Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK

advertisement
Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK







Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY,
sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau
Kabupaten/kota.
Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan Sosial) lahir pada tahun
2003 dengan SK Gubernur DIY
2003, Menjadi daerah uji coba pelaksanaan Asuransi
kesehatan melalui pengelolaan Askeskin bersama DKI
UPTD JPKM Sleman lahir pada tahun 2006
UPTD JPKM Kota Yogyakarta lahir pada tahun 2007
2007 Raperda pembentukan BUMD Jamkesos ditolak DPRD
2008 UPTD Jamkesos disahkan
Sangat intens keterlibatan konsultan dari
universitas dan para pakar dalam proses
tersebut di DIY
Jaminan Penduduk DIY
Jamsostek
1%
Asuransi Komersial
0.8%
Jamkesos jamkesda
11%
Askes_PNS
13%
Belum Terasuransi
45.2%
Jamkesmas
29%
3
Jamkesos Provinsi
Jamkesm
as
Premi
APBD
Jamkesda
Kab/kota
Premi
APBD
Bantuan
Bantuan
biaya
biaya
kes
kes dari
APBD
APBD
kab/kot
Provinsi
a
Kulon
Progo
Bantul
V
v
V
V
V
V
Kota
V
v
V
V
Sleman
V
v
V
V
Gunung
Kidul
V
V
V
V
v
V
V
V
v
V
V
Pem. Provinsi DIY
Jamkesos
Anggaran
Rp.
34,9 M
Pem. Kota Yogyakarta
Jamkesta
19,0 M
Pem. Kab. Bantul
Bansos
Bentuk
Pem. Kab. Kulonprogo
4,0 M
Bansos
1,5 M
Pem. Kab. Gunungkidul Bansos
0,8 M
Pem. Kab. Sleman
JPKM+Bansos
Total
13,0 M
73,2 M
Badan Pengelola Jaminan
kesehatan
jamkesmas
Kementerian Kesehatan RI
Program Jaminan kes sosial
(JAMKESOS)
UPTD JAMKESOS
Program jaminan Kes daerah
Sleman
UPTD JPKM Sleman
Program Jaminan Kes Daerah Kota
Yogyakarta
UPTD JPKM Kota Yogyakarta
Bantuan Kes Provinsi DIY
UPTD Jamkesos
Bantuan Kes Kab Sleman
UPTD JPKM
Bantuan Kes Kab.Bantul
Dinas Sosial
Bantuan Kes Kab. Kulon Progo
UPTD JPKM
Bantuan Kes Kota Yogyakarta
UPTD JPKM
Bantuan kes Gunung Kidul
Dinas Kesehatan




Asuransi kesehatan wajib (compulsory health
Insurance)
Asuransi kesehatan sukarela (voluntary
health insurance)
Asuransi kesehatan berbasis masyarakat
(community Health Insurance)
Jaminan kesehatan yang dibiayai oleh
pemerintah (Government funded health
insurance)
DI PEMDA PROVINSI: apakah dimulai dari anggaran
Pemerintah/ Daerah atau langsung menarik Premi
ke masyarakat.
Di Pemda Kota Yogyakarta:
 Anggaran APBD dipakai untuk jaminan kesehatan
(Government funded HI) atau mensubsidi Voluntary
Health Insurance)
 Apakah melalui penarikan iuran secara suka rela
atau wajib?
 Siapa yang bertugas menarik iuaran/premi? RT /RW
(community Health Isurance) atau melalui UPTD
JPKM (voluntary health Insurance)
DI pemda Sleman
 Apakah Anggaran APBD untuk memberikan
bantuan kesehatan atau untuk sasaran tertentu
Penduduk?
 Apakah tetap melanjutkan penarikan premi suka
rela (Voluntary Health Insurance)
 Di Pemda Kulon Progo: PERDA SISTEM JAMKESDA
telah lahir, lalu akan segera menarik premi atau
dimulai dari pemberian jaminan kepada sasaran
tertentu?
 Di Pemda Gunung Kidul: akan menyerahkan
pengelolaan jaminan kesehatan kepada PT. ASKES?



Sosial Health Insurance(SHI) atau Tax
Financed based HI (government budget)?
Bentuk campuran antara SHI dan tax
financed? Mana yang lebih dominan?
Jika SHI, sukarela atau wajib?
Konsep 1:
 keluarga miskin dijamin oleh pemerintah/ PEMDA
melalui jamkesmas (APBN) dan
JAMKESOS/jamkesda (APBD Prov/kab/kota.
 Diluar penduduk miskin ditarik iuran/premi.
Konsep 2:
 Seluruh penduduk di jamin pelayanan kesehatan
dasarnya. Bagi keluarga sejahtera III dan III +,
 Bagi yang menghendaki pelayanan lebih dapat
membayar iuran/premi sesuai dengan paket
manfaat jaminannya.


Kelebihan
◦ Penambahan Sumber dana kesehatan dari masyarakat
◦ Beban anggaran pemerintah berkurang
◦ Paket jaminannya mungkin bisa lebih disesuaikan permintaan
konsumen
Kekurangan
◦ Kesulitan menarik premi terutama informal
◦ Cenderung memilih kelompok yg sehat & mampu bayar
◦ Sulit menjangkau peserta dlm skala luas terutama di negara
berkembang yg pendapatan perkapita rendah
◦ Membutuhkan biaya tinggi untuk pemasaran
◦ Kecenderungan peserta terbatas berakibat Pengelola memilih
meningkatkan biaya untuk mengurangi risiko


Kelebihan
◦ Jika premi proporsional berdasarkan % penghasilan
maka bisa terjadi subsidi silang (progresif SHI)
◦ Beban anggaran pemerintah berkurang
Kekurangan
◦
◦
◦
◦
◦
Butuh dukungan perundangan & Perda
Politis : tidak populis karena memberi beban masy.
Minat membayar premi di DIY rendah (Survey Jamkes, 2009)
Metode pengumpulan premi sulit (khususnya informal)
Jika premi sama memunculkan ketidak adilan

Kelebihan
◦ Realisasi pencapaian Jamkes untuk semua (dengan paket
terbatas) bisa lebih cepat jika memenuhi UU 36/2009
◦ Legalitas hukum lebih jelas
◦ menajemen lebih sederhana
◦ Pengalaman di negara lain : Outcome kesehatan lebih
besar , tak mengurangi Pasar tenaga kerja , health
spending lebih kecil.

Kekurangan
◦ Beban anggaran pemerintah untuk membiayai jaminan
kesehatan bertambah
◦ Berkurangnya partisipasi masyarakat





Pemerintah pusat, Provinsi atau
kabupaten/kota
Atau pemerintah pusat DAN pemda provinsi
DAN kabupaten/kota.
Bagaimana dengan kebijakan desentralisasi
yang menjadi kesepakatan nasional dan
melahirkan UU 32/2004, PP 38/2008,
amandemen UU no 40/2004 ttg SJSN.
Apakah mengalahkan hukum “LAW of THE
LARGE NUMBER”
Mungkinkah PORTABILITAS dalam jamkesda?













Efisiensi
Equity
Health outcome
Simple
Political acceptability
Ability and willingness to pay
Fiscal capacity
Portability
Cost control
Quality control
Desentralization
Unity in nation wide
Peredaran uang: di daerah atau di Jakarta
pusat
UK
Taiwan, Korea
SHI
50 negara
30 negara
61 neg
Tax
financed
Swedia, Canada
Jerman, jepang
daerah
79, 8% rumah sakit lebih puas dgn Jamkesos
drpd Jamkesmas krn:
 Pelayanan dan reimburshment lebih cepat
 Pola tarif mengikuti tarip rumah sakit
 Kemudahan koordinasi dgn Rumah sakit
42% tidak puas karena:
 Prosedur berbelit –belit
 Pelayanan tidak ramah
 Dokter membedakan antara pasien umum
dengan pasien dengan jaminan kesehatan
 58% merasa puas dengan jaminan kesehatan
karena:
 Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
gratis
 Kasus-kasus berat mendapatkan
jaminan/bantuan biaya yang sangat berarti
KEMAUAN MEMBAYAR
 48,1% menolak membayar premi,
 43,1% hanya bersedia maksimal Rp. 5.000
 < Rp. 5.000 pilihan paling diminati di semua
level kemampuan membayar
KEMAMPUAN MEMBAYAR (pengeluaran diluar
sandang, pangan, papan, pendidikan)
 Rata-rata kemampuan bayar mencapai Rp.
94.685,- per jiwa / per bulan.
 Penduduk yang tidak mampu membayar
7,8%.
 92,2% responden mampu membayar premi
Rp. 5000 - Rp. 10.000.
 86,6% penduduk mampu membayar premi
Rp. 10.000 - Rp. 25.000.
2010
•Dengan angg 55M APBD Prov + 37 M kab
• RS Klas III dijamin
•Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk
2011
•Penyusunan Premi asuransi sukarela/wajib
•Penyusunan skema integrasi Pusat -daerah
•Pelayanan Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk
2012
•Legislasi premi
• Legislasi integrasi pusat-daerah
•Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk
2013
2014
•Penataan kelembagaan BPJS - BPJS daerah
•Pengenalan SHI premi wajib & sukarela
•Pelayanan kes dasar +RS klas III dijamin utk seluruh penduduk
•Dimulai nya SHI
Download