Maria Fitriana . Yakup Parto, Nusyirwan - PUR

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Penggunaan Beberapa Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan
Padi Gogo di Lahan Kering Desa Bakung Ogan ILir
The Use of Several Kinds of Organic materials on The Growth of Upland Rice in
Bakung Village Ogan Ilir
Maria Fitriana1*). Yakup Parto, Nusyirwan1
1
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya
Palembang-Prabumulih. Km. 32 Indralaya. Ogan Ilir 30662
*)
Corresponding author: [email protected] HP.08127118242
ABSTRACT
The aim of this study was to investigate the effects of organic matters and NPK fertilizer
on soil chemical, the growth and yield of upland rice. Study was conducted at Agro
Techno Park Indralaya, from April through November 2014. This study consisted of two
phases, the first phase was to applicate organic materials. The method that was used was
randomized complete block design, consisted of 4 treatments and 3 replications. The
treatments in the first phase were K1= land planted with cowpea, K2= corn stalks
compost, K3= cow manure, K4= land was fallow. The second phase was carried out at the
same land with the first phase. The method used was split plot design, as the main plot was
organic matter that its application had been done on first phase, while the subplot was NPK
fertilizer rates. It consisted of: P0 = without NPK fertilizer, P1= 25%, P2= 50%, P3 =
75%. Total treatments was 48 units. The results showed that corn stalks compost treatment
was the best. It had the highest growth and yield of upland rice. Combination of Corn
stalks compost treatment and 50% rate of NPK fertilizer gave the highest component of
growth and yield of upland rice.
Key words: Upland rice. organic matter. NPK fertilizer. compost.
ABSTRAK
Penelitian untuk mengkaji pengaruh beberapa bahan organik dan pupuk NPK pada
beberapa taraf terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan serta hasil tanaman padi gogo.
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai November 2014 di Agro techno park Desa
Bakung. Indralaya Sumatera Selatan. Penelitian terdiri dari dua tahap, pertama
pengaplikasian bahan organik, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya: K1 = lahan ditanami dengan kacang tunggak, K2
= lahan diberi kompos batang jagung, K3 = lahan diberi pupuk kandang sapi, K4 = lahan
diberakan. Perlakuan ini sebagai perlakuan petak utama pada tahap kedua. Tahap kedua
menggunakan rancangan petak terbagi, petak utama terdiri dari 4 perlakuan bahan
organik (perlakuan tahap 1), anak petak terdiri dari 4 dosis pupuk NP K yaitu: P0 = tanpa
pupuk NPK, P1 = 25%. P2 = 50%, P3 = 75% . Dosis standar 200 kg urea. 75 kg SP-36 dan
50 kg KCl per ha, diulang tiga kali, totalnya ada 48 unit perlakuan. Perlakuan pemberian
kompos batang jagung adalah terbaik, menghasilkan komponen pertumbuhan dan
komponen hasil padi gogo tertinggi. Kombinasi perlakuan kompos batang jagung dan
pupuk NPK dosis 50% memberikan hasil tertinggi terhadap komponen pertumbuhan dan
produksi padi gogo.
Kata kunci: Padi gogo. bahan organik. pupuk NPK. kompos.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
PENDAHULUAN
Beras merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat strategis karena
merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Beras juga merupakan
tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, berperan penting terhadap
pencapaian ketahanan pangan, dan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik
bruto nasional (Sirappa. 2012). Upaya peningkatan produksi beras guna memperkuat
ketahanan pangan nasional akan lebih berkesinambungan apabila dilakukan melalui
program perluasan areal tanam padi gogo di lahan bukaan baru.
Produktivitas padi gogo masih rendah jika dibandingkan dengan padi sawah.
Seperti yang dilaporkan Biro Pusat Statistik (2005) rata-rata produktivitas padi gogo
adalah 2.56 ton ha-1 sedangkan padi sawah sebesar 4.74 ton ha-1. Akan tetapi melalui
program PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah dapat berproduksi sampai 6-8
ton ha-1 tergantung dengan varietas, sedangkan untuk padi gogo dapat mencapai 6 ton ha-1
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008).
Upaya peningkatan produksi beras guna memperkuat ketahanan pangan nasional
akan lebih berkesinambungan apabila dilakukan melalui program perluasan areal tanam
padi gogo di lahan bukaan baru. Dibandingkan dengan pencetakan lahan sawah.
pembukaan lahan baru untuk padi gogo relatif lebih murah dan lebih mudah. Lahan kering
merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan. Permasalahan yang
biasa terjadi. pada umumnya wilayah lahan kering mempunyai produktivitas lahan yang
rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesuburan lahannya yang rendah dan juga
rendahnya intensitas pertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun
(Rahayu. et al.. 2005).
Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan kering dataran rendah dengan potensi
luasan 1,462,135 ha. Padi gogo termasuk salah satu komoditas unggulan dengan potensi
luas 385,407 ha, sedangkan lahan yang sudah dikelola baru 52,679 ha atau 13.7%
(Thamrin. et al.. 2009). Areal lahan yang potensial untuk perluasan lahan tanam padi gogo
di Sumatera Selatan khususnya, sebagian besar merupakan lahan-lahan marginal yang
mempunyai tingkat kesuburan dan kandungan bahan organik rendah, bereaksi masam,
dengan kandungan hara makro seperti N, P, K, Ca dan Mg rendah serta tingginya
kandungan Al dan Fe yang dapat meracuni tanaman (Notohadiprawiro. 2006). Kendalakendala tersebut dapat diatasi dengan pengapuran, pemupukan dengan pupuk buatan dosis
tinggi. Cara ini memerlukan biaya besar dan berdampak yang kurang menguntungkan
terhadap kondisi tanah dan menimbulkan masalah lingkungan (Setyorini et al.. 2004).
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan alternatif teknologi
dengan menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi
penggunaan pupuk kimia untuk meningkatkan produksi padi gogo. Pemupukan selain
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
gulma. Kehadiran gulma pada lahan pertanian dapat mengakibatkan kegagalan tanaman
yang diusahakan (Merrill dan Carol, 2009). Terjadi peningkatan jenis gulma setelah
perlakuan bahan organik (Fitriana, et al., 2013b).
Hasil penelitian dari Rachman et al.. (2008) menunjukkan bahan organik dengan
takaran 20 ton ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk N, P, K dosis 200, 200, 100 kg ha-1
memberikan hasil bobot tongkol basah jagung yang tertinggi. Selanjutnya Sarno (2009)
mendapatkan hasil dari penelitiannya bahwa pupuk kandang dosis 20 ton ha-1 tanpa pupuk
N, P, K memberikan hasil terbaik terhadap pH, C-organik dan N-total tanah. Penelitian
Aisyah (2008) mendapatkan bahwa pemberian pupuk organik NAP (Nutri Agro Plus) yang
diaplikasikan ke tanaman dengan dosis 200 ml ha-1 yang dikombinasikan dengan pupuk
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
anorganik 75% dari dosis standar memberikan hasil gabah sebesar 2.78 ton ha-1.
Didapatkan dari penelitian Fitriana (2013a), penanaman kacang tunggak sebelum
penanaman jagung dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 50%.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Agro Techno Park Kementerian Riset
dan Teknologi Desa Bakung Indralaya Sumatera Selatan, pada bulan April sampai
November 2014. Jenis tanah Ultisol dengan pH 3.95, C-organik 3.90%, N-total 0.28%,
P-tersedia 29.15 ppm, K-dd 0.10 me kg-1, pada ketinggian 19 m dpl.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama pengaplikasian bahan organik.
menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuannya
terdiri dari: K1 = lahan ditanami dengan kacang tunggak, K2 = lahan diberi kompos
batang jagung, K3 = lahan diberi pupuk kandang sapi, dan K4 = lahan diberakan.
Perlakuan ini sebagai perlakuan petak utama pada tahap kedua. Tahap kedua menggunakan
rancangan petak terbagi (Gomez dan Gomez 1995), petak utama (PU) terdiri dari 4
perlakuan bahan organik (perlakuan tahap 1). Anak petak (AP) terdiri dari 4 dosis pupuk
N, P, K yaitu: P0 = tanpa pupuk N, P, K, P1 = 25% dosis standar (50 kg urea, 18.75 kg
SP-36 dan 12.5 kg KCl ha-1).P2 = 50% dosis standar (100 kg urea, 37.5 kg SP-36 dan 25
kg KCl ha-1). P3 = 75% dosis standar (150 kg urea, 56.25 kg SP-36 dan 37.5 kg KCl ha-1),
diulang tiga kali, totalnya ada 48 unit perlakuan.
Aplikasi bahan organik dilakukan pada tahap pertama, yaitu penanaman kacang
tunggak dilakukan langsung dengan menggunakan tugal sebanyak 2 butir per lubang
dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm. Untuk melindungi benih ke dalam lubang dimasukkan
pula Furadan 3-G dengan dosis 10 kg ha-1. Penyulaman untuk kacang tunggak dilakukan
satu minggu setelah tanam. Pembuatan kompos sesuai dengan jenis bahan organik. yaitu
kompos batang jagung. Masing-masing bahan organik sebanyak 10 ton ha-1, yaitu kompos
batang jagung dan pupuk kandang sapi diaplikasi langsung ke petakan. Pada tahap kedua
ini dilakukan beberapa kegiatan seperti:
Pengolahan tanah sampai tanah menjadi remah dan siap untuk ditanami. Kemudian dibuat
petakan dengan ukuran 5 m x 4 m dalam setiap petak utama sesuai dengan perlakuan, jarak
antar petakan 60 cm dan jarak antar ulangan 100 cm.
Penanaman, benih padi gogo ditanam dengan cara ditugal sebanyak 5 benih per lubang
dengan menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm.
Pemupukan, pupuk kimia yang diberikan dalam bentuk pupuk Urea, SP-36 dan
KCl, dengan dosis sesuai perlakuan (0%. 25%. 50%. dan 75%). Dosis pupuk standar
adalah 200 kg urea ha-1, 75 kg SP-36 ha-1 dan 50 kg KCl ha-1. Sepertiga bagian pupuk urea
dan seluruh bagian pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam dan dua pertiga dari
pupuk urea diberikan pada 4 minggu setelah tanam.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi. Penyiangan, dan pengendalian
hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada umur 4 minggu setelah
tanam bersamaan dengan pemupukan untuk penyiangan pertama dan umur 6 minggu
setelah tanam untuk penyiangan kedua. Pengendalian hama dilakukan dengan
menggunakan Regent, Biocron-500 EC dengan konsentrasi 2 cc liter-1. Fungisida yang
digunakan adalah Benstar 50 WP.
Pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman padi meliputi: 1). Tinggi tanaman.
2) Jumlah anakan maksimum per rumpun. 3) umur keluar malai. Analisis tanah sebelum
dan setelah perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
1. Pertumbuhan Tanaman Padi
Pemberian bahan organik yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata hanya
pada peubah tinggi tanaman. sedangkan terhadap jumlah anakan per rumpun dan umur
keluar malai tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk NPK pada dosis yang menurun tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan per
rumpun dan umur keluar malai. Nilai F hitung pengaruh bahan organik dan pupuk NPK
terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan umur keluar malai dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai F hitung pengaruh bahan organik (K) dan pupuk NPK (P)
terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan
umur keluar malai
F hitung
Parameter
Interaksi
Ppk NPK (P)
BO (K)
Tinggi Tanaman
7.21*
2.48tn
0.75tn
Jumlah anakan per rumpun
1.16tn
2.34tn
1.34tn
Umur keluar malai
2.24tn
4,76
0.24tn
3,01
0.78tn
3,26
BNT 0,05
Keterangan : * Berpengaruh nyata
tn berpengaruh tidak nyata
2.Tinggi Tanaman Padi Gogo
Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi atau juga untuk melihat pengaruh lingkungan dan perlakuan
yang diterapkan (Sitompul dan Guritno. 1995). Pengaruh bahan organik terhadap tinggi
tanaman memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 1). Perlakuan K1, K2, K3 dan K4
masing-masing berbeda nyata antara satu dengan yang lain. Tinggi tanaman yang tertinggi
adalah pada K2 (kompos batang jagung) yaitu 92.99 cm dan terendah pada perlakuan K4
(73.50cm), lahan diberakan (Tabel 2).
Perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata. Tanaman
yang tertinggi pada perlakuan P2 (dosis 50% dari standar) yaitu 86.74 cm dan terendah
pada perlakuan P0, tanpa pupuk NPK yaitu 77.40 cm (Tabel 2).
3. Jumlah Anakan Per Rumpun
Hasil analisis keragaman terhadap peubah jumlah anakan per rumpun menunjukkan
bahwa perlakuan bahan organik dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Perlakuan
K2 (lahan diberi kompos jagung) jumlah anakan tertinggi (11.12), dan terendah pada
perlakuan K4 (lahan diberakan) yaitu 10.00. Perlakuan pupuk NPK perlakuan yang
tertinggi adalah pada P3 (dosis 75% standar) yaitu 11.15, terendah pada P1 (dosis 25% dari
standar) yaitu 9.80 (Tabel 2 ).
4. Umur Keluar Malai
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Perlakuan bahan organik dan pupuk NPK serta interaksi antara keduanya tidak
berpengaruh nyata. Umur keluar malai yang terlama pada perlakuan K3 (pupuk kandang
sapi) yaitu 132.33 hari, dan yang paling cepat keluar malai pada K2 (kompos batang
jagung) yaitu 111.83 hari. Pengaruh pupuk NPK terhadap umur keluar malai terlama pada
perlakuan P0 (tanpa pupuk NPK) yaitu 126.33 hari dan tercepat pada P2 (kompos batang
jagung) yaitu 120.17 hari (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk N,P,K terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah
Anakan per Rumpun dan Umur Keluar Malai
Pupuk NPK
Bahan Organik
Rerata
P0
P1
P2
P3
1.Tinggi Tanaman (cm)
K1
75.07
80.03
84.85
83.20
80.79 a
K2
85.28
86.42
106.13 94.13
92.99 b
K3
76.92
83.67
80.53
82.88
81.00 a
K4
72.35
72.03
75.43
74.17
73.50 a
Rerata
77.40
80.54
86.74
83.60
2. Jlh Anakan Per-rumpun (anakan)
K1
9.40
10.00
12.00
11.33
10.63
K2
11.80
10.40
11.33
10.93
11.12
K3
9.13
8.87
11.53
11.53
10.27
K4
10.13
9.93
8.93
11.00
10.00
Rerata
10.12
9.80
10.95
11.20
3.Umur Keluar Malai (hari)
K1
122.00 122.00 122.00 117.33 120.83
K2
122.00 122.00 86.00
117.33 111.83
K3
134.00 127.33 139.33 128.67 132.33
K4
127.33 127.33 133.33 122.00 127.50
Rerata
126.33 124.67 120.17 127.55
5. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan Bahan Organik
Hasil analisis tanah sebelum perlakuan bahan organik menunjukkan bahwa lahan
penelitian bereaksi masam karena pH 3.95 dan kandungan C-organik cukup tinggi dengan
nilai 3.90% (Tabel 3).
Tabel 3. Sifat kimia tanah sebelum perlakuan bahan organik
pH
3,95
C-org (%)
3.9
Sifat Kimia Tanah
P-tersedia
N-Tot
0.28
29.15
K-dd
0.1
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
6. Hasil Analisis Tanah Setelah Perlakuan Bahan Organik
Hasil analisis tanah sesudah perlakuan bahan organik menunjukkan bahwa tanah di
lahan percobaan tetap masam, hanya sedikit terjadi peningkatan pH tanah dari 3.95
sebelum perlakuan bahan organik menjadi 4.75 setelah perlakuan pada petak K2U2
(kompos batang jagung untuk ulangan kedua). Terjadi peningkatan kandungan C-organik
dari 3.90% sebelum percobaan menjadi 4.01% pada petak K1U2. Begitu juga untuk
kandungan unsur-unsur yang lain tidak banyak mengalami peningkatan, kecuali kandungan
P-tersedia terjadi peningkatan hampir pada semua petak (Tabel 4).
Tabel 4. Sifat kimia tanah sesudah perlakuan bahan organik
Petak perlakuan
Sifat Kimia
K1U1 K1U2 K1U3 K2U1 K2U2 K2U3 K3U1 K3U2 K3U3
pH
4,1
4,2
3,9
4,26
4,5
4,75
4,48
4,37
4,46
C-org (%)
3,82
4,01
3,78
3,75
3,71
3,8
3,61
3,75
3,44
N-tot (%)
0,27
0,29
0,33
0,32
0,27
0,34
0,26
0,29
0,25
P-ters (ppm)
27,6
35,7
40,5
44,7
57
88
K-dd (me/100g)
0,13
0,13
1,6
0,51
0,58
0,26
91,65 51,45 58,65
0,45
0,22
0,58
7. Kandungan NPK pada Jaringan Tanaman Padi Gogo
Kandungan NPK pada jaringan tanaman padi gogo setelah perlakuan bahan organik
dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel tersebut diketahui bahwa K4 ( lahan yang
diberakan) mengandung nitrogen tertinggi yaitu 6.3 dan 6.02 masing-masing pada petak
K4P0 dan K4P1. Sedangkan petak yang mengandung fosfor tertinggi adalah K4P3 dan
K2P3. Hal ini disebabkan karena P3 adalah pemberian pupuk NPK tertinggi yaitu 75% dari
standar. Kandungan K tertinggi pada perlakuan K2P0 (kompos batang jagung tanpa pupuk
NPK) yaitu 1.125% (Tabel 5).
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Tabel 5. Hasil analisis jaringan tanaman padi gogo setelah perlakuan
bahan organik
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Perlakuan
K1P0
K1P1
K1P2
K1P3
K2P0
K2P1
K2P2
K2P3
K3P0
K3P1
K3P2
K3P3
K4P0
K4P1
K4P2
K4P3
Nitrogen (%)
2.1
4.62
4.34
5.32
1.4
1.4
3.22
3.92
1.82
4.06
2.38
3.36
6.3
6.02
3.64
3.22
Fosfor (%)
0.36
0.41
0.48
0.63
0.36
0.38
0.45
0.65
0.37
0.39
0.45
0.53
0.43
0.37
0.43
0.65
Kalium (%)
0.75
0.75
0.88
0.75
1.13
0.88
1.00
1.00
1.00
0.75
1.00
1.00
0.75
0.63
0.75
0.63
KESIMPULAN
1. Perlakuan pemberian kompos batang jagung adalah terbaik, menghasilkan komponen
pertumbuhan dan komponen hasil padi gogo tertinggi.
2. Kombinasi perlakuan kompos batang jagung dan pupuk NPK dosis 50% memberikan
hasil tertinggi terhadap komponen pertumbuhan dan produksi padi gogo.
3. Terjadi peningkatan sifat kimia tanah yaitu pH tanah, C-organik, P-tersedia dan K-dd
karena pengaruh perlakuan bahan organik. terutama pupuk kandang sapi.
4. Kandungan nitrogen dan fosfat tertinggi pada jaringan tanaman didapatkan pada
perlakuan lahan yang diberakan, sedangkan kandungan kalium tertinggi didapatkan
pada perlakuan kompos batang jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. N. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik pada Berbagai Dosis Pupuk
Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi di Lahan Kering.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. (Tidak dipublikasi)
Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Padi. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Badan Pusat Statistik 2005. Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 604 p.
Fitriana. Maria. 2013a. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan
Gulma dan Produksi Jagung pada Rotasi Tanaman Jagung di Lahan Kering.
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Disertasi (tidak dipublikasi).
Fitriana, Maria., Yakup Parto., Munandar dan Dedik Budianta. 2013b. Pergeseran Jenis
Gulma Akibat perlakuan Bahan Organik pada Lahan Kering Bekas Tanaman
Jagung (Zea mays L.). J. Agron. Indonesia 41(2): 118-125.
Merrill, R.A., dan Carol, A. Lembi. 2009. Applied Weed Science: Including The Ecology
and Management of Invasive Plant. Pearson Education Inc., Upper Saddle River,
New Yersey USA.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 08-09 Oktober 2015
ISBN: 979-587-580-9
Gomez. K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Statistical Procedures for Agricultural Research.
Diterjemahkan oleh Endang S.. Justika S. B. 1995. Prosedur Statistik untuk
Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Notohadiprawiro. T. 2006. Pertanian Lahan Kering di Indonesia : Potensi. Prospek.
Kendala.
dan
Pengembangannya.
(online).
http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1989%20pert%20l.pdf. Diakses 30-9-2013
Rachman. I.A.. Sri Djuniwati dan Komarudin Idris. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan
Pupuk NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol Ternate.
Jurnal Tanah dan Lingkungan. 10 (1): 7-13
Rahayu. M.. Djoko Prayitno. dan Abdul Syukur. 2005. Pengaruh Penanaman Padi Gogo
dan Beberapa Varietas Nanas secara Tumpangsari terhadap Perubahan Sifat-sifat
tanah Mediteran. Agrosains. 7 (2): 101-107
Sarno. 2009. Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat tanah dan
Pertumbuhan serta Produksi tanaman Caisim. J. Tanah Tropika 14(3):211-219
Setyorini. D.. L.R. Widowati dan S. Rochayati. 2004. Teknologi Pengelolaan Hara Lahan
Sawah Intensifikasi. Dalam F. Agus. A. Adimihardja. A.M. Fagi dan W. Hartatik
(Eds.). Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak). Bogor. 137-167.
Sirappa. M.P. 2012. Strategi Peningkatan Produksi Beras. Loka Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Barat.
Thamrin. T.. Rudy. S.. dan Yanter. H. 2009. Keragaan Galur-galur Harapan Padi Gogo
lahan Kering di Sumatera Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Sumatera Selatan.
.
Download