RENCANA PENGELOLAAN KKP NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG, PROPINSI BALI KABUPATEN KLUNGKUNG 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, POKJA KKP Nusa Penida, Kabupaten Klungkung bekerjasama dengan Coral Triangle Center (CTC) telah dapat memfasilitasi pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida seluas 20.057,2 Ha dengan telah diterbitkannya Peraturan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan ini akan ditindaklanjuti dengan penetapan yang disahkan oleh Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Guna penetapan suatu kawasan konservasi perairan dipersyaratkan untuk menyusun sebuah rencana pengelolaan (Management Plan) kawasan itu sendiri, sehingga dalam pelaksanaan pengelolaannya nanti dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, Buku 1 Rencana Pengelolaan ini di susun sebagai bagian dalam penetapan sebagaimana dimaksudkan di atas. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini, mulai dari kerja fasilitasi di lapangan sampai kepada penyusunan dokumen rencana pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida ini. Klungkung, Desember 2012, BUPATI KLUNGKUNG I Wayan Candra, SH, MH, MBA , MBL DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……….…………………………..………………………….…… iii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. v DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. vi BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1.2 Tujuan dan Sasaran……………………………………………………… BAB 2. Potensi dan Permasalahan 2.1 Potensi……..……………………………………………........................... 2.1.1 Oseanografi dan Iklim……………………….................................... 2.1.2 Sumberdaya Pesisir ……………………………............................. 2.1.2.1. Terumbu Karang ........................................................................ 2.1.2.2. Ikan Karang................................................................................ 2.1.2.3. Hutan Bakau (Mangrove)........................................................... 2.1.2.4. Padang Lamun .......................................................................... 2.1.3 Sosial Budaya..……..…………………………………................... 2.1.5 Ekonomi .......................................................................................... 2.1.5.1 Pertanian dan Peternakan .............................................................. 2.1.5.2 Rumput Laut.................................................................................. 2.1.5.3. Perikanan........................................................................................ 2.1.5.4. Wisata Bahari................................................................................. 2.2 Permasalahan......................................................................................... 2.2.1 Penangkapan Ikan Merusak dan Ilegal...................................... 2.2.2 Eksploitasi Berlebihan Terhadap Sumberdaya Ikan....................... 2.2.3 Wisata Bahari Bersifat Masal dan Tidak Ramah Lingkungan.......... 2.2.4 Polusi................................................................................. 2.2.5 Melemahnya Penerapan Aturan Adat............................................. 2.2.6 Kurangnya Kesadaran Masyarakat................................................. 2.2.7.Kurangnya Aturan dan Kebijakan Terkait Pesisir dan Laut 2.2.8.Lemahnya Sumberdaya Manusia BAB 3. Arah Kebijakan Pengelolaan 3.1 Visi dan Misi….……………………………….………………………… 3.2 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan…………………..………………......... 3.3 Strategi Pengelolaan…………………………………………………...... 3.3.1.Perlindungan, Restorasi Jenis dan Ekosistem........................................ 3.3.2 Pengembangan Aspek Sosial-Ekonomi.................................................. 3.3.3 Tata Kelola dan Penguatan Kapasitas ................................................... 3.3.4.Monitoring dan evaluasi……………………................................... 3.4. Lembaga Pengelola Kolaborasi……………..………………………...... 3.4.1. Fungsi dan Wewenang 3.5. Kode Etik Wisata Bahari Nusa Penida 3.6. Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang BAB 4. Penataan Zonasi 4.1 Zona Inti ……………………………………………………………….... 4.2 Zona Perikanan Tradisional.... ………………………………………….. 4.3 Zona Wisata Bahari........................……………………………………... 4.4. Zona Wisata Bahari Khusus..................................................................... 4.5.Zona Budidaya Rumput Laut.................................................................... 4.6.Zona Suci................................................................................................... 4.7.Zona Pelabuhan.......................................................................................... BAB 5. Rencana Pengelolaan BAB 6. Tata Waktu dan Pembiayaan BAB 7. Penutup Daftar Pustaka Lampiran DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Batimetri Perairan Nusa Penida (Bakosurtanal, 2009) Gambar 2. Peta Luasan Terumbu Karang di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Gambar 3. Presentase Penutupan Karang Hidup di Kedalaman 3 dan 10 Meter di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Gambar 4. Biomass Ikan Herbivor di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Gambar 5. Biomass Ikan Predator di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Gambar 6. Peta Luasan Hutan Bakau di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Gambar 7. Peta Luasan Padang Lamun di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Gambar 8. Peta Loksi Budidaya Rumput Laut di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Gambar 9. Peta Area Penangkapan Ikan di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis-Jenis Mangrove di KKP Nusa Penida (CTC dan BPHM, 2010) Tabel 2. Jenis-Jenis Padang Lamun di KKP Nusa Penida (CTC dan UNUD 2010) Tabel 3. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Inti KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 4. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Perikanan Berkelanjutan KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 5. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Wisata Bahari Khusus KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 6. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Wisata Bahari KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 7. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Budidaya Rumput Laut KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 8. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Suci KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 9. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Pelabuhan KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Tabel 10. Rencana Pengelolaan KKP Nusa Penida 2012 – 2032 Tabel 11. Matrik Rencana Pengelolaan Jangka Menengah ( 5 Tahunan) KKP Nusa Penida BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Nusa Penida terletak di Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Satu-satunya Kecamatan kepulauan di Propinsi Bali ini memiliki tiga pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Ketiga pulau ini memiliki keanekaragaman hayati pesisir dan laut yang cukup tinggi dan merupakan sumber matapencaharian masyarakat setempat terutama dari perikanan dan wisata bahari. Kepulauan ini juga termasuk di dalam kawasan segitiga karang dunia (coral triangle). Itu sebabnya Pemerintah Kabupaten Klungkung bersama dengan masyarakat Kecamatan Nusa Penida menjadikannya sebagai kawasan konservasi perairan. Bupati Klungkung melalui Peraturan Bupati No.12 Tahun 2010 telah mencadangkan perairan Nusa Penida sebagai Kawasan Konservasi Perairan dengan total luas 20.057 hektar. Selanjutnya berdasarkan Tata Cara Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2009, maka perlu di susun sebuah rencana pengelolaan yang akan berisi tentang potensi, permasalahan, arah kebijakan, penataan zonasi, rencana perlindungan, rencana aksi dan kegiatan yang akan dilakukan pihak pengelola dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Rencana Pengelolaan ini penting sebagai salah satu syarat agar pengelolaan kawasan konservasi perairan ini menjadi efektif dan dapat terukur capaiannya. Tanpa adanya sebuah rencana pengelolaan tentunya pihak pengelola akan kesulitan dalam menentukan arah pengelolaan dan juga akan sulit untuk melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pengelolaan kawasan. Dokumen rencana pengelolaan ini terdiri dari 2 (Dua) buku, buku 1 (Rencana Pengelolaan KKP) berisi potensi dan permasalahan, arah kebijakan pengelolaan, penataan zonasi, rencana pengelolaan 20 tahun, rencana aksi 5 (lima) tahun pertama, beserta lampiranlampiran tentang peta zonasi, serta SK Pencadangan kawasan. Buku 2 (data dan analisis) merupakan dokumen yang berisi kerangka pemikiran dan metodologi, potensi lokasi studi, isu dan permasalahan, analisis rencana pengelolaan dan zonasi serta opsi-opsi rencana pengelolaan dan zonasi kawasan. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari penyusunan Buku 1 Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida ini adalah tersusunnya sebuah dokumen rencana pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida yang berisi potensi dan permasalahan, arah kebijakan pengelolaan, penataan zonasi, rencana pengelolaan 20 tahun dan rencana aksi lima tahun pertama. Adapun sasaran dari rencana pengelolaan kawasan ini adalah para calon pihak pengelola kawasan konservasi dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. BAB 2. POTENSI DAN PERMASALAHAN Potensi yang ada di wilayah Kecamatan Nusa Penidabersumber dari sumberdaya alam, sosial budaya dan ekonomi. Tetapi selain potensi, perairan Nusa Penida juga mempunyai beberapa ancaman dan permasalahan yang mungkin, dan akan mengganggu di kemudian hari. Untuk itu perlu di lakukan sebuah analisis mengenai semua ancaman dan permasalahan tersebut, sehingga para pemangku kepentingan bisa mengantisipasi dan mengambil kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 2.1 Potensi 2.1.1 Oseanografi dan Iklim Kecamatan Nusa Penida dikenal beriklim kering dengan curah hujan yang sedikit setiap tahunnya. Musim kemarau terjadi antara bulan Maret – September sedangkan musim penghujan antara bulan Oktober – Februari. Ditengah perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini, maka musim kemarau terjadi lebih panjang dibandingkan musim penghujan. Perairan Nusa Penida dikenal dengan kondisi arus yang keras mengingat Kecamatan Nusa Penida terletak diantara Selat Badung dan Selat Lombok. Kondisi perairan Nusa Penida dengan palung-palung yang dalam diantara selat Nusa Penida dan Nusa Ceningan memiliki rentang suhu perairan antara 14oC – 31oC. Perairan di Kecamatan Nusa Penida juga merupakan Indonesian throughflow (ITF) yang menghubungkan antara samudera pasifik dan samudera hindia. Termoklin dimana air yang berasal dari perairan dalam dan bersuhu dingin naik ke permukaan kerap terjadi di Nusa Penida yang menjadikan perairan Nusa Penida tidak terlalu terpengaruh oleh pemanasan global. Gambar 1. Peta Batimetri Perairan Nusa Penida (sumber : Bakorsurtanal, 2009) 2.1.2 Sumberdaya Pesisir Kecamatan Nusa Penida memiliki 3 pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan dengan pantai berpasir putih sepanjang 70 km dari total 90 km garis pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Klungkung. Walaupun luasnya tidak terlalu besar, namun Kecamatan Nusa Penida memiliki ekosistem dan biota pesisir dan laut yang cukup lengkap. Terdapat terumbu karang, hutan bakau, padang lamun, mega fauna laut seperti ikan pari manta, penyu, dugong, dan hiu. Perairan Nusa Penida juga merupakan jalur migrasi bagi paus dan lumba-lumba. Perairan Nusa Penida memiliki icon bawah laut, bahkan untuk pulau Bali yaitu ikan Mola mola (sunfish) dengan bentuknya yang unik dan berukuran rata-rata dua meter lebih. Ikan Mola mola ini selalu muncul di perairan Nusa Penida antara bulan Juli – September setiap tahunnya. 2.1.2.1. Terumbu Karang Perairan Nusa Penida memiliki tipe terumbu karang tepi (fringing reef) yang mengelilingi Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan dengan luas 1419 hektar (CTC, 2010). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dr. Emre dari Australia Institute of Marine Science (AIMS) pada tahun 2009, ditemukan sekitar 296 jenis karang di perairan Nusa Penida. Karang dari genus porites sp, acropora sp, montipora sp, favia sp, favites sp, dan sponge cukup mendominasi perairan Nusa Penida selain genus karang lainnya. Gambar 2. Peta Luasan Terumbu Karang di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Berdasarkan survey yang dilakukan oleh CTC bersama dengan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DPPK) Kabupaten Klungkung pada tahun 2011 di kedalaman 3 dan 10 meter dijumpai, persentase karang hidup diperairan Nusa Penida berkisar antara 70% – 75% yang terdiri dari karang lunak hidup rata-rata 29.8% dan karang keras hidup rata-rata 40.3%. Secara lebih detail untuk masing-masing kedalaman adalah karang keras di kedalaman 3 meter adalah 42.9% dan di kedalaman 10 meter adalah 38.2%. Sementara itu persentase karang lunak di kedalaman 3 m adalah 31.5% dan di kedalaman 10 meter adalah 28.4%. Gambar 3. Persentase Penutupan Karang Hidup Kedalaman 3 dan 10 meter di KKP Nusa Penida ( CTC, 2011) 2.1.2.2. Ikan Karang Berdasarkan hasil kajian ekologi kelautan secara cepat oleh Dr. Gerry Allen dan Dr. Mark Erdmann pada tahun 2009, ditemukan sekitar 576 jenis ikan di perairan Nusa Penida, dimana 5 diantaranya jenis baru dan belum ada namanya. Sementara itu hasil monitoring ikan karang oleh CTC bersama dengan DPPK Klungkung pada tahun 2011 menunjukan bimassa ikan diperairan Nusa Penida adalah 92 kg/hektar dengan kepadatan rata-rata 183 individu/hektar. Monitoring ikan karang dilakukan pengamatan kepada ikan herbivora dan ikan predator. Yang termasuk ke dalam keluarga ikan herbivora adalah Acanthuridae, Scarinae & Siganidae yang berperan penting dalam resiliensi suatu system terumbu karang. Gambar 4. Biomassa Ikan Herbivor di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Gambar 5. Biomass Ikan Predator di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Ikan-ikan yang masuk ke dalam keluarga ikan karnivora atau predator adalah Caesionidae, Carangidae, Haemulidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Mobulidae, Scombridae, Serranidae, Sphyraenidae yang merupakan target perikanan penting di Nusa Penida. 2.1.2.3. Hutan Bakau (Mangrove) Mangrove hanya tumbuh dengan baik di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Berdasarkan survey CTC tahun 2010 dijumpai sekitar 230 hektar luasan mangrove di desa Jungut Batu dan desa Lembongan (Ceningan termasuk desa Lembongan). Lebih jauh CTC bekerjasama dengan Badan Pengelola Hutan Mangrove Wilayah I mengidentifikasi 13 jenis mangrove di KKP Nusa Penida. Gambar 6. Peta Luasan Hutan Bakau di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) No Komponen Vegetasi A Komponen Utama Jenis 1. Bruguiera gymnorrhiza 2. Rhizophora apiculata 3. Rhizophora mucronata 4. Rhizophora stylosa 5. Avicennia lanata 6. Avicennia alba 7. Avicennia marina 8. Sonneratia alba 9. Lumnitzera racemosa 10. Ceriops tagal Nama Daerah Lindur, Tanjang Bakau kacang, Jangkah Bakau hitam, Bakau gandul Bakau kurap, Tongke besar Api-api, Sia-sia Api-api,-Sia-sia Api-api, Sia-sia putih Prapat, Pedada Terutun, Kedukduk Mentigi, Lindur, Parum B Komponen Tambahan 1. Xylocarpus molluccensis 2. Xylocarpus granatum 3. Excocaria agalloca Banang-banang, Jombok Banang-banang, Nyirih Buta-buta, Madengan, Warejit C Komponen Asosiasi 1. Pandanus tectorius 2. Hibiscus tiliaceus 3. Terminalia catappa 4. Calophyllum inophyllum 5. Caloptropis gigantea 6. Melia indica Pandan Waru, Waru laut Ketapang, Katapa Camplung, Bintanguru Modori, Biduri, Widuri Intaran Tabel 1. Jenis-Jenis Mangrove di KKP Nusa Penida (CTC dan BPHM, 2010) 2.1.2.4. Padang Lamun Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir penting sama halnya dengan terumbu karang dan hutan bakau. Berdasarkan survey CTC bersama dengan Universitas Udayana dijumpai sekitar 108 hektar luasan padang lamun di Nusa Penida dengan 8 jenis lamun. Gambar 7. Peta Luasan Padang Lamun di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) No Jenis Thalassia hemprichii Halophila decipiens Halophila ovalis Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Syringodium isoetifolium Cymodocea serrulata Halodule uninervis Tabel 2. Jenis-Jenis Padang Lamun di KKP Nusa Penida (CTC dan UNUD 2010) 2.1.3 Sosial Budaya Masyarakat Nusa Penida mayoritas beragama Hindu dari etnis Bali. Terdapat 16 desa dinas dan 40 desa pakraman (adat) di Kecamatan Nusa Penida. Struktur tertinggi dari pemerintahan adalah Camat yang memimpin Kecamatan Nusa Penida, sedangkan dari unsur adat, desa-desa pakraman berada dibawah koordinasi Ketua Majelis Alit. Untuk tingkat Kabupaten, Majelis Alit berada dibawah Majelis Madya dan Majelis Utama untuk tingkat propinsi. Terdapat beberapa Pura utama di Nusa Penida yang merupakan Pura sentral di pulau Bali. Pura tersebut antara lain Pura Sad-Khayangan Ped, Pura Batu Medau, Pura Giri Putri dan Pura Puncak Mundi. Setiap waktu tertentu umat bersembahyang di Pura-pura ini, bahkan banyak yang datang dari daratan pulau Bali. Terkait pesisir dan laut, masyarakat Nusa Penida setiap sasih kapat yang jatuh pada bulan Oktober melaksanakan upacara Nyepi Segara. Saat upacara ini, tidak diperkanankan adanya kegiatan dilaut sama sekali selama satu hari penuh. Tidak ada kapal yang masuk dan keluar dari Nusa Penida. Hal ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Nusa penida terhadap laut yang telah memberikan sumber penghidupan bagi mereka. Selain Nyepi Segara untuk tingkat Kecamatan Nusa Penida, beberapa desa pesisir seperti Jungut Batu dan Lembongan juga melaksanakan Nyepi Segara untuk level desa. 2.1.5 Ekonomi Perekonomian Kecamatan Nusa Penida tidak terlepas dari pesisir dan laut. Masyarakat Nusa Penida yang tinggal diwilayah pesisir bermata pencaharian utama dari budidaya rumput laut, perikanan dan wisata bahari. Disisi lain, masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan bermata pencaharian dari pertanian dan peternakan. 2.1.5.1. Pertanian dan Peternakan Jenis tanaman yang biasa ditanam para petani di perbukitan yaitu jagung dan ketela pohon (singkong) dan para peternak mengandalkan sapi sebagai hewan ternak di Nusa Penida. Jenis sapi di Nusa Penida diyakini satu-satunya galur murni sapi Bali yang masih ada saat ini. 2.1.5.2. Rumput Laut Petani rumput laut di Nusa Penida saat ini menanam dua jenis rumput laut yaitu Euchema Cottony dan Spinosum Sp. Metode yang digunakan adalah tancap dasar dimana rumput laut ditanam dengan menggunakan tongak kayu dan kemudian diikat pada tali atau biasa disebut ris. Petani rumput laut memanen hasil dari rumput laut setiap 35 hari sekali. Jenis cottony memiliki bentuk yang lebih besar dibanding spinosum dan harga yang lebih tinggi. Satu kilogram cattony kering dengan pesertase air 30% dijual dengan harga Rp. 4000 – 5000/kg. Sementara itu untuk jenis spinosum dijual dengan harga Rp. 2000 – 3000/kg. Gambar 6. Peta Lokasi Budidaya Rumput Laut di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) 2.1.5.3. Perikanan Terdapat sekitar 850 nelayan di Nusa Penida dengan alat tangkpa pancing dan jaring (gillnet). Nelayan di Nusa Penida termasuk nelayan subsisten dimana mereka menangkap dengan kapal layar berukuran 7 meter dan mesin tempel 15 PK. Jenis ikan yang biasa ditangkap seperti kerapu, kakap, tongkol, tuna, hiu dan mata lebar. Nelayan Nusa Penida tidak saja menangkap di perairan sekitar Nusa Penida, tetapi hingga ke Selat Badung dan Selat Lombok. Berdasarkan data dari DPPK Klungkung, total tangkapan nelayan Nusa Penida adalah 226 ton/tahun. Gambar 7. Peta Area Penangkapan Ikan di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) 2.1.5.4. Wisata Bahari Nusa Penida merupakan salah satu tujuan wisata bahari terbaik di Bali. Dengan pasir putihnya yang indah, air yang biru jernih dan biota serta ekosistem laut yang lengkap menjadikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Tidak kurang dari 250 ribu wisatawan datang berkunjung ke Nusa Penida setiap tahunnya. Jenis wisata bahari yang ada di Nusa Penida seperti menyelam, snorkeling, berlayar, para sailing, surfing, dan kegiatan water sport lainnya. Terdapat 20 lokasi penyelaman (dive point) di sekitar perairan Nusa Penida. Fasilitas penginapan yang tersedia mulai dari kelas melati hingga resort bintang 5 di Nusa lembongan. Gambar 8. Peta Lokasi Penyelaman di KKP Nusa Penida (CTC, 2010) 2.2. Permasalahan Beberapa permasalahan yang ada di perairan Nusa Penida antara lain: 2.2.1 Penangkapan Ikan yang merusak dan ilegal Perairan Nusa Penida dimanfaatkan untuk mencari ikan baik oleh nelayan Nusa Penida sendiri maupun nelayan dari luar. Kebanyakan nelayan dari luar ini berasal dari Lombok, Tanjung Benoa dan Jawa Timur. Menangkap ikan dengan bom dan potasium kadang dilakukan oleh nelayan-nelayan luar tersebut. Menangkap biota laut yang dilindungi sesekali masih terjadi di perairan Nusa Penida seperti penyu, Pari manta, dan hiu. 2.2.2 Eksploitasi Berlebihan Terhadap Sumberdaya Ikan Tingginya permintaan dan konsumsi terhadap ikan karang di Nusa Penida, berdampak kepada semakin tingginya tingkat pemanfaatan ikan karang. Hal ini juga didorong oleh tingginya harga ikan karang tertentu seperti ikan kerapu dan ikan kakap, sehingga menyebabkan kedua ikan tersebut menjadi target utama nelayan di Nusa Penida. Selain tingginya permintaan, semakin banyaknya armada yang beroperasi juga menjadi salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya ikan. Perburuan terhadap ikan hiu dengan jumlah yang cukup banyak juga dilakukan oleh nelayan Nusa Penida termasuk beberapa ikan hiu penting dan langka seperti hiu jenis treasure (treasure shark). Tingginya permintaan oleh pengepul yang berkedudukan di pulau Bali menjadikan jumlah hiu terus menurun di perairan Nusa Penida. 2.2.3 Wisata Bahari Yang Bersifat Masal dan Tidak Ramah Lingkungan Nusa Penida merupakan salah satu tujuan wisata bahari terbaik di pulau Bali. Dengan terumbu karang yang indah dan biota laut kharismatik seperti ikan pari manta dan ikan Mola mola, menjadikan perairan Nusa Penida sangat menarik untuk dikunjungi. Saat ini sekitar kurang lebih 250 ribu turis berkunjung ke Nusa Penida setiap tahunnya dan membuat perkembangan wisata, khususnya wisata bahari di Nusa Penida berkembang pesat. Namun disebabkan karena tidak adanya pengaturan yang baik, kesadaran para pengelola wisata dan turis, kegiatan wisata bahari yang bersifat masal mengancam keberadaan terumbu karang dan biota laut unik di Nusa Penida. 2.2.4 Polusi Berkembangnya jumlah penduduk dan wisatawan juga berdampak pada meningkatnya jumlah limbah dan sampah yang ada. Minimnya sarana pengolahan limbah dan sampah menyebabkan sampah masih banyak yang dibuang ke laut. Hal ini akan mengancam kesehatan ekosistem pesisir dan keberadaan biota laut. 2.2.5 Melemahnya Penerapan Aturan Adat Masyarakat Bali pada umumnya dan masyarakat Nusa Penida pada khususnya masih menganut dan memegang aturan adat (awig-awig) yang ada. Namun seiring dengan perkembangan jaman, maka awig-awig yang ada tidak dijalankan secara penuh misalnya terdapat awig-awig untuk tidak menebang pohon bakau atau mengambil pasir dari pantai, tetapi kegiatan tersebut masih dilakukan oleh beberapa masyarakat. Disisi lain, jika aturan adat ini kembali dikuatkan maka bersama dengan hukum positif dapat mengatur pemanfaatan terhadap sumberdaya hayati pesisir dan laut di Nusa Penida. 2.2.6 Kurangnya kesadaran masyarakat Permasalahan - permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir tidak terlepas dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peranan sumberdaya dan dampak jangka panjang dari kerusakan sumberdaya tersebut. Beberapa contoh permasalahan yang terkait dengan kurangnya kesadaran adalah penebangan pohon pantai, aktivitas buang sampah di pantai, penangkapan ikan ukuran kecil, pemakaian jangkar di lokasi yang kurang tepat, dan aktivitas-aktivitas yang mengakibatkan karang terinjak dan rusak. 2.2.7. Kurangnya Aturan dan Kebijakan Terkait Pesisir dan Laut Pengaturan terhadap pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut Nusa Penida saat ini sangat dirasakan kurang. Walaupun sudah ada berbagai Undang-Undang dan aturan dibawahnya seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri, namun perangkat aturan atau kebijakan untuk implementasi pengelolaan sumberdaya hayati pesisir dan laut di tingkat lokal sangat minim sekali. Untuk itu perlu di dorong pembuatan aturan atau kebijakan terkait pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 2.2.8. Lemahnya Kapasitas Sumberdaya Manusia Untuk dapat mengelola sumberdaya hayati pesisir dan laut yang ada di dalam kawasan konservasi perairan Nusa Penida memerlukan pengetahuan dan ketrampilan di dalam pengelolaannya, agar dapat dikelola secara efektif. Khususnya badan pengelola yang akan diberikan tanggung-jawab sekaligus kewenangan di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida diharuskan memiliki pengetahuan dan ketrampilan prinsip-prinsip dasar kawasan konservasi perairan, bagaimana cara merancang sebuah kawasan konservasi perairan, pengelolaan kawasan konservasi perairan yang efektif, patroli dan pengawasan, monitoring ekologi/biologi, sosial-ekonomi dan tata kelola, mekanisme pendanaan jangka panjang, hukum dan kebijakan, pemberdayaan dan pelibatan masyarakat, management conflict, perikanan dan wisata bahari yang berkelanjutan, dan pengembangan strategi komunikasi atau penyadartahuan. BAB 3. ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN 3.1 Visi dan Misi Visi jangka panjang (20 tahun) dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah:"terwujudnya pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida yang efektif, berbudaya dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat” Misi jangka panjang (20 tahun) pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan visi yang ada adalah: a) Mendorong pengelolaan secara kolaboratif antara para pemangku kepentingan di dalam kawasan konservasi perairan Nusa Penida b) Mempromosikan pariwisata bahari yang lestari dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat c) Menerapkan sistim perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan 3.2 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida antara lain: 1) Ekosistem terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun yang sehat sebagai sumber perikanan dan wisata bahari. 2) Biota laut yang khas dan unik seperti ikan Mola mola, ikan pari manta, penyu, dugong, paus, lumba-lumba, napoleon dan hiu yang lestari sebagai atraksi wisata bahari . 3) Dukungan para pemangku kepentingan di dalam pengelolaan KKP Nusa Penida baik dari Desa Pakraman, kelompok masyarakat, para pelaku wisata bahari pemerintah Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali dan Pusat di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 4) Payung hukum yang jelas dan kuat di dalam implementasi pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 5) Badan pengelola dengan kapasitas yang cukup sehingga dapat diberikan tanggungjawab sekaligugus wewenang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 6) Rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) yang memberikan arahan kepada badan pengelola untuk mengelola kawasan konservasi perairan Nusa Penida. 7) Mekanisme pengawasan dan pendanaan jangka panjang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida. Sasaran dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah nelayan Nusa Penida dan luar Nusa Penida, pengusaha wisata bahari Nusa Penida dan dari luar Nusa Penida, petani rumput laut, lembaga adat, pemerintah Kabupaten Klungkung, pemerintah Propinsi dan pemerintah Pusat. 3.3 Strategi Pengelolaan Berdasar visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta hasil analisis SWOT dan analisis 5S partisipatif, maka strategi pengelolaan disusun sebagai berikut: 3.3.1 Perlindungan dan restorasi jenis dan ekosistem Program pada strategi ini adalah: 1) Pelaksanaan survey dan penelitian terkait jenis dan ekosistem 2) Pembuatan dan penerapan protokol monitoring ekologi/biologi bagi KKP Nusa Penida 3) Rehabilitasi ekosistem penting pesisir dan laut di dalam KKP Nusa Penida 3.3.2 Pengembangan aspek sosial-ekonomi Program pada strategi ini adalah: 1) Pengembangan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat Nusa Penida 2) Pengembangan alternatif alat dan cara tangkap perikanan yang tidak merusak 3) Pengembangan wisata bahari yang ramah lingkungan 4) Pengembangan hukum adat terkait dengan pengelolaan KKP Nusa Penida 5) Pengembangan strategi dan media komunikasi 6) Pelibatan masyarakat secara aktif di dalam pengelolaan KKP Nusa Penida 7) Pembuatan dan penerapan protokol monitoring sosio-ekonomi bagi KKP Nusa Penida 3.3.3 Tata Kelola dan Penguatan Kapasitas Program pada strategi ini adalah: 1) Pengelolaan database yang komprehensif, terintegrasi, up to date dan mudah untuk diakses 2) Pembuatan dan penerapan payung hukum terkait Pengelolaan KKP Nusa Penida 3) Pembentukan badan pengelola termasuk di dalamnya tim pengamanan dan patroli gabungan 4) Pembuatan dan penerapan mekanisme pendanaan jangka panjang melalui biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida 5) Pembuatan rencana kerja 5 tahunan dan 1 tahunan pengelolaan, mengacu pada rencana kerja 20 tahun KKP Nusa Penida. 6) Pengadaan sarana dan pra-sarana terkait pengelolaan KKP Nusa Penida 7) Pelaksanaan berbagai pelatihan dan pendidikan terkait pengelolaan KKP Nusa Penida 8) Pengembangan protokol monitoring/evaluasi terkait tata kelola KKP Nusa Penida 3.3.4. Monitoring dan Evaluasi Program pada strategi ini adalah : 1) Pembuatan protokol monitoring-evaluasi yang menyangkut aspek biologi/ekologi, sosio-ekonomi, tata kelola dan penguatan kapasitas 2) Penerapan protokol monitoring-evaluasi guna memberikan masukan pada penyusunan rencana pengelolaan 5 tahunan dan 1 tahunan dan pelaksanaannya. 3.4 Lembaga Pengelola Kolaborasi Berdasarkan PERBUP Klungkung No 30 tahun 2012 dan kesepakatan dengan para pemangku kepentingan di Nusa Penida, maka Lembaga Pengelola KKP Nusa Penida berupa Unit Pelayanan Teknis (UPT) dibawah Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Klungkung dengan struktur seperti dibawah ini. Struktur Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Bupati Klungkung Forum Masyarakat Nusa Penida (Majelis Alit, Forum Kepala Desa, Nelayan, Petani Rumput Laut, Pengusaha Wisata Bahari, Pengusaha Transportasi Laut) Kadis DPPK DEWAN KOLABORASI UPT KKP Nusa Penida Unit Pelaksana Teknis Kepala UPT, Kepala TU dan Jabatan Fungsional (Konservasi, Pengawasan, Pemberdayaan Masyarakat dan Komunikasi, Pendanaan) Gambar 9. Bagan Lembaga Pengelola KKP Nusa Penida 3.4.1. Fungsi dan Wewenang Dewan Kolaborasi yang diketuai oleh Bupati Klungkung dan terdiri dari unsur Pemerintah Kabupaten Klungkung, khususnya Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (DPPK) dan para pemangku kepentingan di Nusa Penida memiliki fungsi dan wewenang sebagai berikut : a. memberikan arahan dan memutuskan rencana pengelolaan 5 dan 1 tahunan dengan mengacu kepada rencana jangka panjang pengelolaan KKP Nusa Penida yang akan dilaksanakan oleh Management Unit. b. meminta pertanggung-jawaban management unit setiap tahunnya mengenai kemajuan pengelolaan KKP Nusa Penida dan pelaksanaan rencana pengelolaan 5 dan 1 tahunan. Unit Pelayanan Teknis (UPT) yang diketuai oleh seorang Kepala Seksi Konservasi di bawah Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Klungkung memiliki fungsi sebagai berikut : a. membuat draft rencana pengelolaan 5 dan 1 tahunan dan kemudian melaksanakannya jika sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan Pengelola Kolaborasi. b. bertanggung-jawab memberikan laporan tengah tahun dan akhir tahun kepada Dewan Pengelola Kolaborasi terkait kemajuan pelaksanaan rencana pengelolaan. c. Management unit berwenang melakukan pengelolaan KKP Nusa Penida sehari-hari dengan mengacu kepada rencana pengelolaan yang telah disetujui Dewan Pengelola Kolaborasi. 3.5. Kode Etik Pariwisata Bahari Nusa Penida Penyelaman merupakan salah satu atraksi utama bagi wisata bahari di Nusa Penida. Terdapat 20 titik penyelaman di sekitar perairan Nusa Penida. Selain terumbu karang yang beraneka ragam, perairan Nusa Penida juga memiliki beberapa flagship species seperti Mola mola (sunfish) dan Pari manta (manta ray). Mola mola merupakan ikan laut dalam yang masuk keluarga boni-fish terbesar dengan ukuran rata-rata 2 meter. Mola mola dapat dijumpai di seluruh perairan tropis di dunia. Namun hanya di perairan Nusa Penida kemunculan Mola mola dapat diprediksi berikut dengan lokasi kemunculannya yaitu antara bulan Juli – September. Terdapat beberapa “cleaning station”(lokasi untuk membersihkan diri) bagai Mola mola untuk membersihkan dirinya dari parasit dengan bantuan ikan karang seperti ikan bendera (banner-fish) dan ikan bidadari (angle-fish). Itu sebabnya pada musim Mola mola, penyelam dari seluruh dunia datang ke Nusa Penida. Atraksi bawah laut lainnya di perairan Nusa Penida yaitu ikan Pari manta. Terdapat 2 manta point disebelah selatan perairan Nusa Penida. Tidak seperti Mola mola yang hanya muncul pada bulan-bulan tertentu, ikan Pari manta ada sepanjang tahun di perairan Nusa Penida. Terdapat sekumpulan ikan Pari manta di lokasi penyelaman manta point dengan jumlah indiividu antara 4 – 12 ekor. Gambar 10. Peta Lokasi Cleaning Station Mola mola di KKP Nusa Penida (CTC, 2011) Baik Mola mola atau Pari manta merupakan ikan yang jinak sehingga mudah didekati. Hal ini justru menjadi masalah ketika seorang penyelam melihat terlalu dekat atau bahkan menyentuh Mola mola atau Pari manta. Mengambil gambar dengan menggunakan cahaya (flash) juga dapat mengganggu keberadaan Mola mola dan Pari manta. Untuk itu perlu dibuat kode etik atau aturan bagi para penyelam di dalam menikmati keberadaan Mola mola dan Pari manta. Jika tidak diatur, maka Mola mola dan Pari manta dapat merasa terganggu atau terusik dan mungkin saja akan pindah ke parairan lain. Tentunya hal ini dapat merugikan semua pihak, baik bagi para dive operator, masyarakat Nusa Penida maupun penyelam itu sendiri. Berdasarkan diskusi dan masukan dari 12 dive operators yang ada di Nusa Penida dan Nusa Lembongan, serta masukan dari anggota GAHAWISRI Bali, maka disepakati Kode Etik Pengamatan Mola mola dan Pari manta serta bagi dive operator yang membawa penyelam ke Nusa Penida. Kode Etik Bagi Operator Penyelaman (Dive Operator) Mendistribusikan pedoman di atas untuk pemandu selam anda dan minta mereka membaca dan mendistribusikannya ke grup penyelam mereka. Untuk kapal yang membawa lebih dari 4 penyelam, mengatur secara bergiliran masuk ke dalam air untuk menghindari berdesak-desakan di lokasi tersebut. Batasi jumlah penyelam dalam grup maksimum 5 penyelam dengan 1 pemandu selam, dan interaksi dengan ikan mola-mola dan pari manta akan dikontrol oleh pemandu selam. Kapal memiliki kemampuan untuk jangkar di kedalaman setidaknya 60 meter. Tidak membuang jangkar di dalam zona pariwisata bahari. Tidak membuang jangkar dalam jarak 200 meter dari tempat penyelaman. Menggunakan pelampung tambat apabila tersedia. Berkomunikasi dengan operator selam lainnya, termasuk operator di darat, untuk mengatur jadual penyelaman dan meminimalkan jumlah penyelam berlebihan di satu lokasi. Tidak membeli binatang yang terancam atau over-exploited, seperti : ikan kerapu, ikan napoleon, ikan kakatua, ikan kuwe, ikan hiu, udang lobster dan kerang-kerangan. Menginstruksikan pemandu selam untuk tidak memanipulasi kehidupan laut untuk kepentingan para tamu. Menginstruksikan kapten untuk mengemudikan boat secara perlahan saat mendekati lokasi penyelaman dan sedikitnya menjaga jarak boat paling tidak sejauh 10 meter dari pelampung tanda. Membawa kembali semua plastik dan sampah yang tidak dapat terurai ke pelabuhan. Bahan organik dan air limbah dibuang jauh dari terumbu karang. Tanggung jawab kapten (secara hukum) dan direksi sebagai wakil pemilik kapal, untuk memastikan sampah dibuang dengan benar. Hukuman akan diterapkan apabila melanggar. Kode Etik Penyelaman Mola mola: Berenang dengan perlahan saat mendekati Mola-mola. Tetap di dekat terumbu karang dan tidak berenang mengelilingi Mola-mola. Saat Mola-mola akan melakukan kegiatan pembersihan, jangan mendekat hingga ikanikan kecil telah membersihkan Mola-mola minimal 1 menit. Berada dalam jarak aman 3 meter dengan Mola-mola saat melakukan kegiatan pembersihan. Usahakan jarak anda minimal 10 meter saat ikan ini sedang berenang bebas atau saat berenang menuju terumbu karang (tidak dalam kegiatan pembersihan). Jangan menyentuh dan jangan memberi makan Mola-mola Jangan berenang dari belakang Mola-mola, hal ini akan membuat takut ikan tersebut. Jangan berenang di bawah ikan ini, gelembung udara dari regulator anda akan mengganggu proses pembersihan. Jangan menghadang jalur Mola-mola saat akan melakukan pembersihan ke dekat karang , atau saat ikan ini akan kembali ke kedalaman. Jika mola-mola mendekati Anda, tetap diam dan tidak menyentuhnya. Jika Anda menyentuhnya anda akan menghilangkan lapisan lendir yang melindunginya melawan infeksi. Jangan gunakan lampu kilat fotografi karena ini akan mengganggu ikan. Jangan menggunakan kendaraan bawah air, atau membuat suara keras di dekat Molamola. Menyelamlah hanya dengan operator penyelaman yang mematuhi kode etik menyelam ini. Ikuti petunjuk yang diberikan oleh pemandu selam anda. Kode Etik Penyelaman Pari Manta : Berenang dengan perlahan saat mendekati pari manta. Tidak berenang mengelilingi pari manta. Berada dalam jarak aman 3 meter dengan pari manta saat melakukan kegiatan pembersihan. Usahakan jarak anda minimal 10 meter saat ikan ini sedang berenang bebas atau saat berenang menuju terumbu karang (tidak dalam kegiatan pembersihan). JANGAN MENYENTUH DAN JANGAN MEMBERI MAKAN pari manta. Jangan berenang dari belakang pari Manta, hal ini akan membuat takut ikan tersebut. Jangan berenang di bawah ikan ini, gelembung udara dari regulator anda akan mengganggu proses pembersihan. Jangan menghadang jalur pari manta saat akan melakukan pembersihan ke dekat karang. Jika pari manta mendekati Anda, tetap diam dan tidak menyentuhnya. Jika Anda menyentuhnya anda akan menghilangkan lapisan lendir yang melindunginya melawan infeksi. Jangan gunakan lampu kilat fotografi karena ini akan mengganggu ikan. Jangan menggunakan kendaraan bawah air, atau membuat suara keras di dekat pari manta. Jangan menyelam di atas batu pembersihan. Jaga jarak minimum 3 meter dari batu (juga bagi perenang dengan snorkel). Masuk dan keluar menyelam minimal 30 meter dari lokasi pembersihan. Menyelamlah hanya dengan operator penyelaman yang mematuhi kode etik menyelam ini. Ikuti petunjuk yang diberikan oleh pemandu selam anda. 3.6. Mekanisme Pendanaan Jangka Panjang Mekanisme pendanaan jangka panjang merupakan salah satu instrumen utama agar sebuah KKP dapat dikelola secara efektif. Mekanisme ini dibutuhkan guna memastikan bahwa upaya pengelolaan KKP Nusa Penida dapat terbiayai dan berjalan secara berkelanjutan. Selain sumber-sumber pendanaan yang berasal dari APBN, APBD, hibah dalam dan luar negeri, maka pemberlakukan biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida bagi wisatawan adalah salah satu opsi terbaik yang ada guna membiayai pengelolaan KKP Nusa Penida. Berdasarkan studi mengenai pariwisata bahari di Nusa Penida yang dilakukan oleh CTC bekerjasama dengan Universitas Brawijaya, diperoleh data jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida setiap tahunnya rata-rata 200.000 orang/tahun. Sementara itu berdasarkan studi willingness to pay yaitu studi mengenai seberapa besar wisatawan ingin menyumbang bagi kegiatan konservasi laut di Nusa Penida diperoleh besaran antara $5$15/wisatawan/kunjungan setelah mereka mengeluarkan biaya lain untuk tiket perjalanan ke Nusa Penida, hotel dan makan. Dan dengan catatan tidak ada lagi pungutan lain yang dikenakan kepada para wisatawan saat berkunjung ke obyek-obyek wisata bahari di Nusa Penida. Jika biaya masuk KKP minimum diterapkan yaitu sebesar $5/wisatawan/kunjungan, maka akan terkumpul total biaya masuk yaitu $1.000.000. Dengan kurs dollar ke rupiah sekitar Rp.8000 saja, maka total biaya masuk yang dapat dikumpulkan pada tahun pertama pemberlakuan biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida adalah Rp. 8.000.000.000/tahun. Biaya masuk ini dapat ditingkatkan secara berkala dalam waktu tertentu hingga mencapai $15/wisatawan/kunjungan dengan memperhatikan peningkatan layanan sarana dan prasarana terkait wisata bahari di KKP Nusa penida seperti upaya konservasi, keselamatan dan pengamanan. Perlu juga dilakukan pemisahan besaran biaya masuk bagi wisatawan asing, wisatawan domestik (non-Bali) dan wisatawan domestik ber-KTP Bali. Dana yang dikumpulkan dari biaya masuk tersebut akan digunakan untuk 1) Biaya operasional pengelolaan, 2) Dana Pemberdayaan Masyarakat Desa, 3) PAD Kabupaten Klungkung. Namun untuk melakukan pungutan biaya masuk perlu dibuat payung hukum (Peraturan Bupati/PERDA), mekanisme pungutan yang jelas, transparan dan akuntable, penyiapan saran dan prasarana yang dibutuhkan seperti tiket/pin dan loket/pos pungutan serta sumberdaya manusia untuk melakukan pengelolaan biaya masuk. Mekanisme audit baik secara internal maupun external secara berkala juga mutlak diperlukan Disisi lain, untuk melakukan pengelolaan KKP Nusa Penida secara efektif diperlukan biaya sekitar Rp. 4 miliar/tahun untuk membiayai komponen pokok antara lain : 1) Gaji dan tunjangan pegawai Lembaga pengelola 2) Sarana dan Prasarana 3) Konservasi dan Monitoring Ekologi/Sosial-Ekonomi 4) Pengawasan dan Patroli 5) Pemberdayaan Masyarakat 6) Pemungutan dan pengelolaan Biaya Masuk KKP 7) Informasi dan Komunikasi 8) Kantor Management Unit Selain itu biaya perlu dipisahkan antara biaya awal yang berlaku jangka panjang misalnya tanah, bangunan, speedboat, mobil, motor, tanda batas, peralatan komunikasi, rescue, penyelaman dan lain-lain dengan biaya operasional rutin sepeti gaji pegawai, bahan bakar, ATK kantor, makan, listrik, air, transportasi dan lain-lain. BAB 4. PENATAAN ZONASI Zonasi Zonasi Kawasan Konservasi Perairan adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan Ekosistem (PERMEN Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2010). Tujuan dibentuknya zonasi adalah guna mengatur pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Nusa Penida disesuaikan dengan kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya setempat agar dapat lestari dan berkelanjutan. Manfaat lain dengan adanya zonasi adalah mencegah terjadinya potensi konflik antar kepentingan di dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut yang ada. Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Terdapat tujuh zona di KKP Nusa Penida yaitu zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona wisata bahari, zona wisata bahari khusus, zona budidaya rumput laut, zona suci pura, dan zona pelabuhan. a) Zona Inti (Luas: 120.29 hektar) Ada tiga lokasi yang menjadi zona inti didalam KKP Nusa Penida, yaitu di Mangrove Lembongan, Tanjung Samuh dan Batu Abah. Zona inti merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan; b. Penelitian; dan c. Pendidikan. Kriteria penetapan zona inti antara lain : a) merupakan daerah pemijahan, pengasuhan dan/atau alur ruaya ikan; b) merupakan habitat biota perairan tertentu yang prioritas dan khas/endemik, langka dan/atau kharismatik; c) mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya; d) mempunyai ciri khas ekosistem alami, dan mewakili keberadaan biota tertentu yang masih asli; e) mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia; f) mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses bio-ekologis secara alami; dan g) mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi Kawasan Konservasi Perairan Kegiatan yang diijinkan dalam zona inti antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya. 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Pemulihan dan rehabilitasi ekosistem. 4. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar. 5. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi. 6. Pendidikan tanpa pengambilan material langsung dari alam. 7. Pemasangan pelampung tanda batas. Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona inti antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, pancing hiu, maupun pancing rawai, jaring insang, jaring dasar dan jaring permukaan baik diam maupun ditarik, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan budidaya laut, seperti: budidaya rumput laut, budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 4. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan. 5. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 3. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Inti KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Mangrove Lembongan Tanjung Samuh Batu Abah Bujur 115° 28' 10.775" BT 115° 28' 11.261" BT 115° 28' 18.365" BT 115° 28' 18.252" BT 115° 28' 19.524" BT 115° 28' 43.142" BT 115° 28' 34.033" BT 115° 28' 55.976" BT 115° 37' 15.350" BT 115° 37' 19.736" BT 115° 37' 49.233" BT 115° 38' 7.680" BT Lintang 8° 40' 55.719" LS 8° 40' 56.227" LS 8° 39' 55.023" LS 8° 39' 55.706" LS 8° 41' 10.408" LS 8° 40' 48.965" LS 8° 41' 19.133" LS 8° 41' 2.886" LS 8° 46' 25.669" LS 8° 46' 22.282" LS 8° 46' 56.250" LS 8° 46' 32.839" LS b) Zona Perikanan Tradisional (Luas: 17,264.27 hektar) Batas luar dari zona perikanan tradisional ini sama seperti dengan batas KKP Nusa Penida, yaitu 6 titik yang berada mengelilingi wilayah perairan Kecamatan Nusa Penida. Zona Perikanan tradisional merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; c. Pariwisata dan rekreasi; d. Penelitian dan monitoring; e. Pendidikan. Kriteria penetapan zona perikanan tradisional antara lain : c) memiliki nilai konservasi, tetapi dapat bertoleransi dengan penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; d) mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan; e) mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya; f) mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk mendukung kegiatan multifungsi dengan tidak merusak ekosistem aslinya; g) mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin perikanan tangkap berkelanjutan dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat; dan h) mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai ekonomi. Kegiatan yang diijinkan dalam zona perikanan tradisional antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya. 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Pengelolaan jenis sumber daya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya. 4. Alur migrasi biota perairan. 5. Pemulihan 6. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar. 7. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi. 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan. 9. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, jaring insang, jaring dasar diam, jaring permukaan baik diam maupun ditarik, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 10. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, serta kapal pesiar. 11. Pemasangan pelampung tanda batas Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona perikanan tradisional antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : pancing rawai, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, dan jaring dasar hanyut. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut, seperti: budidaya rumput laut, budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, dan bangunan wisata. Tabel 4. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Perikanan tradisional KKP Nusa Penida ( CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 Nama Batununggul Batu Abah Sekartaji Bungamekar Lembongan Blue Corner Bujur 115° 34' 37.10" BT 115° 39' 41.36" BT 115° 35' 32.77" BT 115° 26' 6.53" BT 115° 24' 13.28" BT 115° 26' 42.52" BT Lintang 8° 39' 14.43" LS 8° 46' 25.54" LS 8° 51' 39.59" LS 8° 45' 46.33" LS 8° 41' 5.82" LS 8° 38' 34.63" LS c) Zona Pariwisata Bahari Khusus (Luas: 905.24 hektar) Ada tiga lokasi yang menjadi zona pariwisata bahari khusus didalam KKP Nusa Penida, yaitu di Lembongan, Ped dan Sental-Buyuk. Zona Pariwisata Bahari Khusus merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; c. Pariwisata dan rekreasi; d. Penelitian dan monitoring; e. Pendidikan. Kriteria penetapan zona pariwisata bahari khusus antara lain : a) memiliki nilai konservasi, tetapi dapat bertoleransi dengan penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; b) mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik; c) mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi; d) mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai pemanfaatan ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan; e) mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya; f) mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin perikanan tangkap berkelanjutan dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat; g) mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai ekonomi; h) mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi; dan i) mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya. Kegiatan yang diijinkan dalam zona pariwisata bahari khusus antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan 3. Pengelolaan jenis sumber daya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya 4. Alur migrasi biota perairan 5. Pemulihan 6. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 7. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 9. Pada jam 4 sore hingga jam 9 pagi diijinkan kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, jaring insang, jaring dasar diam, jaring permukaan baik diam maupun ditarik, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan 10. Pada jam 9 pagi hingga jam 4 sore diijinkan kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, serta kapal pesiar. 11. Pemasangan pelampung tanda batas Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona pariwisata bahari khusus antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : pancing rawai, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, dan jaring dasar hanyut. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut , seperti: budidaya rumput laut, budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 5. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Wisata Bahari Khusus KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Nama Lembongan Ped Sental – Buyuk Bujur 115° 25' 53.297" BT 115° 26' 10.616" BT 115° 26' 12.625" BT 115° 26' 17.685" BT 115° 26' 34.080" BT 115° 26' 34.288" BT 115° 26' 37.218" BT 115° 26' 40.464" BT 115° 26' 40.918" BT 115° 26' 43.445" BT 115° 26' 45.928" BT 115° 26' 49.069" BT 115° 26' 12.608" BT 115° 27' 21.026" BT 115° 29' 8.241" BT 115° 28' 38.390" BT 115° 28' 25.487" BT 115° 28' 28.701" BT 115° 28' 17.884" BT 115° 27' 17.690" BT 115° 26' 30.975" BT 115° 26' 33.266" BT 115° 26' 39.908" BT 115° 26' 38.534" BT 115° 26' 40.366" BT 115° 26' 45.405" BT 115° 26' 46.321" BT 115° 26' 43.802" BT 115° 30' 5.709" BT 115° 30' 12.734" BT 115° 31' 1.085" BT 115° 30' 57.865" BT 115° 31' 14.777" BT 115° 31' 16.745" BT 115° 33' 2.245" BT 115° 33' 0.244" BT Lintang 8° 40' 54.085" LS 8° 40' 47.935" LS 8° 40' 47.467" LS 8° 40' 53.197" LS 8° 40' 46.139" LS 8° 40' 42.809" LS 8° 40' 38.500" LS 8° 40' 38.689" LS 8° 40' 36.736" LS 8° 40' 37.978" LS 8° 40' 40.354" LS 8° 40' 30.614" LS 8° 39' 28.684" LS 8° 39' 19.284" LS 8° 39' 47.808" LS 8° 40' 46.857" LS 8° 40' 41.797" LS 8° 40' 13.748" LS 8° 39' 55.555" LS 8° 39' 39.660" LS 8° 40' 27.491" LS 8° 40' 11.916" LS 8° 40' 2.296" LS 8° 39' 55.425" LS 8° 39' 44.890" LS 8° 39' 46.035" LS 8° 39' 42.828" LS 8° 39' 40.080" LS 8° 40' 17.016" LS 8° 39' 57.613" LS 8° 40' 14.071" LS 8° 40' 33.388" LS 8° 40' 35.400" LS 8° 40' 16.032" LS 8° 40' 20.697" LS 8° 40' 6.746" LS d) Zona Pariwisata Bahari (Luas: 1,221.28 hektar) Zona pariwisata bahari yang ada didalam KKP Nusa Penida ada dibeberapa lokasi, yaitu: Manta Point, Pasih Wug, Crystal Bay, Ceningan Wall – Gamat, Toyapakeh, Malibu A, Malibu B dan Sampalan. Zona Pariwisata Bahari merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Pariwisata dan rekreasi; c. Penelitian dan monitoring; d. Pendidikan. Kriteria penetapan zona pariwisata bahari antara lain : a) mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem perairan yang indah dan unik; b) mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi; c) mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung kepentingan konservasi; dan d) mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya. Kegiatan yang diijinkan dalam zona pariwisata bahari antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan 3. Pengelolaan jenis sumber daya ikan beserta habitatnya untuk dapat menghasilkan keseimbangan antara populasi dengan habitatnya 4. Alur migrasi biota perairan 5. Pemulihan 6. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 7. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 8. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 9. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata budaya, serta kapal pesiar. 10. Pembangunan infrastruktur pengelolaan seperti pos jaga, pelampung tanda batas dan pelampung tambat. Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona pariwisata bahari antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, maupun pancing rawai, jaring insang, jaring dasar dan jaring permukaan baik diam maupun ditarik, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut , seperti: budidaya rumput laut, budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 6. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Pariwisata Bahari KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Nama Manta Point Pasih Wug Crystal Bay Ceningan Wall Gamat Toyapakeh Bujur 115° 31' 43.566" BT 115° 31' 43.566" BT 115° 31' 43.566" BT 115° 31' 38.354" BT 115° 31' 37.661" BT 115° 31' 24.845" BT 115° 29' 3.450" BT 115° 29' 1.414" BT 115° 28' 50.101" BT 115° 29' 10.209" BT 115° 31' 45.075" BT 115° 31' 43.566" BT 115° 27' 3.929" BT 115° 26' 48.120" BT 115° 27' 13.021" BT 115° 26' 55.980" BT 115° 27' 20.600" BT 115° 27' 32.751" BT 115° 28' 14.826" BT 115° 27' 51.700" BT 115° 27' 38.904" BT 115° 27' 41.980" BT 115° 27' 41.925" BT 115° 27' 41.925" BT 115° 27' 41.925" BT 115° 27' 32.786" BT 115° 27' 54.792" BT 115° 27' 54.684" BT 115° 27' 51.965" BT 115° 27' 51.544" BT 115° 27' 51.521" BT 115° 27' 57.636" BT 115° 28' 7.183" BT 115° 28' 17.486" BT 115° 28' 7.408" BT 115° 29' 13.795" BT 115° 29' 13.553" BT 115° 29' 8.800" BT 115° 29' 8.700" BT 115° 29' 7.400" BT 115° 29' 7.200" BT 115° 29' 6.800" BT 115° 29' 6.537" BT 115° 28' 55.976" BT 115° 28' 43.147" BT Lintang 8° 47' 58.623" LS 8° 47' 58.623" LS 8° 47' 58.623" LS 8° 48' 0.586" LS 8° 48' 0.561" LS 8° 48' 0.091" LS 8° 46' 22.922" LS 8° 46' 20.868" LS 8° 45' 52.293" LS 8° 45' 42.496" LS 8° 47' 57.201" LS 8° 47' 58.623" LS 8° 44' 53.350" LS 8° 44' 1.433" LS 8° 43' 12.006" LS 8° 42' 50.500" LS 8° 42' 24.584" LS 8° 42' 35.473" LS 8° 41' 45.960" LS 8° 42' 16.983" LS 8° 42' 8.386" LS 8° 42' 3.435" LS 8° 42' 3.398" LS 8° 42' 3.398" LS 8° 42' 3.398" LS 8° 41' 57.205" LS 8° 41' 13.380" LS 8° 41' 11.832" LS 8° 41' 11.292" LS 8° 41' 9.820" LS 8° 41' 9.827" LS 8° 41' 2.868" LS 8° 40' 59.182" LS 8° 41' 1.328" LS 8° 41' 41.488" LS 8° 40' 57.947" LS 8° 40' 59.019" LS 8° 40' 57.700" LS 8° 40' 58.000" LS 8° 40' 57.800" LS 8° 40' 58.700" LS 8° 40' 58.500" LS 8° 41' 0.257" LS 8° 41' 2.886" LS 8° 40' 48.919" LS 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Malibu A Malibu B Sampalan 115° 29' 4.779" BT 115° 29' 27.969" BT 115° 29' 33.598" BT 115° 29' 15.800" BT 115° 29' 19.584" BT 115° 29' 18.101" BT 115° 29' 11.956" BT 115° 29' 11.686" BT 115° 29' 11.209" BT 115° 29' 11.541" BT 115° 29' 18.724" BT 115° 29' 18.146" BT 115° 29' 14.204" BT 115° 29' 11.503" BT 115° 29' 15.784" BT 115° 29' 15.600" BT 115° 29' 11.132" BT 115° 29' 9.112" BT 115° 29' 14.667" BT 115° 29' 14.175" BT 115° 29' 10.906" BT 115° 29' 10.985" BT 115° 29' 13.795" BT 115° 35' 38.803" BT 115° 35' 37.158" BT 115° 35' 38.000" BT 115° 35' 12.785" BT 115° 35' 18.840" BT 115° 35' 45.740" BT 115° 35' 38.803" BT 115° 36' 5.895" BT 115° 35' 46.600" BT 115° 35' 44.373" BT 115° 35' 43.718" BT 115° 35' 45.900" BT 115° 35' 43.600" BT 115° 35' 42.267" BT 115° 35' 41.801" BT 115° 35' 49.029" BT 115° 35' 52.097" BT 115° 36' 2.891" BT 115° 36' 10.554" BT 115° 36' 5.895" BT 115° 34' 34.606" BT 115° 34' 34.606" BT 115° 34' 37.997" BT 115° 34' 31.948" BT 8° 40' 10.433" LS 8° 40' 0.014" LS 8° 40' 16.534" LS 8° 40' 33.000" LS 8° 40' 34.337" LS 8° 40' 37.090" LS 8° 40' 34.640" LS 8° 40' 34.557" LS 8° 40' 35.637" LS 8° 40' 35.761" LS 8° 40' 37.754" LS 8° 40' 41.315" LS 8° 40' 39.227" LS 8° 40' 47.180" LS 8° 40' 48.376" LS 8° 40' 48.993" LS 8° 40' 47.646" LS 8° 40' 51.954" LS 8° 40' 53.432" LS 8° 40' 56.467" LS 8° 40' 56.171" LS 8° 40' 57.140" LS 8° 40' 57.947" LS 8° 42' 57.882" LS 8° 42' 56.136" LS 8° 42' 55.100" LS 8° 42' 27.470" LS 8° 42' 22.209" LS 8° 42' 49.480" LS 8° 42' 57.882" LS 8° 43' 40.097" LS 8° 43' 22.100" LS 8° 43' 22.913" LS 8° 43' 19.656" LS 8° 43' 19.300" LS 8° 43' 2.700" LS 8° 43' 3.036" LS 8° 43' 1.258" LS 8° 42' 52.396" LS 8° 42' 55.117" LS 8° 43' 28.692" LS 8° 43' 32.903" LS 8° 43' 40.097" LS 8° 40' 57.844" LS 8° 40' 57.844" LS 8° 40' 55.192" LS 8° 40' 49.311" LS 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115° 34' 29.429" BT 115° 34' 29.429" BT 115° 34' 29.429" BT 115° 34' 26.530" BT 115° 34' 29.190" BT 115° 34' 16.100" BT 115° 34' 14.747" BT 115° 34' 7.398" BT 115° 34' 8.779" BT 115° 34' 2.600" BT 115° 34' 1.621" BT 115° 33' 59.621" BT 115° 34' 0.377" BT 115° 33' 54.784" BT 115° 33' 54.067" BT 115° 33' 48.533" BT 115° 33' 53.964" BT 115° 34' 22.830" BT 115° 34' 37.290" BT 115° 34' 46.258" BT 115° 34' 35.165" BT 115° 34' 34.606" BT 8° 40' 51.854" LS 8° 40' 51.854" LS 8° 40' 51.854" LS 8° 40' 48.666" LS 8° 40' 45.922" LS 8° 40' 33.200" LS 8° 40' 36.074" LS 8° 40' 31.849" LS 8° 40' 29.097" LS 8° 40' 26.000" LS 8° 40' 28.809" LS 8° 40' 27.762" LS 8° 40' 25.185" LS 8° 40' 22.693" LS 8° 40' 24.501" LS 8° 40' 21.312" LS 8° 40' 8.870" LS 8° 40' 22.863" LS 8° 40' 38.618" LS 8° 40' 48.592" LS 8° 40' 58.589" LS 8° 40' 57.844" LS e) Zona Budidaya Rumput Laut (Luas: 464.25 hektar) Zona budidaya rumput laut ini menempati areal dimana masyarakat saat ini sudah menggunakannya. Zona budidaya rumput laut dibagi kedalam beberapa nama sesuai dengan kedekatan lokasi dengan nama administrasi ataupun nama lokal setempat. Berikut nama-nama areanya : Lembongan A, Lembongan B, Lembongan C, Ceningan Wall, Selat Lembongan – Ceningan, Toyapakeh, Toyapakeh – Ped, Suana – Pejukutan dan Batununggul. Zona Budidaya Rumput Laut merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Budidaya rumput laut; c. Penelitian dan monitoring; d. Pendidikan. Kriteria penetapan budidaya rumput laut adalah : memiliki nilai konservasi, tetapi dapat bertoleransi dengan pemanfaatan budidaya rumput laut; Kegiatan yang diijinkan dalam zona budidaya rumput laut antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya. 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan. 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar. 4. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan. 6. Budidaya rumput laut menggunakan sistem tancap. 7. Pemasangan pelampung tanda. Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona budidaya rumput laut antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, maupun pancing rawai, jaring insang, jaring dasar dan jaring permukaan baik diam maupun ditarik, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut, seperti: budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman baik dengan atau tanpa alat, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 7. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Budidaya Rumput Laut KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Nama Batununggul Ceningan Wall Bujur 115° 34' 58.550" BT 115° 35' 1.702" BT 115° 34' 41.376" BT 115° 35' 0.205" BT 115° 34' 57.457" BT 115° 34' 37.444" BT 115° 34' 41.376" BT 115° 34' 37.997" BT 115° 34' 34.606" BT 115° 34' 29.429" BT 115° 34' 31.948" BT 115° 34' 29.206" BT 115° 34' 26.530" BT 115° 34' 14.747" BT 115° 34' 16.100" BT 115° 34' 2.600" BT 115° 34' 8.779" BT 115° 34' 7.398" BT 115° 34' 1.621" BT 115° 34' 2.600" BT 115° 34' 0.377" BT 115° 33' 59.621" BT 115° 33' 54.067" BT 115° 33' 54.784" BT 115° 27' 51.528" BT 115° 27' 51.965" BT 115° 27' 53.676" BT 115° 27' 53.640" BT 115° 27' 54.000" BT 115° 27' 54.036" BT 115° 27' 54.432" BT 115° 27' 54.684" BT 115° 27' 54.815" BT 115° 27' 46.334" BT 115° 27' 43.809" BT 115° 27' 45.530" BT 115° 27' 48.962" BT 115° 27' 51.528" BT Lintang 8° 41' 50.465" LS 8° 41' 49.526" LS 8° 41' 0.132" LS 8° 41' 45.323" LS 8° 41' 45.966" LS 8° 41' 3.022" LS 8° 41' 0.132" LS 8° 40' 55.192" LS 8° 40' 57.844" LS 8° 40' 51.854" LS 8° 40' 49.311" LS 8° 40' 45.932" LS 8° 40' 48.666" LS 8° 40' 36.074" LS 8° 40' 33.200" LS 8° 40' 26.000" LS 8° 40' 29.097" LS 8° 40' 31.849" LS 8° 40' 28.809" LS 8° 40' 26.000" LS 8° 40' 25.185" LS 8° 40' 27.762" LS 8° 40' 24.501" LS 8° 40' 22.693" LS 8° 41' 9.634" LS 8° 41' 11.292" LS 8° 41' 11.256" LS 8° 41' 11.040" LS 8° 41' 10.968" LS 8° 41' 11.364" LS 8° 41' 11.292" LS 8° 41' 11.832" LS 8° 41' 13.507" LS 8° 41' 15.249" LS 8° 41' 10.407" LS 8° 41' 9.752" LS 8° 41' 10.657" LS 8° 41' 9.634" LS 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Lembongan A Lembongan B Lembongan C Selat Lembongan - Ceningan Suana - Pejukutan 115° 26' 12.624" BT 115° 26' 17.061" BT 115° 26' 17.683" BT 115° 26' 10.615" BT 115° 26' 12.624" BT 115° 26' 43.476" BT 115° 26' 43.440" BT 115° 26' 45.922" BT 115° 26' 45.906" BT 115° 26' 34.080" BT 115° 26' 34.289" BT 115° 26' 37.212" BT 115° 26' 40.920" BT 115° 28' 15.413" BT 115° 28' 26.436" BT 115° 28' 24.744" BT 115° 27' 49.068" BT 115° 27' 45.405" BT 115° 27' 45.406" BT 115° 26' 49.078" BT 115° 26' 49.077" BT 115° 26' 30.516" BT 115° 26' 43.224" BT 115° 26' 43.188" BT 115° 26' 38.536" BT 115° 26' 48.070" BT 115° 26' 16.683" BT 115° 26' 16.549" BT 115° 26' 4.371" BT 115° 26' 4.785" BT 115° 26' 4.795" BT 115° 36' 37.620" BT 115° 37' 6.132" BT 115° 37' 5.700" BT 115° 37' 5.628" BT 115° 37' 4.836" BT 115° 37' 4.931" BT 115° 37' 4.712" BT 115° 36' 34.536" BT 115° 36' 37.620" BT 115° 36' 6.700" BT 115° 36' 37.500" BT 115° 36' 33.515" BT 115° 36' 5.095" BT 115° 36' 6.700" BT 115° 35' 46.600" BT 115° 36' 5.900" BT 8° 40' 47.460" LS 8° 40' 51.772" LS 8° 40' 53.197" LS 8° 40' 47.937" LS 8° 40' 47.460" LS 8° 40' 36.768" LS 8° 40' 37.992" LS 8° 40' 40.357" LS 8° 40' 40.365" LS 8° 40' 46.139" LS 8° 40' 42.802" LS 8° 40' 38.496" LS 8° 40' 36.732" LS 8° 39' 52.917" LS 8° 40' 10.092" LS 8° 40' 43.500" LS 8° 41' 4.668" LS 8° 40' 58.748" LS 8° 40' 58.744" LS 8° 40' 30.588" LS 8° 40' 30.600" LS 8° 40' 27.444" LS 8° 39' 40.356" LS 8° 39' 40.032" LS 8° 41' 39.134" LS 8° 41' 55.556" LS 8° 42' 23.902" LS 8° 42' 22.428" LS 8° 41' 34.593" LS 8° 41' 33.899" LS 8° 41' 33.910" LS 8° 44' 1.824" LS 8° 44' 42.864" LS 8° 44' 42.972" LS 8° 44' 42.828" LS 8° 44' 43.116" LS 8° 44' 43.589" LS 8° 44' 43.656" LS 8° 44' 5.375" LS 8° 44' 1.824" LS 8° 43' 40.600" LS 8° 44' 1.900" LS 8° 44' 5.747" LS 8° 43' 42.995" LS 8° 43' 40.600" LS 8° 43' 22.100" LS 8° 43' 40.100" LS 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 115° 36' 4.333" BT 115° 35' 44.373" BT 115° 35' 46.600" BT 115° 35' 43.600" BT 115° 35' 45.900" BT 115° 35' 43.718" BT 115° 35' 42.267" BT 115° 35' 43.600" BT 115° 35' 31.100" BT 115° 35' 38.000" BT 115° 35' 37.158" BT 115° 35' 28.854" BT 115° 35' 31.100" BT 115° 35' 30.100" BT 115° 35' 30.800" BT 115° 35' 28.294" BT 115° 35' 27.491" BT 115° 35' 30.100" BT 115° 35' 26.900" BT 115° 35' 29.700" BT 115° 35' 26.691" BT 115° 35' 24.222" BT 115° 35' 26.900" BT 115° 35' 26.500" BT 115° 35' 23.842" BT 115° 35' 21.652" BT 115° 35' 24.200" BT 115° 35' 23.100" BT 115° 35' 23.700" BT 115° 35' 21.390" BT 115° 35' 20.454" BT 115° 35' 23.100" BT 115° 35' 21.400" BT 115° 35' 22.600" BT 115° 35' 20.094" BT 115° 35' 18.798" BT 115° 35' 21.400" BT 115° 35' 12.700" BT 115° 35' 21.000" BT 115° 35' 18.460" BT 115° 35' 11.142" BT 115° 35' 12.700" BT 115° 35' 10.200" BT 115° 35' 11.900" BT 115° 35' 10.461" BT 115° 35' 9.080" BT 115° 35' 10.200" BT 8° 43' 42.603" LS 8° 43' 22.913" LS 8° 43' 22.100" LS 8° 43' 2.700" LS 8° 43' 19.300" LS 8° 43' 19.656" LS 8° 43' 3.036" LS 8° 43' 2.700" LS 8° 42' 49.600" LS 8° 42' 55.100" LS 8° 42' 56.136" LS 8° 42' 52.410" LS 8° 42' 49.600" LS 8° 42' 48.700" LS 8° 42' 49.400" LS 8° 42' 51.907" LS 8° 42' 51.261" LS 8° 42' 48.700" LS 8° 42' 45.300" LS 8° 42' 48.200" LS 8° 42' 50.484" LS 8° 42' 47.866" LS 8° 42' 45.300" LS 8° 42' 45.000" LS 8° 42' 47.475" LS 8° 42' 45.167" LS 8° 42' 42.400" LS 8° 42' 41.400" LS 8° 42' 42.100" LS 8° 42' 44.823" LS 8° 42' 43.568" LS 8° 42' 41.400" LS 8° 42' 39.300" LS 8° 42' 40.800" LS 8° 42' 43.075" LS 8° 42' 41.219" LS 8° 42' 39.300" LS 8° 42' 27.300" LS 8° 42' 38.900" LS 8° 42' 40.694" LS 8° 42' 28.479" LS 8° 42' 27.300" LS 8° 42' 24.500" LS 8° 42' 26.300" LS 8° 42' 27.311" LS 8° 42' 25.539" LS 8° 42' 24.500" LS 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 Toyapakeh 115° 35' 9.600" BT 115° 35' 10.100" BT 115° 35' 8.784" BT 115° 35' 8.385" BT 115° 35' 9.600" BT 115° 35' 6.216" BT 115° 35' 9.240" BT 115° 35' 8.248" BT 115° 35' 3.446" BT 115° 35' 6.217" BT 115° 35' 6.216" BT 115° 35' 5.208" BT 115° 35' 5.784" BT 115° 35' 2.695" BT 115° 35' 2.292" BT 115° 35' 5.028" BT 115° 35' 2.208" BT 115° 29' 9.300" BT 115° 29' 13.553" BT 115° 29' 13.552" BT 115° 29' 6.537" BT 115° 29' 6.800" BT 115° 29' 7.400" BT 115° 29' 8.700" BT 115° 29' 8.800" BT 115° 29' 9.300" BT 115° 29' 14.175" BT 115° 29' 13.795" BT 115° 29' 10.985" BT 115° 29' 11.026" BT 115° 29' 10.712" BT 115° 29' 10.906" BT 115° 29' 12.842" BT 115° 29' 14.175" BT 115° 29' 14.667" BT 115° 29' 9.112" BT 115° 29' 9.616" BT 115° 29' 10.203" BT 115° 29' 11.132" BT 115° 29' 15.600" BT 115° 29' 15.458" BT 115° 29' 17.006" BT 115° 29' 17.015" BT 115° 29' 18.146" BT 115° 29' 18.132" BT 115° 29' 15.784" BT 115° 29' 11.503" BT 8° 42' 23.500" LS 8° 42' 24.100" LS 8° 42' 25.143" LS 8° 42' 24.665" LS 8° 42' 23.500" LS 8° 42' 17.892" LS 8° 42' 23.544" LS 8° 42' 24.507" LS 8° 42' 18.941" LS 8° 42' 17.901" LS 8° 42' 17.892" LS 8° 42' 14.148" LS 8° 42' 16.416" LS 8° 42' 17.174" LS 8° 42' 14.396" LS 8° 42' 13.428" LS 8° 42' 13.692" LS 8° 40' 57.700" LS 8° 40' 59.019" LS 8° 40' 59.020" LS 8° 41' 0.257" LS 8° 40' 58.500" LS 8° 40' 57.800" LS 8° 40' 58.000" LS 8° 40' 57.700" LS 8° 40' 57.700" LS 8° 40' 56.467" LS 8° 40' 57.947" LS 8° 40' 57.140" LS 8° 40' 56.980" LS 8° 40' 56.809" LS 8° 40' 56.171" LS 8° 40' 56.080" LS 8° 40' 56.467" LS 8° 40' 53.432" LS 8° 40' 51.954" LS 8° 40' 50.338" LS 8° 40' 50.412" LS 8° 40' 47.646" LS 8° 40' 48.993" LS 8° 40' 49.427" LS 8° 40' 40.616" LS 8° 40' 40.871" LS 8° 40' 41.315" LS 8° 40' 41.335" LS 8° 40' 48.376" LS 8° 40' 47.180" LS 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 Toyapakeh - Ped 115° 29' 11.600" BT 115° 29' 11.100" BT 115° 29' 11.100" BT 115° 29' 11.500" BT 115° 29' 11.900" BT 115° 29' 12.200" BT 115° 29' 12.400" BT 115° 29' 12.100" BT 115° 29' 14.204" BT 115° 32' 10.453" BT 115° 32' 10.439" BT 115° 31' 9.095" BT 115° 31' 9.300" BT 115° 32' 36.008" BT 115° 32' 35.940" BT 115° 32' 11.439" BT 115° 32' 11.302" BT 115° 32' 36.008" BT 115° 31' 8.200" BT 115° 31' 7.834" BT 115° 30' 21.601" BT 115° 30' 21.587" BT 115° 29' 19.584" BT 115° 29' 15.800" BT 115° 29' 16.000" BT 115° 29' 16.500" BT 115° 29' 17.000" BT 115° 29' 16.400" BT 115° 29' 16.600" BT 115° 29' 16.800" BT 115° 29' 16.888" BT 115° 29' 17.100" BT 115° 29' 16.900" BT 115° 29' 17.300" BT 115° 29' 17.500" BT 115° 29' 17.700" BT 115° 29' 18.100" BT 115° 29' 18.400" BT 115° 29' 17.900" BT 115° 29' 33.700" BT 115° 29' 45.400" BT 8° 40' 46.300" LS 8° 40' 46.100" LS 8° 40' 45.600" LS 8° 40' 45.600" LS 8° 40' 44.200" LS 8° 40' 44.200" LS 8° 40' 43.600" LS 8° 40' 43.500" LS 8° 40' 39.227" LS 8° 40' 33.745" LS 8° 40' 34.810" LS 8° 40' 37.319" LS 8° 40' 35.100" LS 8° 40' 29.750" LS 8° 40' 30.718" LS 8° 40' 34.769" LS 8° 40' 33.800" LS 8° 40' 29.750" LS 8° 40' 35.200" LS 8° 40' 37.482" LS 8° 40' 20.482" LS 8° 40' 20.494" LS 8° 40' 34.337" LS 8° 40' 33.000" LS 8° 40' 32.700" LS 8° 40' 32.900" LS 8° 40' 30.900" LS 8° 40' 30.600" LS 8° 40' 30.200" LS 8° 40' 30.300" LS 8° 40' 30.066" LS 8° 40' 29.500" LS 8° 40' 29.400" LS 8° 40' 28.300" LS 8° 40' 28.400" LS 8° 40' 28.000" LS 8° 40' 28.200" LS 8° 40' 27.400" LS 8° 40' 27.100" LS 8° 40' 16.300" LS 8° 40' 16.300" LS f) Zona Suci (Luas: 46.71 hektar) Zona suci terbagi menjadi 4 bagian sesuai keberadaan Pura Suci yang ada di Nusa Penida. Pura tersebut adalah Pura Ped, Pura Ulakan, Pura Batu Medau dan Pura Batu Kuning. Zona Suci merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Peribadatan umat Hindu; c. Penelitian dan monitoring; d. Pendidikan. Kegiatan yang diijinkan dalam zona suci antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 4. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 6. 7. 8. 9. Kegiatan wisata penyelaman Aktifitas budidaya rumput laut Peribadatan umat Hindu. Pemasangan pelampung tanda. Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona suci antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, maupun pancing rawai, jaring insang, jaring dasar dan jaring permukaan baik diam maupun ditarik, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut, seperti: budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata seperti wisata berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumbalumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 8. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Suci KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Pura Ped Pura Ulakan Pura Batu Medau Bujur 115° 31' 1.085" BT 115° 31' 16.744" BT 115° 31' 14.777" BT 115° 31' 9.300" BT 115° 31' 9.108" BT 115° 31' 7.834" BT 115° 31' 8.200" BT 115° 30' 57.865" BT 115° 31' 1.085" BT 115° 35' 41.801" BT 115° 35' 38.803" BT 115° 35' 45.740" BT 115° 35' 49.029" BT 115° 35' 41.801" BT 115° 36' 11.026" BT 115° 36' 15.653" BT 115° 36' 21.914" BT Lintang 8° 40' 14.071" LS 8° 40' 16.032" LS 8° 40' 35.400" LS 8° 40' 35.100" LS 8° 40' 37.482" LS 8° 40' 37.482" LS 8° 40' 35.200" LS 8° 40' 33.389" LS 8° 40' 14.071" LS 8° 43' 1.258" LS 8° 42' 57.882" LS 8° 42' 49.480" LS 8° 42' 52.396" LS 8° 43' 1.258" LS 8° 43' 42.692" LS 8° 43' 34.260" LS 8° 43' 37.668" LS 18 19 20 21 22 23 24 Pura Batu Kuning 115° 36' 17.047" BT 115° 36' 11.026" BT 115° 36' 35.594" BT 115° 36' 42.360" BT 115° 36' 46.165" BT 115° 36' 39.648" BT 115° 36' 35.594" BT 8° 43' 45.935" LS 8° 43' 42.692" LS 8° 44' 0.300" LS 8° 43' 50.665" LS 8° 43' 53.518" LS 8° 44' 2.985" LS 8° 44' 0.300" LS g) Zona Pelabuhan (Luas: 35.15 hektar) Zona pelabuhan didalam KKP Nusa Penida berada di Pelabuhan Sampalan. Zona Pelabuhan merupakan zona di dalam KKP Nusa Penida yang diperuntukkan bagi: a. Perlindungan habitat dan populasi ikan; b. Alur pelayaran dan pelabuhan; c. Penelitian dan monitoring; d. Pendidikan. Kegiatan yang diijinkan dalam zona pelabuhan antara lain: 1. Perlindungan proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya 2. Patroli penjagaan dan pencegahan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan perubahan fungsi kawasan 3. Penelitian dasar menggunakan metode observasi untuk pengumpulan data dasar 4. Penelitian terapan menggunakan metode survei untuk tujuan monitoring kondisi biologi dan ekologi serta pengembangan untuk kepentingan konservasi 5. Pendidikan biologi, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata kelola dan pengelolaan 6. Pelayaran dan pelabuhan. 7. Pemasangan pelampung tanda. Kegiatan yang tidak diijinkan dalam zona pelabuhan antara lain: 1. Kegiatan pemanfaatan dengan pengambilan/ penangkapan langsung dari alam dengan atau tanpa menggunakan alat, seperti : memancing baik pancing dasar, pancing tonda, maupun pancing rawai, jaring insang, jaring dasar dan jaring permukaan baik diam maupun ditarik, bagan puri, bagan tancap, bagan apung, alat jerat, bubu, sero, selam baik dengan alat maupun tanpa alat, serta tombak atau panah ikan. 2. Segala kegiatan pemanfaatan yang merusak baik dengan atau tanpa alat, seperti: bom, racun, bius, muroami, penggunaan kompresor selam, menggulingkan atau membalik karang, mengambil karang atau pasir serta memotong atau menebang bakau. 3. Kegiatan penangkapan semua biota yang dilindungi Undang-undang dan penangkapan biota karismatik di perairan Nusa Penida, seperti ikan hiu totol (Rhincodon typus), ikan hiu ekor panjang (Alopias spp.), ikan mola-mola (Mola mola), dan ikan pari manta (Manta birostris). 4. Kegiatan budidaya laut, seperti: budidaya rumput laut, budidaya ikan, budidaya mutiara, keramba, serta tambak. 5. Kegiatan wisata seperti wisata penyelaman, berenang, snorkeling, wisata pengamatan lumba-lumba atau paus, wisata pengamatan burung, wisata, mancing, wisata budaya, kapal pesiar, serta wisata memberi makan ikan. 6. Pembangunan infrastruktur seperti dermaga, bangunan wisata, dan pelampung tambat. Tabel 9. Lokasi dan Titik Koordinat Zona Pelabuhan KKP Nusa Penida (CTC, 2010) Nomor 1 2 3 4 Nama Pelabuhan Sampalan Pelabuhan Sampalan Pelabuhan Sampalan Pelabuhan Sampalan Bujur 115° 33' 2.245" BT 115° 33' 0.244" BT 115° 33' 26.915" BT 115° 33' 26.362" BT Lintang 8° 40' 20.697" LS 8° 40' 6.746" LS 8° 40' 4.905" LS 8° 40' 19.829" LS BAB 5. RENCANA PENGELOLAAN Penyusunan rencana pengelolaan didasarkan pada strategi dan program pengelolaan yang telah ditetapkan pada Bab III beserta dengan peraturan yang ada yaitu PERMEN Kelautan dan Perikanan No.30 tahun 2010 Tentang Zonasi dan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Prioritas kegiatan dan penjadwalan akan mempertimbangkan ketersediaan dana, kesiapan organisasi pengelola, masalah legalitas, serta kesiapan masyarakat setempat sekitar KKP. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperlukan strategi pengelolaan yang berdasarkan skala prioritas kegiatan selama rentang waktu 5 tahun, sebagai rencana kegiatan jangka pendek. Rencana pengelolaan KKP Nusa Penida tersaji pada Tabel 1. Tabel 10. Rencana Pengelolaan KKP Nusa Penida 2012 - 2032 No 1 Tujuan Meningkatnya tutupan karang dan hutan bakau, dan biomass ikan sebesar 20% pada tahun 2032 Strategi 1) 2) 3) 2 Meningkatnya jumlah tangkapan nelayan dan turis yang berkunjung ke Nusa Penida sebanyak 15% pada tahun 2032 Kegiatan Pelaksanaan survey dan penelitian terkait jenis dan ekosistem Pembuatan dan penerapan protokol monitoring ekologi/biologi bagi KKP Nusa Penida Rehabilitasi ekosistem penting pesisir dan laut di dalam KKP Nusa Penida 1) Pengembangan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat Nusa Penida 2) Pengembangan alternatif alat dan cara tangkap perikanan yang tidak merusak 3) Pengembangan wisata bahari yang ramah lingkungan 4) Pengembangan hukum adat terkait dengan pengelolaan KKP Nusa Penida 5) Pengembangan strategi dan 1.1. Survey dan monitoring terumbu karang, ikan, bakau dan padang lamun 1.2. Penelitian dan monitoring Ikan Mola mola, Ikan Pari manta, Dugong, Paus, Hiu dan Penyu 2.1. Pembuatan dan penerapan protokol monitoring kesehatan karang, tempat memijah ikan, dan mega-biota laut 3.1. Rehabilitasi terumbu karang 3.2. Rehabilitasi hutan bakau 1.1. Pengembangan ekowisata bahari melalui mangrove tour dan adopt the coral 1.2. Pengembangan ekowisata bahari melalui tour rumput laut 1.3. Pengembangan aneka souvenir khas Nusa Penida yang ramah lingkungan 1.4. Pengembangan aneka makanan berbahan dasar rumput laut 1.5. Pengembangan kredit mikro bagi nelayan, petani rumput laut dan pelaku ekowisata bahari berbasis masyarakat 2.1. Pengembangan alternatif cara tangkap untuk menggantikan bom/potasium dengan pancing/jaring Pelaksana Lembaga Pengelola dan Instansi/Lembaga berkompeten Lembaga Pengelola dan Instansi/lembaga berkompeten Pendanaan Swadaya APBD Swadaya APBD media komunikasi 6) Pelibatan masyarakat secara aktif di dalam pengelolaan KKP Nusa Penida 7) Pembuatan dan penerapan protokol monitoring sosio-ekonomi bagi KKP Nusa Penida 3.1. Pembuatan code of conduct wisata bahari di Nusa Penida termasuk pemantauan Ikan Mola mola, Pari Manta dan Paus 3.2. Study kapasitas daya dukung lingkungan terkait pariwisata bahari 3.3. Pembuatan rencana pengelolaan wisata bahari di Nusa Penida 4.1. Pembuatan awig-awig terkait perlindungan dan pemanfaatan jenis dan sumberdaya pesisir dan laut 4.2. Pembuatan awig-awig terkait pengelolaan sampah dan limbah di pulau 5.1. Pembuatan berbagai poster dan buku terkait perlindungan ekosistem dan jenis biota laut 5.2. Pembuatan Pondok informasi di pualu terkait isu pesisir dan laut dan pengelolaan KKP 5.3. Pembuatan Film terkait keanekaragaman hayati laut Nusa Penida dan wisata bahari Nusa Penida 5.4. Pembuatan papan informasi terkait zonasi berikut aturannya dan code of conduct wisata bahari 5.5. Penyuluhan secara berkala oleh lembaga pengelola KKP Nusa Penida terkait pelestarian pesisir dan laut 6.1. Pelibatan unsur masyarakat di dalam lembaga pengelola 6.2. Pelibatan unsur masyarakat di dalam pembuatan rencana kerja pengelolaan lima tahunan dan tahunan 6.3. Pelibatan unsur masyarakat di dalam tim patroli gabungan KKP Nusa Penida 6.4. Pelibatan unsur masyarakat di dalam monitoring dan evaluasi pengelolaan KKP Nusa Penida 7.1. Pembuatan protokol dan pelaksanaan monitoring persepsi stakeholder secara berkala 3 Tata Kelola KKP Yang Effektif 1) Pengelolaan database yang komprehensif, terintegrasi, up to date dan mudah untuk diakses 2) Pembuatan dan penerapan payung hukum, zonasi berikut dengan aturannya 3) Pembentukan badan pengelola termasuk di dalamnya tim pengamanan dan patroli gabungan 4) Pembuatan dan penerapan mekanisme pendanaan jangka panjang melalui biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida 5) Pembuatan rencana kerja 5 tahunan dan 1 tahunan pengelolaan, 7.2. Pembuatan protokol dan pelaksanaan resource use monitoring 1.1. Pembuatan Profile KKP Nusa Penida, termasuk di dalamnnya profil perikanan dan profil wisata bahari yang di upadate setiap 5 tahun sekali 1.2. Pembuatan data webase yang mudah diakses 1.3. Pembuatan atlas sumberdaya pesisir dan laut KKP Nusa Penida. 2.1. Pembuatan PERDA atas KKP Nusa Penida 2.2. Pembuatan PERDA Alat tangkap perikanan di Kabupaten Klungkung 2.3. Pembuatan Peraturan Bupati mengenai pariwisata bahari 2.4. Peraturan Bupati terkait biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida 3..1. Pembentukan Lembaga Pengelola KKP Nusa Penida yang disahkan oleh Peraturan BupatiKlungkung 3.2. Pembentukan Tim Patroli Gabungan antara Lembaga Pengelola Instansi/Lembaga Berkompeten Swadaya APBD mengacu pada rencana kerja 20 tahun KKP Nusa Penida. 6) Pengadaan sarana dan prasarana terkait pengelolaan KKP Nusa Penida 7) Pelaksanaan berbagai pelatihan dan pendidikan terkait pengelolaan KKP Nusa Penida 8) Pengembangan protokol monitoring/eval uasi terkait tata kelola KKP Nusa Penida aparat penegak hukum dan masyarakat 3.3. Pembuatan SOP pengawasan dan patroli KKP Nusa Penida 4.1. Melakukan Kajian mekanisme pendanaan jangka panjang KKP Nusa Penida termasuk studi keinginan pengguna untuk berkontribusi terhadap pengelolaan KKP (willingness to pay study) dan rekomendasi 5.1. Pembuatan rencana kerja pengelolaan 5 tahunan 5.2. Pembuatan rencana kerja pengelolaan 1 tahunan 5.3. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan rencana kerja 5 tahunan dan 1 tahunan 6.1. Pengadaan Kantor Lembaga Pengelola beserta dengan fasilitas kantor 6.2. Pengadaan kapal patroli berikut dengan peralatan komunikasi, navigasi dan safety 6.3. Pembuatan pos-pos pengawasan di darat dipinggir pantai termasuk pemasangan CCTV 6.4. Memasang tanda batas, rambu dan pelampung tambat perahu 6.5. Pengadaan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk memungut biaya masuk KKP Nusa Penida 6.6. Pemasangan instalasi komunikasi Antena bersama pengadaan HT. 6.7. Pembuatan papanpapan informasi 6.8. Pengadaan Sarana Penanggulangan Keadaan Darurat (Rescue) 7.1. Pelatihan penerapan SOP patroli 7.2. Pelatihan scientific diving dan pengenalan keanekaragaman hayati laut 7.3. Pelatihan administrasi dan keuangan dan pengelolaan biaya masuk (entrance fee) 7.4. Pelatihan perancangan dan pengelolaan efektif KKP 7.5. Pelatihan Rescue Laut 7.6. Pelatihan pemantauan terumbu karang, ikan dan padang lamun untuk masyarakat 7.7. Pelatihan pengelolaan kelembagaan dan penyusunan rencana kerja 7.8. Pelatihan penulisan pelaporan dan bahasa Inggris 7.9. Pelatihan penyelesaian konflik 8.1. Pembuatan protokol dan penerapan pengelolaan efektif KKP BAB 6 TATA WAKTU DAN PEMBIAYAAN Setiap tahapan kegiatan dalam pengelolaan kawasan, mulai dari tahapan perencanaan, implementasi sampai dengan evaluasi KKP sangat bergantung kepada tersedianya pendanaan. Rencana pembiayaan mencangkup antara lain sumber-sumber dana yang dapat diusulkan kepada pemangku kepentingan, alokasi pembiayaan dan badan pengawas. Dana yang bisa digali berasal dari biaya masuk kawasan(entrance fee), APBN (melalui UPT terkait dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan), APBD Propinsi dan Kabupaten, Swasta, Luar Negeri (Hibah), serta masyarakat. Oleh karena itu, rencana spesifik pembiayaan dalam implementasinya perlu disusun oleh badan pengelola yang dituangkan dalam rencana kerja 5 dan 1 tahunan dengan mengacu kepada rencana pengelolaan 20 tahun KKP Nusa Penida. Pada 5 tahun pertama arahan rencana kerja KKP Nusa Penida fokus pada memperkuat kapasitas badan pengelola, memperkuat payung hukum, melengkapi sarana dan prasarana, pengembangan database/survey dan monitoring ekologi/sosial-ekonomi dan pengelolaan biaya masuk kawasan. Pada 5 tahun pertama ini masih diperlukan sumber pendanaan dari APBN, APBD, Swasta dan Hibah untuk menunjang biaya masuk (entrance fee). Selanjutnya komponen biaya masuk akan semakin besar guna membiayai pengelolaan KKP Nusa Penida. Harapannya pada 5 tahun terakhir rencana pengelolaan 20 tahun KKP Nusa Penida ini, komponen biaya pengelolaan hampir seluruhnya ditanggung oleh dana yang dikumpulkan dari biaya masuk KKP Nusa Penida sehingga keterlibatan dana dari APBN dan APBD akan sangat kecil sekali. Jika sudah terjadi demikian, maka dapat dikatakan bahwa KKP Nusa Penida dapat dikelola secara efektif dari sisi pendanaan. Tabel 11. Matrik Rencana Pengelolaan Jangka Menengah ( 5 tahunan) KKP Nusa Penida No 1 2 Strategi Peningkatan tutupan karang dan hutan bakau, dan biomass ikan sebesar 20% pada tahun 2032 Peningkatan jumlah tangkapan nelayan dan turis yang Program Pelaksanaan survey dan penelitian terkait jenis dan ekosistem Kegiatan Output Lokasi Pelaksana Sumber Dana Biaya (rupiah) 5 Tahun 5 Thn-2 1 2 3 4 5 Survey dan monitoring terumbu karang, ikan, bakau dan padang lamun KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x x x Penelitian dan monitoring Ikan Mola mola, Ikan Pari manta, Dugong, Paus, Hiu dan Penyu KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 75.000.000 x x x Pembuatan dan penerapan protokol monitoring ekologi/biolog i bagi KKP Nusa Penida Pembuatan dan penerapan protokol monitoring kesehatan karang, tempat memijah ikan, dan megabiota laut KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x Rehabilitasi ekosistem penting pesisir dan laut di dalam KKP Nusa Penida Rehabilitasi terumbu karang KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x x x Rehabilitasi hutan bakau KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 25.000.000 x x x x x x Pengembanga n alternatif mata Pengembanga n ekowisata bahari melalui KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x x x x x berkunjung ke Nusa Penida sebanyak 15% pada tahun 2032 pencaharian bagi masyarakat Nusa Penida Pengembanga n alternatif alat dan cara tangkap perikanan yang tidak merusak mangrove tour dan adopt the coral Pengembanga n ekowisata bahari melalui tour rumput laut KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 Pengembanga n aneka souvenir khas Nusa Penida yang ramah lingkungan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 75.000.000 x x x Pengembanga n aneka makanan berbahan dasar rumput laut KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x Pengembanga n kredit mikro bagi nelayan, petani rumput laut dan pelaku ekowisata bahari berbasis masyarakat KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x Pengembanga n alternatif cara tangkap untuk menggantikan bom/potasium dengan pancing/jaring KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 75.000.000 x x x x x x x x x x x x x Pengembanga n wisata bahari yang ramah lingkungan Pengembanga n hukum adat terkait dengan pengelolaan KKP Nusa Penida Pembuatan code of conduct wisata bahari di Nusa Penida termasuk pemantauan Ikan Mola mola, Pari Manta dan Paus KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 Pembuatan studi kapasitas daya dukung lingkungan terkait wisata bahari Pembuatan rencana pengelolaan wisata bahari di Nusa Penida Pembuatan awig-awig terkait perlindungan terumbu karang, hutan bakau, Ikan Mola mola, Ikan Pari Manta, Paus, Dugong, Penyu dan Hiu Pembuatan awig-awig terkait pengelolaan sampah dan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x x x x limbah di pulau Pengembanga n strategi dan media komunikasi Pembuatan berbagai poster dan buku terkait perlindungan ekosistem dan jenis biota laut KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 150.000.000 x Pembuatan Pondok informasi di pulau terkait isu pesisir dan laut dan pengelolaan KKP Pembuatan Film terkait keanekaragam an hayati laut Nusa Penida dan wisata bahari Nusa Penida Pembuatan papan informasi terkait zonasi berikut aturannya dan code of conduct wisata bahari Penyuluhan secara berkala oleh lembaga pengelola KKP Nusa Penida terkait konservasi pesisir dan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 150.000.000 x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 150.000.000 x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 150.000.000 x x x KKP Nusa Penida dan wilayah sekitarnya LP dan Partner APBD Hibah 75.000.000 x x x x x x x x x Pelibatan masyarakat secara aktif di dalam pengelolaan KKP Nusa Penida Pembuatan dan penerapan protokol monitoring sosio-ekonomi bagi KKP Nusa Penida laut Pelibatan unsur masyarakat di dalam badan pengelola Pelibatan unsur masyarakat di dalam pembuatan rencana kerja pengelolaan lima tahunan dan tahunan Pelibatan unsur masyarakat di dalam tim patroli gabungan KKP Nusa Penida Pelibatan unsur masyarakat di dalam monitoring dan evaluasi pengelolaan KKP Nusa Penida Pembuatan protokol dan pelaksanaan monitoring persepsi stakeholder secara berkala Pembuatan protokol dan pelaksanaan resource use KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 25.000.000 x x x x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 25.000.000 x x x x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x monitoring 3 Tata Kelola KKP Yang Effektif Pengelolaan database yang komprehensif, terintegrasi, up to date dan mudah untuk diakses Pembuatan dan penerapan payung hukum, zonasi berikut dengan aturannya Pembuatan Profile KKP Nusa Penida, termasuk di dalamnnya profil perikanan dan profil wisata bahari Pembuatan data webase yang mudah diakses Pembuatan atlas sumberdaya pesisir dan laut KKP Nusa Penida Pembuatan PERDA atas KKP Nusa Penida Pembuatan PERDA Alat tangkap perikanan di Kabupaten Klungkung Pembuatan Peraturan Bupati mengenai pariwisata bahari PERDA terkait biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x x Pembentukan badan pengelola termasuk di dalamnya tim pengamanan dan patroli gabungan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 x Pembuatan dan penerapan mekanisme pendanaan jangka panjang melalui biaya masuk (entrance fee) KKP Nusa Penida Pembentukan Lembaga Pengelola KKP Nusa Penida yang disahkan oleh Peraturan BupatiKlungk ung Pembentukan Tim Patroli Gabungan antara aparat penegak hukum dan masyarakat Pembuatan SOP pengawasan dan patroli KKP Nusa Penida Melakukan Kajian mekanisme pendanaan jangka panjang KKP Nusa Penida termasuk willingness to pay study dan rekomendasi KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x Pembuatan rencana kerja 5 tahunan dan 1 tahunan pengelolaan, mengacu pada rencana kerja 20 tahun KKP Pembuatan rencana kerja pengelolaan 5 tahunan Pembuatan rencana kerja pengelolaan 1 tahunan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 20.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 10.000.000 x x x x x x x x Nusa Penida. Pengadaan sarana dan pra-sarana terkait pengelolaan KKP Nusa Penida Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan rencana kerja 5 tahunan dan 1 tahunan Pengadaan Kantor Badan Pengelola beserta dengan fasilitas kantor Pengadaan kapal patroli berikut dengan peralatan komunikasi, navigasi dan safety Pembuatan pos-pos pengawasan di darat dipinggir pantai termasuk pemasangan CCTV Memasang tanda batas, rambu dan pelampung tambat perahu Pengadaan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk memungut biaya masuk KKP Nusa Penida Pemasangan KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 15.000.000 KKP Nusa Penida LP dan Partner APBN, APBD Hibah 200.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBN, APBD Hibah 800.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 700.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBN, APBD Hibah 200.000.000 KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 150.000.000 KKP Nusa LP APBD 100.000.000 x x x x x x x x x x x x x Pelaksanaan berbagai pelatihan dan pendidikan terkait pengelolaan KKP Nusa Penida instalasi komunikasi Antena bersama pengadaan HT. Pembuatan papan-papan informasi Pengadaan sarana penanggulang an keadaan darurat (rescue) Pelatihan penerapan SOP patroli Pelatihan scientific diving dan pengenalan keanekaragam an hayati laut Pelatihan keuangan dan pengelolaan biaya masuk (entrance fee) Pelatihan perancangan dan pengelolaan efektif KKP Pelatihan Rescue Laut Pelatihan pemantauan terumbu karang, ikan dan padang lamun untuk masyarakat Pelatihan Penida dan Partner Hibah KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 100.000.000 x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 250.000.000 x x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x KKP Nusa Penida KKP Nusa Penida LP dan Partner BP dan Partner APBD Hibah APBD Hibah 50.000.000 x x x 50.000.000 x x x KKP Nusa LP APBD 35.000.000 x x x x x x x x x x x x x x x x x x Pengembanga n protokol monitoring/ev aluasi terkait tata kelola KKP Nusa Penida pengelolaan kelembagaan dan penyusunan rencana kerja Pelatihan penulisan pelaporan dan bahasa Inggris Pelatihan penyelesaian konflik Pembuatan protokol dan penerapan pengelolaan efektif KKP Penida dan Partner Hibah KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 35.000.000 KKP Nusa Penida LP dan Partner APBD Hibah 50.000.000 x x x x x x x x x x x x x x BAB 7. PENUTUP Kegiatan Konservasi Perairan di Nusa Penida sangat erat berkaitan dengan kehidupan masyarakat Nusa Penida yang mendiami pulau-pulau kecil dimana hidupnya sangat bergantung pada sumberdaya pesisir dan laut. Berbagai kegiatan ekonomi di pesisir seperti wisata bahari, perikanan dan budidaya rumput laut merupakan mata pencaharian utama di pesisir Nusa Penida. Dengan melindungi ekosistem penting pesisir seperti terumbu karang, hutan bakau, padang lamun serta biota laut penting seperti ikan Mola mola, ikan Pari manta, Paus, Hiu, Penyu, Napoleon dan Dugong, maka itu berarti melestarikan sumber kehidupan masyarakat Nusa Penida. Sebagai upaya untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati laut Nusa Penida maka ditetapkan sebuah Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Nusa Penida. Dan untuk melengkapi upaya konservasi pesisir dan laut di KKP Nusa Penida ini maka disusunlah sebuah rencana pengelolaan yang merupakan sebuah keharusan dalam pengelolaan kawasan perairan dan sesuai dengan peraturan yang ada. Rencana pengelolaan ini diharapkan akan mampu memberikan arahan dan pedoman bagi badan pengelola agar dapat mengelola kKP Nusa Penida secara efektif. Buku rencana pengelolaan ini merupakan hasil upaya semua pihak yang bertujuan untuk dapat menyediakan pedoman bagi pengelola kawasan konservasi, sekaligus sebagai arahan bagi para pihak. Hadirnya dokumen rencana pengelolaan ini ini merupakan sebuah tahapan awal dalam sebuah pengelolaan KKP Nusa Penida. Kami berharap bahwa buku ini dapat berguna dan dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam mendukung kegiatan konservasi perairan di Nusa Penida. PUSTAKA Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan direvisi dengan UU 45 Tahun 2009 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Zonasi dan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Peraiaran Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Propinsi Bali Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Klungkung Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Klungkung Peraturan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penunjukan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Surat Keputusan Bupati Klungkung Nomor 9 Tahun 2011 tentang Kelompok Kerja (POKJA) Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Profile KKP Nusa Penida Lampiran 1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan N0.2 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Lampiran 2. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.30 Tahun 2010 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Lampiran 3. Peraturan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010