BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1950, permukaan bumi telah mengalami perubahan iklim. Menurut Intergovernmental Panel Climate Change (IPPC) tahun 2014, pada periode 1880 sampai 2012 mengalami peningkatan suhu sebesar 0,85°C, dimana pada tahun 1983 sampai 2012 merupakan periode dengan suhu tertinggi dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Perubahan iklim ini diperkirakan akan semakin memburuk di tahun-tahun mendatang. Diproyeksikan akan terjadi peningkatan suhu sebesar 0,2°C setiap dekadenya untuk dua dekade kedepan (IPPC, 2007). Posisi geografis Indonesia yang terletak di daerah tropis dan kepulauan menjadikannya sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim (Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011). Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya suhu rata-rata di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 yaitu sebesar 0,07°C tiap tahunnya (Badan Pusat Statistik, 2015). Dampak dari perubahan iklim ini salah satunya yaitu penyesuaian tubuh manusia terhadap suhu lingkungan. Reseptor pada tubuh akan bereaksi dengan adanya perbedaan suhu yang terjadi di sekitarnya. Meskipun manusia memiliki sistem pertahanan yang sempurna untuk menghadapi perubahan suhu lingkungan, namun apabila perubahan suhu lingkungan tersebut sangat signifikan maka akan mempengaruhi fungsi fisiologisnya. Selain itu, manusia sendiri berada pada temperatur inti tubuhnya dengan kisaran yang sangatlah kecil, yaitu antara 36°C dan 38°C (Arens dan Zhang, 2006). Oleh karena itu, manusia perlu untuk menyesuaikan suhu tubuh terhadap lingkungannya agar fungsi tubuh tetap berjalan dengan baik. 1 2 Suhu lingkungan akan terlebih dahulu dirasakan oleh permukaan tubuh yaitu kulit. Kulit merupakan organ utama manusia yang mengontrol panas dan kelembaban yang mengalir ke dan dari lingkungan sekitarnya (Arens dan Zhang, 2006). Thermoreceptor panas dan dingin terdistribusi di seluruh bagian kulit manusia yang akan merasakan perubahan lingkungan sekitar dan menstimulasikannya (Lv dan Liu, 2007). Parsons (2003) menyatakan bahwa ujung-ujung saraf pada thermoreceptor didistribusikan secara berbeda pada kulit diseluruh tubuh. Oleh karena itu perlu untuk diketahui tingkat sensitivitas kulit terhadap termal di setiap dimensi tubuhnya. Menurut penelitian yang dilakukan Lee et al. (2010), sensitivitas termal manusia yang tinggal di daerah tropis akan berbeda dengan sensitivitas termal manusia yang tinggal di daerah subtropis. Itu artinya sensitivitas termal manusia akan dipengaruhi iklim yang ada pada daerah yang mereka tempati. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia terletak di daerah tropis dan rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, penelitian terhadap sensitivitas termal manusia yang tinggal di daerah tropis perlu untuk dilakukan. Penelitian mengenai thermoreceptor dan sensasi termal yang berfokus pada perempuan masih jarang dilakukan, padahal menurut Golja (2003) dan banyak peneliti lainnya menyatakan bahwa perempuan lebih sensitif dan tidak merasa puas pada penyimpangan termal dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena rentang thermal threshold pada perempuan lebih sempit serta thermoreceptors perempuan yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian Putri (2015) menyebutkan bahwa faktor suhu akan mempengaruhi sensasi dan kenyamanan pada perempuan. Oleh karena itu penelitian ini akan difokuskan pada perempuan. Pakaian yang digunakan perempuan di Indonesia bervariasi, mulai dari pakaian biasa hingga pakaian yang menutup tubuh dari kepala hingga kaki. Goldman dan Kampmann (2007) menyatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi kenyamanan termal seseorang ialah pakaian. Menurut Ogulata (2007), pakaian yang digunakan 3 mempengaruhi hilangnya panas dari tubuh dan kenyamanan individu dalam suatu lingkungan tertentu. Selain itu, pakaian dibutuhkan untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh iklim dan membantu fungsi kontrol termal dari berbagai kombinasi kondisi lingkungan dan aktivitas fisik. Bagian kulit yang tertutupi oleh pakaian akan terlindungi dari paparan termal dari luar sedangkan bagian kulit yang tidak tertutupi oleh pakaian akan langsung merespon termal yang ada disekitarnya. Oleh karena itu perbedaan penggunaan pakaian sehari-hari akan mempengaruhi syaraf termal pada kulit manusia khususnya perempuan. Dari penjelasan tersebut penelitian mengenai thermal sensitivity ini akan difokuskan kepada perempuan dengan perbedaan penggunaan pakaian sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perempuan lebih sensitif dan merasa tidak puas terhadap suhu disekitarnya dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu fokus penelitian mengenai jumlah thermoreceptors dan thermal sensation dengan subyek wanita masih sangat jarang. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai jumlah thermoreceptors pada tubuh terhadap termal stimuli yang difokuskan pada perempuan. 1.3 Batasan Masalah Masalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut: 1. Subjek penelitian adalah perempuan WNI yang berumur 20-25 tahun. 2. Faktor lain seperti jenis pekerjaan, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, warna kulit, dan ethnicity tidak termasuk dalam analisis penelitian. 4 3. Penelitian bersifat eksperimental yang dilakukan di laboratorium. 4. Penelitian ini dilakukan pada suhu ruangan (thermoneutral) yaitu sebesar 28°C dengan 50% RH. 5. Nilai insulasi yang digunakan responden saat melakukan eksperimen yaitu diperkirakan sebesar 0,21 clo. 6. Aktivitas yang dilakukan responden saat melakukan eksperimen adalah duduk santai dengan perkiraan metabolic rate sebesar 1 Met (Standar ISO 7730). 7. Faktor-faktor lingkungan seperti ukuran ruangan, pencahayaan, dan warna cat tembok ruangan tidak termasuk dalam analisis penelitian. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi perbedaan thermoreceptors dan tingkat sensitivitas kulit perempuan berdasarkan clothing behaviour. 2. Melakukan body mapping yang menggambarkan distribusi thermoreceptors pada perempuan berdasarkan clothing behavior. 3. Mengidentifikasi hubungan thermoreceptor di beberapa dimensi tubuh dengan respon subjektif berupa Thermal Sensation Vote dan Thermal Comfort Vote pada perempuan berdasarkan clothing behavior. 4. Mengidentifikasi hubungan antara faktor lain dari karakteristik responden dan respon subjektif berupa Thermal Sensation Vote dan Thermal Comfort Vote pada perempuan berdasarkan clothing behavior. 5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan suatu alat atau objek yang membutuhkan informasi sensitivitas kulit pada perempuan. 2. Menghasilkan body mapping mengenai tingkat sensitivitas termal pada permukaan tubuh perempuan sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mendesain pakaian seperti pakaian olahraga dan pakaian pelindung kerja (protective clothing) agar dapat mencapai sensasi dan kenyamanan termal yang diharapkan.