasi publik harus dapat
memberikan layanan publik yang lebih profesional, efektif, efisien, sederhana,
transparan, terbuka, tepat waktu, responsif dan adaptif dan sekaligus dapat
membangun kualitas manusia dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
masyarakat untuk secara aktif menentukan masa depannya sendiri (Effendi, 1986
: 213).
Menurut Widodo (2001 : 273) pihak pelayanan publik dalam memberikan
layanan publik setidaknya harus :
1. mengetahui kebutuhan apa yang dilayani
2. menerapkan persyaratan manajemen untuk mendukung penampilan
(kinerja)
3. memantau dan mengukur kinerja
Pemerintah mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu : pelayanan,
pemebrdayaan dan pembangunan. Jika diperhatikan dalam-dalam,
pembangunan bukanlah fungsi hakiki pemerintah, melainkan fungsi ad interin
pada masyarakat yang belum mampu membangun dirinya sendiri. Konsep
development hanya dikenakan pada dunia ketiga, dikelola menurut development
administration yang diajarkan oleh negara-negara donor (negara maju) kepada
kliennya di seluruh dunia. Pemerintah berfungsi primer sebagai provider jasa
publik yang tidak diprivatisasi dan layanan civil termasuk layanan birokrasi, yang
dikenal dengan fungsi pelayanan (serving). Jika rakyat tidak berdaya
menentukanmasa depannya, maka pemerintah melakukan program
pemberdayaan (empowermen) (Ndraha, 2003 ; 75-76).
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pada hakekatnya
pemerintah harus mampu menyediakan pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan fungsi utama dari pemerintah yaitu
memberikan kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat
akan sangat tergantung pada pelayanan publik yang prima yang dilaksanakan
oleh pemerintah.
Salah satu tugas dan fungsi utama pemerintah daerah adalah
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Oleh karenanya setiap
pemerintah daerah wajib menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas
kepada masyarakatnya. Hingga saat ini kualitas pelayanan publik yang dihasilkan
secara umum masih belum sesuai harapan.
Menurut Lenvine (1990:188) produk pelayanan publik sekurangkurangnya harus memenuhi tiga indikator: responsiveness, responsibility, dan
accountability. Responsivitas adalah daya tanggap pemerintah kabupaten
(penyedia layanan) terhadap harapan, keinginan, aspirasi, maupun tuntutan
pengguna layanan. Responibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik telah dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi dan manajemen yang telah ditetapkan. Sedangkan
akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar proses
penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stokeholders dan normanorma yang berkembang dalam masyarakat.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2.5. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah dan dalam kerangka pemikiran
sebagaimana diuraikan diatas maka penulis mengajukan hipotesis adalah sebagai
berikut : “
“ Besarnya pengaruh implementasi kebijakan JAMKESMAS terhadap kualitas
pelayanan di Rumah Sakit Umum daerah bayu Asih Kabupaten Purwakarta
ditentukan oleh komunikasi, sumber-sumber sikap pelaksana dan struktur
birokrasi ”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Pembangunan di Kabupaten Purwakarta tidak terlepas dari visi
dan misi pembangunan secara nasional, dimana visi pembangunan Kabupaten
Purwakarta adalah “Purwakarta Berkarakter” dengan misi yang di emban adalah
sebagai berikut :

Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang
berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
perdagangan dan jasa;

Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal
dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global;

Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun
sosial;

Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi
kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan
birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat.
Berdasarkan atas visi dan misi diatas, sebagai upaya meningkatkan
pembangunan di Kabupaten Purwakarta, Bupati Purwakarta telah menetapkan 9
(sembilan) langkah kebijakan yang akan ditempuh, yaitu: “Sembilan Langkah
Menuju Digjaya Purwakarta”. Yaitu :
1. Pendidikan gratis sampai tingkat SLTA bagi masyarakat miskin;
2. Pembebasan biaya pembelian buku sekolah dan pengembangan kurikulum
pendidikan baca tulis Al-Quran bagi siswa TK, SD, SLTP dan SLTA yang
beragama Islam;
3. Pelayanan KTP, KK dan Akta Kelahiran gratis bagi seluruh masyarakat
dengan sistem pelayanan ditingkat desa dan kelurahan;
4. Pembangunan Puskesmas rawat inap di seluruh kecamatan (tahap awal
pada 6 Puskesmas);
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5. Peningkatan kesejahteraan guru dan pegawai melalui insentif kehadiran
serta peningkatan kesejahteraan kepala desa, aparatur desa, Bamusdes,
LPM, Linmas Hansip, Kadus, RT, RW, DKM dan guru ngaji melalui otonomi
desa dan kelurahan;
6. Pengembangan dan pelebaran jalan hotmix serta listrik sampai pelosok
pedesaan, membuat/mengoptimalkan jalur tembus CikaobandungBabakancikao, Kiarapedes-Cibatu, Pasawahan-Pondok Salam, PasawahanPurwakarta, Pondoksalam-Bojong, Wanayasa-Pondoksalam, BojongDarangdan, Campaka-Cibatu-Bungursari, membuka pintu Tol Sawit serta
pelebaran jalan Sawit-Wanayasa;
7. Pengembangan air bersih dan irigasi pedesaan secara menyeluruh dan
mengoptimalkan Sungai Ciherang untuk irigasi perairan PondoksalamPasawahan, Sungai Cikao untuk irigasi perairan Bojong-Darangdan-Jatiluhur
dan sungai Cimunjul untuk irigasi perairan Purwakarta-Babakancikao,
Pengembangan irigasi Cilamaya untuk pertanian Kiarapedes-WanayasaCibatu-Campaka-Bungursari serta mengoptimalkan fungsi bendungan
Cirata dan Jatiluhur untuk pertanian masyarakat Maniis, Plered, Tegalwaru,
Sukatani, Sukasari dan Jatiluhur dengan pola integrasi kehutanan,
pengairan, perikanan, pertanian, peternakan dan pariwisata;
8. Pengembangan kawasan terpadu kecamatan Bungursari, pengembagan
tata kota dan tata bangunan yang beridentitas Purwakarta, renovasi
bangunan tua, pengembangan halaman stasiun, penyempurnaan Situ
Buleud, penataan Alun-alun, integrasi bangunan pemerintah serta
pemberian perlindungan yang menyeluruh terhadap keberadaan dan
kualitas pedagang serta pasar tradisional;
9. Pengembangan investasi dengan menyiapkan tanah untuk industri dengan
sistem sewa yang disiapkan oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan visi, misi serta program pembagunan diatas, maka objek
penelitian ini disesuaikan dengan isi yang dari program pembangunan tersebut,
yaitu di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.
Dan untuk dijadikan unit analisisnya, penulis membagi 2 (dua) kelompok
responden yaitu :
1) Pegawai Negeri Sipil dilingkungan RSUD Bayu Asih, dimana pada terdiri dari 2
kelompok :
(1) Pegawai RSUD secara keseluruhan.
(2) Pimpinan mulai setingkat Kepala Seksi sampai Direktur.
2) Masyarakat penguna layanan program JAMKESMAS di RSUD Bayu Asih.
Dimana terhadap setiap kelompok responden tersebut akan peneliti ukur
sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
3.2. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka metode
penelitian yang dipergunakan adalah verificative and explanation research, yaitu
suatu tipe penelitian yang dipergunakan untuk memperoleh gambaran secara
konkrit dan akurat dari ciri-ciri variabel yang diteliti. Dengan menggunakan tipe
penelitian ini diharapkan dapat menguraikan secara terperinci dan jelas perilaku
dari setiap variabel yang diteliti dan oleh sebab itu metode penelitian yang akan
dipergunakan adalah Explanatory Survey.
Metode Explanatory Survey ini dipergunakan untuk mengkaji dan
menganalisis secara terperinci mengenai hubungan kausalitas antara variabelvariabel yang diteliti, sehingga penelitian ini merupakan penelitian penjelasan
yang dimaksudkan untuk memberi jawaban atas masalah yang dihadapi dengan
cara menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis. Di
samping itu metode explanatory survey ini digunakan karena dalam penelitian ini
jumlah unit yang dianalisis dan diobservasi hanya menggunakan sejumlah sampel
yang terpilih, sehingga supaya keberadaan data yang diperoleh dapat digunakan
sebagai ukuran besaran pengaruh dari setiap variabel penelitian yang dilakukan,
dimana dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian kausalitas dari beberapa
variabel bebas X terhadap sebuah variabel tidak bebas Y dan Z, maka analisis
data yang digunakan adalah analisis Struktural Equation Modelling (SEM)
dengan mengunakan Linear Structure Relationship (LISREL) yang dilanjutkan
dengan menggunakan analis jalur (Path Analysis).
Dengan mengunakan kedua analisis ini peneliti akan melakukan analisis
instrumen penelitian melalui uji validitas, dan uji reliabilitas dari instrumen
penelitian. Kedua pengujian tersebut perlu dilakukan agar dapat mengetahui
bahwa instrumen penelitian yang digunakan merupakan alat ukur yang baik dan
tepat. Setelah itu akan dilakukan uji internal konsistensi, dimana uji ini dilakukan
untuk mengetahui konsistensi penilaian yang diberikan terhadap item-item
pertanyaan yang dibuat, dan pada akhirnya data yang diperoleh dari responden
merupakan data yang berskala ordinal dan melalui analis Structure Relationship
(LISREL) akan diubah menjadi skala interval dengan menggunakan metode
successive interval, perubahan skala ini dimaksudkan supaya persyaratan asumsi
dalam analis data dapat digunakan. Metode ini merupakan langkah-langkah
secara manual proses transformasi data ordinal ke interval sebagai berikut :
1) Memperhatikan setiap item pertanyaan
2) Menghitung frekwensi jawaban untuk setiap item
3) Menentukan proporsi (p) dengan cara membagi frekwensi dengan jumlah
responden
4) Menghitung proporsi komulatif (p)
5) Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dengan menggunakan
tabel distribusi normal.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
6)
Menentukan nilai skala (scale value) untuk setiap nilai Z dengan formula
sebagai berikut :
Scale Value 
(Density at lower limit) - (Density at upper limit)
(Area below upper limit) - (Area below lower limit)
Dan pada akhirnya akan diuraikan variabel bebas terhadap variabel
respon berdasarkan struktur yang dibuat, baik secara langsung ataupun tidak
langsung, sehingga dapat dibuat interpretasi dan argumen dari perhitungan itu.
3.3. Strategi Penelitian
Karena penelitian yang dilakukan ingin mengetahui bagaimana pengaruh
kompetensi dan motivasi kerja aparatur di lingkungan RSUD Bayu Asih
Kabupaten Purwakarta terhadap kinerja organisasi Pemerintahan Daerah
Kabupaten Purwakarta dan kualitas pelayanan publik.
Atas dasar itu maka strategi penelitian yang akan dilakukan melalui
pengujian kausalitas berdasarkan struktur penelitian yang telah dirumuskan,
dimana untuk memperoleh data tentang variabel-variabel yang digunakan baik
bebas maupun tidak bebas yang dikumpulkan dari beberapa pegawai yang
berkecimpung dalam pelayanan publik.
Sedangkan kualitas pelayanan publik akan peneliti dari masyarakat
pengguna layanan publik di RSUD Bayu Asih, selanjutnya berdasarkan informasi
dari kedua kelompok responden tersebut akan dibentuk suatu persamaan
struktural linier yang dihitung dengan menggunakan perangkat lunak LISREL,
sehingga akan diketahui bagaimana dan berapa besar pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel antara yang pada gilirannya masing-masing variabel
tersebut ingin diketahui pengaruhnya terhadap variabel respon kualitas
pelayanan publik.
3.3.1. Populasi dan Responden Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang akan dijadikan
objek penelitian adalah kelompok pegawai RSUD dan kelompok pengguna
layanan dari pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta oleh karena itu, kedua
kelompok tersebut akan dijadikan populasi dalam penelitian ini. Untuk pegawai
dilingkungan Badan pemerintah daerah yang akan dijadikan objek penelitian
adalah pegawai negeri sipil yang berkecimpung dalam pelayanan terhadap
masyarakat saja dan untuk masyarkat hanya masyarakat yang menggunakan
layanan publik saja.
Menurut catatan Jawa Barat dalam angka 2009, bahwa jumlah Pegawai
Negeri Sipil termasuk dalam objek penelitian ini pada tahun 2008 adalah
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
berjumlah 13,927 Orang PNS dan jumlah penduduk. Kabupaten Purwakarta
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Purwakarta
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan Desa
2006
2007
2008
2009
1
Jatiluhur
10
58,306
59,647
60,989
62,330
2
Sukasari
5
14,934
15,278
15,621
15,965
3
Maniis
8
29,776
30,461
31,146
31,831
4
Tegalwaru
13
45,690
46,742
47,793
48,844
5
Plered
16
70,350
71,969
73,588
75,206
6
Sukatani
14
63,172
64,625
66,079
67,532
7
Darangdan
15
59,415
60,782
62,150
63,517
8
Bojong
14
45,375
46,419
47,463
48,507
9
Wanayasa
15
38,849
39,743
40,637
41,531
10 Kiarapedes
10
25,839
26,433
27,028
27,622
11 Pesawahan
12
39,732
40,646
41,560
42,474
12 Pondoksalam
11
27,565
28,199
28,834
29,468
13 Purwakarta
10
147,671 151,068 154,466 157,864
9
39,748
40,662
41,577
42,491
15 Campaka
10
35,190
36,000
36,810
37,620
16 Bungursari
10
40,688
41,624
42,560
43,496
17 Cibatu
10
26,854
27,472
28,090
28,708
192
809,155 827,772 846,390 865,008
14
Babakancika
o
Jumlah
Sumber : Jawa Barat dalam angka tahun 2009
Tabel 3.2
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Keadaan Pegawai RSUD Bayu Asih
No
Pangkat/ Gol
Pendidikan Formal
1
Pembina Tk.I (IV/b)
Pasca Sarjana
2
Penata Tk.I (III/d)
Sarjana
3
Penata Tk.I (III/d)
SLTA
4
Penata Tk.I (III/d)
Sarjana
5
Penata (III/c)
Sarjana
6
Penata (III/c)
Sarjana
7
Penata Muda Tk.I (III/b)
SLTA
8
Penata Muda Tk.I (III/b)
SLTA
9
Penata Muda Tk.I (III/b)
Sarjana Muda
10
Penata Muda Tk.I (III/b)
SLTA
11
Penata Muda Tk.I (III/b)
SLTA
12
Penata Muda Tk.I (III/b)
Sarjana
13
Penata Muda (III/a)
Sarjana
14
Penata Muda (III/a)
SLTA
15
Penata Muda (III/a)
Sarjana Muda
16
Pengatur Tk.I (II/d)
SLTA
17
Pengatur Tk.I (II/d)
SLTA
18
Pengatur Tk.I (II/d)
SLTA
19
Pengatur (II/c)
SLTA
20
Pengatur Muda Tk.I (II/a)
SLTA
21
Pengatur Muda Tk.I (II/a)
SLTA
22
Honorer
Sarjana
23
Honorer
Sarjana
Sumber : RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta Tahun 2007.
Pada tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa RSUD Bayu Asih Kabupaten
Purwakarta terdapat pegawai golongan IV sejumlah 1 (satu) orang atau sebesar
4,35%, pegawai golongan III sejumlah 14 (empat belas) orang atau sebesar
60,87%, sedangkan pegawai golongan II sejumlah 6 (enam) orang atau sebesar
26,09%, serta pegawai honorer sejumlah 2 (dua) orang atau sebesar 8,69%.
Sedangkan tingkat pendidikan, terdapat 1 (satu) orang berpendidikan S2
(Pasca Sarjana) atau sebesar 4,35%, 8 (delapan) orang berpendidikan S1 (Sarjana)
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
atau sebesar 34,79%, 2 (dua) orang berpendidikan D III (Sarjana Muda) atau
sebesar 8,69%, 12 (dua belas) orang berpendidikan SLTA atau sebesar 52,17%.
Berdasarkan ketiga sumber data tersebut, banyaknya pegawai
dilingkungan Badan Pegawai RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta yang dapat
dijadikan responden penelitian ini dan banyaknya jumlah penduduk kabupaten
Purwakarta ditentukan dengan teknik sampling acak sederhana, artinya kedua
kelompok responden akan diteliti di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, baik
pegawai maupun masyarakat penguna layanan.
Menurut Arikunto (2004: 117) mengatakan bahwa “sampel merupakan
bagian dari populasi”, dimana sampel penelitian merupakan sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Menurut Nasution (2003:135) bahwa “.. mutu penelitian tidak selalu ditentukan
oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, desain
penelitiannya, dan mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Berkaitan
pengambilan sampel, Arikunto juga menyampaikan bahwa apabila subjek
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, tapi jika subjeknya lebih besar maka dapat
diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
Memperhatikan tabel 3.1 dan tabel 3.2, maka dapatlah diambil
kesimpulan bahwa :
1) kelompok responden pertama, atau terhadap subjek pegawai RSUD Bayu
Asih karena jumlahnya kurang dari 100, maka penarikan sampelnya adalah
100 %.
2) Untuk kelompok kedua, menurut data yang peroleh sementara bahwa
jumlah masyarakat pengguna layanan RSUD Bayu Asih pada setiap
bulannya rata-rata 270 orang, maka penarikan sampelnya menggunakan
sampel secara acak (Random Sampling) .
Untuk mengetahui ukuran sampel setiap kelompok responden dapat di
hitung dengan rumus yang gunakan sebagai berikut (Taro Yamane atau Solvin
(dalam Ridwan, 2005:65) :
N
n
N.d 2  1
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi (ditetapakan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95 %
Sehingga ukuran sampel yang didapat untuk setiap kelompok responden
adalah sebagai berikut :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Perhitunggan sampel penelitian dari kelompok responden pegawai RSUD Bayu
Asih Kabupaten Purwakarta yang dilakukan peneliti menggunakan nilai-nilai
sebagai berikut : α = 5 %, β = 5 %, atau 1 – β = 0,95 , sesuai dengan pendapat
Arikunto (2004:117) diatas maka jumlah sampel yang akan digunakan adalah
seluruh pegawai di lingkungan RSUD Bayu Asih.
1) Sedangkan perhitungan jumlah sampel penelitian dari kelompok responden
masyarakat penguna layanan publik yang dilakukan peneliti menggunakan
nilai-nilai sebagai berikut: α = 5 %, β = 5 %, atau 1 – β = 0,95 dan.
270
270
N

 72,97  73 responden.
n
= n
2
2
3,7
270.0.1

1
N.d  1
Dari jumlah sampel sebesar 73 orang responden tersebut, untuk
mempermudah dalam penyebaran kuesioner, maka ditentukan sampel menurut
jumlah hari kerja yang berlaku yaitu 25 hari adalah rata-rata jumlahnya 4 orang
responden.
3.3.2. Konseptualisasi dan Operasionalisasi Variabel
Dalam operasional variabel penelitian ini, variabel penelitian dijabarkan
ke dalam konsep, dimensi, indikator, dan skala pengukuran sesuai dengan
variabel-variabel yang diukur. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)
variabel laten endogen yaitu : Kualitas Pelayanan Publik (Y), serta 2 (dua)
variabel laten eksogen yaitu : Komunikasi (X 1), Sumber-sumber (X2) Disposisi (X3),
Struktur Birokrasi (X4).
Selanjutnya, setiap indikator dibuat pernyataan-pernyataan di dalam
kuesioner yang dijadikan
landasan dalam pengumpulan data. Dengan
penjabaran dari variabel ke dalam indikator ini diharapkan dapat dijadikan
pegangan bagi penyusunan alat ukur itu sendiri. Perumusan operasional masingmasing variabel pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini
sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel Penelitian Implementasi Kebijakan JAMKESMAS
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
No
Variabel
1.
Dimensi
Indikator
Komunikasi
1. Kemampuan petugasdalam
penyampaian informasi program.
2. Kejelasan petunjuk
3. kejelasan perintah kepada pelaksana.
4. Kejelasan informasi prosedur berobat
kepada Jamkesmas.
5. Kepastian perintah.
6. Kesesuaian pendidikandengan tugas.
Sumbersumber
1.
Disposisi
1.
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
TENTANG
JAMKESMAS
Jumlah petugas medis dan
administrative yang ada.
2. Kompetensi petugas kesehatan.
3. Media informasi yang digunakan.
4. Kecukupan informasi pelaksanaan
kegiatan.
5. Response penerima informasi.
6. Kecukupan wewenang petugas.
7. Kecukupan dana.
8. Kesedian peralatan medis.
9. Kelaikan peralatan medis.
10. Ketersedian peralatan kantor.
11. Ketersedian obat-obatan.
2.
3.
Pemahaman petugas pelaksana
program.
Dukungan pelaksana terhadap
program.
Kesesuaian harapan
petugasdengan tujuan program.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
No
Variabel
Dimensi
Indikator
Struktur
birokrasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jumlah petugas dalam pelaksanaan
program Jamkesmas sudah
memadai.
Keahlian dan kecakapan petugas
medis ssudah memadai.
Kejelasan intitusi lain terkait.
Pelaksanaan kordinasi dengan
intitusi terkait.
Pelaksanaan pengwasan prosedur
telah dilaksanakan oleh petugas
kesehatan.
Berbagai prosedur yang telah
diterapkan oleh petugas ke sehatan
telah saesuai dengan kebutuhan
pasien Jamkesmas.
Tabel 3.2.
Operasionalisasi Variabel Penelitian Kualitas Pelayanan Publik
VARIABEL
KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
(Z)
Dimensi
Keandalan
(Realibility)
Bukti Fisik
(Tangibles)
INDIKATOR
1. Kemampuan petugas menggunakan
peralatan.
2. Kecepatan petugas melayani pasien.
3. Ketepatan petugas dalam
mendiagnosa penyakit.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kebersihan Ruang Tunggu.
Kebersihan ruang berobat/inap.
Kedisiplinan petugas melayani.
Keramahan petugas.
penampilan petugas.
Kejelasan petugas yang melayani.
1. Kemudahan petugas mudah
dihubungi.
Kepekaan/daya
tanggap
2. Kesedian memberi pertolongan.
(Responsivenes) 3. Tanggap terhadap keluhan pasien.
4. Tanggap terhadap kebutuhan pasien.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
VARIABEL
Dimensi
Jaminan
(assurance)
Kemampuan
untuk
memahami
(Empaty)
INDIKATOR
1. Kepastian biaya/kepastian gratis
2. Kepastian waktu.
1. Kepedulian petugas kepada pasien.
2. Kehendak petugas mendengar
keluhan pasien.
3. Kehendak peteugas membantu
pasien.
4. Kesedian petugas untuk dihubungi.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan pendapat Uma Sekaran (1992:29-54) dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1) Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer. Teknik yang
dipergunakan adalah dengan :
(i). Wawancara, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan
melakukan komunikasi langsung dengan objek penelitian. Untuk
kelompok responden pertama yang di komunikasikan adalah
berkaitan dengan kompetensi, motivasi kerja aparaturbirokrasi dan
kinerja organisasi, dan untuk kelompok responden kedua yang di
komunikasikan adalah berkaitan dengan kualitas pelayanan yang
diterima.
(ii). Kuesioner (angket), merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui proses penyebaran angket atau kuesioner yang
telah disusun berdasarkan operasionalisasi variabel untuk masingmasing variabel penelitian yang sudah diuji tingkat validitas dan
realibilitasnya, sehingga diharapkan dapat mengumpulkan data yang
dapat dipertanggungjawabkan terhadap semua dari variabel-variabel
yang diteliti. Seluruh pernyataan dari indikator-indikator bersifat
closed-ended dan dirancang mengikuti Seven-Point Likert Type Scale.
(iii). Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap aktivitas kerja
sehari-hari dari para pegawai dan masyarakat pengguna layanan.
Untuk kelompok responden pertama yang di komunikasikan adalah
berkaitan dengan kompetensi, motivasi kerja aparatur birokrasi dan
kinerja organisasi, dan untuk kelompok responden kedua yang di
komunikasikan adalah berkaitan dengan kualitas pelayanan yang
diterima.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
2).
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dipergunakan untuk mendapatkan data sekunder.
Disamping itu studi kepustakaan ini dimaksudkan untuk memperoleh
berbagai informasi tentang konsep teoritis dari berbagai variabel yang
diteliti, baik dari literatur-literatur yang relevan, maupun dari laporanlaporan kerja dari berbagai instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Demikian pula, dipandang dari kebutuhan data faktual di lapangan, melalui
berbagai dokumen, peraturan dan laporan-laporan tertulis yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3.3.4. Analisis Instrumen Penelitian
Setelah diperoleh data hasil kuesioner yang dilakukan, selanjutnya data
tersebut perlu di analisis apakah data tersebut tepat (valid), terandal (reliable)
dan konsisten (internal Consistency).
3.3.4.1. Analisis Validitas
Menurut Ridwan (2004:109-110) bahwa analisis ini dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mampu mengukur objek yang
diukur, atas dasar itu maka alat ukur dapat dikatan valid apabila mampu
mengukur objek yang diukurnya.
Dalam penelitian ini digunakan unstandarized coeffisient, dimana
koefisien korelasi yang di gunakan antara variabel dengan faktornya. Koefisien
korelasinya diperoleh melalui analisis faktor dengan tujuan konfirmatif
(confirmatory faktor analysis, CFA) dalam output LISREL yang bentuknya sebagai
berikut :
Xi = λ1i ξ1 + λ2i ξ2 + λ3i ξ3 + ..............+ δi
Untuk hasil yang dicari berdasarkan pertanyaan yang diajukan dinyatakan
valid apabila memiliki nilai korelasi variabel yang di observasi ( λji ) dengan
variabel laten lainnya bersifat signifikan.
n  x j (  x ) ( j)
r =
{ n  x 2 (  x )2 }{ n  x 2 ( j) 2 }
3.3.4.2. Analisis Reliabilitas
Instrumen analisis reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah
instrumen penelitian yang digunakan cukup andal ?. Dan sekumpulan pertanyaan
untuk mengukur suatu variabel dikatakan realibel dan berhasil mengukur
variabel jika koefisien realibilitasnya lebih dari 0,5 (Bachrudin & Tobing, 2003:48).
Untuk menghitungnya, dalam penelitian ini digunakan persamaan :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Construct Reliability =
(  std loading) 2
(  std loading) 2  (  Var ( )
Dimana std. Loading merupakan standarized loading dan diagonal dari matriks
korelasi kekeliruan pengukuran (matrik theta delta) dalam output LISREL, atau
1 – (std. Loading)2 pengukuran untuk masing-masing indikator.
3.3.4.3. Analisis Internal Consistency
Internal consistency dihitung untuk mengetahui apakah struktur
pertanyaan yang disusun sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, untuk itu
setiap nomor pertanyaan bersifat konsisten jika nilai korelasinya tinggi. Rumus
yang digunakan untuk mengukur analisis ini adalah :
n  x j (  x ) (  j)
r =
{ n  x 2 (  x )2 }{ n  x 2 ( j) 2 }
Dimana :
x
j
n
= Skor jawaban untuk pertanyaan
= Jumlah skor jawaban untuk pertanyaan
= Banyaknya responden penelitian
3.3.4.4. Perskalaan
Setelah mengunakan instrumen analisis ketiganya di atas, selanjutnya
nilai jawaban responden diubah menjadi skala pengukuran interval dengan
menggunakan metode successive interval dengan cara sebagai berikut :
1) Memperhatikan setiap item pertanyaan, yang dimaksudkannya adalah nilai
jawaban dari setiap pertanyaan dalam koesioner.
2) Menghitung frekwensi jawaban untuk setiap item, artinya lakukan
perhitung ada berapa jumlah yang menjawab setiap skor yang digunakan,
yaitu 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi (f)
3) Menentukan proporsi (p) dengan cara membagi frekwensi dengan jumlah
responden (n)
4) Menghitung proporsi komulatif (pk)
5) Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dengan menggunakan
tabel distribusi normal.
6) Tentukan nilai densitas normal (fd) yang sesuai dengan nilai Z
7) Menentukan nilai skala (scale value) untuk setiap nilai Z dengan formula
sebagai berikut :
Scale Value 
(Density at lower limit) - (Density at upper limit)
(Area below upper limit) - (Area below lower limit)
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
8)
Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu skala value (SV) yang dinalnya
terkecil (harga negatif terbesar), kemudian ubah menjadi sama dengan
jawaban responden yang terkecil melalui rumus transpormasi berikut ini :
Transformed Scala Value : SV = SV + {SV min} + 1
3.4. Struktur Penelitian
Setelah dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian, selanjutnya
akan dilakukan analis data hasil penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan
penelitian yang dilakukan. Untuk itu derdasarkan strategi penelitian yang
digunakan, maka hubungan struktur pengaruh dari variabel penelitian yang
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini :
Gambar 3.1.
Model Struktur Variabel Penelitian
X
1
PYX1
r12
r13
r14
X
2
r23
r24
X
3r
Pyx2
PyX3
Y
PYX4
34
ε
1
X
Berdasarkan struktur jalur tersebut4diatas, maka akan dapat dihitung bagaimana
pengaruh sebuah variabel X bebas terhadap variabel respon Y dan Z baik secara
langsung maupun tidak, dan ini akan membentuk persamaan sebagai berikut :
Y = PYX1 X1 + PYX2 X2 + PYX3 X3 + PYX4 X4 + ε1
Untuk memahami Gambar 3.1 di atas, berikut ini dijelaskan secara khusus
mengenai lambang-lambang statistik yang digunakan dalam program SEM,
sebagaimana diringkas pada berikut di bawah ini.
Tabel 3.1
Lambang-lambang Statistik
Menjelaskan Dimensi dan Variabel yang Diteliti
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Lambang
X11
X21
Dimensi
- Kemampuan
memberikan informasi
- Kejelasan
Juklak/Juknis
- Kejelasan perintah
kepada pelaksana
- Kejelasan informasi
prosedur berobat
kepada Jamkesmas
Lambang
X1
Kejelasan
- Jumlah petugas medis
dan administratif yang
ada
- Kompetensi petugas
kesehatan
Staf
- Media informasi yang
digunakan
- Kecukupan
informasipelaksanaan
petugas
- Response penerima
informasi
Informasi
X2
Komunikasi
Sumbersumber
Wewenang
- Kecukupan dana
- Ketersedian peratan
medis
- Kelaikan peralatan
medis
- Ketersedian peralatan
kantor
- Ketersedian obatobatan
- Pemahaman petugas
pelaksana program
Variabel
Trasmisi
- Kecukupan wenang
petugas
X22
Sub -Variabel
Fasilitas
X3
Pemahaman
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Disposisi
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Lambang
Dimensi
- Jumlah petugas dalam
Jamkesmas sudah
memadai
- Keahlian dan
kecakapan petugas
telah memadai
- Kejelasan intitusin lain
terkait
X31
Lambang
Sub -Variabel
X4
Kejelasan
Pembagian
Kerja
- Pelaksanaan
koordinasi degan
intitusi terkait
- Kejelasan prosedur
kerja
- Pengawasan prosedur
telah dilaksanakan
oleh petugas
kesehatan
Prosedur Kerja
- Berbagai prosedur
telah diterapkan oleh
petugas kesehatan
sesuai dengan
kebutuhan pasien
Jamkesmas
Mekanisme
Tanggungjawab
- Kebersihan ruang
tunggu
- Kebersihan ruang
berobat/inap
Variabel
Struktur
Birokrasi
Y
Tangible
Kebersihan
ruangan
- Kedisplinan petugas
melayani
- Keramahan petugas
- Penampilan petugas
Penampilan
petugas
- Kejelasan petugas
melayani
- Kemampuan Petugas
menggunakan
peralatan
Kejelasan
petugas
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Kualitas
Pelayanan
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Lambang
Dimensi
Lambang
Sub -Variabel
- Ketepatan petugas
mendiagnosa penyakit
- Kecepatan petugas
melayani pasien
- Kemudahan petugas
mudah dihubungi
- Kesedian memberi
pertolongan
Kemampuan/
kecakapan
melayani
Reability
- Tanggap terhadap
keluhan pasien
- Tanggap terhadap
kebutuhan pasien
- Jaminan Pelayanan
Responsivenes
s
- Kepastian biaya/
kepastian gratis
- Kepastian waktu
X32
- Kepedulian petugas
terhadap pasien
- Kehendak petugas
membantu pasie
- Kehendak mendengar
keluhan pasien
- Kesedian petugas
untuk dihubungi
Variabel
Asuransi
Kepekaan
memberi
pertolongan
Empaty
Daya tanggap
Berdasarkan model struktur LISREL tersebut, maka akan dihitung
bagaimana pengaruh sebuah indikator X ke Y dan X dan Y terhadap variabel
latent ξ dan η yang masing-masing akan membentuk persamaan.
X 1i  1( ix )1i  1i
X 2i  (2xi ) 2i   2i
X 3i  (3xi ) 3i   2i
X 3i  (3xi ) 3i   2i
Y1i  1( iy )1i  1i
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
3.5.
Lokasi dan jadwal penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Bayu Asih Purwakarta. Adapun
rancangan waktu penelitian dari tahap persiapan sampai dengan jadwal sebagai
berikut :
No
Kegiatan
1.
Penyusunan UP
2.
Konsultasi/Bimbingan UP
3.
Seminar UP
4.
Pengumpulan Data
5.
Penyusunan Tesis
6.
Konsultasi/Bimbingan Tesis
7.
Ujian Tesis
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Objek Penelitian
Kabupaten Purwakarta memiliki motto Wibawa Karta Raharja. “Wibawa”
berarti berwibawa atau penuh kehormatan, “Karta” berarti ramai atau hidup,
dan “ Raharja ” berarti keadaan sejahtera atau makmur. Sehingga “ Wibawa
Karta Raharja” dapat diartikan sebagai daerah yang terhormat/berwibawa,
ramai/hidup, serta makmur atau sejahtera.
Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km2 atau sekira 2,81%
dari luas wilayah Provinsi Jawa Barat berpenduduk 782.362 jiwa (Sensus
penduduk tahun 2005) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar
2,42% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 391.061 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk perempuan adalah 391.301 jiwa.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Gambar 4.1
Letak Wilayah Kabupaten Purwakarta Pada Peta
4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Bayu Asih
Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang berfungsi mewujudkan
pranata upaya pelayanan kesehatan terbesar pada masyarakat di jaman modern
ini. Rumah Sakit didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai
permintaan pasien dan dokter, agar penyelesaian masalah kesehatan dapat
dilaksanakan dengan baik. Menurut Wolper dan Pena (dalam Azwar,1996:84),
Rumah Sakit adalah, “Tempat dimana orang sakit mencari dan menerima
pelayan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinis untuk mahasiswa
kedokteranm perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya
diselenggarakan.
RSUD Bayu Asih merupakan rumah sakit tertua di wilayah Purwakarta,
Karawang, Bekasi dan Subang yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan warga
masyarakat purwakarta dan sekitarnya. Diresmikan pada tanggal 18 oktober
1930 oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff, Pastoor Van den Brug, dr. Dake dan
dr. Bosman. Berdiri diatas yanah seluas 5 (Lima) hektar dan luas bangunan 5000
m2, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu: rawat jalan,
rawat inap yang terdiri dari 7(Tujuh) bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik),
bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama.
Merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh
Nederlandsh Zendings Vereeniging untuk pemerintah (Hindia Belanda), diberi
nama : “Bajoe Asih” berarti : “Pemeliharaan didalam kekuatan derma
pengasihan”. RSUD Bayu Asih pada awalnya dikelola oleh Yayasan GKP (Gereja
Kristen Pasundan) dan sejak tahun 1965 mulai dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Purwakarta.
Pada tanggal 16 Mei 1983 dibentuk tim penyelesaian status hukum
kepemilikan Rumah Sakit umum Bayu Asih Purwakarta dengan Surat Keputusan
Bupati KDH Tk.II Purwakarta No.81.HK.021.1./V/SK/83. Tahun 1991dibentuk
suatu panitia dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Purwakarta untuk
menyelesaikan serah terima fisik/bangunan. Tahun 1994 dapat diselesaikan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
penyerahan fisik dan bangunan, dengan penyerahan sertifikat tanah asli RSUD
Bayu Asih dari panitia tingkat Provinsi kepada Pemda Kabupaten Purwakarta
dengan luas tanah yang tertera pada sertifikat HGB Np.46 surat ukur No.242
tahun 1933 seluas 49330 m2, sedangkan luas seluruhnya (Fisik dan Bngunan)
adalah ± 58846.20 m2.
Pada tanggal 25 Januari 1996 diusulkan permohonan penetapan hak dan
pengukuran ulang Rumah Sakit Umum Bayu Asih kepada kantor BPN Purwakarta
dengan surat No.393 / 102 / P1.K yang ditandatangani oleh Asisten Administrasi
Umum atas nama Sekretaris Daerah Kabupaten Purwakarta. Pada tanggal 4
Desember 1996 terbit SK Kanwil BPN Nomor 490/HP/KWBPN/1996 tentang hak
pakai atas tanah negara seluas 49.300 m2 dipergunakan untuk Rumah Sakit
Umum Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.
Pada tanggal 12 Mei 1997 terbit sertifikat tanda bukti hak pakai, Nomor
35 tahun 1997, status tanah hak pakai dengan pemegang hak Pemerintah
Kabupaten Purwakarta berdasarkan gambar situasi tanggal 5 Juli 1995
No.1167/1995, dengan luas tanah 49.300 m2. Di samping itu pada tanggal30 Juli
1999 terbit dua buah sertifikat tambahan dengan tanda bukti Nomor
10070605400041 dan Nomor 10070605400042 tahun 1999 status tanah hak
pakai dengan pemegang hak Pemerintah Kabupaten Purwakarta, berdasarkan
gambaran situasi tanggal 1 Juli 1999 No : 00050/Nagrikaler/99, luas tanah 4590
m2. Serta Nomor : 00049/Nagrikaler/99 luas tanah ± 4366,20 m2.
Adapun produk yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Bayu
Asih purwakarta adalah :
a.
Rawat Inap : Tersedia ruang perawatan dengan kapasitas
tempat tidur sebanyak 211 Tempat Tidur (TT) yang terdiri dari kelas III, II, I,
VIP C, VIP B, VIP A, dan ICU.
b.
Rawat Jalan : Poliklinik spesialis (Poliklinik Penyakit Anak,
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Penyakit Bedah Umum, Poliklinik
Penyakit Kandungan dan Kebidanan, Poliklinik Penyakit Bedah Orthopedi,
Poliklinik Penyakit Sayaraf, Poliklinik Penyakit Orthodonti, Poliklinik
Penyakit Mata, Poliklinik Penyakit THT, Poliklinik Penyakit kulit dan
Kelamin, dan Poliklinik Penyakit Jiwa), Poliklinik Gigi Mulut, Poliklinik
Umum, Poliklinik Fisioterapi, Poliklinik Gizi dan EKG.
c.
Pelayanan Gawat Darurat (IGD)
d.
Pelayanan Penunjang : Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Gizi,
Bedah Sentral, Pemeliharaan Sarana, Pemeliharaan Jenazah, CSSD,
Loundry, Anasthesi dan Rekam Medik.
Fasilitas yang tersedia di RSUD Bayu Asih adalah : Gedung Instalasi Gawat
Darurat, Gedung ICU dengan 4 tempat tidur, Ruang Rawat Inap dengan 211
tempat tidur, Gedung Poliklinik rawat jalan, Ruang Operasi, Gedung
Radiodiagnostik, Gedung Laboratorium, Gedung Apotek, Gedung Komite Medik,
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Masjid, Kantin, Minimarket, Wartel, Foto Copy Center, Lahan parkir, Gedung
Serbaguna dan Lapangan Tenis.
Berdasarkan data sepanjang tahun 2009, RSUD Bayu Asih telah melayani
78.446 kunjungan pasien rawat jalan. Dengan proporsi terbesar adlah pasien
Kontrak sebanyak 28.919 kunjungan atau sekitar 36,86 %. Disusul kemudian
dengan pasien ASKES Sosial (PNS) sebanyak 22.443 atau sekitar 28,61 %.
Kemudian pasien yang bayar (umum) sebanyak 17.212 kunjungan atau sekitar
21,94 %, Pasien JAMKESMAS sebanyak 6.396 atau 8,15 %, pasien JAMKESDA
sebanyak 3.106 atau 3,96 % dan terakhir adalah pasien ASKES Komersial
sebanyak 370 kunjungan atau sekitar 0,47 %. Dari jumlah tersebut sebanyak
26.072 (66,76 %) adalah kunjungan ulang.
Untuk kunjungan UGD sebanyak 19.931 kunjungan pasien yang dilayani.
Terdiri dari pasien bayar (umum) sebanyak 10.087 atau sekitar 50,61 %. Pasien
kontrak sebanyak 4.040 atau 20,27%. Pasien ASKES sosial (PNS) sebanyak 2.918
atau 14,64 %. Kemudian pasien JAMKESMAS sebanyak 1.819 atau 9,13% dan
pasien JAMKESDA sebanyak 1.067 atau 5,35 %.
RSUD Bayu Asih juga telah melaksanakan operasi sebanyak 1.331 operasi
sepanjan tahun 2009 dan melaksanakan pelayanan persalinan sebanyak 1.350
persalinan. Sedangkan untuk pelayanan pemeriksaan penunjang sebanyak
42.726 kunjungan.
Untuk pelayanan rawat inap, tingkat hunian tempat tidur atau dalam
istilah manajemen rumah sakit adalah BOR (Bed Occupancy Rate) adalah 65,38
%. Rata-rata hari perawatan (AVLOS) adalah 4,25 hari, Bed Turn Over (BTO) 56,51
kali/tahun dan Turn Over Interval (TOI) 2,24 hari. Angka Kematian Kasar atau
Gross Death Rate (GDR) sebanyak 18,87 permil/tahun dan Nett Death Rate (NDR)
sebanyak 9,98 permil/tahun.
Perincian BOR menurut kelas adalah BOR tertinggi masih ditempati kelas
III dengan BOR yang sudah overload yaitu 110,70 % (sepintas tidak mungkin BOR
di atas 100 %, tetapi setelah dikaji dan dianalisa ternyata masuk akal juga).
Kemudian disusul BOR untuk kelas VIP A sebanyak 80,28 %, BOR VIP B sebanyak
68,36 %. Kemudian disusul BOR ICU sebanyak 62,10 %. Selanjutnyab BOR VIP C
sebanyak 55,44 %, BOR Kelas II sebanyak 40,24 % dan terakhir adalah BOR Kelas I
sebanyak 38,01 %.
Dari angka-angka di atas, dapay disimpulkan bahwa adnya anggapan yang
mengatakan RSUD Bayu Asih adalahy rumah sakitnya orang miskin, dengan
sendirinya terbantahkan. Karena berdasarkan dat6a ternyata jumlah kunjungan
JAMKESMAS dan JAMKESDA total hanya sekitar 12 %. Memang masih agak sumir
kesimpulan ini, mengingat data pasien JAMKESMAS dan JAMKESDA yang dirawat
inap belum tersaji.
Selain itu juga ternyata ruangan yang paling diminati selain kelas III
(karena pasien JAMKESMAS dan JAMKESDA) adalah kelas VIP A dan yang paling
tidak diminati adalah kelas I.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4.1.2. VISI, MISI DAN NILAI
Dalam pelaksanakan kegiatannya Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih
berpedoman pada visi, misi dan nilai Rumah Sakit Umuh Daerah Bayu Asih yang
telah disesuaikan dengan visi, misi dan nilai Kabupaten Purwakarta sebagai
berikut :
1. Visi
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta
adalah : Bayu Asih Mandiri, Profesional dan dipercaya Tahun 2013.
2. Misi
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta,
adalah :
2.1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu,menjadi rumah
sakit rujukan dan menjadi mitra industri di wilayah Purwakarta dan
sekitarnya.
2.2. Mengembangkan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), agar
memiliki kompetensi, loyalitas, ramah dan berkarakter.
2.3. Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana yang
dibutuhkan serta memiliki kualifikasi teknologi terkini.
2.4. Menerapakan manajemen dan system informasi yang baik,
akuntabel dan transparan.
2.5. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih yang
menerapkan prinsip-prinsip pola pengelolaan keuangan yang
mandiri.
3. Nilai – nilai
Nilai-nilai dasar RSUD Bayu Asih tercermin dalam jati diri “BAYU ASIH”
yaitu :
B
: Budi Pekerti Luhur
A
: Asih Asah Asuh
Y
: Yakin
U
: Utamakan Pasien
A
: Akuntabilitas
S
: Sabar
I
: Ikhlas
H
: Hati Nurani
a. Budi Pekerti Luhur
Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih memiliki karakter budi pekerti
yang luhur dan sopan santun yang terpuji baik didalam lingkungan
rumah sakit maupun dilingkungan keluarga atau tempat
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
b.
c.
d.
e.
f.
tinggalnya. Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih mampu menjadi
nyala api penerang yang memancar sifat-sifat dan watak dengan
budi pekerti yang luhur serta sopan santun dimanapun ia berada.
Asih Asah Asuh
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih memiliki sifat saling mengasihi
baik baik kepada pasien dan keluarganya serta kepada seluruh
pengunjung rumah sakit, maupun kepada sesamapegawai
dilingkungan RSUD Bayu Asih. Setiap pegawai senantiasa
mengasahpikiran dan jiwa terhadap nilai-nilai kemanusiaan, saling
mengingatkan dalam hal kebaikan serta kebajikan. Setiap pegawai
RSUD Bayu Asih senantiasa saling mengasuh dan membimbing,
yang lebih tua selalu mengasuh dan membimbing kepada yang
lebih muda selalu mengasihi kepada yang lebih tua.
Yakin
Seluruh pegawai RSUD Bayu Asih selalu berpegang teguh dan
yakin akan nilai-nilai keluhan dan kemuliaan. Selalu yakin dalam
berfikir, berucap dan bertindak sepanjang tidak melanggar normanorma di masyarakat. Yakin akan kemampuannya dealam
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
sepanjang selalu berpegang pada aturan-aturan dan prosedur
yang berlaku di lingkungan RSUD Bayu Asih.
Utamakan Pasien
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam keadaan dan kondisi
apapun tetap mengutamakan kepentingan pasien. Bagi pegawai
RSUD Bayu Asih, keselamatan jiwa dan kesehatan pasien selalu
menjadi tujuan pelayanan yang utama.
Akuntabilitas
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan
selalu siap dan bersedia untuk bertanggung jawab secara moril
kepada masyarakat. Setiap tindakan yang dilakukan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai kaidah dan norma-norma hukum
serta perundang-undangan yang berlaku. RSUD Bayu Asih dalam
pengelolaan manajemen administrasi keuangan juga selalu dapat
dipertanggung jawabkan, baik secara moril kepada masyarakat
maupun secara hukum sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
Sabar
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih selalu sabar dalam memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, stiap pegawai RSUD
Bayu Asih menyadari bahwa pasien dan pengunjung berasal dari
seluruh lapisan masyarakat yang cukup beragam karakter dan
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
wataknya, serta kondisi emosionalnya yang labil karena kepanikan
dan kecemasan.
g. Ikhlas
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat selalu ikhlas dan tanpa pamrih apapun. Prinsip
pengabdian terhadap nilai-nilai profesionalisme selalu di junjung
tinggi.
h. Hati Nurani
Setiap pegawai RSUD Bayu Asih dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat selalu menggunakan hati nurani sebagai
pijakan dalam berfikir, berucap dan bertindak. Prinsip ikut
bersimpati dan ikut berenpati terhadap apa yang di rasakan oleh
pasien dan keluarganya selalu menjadi landasan dalam
memberikan pelayanan. Dalam meberikan pelayanan tidak pernah
membeda-bedakan strata ekonomi dan sosialnya, suku, agama,
dan ras.
4.2. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Penelitian
4.2.1. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Implementasi Kebijakan
Jamkesmas
4.2.1.1. Komunikasi
Komunikasi mewakili pendapat responden sejauhmana performance dan
kejelasan proses komunikasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit berkaiatan
dengan penyenglenggaraan Jamkesmas. Komunikasi imi merupakan gabungan
dari beberapa indicator pembentuknya, yaitu :
1. Kemampuan petugas menyampaikan informasi
2. Kejelasan Juklak/Juknis
3. Kejelasan perintah kepada pelaksana
4. Kejelasan informasi prosedur
5. Media informasi yang digunakan
6. Kecukupan informasi pelaksanaan kegiatan
7. Respon penerima informasi
8. kepastian perintah
9. Kesuaian pendidikan dengan tugas
Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator ini adalah sebagai
berikut :
1)
Kemampuan petugas menyampaikan informasi
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
No
Tabel 4.1
Tanggapan Responde n
Tanggapan
Jumlah
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
61
61
5
SS
27
27
100
100
Jumlah
2)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai mampu memberikan
informasi tentang jamkesmas dengan baik.
Kejelasan Juklak/juknis
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.2
Tanggapan Responde
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
24
24
4
S
115
115
5
SS
22
22
100
100
Jumlah
3)
%
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai telahmampu memahami
petunjuk pelaksanan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis)
tentang
jamkesmas dengan baik.
Kejelasan perintah kepada pelaksanan
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
No
Tanggapan
Tabel 4.3
Tanggapan Responden
Jumlah
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
%
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4
S
70
70
5
SS
18
18
100
100
Jumlah
4)
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas telah memahami dan mengerti dengan baik
perintah atasan oleh pelaksanan Jamkesmas.
Kejelasan informasi prosedur berobat jamkesmas
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
17
17
4
S
64
64
5
SS
17
17
100
100
Jumlah
5)
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas telah memberikan informasi tentang prosedur
berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas.
Media informasi
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
6
6
4
S
72
72
5
SS
21
21
100
100
Jumlah
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas bahwa telah ada media informasi tentang
prosedur berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
6)
Kecukupan informasi pelaksanaan kegiatan
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
71
71
5
SS
18
18
100
100
Jumlah
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas bahwa telah ada media informasi tentang
prosedur berobat sehingga tidak membingungkan pengguna Jamkesmas
telah cukup tersedia.
7)
Respon penerima informasi
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
71
71
5
SS
18
18
100
100
Jumlah
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas bahwa program jamkesmas mendapat
sambutan yang baik dari masyarakat
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
8)
Kepastian perintah
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
14
14
4
S
63
63
5
SS
21
21
100
100
Jumlah
9)
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju bahwa adanya kepastian perintah dari atasan dalam
pelaksanaan programjamkesmas sehingga program ini berjalan dengan
baik
Kesusaian Pendidikan dengan tugas
Hasil analisis tentang indikator ini, adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
13
13
4
S
64
64
5
SS
22
22
100
100
Jumlah
10)
Tabel diatas menunjukan responden sebagaian besar menyatakan setuju
dan sangat setuju petugas bahwa terdapat kesuaian pendidikan petugas
dengan pekerjaan yang mereka lakukan, sehingga program ini berjalan
dengan baik
Rekapitilasi Komunikasi
Untuk dapat melihat gambaran kondisi komunikasi secara keseluruhan,
analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual)
dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang
mewakili komunikasi yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.10
Rekapitulasi skor
No
Nilai Skor
A/H
Item
%
Aktual
Harapan
1
747
900
83.00
2
731
900
81.22
3
715
900
79.44
4
715
900
79.44
5
742
900
82.44
6
730
900
81.11
7
748
900
83.11
8
728
900
80.89
9
733
900
81.44
Total
6589
8100
81.35
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor
aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian
responden tersebut telah mencapai 81.35 % darikondisi idealnya.
Total skor minimal adalah 1620 dan skor maksimal 8100 dengan interval
1296, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut
dan kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11
Rancangan, interval skor dan kesimpulan
Rancangan
Skor
Interval; Skor
Kesimpulan
Kesimpulan
Aktual
sangat tidak baik
1620
s/d
2916
tidak baik
2917
s/d
4212
Kurang baik
4213
s/d
5508
baik
5509
s/d
6804
sangat baik
6805
s/d
8100
6605
Baik
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4.2.1.2. Sumber Daya
Sumber daya mewakili pendapat responden tentang sejauhmana
perpormance dan ketersediaan sumberdaya yang berkaitan dengan
penyelenggraan Jamkesmas. Sumber daya ini merupakan gabungan dari
beberapa indikator pembentuknya, yaitu :
1) Jumlah petugas kesehatan dan administrasi
2) Kompetensi petugas
3) Kecukupan kewenangan petugas
4) Kecukupan dana
5) Kelaikan peralatan medis
6) Ketersediaan peralatan medis
7) Ketersediaan peralatan kantor
8) Ketersedian obat-obatan
Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah
sebagai berikut :
1)
Jumlah petugas kesehatan dan administrasi
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.12
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
1
1
2
TS
3
3
3
R
27
27
4
S
54
54
5
SS
14
14
100
100
Jumlah
2)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan
administratif telah memadai sehingga program jamkesmas dapat
diselenggarakan dengan baik.
Kompetensi petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.13
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
3
R
16
16
4
S
63
63
5
SS
19
19
100
100
Jumlah
3)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan
administratif telah memiliki kompetensi yang memadai pada bidang
masing-masing sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan
dengan baik.
Kecukupan kewenagan petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.14
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
21
21
4
S
67
67
5
SS
12
12
100
100
Jumlah
4)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas medis dan
administratif telah memiliki kewenangan yang cukup dalam bekerja
pada bidang masing-masing sehingga program jamkesmas dapat
diselenggarakan dengan baik.
Kecukupan dana
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.15
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
3
3
3
R
37
37
4
S
48
48
5
SS
12
12
100
100
Jumlah
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh
dana yang cukup sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan
dengan baik walaupun harus ada kajian ulang tentang pendanaan.
Ketersediaan peralatan medis
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.16
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
1
1
2
TS
2
2
3
R
42
42
4
S
48
48
5
SS
7
7
100
100
Jumlah
6)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh
ketersediaan dari peralatan medis yang cukup, sehingga program
jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik walaupun harus ada
kajian ulang tentang jumlah peralatan medis atau kebutuhan akan
peralatan medis yang cukup banyak.
Kelaikan dari peralatan medis
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.17
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
3
3
3
R
29
29
4
S
59
59
5
SS
8
8
100
100
Jumlah
7)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh
kelaikan dari peralatan medis yang masih dapat digunakan untuk
program ini, sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan
dengan baik.
Ketersediaan peralatan kantor
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
No
Tanggapan
1
STS
0
0
2
TS
6
6
3
R
38
38
4
S
47
47
5
SS
9
9
100
100
Jumlah
8)
Tabel 4.18
Tanggapan Responden
Jumlah
%
Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh
ketersediaan peralatan kantor untuk program ini, jika melihat jumlah
responden antara yang menyatakan ragu-ragu dengan setuju, maka perlu
kiranya dievaluasi kembali tentang peralatan kantor ini sehingga program
jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Ketersediaan obat-obatan
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.19
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
6
6
3
R
38
38
4
S
47
47
5
SS
9
9
100
100
Jumlah
Dari tabel diatas menunjukan bahwa program ini telah didukung oleh
ketersediaan obat-obatan untuk program ini, jika melihat jumlah
responden antara yang menyatakan ragu-ragu dengan setuju, maka perlu
kiranya dievaluasi kembali tentang ketersediaan obat-obatannya
sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
9) Rekapitilasi Sumber Daya
Untuk dapat melihat gambaran kondisi sumber daya secara keseluruhan,
analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang diperoleh (aktual)
dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses pemberian skor melului
skala likert yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang
mewakili sumber dayayaitu sebagai berikut :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel 4.20
Rekapitulasi skor
Nilai Skor
No
Item
Aktual
Harapan
A/H
%
1
681
900
75.67
2
721
900
80.11
3
701
900
77.89
4
665
900
73.89
5
644
900
71.56
6
671
900
74.56
7
648
900
72.00
8
650
900
72.22
Total
5381
7200
74.74
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor
aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian
responden tersebut telah mencapai 74.74 % dari kondisi idealnya.
Total skor minimal adalah 1440 dan skor maksimal 7200 dengan interval
1152, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut
dan kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.21
Rancangan, Interval Skor Dan Kesimpulan
Rancangan
Skor
Interval; Skor
Kesimpulan
Aktual
sangat tidak baik
1440
s/d
2592
tidak baik
2593
s/d
3744
Kurang baik
3745
s/d
4896
baik
4897
s/d
6048
sangat baik
6049
s/d
7200
5381
Kesimpulan
baik
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4.2.1.3.
Sikap Implementor (Disposisi)
Disposisi mewakili pendapat responden tentang sejauhmana
perpormance dan ketersediaan petugas yang berkaitan dengan penyelenggraan
Jamkesmas. Disposisi ini merupakan gabungan dari beberapa indikator
pembentuknya, yaitu :
1) Pemahaman petugas pelaksana
2) Insentif kepada para pelaksana
3) Dukungan pelaksanan terhadap program
4) Loyalitas pelaksanan
5) Kerjasama petugas pelaksana
6) Kesesuaian harapan petugas dengan tujuan program
Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah
sebagai berikut :
1)
Jumlah petugas kesehatan dan administrasi
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.22
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
15
15
4
S
63
63
5
SS
20
20
100
100
Jumlah
2)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah petugas pelaksana telah
memahami
tugas-tugas yang mereka kerjaka sehingga program
jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Insentif kepada para petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.23
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
17
17
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4
S
48
48
5
SS
36
36
100
100
Jumlah
3)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya insentif bagi petugas
pelaksana sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan
baik.
.Dukungan pelaksana terhadap program
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.24
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
14
14
4
S
59
59
5
SS
26
26
100
100
Jumlah
4)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya dukungan dari petugas
pelaksana terhadap program sehingga program jamkesmas dapat
diselenggarakan dengan baik.
Loyalitas pelaksana terhadap program
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.25
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
8
8
4
S
70
70
5
SS
22
22
100
100
Jumlah
5)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya loyalitas dan ketaatan
petugas pelaksana terhadap program sehingga program jamkesmas
dapat diselenggarakan dengan baik.
Kerjasama petugas pelaksana
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.26
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
14
14
4
S
67
67
5
SS
19
19
100
100
Jumlah
6)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa perlunya kerjasana yang baik
diantara petugas pelaksana baik medis maupun administratif atau antar
keduanya sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan
baik.
Kesesuaian petugas pelaksana dengan tujuan program
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.27
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
16
16
4
S
69
69
5
SS
13
13
100
100
Jumlah
7)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya kesesuaian anatara harapan
petugas pelaksana dengan tujuan program jamkesmas terhadap program
sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Rekapitilasi Sumber Daya
Untuk dapat melihat gambaran kondisi sikap implementor (disposisi)
secara keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor
yang diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses
pemberian skor melului skala likert yang ada secara ringkas telah
memberikan ukuran yang mewakili sumber dayayaitu sebagai berikut :
Tabel 4.28
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Rekapitulasi skor
No
Item
Nilai Skor
Aktual
Harapan
A/H
%
1
720
900
80.00
2
754
900
3
740
900
82.22
4
746
900
82.89
5
727
900
80.78
6
710
900
78.89
Total
4397
5400
81.43
83.78
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor
aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian
responden tersebut telah mencapai 81.43 % dari kondisi idealnya.
Total skor minimal adalah 1080 dan skor maksimal 5400 dengan interval
864, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan
kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.29
Rancangan, interval skor dan kesimpulan
Rancangan
Skor Kesimpu
Interval; Skor
Kesimpulan
Aktual
lan
sangat tidak baik
1080
s/d
1944
tidak baik
1945
s/d
2808
Kurang baik
2809
s/d
3672
baik
3673
s/d
4536
sangat baik
4537
s/d
5400
Baik
4536
4.2.14. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi mewakili pendapat responden tentang sejauhmana
perpormance dan ketersediaan petugas yang berkaitan dengan penyelenggraan
Jamkesmas. Disposisi ini merupakan gabungan dari beberapa indikator
pembentuknya, yaitu :
1. Kejelasan prosedur kerja
2. Kejelasan institusi lain terkait
3. Pelaksanaan koordinasi dengan institusi terkait
4. Dukungan instansi terkait
5. Kejelasan kewenagan instansi terkait
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Uraian hasil analisis terhadap masing-masing indikator diatas adalah sebagai
berikut :
1)
Kejelasan prosedur kerja
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
No
Tanggapan
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
17
17
4
S
64
64
5
SS
18
18
100
100
Jumlah
2)
Tabel 4.30
Tanggapan Responden
Jumlah
%
Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya kejelasan prosedur
kerja yang berkaiatan dengan program jaskesmas, sehingga program
jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Kejelasan institusi terkait
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.31
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
14
14
4
S
70
70
5
SS
16
16
100
100
Jumlah
Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya kejelasan keterkaiatan
kerja antar institusi yang terlibat dengan program jaskesmas, sehingga
program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
3)
Pelaksanaan koordinasi dengan institusi terkait
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
No
Tanggapan
1
STS
0
0
2
TS
4
4
3
R
16
16
4
S
69
69
5
SS
11
11
100
100
Jumlah
4)
%
Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya koordinasi kerja yang
cukup baik antar institusi yang terkaitdengan program jaskesmas,
sehingga program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Dukungan institusi terkait
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.33
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
5
5
3
R
22
22
4
S
66
66
5
SS
7
7
100
100
Jumlah
5)
Tabel 4.32
Tanggapan Responden
Jumlah
Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah adanya dukungan dari
institusi terkait yang cukup baik dalam program jaskesmas, sehingga
program jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Kejelasan kewenagan institusi terkait
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ini adalah :
Tabel 4.34
Tanggapan Responden
No
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
20
20
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4
S
63
63
5
SS
16
16
100
100
Jumlah
6)
Dari tabel diatas menunjukan bahwa telah terdapat kewenagan yang jelas
dari institusi terkait dalam program jaskesmas, sehingga program
jamkesmas dapat diselenggarakan dengan baik.
Rekapitilasi Struktur Birokrasi
Untuk dapat melihat gambaran kondisi Struktur Birokrasi secara
keseluruhan, analisis dengan membandingkan antara nilai skor yang
diperoleh (aktual) dengan nilai skor ideal (harapan). Dari proses
pemberian skor melului skala likert yang ada secara ringkas telah
memberikan ukuran yang mewakili Struktur Birokrasi yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.35
Rekapitulasi skor
No
Nilai Skor
A/H
Item
%
Aktual
Harapan
1
719
900
79.89
2
724
900
80.44
3
698
900
77.56
4
677
900
75.22
5
710
900
78.89
Total
3528
4500
78.40
Dari tabel diatas menunjukan bahwa penilaian responden tentang skor
aktual dan harapan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian
responden tersebut telah mencapai 78.40 % dari kondisi idealnya.
Total skor minimal adalah 995 dan skor maksimal 4500 dengan interval
701, dengan demikian batasan skor pada 5 (lima) rancangan tersebut dan
kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.36
Rancangan, interval skor dan kesimpulan
Rancangan
Skor
Kesimpulan
Interval; Skor
Aktual Kesimpulan
sangat tidak baik
tidak baik
995 s/d
1696
1697 s/d
2397
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Kurang baik
2398 s/d
3098
baik
3099 s/d
3799 Baik
sangat baik
3800 s/d
4500
3528
4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan Keluarga
Miskin (Y)
Variabel kualitas pelayanan (Y) mewakili pendapat responden tentang
sejauhmana kondisi keragaan (performance) dari berbagai aspek pelayananyang
diberikan para petugas berkaitan dengan penyelenggaraan Program Jamkesmas
di wilayah kerja RSUD Bayu Asih. Variabel kualitas ini merupakan gabungan dari
beberapa sub variabel pembentukannya, yaitu :
1) Tangible, dengan indikator :
1. Kebersihan ruang tunggu
2. Kebersihan ruang berobat
3. Kedisiplinan petugas dalam melayani
4. Keramahan petugas
5. Penampilan petugas
6. Kejelasan petugas yang melayani
2) Reability , dengan indikator :
7. Kecepatan petugas melayani pasien
8. Ketepatan petugas mendiagnosa penyakit
9. Kemampuan petugas menggunakan peralatan
10. Kesiapan menangani keluhan pasien
3) Responsiveness, dengan indikator :
11. Kemudahan petugas dihubungi
12. Kesedian memberi pertolongan
13. Tanggap terhadap keluhan pasien
14. Tanggap terhadap kebutuhan pasien
15. Kesungguhan petugas
4) Assurance, dengan indikator ;
16. Keadilan dalam melayani.
17. Ketelitian petugas membantu pasien
18. Kecukupan waktu
19. Kepastain biaya
5) Emphaty, dengan indikator :
20. Kepedulian petugas terhadap pasien
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
21. Kehendak petugas membantu pasien
22. Kehendak mendengar keluhan pasien
23. Kesedian petugas untuk dihubungi
Gambaran tentang masing-masing sub variabel kualitas pelayanan dan
indikatornya dapat diuraikan sebagai berikut :
4.2.2.1. Tangible
1.
Kebersihan ruang Tunggu
Pernyataan sikap responden terhadap
indikator pertama, yaitu
kebersihan ruangandi RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai berikut :
Tabel 4.37
Tanggapan responden tentang kebersihan
Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
3
3
3
R
14
14
4
S
58
58
5
SS
25
25
100
100
TOTAL
2.
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kondisi ruang tunggu relatif
bersih.
Kebersihan ruang berobat dan inap
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedua, yaitu kebersihan
ruang berobat dan inap di RSUD Bayu Asih,dapat ditunjukan sebagai
berikut :
Tabel 4.38
Tanggapan responden tentang kebersihan
Ruang tunggu RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
12
12
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
4
S
63
63
5
SS
23
23
100
100
TOTAL
3.
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kondisi ruang berobat dan
inap relatif bersih.
Kedisiplinan Petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketiga, yaitu kedisiplinan
petugas dalam melayani di RSUD Bayu Asih dapat ditunjukan sebagai
berikut :
Tabel 4.39
Tanggapan responden tentang kedisiplinan
Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
10
10
4
S
63
63
5
SS
26
26
100
100
TOTAL
4.
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kedisiplinan petugas dalam
memberikan pelayanan telah memadai
Keramahan petugas
Pernyataan sikap responden terhadap
indikator keempat, yaitu
keramahan petugas di RSUD Bayu Asih, dapat ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.40
Tanggapan responden tentang keramahan petugas
RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
60
60
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5
SS
TOTAL
5.
50
100
100
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahw para petugas dalam
pelayanan kesehatan pasien keluarga miskin sangat ramah.
Kejelasan petugas melayani
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kelima, yaitu kejelasan
petugas dalam melayani pasien berdasarkan jadwal pasien di RSUD Bayu
Asih, dapat ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.41
Tanggapan responden tentang kejelasan
Ruang tunggu RSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
9
9
4
S
65
65
5
SS
26
26
100
100
TOTAL
6.
50
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa kejelasan petugas yang
melayani berdasarkan jadwal pelayanan.
Penampilan petugas
Pernyataan sikap responden terhadap
indikator keenam, yaitu
penampilan para petugas di RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai
berikut :
Tabel 4.42
Tanggapan responden tentang penampilan
Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
Nomor
Tanggapan
Jumlah
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
60
60
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5
SS
TOTAL
28
28
100
100
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa penampilan para petugas
dengan berpakaian rapi dalam memberikan pelayanan kepada pasin
keluarga miskin.
Tangible yang dibentuk oleh enam indikator yaitu :
a.
Kebersihan ruang tunggu
b.
Kebersihan ruang berobat
c.
Kedisiplinan petugas dalam melayani
d.
Keramahan petugas
e.
Penampilan petugas
f.
Kejelasan petugas yang melayani
Mendapat skor 4459 atau 82,57% dari skor harapan yaitu 5400 (tabel
4.74). Dari keenam indikatot tersebut penampilan petugas memperoleh
proporsi tertinggi dengan skor 756 atau 84,00%dari skor harapan 900,
dan indikator kebersihan runag tunggu mendapat proporsi terendah
dengan skor 728 atau 80,89%.
Penampilan petugas memperoleh penilaian terbaik dari responden bukan
karena ketampanan artau karena kecantikannya petugas tersebut, akan
tetapi karena petugas selalu menggunakn uniform (seragam) dinas pada
saat melaksanakan tugas dalam melayani pasien.Penggunaan seragam
tersebut disesuaikan dengan ketentuan penggunaan seragam oleh pihak
RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta.Untuk baju seragam petugas
RSUD Bayu Asih ada pakaian dinas harian, baju batik dan baju korpri
harus dipakai pada hari-hari yang telah ditentukan, yang tentuya akan
mendapatkan sanksi apabila para petugas tidak berpakaian rapi.
Secara langsung maupun tidak langsung dapat kita lihat ruang tunggu dan
ruang inap tidak begitu nyaman kondisinya belum kelihatan bersih,
sehingga membuat para pasien yang datang akan berobat dan
berkunjung kurang nyaman, namun perlu disadari para pasin yang datang
dan berkunjung tersebut bukan turun dari kendaran pribadi melainkan
juga datang dengan pejalan kaki atau turun dari kendaraan umum
sehingga kebersihan alas kaikinya tidak terjamin bersih.
Walaupun diruang tunggu dan inap selalu dibersihkan penyapuan dan
pengepelan namun hanya dilkukan dalam sehari sekali waktu jam kerja
pagi saja , dan ini juga dikarenakan keterbatasan cleaning service.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulan
bahwa indikator
penampilan petugas menjadi dorongan positif untuk tangile dan indikator
kebersihan rung tunggu dan inap perlu diperhatikan lagi agar dimensi
tangible member kontribusi bagi variabel kualitas pelayanan.
4.2.2.2. Reability
7)
Kecepatan Petugas Melayani Pasien
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketujuh, yaitu kecepatan
dalam melayani pasien di RSUD Bayu Asih, pata ditunujukan sebagai
berikut :
Tabel 4.43
Tanggapan responden tentang
Ruang tungguRSUD Bayu Asih penyelenggara Jamkesmas
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
10
10
4
S
73
73
5
SS
16
16
100
100
TOTAL
8)
Tabel diatas menunjukan sebagian besar sebagian besar dari responden
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa para petugas cukup cepat
dalam memberikan pelayanan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Data juga menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang secara
eksirim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini.
Ketepatan Petugas Mendiagnosa Penyakit
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedelapan, yaitu relatif
tepatnya para petugas dalam mendiagnosa Penyakit yang diderita pasien
di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.44
Tanggapan responden tentang ketepatan petugas
Mendiagnosa penyakit di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
20
20
4
S
63
63
5
SS
16
16
100
100
TOTAL
9)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa para petugas medis umumnya relatif cukup
tepat dalam mendiagnosa penyakit yang diderita pasien di RSUD Bayu
Asih. Data juga menunjukan tidak dapat seorang responden pun yang
secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju indikator ini.
Kemampuan Petugas Menggunakan Peralatan
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesembilan, yaitu bahwa
para petugas memiliki kemampuan dalam menggunakan peralatan medis
yang ada di RSUD Bayu Asih, hal ini ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.45
Tanggapan responden tentang kemampuan petugas
Menggunakan peralatan medis di RSUD Bayu Asih Purwakarta
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
13
13
4
S
61
61
5
SS
25
25
100
100
TOTAL
10)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa para petugas telah cukup mampu dan terampil
dalam menggunakan peralatan medis di RSUD Bayu Asih. Data juga
menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang secara ekstrim
menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini.
Kesiapan menangani keluhan pasien
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesepuluh, yaitu
Kseiapan (kemauan) para petugas dalam mendengarkan dan menangani
berbagai keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta, ditunjukan
sebagai berikut :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel 4.46
Tanggapan responden tentang kesiapan petugas menangani
Keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
Sangat Tidak Setuju
0
0
2
Tidak setuju
1
1
3
Kurang Setuju
15
15
4
Setuju
68
68
5
Sangat Setuju
16
16
100
100
TOTAL
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas siap mendengarkan
dan menangani berbagai keluhan pasien di RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Data ini juga menunjukan tidak terdapat seorang responden pun yang
secara ekstrim menyatakan sangat tidak setuju terhadap indikator ini.
Reliability yang terbentuk dari indikator : (a) kecepatan petugas melayani
pasien; (b) ketepatan petugas mendiagnosa penyakit; (c) kemampuan
petugas menggunakan peralatan; (d) kesiapan menangani keluhan
pasien, mendapat skor 2891 atau 80,31% dari skor harapan 3600.
Selanjutnya, dari keempat indikator kemampuan petugas menggunakan
peralatan memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 737 atau 81,89%
dari skor harapan 900. Sedang indikator ketepatan petugas mendiagnosa
penyakit mendapat proporsi terendah dengan skor 707 atau 78,56%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para petugas di RSUD Bayu Asih
dan pengamatan di lapangan, jumlah dan macam peralatan medis di
RSUD Bayu Asih tersedia dalam jumlah terbatas dengan teknologi yang
tidak terlalu tinggi. Peralatan medis untuk mendiagnosa penyakit
semacam ini tidaklah begitu sulit untuk dioperasionalkan oleh petugas
medis.
Oleh karena peralatan medis yang tersedia cukup terbatas , maka sering
kali diagnosa terhadap penyakit secara pasti tidak dapat diketahui dalam
waktu singkat, sedangkan pasien keluarga miskin biasanya ingin berobat
cepat sembuh scara cepat dan ingin mengetahui penyakitnyapada saat
datng berobat pertama kali, padahal diagnosa terhadap penyakit
memerlukan waktu 2-3 jam karena harus di diagnosa di ”laboratorium”,
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dan beberapa “lab” ini tidak berfungsi karena tidak ada petugas yang
menaganinya , menunggu 2-3 jam bagi pasien dianggap terlalu lama
karena bagi yang sakit tidak terlalu parah akan langsung meninggalkan
Puskesmas untuk mencari nafkah.
Dari uraian diatas maka, indikator/item kemampuan petugas
menggunakan peralatan menjadi dorongan positif bagi dimensi rehability,
sedang ketepatan petugas mendiagnosa perlu di perhatikan agar
tampilan dimensi ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
4.2.2.3 Responsiveness
11)
Kemudahan petugas dihubungi
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesebelas, yaitu relatif
mudahnya menghubungi petugas saat dibutuhkan oleh pasien di RSUD
Bayu Asih, sebagai berikut :
Tabel 4.47
Tanggapan responden tentang kemudahan menghubungi petugas
Saat dibutuhkan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
Sangat Tidak Setuju
0
0
2
Tidak setuju
1
1
3
Kurang Setuju
15
15
4
Setuju
70
70
5
Sangat Setuju
14
14
100
100
TOTAL
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas mudah dihubungi oleh
pasien yang membutuhkannya di RSUD Bayu Asih. Data juga menunjukan
tidak seorang responden pun yang secara ekstrim menyatakan sangat
tidak setuju terhadap indikator ini.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
12)
Kesediaan memberikan pertolongan
Pernyataan sikap responden terhadap indikator keduabelas, yaitu
petugas umumnya selalu siap sedia saat diminta pertolongan oleh pasien
di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.48
Tanggapan responden tentang kesediaan petugas Untuk memberikan
pertolongan dibutuhkan
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
2
2
3
R
15
15
4
S
60
60
5
SS
23
23
100
100
TOTAL
13)
menunjukan sebagian besar dari responden telah menyatakan setuju
bahwa umumnya para petugas selalu tanggap terhadap berbagai
kebutuhan pasien di RSUD Bayu Asih.
Tanggap terhadap keluhan pasien
Pernyataan sikap respondenterhadap indikator ketiga belas yaitu petugas
tanggap terhadap keluhan pasien di RSUD Bayu Asih, ditunjukkan sebagai
berikut :
Tabel 4.49
Tanggapan responden tentang tanggap terhadap keluhan pasien
NOMOR
TANGGAPAN
1
STS
2
TS
3
3
3
R
17
17
4
S
55
60
5
SS
25
25
100
100
TOTAL
14)
Tabel di
atas
JUMLAH
0
%
0
Tanggap terhadap kebutuhan pasien
Pernyataan sikap responden terhadap indikator keempat belas, yaitu
petugas umumnya selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan pasien di
RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel 4.50
Tanggapan responden atas sikap petugas terhadap berbagai
Kebutuhan pasien di RSUD Bayu asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
14
14
4
S
68
68
5
SS
18
18
100
100
TOTAL
15)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa umumnya para petugas
selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan opasien di RSUD Bayu Asih.
Kesungguhan petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kelima belas, yaitu
petugas umumnya bersungguh-sungguh dalam memberikan pelayanan di
RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.51
Tanggapan responden atas kesengguhan petugas dalam memberikan
pelayanan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
14
14
4
S
68
68
5
SS
18
18
100
100
TOTAL
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa umumnya para petugas
selalu tanggap terhadap berbagai kebutuhan opasien di RSUD Bayu Asih.
Responsiveness yang dibentuk oleh lima indikator yaitu : (a) kemudahan
petugas di hubungi; (b) kesediaan member pertolongan; (c) tanggap
terhadap keluhan pasien; (d) tanggap terhadap kebutuhan pasien; dan (e)
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
kesungguhan petugas, memperoleh skor 3619 atau 80,42 % dari skor
harapan 4500. Selanjutnya dari kelima indikator pembentuk
responsiveness tersebut, indikator kesungguhan petugas memperoleh
proporsi tertinggi dengan skor 744 atau 86,67 % dari skor harapan 900.
Sedang indikator yang mendapat proporsi terendah adalah kemudahan
petugas untuk di hubungi dengan skor 703 atau 78,11 %.
Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah petugas RSUD Bayu Asih
bahwa kesungguhan petugas dalam arti pada saat melayani pasien
petugas tidak pernah beralih melakukan pekerjaan lain sebelum pasien
yang ditangani selesai di layani. Menurut pengamatan penulis, pada saat
seorang petugas melayani seorang pasien pernah terlihat pasien lain atau
pihak lain yang meminta pertolongan namun tidak dihiraukan si petugas
sampai yang bersangkutan selesai melakukan pekerjaannya. Penulis juga
tidak pernah melihat petugas ngobrol dengan pihak lain pada saat
melakukan pemeriksaan terhadap pasien kesungguhan semacam ini
dapat difahami karena tanpa kesungguhan dan keseriusan dapat saja
terjadi salah diagnosa atau salah pemberian obat yang dapat berdampak
buruk pada keluarga miskin yang berobat.
Kesulitan menghubungi petugas pada saat dibutuhkan pasien menurut
penulis lebih disebabkan oleh terbatasnya petugas medis yang ada
disbanding jumlah datang pasien yang datangberobat dapat mencapai
100-200 orang tiap hari pada RSUD Bayu Asih, sedangkan petugas medis
yang ada jumlahnya sangat terbatas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kesungguhan
petugas menjadi dorongan positif bagi dimensi responsiveness, sedang
indikator kemudahan petugas dihubungi perlu mendapatkan perhatian
agar tampilan dimensi responsivenees ini lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
4.2.2.4 Assurance
16)
Keadilan dalam melayani
Pernyataan sikap responden terhadap indikator keenam belas, yaitu
petugas umumnya tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan
pelayanan di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.52
Tanggapan responden terhadap keadilan petugas
Dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
3
R
11
11
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
4
S
64
64
5
SS
25
25
100
100
TOTAL
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas relatif bertindak adil
dan tidak ada diskriminasi dalam memberikan berbagai pelayanan di
RSUD Bayu Asih.
17)
Ketelitian petugas
Pernyataan sikap responden terhadap indikator ketujuh belas, yaitu
petugas umumnya teliti dalam mendiagnosa pasien dan dalam
memberikan pelayanan lainnya di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai
berikut :
Tabel 4.53
Tanggapan responden terhadap ketelitian petugas dalam memberikan
Pelayanan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
14
14
4
S
63
63
5
SS
23
23
100
100
TOTAL
18)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas menyediakan waktu
yang cukup dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih.
Kecukupan waktu
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedelapan belas, yaitu
petugas umumnya memberikan waktu yang cukup dalam melayani pasien
di RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel 4.54
Tanggapan responden terhadap kecukupan waktu dalam memberikan
Pelayanan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
11
11
4
S
70
70
5
SS
18
18
100
100
TOTAL
Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar dari responden telah
menyatakan setuju bahwa umumnya para petugas menyediakan waktu
yang cukup dalam memberikan pelayanan di RSUD Bayu Asih.
19)
Kepastian biaya (kepastian gratis)
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kesembilan belas, yaitu
pasien keluarga miskin dibebaskan dari biaya pengobatan di RSUD Bayu
Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.55
Tanggapan responden terhadap pembebasan biaya pasien miskin
Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
0
0
3
R
4
4
4
S
13
13
5
SS
83
83
100
100
TOTAL
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pasien miskin dibebaskan
dari biaya pengobatan di RSUD Bayu Asih.
Assurance yang dibentuk oleh empat indikator yaitu : (a) keadilan dalam
melayani; (b) ketelitian petugas; (c) kecukupan waktu; dan (d) kepastian
biaya, memperoleh skor 3075 atau 85,42 persen daro skor harapan 3600
(table 4.74). Selanjutnya dari keempat indikator/item pembentuk
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
dimensi assurance tersebut, indikator/item kepastian biaya (tidak
dipungut bayaran/gratis) memperoleh proporsi tertinggi dengan skor 864
atau 96,00 persen dari skor harapan 900. Sedang indikator/item yang
mendapat proporsi terendah adalah kecukupan waktu dengan skor 731
atau 81,22 persen .
Seperti diuraikan di atas PKPS-BBM BIDKES adalah program yang
dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin untuk dapat menjaga
kesehatan melalui pengobatan tanpa biaya. Bagi masyarakat miskin yang
hidup dalam keadaan yang serba kekurangan tentu program ini member
manfaat besar yang dapat meringankan beban hidup sehari-hari. PKPSBBM BIDKES termasuk program kemanusiaan yang mencoba
meringankan beban hidup orang miskin yang semakin menderita akibat
kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada mereka. Pengabaian
terhadap hak-hak orang miskin adalah melanggar Undang-Undang Dasar
1945 terutama pasal 34 ayat (1) yang berbunyi “Fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara” Dengan demikian negara harus
memperhatikan orang miskin, dan salah satu bentuk perhatian tersebut
adalah PKPS-BBM BIDKES.
Menurut pengamatan penulis, banyaknya pasien yang berobat ke RSUD
Bayu Asih dan dengan keterbatasan tenaga medis yang ada menyebabkan
pasien merasa tidak puas dengan waktu yang tersedia bagi pemeriksaan
kesehatan mereka. Petugas pun merasa seperti dikejar-kejar karena
melihat pasien yang lain menunggu untuk diperiksa. Dampaknya adalah
pada ketidaktepatan mendiagnosa penyakit seperti tercermin pada
dimensi reability yang memperoleh proporsi terendah.
Waktu buka RSUD Bayu Asih yang mengikuti jam kerja pegawai negeri,
tampaknya banyak di persoalkan sejumlah pasien. Pasien yang umumnya
datang pagi-pagi sekali (sebagian besar datang sebelum pukul 07.00 wib)
merasa kehilangan waktu menunggu sampai bukanya RSUD Bayu Asih,
karena setelah ke RSUD Bayu Asih mereka harus mencari nafkah (bagi
yang sakit ringan). Dari beberapa responden menghendaki RSUD Bayu
Asih buka selama 24 jam atau mulai buka lebih awal yaitu pukul 06.00
wib.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator adanya kepastian
biaya (tidak bayar) menjadi pendorong positif pada dimensi assurance,
dan indikator kecukupan waktu perlu diperhatikan agar tampilan dimensi
assurance lebih baik lagi di masa yang akan datang.
4.2.2.5 Emphaty
20)
Kepedulian petugas terhadap pasien
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Pernyataan sikap responden terhadap indikator kedua puluh, yaitu
adanya kepedulian yang cukup tinggi dari para petugas kepada para
pasien keluarga miskin yang berobat di RSUD Bayu Asih, ditunjukan
sebagai berikut :
TABEL 4.56
Tanggapan responden terhadap kepedulian petugas terhadap pasien miskin
Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
%
1
STS
0
0
2
TS
1
1
3
R
19
19
4
S
73
73
5
SS
16
16
100
100
TOTAL
21)
JUMLAH
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kepedulian petugas
terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih.
Kehendak petugas membantu pasien
Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh satu, yaitu
kehendak petugas membantu pasien keluarga miskin di RSUD Bayu Asih,
ditunjukan sebagai berikut :
TABEL 4.57
Tanggapan responden terhadap kehendak petugas membantu terhadap
pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
3
3
3
R
14
14
4
S
71
71
5
SS
12
12
100
100
TOTAL
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
22)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kehendak petugas
membantu terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih.
Kehendak mendengar keluhan pasien
Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh dua, yaitu
kehendak petugas mendengar keluhan pasien keluarga miskin di RSUD
Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.58
Tanggapan responden terhadap kehendak petugas mendengar keluhan
pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
3
3
3
R
14
14
4
S
69
69
5
SS
14
14
100
100
TOTAL
23)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kehendak petugas
mendengar keluhan terhadap pasien miskin di RSUD Bayu Asih.
Kesedian petugas untuk dihubungi
Pernyataan sikap responden terhadap indikator dua puluh tiga, yaitu
kesedian petugas untuk dihubungi terhadap pasien keluarga miskin di
RSUD Bayu Asih, ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 4.59
Tanggapan responden terhadap kesedian petugas untuk dihubungi terhadap
pasien miskin Dalam pengobatan di RSUD Bayu Asih
NOMOR
TANGGAPAN
JUMLAH
%
1
STS
0
0
2
TS
9
9
3
R
23
23
4
S
64
64
5
SS
4
4
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
TOTAL
100
Kualitas Pelayanan Di Rumah
Sakit Umum Daerah Bayu Asih100
Kabupaten Purwakarta
(Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Tabel di atas menunjukan sebagian besar dari responden telah
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa kesedian petugas untuk
dihubungi pasien miskin di RSUD Bayu Asih.
Emphaty dibentuk oleh empat indikator yaitu :
a. Kepedulian petugas
b. Kehendak petugas membantu pasien
c. Kehendak mendengar keluhan pasien
d. Kesedian petugas dihubungi
Memperoleh skor 2795 atau 77,64% dari skor harapan 3600 (table
4.74),selanjutnya dari empat indikator pembentuk dimensi emphaty
adalah indikator kepedulian terhadap pasien yang memperoleh proporsi
tertinggi dengan skor 728 atau 80,89% dari skor harapan 900, sedangkan
skor terendah adalah petugas untuk dihubungi dengan skor 665 atau
72,78% (table 4.74).
Menurut pengamatan penyusun wujud kepedulisn petugas terhadap
pasien adalah terlayaninya seluruh pasien keluarga miskin dan tidak
mampu yang datang berobat. Pertanyaan –pertanyaan petugas dengan
kepeduliannya menanyakan sudah sembuh dan sudah makanndan
minum obat meruapak bentuk kepedulian petugas.
4.2.2.6. Rekapitulasi Variabel Kualitas Pelayanan (Y)
Untuk dapat melihat gambaran variabel kualitas pelayanan dapat
dianalisa dengan membandingkan antara nilai skor yang diperolehnya dengan
nilai skor harapan. Dari proses pemberian skor melalui skala Likert pada berbagai
indikator yang ada secara ringkas telah memberikan ukuran yang mewakili
variabel kualitas pelayanan sebagai berikut :
Tabel 4.60
Rekapitulasi Slor Variabel Y, Skor Item Pembentuknya
dan Prporsionalnya Terhadap Skor Harapan
No. Item
Var Y
Nilai Skor
Aktual
Harapan
A/H
(%)
1
728
900
80.89
2
734
900
81.56
3
746
900
82.89
4
746
900
82.89
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
5
756
900
84.00
6
749
900
83.22
Tangible
4459
5400
82.57
7
728
900
80.89
8
707
900
78.56
9
737
900
81.89
10
719
900
79.89
Reability
2891
3600
80.31
11
703
900
78.11
12
725
900
80.56
13
722
900
80.22
14
725
900
80.56
15
744
900
82.67
Responsiveness
3619
4500
80.42
16
744
900
82.67
17
736
900
81.78
18
731
900
81.22
19
864
900
96.00
Assurace
3075
3600
85.42
20
728
900
80.89
21
704
900
78.22
22
708
900
78.67
23
655
900
72.78
Emphaty
2795
3600
77.64
Total Y
16839
20700
81.35
Variabel kualiatas pelayanan menurut penilaian responden memilik skor 16836,
sedangkan nilai skor idealnya 20700. Dengan demikian variabel kualitas
pelayanan menurut penilaian responden adalah mencapai 81,35% dari kondisi
idealnya.
Akan tetapi apabila ditelaah untuk perolehan nilai skor pada pembentuk masingmasing variabel kualitas pelayanan, maka dapt dilihat proporsi nilai tertinggi
idelannya ada pada assurance 85,42% dan proporsi terendah ada pada emphaty
77,64%, sehingga assurance merupakan dorongan positif untuk variabel kualitas
pelayanan dan untuk emphaty supay a bisa diperhatikan kembali lebih baik lagi,
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
karena dalam upaya memperbaiki kondisi kualitas pelayan pada program
Jamkesmas.
Apabila kita telaah lagi maka untuk perolehan nilai skor pada masing-masing
indikator sebagai pembentuk kualitas pelayanan, maka dapat dilihat proporsi
teringgi terhadap kondsi idealnya pada indikator dibebaskannya pasien keluarga
miskin dan tidak mampu dari biaya berobat 96,00%, dan proporsi terndah adalah
kesedian petugas untuk dihubungi pasien pada saat dibuthkan 72,78%, sehingga
dibebaskannya biaya berobat bagi pasien keluarga miskin sanagt positif bagi
variabel kualitas pelayanan, sedangkan nfaktor kesediaan petugas untuk bisa
dihubungi oleh pasien disaat dibutuhkan perlu di perhatikan lagi.
Variabel kualiatas pelayanan menurut penilaian responden memilik skor 16836,
sedangkan nilai skor idealnya 20700. Dengan demikian variabel kualitas
pelayanan menurut penilaian responden adalah mencapai 81,35% dari kondisi
idealnya.
Akan tetapi apabila ditelaah untuk perolehan nilai skor pada pembentuk masingmasing variabel kualitas pelayanan, maka dapt dilihat proporsi nilai tertinggi
idelannya ada pada assurance 85,42% dan proporsi terendah ada pada emphaty
77,64%, sehingga assurance merupakan dorongan positif untuk variabel kualitas
pelayanan dan untuk emphaty supay a bisa diperhatikan kembali lebih baik lagi,
karena dalam upaya memperbaiki kondisi kualitas pelayan pada program
Jamkesmas.
Apabila kita telaah lagi maka untuk perolehan nilai skor pada masing-masing
indikator sebagai pembentuk kualitas pelayanan, maka dapat dilihat proporsi
teringgi terhadap kondsi idealnya pada indikator dibebaskannya pasien keluarga
miskin dan tidak mampu dari biaya berobat 96,00%, dan proporsi terndah adalah
kesedian petugas untuk dihubungi pasien pada saat dibuthkan 72,78%, sehingga
dibebaskannya biaya berobat bagi pasien keluarga miskin sanagt positif bagi
variabel kualitas pelayanan, sedangkan nfaktor kesediaan petugas untuk bisa
dihubungi oleh pasien disaat dibutuhkan perlu di perhatikan lagi dalam upaya
memperbaiki kualitas pelayanan pada program Jamkesmas.
Total skor minimal analisis variabel kualitas pelayanan adalah 4140, dengan skor
minimalnya 20700, karena rancangan kesimpulan tentang kondisi
variabelkualitas pelayanan akan diambil dari lima klasifikasi yaitu : sangat tidak
baik, tidak baik, kurang baik , baik ,sangat baik maka interval klasifikasinya
adalah 3312, dengan demikian batasan skor pada lima rancangan tersebut
adalah berikut kesimpulan bagi variabel struktur kualitas pelayananannya adalah
sebagai berikut :
TABEL 4.61
Rancangan ,interval skor dan kesimpulan variabel Y
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Rancangan
Kesimpulan
Interval Skor
Sangat Tidak Baik
4140
7452
Tidak Baik
7453
10764
Kurang Baik
10765
Baik
14077
17388
Sangat Baik
17389
20700
s/d
Skor Aktual
Kesimpulan
Var Y
16839
Baik
14076
Sehubunganperolehan skor actual dari variabel kualitas pelayanan adalah 16839,
dan terletak pada interval skor 14077 sampai dengan 17388, sehingga variabel
kualitas pelayanan menurut responden adalah “baik” dan mencapai 81,35% dari
kondisi idealnya.
4.3.
Pengaruh Implementasi Jamkesmas (X) Terhadap Kualitas Pelayanan
Keluarga Miskin (Y)
Seperti yang telah dijabarkan pada kerangka pemikiran , Program
Jamkesmas dijabarkan kedalam empat sub variabel , yaitu : Komunikasi (X1),
sumber daya (X2), sikap implementor (3), dan struktur birokrasi (X4), keekpat sub
variabel tersebut akan mempengaruhi variabel kualitas pelayanan (Y) yang akan
digambarkan paradigmanya dalam suatu struktur sebagai berikut :
Gambar 4.2
Paradigma Penelitian
X1
X2
E
X3
Y
X4
Keterangan :
- Komunikasi X1
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
-
Sumber Daya X2
Sikap Implementor X3
Struktur Birokrasi X4
Kualitas Pelayanan Y
Bentuk persamaan matematis dari model tersebut adalah :
Y = P y-x1 . X1 + P y-x2. X2+P y-x3. X3+P y-x4. X+ E
Dalam penelitian ini digunakan model statistika Path analysis (analisis
jalur) yang termasuk dalam statistika parametric sehingga data-data dari kelima
variabelpenelitian yang berskala ukur ordinal harus ditransformasimenjadi
berskala ukur interval melalui method of successive interval. Rincian dari proses
tersebut dapat dilihat dalam lampiran.
Tahap berikutnya akan dilakukan proses analisis jalur dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Penentuan Matriks Korelasi
Matriks korelasi diperoleh melalui kumpulan nilai koefisienkorelasi dari
seluruh variabel penelitan dengan hasil sebagai berikut :
MATRIK KORELASI
X1
X2
X3
X4
Y
X1
1
0.6121
0.5244
0.6532
0.7258
X2
0.6121
1
0.5785
0.592
0.7107
X3
0.5244
0.5785
1
0.5942
0.6765
X4
0.6532
0.5982
0.5942
1
0.6892
Y
0.7258
0.7107
0.6765
0.6892
1
Perolehan matrik korelasi ini memperlihatkan nilai korelasi keeratan
hubungan diantara variabel-variabel penelitian.
Dari matrik korelasi diatas dapat diketahui derajat keeratan hubungan
sub antara variabel eksogen (X) maupun dengan variabel endogen (Y)
dengan berlandaskan criteria Guilford (1979) sebagai berikut :
1. X1, X2 sebesar 0,6121 , derajat keeratan hubungannya cukup.
2. X1, X3 sebesar 0,5244 , derajat keeratan hubungannya cukup.
3. X1, X4 sebesar 0,6532, derajat keeratan hubungannya cukup.
4. X1,Y sebesar 0,7258 , derajat kertan hubungannya kuat.
5. X2,X3 sebesar 0,5785, derajat keeratan hubungannya cukup.
6. X2,X4 sebesar 0,5982 derajat keeratan hubungannya cukup.
7. X2,Y sebesar 0.7107, derajat keeratan hubungannya kuat.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
8. X3,X4sebesar 0,5942, derajat keeratan hubungannya cukup.
9. X3, Y sebesar 0,6765, derajat keeratan hubungannya cukup.
10. X4, Y sebesar 0,6892, derajat keeratan hubungannya kuat.
b. Penetuan Matrik Inversi
Pada variabel eksogen (variabel bebas)dari matrik korelasi tersebut yang
dirumuskan matrik inversinya sebagai berikut :
MATRIK INVERSI
X1
X2
X3
X4
X1
2.0371
-0.6282 -0.2127 -0.8284
X2
-0.6282
1.9629
-0.5443
0.4405
X3
-0.2127 -0.5443
1.7783
0.5922
X4
-0.8284 -0.4405 -0.5922
2.1565
Dari matrik inverse ini pada tahap berikutnya akan ditentukan nilai
koefisien jalur.
c. Penentuan Nilai Koefisien Jalur
Melalui perkalian antara matrik inverse variabel eksogen , dengan matrik
korelasi variabel endogen, diperoleh nilai koefisien jalur (Py-x1) bahwa
Dari nilai koefisien jalur tersebut dapat diperoleh dan diketahui kondisi
pengaruh relatif antar hubungan variabel yang diteliti , yang mana
semakin besar nilai koefisien jalur maka semakin besar juga pengaruh
relatifnhya.
d. Penentuan Nilai Koefisisien Determinasi
Melalui pertalian antara transpose matrik koefisien jalur dengan matrik
korelasi variabel endogen diperoleh nilai koefisien determinasi bahwa Nilai
koefisien determinasi ini menunjukkan besaran peroporsi pengaruh variabel
–variabel eksogen secara serempak terhadap variabel endogen.
e. Penentuan Nilai Koefisien Jalur Variabel Lainnya
Variabel lain ( )di luar variabel eksogen penelitian yang dianggap turut
mempengaruhi variabel endogen diperoleh dengan cara sebagai berikut :
V 1-0,7099 =0,5386
f. Pengujian Secara Serempak (over all) dilakukan melalui uji F dengan hasil
bahwa Sehubungan diperoleh nya nilai F hitung yang lebih besar dari f table
atau diperolehnya nilai P value yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, maka
hasilpengujian statistiktersebut menunjukkan signifikan. Artinya hasil uji
statistik memberikann indikasi objek bahwa secara nyata ada pengaruh
serempak dari varabel-variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y)
ditingkat populasinya.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
g. Pengujian Secara Parsial Melalui Uji t
uji staistik secara individu (parsial) dilakukan melalui uji t pada masingmasing jalur, dengan hasil bahwa hasil uji ini menunjukan bahwa semua jalur
yang dianalisnilai hitungnya lebih besar dari nilai t tabelnya α = 0,05, sehingga
hasil uji parsial untuk semua jalur signifikan.Sehingga hasil uji statistik
memberikan indikasi objektif bahwa secara nyata ada pengaruh parsial dari
masing-masing variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y).
Berdasarkan proses diatas dapat dikemukakan kesimpulan paradigm hasil
penelitian untuk tingkat populasinya sebagai berikut :
Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa adanya pengaruh yang nyata untuk
semua jalur (signifikan) yaitu jalur pengaruh komunikasi terhadap kualitas
pelayanan (P y-x1), jalur pengaruh sumber daya terhadap kualitas pelayanan (P
y-x2), jalur pengaruh sikap implementor terhadap kualitas pelayanan (P y-x30
dan jalur struktur birokrasi terhadap kualitas pelayanan (P y-x4) dan ini
menunjukkan bahwa seluruh rumusan hipotesis penelitian baik secar serempak
maupun persial telah teruji dengan derajat kepercayaan 95% atau (@ = 0,05).
Sehingga data tersebut memperlihatkan bahwa variabek oksigen yang ada
bernilai positif karena membaiknya komunikasi X1, sumber daya X2, sikap
implementor X3, dan struktur birokrasi X4 akan menjadi meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap keluarga miskin dan tidak mampu pesrta Jamkesmas.
Dari hasil penelitian bahwa nilai jalur kofisien yang terbesar adalantar dimensi
komunikasi (P y-x1 = 0,3172), sehingga dimensi inilah yang mempunyai pengaruh
besar terhadap kualitas pelayanan, dan urutan yang kedua adalah dimensi
sumber daya (P y-x2 =0,2672) dan sikap implementor (p y-x3 = 0,2537)
sedangkan dimensi struktur birokrasi memberikan pengaruh kecil terhadap
kualitas pelayanan (P y-x4 = 0,175).
Tabel 4.62
Proporsi factor-faktor (X1) yang mempengaruhi Kualitas Pelayanan (Y) pada
Program Jamkesmas
Koefisien Determinasi
Pengaruh Antar Variabel
Nilai
%
X1 terhadap Y
X2 terhadap Y
X3 terhadap Y
X4 terhadap
0.2302
0.1899
0.1716
0.1182
23.02
1899
17.16
11.83
Total
0.7099
70.99
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Dari data table diatas dapat diketahui pengaruh yang dominan adalah
komunikasi (23,02 %), diikuti sumber daya (18,99%), sikap implementor
(17,66%), dan struktur birokrasi (11,82%), diperolehnya koefisien determinasi
total R2 =70,99% menunukkan bahwa kualitas pelayanan dipengaruhi sebesar
70,99% secara bersama-sama dengan dimensi komunikasi, sumber daya, sikap
implementor dan struktur birokrasi , implikasinya adalah urutan sub variabel
tersebut menjadi skala prioritas untuk dipertbaiki apabila ingin meningkatkan
kualitas pelayanan pada RSUD Bayu Asih Purwakarta.
4.3.1. Pengaruh Komunikasi
Komunikasi X1 yang terbentuk dari indikator :
a. Kemampuan petugas dalam memnysampsikan informasi
b. Kejelasan petunjuk
c. Kejelasan perintah kepada pelaksana
d. Kejelasan informasi cara berobat
e. Media informasi yangdigunakan
f. Respon penerima informasi
g. Kepastaian perintah
h. Kesesuaian pendidikan dengan tugas
Kejelasan informasi memperoleh informasi sebesar 6605 atau 81,54%
dari skor harapan 8100 (table 4.24) dengan kriteria “baik” (table 4.25) dan
berpengaruh langsung maupun tidak langsung sebesar 23,02% terhadap kualitas
pelayanan (Y) pada Program Jamkesmas. Pengaruh langsung tidak langsung
pendapat komunikasi X1 terhadap kualitas pelayanan (Y)
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
penerima pesan melalui suatu alat dengan maksud tertentu. Dan komunikasi
merupakan syarat utama bagi efektifitas kebijakan.
Jadi agar kumunikasi bisa berjalan dengan baik maka orang- orang yang
etrlibat didalamnya dalam pelaksanaannya harus memahami apa yang akan
dilakukan.
Menurut pengamatan penyusun pengeruh sebesar 23,02% dari
komunikasi terhadap kualitas pelayanan dapat terjadi karena adanya
pemahaman yang jelas tentang petunjuk teknis, kejelasan dan kepastian
perintah atasan juga dapat disampaikan secara pribadi dengan bahasa yang
dapat dimengerti dan difahami dan menghormati pelaksanaan di RSUD Bayu Asih
Purwakarta. Penggunaan bahasa daerah sunda sangat memungkinkan mengingat
sebagian besar responden adalah keluarga miskin dngan latar belakang
pendidikan tidak tamat sekolah dasar atau tamat sekolah dasar.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Di posisi lain proporsi nyang terendah dari indikator pembentuk
komunikasi adalah pada informasi prosedur berobat. Karena informasi prosedur
berobat telah dilakukan namun informasi tersebut ditulis dengan huruf kecil atau
dengan pengumuman sehingga kurang memperoleh perhatian dari keluarga
miskin. Dan prosedur berobat juga dipersoalkan dikala si pasien lupa membawa
kartu Jamkesmas nyang harus diperlihatkan pada saat awal untuk berobat.
4.3.2. Pengaruh Sumber Daya
Sumber daya X2 yang dibentuk dengan indikator :
a. Jumlah petugas kesehatan
b. Kompetensi petugas kesehatan
c. Kecukupan kewenangan petugas
d. Kecukupan dana
e. Ketersedian peralatan medis
f. Ketersedian obat-obatan
g. Kelaikan peralatan medis
h. Ketersedian peralatan kantor
Sebagai representsi dari staf wewenang dan fasilitas memperoleh skor
sebesar 5381 atau 74,74% dari skor harapan7200 (tabel 4.34) dengan kriteria
“baik” (tabel 4.35) dan pengaruh langsung sebesar 18,99% terhadap kualitas
pelayanan (Y) pada program Jamkesmas.
Pengaruh lansung dan tidak lansung summber daya (X2) terhadap
kualitas pelayanan (Y) adalah dari delapan indikator sumber daya X2tersebut
kompetensi petugas kesehatanmemperoleh skor tinggi yaitu 721 atau 80,11%
dari skor harapan 900, sedangkan indikator pembentuk terendah dengan skor
644 atau 71,56% adalah ketersedian peralatan medis tabel 4.34).
Sumber daya pada dasarnya terdiri dari tiga pokok yaitu sumber daya
manusia, dana dan sarana prasarana, disamping itu juga adanya professional
dalam melaksanakan tugasnya yaitu suatu kemampuan dari seeorang dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidangnya masing-masing dan juga
adanya kompetensi yaitu mempyani keahliannya dibidangnya.
4.3.4. Pengaruh Struktut Birokrasi
Sub varaibel keempat dari implementasi kebijakan adalah struktur
birokrasi (X4) yang dibentuk oleh lima indikator :
a. Kejelasan prosedur kerja
b. Kejelasan intitusi terkait
c. Pelaksanaan koordinasi dengan intitusi terkait
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
d. Dukungan intitusi terkait
e. Kejelasan dan kewenangan intitusi terkait
Sebagai representasi dari standar prosedur operasional dan fragmentasi
memperoleh skor 3528 atau 78,40% dari skor harapan 4500 ( tabel 4.49) dengan
kriteria “ baik “ (tabel 4.50) dan berpengaruh langsung sebesar 11,82% terhadap
kualitas pelayanan (Y) pada program Jamkesmas. Dari lima indikator pembentuk
struktu birokrasi (X4) adalah indikator kejelasan intitusi terkait dalam
penyelenggaraan program ini memperoleh proporsi tinggi skor 724 atau 80,44%
dari skor harapan sedangak indikator pembentuk dengan proporsi terndah
dengan skor 677 atau 75,22% adalah dukungan intitusi terkait.
Struktur birokrasi adalah salah satu yang sangat terpenting dalam
implementasi kebijakan bahkan akan menjadi penghambat apabila tidak dapat
mengakomodir berbagai pekerjasn yang harus dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah penyusun menguraikan permasalahan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Hasil analisa terhadap komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur
birokrasi pada program Jamkesmas secara bersama-sama sangat
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keluarga miskin dan tidak
mampu. Propirsi pengaruh tertinggi dari pembentuk variabel implementasi
kebijakan adalah komunikasi, hal ini terjadi karena transmisi kebijakan dan
komunikasi dilakukan dengan bahasa daerah yang mudah dimengerti dan
didukung oleh kompentensi petugas kesehatan dan medis dengan adanya
komitmen dari pimpinan untuk melaksanakan tugas sehingga
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
menumbuhkan sikap yang memandang pekerjaan sebagai sosial,
sedangkan pembentuk dengan propirsi pengaruh terndah adalah dimensi
struktur organisasi. Dengan demikian teori kebijakan publik tentang
implementasi kebijakan dari Edward III dapat dijadikan landasan untuk
menganalisa suatu kebijakan.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut diatas dapat dikatakan
bahwa temuan dari penelitian adalah imlementasi kebijakan sangat berkaitan
erat dengan faktor lingkungan dimana kebijakan itu dilaksanakan dan yang paling
mempengaruhi penyampaian atau komunikasi dengan penggunaan bahasa
daerah dalam transmisi kebijakan, baik antar petugas pelaksana maupun antar
petugas pelaksana dengan masyarakat miskin dan tidak mampu.
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu hanya dengan berkaitan
dengan aspek SDM, prosedur kerja serta kualitas pelayanan kesehatan
keluarga miskin dan tidak mampu yang digunakan untuk mengkaji
kepuasan pasien keluarga miskin dan tidak mampu peserta program
Jamkesmas di RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, pelaksanaannya
lebih baik lagi perlu memanfaatkan faktor lingkungan sekitarnya dengan
penggunaan bahasa yang mudah dimengerti dan dapat difahami adanya
komitmen dan tanggungjawab sebagai pemimpin yang dapat
menumbuhkan kopentensi sosial yang tinggi dikalangan petugas
pelaksana.
Selanjutnya agar implementasi kebijakan dapat berhasil dengan baik
dan berkualitas untuk pelayanan kesehatan keluarga miskin dan tidak
mampu dapat ditingkatkan dimasa yang akan datang, maka RSUD Bayu
Asih Kabupaten Purwakarta masih perlu mengadakan :
Pembinaan dan penambahan SDM hususnya tenaga medis sehingga
keluhan pasien berobat dapat ditangani dengan baik dan dapat
memuaskan pelaksana pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin
dan tidak mampu dengan meningkatkan ketrampilan, kemampuan
dan sikap mentaalnya melalui informasi prosedur program
Jamkesmas dengan bimbingan dan pengawasan serta adanya diklatdiklat ketrampilan dan arahan pelayanan kesehatan keluarga miskin
dan tidak mampu, juga adanya informasi prosedur berobat berobat
bagi keluarga miskin dan tidak mampu dengan membuat informasi
dalam bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami . Selain itu juga
harus ada perukutan penambahan atau pengangkatan cleaning servis
yang bekerja sama dengan pihak lain sebagai penyalur tenaga
sehingga ruang tunggu, ruang inap dan ruangan lain di RSUD Bayu
Asih dapat terjaga dan tertata rapi kebersihannya.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Perlu adanya pelengkapan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
baik infrastruktur, alat-alat medis dan alat non medis, perlu adanya
saran dan kritikan pasien serta dapat melaksanakan survey kepuasan
pasien.
Kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta seharusnya lebih
meningkatkan perannya hususnya kepada institusi terkait Dinas
Tenaga Kerja, Dinas Perindustrian bukan hanya hadir dalam rapat
koordinasi saja akan tetapi juga perlu memikirkan bagaimana bisa
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, pada
bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya sehingga diharapkan bisa
menyerap lapangan kerja baru dan juga meningkatkan produksi
dibidang perindustrian atau adanya home industri sehingga dapat
meningkatkan pendapatan baru. Kedua hal tersebut diatas dapat
mengurangi tingkat pengangguran dan dapat meningkatkan
kehidupan kesejahteraan serta derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin.2004. Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijakan Negara.Jakarta :Bumi Aksara.
Azwar, Azrul, H. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar
Harapan.
Dunn. N William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS.
Departemen Kesehatan RI.2009. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS). Jakarta: Departemen Kesehtan RI.
Edward III, C, George.1980. Implementing Public Policy. New Jersey, USA:
Prentice Hall, Inc.
Grindle, Merilee S.1980. Politics and Policy Implementation in The Third World.
USA :Princeton University Press.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Kaloh J. 2003. Kepala Daerah : Pola Kegiatan Dan Kekuasaan Dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kerlinger, Fred N.2000. Asas-asa Penelitian Behavioral.Terjemahan, Landung R
simatupang. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ishak Kusnandar, 2005, Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Pelayanan
Ijin Mendirikan Bangunan (Studi di Kabupaten Garut – Tasikmalayan –
Ciamis), Program Pascasarjana Unpad, Bandung
Lenvine, Charles H.,1990. Public Administration : Chalenges, Choice,
Consequences. Illinois: Scott Foreman.
Monier, H.A.S. 1998. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ndraha, Tali Ziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan). Jakarta: Rineka
Cipta
Prakoso Djoko, Murtika I Ketut, 2004. Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Republik Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Jakarta.
Republik Indonesia, (2008), Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
125/Menkes/SK/II/2008, tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Rewansyah, 2005, Pengaruh Pemberdayaan Dan Pengawasan Terhadap Kualitas
Pelayanan Kesehatan (Studi di RSUD Tanggerang), Program Pascasarjana
Unpad, Bandung
Saefuddin Fedyani, Ilyas Yaslis, Managed Care: Mengintegrasikan
Penyelenggaraan dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI dan PT (Persero) Askes.
Senge, M., Peter. 1994. The Fiftth Diciplin.New Jersey: Chatham House
Publishing.
Siagian, Sondang P.2003. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sianipar, J.P.G.1999. Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: LAN
Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian.Bandung : CV Alfabeta.
Saefullah A Djadja H. 2007. Pemikiran Kontemporer Administrasi
Publik,Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam Era
Desentralisasi. Laboratorium Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan
Administrasi Negara LP3AN FISIP UNPAD.
Suharto Edi. 2007 . Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Alfabeta Bandung.
Tachjan.H. 2006 . Implementasi KebijakanPublik.AIPI BANDUNG-PUSLIT KP2W
LEMLIT UNPAD.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Jurnal Tijaroh Ekonomi ISSN: 2356-4059
STEI Bina Cipta Madani (Volume 3 No. 2 Tahun 2015)
Thabrany Hasbullah, Asuransi Kesehatan Nasional. Jakarta : Perhimpunan Ahli
Manajemen Jaminan dan Asuransi Kesehatan Indonesia.
Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Van Meter, Donald S and carle Van Horn. 1975. The Policy Implementation
Process, A Conceptual Framework. Departement of Political Science, Ohio
State University.
Widodo, J. 2001. Good Governonce Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas Dan
Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Surabaya:
Ihsan Cendekia.
---------. Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. 2010.
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Purwakarta.
---------. Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. 2010. Purwakarta Dalam
Angka 2010.
Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap
Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta (Khudri)
Download