Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1
Konsep Biaya
Biaya merupakan unsur utama yang secara fisik harus dikorbankan oleh
perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan yang pada akhirnya untuk
mendapatkan laba yang merupakan tujuan perusahaan yang berorientasi terhadap
keuntungan. Berikut ini akan diuraikan pengertian biaya dan penggolongannya.
2.1.1
Pengertian Biaya
Menurut Hongren, Foster dan Datar (2000:28) yang dialih bahasakan oleh
Endah Susilaningtiyas mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya adalah suatu pengorbanan/penyerahan sumber dana untuk
tujuan tertentu. Biaya seringkali diukur dengan satuan moneter yang
harus dibayar untuk barang dan jasa.
Definisi lain dikemukakan oleh Abdul Halim (1996:28) yaitu
Biaya merupakan semua pengeluaran yang sudah terjadi (Expiered)
yang digunakan dalam memproses produk berkualitas.
Definisi biaya dikemukakan oleh Mulyadi (2005:8) sebagai berikut:
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengorbanan dibedakan
menjadi dua yaitu :
1.
Pengorbanan yang telah terjadi merupakan sumber ekonomi yang telah
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu dinamakan biaya historis yaitu
merupakan biaya yang telah terjadi di masa lampau.
2.
Pengorbanan yang mempunyai kemungkinan untuk terjadi merupakan
sumber ekonomi yang akan datang seperti biaya diferensial dan biaya
opportunity yang diharapkan memberikan manfaat saat sekarang atau dimasa
yang akan datang.
Terdapat 4 unsur pokok biaya dari definisi-definisi tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Biaya merupakan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan perusahaan.
2.1.2 Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak
dicapai dengan penggolongan tersebut. Menurut Usry dan Carter (2004:13),
mengemukakan bahwa biaya produksi dipilah-pilah sesuai kebutuhan dalam
kelompok sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya menurut unsur atau komponen biaya
a. Biaya manufaktur
Biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya bahan Baku atau Bahan Langsung
Biaya ini timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku
merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk
membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga
pokok barang jadi yang akan dibuat.
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan
untuk mengelolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja
langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan.
d. Biaya Overhead
Biaya ini timbul terutama karena pemakaian untuk mengelolah barang
berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan kemudahan lain. Biaya
overhead pabrik adalah semua biaya selain biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung.
2. Penggolongan biaya menurut perilaku terhadap volume kegiatan
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu.
b. Biaya Variable (Variable Cost)
Biaya variable merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semi variable
Biaya semi variable merupakan biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variable mengandung
unsur biaya tetap dan unsur biaya variable.
3. Penggolongan biaya menurut kedekatannya dengan suatu Produk
a. Biaya Langsung (direct cost)
Biaya disebut biaya langsung apabila dapat ditelusuri pada barang jadi,
mudah dilacak.
b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Merupakan biaya yang tidak dapat ditelusuri pada barang jadi.
4. Penggolongan biaya menurut Kegiatan Produksi
Penggolongan ini, mungkin berbeda-beda untuk beberapa perusahaan
karena situasi produksi. Salah satu contoh dari penggolongan ini misalnya:
a. Biaya desain
b. Biaya pengawasan mutu
c. Biaya pengepakan
Untuk keperluan pengawasan, biaya dapat dikelompokkan kedalam
biaya yang dapat dikuasai (controllable) dan biaya yang tidak dapat
dikuasai (uncontrollable). Untuk keperluan pengambilan keputusan
biaya dikelompokan dalam biaya relevan dan biaya tidak relevan,
biaya diferensial, biaya opportunity, dan biaya penutupan usaha.
• Biaya Relevan
Adalah biaya yang tidak patut dipertimbangkan untuk suatu
pengambilan keputusan. Biaya relevan adalah biaya yang jumlahnya
berbeda pada dua atau lebih pilihan.
• Biaya Tidak Relevan
Adalah biaya yang tidak patut dipertimbangkan untuk suatu
pengambilan keputusan. Biaya dikatakan tidak relevan bila biaya
tersebut jumlahnya sama pada pilihan yang berbeda.
• Biaya Opportunity
Adalah pendapatan yang hilang karena pemilihan alternative yang lain.
Misalnya sebuah kamar kost dipakai oleh pemiliknya untuk usaha
persewaan komputer. Catatan usaha persewaan harus memasukan
biaya sewa kamar tersebut sebagai biaya yang diperhitungkan.
• Biaya Penutupan Usaha
Adalah biaya yang tetap dikeluarkan maupun satu usaha berhenti.
5. Penggolongan biaya atas jangka waktu manfaat
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua :
a. Pengeluaran
modal
(capital
expenditure)
adalah
biaya
yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
b. Pengeluaran pendatapan (revenue expenditure) adalah pengeluaran
yang manfaatnya kurang dari satu tahun.
2.2
Kualitas
2.2.1
Pengertian Kualitas
Mengenai arti kualitas dapat berbeda-beda tergantung dari rangkaian
perkataan atau kalimat dimana islilah kualitas ini dipakai dan orang yang
mempergunakannya. Pada akhirnya penilaian akan kualitas produk ada ditangan
pemakai terakhir produk yang bersangkutan.
Kualitas atau mutu sering didefinisikan sebagai kecocokan penggunaan,
bebas dari penyimpangan dan seterusnya. Definisi kualitas yang diajukan
American Society for Quality Control yang dikutip oleh Kotler yang dialih
bahasakan oleh A.B. Susanto (2000:72) adalah sebagai berikut :
Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang
berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang
dinyatakan maupun yang tersirat.
Menurut Suyadi Prawirosentono (2004;5) terdapat pengertian kualitas dari pihak
konsumen dan produsen sebagai berikut :
Pengertian kualitas dari pihak konsumen berkaitan dengan enaknya
barang tersebut digunakan. Artinya bila suatu barang secara layak
dan baik digunakan berarti barang tersebut berkualitas baik.
Pengertian kualitas dari pihak produsen :
Kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu
produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan
konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah
dikeluarkan.
Hansen dan Mowen (2000;6) mendefinisikan kualitas produk atau jasa adalah:
sesuatu yang memenuhi
atau melebihi ekspektasi pelanggan.
Sebenarnya kualitas adalah kepuasan pelanggan.
Kualitas berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Semakin
tinggi kualitas suatu produk, maka semakin tinggi pula tingkat kesesuaian suatu
produk dengan standard dan spesifikasi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
kebutuhan konsumen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi kualitas berpusat pada pelanggan.
Pelanggan mempunyai kebutuhan dan pengharapan tertentu. Penjual disebut
memberikan kualitas bila produk dan pelayanan penjual memenuhi/melebihi
harapan pelanggan. Kualitas juga mencangkup produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan.
Dari definisi-definisi tersebut terdapat dua aspek kualitas yaitu :
1. Kualitas desain mengukur sejauh mana karakteristik suatu produk atau
jasa dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Kualitas kesesuaian adalah membuat produk sesuai dengan spesifikasi
desain teknis.
2.2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Menurut
Feigenbaum
(2002:54)
faktor-faktor
mendasar
yang
mempengaruhi kualitas antara lain sebagai berikut :
1.
Pasar (Market)
Pada masa sekarang konsumen memperoleh produk yang lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pasar menjadi lebih luas ruang
lingkupnya dan bahkan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam
barang dan jasa yang ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan pasar
menjadi bersifat internasional dan bahkan bersifat mendunia akibatnya bisnis
harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah dengan cepat.
2.
Uang (Money)
Meningkatnya persaingan dibanyak bidang bersamaan dengan berfluktuasi
ekonomi dunia telah menurunkan batas (margin laba). Pada waktu yang
bersamaan kebutuhan akan otomatisasi telah mendorong pengeluaran biaya
yang lebih besar untuk proses dan perlengkapan yang baru.
3.
Manajemen (Management)
Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara beberapa kelompok
khusus misal bagian pemasaran, bagian pembelian dan bagian yang
mempunyai proses yang mempunyai tugas masing-masing.
4.
Manusia (Man)
Pertumbuhan yang cepat dan pengetahuan teknis dan penciptaan seluruh
bidang-bidang baru seperti elektronika komputer telah menciptakan suatu
permintaan yang besar akan pekerja-pekerja dengan pengetahuan yang
khusus.
5.
Motivasi (Motivation)
Para pekerja masa kini memerlukan sesuatu yang dapat memperkuat rasa
keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan yang positif bahwa
mereka secara pribadi turut memberikan sumbangan atas tercapainya tujuan
perusahaan. Hal ini membimbing kearah kebutuhan yang tidak pernah ada
sebelumnya, yaitu pendidikan kualitas dan komunikasi yang lebih baik
tentang kesadaran kualitas.
6.
Bahan Baku (Materials)
Karena biaya produksi dan persyaratan kualitas, maka para ahli teknik
memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari sebelumnya.
7.
Mesin dan Mekanik (Machine and Mechanication)
Kualitas yang baik menjadi sebuah faktor kritis dalam memelihara waktu
kerja mesin agar fasilitas-fasilitas dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Semakin
besar usaha perusahan untuk melaksanakan mekanisasi dan otomatisasi untuk
pencapaian penurunan ini menjadi nyata dan untuk meningkatkan pekerjaan
dan pemakaian mesin hingga kenilai yang memuaskan.
8.
Metode Informasi Modern (Modern Information Method)
Perkembangan tekhnologi komputer yang cepat telah membuka kemungkinan
untuk
mengumpulkan,
menyimpan
dan
mengambil
kembali
dan
memanipulasi informasi pada suatu skala yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Tekhnologi informasi baru yang ampuh menyediakan cara untuk
mengendalikan mesin dan proses selama waktu pembuatan pada taraf yang
tidak terduga sebelumnya dan mengendalikan produk dan jasa bahkan hingga
sampai ke pelanggan.
9.
Persyaratan proses produksi (Mounting Product Requirement)
Kemajuan pesat dalam kerumitan perekayasaan rancangan, memerlukan
kendali yang lebih ketat pada seluruh proses pembuatan sehingga
memerlukan syarat-syarat untuk pengerjaannya.
2.2.3 Ukuran Kualitas
2.2.3.1 Ukuran Kualitas dan Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan elemen penting dari program kualitas.
Memproduksi produk yang bebas kerusakan dan bermutu tinggi hanya akan
menguntungkan jika juga dapat memuaskan konsumen. Menurut Usry dan
Hammer (2005:34) kepuasan konsumen sulit diukur dengan cepat, tetapi
perusahaan dapat mengukur kepuasan konsumen dengan ukuran finansial dan
non finansial :
1. Ukuran finansial kepuasan konsumen
Biaya kegagalan eksternal seperti garansi perbaikan, tuntutan, kewajiban,
penurunan marjin kontribusi sebagai akibat penurunan penjualan dan harga
yang rendah dari produk yang dijual merupakan indikator-indikator
finansial dari kepuasan konsumen yang memerlukan peningkatan, juga
tidak memperlihatkan kebutuhan dan preferensi konsumen di masa depan.
2. Ukuran non finansial konsumen meliputi :
• Jumlah unit yang cacat yang dikirimkan ke konsumen sebagai
presentase total unit yang di kirimkan.
• Jumlah keseluruhan konsumen. Perusahaan memperkirakan bahwa dari
setiap konsumen yang mengeluh ada antara 10 sampai 20 lainnya yang
mengalami masalah dengan produk tetapi tidak mengeluh.
• Selisih waktu tanggapan konsumen (selisih tanggal pengiriman yang
dijadwalkan dengan jadwal yang diijinkan oleh konsumen).
• Pengiriman tepat waktu (persentase pengiriman yang dilakukan dengan
tepat waktu atau sebelum tanggal pengiriman yang dijadwalkan).
Sebagai tambahan ukuran-ukuran non finansial perusahaan melakukan
survey untuk mengukur kepuasan konsumen dengan tujuan 1) survey dapat
memberikan perspektif yang lebih jelas mengenai pengalaman dan preferensi
konsumen. 2) survey dapat memberikan pandangan mengenai feature yang
diinginkan konsumen di masa depan.
2.2.3.2 Ukuran Kualitas dan Kinerja Internal
Biaya pencegahan, penilaian dan kegagalan internal merupakan contoh
ukuran finansial mengenai kinerja kualitas dalam perusahaan. Kebanyakan
perusahaan memonitor baik ukuran finansial maupun non finansial dari mutu
internal.
Ukuran finansial dari kinerja internal antara lain :
• Jumlah kerusakan tiap lini produk.
• Hasil proses produksi.
• Tenggang waktu produksi (waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi
bahan baku langsung menjadi barang jadi).
• Pergantian pegawai ( jumlah pergantian pegawai yang meninggalkan
perusahaan).
2.2.4 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas adalah keseluruhan cara yang digunakan untuk
menetapkan dan mencapai standar kualitas. Definisi mengenai pengendalian
kualitas menurut Sofjan Assauri (2004;210) menyatakan bahwa :
Pengendalian kualitas adalah kegiatan untuk memastikan apakah
kebijaksanaan dalam hal kualitas (standar) dapat tercermin dalam
hasil akhir.
Sedangkan menurt Suyadi Prawirosentono (2004;75)
Pengendalian kualitas merupakan upaya untuk mencapai dan
mempertahankan standar bentuk, kegunaan dan warna yang
direncanakan.
Kualitas standar secara spesifik memberikan ukuran-ukuran yang mesti
dicermati. Ukuran-ukuran ini mengenai nilai materil, karakteristik-karakteristik
dari bahan mentah, komponen bagian dalam manufakturing, performance produk
akhir secara keseluruhan. Umumnya fungsi pengendalian kualitas selalu
menyesuaikan diri dengan standar. Koreksi yang perlu dari yang ditolak atau
diterima tercermin dari lingkaran umpan balik untuk revisi yang mungkin
terhadap desain produk dan terhadap standar kualitas.
Jadi pengendalian kualitas merupakan aktivitas yang tiada habisnya. Perlu
disadari mendeteksi produk yang cacat dan membetulkannya bukan pengendalian
kualias. Pengendalian kualitas adalah memperbaiki desain, standard dan prosedur
kerja sedemikian rupa sehingga tidak akan ada produk yang cacat. Dengan kata
lain pengendalian kualitas adalah merencanakan dan melaksanakan cara yang
paling ekonomis utuk memberikan sebuah barang yang akan bermanfaat dan
memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal.
2.2.5
Tujuan Pengendalian Kualitas
Menurut Sofjan Assanuri (2004;210), secara terperinci dapatlah dikatakan
bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah :
a.
Agar barang hasil produksi dapat mencapai standard kualitas yang telah
ditetapkan.
b.
Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c.
Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan dengan
menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
d.
Mengusahakan agar biaya produksi agar dapat menjadi serendah mungkin.
Menurut Suyadi Prawirosentono (2004;75), mengemukakan bahwa tujuan
pokok dari pengendalian kualitas adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan perusahaan.
Jadi
dilakukannya
pengendalian
kualitas
bukan
berarti
sekedar
meningkatkan kualitas saja tetapi juga meningkatkan kualitas dari seluruh proses
produksi agar efektif dalam mencapai hasil yang efisiensi dalam penggunaan
waktu, biaya serta faktor produksi (mesin, bahan baku, dan manusia).
Pengendalian kualitas yang baik akan menciptakan peningkatan pada proses
produksi yang mengakibatkan berkurangnya biaya-biaya seperti biaya inpeksi,
biaya perbaikan, dan biaya pengujian produk, sehingga walaupun terjadi
penambahan biaya untuk pengendalian kualitas tetapi dengan berkurangnya biayabiaya tersebut akan mengakibatkan menurunnya biaya produksi secara
keseluruhan.
2.3
Biaya Kualitas
2.3.1
Pengertian Biaya Kualitas
Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang
dilakukan karena mungkin atau telah dihasilkan mutu yang jelek atau cacat.
Biaya-biaya untuk menjalankan aktivitas tersebut disebut biaya kualitas. Menurut
Hansen and Mowen (2000:7)
Biaya mutu (cost of quality) adalah biaya yang timbul karena
mungkin atau telah dihasilkan produk yang jelek mutunya.
Definisi biaya kualitas juga dikemukakan oleh Blocher,Chen dan Lin yang
diterjemahkan oleh Susty Ambarriani (2000;220) sebagai berikut :
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
pencegahan, pengidentifikasian perbaikan dan pembetulan produk
yang berkualitas dan dengan opportunity cost dari hilangnya waktu
produksi dan penjualan sebagai akibat rendahnya kualitas.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan untuk mencegah atau
mendeteksi kualitas produk yang jelek (karena kualitas yang jelek mungkin
terjadi) dan kegiatan produk yang gagal karena adanya respon kualitas yang jelek
(kualitas jelek memang telah terjadi).
2.3.2
Komponen Biaya Kualitas
Menurut Susty Ambarriani (2000;220) biaya kualitas terdiri dari empat
kategori yaitu :
1. Biaya pencegahan merupakan biaya yang timbul untuk mencegah kualitas
yang jelek pada produk yang dihasilkan dengan tujuan untuk menurunkan
kualitas produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan
sehingga dapat menurunkan biaya kegagalan. Biaya pencegahan meliputi
biaya pelatihan kualitas, biaya perencanaan kualitas, biaya pemeliharaan
peralatan, biaya penjaminan pemasok.
2. Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah
produk yang dihasilkan telah sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditentukan untuk mencegah pengiriman barang yang tidak sesuai
persyaratan kepelanggan. Biaya penilaian meliputi biaya pengujian dan
inspeksi, peralatan pengujian, audit kualitas, pengujian secara laborat,
pengujian dan evaluasi lapangan, biaya informasi.
3. Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang terjadi ketika produk yang
tidak sesuai dengan spesifikasi dapat terdeteksi sebelum dikirim ke
konsumen. Biaya kegagalan internal meliputi biaya tindakan koreksi,
biaya pengerjaan kembali dan biaya sisa produksi, biaya ekspedisi, biaya
inpeksi dan pengujian ulang.
4. Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya-biaya yang terjadi ketika
produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi terdeteksi setelah dikirim
kekonsumen. Biaya kegagalan eksternal meliputi biaya untuk menangani
keluhan dan pengembalian produk, biaya penarikan kembali dan tanggung
jawab produk, penjualan yang hilang karena penjualan yang tidak
memuaskan.
Crosby menyatakan bahwa biaya kualitas mempunyai dua komponen yaitu
harga kesesuaian (conformance) dan harga ketidaksesuaian (nonconformance).
Biaya pencegahan dan penilaian merupakan cost of conformance karena biayabiaya tersebut terjadi dalam rangka memastikan produk atau jasa sesuai dengan
harapan pelanggan. Biaya kegagalan internal dan eksternal merupakan cost of
nonconformance. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan dan
opportunity cost karena ditolaknya produk dan jasa. Jadi biaya kualitas
merupakan penjumlahan conformance cost dan nonconformance cost.
2.3.3
Manfaat dan Perolehan Data Biaya Kualitas
Manfaat dari biaya kualitas antara lain :
1.
Biaya kualitas sebagai alat pengukuran, melalui biaya kualitas dapat diukur
dalam nilai uang untuk setiap aktivitas kualitas. Juga mengadakan
pengukuran yang komparatif untuk
mengevaluasi program kualitas
dibandingkan dengan hasil yang dicapai.
2.
Biaya kualitas sebagai alat analitis proses kualitas, biaya kualitas yang dibagibagi berdasarkan produk dan bagian dari proses berguna sebagai alat analisis
yang mampu menunjukan daerah pemasaran utama.
3.
Biaya kualitas sebagai alat pemograman, suatu alat analisis menyediakan satu
dasar bagi pelaksanaan suatu tindakan melalui program yang dibentuknya.
Salah satu fungsi penting dari program adalah penugasan sumber daya yang
tersedia untuk melaksanakan tindakan. Demikian juga analisis terhadap biaya
kualitas dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi tindakan mana
yang akan memberikan keuntungan terbesar sehingga dapat diprioritaskan.
4.
Biaya kualitas sebagai alat penganggaran, biaya kualitas merupakan suatu
petunjuk terhadap penganggaran pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan
untuk mencapai kualitas yang diinginkan.
5.
Biaya kualitas sebagai alat peramalan, data biaya kualitas dapat dipergunakan
untuk mengevaluasi dan meyakinkan prestasi yang berhubungan dengan
pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan, untuk memperkirakan besarnya
biaya dalam upaya menghadapi persaingan di pasar dan juga berguna sebagai
alat evaluasi produk.
Menurut Juran (1991;413) bahwa data biaya kualitas suatu perusahaan
dapat diperoleh dengan jalan yaitu dari data biaya kualitas apabila sudah terdapat
dalam rekening biaya kualitas yang sudah ditetapkan. Data biaya kualitas dapat
diperoleh analisis unsur-unsur rekening biaya, apabila belum ada rekening yang
khusus mencatat biaya kualitas. Seandainya melalui analisis rekening-rekening
biaya masih sulit dilakukan, data biaya kualitas diperoleh langsung dari dokumen
dasar akuntansi terakhir apabila data belum tersedia/belum dihitung oleh
perusahaan maka data biaya kualitas diperoleh dengan estimasi.
Sedangkan menurut Taylor (1989;383) biaya kualitas dapat diperoleh dari :
1. Budget organisasi maupun pusat biaya
2. Laporan gaji
3. Laporan biaya perunit
4. Catatan waktu produksi dan prestasi operator
5. Catatan hasil inspeksi dan penggajian
6. Catatan perpindahan pegawai
7. Laporan penjualan
8. Laporan order pembelian dan penerimaan barang
Download