BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sruktural Fungsional Durkheim meletakkan landasan paradigma fakta sosial melalui karyanya “ The rules of sociological Method” (1905) dan socide (1987). Durkheim melihat sosiologi yang baru lahir itu dalam upaya untuk memperoleh kedudukan sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri, tengah berada dalam ancaman bahaya kekuatan pengaruh dua cabang ilmu pengetahuan yang telah berdiri kokoh, yakni filsafat dan psikologi. Durkheim melihat filsafat sebagai ancaman dari lewat dua tokoh sosiologi dominan saat itu ,yaitu comte dan Spencer. Keduanya memiliki pandangan yang lebih bersifat filosophi dari pada sosiologis. Karena itu Durkheim mencoba menguji teori-teori yang dihasilkan dari belakang meja atau dari hasil pemikiran spekulatif itu dengan data kongkrit berdasarkan penelitian empiris. Menurut Durkheim data Empiris inilah yang membedakan antara sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan dari filsafat. Secara garis besarnya fakta sosial terdiri atas dua tipe, Masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih terperinci, fakta sosial itu terdiri dari kelompok, kesatuan masyarakat tertentu (societies) , sistem sosial, posisi, peranan, nilai-nilai, keluarga , pemerintahan, dan sebagainya. Ada empat varian teori yang bergabung didalam paradigma fakta sosial yaitu : 1. Teori Fungsionalisme Struktural Universitas Sumatera Utara 2. Teori konlik 3. Teori system 4. Teori sosiologi makro Struktural fungsional juga memunculkan asumsi tentang hakekat manusia. Didalam fungsionalisme, manusia di perlukan sebagai abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membentuk stuktur sosial. Didalam perwujutannya, struktural fungsional memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah di rancang sebelumnya sesuai dengan norma-norma/ aturan-aturan masyarakat. Artinya manusia di bentuk oleh struktur sosial dimana ia hidup, yang didalam melakukan tindakannya manusia memiliki beberapa pilihan/alternatif yang secara sosial di mantapkan oleh tuntutan-tuntutan normatif. Dengan demikian manusia merupakan aktor-aktor yang memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan dan bukan sebagai robot-robot otomatis yang tindakan-tindakannya benar-benar telah ditentukan sebelumnya, (poloma, 1987 :45) Pendekatan struktural fungsional di bangun atas asumsi bahwa masyarakat merupakan organisasi. Karena itu penekanan dari pendekatan ini pada umumnya diberikan kepada institusi sosial dan program jamkesmas yaitu berupa bagian dari program kesehatan dari pemerintah merupakan suatu institusi sosial. Disamping itu teori ini cenderung memusatkan perhatian pada fungsi yang harus dipenuhi oleh setiap sistem yang hidup untuk kelestariannya. Universitas Sumatera Utara Disamping menggunakan teori fugsional Parsons, peneliti juga menggunakan teori fungsional Robert K Merton yang menjelaskan bahwa analisis srtuktural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat dan kultur. Perbedaan analisa Parsons dan Merton terletak Pada Kajian Merton mengenai disfungsional serta fungsi manifest dan fungsi Latent, dimana semua itu belum di jelaskan oleh Parsons. Merton dalam (Ritzer 2004: 142) menyatakan bahwa setiap objek yang dapat dijadikan sasaran analisis struktural fungsional tentu mencerminkan hal yang standar ( artinya terpola dan berulang). Sasaran studi struktural fungsional adalah : peran sosial, pola institusional, proses sosial, pola kultur, emosi yang terpola secara kultural, norma sosial. Organisasi kelompok, struktural sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Dimana struktur sosial lebih dipusatkan pada fungsi sosial dibandingkan motif individual. Fungsi itu sendiri didefenisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang dapat menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem itu. Dalam pembahasan mengenai struktur sosial, Merton dalam (Kamanto 2000:186) mengemukakan bahwa dalam struktur sosial dan budaya di jumpai tujuan, sasaran dan kepentingan yang didefenisikan sebagai tujuan yang sah bagi seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Institusi dan struktur budaya mengatur cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton struktural sosial tidak hanya menghasilkan perilaku konformis, tetapi menghasilkan pula perilaku menyimpang nonkonform. Universitas Sumatera Utara Ketika menjelaskan teori fungsional Merton dalam (Ritzer 2004:142) menunjukan bahwa struktur mungkin bersifat disfungsional untuk sistem secara keseluruhan. Dengan demikian tidak semua srtuktur diperlukan untuk berfungsinya sistem sosial, dimana akibat yang tidak diharapkan tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat dari yang tidak diharapkan, satu jenis fungsional untuk jenis tertentu. Parsons dalam (Doyle 1986 : 103) menyatakan bahwa kenyataan sosial dari suatu perspektif tidak terbatas pada tingkat struktur sosial saja. Sistem sosial hanya salah satu dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif keseluruhan; sistem kepribadian dan sistem budaya merupakan sistem-sistem yang secara analitis dapat di bedakan, juga termasuk di dalamnya seperti halnya dengan organisme perilaku, sistem sosial terbentuk dari tindakan-tindakan sosial individu. Inti pemikiran parsons adalah bahwa : 1. tindakan itu di arahkan pada tujuan ( memiliki suatu tujuan) 2. tindakan terjadi dalam situasi, dimana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak itu sebagai alat mencapai tujuan itu. 3. secara normative tindakan itu di atur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan. Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan sosial yang paling kecil dan yang paling fundamental . Komponen-komponen dasar dari satuan tindakan Universitas Sumatera Utara adalah tujuan , alat, kondisi dan norma. Alat dan kondisi berbeda dalam hal dimana orang yang bertindak itu mampu menggunakan alat dan usahanya mencapai tujuan ; kondisi merupakan aspek situasi yang tidak dapat dikontrol oleh yang bertindak itu. Ide-ide mengenai hakekat tindakan sosial sesuai dengan pikiran sehat dan pengalaman sehari-hari. Pasti banyak orang mengenal tindakannya sendiri sebagai tujuan yang di atur secara normatif dan banyak pula yang mengakui bahwa situasi dimana tindakan itu terjadi dan juga penting. Struktural fungsional sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. Sistem adalah organisasi dari keseluruhan bagian- bagian yang saling tergantung. Sedangkan sistem soial adalah struktur atau bagian yang saling berhubungan aatu posisi-posisi yang saling dihubungkan oleh peranan timbal balik yang diharapkan. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain. Pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan program jamkesmas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Masyarakat sebagai sumber daya manusia yang berperan sebagai asset negara untuk menuju pembangunan yang lebih baik maka harus menciptakan masyarakat yang sehat karena masyarakat merupakan sarana pelaksana pembangunan. Program jamkesmas yang merupakan sturuktur sosial yang diselenggarakan oleh rumah sakit serta puskesmas tidak terkecuali pada puskesmas Limbong. Sebagai sistem sosial, puskemas Limbong menjalankan program jamkesmas pada masyarakat Limbong. Masyarakat yang sebagai peserta jamkesmas memandang program Universitas Sumatera Utara jamkesmas fungsional yaitu dengan berorientasi pada masyarakat yang membutuhkan. dengan memberi respon terhadap program. Dengan mengacu pada kontribusi pemberian respon oleh peserta program jamkesmas maka dapat dilihat melalui respon yang diberikan bersifat fungsi manifest (diharapkan) atau sebaliknya atau fungsi latent oleh sistem sosial terhadap struktur. 2.2 Teori Dramaturgi Untuk memberikan tanggapan terhadap struktur didalam sistem sosial maka perlu juga dilihat bagaimana pemberian nilai oleh sistem terhadap struktur yang tergambar dalam teori dramaturgi. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinalah dramaturgi masuk, bagaimana individu menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan itu antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunaan kata, dan tindakan non verbal lainnya, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah ”impression management”. Universitas Sumatera Utara Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada diatas panggung (front stage) dan dibelakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu individu berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku individu. Sedangkan back stage adalah dimana individu berada dibelakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga individu dapat berperilaku bebas tanpa memperdulikan plot perilaku yang harus kita bawakan (http://meiliema.wordpress.com.2008/01/27/dramaturgi) Dramaturgis dianggap masuk kedalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai mahluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subjektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku obyektif, berlaku natural, mengikuti alur. Pelakunya menjalankan perannya secara natural, alamiah, mengetahui langkah-langkah yang harus dijalani. Masyarakat merupakan aktor yang sekaligus menjadi obyek didalam program jamkesmas. Peran masyarakat yang sebagai peserta jamkesmas adalah memberi tanggapan atau respon terhadap jalannya program jamkesmas. Bagaimana masyarakat yang menjadi peserta jamkesmas mengekspresikan sikap, persepsi, serta partisipasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya atau sebaliknya guna mencapai maksud masyarakat tersebut yang gambarkan dalam respon. Universitas Sumatera Utara 2.3 Respon Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang lebih mendeteil, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994;105). Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku ia menghadapi rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon tidak terlepas dari pembahasan sikap. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Respon merupakan sejumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui: a. Pengaruh atau penolakan b. Penilaian Universitas Sumatera Utara c. Suka atau tidak suka d. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek Menurut Hunt (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani represetasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang terjadi secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi, 1994;129). Respon dikatakan Darryl Beum sebagai tingkah laku atau sikap yang menjadi tingkah laku adekuat. Sementara itu Scheerer menyebutkan respon merupakan proses pengorganisasian sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan proksimal (Wirawan dalam skripsi Rahmadani:1999:14) Untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat. 2.3.1 Persepsi Persepsi menurut Mac Mahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat, mendengar, mencium dunia sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula Universitas Sumatera Utara didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia (Mac Mahon dalam Adi;1994:105) Berdasarkan uraian diatas William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data yang kita peroleh dari lingkungan yang kita serap oleh indra kita, serta sebagian yang lainnya. Diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memehami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu pencatatan yang benar (Rahmadani;1999:14) Fenomena lain yang terpenting dengan persepsi adalah atensi (attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasarkan diri proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori chanel kita tidak mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita. Hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah: a. Motif dan kebutuhan Universitas Sumatera Utara b. Prepator set, yaitu kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensori tertentu, tetapi tidak pada input yang lain. c. Minat (interest) Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi atensi: a. Intensitas dan ukuran (intensity and size) missal makin keras suatu bunyi semakin menarik perhatian seseorang b. Kontras dengan hal-hal baru c. Pengulangan d. Pengerakan Bila berbicara tentang respon tidak lepas dari perubahan konsep sikap. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsangan (Wirawan dalam Rahmadani,1999). 2.3.2 Sikap Salah satu pengertian sikap dikemukakan oleh Daryl Beum (1964) yang mendasarkan pada kenyataan Skinner bahwa tingkah laku manusia berkembang dan dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat yang member penguat pada individu untuk bertingkah laku secara tertentu. Berdasarkan pendapat Skinner itu Beum mengemukakan empat asumsi dasar yaitu; Universitas Sumatera Utara a. Setiap tingkah laku baik yang verbal maupun social adalah suatu hal yang bebas dan berdiri sendiri bukan merupakan refleksi sikap, system kepercayan, dorongan, kehendak, ataupun keadaan tersembunyi lainnya dalam diri individu. b. Rangsangan dan tingkah laku balas diolah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah laku. Konsep-konsep ini hanya dapat diukur secara fisik dan nyata c. Prinsip-prinsip hubungan rangsangan balas sebetulnya hanya sedikit. Ia kelihatan sangat bervariasinya lingkungan dimana hubungan rangsangan balas itu berlaku d. Dalam analisa tingkah laku perlu dihindari diikutsertakannya keadaankeadaan internal yang terjadi pada tingkah laku timbul, baik yang bersifat fisiologik, maupun konseptual. Berdasarkan asumsi-asumsi dasar tersebut, Beum mengemukakan teori tentang hubungan fungsional (fungsional relationship) dalam interaksi sosial. Dalam teori tersebut Beum menyatakan bahwa interaksi sosial terjadi dua macam hubungan yaitu; a. Hubungan fungsional dimana terdapat control penguat, yaitu apabila tingkah laku (respon) menimbulkan penguat (reward) Universitas Sumatera Utara b. Hubungan fungsional kedua terjadi jika tingkah laku balas jasa hanya mendapat ganjaarn pada keadaan-keadaan tertentu. Hubungan fungsional seperti ini disebut hubungan fungsional dimana terdapat kontrol diskriminatif (discriminative control) dan tingkah laku balas yang terjadi hanya jika ada rangsangan diskriminatif disebut tack. Tack lama-lama akan menjadi kepercayaan.Selanjutnya kumpulan kepercayaan terhadap suatu hal akan menyebabkan timbul sikap (attitude) tertentu terhadap hal tersebut. Sikap pada hakekatnya adalah tingkah laku balas yang tersembunyi (implicate response) yang terjadi langsung setelah terjadi rangsangan baik secara disadari atau tidak (Doob: 1947). Faktor-faktor yang tersembunyi ini ditambah dengan faktorfaktor lain dari dalam diri individu (internal factors) seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain akan menimbulkan tingkah laku nyata (over behavior). Dengan demikian maka, sikap selalu mendahului suatu tingkah lakunya tertentu dan selalu merujuk ketingkah laku nyata tersebut (Wirawan, 1998:17-20) 2.3.3 Partisipasi Didalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer partisipasi adalah ikut serta dalam suatu kegiatan. Partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap. Bila ditinjau dari segi motivasi, partisipasi masyarakat timbul karena: takut/terpaksa, ikutikutan, kesadaran. Partisipasi yang timbul karena takut biasanya akibat perintah atasan, partisipasi yang timbul karena ikut-ikutan disebabkan karena rasa solidaritas yang tinggi, dan persepsi yang timbul karena kesadaran diakibatkan oleh karena Universitas Sumatera Utara kehendak pribadi hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani (Hasanuddin, 1998:28) Faktor-faktor yang dipengaruhi respon, yaitu: 1. Diri orang yang bersangkutan apabila seseorang itu berusaha untuk memberikan interpretasi tentang apa yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, melihat, pengakuan dan harapan. 2. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda,atau respon peristiwa. Sifat-sifat sasaran ini biasanya berpengaruh terhadap respon seseorang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri llain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang. 3. Faktor situasi. Respon dapat dilihat secara karaktektual yang berarti dalam situasi manapun respon itu timbul perlu mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Hasanuddin,1998:14-15) Respon positif masyarakat berarti masyarakat setuju dengan program jamkesmas, yaitu mengetahui dan memahami mengenai program jamkesmas, manfaat dari program jamkesmas, mematuhi peraturan program yakni berupa membawa kartu jamkesmas sewaktu mempergunakan program, sehingga mengharapkan hasil yang memuaskan dari program Jamkesmas. Universitas Sumatera Utara Respon negatif masyarakat berarti masyarakat yang menjadi peserta jamkesmas tidak setuju dengan program jamkesmas; yaitu tidak mengetahui dan memahami mengenai jamkesmas, manfaat dari program Jamkesmas, bersifat apatis terhadap program jamkesmas, sehingga tidak mengharapkan hasil apa-apa dari program jamkesmas. 2.4 Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan mendiami wilayah atau daerah tertentu, serta mengembangkan norma-norma yang harus dipatuhi oleh para anggotanya. Masyarakat dibedakan dalam kata society dan community. Kata “society” itu menunjuk kepada pengertian masyarakatluas, yang merupakan kumpulan-kumpulan dari individu yang saling berinteraksi, yang mempunyai tujuan bersama, dan yang cenderung mempunyai kepercayaan, sikap dan persepsi yang sama. Selanjutnya society ini dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil yang dinamakan community atau komunitas (Solita Sarwono, 1997:2) Mac iver dan Charles H. Page menyatakan bahwa masyarakat adalah suatu system dari kebiasaan dan tata cara wewenang dari kerja sama antara berbagai kelompok dan golongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Universitas Sumatera Utara 2.5 Peranan jamkesmas terhadap masyarakat Perspektif dasar peranan adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh perananperanan yang diberikan oleh masyarakat bagi individu-individu untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, teori ini mengakui pengaruh faktor-faktor sosial pada tingkah laku individu dalam situasi yang berbeda. Peranan pada umumnya didefenisikan sebagai sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam situasi dan tidak sesuai dengan situasi dalam situasi lain relatif bebas pada seseorang yang menjalankan peranannya tersebut. Oleh karena itu masing-m,asing peranan diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam peranan tersebut. Peranan itu tidak hanya selalu dikaitkan dengan individu. Suatu institusi atau organisasi atau program sekalipun juga mempunyai peran pada masing-masing dalam perkembangannya. Jadi tidak hanya individu yang mempunyai peran pada masing-masing situasi tetapi juga berlaku institusi atau organisasi dalam bidangnya masing-masing. Universitas Sumatera Utara