view - Direktorat Jenderal Anggaran

advertisement
DAFTAR ISI
LAPORAN UTAMA
warta anggaran | 21 Tahun 2011
7
PERENCANAAN ANGGARAN 22
PNBP25
LAPORAN KHUSUS
29
REFORMASI BIROKRASI
38
SISTEM PENGANGGARAN
41
BERITA44
RESENSI BUKU
45
INTERMEZO47
PROFILE48
PERISTIWA53
PENATAAN
ORGANISASI DJA:
Mengantisipasi Kepakan
Sayap Kupu-kupu di Brazil
38
Penataan Organisasi DJA: Di wilayah
manajerial, tuntutan akan keterbukaan
dan akuntabilitas direspon oleh DJA
dengan penguatan di bidang kepatuhan
internal, manajemen risiko, dan bantuan
hukum. Dibentuknya Bagian Kepatuhan
dan Bantuan Hukum merupakan bukti
komitmen DJA terhadap keterbukaan
dan akuntabilitas.
LAPORAN UTAMA
PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR:
Anggaran, Capaian, dan
Tantangan
7
Jika memang peran infrastruktur
penting, tentu negara-negara
yang ingin memajukan
perekonomiannya akan
menginvestasikan sebagian
(besar) dari anggarannya untuk
membangun jalan jembatan yang
memfasilitasi.....
LAPORAN
KHUSUS
29
Pembiayaan 2011
Mengandalkan
Utang Sebagai
Sumber
Penerimaan
Akar permasalahan berulangnya
temuan BPK berupa Pungutan
Tanpa Dasar Hukum bukan
semata-mata terletak pada
ketidakpatuhan K/L terhadap
ketentuan di bidang PNBP, namun
justru kekakuan ketentuan PNBP
yang mengharuskan penetapan
jenis dan tarif PNBP minimal
dalam PP sedikit banyak turut
menyebabkan.....
Redaksi menerima kritik saran, pertanyaan, atau sanggahan
terhadap masalah-masalah yang berkait dengan keuangan sektor publik
Salam Redaksi
Edisi 21 Tahun 2011
PENGARAH
Direktur Jenderal Anggaran
PENANGGUNG JAWAB
Sekretaris Ditjen Anggaran
Ketika kita meminta uang kepada
Anda juga dapat juga menikmati
orang tua kita apakah kita akan
penjelasan tentang New Innitiative
meminta sesuai dengan kebutuhan
dan penyesuaian baseline. Selain itu,
ataukah lebih dari yang kita perlukan?
untuk mengetahui apa permasalahan
Setelah uang di tangan apakah kita
yang dihadapi Kementerian/Lembaga
dapat membelanjakan uang tersebut
dalam perencanaan anggaran, kami
sesuai rencana kebutuhan kita hingga
melakukan roadshow ke beberapa
uang kita habis. Kemudian, jika ternyata
K/L.
uang tersebut tidak habis apakah
REDAKTUR
Kepala Bagian Ortala
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran I
Kasubdit Pengembangan Sistem Penganggaran
Kasubdit Harmonisasi Kebijakan Penganggaran
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Penyusunan APBN
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran II
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis Anggaran III
Kasubdit Data dan Dukungan Teknis PNBP
orang tua kita akan meminta kembali
REDAKTUR PELAKSANA
I.G.A Krisna Murti - Agus Kuswantoro
Puji Wibowo - Afrizal - Triana Ambarsari
Rini Ariviani - Asrukhil Imro - Mujibuddawah
Eko Widyasmoro - Sunawan Agung S. - Achmad
Zunaidi - Arief Masdi - Sudadi
Dyah Kusumawati - Hidayat Kusuma R.
Analogi di atas rasanya dapat
DESAIN GRAFIS DAN FOTOGRAPHER
Mulyanto - Dana Hadi
Mujono Basuki - Bayu Segara
KEUANGAN
Ferry Iskandar - Sis Sabani
Arfan Udi Winasis - Rachmat Apriansyah
TATA USAHA DAN DISTRIBUSI
Achmad Purwo Hardjanto - Ihsan Maulana
Niken Ajeng Lestari - Eko Prasetyo
Alamat
Gedung Sutikno Slamet Lt. 11
Jl. Dr. Wahidin No.1
Jakarta 10710
Telepon : (021) 3435 7505
uang yang tersisa. Rasanya tidak, kita
hanya akan menerima nasihat bahwa
kalau kita meminta uang jumlahnya
harus sesuai dengan kebutuhan.
digunakan untuk melihat interaksi
hubungan antara DJA dengan K/L.
Sebagai “orang tua” yang harus
menjaga
sudah
anggaran
selayaknya
pemerintah,
DJA
dapat
membina semua K/L agar dapat
merencanakan belanja nya dengan
baik sehingga anggaran yang tersedia
tidak menumpuk di akhir tahun.
Rasanya Peraturan tentang reward
and punishment kepada K/L atas
penyerapan anggaran harus didukung
penuh.
Selain Reward and Punishment,
kami juga menyajikan catatan tentang
Redaksi menerima artikel untuk dimuat dalam
majalah ini. Artikel ditulis dalam huruf Arial 11 spasi
1.5 maksimal 5 hal. Artikel dapat dikirim
ke www.wartaanggaran.yahoo.co.id
Isi majalah tidak mencerminkan kebijakan
Direktorat Jenderal Anggaran
4
Peraturan Pemerintah Nomor 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan
RKA-KL yang mengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004.
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Dalam hal PNBP, kami mencoba
menyoal mengenai kepatuhan K/L
dalam melaporkan PNBP nya.
Semoga perencanaan anggaran
K/L ke depan lebih baik lagi. Selamat
menikmati sajian Majalah Warta
Anggaran edisi 21.
LAPORAN UTAMA
Pembangunan
Infrastruktur:
Anggaran, Capaian, dan Tantangan
Oleh: Purwanto
Jika memang peran infrastruktur penting, tentu negara-negara yang ingin memajukan perekonomiannya akan menginvestasikan
sebagian (besar) dari anggarannya untuk membangun jalan jembatan yang memfasilitasi transportasi orang, bahan baku/mentah
(raw materials), bahan antara/setengah jadi (intermediate goods), dan produk akhir (final products), dan menghubungkan antara
pabrik dan daerah produksi dengan pasar; pelabuhan dan bandara untuk pengiriman barang-barang tersebut dari dan ke luar
negeri (impor/ekspor) serta antar pulau (interland transportasion); jaringan listrik sejak dari pembangkitan hingga distribusi yang
memungkinkan beroperasinya pabrik dan kantor, pelabuhan dan bandara; sedangkan pembangunan jaringan telekomunikasi
umumnya lebih banyak dibiayai oleh sektor swasta.
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
5
LAPORAN UTAMA
Infrastruktur adalah segala sesuatu
sarana dasar yang dibutuhkan agar
suatu perekonomian atau masyarakat
dapat berfungsi. Dalam hal ini terdapat
dua
kelompok
infrastruktur
yaitu
infrastruktur ekonomi dan infrastruktur
sosial. Infrastruktur ekonomi mencakup
semua struktur teknis yang mendukung
perekonomian seperti jalan dan jembatan,
air bersih, saluran limbah, pasokan listrik, dan
jaringan telekomunikasi. Fungsi infrastruktur
ekonomi adalah memfasilitasi produksi
dan distribusi barang dan jasa, seperti
jalan yang memungkinkan pengangkutan
bahan mentah ke pabrik, dan kemudian
pengangkutan barang jadi ke pasar
(Wikipedia). Infrastruktur ekonomi ini
sangat berpengaruh terhadap efisiensi
usaha, terutama biaya logistik dan
transportasi, serta biaya produksi, yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap
daya saing, baik daya saing produk lokal/
domestik dalam berhadapan dengan
produk luar negeri, maupun daya saing
perekonomian dalam memperebutkan
penanaman modal asing.
Sementara itu infrastruktur sosial
mencakup
sarana
kesehatan
dan
pendidikan. Selain itu, infrastruktur dapat
pula dibedakan sebagai infrastruktur fisik
dan non fisik. Infrastruktur fisik, disebut
juga “hard” infrastructure adalah struktur
fisik sarana dan prasarana yang dapat
disentuh (tangible) seperti jalan-jembatan,
pelabuhan, jaringan listrik; sedangkan
infrastruktur dalam pengertian nonfisik
mencakup infrastruktur yang tidak dapat
disentuh (intangible) yang mendukung
pembangunan
dan
beroperasinya
infrastruktur fisik, seperti peraturan dan
perundangan, sistem dan prosedur, serta
mekanisme tatakelola, transparansi, dan
akuntabilitas dalam pembiayaan dan
pengadaannya (Bhattacharyay 2009).
Infrastruktur nonfisik juga, disebut juga
sebagai “soft” infrastructure mencakup
6
sistem keuangan dan sistem hukum
(Wikipedia). Pada perkembangannya
kemudian, kata infrastruktur lebih sering
dimaksudkan, termasuk dalam tulisan ini,
sebagai infrastruktur ekonomi dan fisik.
Mengingat fungsinya tersebut, peran
infrastruktur
dalam
perekonomian
sangatlah vital. Dari lintasan sejarah negaranegara yang kini disebut sebagai negara
maju, serta negara-negara yang dijuluki the
emerging markets dapat diambil pelajaran
bahwa infrastruktur berperan fundamental
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
secara berkelanjutan. Peran infrastruktur
yang sudah dibangun mulai 1876 semasa
Dinasti Qing (Wikipedia).
Berbagai hasil kajian (antara lain Aschauer
1989; World Bank 1994; Calderon dan
Serven 2003; Estache 2006 dalam Sahoo,
Dash, dan Nataraj 2010) membuktikan
bahwa infrastruktur mempunyai peran
penting dalam memajukan perekonomian,
dan sebaliknya taraf perekonomian
yang lebih tinggi berpengaruh terhadap
ketersediaan infrastruktur yang lebih
berkualitas.
Namun demikian tulisan ini tidak
mengasumsikan
peran
infrastruktur
nonfisik dapat diabaikan. Dalam
literatur mengenai pembangunan,
Anggaran infrastruktur
infrastruktur nonfisik juga berperan
tersebut dialokasikan
penting, sehingga dapat diibaratkan
sebagian terbesar dalam
sebagai “software”, sedangkan
bentuk belanja (spending), infrastruktur fisik sebagai “hardware”,
dan sebagian dalam bentuk dari sistem perekonomian. Dalam
pemberian pinjaman/kredit, teori pertumbuhan, infrastruktur
penyertaan modal pada
nonfisik
berperan
dalam
BUMN,serta penjaminan/
meningkatkan produktivitas tenaga
kontijensi.
kerja (pendidikan dan kesehatan),
inovasi teknologi (pendidikan &
penelitian dasar, sistem hukum,
dalam perekonomian mulai populer
khususnya terkait dengan hak paten/
antara lain sebagaimana terlihat dalam
intellectual property), atau pembentukan
sejarah Amerika Serikat saat dirintis dan
kapital (sistem keuangan dan hukum,
dibangunnya jaringan kereta api dan
khususnya terkait dengan perlindungan
telekomunikasi (pos dan telegram), pada
properti dan perjanjian bisnis). Jika
awal abad ke-20.
infrastruktur fisik berpengaruh terhadap
Melesatnya
perkembangan
ekonomi
perekonomian jangka pendek (1-2 tahun),
Jepang, Korea Selatan dan Singapura dari
menengah (3-5 tahun), dan panjang (20
semula negara berkembang menjadi negara
tahun atau lebih), maka infrastruktur
maju, juga didukung oleh pembangunan
nonfisik berpengaruh dalam jangka panjang.
infrastruktur yang tidak tanggung-tanggung
(WG Huff, 1995; Atkinson et al, 2009).
Anggaran infrastruktur
Untuk contoh paling mutakhir, pesatnya
perkembangan ekonomi China juga
Jika memang peran infrastruktur penting,
difasilitasi oleh pembangunan jaringan
tentu negara-negara yang ingin memajukan
jalan-jembatan, pelabuhan, dan energi listrik
perekonomiannya akan menginvestasikan
secara massif di tahun 1980-an (Yoshimo
sebagian (besar) dari anggarannya
dan Nakahigashi 2000; Sahoo, 2010), yang
untuk membangun jalan jembatan yang
merupakan pengembangan lebih lanjut dari
memfasilitasi transportasi orang, bahan
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
LAPORAN UTAMA
baku/mentah (raw materials), bahan
antara/setengah jadi (intermediate goods),
dan produk akhir (final products), dan
menghubungkan antara pabrik dan daerah
produksi dengan pasar; pelabuhan dan
bandara untuk pengiriman barang-barang
tersebut dari dan ke luar negeri (impor/
ekspor) serta antar pulau (interland
transportasion); jaringan listrik sejak dari
pembangkitan hingga distribusi yang
memungkinkan beroperasinya pabrik dan
kantor, pelabuhan dan bandara; sedangkan
pembangunan jaringan telekomunikasi
umumnya lebih banyak dibiayai oleh sektor
swasta.
yang memadai, mereka bisa bekerjasama
Dibandingkan dengan Produk Domestik
dalam membangun infrastruktur, terutama
Bruto (PDB), nilai dukungan tersebut setara
infrastruktur yang bagi pihak swasta bisa
dengan 0,9 persen dari PDB nominal 2005
mendatangkan keuntungan (profitable)
(tidak disajikan dalam diagram). Dukungan
dalam jangka panjang. Bentuk kerjasama
anggaran tersebut diinvestasikan pada
tersebut antara lain pemberian penjaminan
berbagai proyek infrastruktur mencakup
(guarantee,
insurance),
pinjaman,
pembangunan dan perawatan jalanpenyertaan modal pada BUMN, atau
jembatan, waduk dan berbagai bentuk
public private partnership (PPP). Dalam
penampungan air berikut jaringan irigasi,
banyak hal, seringkali suatu infrastruktur
pelabuhan kapal dan bandar udara, serta
sangat dibutuhkan masyarakat dan
jaringan listrik.
perekonomian regional bahkan nasional,
Nilai nominal dan riil dari dukungan APBN
namun membutuhkan modal yang sangat
tersebut meningkat setiap tahunnya, kecuali
besar untuk pengadaannya sehingga sektor
di tahun 2010 saat kenaikan anggaran
swasta tidak berminat (terjadi apa yang
infrastruktur tidak sebesar laju inflasi (lihat
disebut sebagai market failure, ‘kegagalan
Berbagai literatur ekonomi antara lain
Diagram 2). Dalam tahun 2006, belanja
pasar’), maka pemerintah dapat melakukan
Rotner (1983), dan Aschauer (1989)
infrastruktur naik pesat 111,6% menjadi
intervensi
dengan
belanja APBN.
dalam Yoshino & Nakahigashi (2000)
Rp50,0 triliun (atau 7,5% dari Belanja
Kemampuan pemerintah untuk menerima
menemukan bahwa pemerintah berperan
Negara, atau 1,5% dari PDB), sebagai
pajak serta melakukan pinjaman domestik
penting dalam mendorong pertumbuhan
dampak dari penghematan subsidi energi
dan internasional memungkinkannya untuk
ekonomi, pengurangan pengangguran,
yang sudah dilakukan pada tahun 2005.
menerima pajak serta melakukan pinjaman berskala
domestik dan internasional memungkinkannya untuk mendanai
proyek
infrastruktur
dan pengentasan penduduk miskin
Dalam tahun 2011, anggaran infrastruktur
mendanai proyek infrastruktur berskala besar. besar.
secara berkelanjutan, melalui intervensi
naik 50% dari tahun sebelumnya Rp82,6
Berapa besar dana yang telah diinvestasikan Pemerintah Indonesia untuk infrastruktur? Seperti dalam bentuk belanja pembangunan
Berapa besar dana yang telah diinvestasikan
triliun menjadi Rp123,9 triliun (atau 10,1%
disajikan dalam Diagram 1, pada tahun 2005 Pemerintah memberikan dukungan untuk infrastruktur infrastruktur. Pembangunan jalan sebesar dan
Pemerintah
Indonesia
untuk
infrastruktur?
dari Belanja Negara, dan 1,8% dari PDB).
Rp23,7 triliun (nilai tahun 2005), atau 4,6 persen dari total Belanja Negara 2005. jembatan non-tol, serta waduk dan sistem
Seperti
disajikan
dalam
Diagram
1, pada
Dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB), nilai dukungan tersebut tersebut
setara dengan 0,9 Anggaran
infrastruktur
dialokasikan
irigasi (pertanian) merupakan contoh
tahun
Pemerintah
persen dari PDB 2005
nominal 2005 (tidak memberikan
disajikan dalam diagram). Dukungan anggaran tersebut sebagian terbesar dalam bentuk belanja
diinvestasikan pada berbagai proyek infrastruktur utama dari infrastruktur sebagai barang
dukungan
untuk infrastruktur
sebesarmencakup pembangunan dan perawatan jalan‐
(spending), dan sebagian dalam bentuk
jembatan, waduk triliun
dan berbagai bentuk penampungan public (public goods) yang pemakaiannya
Rp23,7
(nilai tahun
2005),
atau 4,6 air berikut jaringan irigasi, pelabuhan kapal pemberian pinjaman/kredit, penyertaan
dan bandar udara, serta jaringan listrik. tidak dikenai biaya dan semua orang bisa
persen dari total Belanja Negara 2005.
Diagram 1 menggunakannya (non-excludable).
Sementara infrastruktur seperti jalan
Anggaran Infrastruktur,
tol, telepon, listrik, gas, dan internet,
Nominal, triliun Rp (skala kiri),
yang penggunanya harus membayar
dan % thdp Belanja Negara (skala kanan)
dengan tarif tertentu (excludable),
14.0 140.0 123.9 pengadaan dan pengelolaannya
12.0 120.0 10.1 dapat dilakukan sepenuhnya oleh
82.6 10.0 100.0 8.4 7.5 7.1 7.1 sektor swasta. Sektor swasta dapat
8.0 80.0 78.9 melakukan investasi dalam proyek
4.6 7.8 6.0 60.0 70.0 infrastruktur yang menjanjikan profit
4.0 40.0 54.0 50.0 berkelanjutan, dengan dana dari
2.0 20.0 23.7 berbagai sumber seperti modal
‐
‐
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
sendiri, pinjaman, atau patungan.
Anggaran Infrastruktur (triliun)
% thdp Belanja Negara (skala kanan)
Dalam situasi di mana pemerintah
dan sektor swasta masing-masing
tidak memiliki anggaran atau modal Sumber: Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJA‐KemKeuangan, 22 Februari 2011 Nilai nominal dan riil dari dukungan APBN tersebut meningkat setiap tahunnya, kecuali di tahun 2010 saat kenaikan anggaran infrastruktur tidak sebesar laju inflasi (lihat Diagram 2). Dalam tahun Warta anggaran | 21 Tahun 2011
2006, belanja infrastruktur naik pesat 111,6% menjadi Rp50,0 triliun (atau 7,5% dari Belanja Negara, atau 1,5% dari PDB), sebagai dampak dari penghematan subsidi energi yang sudah dilakukan pada tahun 2005. Dalam tahun 2011, anggaran infrastruktur naik 50% dari tahun sebelumnya Rp82,6 7
LAPORAN UTAMA
Diagram 2
public private partnership (PPP).
Sementara itu, dukungan pemerintah dalam
bentuk investasi juga terlihat semakin besar.
120.0
Investasi tersebut dilaksanakan dalam
100.0
bentuk suntikan modal untuk PT Sarana
80.0
Multi Infrastruktur (PT SMI), yang khusus
50.0
60.0
didirikan dalam tahun 2009 dalam rangka
34.7
29.8
40.0
mempercepat pembangunan infrastruktur
12.6
serta bersinergi dengan pihak ketiga,
20.0
7.8
4.7
17.1
11.1
7.0
6.6
6.6
5.3
baik swasta, pemerintah daerah, BUMN,
2.8
0.0
maupun organisasi multilateral. PT SMI
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
merupakan suatu holding company dan
Kenaikan Angg. Infrastruktur (%)
Inflasi (yoy)
Kenaikan Anggaran Infrastruktur & Inflasi
telah mendirikan anak perusahaan yaitu
111.6
120.0
PT Indonesia Infrastructure Finance (PT
pada tersebut BUMN,serta
penjaminan/
pemerintah
dalam
bentuk
penjaminan
Anggaran modal
infrastruktur dialokasikan sebagian terbesar dalam bentuk belanja &(spending), IIF) pada tahun 2010, berpatungan dengan
100.0
kontijensi.
Sebagaimana
disajikan dalam
kontijensi penyertaan (land capping,modal kontijensi
dan sebagian dalam bentuk pemberian pinjaman/kredit, pada PLN
BUMN,serta ADB, International Finance Corporation
penjaminan/kontijensi. Sebagaimana disajikan dalam Tabel 1, anggaran infrastruktur dalam bentuk 80.0 PDAM), investasi pemerintah, serta
Tabel 1, anggaran infrastruktur dalam
dan
(IFC), dan DEG-Badan Investasi dan
belanja (spending
) adalah sebesar Rp115,1 triliun, atau 93% dari total anggaran infrastruktur dalam bentuk belanja
(spending) adalah sebesar
pinjaman
dan kredit. Dengan penjaminan,
50.0
60.0
Jerman. PT IIF merupakan
tahun 2011 (APBN) sebesar Rp123,8 triliun. Belanja tersebut mencakup belanja infrastruktur Pembangunan
yang Rp115,1 triliun, atau 93% dari total anggaran
dana akan34.7
dikeluarkan hanya jika resiko
29.8service 40.0kementerian/lembaga seperti public dikelola oleh kementerian/lembaga , dan belanja non perusahaan pembiayaan proyek-proyek
infrastruktur dalam tahun 2011 (APBN)
yang telah diperhitungkan (kenaikan harga
obligation (PSO) kepada PT KAI dan PT Pelni, DAK Infrastruktur, dan Tambahan Otonomi Khusus 12.6
infrastruktur.
20.0 BUMN
7.8 benar4.7
17.1 gagal bayar/default)
sebesar Rp123,8 triliun. Belanja tersebut
tanah,
Infrastruktur, pengembangan Sabang dan Batam. Dalam Diagram 3 disajikan perkembangan total 11.1
7.0
6.6
6.6
5.3
2.8
Selain
mencakup kementerian/lembaga, belanja infrastruktur yang
benar
terjadi.Tabel Guna 2 mengelola
penjaminan
0.0 dalam belanja infrastruktur sementara ditampilkan data lebih rinci itu, dukungan untuk pembangunan
2005
2006 mendirikan
2007
2009
2010dilakukan
2011 pemerintah
juga
dikelola oleh kementerian/lembaga , dan
ini, pemerintah
telah
PT2008 infrastruktur
mengenai anggaran infrastruktur di luar belanja kementerian/lembaga. dengan
membentuk
suatu
unit di
belanja non kementerian/lembaga seperti
Penjamin Infrastruktur Indonesia/Indonesia
Kenaikan Angg. Infrastruktur (%)
Inflasi (yoy)
Tabel 1 Kementerian Keuangan, yaitu Pusat
public service obligation (PSO)
kepada PT
Infrastructure Guarantee Funda (PT PII/IIGF)
Komponen Anggaran Infrastruktur Investasi Pemerintah (PIP) pada tahun
KAI dan PT Pelni, DAK Infrastruktur,
dan
yang fungsinya adalah menangani proses
(triliun rupiah) Anggaran infrastruktur tersebut dialokasikan sebagian terbesar dalam bentuk belanja (spending), 2007 dan sejak tahun 2009 telah berstatus
Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur,
penjaminan bagi kewajiban finanasial sektor
dan pinjaman/kredit, penyertaan modal pada BUMN,serta 2005 sebagian 2006 dalam 2007 bentuk 2008 pemberian 2009 2010 2011 sebagai instansi badan layanan umum
pengembangan Sabang dan Batam. Dalam
publik (kementerian, BUMN, dan pemda)
APBN penjaminan/kontijensi. Sebagaimana disajikan dalam Tabel 1, anggaran infrastruktur dalam bentuk Diagram 3 disajikan perkembangan
kontrak
konsesi
Belanja Infrastruktur: 23,5totalspending
47,8dalam) adalah sebesar Rp115,1 triliun, atau 93% dari total anggaran infrastruktur dalam 51,7
68,0kerjasama
76,2 atau
65,4 115,1 (BLU). PIP juga berfungsi sebagai pengelola
belanja (
‐ belanja
Belanja K/L 21,4 42,2 45,1 65,7 105,1 Rekening Induk Dana Investasi dan penilai
infrastruktur kementerian/lembaga,
dengan
sektor59,4 swasta.
PTtriliun. PII 57,6 diharapkan
tahun 2011 (APBN) sebesar Rp123,8 Belanja tersebut mencakup belanja infrastruktur yang ‐ Belanja Non K/L 2,2 5,6 6,6 8,6 10,6 7,8 9,9 kelayakan, manajemen resiko, divestasi,
sementara dalam Tabel 2 ditampilkan
data
dapat
menunjang
masuknya
pendanaan
dari
oleh , dan 13,8 belanja non Pemberian Pinjaman/Kredit dikelola 0,1 2,3 kementerian/lembaga 2,3 1,8 1,3 5,3 kementerian/lembaga seperti public service pengembangan
instrumen, Otonomi pengendalian,
lebih
rinci
mengenai
anggaran
infrastruktur
swasta
untuk
pembangunan
infrastruktur
di
obligation (PSO) kepada PT KAI dan PT Pelni, DAK Infrastruktur, dan Tambahan Khusus Penyertaan Modal ‐ ‐ ‐ 1,0 1,0 2,0 1,5 pembiayaan,
dan
masalah
hukum
dan
di
luar
belanja
kementerian/lembaga.
Indonesia
melalui
peningkatan
kelayakan
Infrastruktur, Batam. Dalam Penjaminan & Kontijensi ‐ ‐ pengembangan ‐ 0,3 Sabang 0,4 dan 1,4 1,9 Diagram 3 disajikan perkembangan total Anggaran Infrastruktur 23,7 infrastruktur 50,0 78,9 proyek-proyek
82,6 123,8 perjanjian
investasi
Pemerintah
Pusat.rinci belanja sementara dalam Tabel 2 ditampilkan data lebih kredit54,0 kementerian/lembaga, dan 71,0 kualitas
Dalam Diagram 3 terlihat bahwa
Catatan: 2005‐2010 adalah data realisasi; sumber Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJ, diolah. mengenai anggaran infrastruktur di luar belanja kementerian/lembaga. Dengan fungsi tersebut, PIP melakukan
infrastruktur yang menggunakan skim
Kementerian Pekerjaan Umum
(PU), Kementerian Perhubungan,
Tabel 1 Dalam Diagram 3 terlihat bahwa Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Perhubungan, Komponen Anggaran Infrastruktur dan
Kementerian
ESDM
dan Kementerian ESDM merupakan tiga kementerian yang menerima alokasi anggaran belanja (triliun rupiah) merupakan
tiga dengan kementerian
infrastruktur terbesar, total yang
pagu 90,7 persen dari total pagu belanja infrastruktur menerima alokasi
anggaran
kementerian/lembaga dalam tahun belanja
2011. Dalam peran dana alokasi 2006 khusus 2007 (DAK) 2008 2009 2010 2011 Tabel 2, terlihat 2005 infrastruktur yang semakin besar. Selain infrastruktur
terbesar,
dengan
totalitu, menarik pula untuk dicermati, dukungan pemerintah APBN dalam bentuk penjaminan & kontijensi (
land capping
, kontijensi PLN dan PDAM), investasi 23,5
47,8 51,7 68,0 76,2 65,4 115,1
pagu 90,7 persen dari total pagu Belanja Infrastruktur: ‐ Belanja K/L 21,4 42,2 45,1 59,4 65,7 57,6 105,1 belanja infrastruktur kementerian/
4 ‐ Belanja Non K/L 2,2 5,6 6,6 8,6 10,6 7,8 9,9 lembaga dalam tahun 2011. Dalam
Pemberian Pinjaman/Kredit 0,1 2,3 2,3 1,8 1,3 13,8 5,3 Tabel 2, terlihat peran dana alokasi Penyertaan Modal ‐ ‐ ‐ 1,0 1,0 2,0 1,5 khusus (DAK) infrastruktur yang Penjaminan & Kontijensi ‐ ‐ ‐ 0,3 0,4 1,4 1,9 Anggaran Infrastruktur 23,7 50,0 54,0 71,0 78,9 82,6 123,8 semakin besar. Selain itu, menarik
Catatan: 2005‐2010 adalah data realisasi; sumber Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJ, diolah. pula untuk dicermati, dukungan
Kenaikan Anggaran Infrastruktur & Inflasi
111.6
8
Dalam Diagram Warta anggaran | 21
Tahun
2011 3 terlihat bahwa Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Perhubungan, dan Kementerian ESDM merupakan tiga kementerian yang menerima alokasi anggaran belanja infrastruktur terbesar, dengan total pagu 90,7 persen dari total pagu belanja infrastruktur berfungsi sebagai pengelola Rekening Induk Dana Investasi dan penilai kelayakan, manajemen resiko, divestasi, pengembangan instrumen, pengendalian, pembiayaan, dan masalah hukum dan perjanjian investasi Pemerintah Pusat. Dengan fungsi tersebut, PIP melakukan penilaian kelayakan terhadap proyek‐proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan oleh kementerian/lembaga. Selain itu, PIP juga dapat melakukan investasi selain di sektor infrastruktur. Diagram 3 2011 (APBN)
57.96 32.11 22.11 15.42 15.30 5.53 3.45 2.20 0.81 2.76 0.91 0.24 1.29 0.64 1.16 0.51 ‐ 0.29 Sumber: Buku Saku APBN, Feb 2011 penilaian kelayakan terhadap proyekproyek infrastruktur yang akan dilaksanakan
oleh kementerian/lembaga. Selain itu, PIP
juga dapat melakukan investasi selain di
sektor infrastruktur.
Dibandingkan dengan anggaran fungsi
pendidikan yang sekurang-kurangnya 20%
dari belanja negara, anggaran infrastruktur
dalam tahun 2011 adalah sekitar setengah
dari belanja fungsi pendidikan.
Capaian Pembangunan
Infrastruktur
Selain besaran anggaran, yang juga penting
adalah desain (grand design) dari program
dan kegiatan yang didanai dengan alokasi
anggaran tersebut. Hal ini mengingat
besaran dana yang sama dapat digunakan
untuk berbagai alternatif program dan
kegiatan. Hanya ketika program dan
kegiatan yang dipilih adalah yang paling
efektif dan efisien dalam mencapai sasasaran,
Tabel 2 Anggaran Infrastruktur Non‐Belanja K/L (triliun Rp) barulah dapat dinyatakan bahwa anggaran
yang besar tersebut telah digunakan
secara bertanggungjawab (accountable).
Merupakan sebuah pertanyaan yang
menarik untuk dikaji, apakah belanja
infrastruktur dalam APBN telah digunakan
untuk mendanai program/kegiatan/proyek
infrastruktur yang paling efektif dan efisien
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan serta meningkatkan
daya saing?
Anggaran Infrastruktur dalam Bentuk Belanja K/L (triliun Rp)
2010 (Real)
2010 (Real)
2011 (APBN) 1 Resiko kenaikan harga tanah (land capping) 0,35 0,89 2 Investasi Pemerintah 3,61 4,57 3 PMN 2,00 1,50 4 PSO 0,37 1,88 5 Kredit rumah (KPRSH & Rusunami) 0,42 0,70 6 DAK 4,49 6,05 7 Tambahan Otonomi 1,40 1,40 8 Dana Kontijensi PLN 1,00 0,89 9 Dana Kontijensi PDAM ‐ 0,15 10 Pinjaman ke PLN 7,50 ‐ 11 Dana bergulir pengadaan tanah 2,30 ‐ 12 Pengembangan Kawasan Free Trade Sabang 0,42 0,39 13 Pengembangan Otoritas Batam 0,14 0,14 ‐ 0,16 14 Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) Total Non Belanja K/L (Triliun Rp) 25,01 18,72 Sumber: Buku Saku APBN dan Indikator Ekonomi, DJA Edisi Februari 2011 LAPORAN UTAMA
Dalam Tabel 3, disajikan stok beberapa
infrastruktur di Indonesia sampai dengan
2010. Jalan nasional yang telah dibangun
mencapai
38.569,49 km, sedangkan
5 panjang rel kereta api mencapai 4.818,9
km. Pertanyaan yang menarik terkait
dengan data ini antara lain adalah berapa
kilometerkah yang dianggap memadai? Ini
penting untuk memperoleh makna dari
panjang jalan atau panjang rel KA yang
telah dibangun tersebut. Dibandingkan
dengan panjang pantai Indonesia sejauh
95.181 Km (PBB, 2008), berarti panjang
jalan nasional tersebut adalah sekitar 40
persen dari jalan yang perlu dibangun agar
seluruh wilayah/pulau mempunyai akses
jalan (asumsi: pulau-pulau yang terlalu kecil
untuk dibangun jalan tidak diperhitungkan).
Namun, apakah pembandingan/rasio
seperti demikian dapat digunakan untuk
mengukur kecukupan penyediaan jalan?
Adakah standar mengenai kecukupan
infrastruktur di suatu negara? Untunglah,
Bank Dunia telah mengembangkan
Indikator Pembangunan Dunia (World
Development Indicators/WDI) untuk
membandingkan tingkat pembangunan
antarnegara.
Beberapa
indikator
diantaranya berkaitan dengan infrastruktur,
salah satu diantaranya yang terkait dengan
jalan adalah road density, yaitu rasio antara
total panjang jaringan jalan (road network)
terhadap luas wilayah (km jalan per
km persegi luas wilayah). Jaringan jalan
tersebut mencakup jalan nasional, propinsi,
Dibandingkan dengan anggaran fungsi pendidikan yang sekurang‐kurangnya 20% dari belanja negara, anggaran infrastruktur dalam tahun 2011 adalah sekitar setengah dari belanja Wartafungsi anggaran
pendidikan. Capaian Pembangunan Infrastruktur | 21 Tahun 2011
9
telah dibangun tersebut. Dibandingkan dengan panjang pantai Indonesia sejauh 95.181 Km Tabel 3 Beberapa Capaian Pembangunan Infrastruktur 008), berarti panjang jalan nasional tersebut adalah sekitar 40 persen dari jalan yang perlu Infrastruktur Capaian s/d 2009 n agar seluruh wilayah/pulau mempunyai akses jalan (asumsi: pulau‐pulau yang terlalu kecil Jalan nasional 38.569,49 Km LAPORAN UTAMA
bangun jalan tidak diperhitungkan). Jembatan 17.964 Buah k
a
p
i
t
a
berbagai
model/skim kerjasama.
Pemerintah
Panjang rel KA 4.818,90 Km Tabel 3 ( k w h /
juga telah membentuk
beberapa
wahana
Bandar udara 190
Buah Beberapa Capaian Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan 644
Buah c
a
p
i
t
a
)
.
untuk
mempercepat
(debotlenecking)
Infrastruktur Capaian s/d 2009 (Lihat
pembangunan infrastruktur, seperti PT SMI
Jalan nasional 38.569,49 Sumber: Kompas Km Diagram 4,
dan PT IIF dan PT PII. Lembaga-lembaga
Jembatan 17.964 Buah Namun, apakah pembandingan/rasio seperti demikian dapat digunakan untuk menguk
5, 6mengenai dan 7).
keuangan
internasional
dan negaradi seperti
Panjang rel KA 4.818,90 Km penyediaan jalan? Adakah standar kecukupan infrastruktur suatu negara
China
juga
telah
banyak
yang
berminat
Bandar udara Bank Dunia 190
telah Buah mengembangkan Indikator Pembangunan Dunia (World untuk memberikan
bantuan antarnegara. pendanaan dan Beber
Pelabuhan 644untuk Buah membandingkan tingkat Indicators/WDI) pembangunan teknis dalam pembangunan infrastruktur di
Sumber: Kompas diantaranya berkaitan dengan infrastruktur, salah satu diantaranya yang terkait denga
Indonesia.
Kesulitannya
justrunetwork
dalam hal
road density, yaitu rasio antara total panjang jaringan jalan (road ) terhadap
kabupaten/kota dan pedesaan.
apakah pembandingan/rasio seperti demikian dapat digunakan untuk mengukur kecukupan (km jalan per km persegi luas wilayah). Jaringan tersebut mencakup jalan nasio
regulasijalan dan implementasinya.
Tabel standar terlihat, dalam
hal kepadatan/
aan jalan? Dari
Adakah mengenai kecukupan Tantangan
infrastruktur di suatu negara? Untunglah, kabupaten/kota dan pedesaan. kerapatan
jalan dibandingkanIndikator luas wilayahPembangunan Dunia (World Development Dunia telah mengembangkan Sejak
krisis
Tabel 4 (daratan),
Indonesia menduduki
ranking pembangunan ke
rs/WDI) untuk membandingkan tingkat antarnegara. Beberapa indikator ekonomi 1998,
Ranking Kepadatan Jalan (Road Density/RD) 91 (dari 134 negara), dengan RD sebesar
nya berkaitan dengan infrastruktur, salah satu diantaranya yang terkait dengan jalan adalah pembangunan
2
20rasio km jalan
per kmtotal wilayah.
Hal ini memang
nsity, yaitu antara panjang jaringan jalan (
road network
) terhadap luas wilayah Road Density infrastruktur
Ranking Negara dipengaruhi
oleh
luas
wilayah
daratan
(km/km2 ) n per km persegi luas wilayah). Jaringan jalan tersebut jalan nasional, propinsi, b e r k u mencakup rang
8 Singapore 471,68
Indonesia yang jauh lebih luas dibandingkan
en/kota dan pedesaan. drastis
dan
57 Phillipine 67
dengan negara-negara tetangga di Asia
hingga kinipun
58 Brunei 63
Tabel 4 Tenggara. Dengan wilayah daratan
yang
berjalan lambat,
64 Vietnam 48,61
Ranking Kepadatan Jalan (Road Density/RD) lebih luas tentu
perlu dibangun jalan yang
terlebih
bila
71 China 36,02
lebih panjang, dan tentunya diperlukan
d i bRoad Density andingkan
72 Thailand 35,24
anggaran Ranking yang lebih Negara besar. Sebagai
87 Cambodia 22
d e (km/km
n g a 2n ) perbandingan, China (mainland China)
dari Wikipedia). Selain beberapa indikator berkaitan dengan jalan raya, seperti rasio panjang jalan 91 Indonesia 20
negar a-negar
a
8 Singapore 471,68
dengan luas wilayah daratan 9.596.960yang diaspal dibandingkan keseluruhan jalan, dalam WDI juga disiapkan data mengenai infrastruktur km2
Sumber: World Development Indicators‐Infrastructure s e k a w a s a n . 67
57 Phillipine lain seperti ketersediaan air bersih di perkotaan dan pedesaan (diukur dengan persentase penduduk atau sekitar lima kali luas daratan Indonesia
M eterlihat, n a r i k n y dalam a , 63 hal kepadatan/kerapatan jalan dibandingkan luas wilay
58 Brunei Dari Tabel yang mempunyai akses ke air bersih seperti PAM maupun sumber lain seperti sumur penduduk, 1.919.440 km2, memiliki RD sebesar
36,02
persoalannya
bukan
pada
ketersediaan
64 Vietnam Indonesia 48,61
Menurut
Wakildengan Presiden
Boediono
menduduki ranking ke 91 (dari negara), RD sebesar 20 km sumur bor, dan penampungan air); kuantitas lalu 134 lintas petikemas dari pelabuhan ke transportasi km. Sedangkan India, dengan luas wilayah
dana,
karena
saat
ini
justru
telah
tersedia
71 China wilayah. 36,02
daratan Hal dan sebaliknya/
Container Port Traffic
(diukur dalam jumlah petikemas setara ukuran 20 ja
ini memang dipengaruhi oleh luas wilayah daratan yang (Tempo,
10/3/2011)
ada tiga Indonesia faktor
yang
sekitar 1,5 kali luas Indonesia, memiliki
berbagai alternatif
kaki), atau konsumsi listrik per kapita (kwh/capita). (Lihat Diagram 4, 5, 6 dan 7). 72 Thailand dibandingkan dengan negara‐negara tetangga di Asia Tenggara. Dengan wilayah darat
35,24pembiayaan, baik dari
menyebabkan kemacetan pembangunan
RD yang jauh lebih besar yaitu 1.001 km/
pasar22 modal/obligasi,
dan panjang, luas tentu perbankan,
perlu dibangun jalan yang lebih dan tentunya diperlukan anggar
87 Cambodia infrastruktur.
Pertama,
masalah pembebasan
km2; menduduki ranking ke-3 di dunia
kerjasama
bilateral20
serta multilateral,
serta
besar. Sebagai perbandingan, China (mainland China) dengan luas wilayah 91 Indonesia lahan, yang tidak mudah dilakukan
karenadaratan 9
dalam hal RD (sumber data luas wilayah
2
atau sekitar lima kali luas daratan Indonesia Diagram 4 1.919.440 km , memiliki RD sebes
Sumber: World Development Indicators‐Infrastructure dari Wikipedia). Selain beberapa Sedangkan indikator
India, dengan luas wilayah sekitar 1,5 kali luas Indonesia, memiliki RD ya
2
berkaitan
dengan
jalan raya, seperti
rasio jalan dibandingkan bel terlihat, dalam hal kepadatan/kerapatan luas wilayah (daratan), besar yaitu 1.001 km/km
; menduduki ranking ke‐3 di dunia dalam hal RD (sumber dat
Persentase Penduduk Kota yang Memiliki Akses panjang
jalan yang
diaspal
ia menduduki ranking ke 91 (dari dibandingkan
134 negara), dengan RD sebesar 20 km ke Sarana Air Bersih jalan per km2 keseluruhandipengaruhi jalan, dalamoleh WDI
juga
Hal ini memang luas wilayah daratan Indonesia yang jauh lebih luas 100
disiapkan
data
mengenai
infrastruktur
lain
ngkan dengan negara‐negara tetangga di Asia Tenggara. Dengan wilayah daratan yang lebih seperti ketersediaan
air bersih
perkotaan dan tentunya tu perlu dibangun jalan yang lebih dipanjang, diperlukan anggaran yang lebih 95
dan
pedesaan
(diukur
dengan
persentase
ebagai perbandingan, China (mainland China) dengan luas wilayah daratan 9.596.960 km2 92
90 2
yang
mempunyai
akses ke1.919.440 air
kitar lima penduduk
kali luas daratan Indonesia km , memiliki RD sebesar 36,02 89
90 km. bersih seperti PAM maupun sumber lain
an India, dengan luas wilayah sekitar 1,5 kali luas Indonesia, memiliki RD yang jauh lebih 85
seperti sumur penduduk, sumur bor, dan
itu 1.001 km/km2; menduduki ranking ke‐3 di dunia dalam hal RD (sumber data luas wilayah penampungan air); kuantitas lalu lintas
80
7 petikemas dari pelabuhan ke transportasi
1990
2000
2008
daratan dan sebaliknya/Container Port Traffic
Indonesia
Malaysia
Thailand
China
East Asia & Pacific *
Lower middle income
(diukur dalam jumlah petikemas setara
ukuran 20 kaki), atau konsumsi listrik per
Sumber: World Development Indicators 10
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Diagram 5 Persentase Penduduk Desa yang Memiliki Akses ke Sarana Air Bersih
1990
Indonesia
China
2000
2008
Malaysia
East Asia & Pacific *
Thailand
Lower middle income
LAPORAN UTAMA
Sumber: World Development Indicators Diagram 5 listrik 10.000 MW, untuk sekedar menyebut
beberapa contoh.
Persentase Penduduk Desa yang Memiliki Akses ke Sarana Air Bersih
Dalam tahun 2011 ini, dukungan swasta,
BUMN, lembaga keuangan internasional
dan beberapa negara sahabat (G to G)
71
telah menyatakan siap untuk memberikan
dukungan pendanaan, dan tentunya tenaga
ahli. Namun apakah Indonesia mampu
memanfaatkan kesempatan tersebut, tentu
2008
tergantung apakah Indonesia mampu
Thailand
mengatasi kendala-kendala yang disebut
Lower middle income
Diagram 6 Wakil Presiden tersebut di atas.
100
75
50
62
67
1990
2000
25
0
Indonesia
China
Malaysia
East Asia & Pacific *
antara lain akibat dari iklim demokratis dan desentralisasi yang membuat proses
pembebasan lahan ikut terhambat. Kedua,
anggaran infrastruktur publik saat ini
lebih terfokus pada perawatan. Hal ini
menggambarkan adanya masalah dalam
pemanfaatan anggaran. Faktor terakhir
adalah kelemahan koordinasi di kalangan
pemerintah. Koordinasi ini menjadi penting
dan mendesak mengingat beberapa
pembangunan infrastruktur melintasi
lebih dari satu kabupaten dan bahkan
lebih dari satu propinsi, yang tentunya
memerlukan koordinasi dan sinergi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah, antarpemerintah daerah, dan juga
antarkementerian lembaga.
Untuk mengatasi masalah tersebut,
pemerintah (i) menyiapkan rancangan
undang-undang mengenai pembebasan
lahan yang akan segera dibahas bersama DPR,
(ii) memperbaiki koordinasi perencanaan
dan penganggaran serta pencairan, (iii)
memperbaiki/menyederhanakan
proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah
dengan ditetapkannya Perpres 54/2010;
(iv) mendesain dan memprioritaskan
proyek infrastruktur yang strategis antara
lain Domestic Connectivity, pengintegrasian
pengelolaan transportasi Jabodetabek,
pembangunan rel kereta api JakartaBandara Soekarno-Hatta, dan perluasan
pelabuhan Tanjung Priok, dan pembangunan
Diagram 6 Jumlah Lalu Lintas Kontainer Pelabuhan/ Container Port Traffic 8 (TEUs) di 5 Negara Asean
Jumlah Lalu Lintas Kontainer Pelabuhan/ Container Port Traffic 30,250,000 (TEUs) di 5 Negara Asean
25,866,400 30,250,000 25,250,000 25,866,400 25,250,000 20,250,000 15,843,486 20,250,000 15,250,000 15,843,486 15,250,000 10,250,000 10,250,000 5,250,000 5,250,000 250,000 3,797,948 3,797,948 2000
250,000 Indonesia
Thailand
2000
Indonesia
Thailand
5,503,176 6,394,190 5,503,176 6,394,190 2005
Malaysia
2005
Malaysia
Vietnam
Vietnam
2009
Singapura
2009
Singapura
TEUs: twenty‐feet Equivalent Units TEUs: twenty‐feet Equivalent Units Diagram 7 Diagram 7 Konsumsi Listrik (Kwh/capita)
Konsumsi Listrik (Kwh/capita)
4000
3,489.9 4000
3000
3,489.9 2,455.2 3000
2000
2,455.2 2000
1000
799.3 1000
0
0
591.2
799.3 1980
1990
Indonesia
1970
1980
Vietnam
Indonesia
Lower & middle income
Vietnam
Lower & middle income
1970
Malaysia
1990
China
Malaysia
China
2000
591.2
2008
Thailand 2000
2008
East Asia & Pacific * Thailand East Asia & Pacific * Warta anggaran | 21 Tahun 2011
11
9 LAPORAN UTAMA
Inisiatif Baru
Oleh Achmad Zunaidi
Jenis inisiatif baru yang terakhir adalah percepatan pencapaian target. Inisiatif
baru jenis ini merupakan penambahan target baru yang menambah output
pada tahun yang direncanakan karena percepatan pencapaian target (yang
diambil dari target tahun yang akan datang, bisa 1 atau 2 tahun).
12 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
LAPORAN UTAMA
(on top), dari realokasi anggaran, atau
Jenis yang kedua adalah penambahan
Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun
kombinasi keduanya. Tambahan anggaran
volume target. Penambahan volume
2010 tetang RKA-K/L mendefinisikan Inisiatif
(on top) merupakan tambahan alokasi
target yang menyebabkan dibutuhkan
Baru sebagai usulan tambahan rencana
yang dapat berupa Rupiah Murni, Pinjaman
penambahan anggaran yang diakibatkan
kinerja selain yang telah dicantumkan dalam
atau Hibah. Penambahan anggaran ini akan
oleh perubahan kebijakan, baik kebijakan
prakiraan maju, baik berupa program,
menyebabkan bertambahnya anggaran
yang ada pada kegiatan prioritas nasional,
kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.
baseline.
prioritas bidang, atau prioritas K/L.
Selanjutnya definisi tersebut dijabarkan
Misal Kementerian Pekerjaan Umum
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Sumber pendanaan yang berasal dari
melaksanakan pembangunan jalan pada
Perencanaan Pembangunan Nasional/
realokasi anggaran didapat dari realokasi
tahun 2011 sepanjang 50 km dengan
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
tahun yang direncanakan atau realokasi
volume prakiraan maju: tahun 2012
Nasional Nomor 1 tahun 2011 tentang
antar
tahun.
Realokasi
tahun
yang
sepanjang 100 km; dan tahun 2013
Tata Cara Penyusunan Inisiatif Baru: “Inisiatif
direncanakan merupakan realokasi dengan
sepanjang 150 km. Saat penyusunan
Baru adalah kebijakan baru atau perubahan
mengambil anggaran dari program/
anggaran tahun 2012, ada perubahan
kebijakan berjalan yang menyebabkan
kegiatan lain pada tahun yang direncanakan,
kebijakan yang menyebabkan perubahan
adanya konsekuensi anggaran, baik pada
tanpa
mengubah
total
anggaran
tahun
(mengalami penambahan) volume target
anggaran baseline maupun anggaran
direncanakan. Syaratnya target program/
menjadi 120 km. Penambahan volume
ke depan. Inisiatif baru dapat berupa
kegiatan yang direalokasi tidak boleh
sebanyak 20 km (semula 100 km menjadi
penambahan program (priority focus)/
berubah. Sedangkan realokasi antar tahun
120 km) diklasifikasikan sebagai inisiatif
outcome/kegiatan/output baru, penambahan
dilakukan
dengan
mengambil
anggaran
baru yang diajukan oleh Kementerian
volume target, atau percepatan pencapaian
program yang sama di tahun selanjutnya.
Pekerjaan
target.”
perubahan angka
dasar
(baseline).
Misalnya
Y pada Umum.
Tahun 2011 memiliki 3 Unit Eselon
Namun
syaratnya
adalah
targetKementerian
jangka
I
dan
melaksanakan
3
program
(Program
A,
B,
dan
C).
Pada
tahun
2012yang
terjadi
reorganisasi
menengah tidak berubah. Pendanaan ini
Jenis inisiatif baru
terakhir
adalah pada
Adanya
mekanisme
Inisiatif
Baru
Kementerian digunakan
A yang berakibat
adanyausulan
penambahan
(satu) Unit
Eselon Itarget.
dengan
melaksanakan
untuk mendanai
Inisiatif 1percepatan
pencapaian
Inisiatif
baru
merupakan
penguatan
penerapan
suatu
program
baru
(Program
D).
Program
D
ini
diklasifikasikan
sebagai
inisiatif
baru
Baru jenis Percepatan Pencapaian Target.
jenis ini merupakan penambahan (sebelumnya
target
pendekatan KPJM. KPJM adalah pendekatan
ada) termasuk kegiatan dan output yang dihasilkanbaru
padayang
tahun
2012. output pada tahun
menambah
yang digunakan oleh pembuat tidak
kebijakan
direncanakan
karena
percepatan
dimaksudkan untuk memotret implikasi
Jenis yang kedua adalah penambahan volumeyang
target.
Penambahan
volume
target yang
pencapaian
target
(yang
diambil
dari baik
kebijakan yang disusun dan ditetapkan
saat
menyebabkan
dibutuhkan
penambahan
anggaran
yang
diakibatkan
oleh
perubahan
kebijakan,
Ruang Lingkup Inisiatif Baru
tahunbidang,
yang akan
1 Misal
ini terhadap besaran anggaran kebijakan
yang akan yang ada pada kegiatan prioritas nasional, target
prioritas
atau datang,
prioritasbisaK/L.
Ruang
lingkup
baru pembangunan
dapat
atau 2jalan
tahun).
Penambahan
target
output 50 km
ditimbulkan pada tahun-tahun Kementerian
anggaran
Pekerjaan
Umuminisiatif
melaksanakan
pada
tahun 2011
sepanjang
dikelompokkan
menjadi
tiga jenis.
yang
disebabkan
olehtahun
perubahan
berikutnya. Untuk sebuah kebijakan
akan
dengan
volume
prakiraan maju:
tahun
2012Jenis
sepanjang
100 km; dan
2013 kebijakan
sepanjangbaik
150 km.
pertama
adalah
program
baru,
kegiatan
untuk
kegiatan yang
prioritas
nasional, prioritas
dihitung anggaran beserta perhitungan
Saat penyusunan anggaran tahun 2012, ada perubahan
kebijakan
menyebabkan
perubahan
baru, atau output
baru. target
Inisiatif baru
jenis120 bidang
maupun prioritas
namun20 km
biaya prakiraan maju-nya dalam
jangka penambahan)
(mengalami
volume
menjadi
km. Penambahan
volumeK/L,
sebanyak
dapat
terjadi
apabila
ada
kebijakan
baru
percepatan
pencapaian
target
tidak
boleh oleh
waktu 3 tahun ke depan. Angka(semula
prakiraan 100 inikm
menjadi 120 km) diklasifikasikan sebagai inisiatif baru yang diajukan
atau
perubahan
kebijakan
yang
sedang
mengubah
pagu
anggaran
baseline
jangka
maju tersebut merupakan angka
dasar
Kementerian Pekerjaan Umum.
berlangsung (existing) yang berakibat
menengah. Sebagai contoh, Kementerian
(baseline) dalam rangka pengalokasian
Jenis inisiatif baru yang terakhir adalah percepatan pencapaian target. Inisiatif baru jenis ini
perubahan angka dasar (baseline). Misalnya
Pendidikan Nasional memberikan Bantuan
anggaran tahun yang direncanakan. Angka
merupakan penambahan target baru yang menambah output pada tahun yang direncanakan karena
Kementerian Y pada Tahun 2011 memiliki 3
Operasional Sekolah (BOS) pada Tahun
dasar tersebut selanjutnya disesuikan
percepatan pencapaian target (yang diambil dari target tahun yang akan datang, bisa 1 atau 2 tahun).
Unit Eselon I dan melaksanakan 3 program
2011 kepada 1000 siswa dengan volume
dengan parameter. Angka dasar yang telah
Penambahan target output disebabkan oleh perubahan kebijakan baik untuk kegiatan prioritas
(Program
A,
B,
dan
C).
Pada
tahun
2012
prakiraan maju: Tahun 2012 sebanyak 1200
disesuaikan tersebut ditambah dengan
nasional, prioritas
maupunpada
prioritas
K/L, namun percepatan pencapaian target tidak boleh
terjadi bidang
reorganisasi
Kementerian
siswa; dan Tahun 2013 sebanyak 1500
inisiatif baru menjadi anggaran tahun yang
mengubah pagu
anggaran
jangka menengah.
Sebagai contoh, Kementerian Pendidikan
A yang
berakibatbaseline
adanya penambahan
1
siswa (baseline 2011-2014 sebanyak 5000
direncanakan. Jika tidak ada kebijakan
Nasional memberikan
Bantuan
Operasional
Sekolah
(BOS)
pada Tahun 2011 kepada 1000 siswa
(satu) Unit Eselon I dengan melaksanakan
siswa). Saat penyusunan anggaran tahun
baru, maka prakiraan maju tersebut akan
dengan volume
prakiraan
maju:
Tahun
2012
sebanyak
1200
siswa;
Tahun 2013 sebanyak 1500
suatu program baru (Program D). Program
2012 terjadi dan
perubahan
kebijakan yang
ditetapkan sebagai alokasi anggaran K/L
siswa (baseline
2011-2014
sebanyak
siswa).
penyusunan anggaran
2012 terjadi
D ini
diklasifikasikan
sebagai5000
inisiatif
baru Saat
mengharuskan
percepatantahun
pencapaian
pada tahun berikutnya.
perubahan kebijakan
yang
mengharuskan
percepatan
pencapaian
target
pemberian
BOS
(sebelumnya tidak ada) termasuk kegiatan
target pemberian BOS dengan perubahandengan
perubahan
berikut:
Mekanisme Inisiatif Baru mengatur
tata sebagai
dan output yang dihasilkan pada tahun
sebagai berikut:
cara apabila ada kebijakan baru yang belum
2012.
masuk dalam perencanaan yang ada.
Tahun
Setiap K/L dapat mengajukan inisiatif
2011
2012
2013
2014
Uraian
baru sesuai dengan ketersediaan
(Sebelumnya)
(Tahun yang
(Prakiraan Maju 1)
(Prakiraan Maju 2)
direncanakan
ruang fiskal untuk mendanai
1.000
1.200
1.500
1.300
inisiatif baru tersebut. Ketersediaan Target BOS (lama)
dana untuk Inisiatif Baru dapat Target BOS (baru)
1.000
1.500
1.700
800
bersumber dari tambahan anggaran
(jadi matriks) Selain hal tersebut di atas, perubahan lain yang bukan merupakan inisiatif baru,
adalah :
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
13
1. Penyesuaian anggaran terhadap parameter ekonomi antara lain berupa penyesuaian terhadap
inflasi, kurs;
2. Penyesuaian anggaran terhadap parameter non-ekonomi, seperti perubahan SBU dan SBK
3. Menetapkan output mana yang bersifat on-going/non-on-going;
4. Menetapkan Komponen Input mana yang dibutuhkan untuk menghasilkan output;
5. Menetapkan
Komponen Input mana yang bersifat on-going/non-on-going.
LAPORAN
UTAMA
(jadi matriks) Selain hal tersebut di atas,
perubahan lain yang bukan merupakan
inisiatif baru, adalah :
Inisiatif
Baru
dan
Anggaran Tahun 2012
Perhitungan Inisiatif Baru
Alokasi
Inisiatif baru dapat dihitung setelah
penyesuaian baseline dilakukan sehingga
1.
Penyesuaian
anggaran
terhadap
ruang fiskal diketahui. Penghitungan
parameter ekonomi antara lain berupa
anggaran untuk
Inisiatifterhadap
Baru inflasi,
dan kurs;
Alokasi Anggaran
Tahuninisiatif
2012 baru harus
penyesuaian
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Usulan angka inisiatif baru yang sudah
mendapatkan persetujuan selanjutnya
ditambahkan kedalam angka baseline
yang telah disesuaikan sebelumnya. Angka
gabungan merupakan angka atau jumlah
2.
Penyesuaian Usulan
anggaran
angka terhadap
inisiatif baru
yang sudah
persetujuan
ditambahkan
alokasi selanjutnya
anggaran untuk
suatu program
1. Mengacu
pada mendapatkan
tujuan dari proposal
parameter
tahun
2012.
Gambaran
penghitungan
kedalam non-ekonomi,
angka baselineseperti
yang telah disesuaikan
sebelumnya.
Angka
gabungan
merupakan
angka
atau
yang diajukan. Tujuan yang terdapat
perubahan SBU dan SBK selama tidak
menjadi
angka
gabungan
atau
alokasi
dalam
proposaltahun
mengacu
atauGambaran
harus
jumlah total
alokasi
untuk suatu
program
2012.
penghitungan menjadi angka
mengubah
paguanggaran
K/L dan tetap
anggaran tahun 2012, sebagai berikut:
sesuai
dengan
Arahberikut:
Kebijakan dan
gabungan
anggaran
tahun
2012,
sebagai
menjaga
outputatau
danalokasi
outcome
yang
Prioritas Pembangunan Nasional
sudah ditetapkan;
yang ditetapkan Presiden (di awal
2012
2013 2014
Tahun
tahun berjalan). Tujuan tersebut juga
3.Perubahan target tanpa mengubah
menginformasikan mengenai rincian
1,00
1,04 1,08
Indeks
Uraian
Baru
(B) /
Lama
(L)
Tahun
Awal
Tahun
Akhir
Sifat
Biaya
Indeks
Biaya
2012
Tahun yang
direncanakan
2013
PM 1
2014
PM 2
3.140
3.584
7.617
10
10
10
10
1.000
1.040
1.080
1.125
10
12
14
2.000
2.400
2.800
100
104
108
2011
sebelumnya
Program
Kegiatan
Output 1
Volume Output
Tanpa Sub-output
Komponen 1
L
2011
utama
Ya
100
Output 2
Volume Output
Tanpa Sub-output
Komponen 1
B
2012
utama
tdk
200
Komponen 2
B
2012
pendukung
ya
100
anggaran yang telah ditetapkan (diluar
prioritas
nasional, prioritas bidang dan
prioritas K/L), seperti perubahan target
program dan kegiatan non-prioritas;
4.Penambahan target yang disebabkan
tidak tercapainya target tahun
sebelumnya, sehingga target tahun ini
ditambahkan, tapi total pagu anggaran
unit kerja tidak berubah, seperti
Luncuran (carried over) target yang
tidak tercapai pada tahun sebelumnya;
5.
Jenis-jenis
perubahan
anggaran lainnya.
kebijakan/
informasi kinerja dan rincian anggaran
secara jelas, spesifik, dan terukur;
2.Menetapkan output mana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan
jumlah volumenya;
3. Menetapkan output mana yang bersifat
on-going/non-on-going;
4. Menetapkan Komponen Input mana
yang dibutuhkan untuk menghasilkan
output;
5. Menetapkan Komponen Input mana
yang bersifat on-going/non-on-going.
14 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
-
3 LAPORAN UTAMA
Perbaikan Dan Penyesuaian
Angka Dasar
Oleh: M. Rifki, Dit. SP
Penyesuaian Angka Dasar merupakan proses menjadikan Angka Dasar
yang disusun tahun sebelumnya (misal tahun 2011) sesuai dengan asumsiasumsi atau parameter yang akan terjadi pada tahun yang direncanakan
(misal tahun 2012).
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
15
LAPORAN UTAMA
Penerapan pendekatan Penganggaran
Indikatif dari tahun anggaran yang
disesuaikan ditambah dengan angka
Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka
direncanakan
alokasi anggaran usulan inisiatif baru
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
menyusun anggaran.
akan menjadi alokasi anggaran tahun
secara penuh merupakan komitmen
Angka Dasar yang dihasilkan ketika
yang direncanakan. Gambaran utuh
Pemerintah
dilaksanakan
menyusun anggaran tahun sebelumnya
hubungan antara angka prakiraan
Kementerian Negara dan Lembaga
(misal tahun 2011) kemungkinan masih
maju, penyesuaian angka dasar, inisiatif
(K/L) sejak tahun 2011. Penerapan PBK
memiliki beberapa kesalahan sehingga
baru, dan alokasi anggaran tahun yang
memberikan kerangka dasar dalam
perlu
direncanakan sebagaimana diagram di
penyusunan anggaran yang berdasarkan
anggaran tahun yang direncanakan
kinerja yang akan dihasilkan oleh K/L.
(tahun 2012). Perbaikan tersebut juga
Implementasinya diwujudkan dalam
meliputi perubahan-perubahan asumsi
hasil
dan
pada tahun yang direncanakan yang
kegiatan K/L. Keluaran (Output) yang
berbeda dengan tahun sebelumnya dan
dihasilkan dari pelaksanaan program
menyebabkan angka dasar tersebut
dan kegiatan yang dilaksanakan K/L
juga perlu disesuaikan.
akan diproyeksikan menjadi Prakiraan
Angka
Maju.
angka
awal ketika akan menyusun
yang
restrukturisasi
program
Prakiraan Maju didefinisikan sebagai
yang
diperbaiki
anggaran
dibuat
saat
Dasar
ketika
penyusunan
merupakan
berdasarkan proyeksi
bawah ini.
Perbaikan Angka Dasar
Penyempurnaan KPJM (Angka Dasar)
harus dilakukan untuk memberikan
dasar (benchmark) yang jelas dalam
penyusunan anggaran tahun berkenaan.
Tahap awal dari penyempurnaan Angka
Dasar adalah memperbaiki Angka
perhitungan kebutuhan dana untuk
KPJM. Keakuratan dari angka dasar
tahun anggaran berikutnya dari tahun
akan menunjukkan secara jelas ruang
Dasar tersebut. Kesalahan-kesalahan
yang direncanakan. Fungsinya adalah
fiskal untuk tiap tahun anggaran yang
angka dasar awal harus di perbaiki
untuk
kesinambungan
selanjutnya digunakan untuk pendanaan
program dan kegiatan yang telah
Inisiatif Baru (New Initiative). Inisiatif Baru
dipertanggungjawabkan (reliable).
disetujui dan menjadi dasar penyusunan
adalah usulan tambahan rencana kinerja
Alasan utama untuk memperbaiki
anggaran
berikutnya. Total
selain yang telah dicantumkan dalam
angka dasar adalah kurang tepatnya
keseluruhan Prakiraan Maju suatu K/L
prakiraan maju, yang berupa program,
K/L dalam mengklasifikasikan “berhenti”
akan menjadi indikasi pagu awal K/L
kegiatan, keluaran, dan/atau komponen.
atau “berlanjut” untuk Output atau
untuk tahun berikutnya yang disebut
Inisiatif Baru merupakan mekanisme
komponen,
juga dengan Angka Dasar (baseline).
yang dilaksanakan untuk menguatkan
komponen “utama” atau “pendukung”,
Angka Dasar merupakan indikasi pagu
pelaksanaan KPJM. Mekanisme Inisiatif
atau ketika mencantumkan Volume
prakiraan maju dari kegiatan-kegiatan
Baru dilaksanakan oleh K/L untuk
Output pada Prakiraan Maju.
yang
kegiatan-
melaksanakan kebijakan baru yang
kegiatan tahun jamak berdasarkan
belum masuk dalam kebijakan yang
kebijakan yang telah ditetapkan dan
telah ada.
menjadi
Penggabungan angka dasar yang telah
memastikan
tahun
berulang
acuan
dan/atau
penyusunan
Pagu
16 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
yang mungkin terjadi disaat menetapkan
sehingga menunjukan angka yang dapat
mengklasifikasikan
Kesalahan pada Angka Dasar akan
berdampak sangat besar dalam prakiraan
maju ditahun berikutnya terutama
kesalahan dalam pencantuman Volume
LAPORAN UTAMA
Output
atau
pembiayaan
oleh
donor
belum
lainnya, dan tidak ada persetujuan
untuk meneruskan pembiayaan
tersebut; atau
3. Kegiatan yang didanai dari BA 999.
dimasukkan
ke Prakiraan
Maju
atau
O u t p u t
Output,
contoh: kegiatan suatu K/L pada
salah diklasifikasikan sebagai
“berhenti”.
yang
direncanakan akan dilaksanakan 100
tersebut
teknis sehingga Volume Output pada
Prakiraan Maju tercantum 10.000. Hal
ini akan terjadi peningkatan Angka
Dasar yang sangat signifikan, untuk itu
perlu dilakukan perbaikan Angka Dasar.
diklasifikasikan
sebagai
output
berhenti menjadi output berlanjut
namun hal ini akan mengurangi
ruang fiskal K/L dalam mengajukan
2. Lakukan pengecekan satker mana
100.000 dan untuk tahun berikutnya
Output lagi namun terjadi kesalahan
mereklasifikasi output yang telah
inisiatif baru.
tahun 2011 menghasilkan Output
100 dengan biaya per Output Rp.
K/L memiliki kesempatan untuk
menyebabkan
masalah
Perbaikan kesalahan klasifikasi “utama”
dan “pendukung”
Setelah pengecekan dan pemeriksaan
sehingga
kesalahan-kesalahan
yang
Reklasifikasi
terhadap
komponen
terjadi pada Angka Dasar dapat
input dari “komponen input utama”
diidentifikasi maka, perbaikan Angka
menjadi “komponen input pendukung”
Dasar dapat dilakukan.
akan memberikan dampak terhadap
angka dasar awal yang telah disusun.
Langkah-langkah yang dilakukan K/L
Perbaikan kesalahan klasifikasi “berhenti”
Karakteristik
untuk
atau “berlanjut”
pendukung” harus diindeks dan tidak
menelusuri
kesalahan
atau
kekurangtepatan Angka Dasar sebagai
berikut:
1. Pengecekan program/kegiatan
Angka prakiraan maju (misal tahun
2012)
yang ditetapkan tahun
sebelumnya, lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan pagu program/
kegiatan tahun 2011 (misalnya
Untuk dapat memperbaiki kesalahan
karena
salah
mengklasifikasikan
“berhenti” atau “berlanjut”, harus
diketahui terlebih dahulu Output atau
komponen input mana yang harus
diklasifikasikan “berhenti”
tersebut mungkin akibat kesalahan
memasukkan Volume Output;
b. Jika nilainya jauh lebih rendah, hal ini
dapat diakibatkan karena Volume
input
terkait langsung dengan perubahan
Volume Output.
Jika hal tersebut
diubah menjadi “komponen input
utama” yang berkarakteristik terkait
langsung dengan Volume Output (tidak
diindeks) atau sebaliknya tentu akan
merubah struktur anggaran (tahapan
proses pencapaian Output). K/L bisa
Klasifikasi berhenti diberikan kepada:
melakukan reklasifikasi ini sepanjang
tidak menambah pagu anggaran.
dengan deviasi 10%)
a. Jika nilainya jauh lebih besar, hal
“komponen
1. Proyek jangka pendek atau proyek
dengan waktu yang terbatas, seperti
pembangunan gedung baru;
Perbaikan
kesalahan
dalam
pencantuman Volume Output
2. Proyek yang didanai oleh Hutang
Beberapa
K/L
mungkin
telah
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
17
LAPORAN UTAMA
besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya
direncanakan.
Dalam
Ketika
penyesuaian
dilakukan
asumsi
parameter
dengan
memperbaiki Angka Dasar, K/L dapat
inflasi
memperbaiki pencantuman Volume
baru
untuk
Pemberian
yang
Angka
2.
Penyesuaian
disusun tahun sebelumnya (misal tahun
ekonomi.
Lingkup
secara
manual
oleh
perencana.
Selain
(tahun 2014). Penyesuaian tersebut
yang
pegawai
disesuaikan
dengan
perubahan database kepegawaian.
b.Penambahan atau pengurangan
target Volume Output.
meliputi :
Selain diakibatkan oleh pemberian
sanksi,
juga
pengurangan
dapat
terjadi
anggaran
jika
K/L
melakukan optimalisasi. Dalam hal
pengurangan anggaran tersebut
merupakan hasil optimalisasi K/L
dapat mengajukan inisiatif baru
a. Penyesuaian perhitungan belanja
Prakiraan Maju baru untuk 2 (dua)
tahun dari tahun yang direncanakan
ekonomi
adalah: penyesuaian parameter, penyesuaian
Angka Dasar juga meliputi penyusunan
parameter
yang harus dilakukan penyesuaian
yang secara otomatis dilakukan oleh
disesuaikan
non-
kebijakan pemerintah atau K/L.
disesuaikan yaitu parameter ekonomi
yang
parameter
parameter yang berkaitan dengan
tahun 2012). Parameter yang perlu
ekonomi
anggaran
mengurangi target Volume Output
Parameter ekonomi merupakan
pada tahun yang direncanakan (misal
sistem aplikasi dan parameter non-
yang
yang direncanakan.
proses menjadikan Angka Dasar yang
atau parameter yang akan terjadi
2011
dikarenakan oleh sanksi tidak boleh
Penyesuaian Angka Dasar merupakan
2011) sesuai dengan asumsi-asumsi
ditahun
Pengurangan
oleh sistem aplikasi.
Dasar
sepenuhnya
di tahun 2012 (Angka Dasar).
secara otomatis akan dilakukan
Penyesuaian
tidak
K/L
pengurangan pada prakiraan maju
Penyesuaian parameter ekonomi
(RKP).
kepada
akan memberikan efek terhadap
atau penurunan asumsi inflasi.
Rencana Kerja Pemerintah
yang
anggaran
berkurang sesuai dengan kenaikan
dengan Volume Output yang tercantum
sanksi
Maju.
akan mengakibatkan pengurangan
pengeluaran dapat meningkat atau
Volume Output dapat dibandingkan
Prakiraan
melaksanakan anggaran tahun 2010
menyusun
anggaran tahun 2012 prakiraan
Output tersebut. Pengecekan terhadap
dalam
berdasarkan
tahun 2012 menjadi lebih tepat.
mencantumkan Volume Output lebih
yang dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme pengajuannya.
d. Pengurangan target volume dan
anggaran.
Pengurangan Volume Output dan
K/L dapat menaikan Volume Output
anggaran
dapat
untuk setiap kegiatan tapi tanpa
dalam evaluasi tahun sebelumnya
menambah anggaran, sedangkan
Volume
Output
dilakukan
yang
jika
menjadi
untuk penguragan target Volume
target tidak mampu dicapai oleh
1. Penyesuaian parameter ekonomi
Output hanya boleh untuk Output
K/L atau K/L melakukan prioritas
yang merupakan non-prioritas atau
ulang pembiayaan untuk Output
prioritas K/L
baru, atau menaikkan target Output
Setiap
tahun
prakiraan
inflasi
berbeda dari tahun sebelumnya,
oleh karena itu perlu dilakukan
update terhadap asumsi inflasi yang
akan digunakan pada tahun yang
c. Pengurangan anggaran.
direncanakan (misal tahuan 2012).
Asumsi inflasi digunakan sebagai
parameter
penyesuaian
agar
pengeluaran yang direncanakan di
18 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Sesuai peraturan Menteri Keuangan
tentang penerapan Penghargaan
dan sanksi tahun 2011 secara
langsung
akan
mempengaruhi
Angka Dasar yang telah disusun
lainnya. Pengurangan Volume Output
dan anggaran hanya dapat dilakukan
untuk kegiatan non-prioritas atau
prioritas K/L.
e.Realokasi anggaran dan target
Output serta pagu K/L.
Output dalam melakukan penyesuaian sepanjang dalam pagu anggaran yang tetap.
Realokasi dapat dilakukan antar program, kegiatan, output dan satker termasuk antar
lokasi. Batasan yang diberikan adalah realokasi tidak dapat dilakukan dari priotas nasional
atau prioritas bidang ke non-prioritas atau prioritas K/L.
f.
Dalam melaksanakan KPJM K/L
diberikan
fleksibelitas
dalam
melakukan realokasi target Output
dalam
melakukan
penyesuaian
tetap.
Realokasi
dapat
dilakukan antar program, kegiatan,
output dan satker termasuk antar
lokasi. Batasan yang diberikan
adalah
realokasi
Dalam
melakukan
penyesuaian
Dasar
utama dari
penerapanAngka
KPJM
tidak
LAPORAN UTAMA
Dasar,
K/L diberikan
fleksibilitas
penyesuaian
angka dasar,
dan
untuk
inisiatif
memindahkan Volume Output ke tahun anggaran berikutnya sesuai dengan pertimbangan-
adalah rolling budget. Sebagai
baru, di bawah ini disajikan tabel
bagian dari penyusunan anggaran
ringkasan:
pertimbangan pencapaian Output tersebut. Memindah target Volume Output ke masa
depan tidak diikuti dengan carried over anggarannya.
setiap tahun maka prakiraan maju
g. Membuat prakiraan maju baru.
sepanjang dalam pagu anggaran
yang
Memindahkan target Volume Output ke masa depan.
yang baru harus ditambahkan
Tabel Perbandingan Perbaikan Angka
Angka
Dasar, dan
Dasar utama dari penerapan KPJM adalah rolling Dasar,
budget.Penyesuaian
Sebagai bagian
dari penyusunan
dalam
Dasarprakiraan
yang telah
anggaran
setiapAngka
tahun maka
maju yang
baru harus
Inisiatif
Baru ditambahkan dalam Angka
disusun
Dasar yang
telahsebelumnya.
disusun sebelumnya.
Contoh:
Contoh:
Tahun
dapat
Anggaran
dilakukan dari priotas nasional atau
2011
TA
xx.xxx
2012
PM 1
xx.xxx
2013
PM 2
xx.xxx
prioritas bidang ke non-prioritas
atau prioritas K/L.
f.Memindahkan
Tahun
target
Angka
melakukan
Dasar,
2012
TA
xx.xxx
2013
PM 1
xx.xxx
2014
PM 2
xx.xxx
Output ke masa depan.
Dalam
Anggaran
Volume
2011
Realisasi
xx.xxx
Penyesuaian Angka dasar yang dilakukan oleh K/L dilakukan dengan jangka waktu 3 (tiga) kali
penyesuaian
dalam
K/L
Angka
dasarpagu
yangangggaran, dan pagu definitif. Hal ini sejalan
setahun
yaituPenyesuaian
sebelum pagu
indikatif,
dilakukan
olehInisiatif
K/L dilakukan
dengan
diberikan
dengan waktu
pengajuan
Baru.
fleksibilitas untuk memindahkan
jangka waktu 3 (tiga) kali dalam setahun
Volume Output ke tahun anggaran
yaitu sebelum pagu indikatif, pagu
berikutnya
dengan
angggaran, dan pagu definitif. Hal ini
per timbangan-per timbangan
sejalan dengan waktu pengajuan Inisiatif
pencapaian
Baru.
sesuai
Output
tersebut.
5 Memindah target Volume Output
ke masa depan tidak diikuti dengan
carried over anggarannya.
g. Membuat prakiraan maju baru.
No.
Ringkasan
Dalam rangka memperjelas hubungan
antara
Perbaikan Angka Dasar
perbaikan
angka
dasar,
Penyesuaian Angka Dasar
Prioitas Nasional, Bidang
Non-prioritas, Prioritas K/L
Inisiatif Baru
Kesalahan klasifikasi Output dan
Komponen input “berhenti” atau
“Berlanjut”.
Kesalahan klasifikasi Komponen Input
“utama” atau “Pendukung”.
Inflasi, Kurs
Inflasi, Kurs
Program baru
Realokasi anggaran dalam pagu
prioritas
Perubahan Volume Output
Kegiatan baru
Kesalahan pencantuman Volume Output.
Pengurangan anggaran
Pengurangan anggaran
Output Baru
4.
Menaikkan Volume Output
Pengurangan Volume
Output dan anggaran
Outcome Baru
5.
Memindahkan Volume Output
ke masa depan
Realokasi anggaran dalam
pagu K/L
Penambahan target
Volume Output
6.
Membuat prakiraan maju baru
Memindahkan Volume
Output ke masa depan
Percepatan
pencapaian target
1.
2.
3.
7.
Membuat prakiraan maju
baru
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
19
PERENCANAAN ANGGARAN
PP Nomor 90 Tahun 2010
Tentang Penyusunan RKA-K/L
Edy Sudarto : Kepala Seksi Evaluasi Kinerja Penganggaran
Di akhir tahun 2010 telah terbit PP Nomor
90 Tahun 2010 Penyusunan RKA-K/L
sebagai pengganti PP Nomor 21 Tahun
2004. PP Nomor 90 Tahun 2010 tersebut
pada prinsipnya mengatur mekanisme
dan business process perencanaan dan
penganggaran yang merupakan hulu dari
sistem pengelolaan keuangan. Meskipun
demikian, di lingkungan para pengelola
keuangan tersebut timbul beragam
pendapat dan pandangan terhadap
lahirnya PP 90 tahun 2010, sebagian
menanti kehadirannya dan sebagian lagi
lebih menunggu rencana operasionalisasi
20 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
ketentuan tersebut sembari mereka-reka
perubahan apa yang akan mempengaruhi
pola kerjanya yang selama ini telah dijalani.
Ibarat pepatah “tak kenal maka tak sayang”,
maka tulisan ini dimaksudkan untuk
mencoba mengenal sedikit beberapa
materi yang termuat dalam PP 90 Tahun
PERENCANAAN ANGGARAN
2010 tersebut. Dan sebagaimana lazimnya
bahwa setiap orang mempunyai perspektif
dan kacamata yang berbeda dalam melihat
sesuatu yang baru, tergantung dari arah
mana dia berdiri. Kebetulan Penulis saat ini
dalam posisi yang tidak terlibat langsung
dalam proses penanganan RKA-K/L dan
hanya sedikit mengetahui beberapa hal
terkait mekanisme penganggaran.
Pengertian RKA-K/L
Dalam PP Nomor 21 Tahun 2004, RKA-K/L
diartikan sebagai dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi program
dan kegiatan suatu kementerian/lembaga
yang merupakan penjabaran dari RKP
dan Renstra K/L yang bersangkutan dalam
satu tahun anggaran serta anggaran
yang diperlukan untuk melaksanakannya.
Sementara, dalam PP Nomor 90 Tahun
2010 pengertian RKA-K/L diubah menjadi
dokumen rencana keuangan tahunan
kementerian/lembaga
yang
disusun
menurut Bagian Anggaran kementerian/
lembaga. Perubahan ini sepintas terkesan
biasa dan normatif, namun sepertinya PP
Nomor 90Tahun 2010 mencoba melakukan
inisiasi efisiensi melalui perubahan dari sisi
administrasi.
Seperti diketahui bersama bahwa saat ini
beragam jenis, bentuk, dan variasi dokumen
yang dibuat oleh lementerian/lembaga
yang apabila dicermati lebih seksama, pada
prinsipnya memuat hal yang sama. Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L),
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/
Lembaga
(RKA-K/L), Daftar
Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA), dan Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
masing-masing memuat hal yang secara
prinsip sama yaitu suatu rencana kinerja
suatu Kementerian/Lembaga dalam satu
tahun berikut anggaran yang dibutuhkan
untuk mencapai kinerja tersebut.
Berbagai macam dokumen tersebut
mempunyai implikasi dibutuhkannya cost
dalam penyusunannya, baik uang, waktu,
bahan, dan tenaga. Selain itu, masingmasing dokumen tersebut diikuti dengan
berbagai aplikasi software sehingga dalam
suatu satker dapat dimungkinkan terdapat
paling sedikit 3 (tiga) aplikasi yang masingmasing mempunyai perbedaan-perbedaan
meskipun output-nya sama. Aplikasi itupun
tentu membutuhkan cost, baik dari sisi
pembuatannya maupun bagi satker yang
kemungkinan mempunyai jumlah pegawai
yang terbatas.
PP Nomor 90 Tahun 2010 yang memaknai
RKA-K/L sebagai suatu dokumen rencana
keuangan tahunan Kementerian/Lembaga
semoga dapat menjadi pintu masuk bagi
integrasi berbagai dokumen yang secara
prinsip mengandung muatan yang sama
sehingga dapat menciptakan efisiensi
pengelolaan anggaran pada tahap yang
paling awal. Yang perlu digarisbawahi
adalah
pengintegrasian
dokumen
anggaran tersebut tidak serta merta akan
menghilangkan fungsi bawaan dari jenisjenis dokumen sebelumnya. Pada tahap
perencanaan, RKA-K/L berfungsi sebagai
dokumen perencanaan dan penganggaran
yang selanjutnya menjadi bahan dalam
penyusunan
Rancangan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN).
Pada tahap selanjutnya, RKA-K/L juga
berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan
APBN apabila seluruh isinya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan. Pada tahapan yang
lain, RKA-K/L juga menjadi bahan dalam
melakukan audit, pemeriksaan, monitoring,
dan evaluasi serta bahan dalam menyusun
pertanggungjawaban APBN.
Secara teori, satu dokumen dengan
beragam fungsi akan dapat menciptakan
efisiensi
tanpa
mengurangi
aspek
akuntabilitasnya dan tentu perubahan ke
arah tersebut perlu dijadikan sebagai bahan
diskusi lebih lanjut dalam rangka perbaikan
dalam pengelolaan APBN.
Proses Bisnis Penyusunan RKAK/L
Menurut Penulis, secara prinsip tidak ada
perubahan siklus penyusunan RKA-K/L
dalam PP Nomor 90 Tahun 2010 apabila
dibandingkan dengan PP Nomor 21 Tahun
2004. Perubahan justru terdapat pada
content pada setiap siklus penyusunan RKAK/L dimaksud. Perbandingan pengaturan
proses bisnis penyusunan RKA-K/L dalam
kedua peraturan pemerintah di atas dapat
dipetakan sebagaimana dalam Gambar 1.
Dari pemetaan pada Gambar 1 tersebut,
terlihat bahwa dalam proses penyusunan
RKA-K/L perlu adanya pengklasifikasian
antara kebijakan berjalan dan kebijakan
baru yang akan diusulkan pada tahun yang
Gambar 1
Dari pemetaan pada Gambar 1 tersebut, terlihat bahwa dalam proses
penyusunan RKA-K/L perlu adanya pengklasifikasian
antara
berjalan dan
Warta anggaran
| 21kebijakan
Tahun 2011
kebijakan baru yang akan diusulkan pada tahun yang direncanakan. Berdasarkan best
practice, pengklasifikasian dimaksud sangat penting dan dapat menciptakan peluang
21
PERENCANAAN ANGGARAN
direncanakan. Berdasarkan best practice,
pengklasifikasian dimaksud sangat penting
dan dapat menciptakan peluang efisiensi
waktu dalam proses penyusunan RKAK/L karena dalam setiap pembahasan,
baik dalam proses pembahasan di internal
Pemerintah maupun antara Pemerintah dan
DPR, akan difokuskan pada usulan kebijakan
baru. Namun demikian, pengaturan baru
mengenai pengklasifikasi yang terdapat
dalam PP Nomor 90 Tahun 2010 tersebut
perlu dielaborasi lebih detail sehingga dapat
mudah dipahami dan diterapkan oleh para
pemangku kepentingan.
Ketentuan lain dalam proses bisnis ini
adalah dalam hal penelahaan RKAK/L antara Kementerian/Lembaga dan
Kementerian Keuangan serta Bappenas
yang pengaturannya dibuat lebih berbobot.
Dalam PP Nomor 21 Tahun 2004,
penelahaan RKA-K/L dipersepsikan sebagai
kegiatan yang lebih bersifat administratif
karena hanya fakus pada kesesuaian RKAK/L dengan pagu yang telah ditetapkan.
Sementara, dalam PP Nomor 90 Tahun
2010, penelaahan merupakan kegiatan
dalam rangka menilai kelayakan anggaran
atas kegiatan-kegiatan yang diusulkan dapat
ditampung dalam RKA-K/L. Perubahan di
atas sangat bagus namun tetap memerlukan
pengaturan yang lebih detail mengenai
mekanisme dan metode dalam menguji
kelayakan dimaksud.
Bagian Anggaran
Umum Negara
Bendahara
Salah satu ketentuan baru yang diatur
dalam PP Nomor 90 Tahun 2010 adalah
mengenai
mekanisme
penyusunan
anggaran Bandahara Umum Negara, atau
yang lebih dikenal dengan BA-BUN.
Pada intinya, pasal-pasal yang mengatur
mengenai BA-BUN dalam PP Nomor
90 Tahun 2010 ini mengadopsi pasalpasal sebelumnya dalam PP dimaksud
yang mengatur RKA-K/L untuk Bagian
Anggaran Kementerian/Lembaga, dimana
ada ketentuan penetapan pagu indikasi,
penetapan alokasi, sampai dengan
penerbitan
dokumen
pelaksanaan
anggaran. Perbedaan utama dibanding
mekanisme
yang
berlaku
dalam
penyusunan RKA-K/L untuk BA K/L adalah
adanya pejabat yang menjalankan fungsi
sebagai Pembantu Pengguna Anggaran
(PPA) serta adanya ketentuan penerbitan
dokumen pelaksanaan anggaran yang dapat
diterbitkan pada tahun anggaran berjalan.
Seluruh ketentuan yang menyangkut BABUN tersebut pada hakekatnya merupakan
pengukuhan atas apa yang telah berjalan
selama ini, misalnya fungsi PPA yang
selama ini telah dijalankan oleh beberapa
pejabat unit eselon I lingkup Kementerian
Keuangan.
Meskipun secara mekanisme mengadopsi
pengaturan yang berlaku bagi penyusunan
RKA-K/L, namun RKA BUN tetap memiliki
karakteristik khusus sehingga dalam
pengaturan pelaksanaan teknis nanti
perlu memperhatikan karakteristik khusus
tersebut. Itulah mengapa PP Nomor 90
Tahun 2010 ini memberikan waktu 2 (dua)
tahun bagi penerapan pasal-pasal terkait
BA.
Evaluasi Kinerja Penganggaran
Pengaturan mengenai evaluasi kinerja
penganggaran juga semakin dikembangkan
dalam PP Nomor 90 Tahun 2010 dibanding
dengan PP Nomor 21 Tahun 2004.
Sebagaimana dipahami bersama bahwa
salah satu elemen penting dalam penerapan
penganggaran berbasis kinerja adalah
adanya evaluasi kinerja penganggaran.
Evaluasi kinerja penganggaran pada
hakekatnya
mengandung
pengertian
“melihat ke belakang untuk menentukan
langkah terbaik ke depan”. Oleh karena
itu, PP Nomor 90 Tahun 2010 telah
mengatur beberapa indikator yang perlu
diperhatikan dalam melakukan evaluasi
yang antara lain meliputi tingkat keluaran,
capaian hasil, tingkat efisiensi, konsistensi
antara perencanaan dan implementasi,
dan penyerapan anggaran. Tentu indikatorindikator tersebut dapat diperluas sesuai
dengan kebutuhan pengukuran kinerja
22 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
penganggaran suatu instansi.
PP Nomor 90Tahun 2010 ini telah mengatur
bahwa hasil dari evaluasi tersebut akan
digunakan sebagai bahan penetapan alokasi
anggaran setiap Kementerian/Lembaga.
Dengan demikian, kualitas hasil evaluasi
sangat menentukan kualitas anggaran yang
akan ditetapkan nanti. Mengingat evaluasi
kinerja penganggaran ini mutlak dibutuhkan
di berbagai tingkatan, mulai tingkat makro
sampai dengan mikro dan mulai tingkat
nasional sampai dengan tingkat satker, maka
harus ada kesamaan mekanisme, parameter,
ukuran, dan metode. Oleh karena itu, PP
Nomor 90 Tahun 2010 mengamanatkan
agar Menteri Keuangan perlu menyusun
norma dan pedoman dalam melaksanakan
evaluasi kinerja penganggaran tersebut.
Penutup
Selain mengatur ketentuan yang telah
disebutkan di atas, PP Nomor 90 Tahun
2010 ini juga memuat ketentuan-ketentuan
baru mengenai perubahan RKA-K/L dalam
pelaksanaan APBN dan sistem informasi
yang terintegrasi.
Meskipun PP Nomor 90 Tahun 2010
memuat lebih banyak pengaturan
dibanding PP Nomor 21 Tahun 2004,
namun efektivitas pengaturan tersebut
akan dilihat dari penerapannya. Penetapan
PP Nomor 90 Tahun 2010 bagaimanapun
merupakan upaya menuju penyempurnaan
dan perbaikan bagi pengelolaan keuangan
negara, khususnya dibidang penganggaran.
Namun demikian, PP dimaksud baru
sebuah landasan hukum dan norma
umum. Langkah penting berikutnya
adalah bagaimana mengoperasionalkan
PP tersebut sehingga terwujud tujuan
dari ditetapkan PP sebagaimana tertuang
dalam Penjelasannya, yaitu meningkatkan
kualitas belanja (quality of spending).
Untuk itu, pekerjaan rumah yang harus
segera diselesaikan adalah ditetapkannya
berbagai petunjuk operasional atas norma
umum sebagaimana telah diamanatkan di
beberapa pasal dalam PP Nomor 90 Tahun
2010.
LAPORAN UTAMA
PNBP
Menyoal Ketidakpatuhan
Kementerian/Lembaga
dalam Pengelolaan PNBP
Oleh: Supriyadi & Wahyu Indrawan
Akar permasalahan berulangnya temuan BPK berupa Pungutan Tanpa Dasar Hukum bukan semata-mata terletak
pada ketidakpatuhan K/L terhadap ketentuan di bidang PNBP, namun justru kekakuan ketentuan PNBP yang
mengharuskan penetapan jenis dan tarif PNBP minimal dalam PP sedikit banyak turut menyebabkan timbulnya
permasalahan tersebut. Pendelegasian wewenang penetapan jenis dan tarif PNBP kepada Menteri sebagai alternatif
solusi perlu dipertimbangkan, tetapi tetap perlu kajian lebih lanjut. Apabila berdasarkan hasil kajian ternyata
pendelegasian wewenang penetapan jenis dan tarif PNBP tersebut lebih banyak manfaatnya daripada kerugiannya,
maka revisi UU PNBP perlu dilakukan.
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
23
PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 1997
tentang PNBP, didefinisikan sebagai seluruh
penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak
berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP
memiliki kontribusi yang cukup signifikan
bagi penerimaan negara. Selama lima tahun
terakhir (2006-2010) rata-rata kontribusi
PNBP bagi penerimaan negara sekitar 30%.
Pada tahun 2010 penerimaan PNBP sekitar
Rp270 triliun atau sebesar 27% dari total
penerimaan negara, dengan komposisi
sebagaimana grafik sebagai berikut dibawah
ini.
Penerimaan Sumber DayaAlam (SDA) Migas
dan Dividen merupakan PNBP pada Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara (BA
BUN) yang dikelola di bawah Kementerian
Keuangan. Penerimaan SDA Non Migas
terutama dikelola oleh Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
dan Kementerian Kehutanan. Sementara
Tahun
2007
2008
2009
Kementerian/ Lembaga.
Berbeda dengan penerimaan pajak yang
hanya dikelola oleh satu kementerian
yaitu Kementerian Keuangan dalam hal ini
dikelola oleh Ditjen Pajak, PNBP dikelola
oleh banyak Kementerian atau Lembaga,
terutama untuk penerimaan PNBP Lainnya.
Saat ini, PNBP dikelola oleh lebih dari
3000 satker dengan jenis dari tarif PNBP
sangat beragam yang jumlahnya lebih dari
15.000 jenis. Oleh karena itu, wajar apabila
penertiban pengelolaan PNBP sesuai
ketentuan yang berlaku bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah.
Temuan BPK terkait PNBP
Hasil pemeriksaan BPK dari tahun ke tahun
menunjukkan temuan yang sama yaitu
tingginya Pungutan Tanpa Dasar Hukum
atau Terlambat Setor, dan belum ada
kecenderungan turun. Hal ini dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Jenis Temuan
Jumlah K/L
Nilai Temuan
11
Rp286,41 miliar
10
Rp76,38 miliar
11
Rp730,99 miliar
(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau
dikelola di luar mekanisme APBN
13
Rp186,47 miliar
(ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke Kas
Negara
18
Rp794,90 miliar
(i) Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau
dikelola di luar mekanisme APBN
(ii) PNBP Terlambat/Belum Disetor ke Kas
Negara
Pungutan Tanpa Dasar Hukum dan/atau
dikelola di luar mekanisme APBN
itu, penerimaan PNBP Lainnya seperti
penjualan aset, sewa aset, jasa, pendidikan,
dan bunga pengelolaannya tersebar pada
Berdasarkan
tabel
diatas,
apabila
dibandingkan dengan total penerimaan
PNBP tentu nilainya tidak begitu signifikan
24 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
karena berada dibawah kisaran 1% (sebagai
contoh dalam LKPP TA 2009 Penerimaan
PNBP mencapai Rp227.174,42 Milyar).
Namun, yang mengkhawatirkan adalah
peningkatan temuan dari tahun ke tahun,
baik dari sisi jumlah K/L maupun nilai
nominal.
Penyebab terjadinya temuan adalah
a. Pungutan Tanpa Dasar Hukum
Sesuai Pasal 2 dan 3 UU Nomor 20 Tahun
1997 tentang PNBP diatur bahwa Jenis
PNBP dan Tarif atas Jenis PNBP harus
ditetapkan dalam Undang-Undang (UU)
atau Peraturan Pemerintah (PP). Dari sisi
kepastian hukum tentunya penetapan jenis
dan tarif PNBP minimal dengan PP tersebut
akan memberikan kepastian hukum
yang lebih kuat dibandingkan dengan
peraturan menteri, namun tidak dipungkiri
proses pembentukan PP dimaksud sering
membutuhkan waktu cukup panjang dan
energi yang cukup besar serta biaya yang
tidak sedikit.
Sebagai gambaran PP Jenis dan Tarif atas
Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian
Dalam Negeri (PP No 71 Tahun 2009),
Kementerian Kesehatan (PP No 13
Tahun 2009), Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata (PP No 41 Tahun 2010)
membutuhkan waktu penyelesaian sekitar
2 tahun. Bahkan, untuk RPP Jenis dan
Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada
Kementerian Keuangan sendiri sudah lebih
dari 3 tahun tetapi sampai dengan saat ini
belum juga selesai. Beberapa Kementerian
lain juga mengalami hal serupa seperti RPP
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku
pada Kementerian ESDM dan Kementerian
Pekerjaan Umum. Meskipun ada juga yang
bisa selesai lebih cepat seperti PP Jenis
dan Tarif PNBP pada Badan Pertanahan
Nasional (PP No 13 Tahun 2010) yang
diselesaikan kurang dalam 1 tahun, tetapi
perlu dicatat PP tersebut menjadi Program
Prioritas dari Pemerintah (Program 100
Hari Presiden).
Waktu, energi, dan biaya yang cukup
PNBP
banyak dalam pembentukan PP tersebut
pada gilirannya membuat keengganan bagi
K/L untuk mengusulkan jenis PNBP baru
atau mengusulkan perubahan atas jenis dan
tarif yang dirasa sudah tidak sesuai dengan
kondisi sekarang. Hal inilah yang pada
akhirnya sering menyebabkan beberapa
satker pengelola PNBP pada K/L melakukan
pungutan PNBP tanpa dasar hukum yaitu
dengan memungut jenis PNBP baru
hanya dengan peraturan dibawah PP atau
memungut jenis PNBP yang sebagaimana
tercantum di PP namun dengan tarif tidak
sesuai di PP.
Sebagai contoh kasus, berdasarkan PP
No 47 Tahun 2004 tentang Jenis
dan Tarif atas Jenis PNBP yang
berlaku pada Departemen Agama,
antara lain ditetapkan bahwa tarif
untuk Nikah sebesar Rp 30.000.
Namun banyak KUA yang tidak
menerapkan tarif tersebut karena
dianggap sudah tidak sesuai dengan
kondisi saat ini (dirasa terlalu
murah). Oleh karena itu, merebak
di beberapa daerah munculah yang
namanya tarif “nikah bedolan” yang
bisa diartikan sebagai biaya tambahan untuk
transportasi dan uang lelah untuk penghulu/
pembantu penghulu yang menikahkan
pasangan pengantin di luar kantor dan
biasanya di luar hari kerja, dengan besaran
tarif bervariasi, bahkan di kota Bandung ada
yang tarifnya hingga Rp 500.000.
yang besaran tarifnya sangat dipengaruhi
oleh harga bahan baku (bahan kimia) yang
digunakan untuk pengujian, dimana harga
bahan kimia tersebut sangat fluktuatif.
Melihat permasalahan tersebut di atas, maka
waktu untuk penyelesaian PP jelas menjadi
salah satu kunci permasalahan. Dengan
demikian,
sepenuhnya
menyalahkan
Kementerian/Lembaga sebagai biang
permasalahan pungutan tanpa dasar hukum
menjadi tidak fair. Tentunya, hal tersebut
juga tidak bisa dijadikan pembenaran
bagi Kementerian/Lembaga untuk tidak
menunda atau menempatkan jenis dan tarif
PNBP pada PP, mengingat ketentuan yang
harus dimasukkan dalam APBN dan
dipertegas dalam Pasal 16 Undang-Undang
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, penerimaan kementerian negara/
lembaga/satuan kerja perangkat daerah
tidak boleh digunakan langsung untuk
membiayai pengeluaran.
Tiga undang-undang tersebut di atas secara
tegas melarang K/L menggunakan langsung
penerimaan negara untuk membiayai
kegiatan operasionalnya, namun mengapa
masih banyak K/L pengelola PNBP yang
berani melanggar 3 undang-undang
tersebut. Hal ini tentunya perlu analisis
lebih dalam terhadap temuan BPK tersebut.
Dari temuan BPK berupa
penggunaan langsung tersebut
sebagian
besar
merupakan
penggunaan
langsung
dari
penerimaan sewa ruangan atau
gedung. Seperti Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menggunakan
langsung
penerimaan
sewa
Wisma
Karya Jasa Ciloto atau Badan
Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menggunakan
langsung penerimaan dari Pengelolaan
guest house. Penerimaan sewa tersebut
antara lain untuk membiayai pembayaran
listrik, gaji karyawan, pemeliharaan gedung
dan bangunan serta untuk kesejahteraan
anggota. Selain itu, terjadi juga terhadap
penggunaan langsung terhadap penerimaan
jasa penelitian, seperti di Kementerian
ESDM yang menggunakan langsung
terhadap penerimaan jasa Pusat Penelitian
dan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi
Mineral dan Batubara.
Sebagai gambaran PP
Jenis dan Tarif atas Jenis
PNBP yang Berlaku pada
Kementerian Dalam Negeri
(PP No 71 Tahun 2009),
Kementerian Kesehatan (PP
No 13 Tahun 2009)
Selain itu, PP juga dipandang kurang mampu
mengakomodir adanya jenis PNBP yang
tarifnya memiliki karakter khusus seperti
tarif mudah berubah dan tarif dalam
bentuk kontrak. Sebagai contoh kasus, PP
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan
Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada
Departemen Kesehatan, yang mengatur
sekitar 500 jenis dan tarif PNBP, ditetapkan
tanggal 16 Januari 2009, tetapi Kementerian
Kesehatan pada tanggal 13 Juli 2010 telah
mengusulkan kembali perubahan atas PP
dimaksud mengingat banyak jenis tarifnya
yang mempunyai karakter mudah berubah,
seperti tarif jasa pengujian laboratorium
masih berlaku saat ini menetapkan bahwa
jenis dan tarif PNBP minimal harus dengan
PP. Namun demikian, perlu dilakukan
kajian mengenai pendelegasian wewenang
penetapan jenis dan tarif PNBP kepada
peraturan yang lebih rendah seperti
peraturan menteri sebagai alternatif solusi
atas permasalahan di atas.
b. PNBP dikelola di luar APBN
(Penggunaan Langsung)
Sesuai Pasal 4 dan 5 Undang-Undang No.
20 Tahun 1997 tentang PNBP antara lain
diatur bahwa seluruh PNBP wajib disetor
langsung secepatnya ke Kas Negara dan
dikelola dalam sistem APBN. Hal tersebut
sejalan dengan Undang-Pasal 3 Undang No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara
dalam tahun anggaran yang bersangkutan
Dari kasus di atas, tentunya permasalahan
alokasi dana yang cukup menjadi kunci
penting untuk penyelesaian masalah
tersebut. Namun, hal tersebut mengapa
bisa terjadi pada PNBP yang menerapkan
earmarking, dimana penerimaan bisa
digunakan kembali oleh Satker penghasil
PNBP setelah tentunya terlebih dahulu
harus disetor ke Kas Negara. Setelah diteliti,
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
25
PNBP
ternyata earmarking hanya diterapkan untuk
penerimaan PNBP fungsional, sementara
untuk penerimaan sewa yang merupakan
penerimaan bersifat umum tidak bisa diearmark atau digunakan kembali oleh K/L
penghasil PNBP.
Faktor lainnya penyebab penggunaan
langsung adalah adanya pembatasan waktu
pengajuan revisi anggaran hanya sampai
dengan pertengahan bulan Oktober.
Ketentuan ini membuat dilema bagi
Kementerian/Lembaga khususnya pada
saat ada permintaan pelayanan di bulan
November dan Desember. Dilema terjadi
mengingat pelayanan dimaksud harus tetap
diberikan sedangkan di sisi lain hal ini akan
mengakibatkan adanya kelebihan
realisasi
penerimaan
PNBP
tetapi biaya pelayanan tidak bisa
dicairkan mengingat DIPA sudah
tidak bisa dilakukan revisi lagi.
Untuk mengatasi hal ini, sebagian
satuan kerja mengambil jalan pintas
menggunakan secara langsung
seluruh
penerimaan
untuk
membiayai kegiatan pelayanan
dimaksud, dimana jalan pintas ini
tidak sesuai dengan ketentuan dan
pada akhirnya menjadi temuan
oleh aparat pengawas fungsional
(BPK).
menyatakan bahwa seluruh PNBP wajib
disetor langsung secepatnya ke Kas Negara,
Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara
yang menyatakan bahwa penerimaan harus
disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah
pada waktunya yang selanjutnya diatur
dalam peraturan pemerintah.
Selanjutnya, dalam Pasal 26 ayat (3)
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah,
yang merupakan peraturan pelaksanaan
dari Undang-Undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara,
menyatakan bahwa Penerimaan Negara
yang ditampung pada rekening penerimaan
kemudian disetorkan ke Kas Negara.
Seperti temuan BPK yang lain, temuan
ini terjadi juga tidak sepenuhnya karena
kesalahan atau kealpaan Bendahara
Penerima K/L. Jenis PNBP yang jumlahnya
mencapai puluhan ribu tentu juga diiringi
dengan beragamnya karakteristik PNBP. Hal
ini berdampak juga terhadap penyetoran
masing-masing jenis PNBP tersebut.
Kendala waktu dan biaya mungkin tidak
terlalu mengganggu untuk Satuan Kerja
yang berdomisili di daerah perkotaan.
Namun, hal ini akan menjadi berbeda bagi
Satuan Kerja yang berdomisili di daerah
terpencil.
Sebagai
Faktor lainnya penyebab
penggunaan langsung adalah
adanya pembatasan waktu
pengajuan revisi anggaran
hanya sampai dengan
pertengahan bulan Oktober.
Ketentuan ini membuat
dilema bagi Kementerian/
Lembaga khususnya pada saat
ada permintaan pelayanan
di bulan November dan
Desember.
c. PNBP Terlambat/Belum
Disetor ke Kas Negara
Ketidaktertiban
atau
“pelanggaran”
berikutnya dalam pengelolaan PNBP
berupa keterlambatan dalam penyetoran
PNBP. Keterlambatan disini diartikan suatu
dana PNBP yang telah diterima oleh
Bendahara Penerima dari masyarakat tetapi
tidak segera disetorkan ke Kas Negara
secara tepat waktu.
Kriteria yang digunakan oleh auditor
yang dalam hal ini BPK adalah ketentuan
perundangan di bidang PNBP dan Keuangan
Negara, yaitu Pasal 4 Undang-Undang
No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP yang
setiap hari disetor seluruhnya ke Rekening
Kas Umum Negara.
Berdasarkan ketentuan di atas, seluruh
jenis PNBP tanpa kecuali harus disetor
langsung ke Kas Negara atau maksimal satu
hari di rekening Bendahara dan selanjutnya
harus disetor seluruhnya ke Rekening Kas
Umum Negara. Ketentuan inilah yang
mengakibatkan munculnya temuan BPK
berupa PNBP terlambat setor ke Kas
Negara. Hal ini terjadi karena Bendahara
Penerima Kementerian/Lembaga umumnya
menampung terlebih dahulu setoran
PNBP dari Wajib Bayar/masyarakat baru
26 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
contoh, agar lebih mudah
ilustrasinya kita gunakan lagi kasus
PNBP berupa biaya nikah pada
Kementerian Agama sebesar Rp
30.000, apabila dalam suatu hari
atau bahkan dalam suatu minggu
di suatu kecamatan terpencil
di Kepulauan Aru hanya terjadi
satu kali peristiwa pernikahan
dan harus disetorkan langsung
pada satu hari berikutnya, maka
petugas Kantor Urusan Agama
setempat akan mengeluarkan
biaya transportasi yang lebih
besar daripada PNBP akan yang
disetorkan ke Kas Negara karena
Bank Persepsi tidak tersedia di
seluruh Kecamatan atau bahkan
Bank Persepsi terletak di pulau
lain yang terpisah laut.
Kasus ini tidak dimaksudkan sebagai
dasar pembenaran untuk menunda
penyetoran PNBP ke Kas Negara secara
umum, tetapi seyogianya dijadikan salah
satu pertimbangan dalam penentuan
batas waktu penyetoran. Oleh karena itu,
diperlukan suatu peraturan yang beragam
untuk jenis PNBP yang beragam pula.
PNBP
LAPORAN KHUSUS
Pembiayaan 2011,
Mengandalkan Utang
Sebagai Sumber Penerimaan
Oleh Agus Kuswantoro
Sebagai konsekuensi kebijakan APBN
yang defisit, Pemerintah harus berusaha
mencari sumber penerimaan pembiayaan
yang digunakan untuk menutup “financing
gap” tersebut. Namun, besaran pembiayan
defisit tersebut terlihat semakin menurun
dibandingkan defisit tahun sebelumnya,
dalam APBN-P 2010 ditetapkan besaran
defisit adalah sebesar 2,1 persen terhadap
PDB, sedangkan pada tahun 2011 dalam
APBN ditetapkan besaran defisit adalah
sebesar 1,8 persen terhadap PDB.
Pada APBN 2011,Total Pendapatan Negara
dan hibah mencapai Rp1.104,9 triliun,
sedangkan total belanja Negara mencapai
Rp1.229,6 triliun, sehingga terjadi defisit
sebesar Rp124,7 triliun. Untuk menutup
besaran tersebut akan ditutup dari sumber
non utang dan utang. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Penerimaan cicilan pengembalian
penerusan pinjaman: Penerimaan
cicilan pengembalian penerusan pinjaman
terhadap APBN pada tahun-tahun
sebelumnya diklasifikasikan ke dalam RDI.
Perubahan klasifikasi ini dimaksudkan untuk
perbaikan sistem dan penertiban rekening
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
27
LAPORAN KHUSUS
PEMBIAYAAN, 2010-2011
(miliar rupiah)
2010
Keterangan
I.
APBN-P
% thd
PDB
2011
Real 31 Des
(Rev II)
% thd
APBN-P
% thd
PDB
APBN
Pembiayaan Nonutang
25,402.8
0.4
3,910.9
15.4
(2,387.9)
A.
Perbankan Dalam Negeri
45,477.1
0.7
21,477.9
47.2
12,657.2
0.2
1. Rekening Dana Investasi
5,504.2
0.1
4,130.0
75.0
6,803.4
0.1
0.0
2. Rekening Pembangunan Hutan
3. Saldo Anggaran Lebih
4. Rek.KUN untuk Pemb. Kredit Invest. Pem.
B.
Non Perbankan Dalam Negeri
625.0
0.0
0.0
0.0
0.0
39,347.9
0.6
17,347.9
44.1
5,000.0
0.1
0.0
0.0
0.0
0.0
853.9
0.0
(20,074.2)
(0.3)
(17,567.0)
87.5
(15,045.2)
(0.2)
1. Privatisasi
1,200.0
0.0
2,098.7
174.9
340.0
0.0
2. Hasil Pengelolaan Aset
1,200.0
0.0
1,133.4
94.5
583.1
0.0
3. Dana Investasi Pemerintah dan PMN
(12,924.2)
(0.2)
(12,299.1)
95.2
(13,932.3)
(0.2)
4. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
(1,000.0)
(0.0)
(1,000.0)
100.0
(1,000.0)
(0.0)
5. Kewajiban Penjaminan
(1,050.0)
(0.0)
0.0
(1,036.0)
(0.0)
6. Pinjaman kepada PT PLN
(7,500.0)
(0.1)
II. Pembiayaan Utang
A.
(0.0)
108,344.8
Pembiayaan Luar Negeri (Neto)
(155.5)
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)
2. Penerusan Pinjaman
1.7
0.0
(7,500.0)
85,633.7
(0.0)
(5,837.9)
100.0
0.0
79.0
127,044.4
3,753.2
(609.5)
0.0
1.8
(0.0)
70,777.1
1.1
50,616.6
71.5
58,933.0
0.8
(16,796.6)
(0.3)
(5,822.0)
34.7
(11,724.8)
(0.2)
(0.7)
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
(54,136.0)
(0.9)
(50,632.5)
93.5
(47,817.7)
B.
Surat Berharga Negara (neto)
107,500.4
1.7
91,113.8
84.8
126,653.9
1.8
C.
Pinjaman Dalam Negeri
1,000.0
0.0
357.7
35.8
1,000.0
0.0
133,747.7
2.1
89,544.6
67.0
124,656.5
1.8
Total Pembiayaan Anggaran
yang dikelola oleh Pemerintah, khususnya
yang dikelola oleh Menteri Keuangan
selaku BUN. Oleh karena itu, mulai tahun
2011 pengembalian dari debitur tidak
lagi melalui rekening RDI tetapi langsung
disetorkan kepada Rekening Kas Umum
Negara (RKUN). Target penerimaan cicilan
pengembalian penerusan pinjaman dalam
APBN 2011 adalah sebesar Rp6,8 triliun
dimana didalamnya termasuk adanya
konversi piutang penerusan pinjaman pada
PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) sebesar
Rp1,4 triliun.
Rekening KUN untuk pembiayaan
kredit
investasi
pemerintah:
Penerimaan ini bersifat in-out, yaitu in pada
rekening KUN untuk pembiayaan kredit
investasi pemerintah, dan out pada investasi
pemerintah untuk pembiayaan kredit
investasi pemerintah. Target setoran adalah
sebesar Rp853,9 miliar.
Saldo anggaran lebih (SAL):
Penggunaan SAL antara lain ditujukan untuk
mengurangi idle cash sehubungan besarnya
posisi SAL yang terdapat dalam Rekening
Pemerintah. Target SAL yang digunakan
dalam APBN 2011 adalah sebesar Rp5,0
triliun.
Privatisasi: Kebijakan privatisasi dalam
APBN 2011 adalah privatisasi ditujukan
untuk memperbaiki kinerja dan nilai
tambah perusahaan, perbaikan struktur
keuangan dan manajemen, penciptaan
struktur industri yang sehat dan kompetitif,
serta perkembangan BUMN yang mampu
bersaing dan berorientasi global. Target
privatisasi APBN 2011 ditetapkan tidak
terlalu besar yaitu hanya Rp340,0 miliar,
karena privatisasi tidak ditujukan untuk
menutup defisit.
Hasil pengelolaan asset (HPA): Hasil
pengelolaan Aset berasal dari penerimaan
Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) dan PT
PPA. Penerimaan DJKN berasal dari aset
eks bank dalam likuidasi (BDL), aset eks PT
PPA. aset eks BPPN, dan hak tagih terhadap
PT DI (sebagai akibat dari konversi utang
menjadi PMN). Penerimaan PT PPA berasal
dari percepatan pelunasan Multi Years Bond
(MYB) PT Tuban Petrochemical Industries
(PT TPI). Adapun target HPA pada tahun
28 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
2011 adalah sebesar Rp583,1 miliar. Namun,
HPA ini sudah tidak dapat menjadi andalan
penerimaan pembiayaan berhubung aset
yang dikelola makin menurun baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Sumber utang yang digunakan sebagai
penerimaan pembiayaan pada tahun
2011 adalah berasal dari surat berharga
Negara (SBN), pinjaman dalam negeri,
dan penarikan pinjaman luar negeri.
Dalam mengelola utang tersebut, terdapat
kebijakan umum pengelolaan utang yaitu:
mengoptimalkan potensi utang domestik
melalui penerbitan SBN dan PDN;
melakukan pengembangan instrumen
utang agar diperoleh fleksibilitas dalam
memilih berbagai instrumen yang lebih
cost-efficient dan risiko minimal; pengadaan
PLN dilakukan untuk pembiayaan kegiatan
prioritas yang memberikan terms and
conditions yang wajar, dan tanpa agenda
politik dari kreditur; mempertahankan
kebijakan pengurangan PLN dalam periode
jangka menengah; meningkatkan koordinasi
dengan otoritas moneter dan otoritas
LAPORAN KHUSUS
pasar modal, untuk mendorong financial
deepening; meningkatkan koordinasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi
pengelolaan pinjaman dan sovereign credit
rating.
Surat berharga negara (SBN): Setelah
penerimaan dari HPA menurun, Pemerintah
selalu mengandalkan penerbitan SBN
sebagai sandaran dalam menutup defisit
dan membiayai pengeluaran pembiayaan.
Pada APBN 2011, target penerbitan SBN
(neto) adalah sebesar Rp126,7 triliun, yang
nantinya akan ditutup dari SBN dalam
negeri dan SBN internasional.
Pinjaman dalam negeri (PDN):
Pinjaman dalam negeri merupakan sumber
penerimaan pembiayaan yang relatif baru,
yaitu mulai tahun 2010. Pinjaman ini berasal
dari bank pemerintah yang digunakan untuk
membiayai pengadaan alat utama sistem
pertahanan pada Kementerian Pertahanan
dan Kepolisian Negara dalam rangka
pemberdayaan industri dalam negeri.Target
penerimaan PDN pada APBN 2011 adalah
sebesar Rp1,0 triliun.
Penarikan pinjaman luar negeri
(PLN): Pengadaan pinjaman luar negeri
dilakukan hanya untuk pembiayaan kegiatan
prioritas dan dalam rangka budget support.
Sumber pembiayaan PLN ini berasal dari
lender baik multilateral, bilateral, maupun
lembaga keuangan komersial. Sedangkan
prioritas pengadaan utang diarahkan
bagi (i) lender yang memberikan terms
and condition yang favorable (wajar), (ii)
tidak adanya agenda politik tertentu,
dan (iii) ketersediaan sumber pinjaman
yang disesuaikan dengan karakteristik
kegiatannya. Penarikan PLN ini dibedakan
menjadi pinjaman program (untuk budget
support) dan pinjaman proyek (earmark
dengan kegiatan pada K/L). Pada APBN
2011, target pinjaman program adalah
sebesar Rp19,8 triliun sedangkan pinjaman
proyek sebesar Rp39,1 triliun. Dalam
pinjaman proyek tersebut termasuk
penerimaan penerusan pinjaman sebesar
Rp11,7 triliun.
Selain penerimaan, pada pembiayaan juga
terdapat pengeluaran pembiayaan
baik pada non utang maupun utang.
Pengeluaran Pembiayaan yang terdapat
pada non utang meliputi Dana investasi
pemerintah & penyertaan modal Negara
(PMN), dana pengembangan pendidikan
nasional, serta kewajiban penjaminan.
Sedangkan
pengeluaran
pembiayaan
yang terdapat pada utang yaitu berupa
penerusan pinjaman dan pembayaran
cicilan pokok Utang LN.
Dana investasi pemerintah &
penyertaan modal Negara (PMN):
Pembiayaan dalam bentuk dana investasi
Pemerintah & PMN bersifat cash outflow
atau berupa pengeluaran pembiayaan,
serta bersifat ad-hoc tergantung pada
kebijakan Pemerintah. Pengeluaran dana
untuk investasi Pemerintah dan PMN
dalam APBN 2011, dialokasikan sebesar
Rp13,9 triliun yang digunakan untuk: (a)
Investasi Pemerintah Rp1,9 triliun, (b)
PMN sebesar Rp7,1 triliun, yang dirinci
PMN kepada BUMN Rp6,4 triliun dan
organisasi/lembaga keuangan internasional
Rp721,5 miliar, dan (d) dana bergulir
Rp4,9 triliun, yang terdiri dari LPDB
KUKM Rp250,0 miliar, Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan Rp3.571,6 miliar,
dan Geothermal Rp1.126,5 miliar.
Dana pengembangan pendidikan
nasional:
Dana
pengembangan
pendidikan nasional merupakan bagian
dari anggaran pendidikan nasional secara
keseluruhan, yang dialokasikan untuk
pembentukan endowment fund dan dana
cadangan pendidikan untuk mengantisipasi
keperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan
yang rusak akibat bencana alam. Dalam
APBN 2011, alokasi anggaran untuk
dana pengembangan pendidikan nasional
dialokasikan sebesar Rp1,0 triliun.
maupun PDAM terhadap kreditur sesuai
dengan perjanjian pinjaman. Pada APBN
2011, Pemerintah mengalokasikan anggaran
untuk dana kewajiban penjaminan sebesar
Rp1.036,0 triliun, yang terdiri dari untuk PT
PLN (Persero) sebesar Rp889,0 miliar dan
PDAM sebesar Rp147,0 miliar.
Penerusan pinjaman: Merupakan PLN
atau PDN yang diterima Pemerintah Pusat
dan diteruspinjamkan kepada pemerintah
daerah atau BUMN. Penerusan pinjaman
ini bersifat in-out, yaitu in pada pinjaman
proyek dan out pada penerusan pinjaman.
Sedangkan pada APBN 2011, alokasi
penerusan pinjaman adalah sebesar Rp11,7
triliun.
Pembayaran cicilan pokok Utang
LN: Salah satu kewajiban pembayaran
apabila Pemerintah menarik PLN adalah
pembayaran cicilan pokok kepada lender.
Pada APBN 2011, alokasi pembayaran ini
adalah sebesar Rp47,8 triliun. Sedangkan
kebijakan Pemerintah adalah selalu
berupaya untuk membayar kewajiban ini
tepat waktu.
Kesimpulan:
Sumber utama penerimaan pembiayaan
adalah berasal dari utang, dalam
perencanaan utang tersebut selalu
mempertimbangkan “fiscal sustainability“
sehingga tambahan utang tersebut tidak
membebani APBN dimasa mendatang.
Salah satu indikator yang dipercaya adalah
debt to GDP ratio yang semakin menurun,
yaitu dari 47% pada tahun 2005 menjadi
26% pada tahun 2011. Sedangkan dari sisi
pengeluaran pembiayaan, PMN merupakan
pengeluaran terbesar serta diharapkan
penggunaannya dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien.
Referensi: Disarikan dari Nota Keuangan dan APBN 2011
Kewajiban
penjaminan:
Dana
ini ditujukan untuk mengantisipasi
kemungkinan gagal bayar PT PLN (persero)
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
29
REFORMASI BIROKRASI
Penataan Organisasi DJA:
Mengantisipasi Kepakan Sayap
Kupu-kupu di Brazil
Oleh Eko Widyasmoro
Di wilayah manajerial, tuntutan akan keterbukaan dan akuntabilitas direspon oleh DJA dengan
penguatan di bidang kepatuhan internal, manajemen risiko, dan bantuan hukum. Dibentuknya
Bagian Kepatuhan dan Bantuan Hukum merupakan bukti komitmen DJA terhadap keterbukaan
dan akuntabilitas.
30 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
REFORMASI BIROKRASI
Pada tahun 1972, Edward Lorenz,
seorang ahli meteorologi, menyampaikan
pidatonya yang terkenal dengan judul
‘Apakah kepakan sayap seekor kupu-kupu
di Brazil dapat menyebabkan badai di
Texas?’. Pertanyaan bersayap ini tentu saja
mengandung makna bahwa dalam suatu
sistem yang kompleks, dalam hal ini cuaca,
perubahan kecil di suatu tempat dapat
memicu perubahan besar di tempat lain.
Jika di lihat secara seksama, sepertinya
kita akan sepakat bahwa Direktorat
Jenderal Anggaran merupakan bagian dari
suatu sistem yang luar biasa kompleks
yang dinamakan keuangan negara. Dalam
sistem ini setiap perubahan
berpotensi membawa dampak
yang hebat. Contoh sederhana
misalnya pergolakan di kawasan
Timur Tengah berdampak kepada
perubahan harga minyak yang
memicu perubahan asumsi
ekonomi makro di APBN kita,
demikian seterusnya sehingga
seorang Kepala Puskesmas di
pedalaman Mamuju akhirnya
hanya
menerima
6
box
Parasetamol dari 10 yang dia
ajukan.
pemicu berubahnya struktur organisasi.
Faktor politik dalam hal ini diantaranya
adalah terbitnya peraturan maupun inisiatif
tentang Reformasi Birokrasi, Reformasi
Penganggaran dan program-program
seperti Program Legislasi Nasional. Dari
segi ekonomi, organisasi DJA dihadapkan
kepada mengemukanya isu-isu strategis
nasional dan kebijakan yang berdampak
kepada APBN seperti Sistem Jaminan
Sosial Nasional, pembangunan infrastruktur,
perubahan iklim, dan, secara internal,
efesiensi operasional DJA sendiri.
Perkembangan teknologi menuntut
DJA untuk melakukan integrasi Teknologi
harus disahkan, sebuah direktorat baru pun
dibentuk. Direktorat Harmonisasi Peraturan
Penganggaran bertugas menyelaraskan
peraturan-peraturan yang diterbitkan oleh
DJA maupun instansi-instansi lain dengan
peraturan yang telah ada dan kaidah-kaidah
penganggaran yang telah disepakati.
Terdiri dari empat subdirektorat,
wilayah kerja direktorat baru ini mencakup
harmonisasi peraturan penganggaran
yang terkait kementerian dan lembaga,
harmonisasi peraturan jaminan sosial,
harmonisasi peraturan PNBP, dan
harmonisasi penganggaran remunerasi.
Keempat bidang tersebut merupakan
wilayah yang terus berkembang dan
perlu perhatian khusus. Diharapkan
dengan ditangani secara tersendiri,
keamanan APBN menjadi semakin
terjaga dan remunerasi aparatur
negara kedepan dapat mengacu
pada pola yang lebih rasional dan
berkeadilan.
Penataan ulang juga
dilakukan di Direktorat
PNBP. Pendekatan struktur
organisasi yang semula
menggunakan pendekatan
jenis penerimaan PNBP,
yaitu kementerian dari nonkementerian dianggap tidak
sesuai lagi.
Dari kaca mata organisasi,
lingkungan yang sangat dinamis menuntut
suatu desain organisasi yang responsif.
Responsif dalam arti tidak membentengi
dirinya terhadap serbuan perubahan,
melainkan menyesuaikan diri dengan
tuntutan perubahan, untuk tetap berkinerja
prima di tengah dinamika.
Selain
sebagai
upaya
untuk
mengejawantahkan core values DJA,
semangat untuk tetap responsif merupakan
hal penting yang mendasari penataan
organisasi di Direktorat Jenderal Anggaran.
Sejak awal perancangannya, piranti yang
digunakan untuk mendiagnosa kebutuhan
akan perubahan adalah metode PETS yang
dikembangkan oleh Johnson dan Scholes.
Metode ini memetakan faktor-faktor Politik,
Ekonomi,Teknologi, dan Sosial yang menjadi
Informasi ke dalam mekanisme kerja
DJA, baik dalam proses bisnisnya sendiri
maupun ketika bisnis proses tersebut
berkaitan erat dengan organisasi lain. Dan
yang tak kalah pentingnya adalah faktor
sosial. Tuntutan publik akan keterbukaan
dan akuntabilitas merupakan suatu faktor
pemicu yang tidak dapat diabaikan. DJA
perlu didesain sedemikan rupa setiap
kebijakan dirumuskan dalam suatu proses
yang transparan dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Dengan mempertimbangkan faktorfaktor di atas DJA menata kembali
organisasinya. Untuk mengantisipasi Sistem
Jaminan Sosial Nasional, isu Remunerasi
dan Program Legislasi Nasional 2010-2014
yang didalamnya terdapat 247 RUU yang
Masih dengan semangat untuk
mengantisipasi
perkembangan,
DJA membenahi kembali sistem
monitoring dan evaluasi yang selama
ini melekat ke dalam tugasnya.
Sebelum penataan, monitoring
dan evaluasi penganggaran kurang
optimal karena belum adanya kerangka
yang dapat dijadikan acuan dan tingginya
beban kerja unit teknis. Akibatnya,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi
cenderung terfragmentasi dan hasilnya
belum dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Penguatan fungsi monitoring dan
evaluasi dilakukan dengan membentuk
suatu unit eselon III di bawah Direktorat
Sistem Penganggaran, yaitu Subdirektorat
Evaluasi Kinerja Penganggaran. Tugas unit
ini adalah mempersiapkan kerangka kerja
monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan
oleh unit-unit teknis sekaligus mengolah
hasilnya sehingga dapat dijadikan referensi
bagi pimpinan DJA maupun unit-unit teknis
tersebut. Hasil kajian unit ini diharapkan
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
31
REFORMASI BIROKRASI
mampu memberikan gambaran mengenai
sejauh mana kementerian dan lembaga
mampu secara optimal memanfaatkan
anggaran yang dimiliki untuk menghasilkan
output yang direncanakan. Hal ini menjadi
penting karena dalam implementasi
penganggaran berbasis kinerja, posisi DJA
ke depan tidak hanya berkutat dengan
‘posting dan costing’ melainkan juga sebagai
unit yang mampu menganalisis output
kementerian dan lembaga.
Dari sisi perencanaan anggaran,
perkembangan sistem penganggaran dan
perubahan struktur APBN membawa
dampak langsung kepada DJA. Kini, DJA
dituntut juga untuk menangani bidang
anggaran strategis nasional, antara lain
perubahan iklim, pengembangan alutsista,
dan ketahanan pangan. Belum lagi ditambah
dengan bertambahnya beban kerja di
bidang belanja negara akibat penerapan
belanja prioritas, serta kewajiban yang
terkait dengan dampak implementasi
sistem jaminan sosial nasional terhadap
APBN.
Mencermati perkembangan tersebut,
DJA memutuskan untuk menata ulang
pembagian tugas di Direktorat Penyusunan
APBN dan merombak strukturnya
untuk menyesuaikan dengan postur
APBN. Dalam struktur yang baru, belanja
negara ditangani oleh tiga subdirektorat
sementara demi efisiensi tugas yang terkait
dengan pendapatan negara digabung ke
dalam subdirektorat yang menangani
asumsi ekonomi makro. Di tingkat eselon
IV, pembagian tugas dan pemberian
nomenklatur dilakukan sehingga setiap
seksi merupakan cerminan dari aspek
tertentu dalam postur APBN. Semua ini
dilakukan untuk memastikan agar DJA
dapat memberikan respon yang cepat dan
akurat terhadap setiap pergerakan APBN.
Penataan ulang juga dilakukan di
Direktorat PNBP. Pendekatan struktur
organisasi yang semula menggunakan
pendekatan jenis
penerimaan PNBP,
yaitu kementerian dari non-kementerian
dianggap tidak sesuai lagi. Kini tugas
pengelolaan penerimaan PNBP terkait
kementerian dan lembaga dibagi habis
oleh dua subdirektorat. Hal ini untuk
membagi beban kerja agar lebih seimbang,
meningkatkan efisiensi operasional dan
memudahkan koordinasi dengan mitra
kerja.
dan akuntabilitas. Bagian ini bertugas antara
lain melakukan internalisasi kode etik di
lingkungan DJA mengingat pengembangan
sistem dan manusia yang melaksanakan
sistem tersebut harus berjalan seiring.
Peningkatan integritas pegawai dan
akuntabilitas proses merupakan salah satu
tanggungjawab bagian baru ini.
Hal serupa juga dilakukan untuk
mempertajam tugas dan fungsi DJA di bidang
pengembangan sistem penganggaran.
Nomenklatur pengembangan sistem
penganggaran
disesuaikan
menjadi
transformasi
sistem
penganggaran,
dalam hal ini Subdirektorat Transformasi
Sistem Penganggaran, Direktorat Sistem
Penganggaran. Hal ini dimaksudkan untuk
menjadi titik tolak perubahan pola pikir DJA
dari upaya pengembangan sistem menjadi
upaya transformasi sistem sehingga nuansa
implementasinya menjadi semakin kuat.
Tugas
yang
lain
mencakup
pengembangan
dan
implementasi
manajemen resiko untuk memastikan
kelancaran pelaksanaan tugas DJA secara
umum. Hal lain yang tak kalah penting
adalah untuk memberikan pertimbangan
dari sisi hukum kepada pimpinan DJA agar
setiap keputusan yang diambil, terutama
yang menyangkut wilayah abu-abu (grey
area), mempunyai landasan yang kuat.
Unit ini juga akan memberikan dukungan
kepada pagawai dan pejabat DJA ketika
dihadapkan kepada permasalahan hukum
akibat pelaksanaan tugas.
Sebagai salah satu core product DJA,
Standar Biaya juga menjadi pusat perhatian
dalam upaya penataan organisasi DJA.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam
implementasi selama ini seperti belum
memadainya standar biaya masukan baik
jumlah maupun besarannya serta belum
tersedianya suatu norma atau pedoman
yang mengatur metodologi pembiayaan
yang sesuai dengan karakteristik maupun
jenis kegiatan yang ada di masing-masing
Kementerian /Lembaga adalah tantangan
besar bagi DJA. Untuk menjawabnya,
DJA menata ulang Subdirektorat Standar
Biaya agar kementerian dan lembaga
dapat mendapatkan layanan yang lebih
customized. Lebih jauh lagi, DJA membentuk
Seksi Riset dan Pengembangan Standar
Biaya untuk mengantisipasi perkembanganperkembangan di masa depan.
Di wilayah manajerial, tuntutan akan
keterbukaan dan akuntabilitas direspon
oleh DJA dengan penguatan di bidang
kepatuhan internal, manajemen risiko,
dan bantuan hukum. Dibentuknya Bagian
Kepatuhan dan Bantuan Hukum merupakan
bukti komitmen DJA terhadap keterbukaan
32 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Bisa dikatakan, pada tahun 2010 yang
lalu DJA melakukan suatu perombakan
struktur yang cukup signifikan. Hampir
di semua lini terjadi perubahan. Namun
dari semua ini, benang merah yang dapat
ditarik adalah DJA berupaya untuk selalu
responsif terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan. Lebih jauh
lagi, jika dicermati, maka dapat dilihat
upaya-upaya DJA dalam mengantisipasi
perubahan itu sendiri, misalnya perubahan
struktur di Direktorat Penyusunan APBN
dan pembentukan Direktorat Harmonisasi
Peraturan Penganggaran.
Dan tentu saja, semua itu dilakukan agar
DJA dapat memberikan layanan yang terbaik
kepada segenap pemangku kepentingan
dan mitra kerjanya. Sedemikian sehingga
walaupun seribu kupu-kupu mengepakkan
sayapnya di Brazil, sang Kepala Puskesmas
di pedalaman Mamuju tetap menerima 10
boks Parasetamol.
PERENCANAAN ANGGARAN
SISTEM PENGANGGARAN
Implementasi Reward
and Punishment
pada Tahun Anggaran 2011
Oleh: Jati Wibowo, Dit. SP
Meski evaluasi atas penyerapan anggaran
selama ini telah dilakukan, namun terkesan
tidak ada tindak lanjut dari hasil evaluasi
itu sendiri. Seiring dengan pelaksanaan
reformasi penganggaran di Indonesia,
ada keinginan kuat Pemerintah untuk
mengaitkan hasil evaluasi atas pelaksanaan
anggaran dengan besaran alokasi anggaran
tahun berikutnya. Semangat tersebut
tercermin pada UU Nomor 2 Tahun 2010
tentang APBN-P TA 2010 dan UU No 10
Tahun 2010 tentang APBN TA 2011. Kedua
UU tersebut memayungi mekanisme
penambahan dan pengurangan pagu
anggaran sebagai akibat dari hasil kinerja
Kementerian Negara/Lembaga (K/L) atas
pelaksanaan anggaran belanja Tahun 2010.
Mekanisme tersebut lazim dikenal dengan
istilah reward and punishment system.
Implementasi pemberian penghargaan
(reward) pada tahun 2011 ini diilhami
oleh amanat Pasal 16A UU Nomor 2
Tahun 2010 tentang APBN-P TA 2010,
yang menyatakan bahwa hasil optimalisasi
pada TA 2010 dapat digunakan pada TA
2011. Sedangkan implementasi pengenaan
sanksi (punishment) pada TA 2011 ini
merupakan penjabaran dari amanat Pasal
20 UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang
APBN TA 2011, yang menyebutkan adanya
mekanisme pemotongan pagu belanja
K/L pada TA 2011 yang tidak sepenuhnya
melaksanakan anggaran belanja TA 2010
diatur oleh Pemerintah.
Dari Amanat Kedua UU tersebut, pada
Triwulan pertama 2011 ini Menteri
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
33
SISTEM PENGANGGARAN
Keuangan Telah Menerbitkan PMK No
38/PMK.02/2011 tentang Tata Cara
Penggunaan Hasil Optimalisasi Anggaran
Belanja Kementerian Negara/Lembaga TA
2010 pada TA 2011 dan Pemotongan Pagu
Belanja Kementerian Negara/Lembaga
pada TA 2011 yang Tidak Sepenuhnya
Melaksanakan Anggaran Belanja TA 2010.
KMK tersebut telah ditandatangani oleh
Menteri Keuangan pada tanggal 2 Maret
2011.
Penghargaan (Reward)
Syarat yang harus dipenuhi:
Mengingat TA 2010 belum mengenal
anggaran berbasis kinerja, maka tingkat
penyerapan anggaran selama TA 2010 yang
menjadi satu-satunya parameter dalam
PMK reward and punishment tersebut.
Dari tingkat penyerapan anggaran, yang
menjadi fokus penilaian ada dua hal yaitu
sisa anggaran yang merupakan Hasil
Optimalisasi dan sisa anggaran yang
tidak disertai dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1. tidak
dipenuhinya kriteria-kriteria
kegiatan yang dapat dibiayai dari
anggaran belanja Tahun Anggaran 2010;
2. tidak diikutinya peraturan perundangan
di bidang pengadaan
pemerintah;
barang/jasa
1. mempunyai Hasil Optimalisasi di
1. terdapat sisa anggaran yang tidak
Tahun Anggaran 2010 dan belum
digunakan pada Tahun Anggaran 2010;
dan
2. hasil perhitungan dari Hasil Optimalisasi
setelah dikurangi sisa anggaran yang
tidak disertai dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, menghasilkan
nilai positif.
disertai dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan; dan
2. hasil perhitungan dari sisa anggaran
yang tidak disertai dengan alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan
setelah dikurangi Hasil Optimalisasi
yang belum digunakan pada tahun
anggaran 2010, menghasilkan nilai
positif.
Wujudnya dapat berupa:
1. tambahan alokasi anggaran pada Pemotongan pagu belanja pada Tahun
2.
3.
4.
Untuk memudahkan dalam memahami
substansi PMK reward and punishment,
disajikan tabel sebagai berikut:
Sebagaimana dijelaskan pada tabel diatas,
adapun kriteria alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan meliputi:
5.
Tahun Anggaran 2011;
prioritas dalam mendapatkan dana
atas Inisiatif Baru (new initiative) yang
diajukan;
prioritas dalam mendapatkan anggaran
belanja tambahan apabila kondisi
keuangan negara memungkinkan;
pemberian piagam penghargaan
(award) kepada menteri/ pimpinan
lembaga atau kepala satuan kerja; dan/
atau
publikasi ke mass media.
4. tidak mencantumkan penjelasan atas
laporan yang disampaikan.
maksimal tambahan dana yang diberikan
yaitu sama dengan Hasil Optimalisasi yang
belum digunakan pada Tahun Anggaran
2010.
maksimal sebesar anggaran belanja Tahun
Anggaran 2010 yang tidak terserap dan
tidak disertai dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Peruntukan
tambahan dana tersebut digunakan untuk
Inisiatif Baru (new initiative) atau untuk
penambahan volume keluaran yang sama
Tidak diatur
Pembebanan
diberikan kepada satuan kerja yang
memberikan
kontribusi
terhadap
perolehan penghargaan (reward) yang
bersangkutan.
Sedangkan
hal-hal
yang
bukan
termasuk alasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan alias yang termasuk
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
diantaranya yaitu:
1. alokasi anggaran yang bersumber
Anggaran 2011.
Tambahan (Pengurangan) Pagu
3. keterlambatan
penunjukan kepala
satuan kerja dan/atau pelaksana
kegiatan; dan/atau
Sanksi (Punishment)
1. Sanksi
(punishment) dibebankan
kepada
satuan
kerja
yang
menyebabkan pengurangan pagu K/L
yang bersangkutan.
2. Pembebanan sanksi (punishment)
kepada satuan kerja tidak boleh
menghambat pencapaian target
pembangunan
nasional
dan
menurunkan pelayanan kepada publik.
Pengecualian
Tidak diatur
34 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Sanksi (punishment) tidak diberikan apabila
K/L mampu mencapai seluruh target
kinerjanya.
SISTEM PENGANGGARAN
dari Pinjaman dan Hibah Luar
Negeri (PHLN), Pinjaman dan Hibah
Dalam Negeri (PHDN), Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP)/Badan
Layanan Umum (BLU), Rupiah Murni
Pendamping;
tanggal 31 Maret 2011”, maka dari tanggal
tersebut, mekanisme ini dihitung mundur
sehingga menghasilkan jadwal pelaksanaan
penilaian reward and punishment sebagai
berikut:
penyusunan mekanisme evaluasi kinerja
yang berdasarkan penganggaran berbasis
kinerja. Payung hukum pelaksanaannya
jelas, yaitu Pasal 19 dan 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan RKA-K/L. Sedangkan
Uraian Kegiatan
Periode Waktu
K/L menyampaikan laporan realisasi anggaran beserta ADK kepada DJA
Catatan:
Jika K/L tidak mencantumkan penjelasan, sisa anggaran belanja tersebut dikategorikan sebagai alasan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Paling lambat
11 Maret 2011
DJA melakukan penilaian atas laporan tersebut
Paling lambat
25 Maret 2011
Menteri Keuangan menetapkan KMK atas Reward and Punishment
Paling lambat
31 Maret 2011
Penyesuaian RKA Satker dan DIPA Satker
Catatan:
Harus memperhatikan realisasi DIPA Satker berkenaan sehingga tidak mengakibatkan pagu minus,
dengan melampirkan data realisasi yang diketahui oleh KPPN setempat.
Paling lambat
30 April 2011
Sebagai gambaran sederhana tata cara
penilaian atas pelaksanaan anggaran
belanja K/L, berikut disampaikan contoh
perhitungannya.
2. alokasi anggaran yang penggunaannya
harus mendapatkan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat terlebih
dahulu; atau
Kondisi
Pagu
(1)
(2)
Realisasi Sisa Anggaran
(3)
HO
(4) = (2) – (3)
Non HO
SAYTD SAYDD
(5)
(6)
Reward/
(Punishment)
Keterangan
(8)=(5)-(6)
(9)
(7)
variabel yang digunakan tidak lagi hanya
menitikberatkan pada penyerapan anggaran,
namun mempertimbangkan aspek lain
yaitu minimal harus memperhitungkan
tingkat keluaran (output), capaian hasil
Kondisi 1
178
158
20
20
0
0
20
Reward = 20 M
Kondisi 2
178
158
20
12
6
2
6
Reward = 6 M
Kondisi 3
178
158
20
5
11
4
(6)
Kondisi
Pagu
(1)
(2)
(3)
(4) = (2) – (3)
(5)
(6)
Kondisi 4
178
158
20
5
Kondisi 5
178
158
20
10
Realisasi Sisa Anggaran
3. akibat keadaan kahar (force majeure)
antara lain meliputi bencana alam,
terjadi konflik/berpotensi terjadi
konflik sosial, dan cuaca.
Dengan mempertimbangkan amanat pasal
20 ayat (3) uu No 10 tahun 2010 tentang
APBN 2011 yang menyatakan bahwa
“pengurangan pagu kepada Kementerian
Negara/Lembaga (K/L) ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan paling lambat
HO
Non HO
Reward/
(Punishment)
Keterangan
(7)
(8)=(5)-(6)
(9)
10
5
(5)
10
0
0
SAYTD SAYDD
Keterangan:
HO
Punishment = 6 M
: Hasil Optimalisasi
SAYDD : Sisa Anggaran yang Dapat Dipertanggungjawabkan
SAYTDD : Sisa Anggaran Yang Tidak
Dapat Dipertanggungjawabkan
Alhasil, PMK tersebut merupakan
langkah awal pelaksanaan evaluasi kinerja
penganggaran. Kedepan, akan dilakukan
Punishment = 5 M
No Reward No Punishment
(outcome), tingkat efisiensi, dan konsistensi
antara perencanaan dan impelementasi.
Diharapkan dengan menjadikan hasil dari
evaluasi atas pelaksanaan anggaran K/L
sebagai pertimbangan dalam penyusunan
anggaran pada tahun berikutnya, K/L
terdorong untuk terus meningkatkan
efisiensi
dan
efektivitas
kinerja
penganggaran.
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
35
Serah Terima Jabatan Direktur Jenderal Anggaran
Menteri Keuangan pada tanggal 16 Februari 2011 secara resmi
telah melantik Herry Purnomo sebagai Direktur Jenderal Anggaran,
menggantikan Anny Ratnawaty yang kini menjabat Wakil Menteri
Keuangan. Herry Purnomo sebelumnya menjabat sebagai Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
Sebelum secara resmi dijabat oleh Herry Purnomo, jabatan Direktur
Jenderal Anggaran telah diserah terimakan oleh Anny Ratnawaty
kepada Kiagus Ahmad Badaruddin sebagai Pelaksana Tugas Direktur
Jenderal Anggaran. Kiagus Ahmad Badaruddin menjalankan tugasnya
dari 27 Januari 2011 hingga 16 Februari 2011.
Serah terima jabatan dari Kiagus Ahmad Badaruddin sebagai
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Anggaran kepada Herry Purnomo
dilakukan sehari setelah pelantikannya sebagai Direktur Jenderal
Anggaran oleh Menteri Keuangan, bertempat di Ruang Rapat
Direktur Jenderal Anggaran Gedung Sutikno Slamet.
36 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
RESENSI BUKU
Resensi Buku
The Shallows:
How the internet
is changing the way
we think, read and
remember
Penulis Nicholas Carr
Oleh Agus Kuswantoro
Internet bukan merupakan hal yang
Carr sendiri yaitu, dia adalah penulis
dalam menjadi yang dangkal, serta web
asing bagi kita, kalau kita sedang ingin
buku The Big Switch: Rewiring the
menyebabkan ketidaktahuan menyebar
mencari tahu tentang hal tertentu,
World, from Edison to Google, seorang
kemana-mana.
maka kita ketik kata kunci tentang apa
kontributor pada New York Times,
yang kita cari dengan menggunakan
Guardian, Fiancial Times, dan Wired,
Internet telah membuat informasi
search engine seperti Google, Mozilla
serta sebelumnya sebagai executive
menyebar secara luas. Pada waktu yang
Firefox, Internet Explorer, Opera, dll maka
editor di Harvard Business Review.
bersamaan telah mengubah cara kita
membaca dan cara kita memperhatikan
akan muncul websites yang membahas
tentang hal yang kita cari tersebut. Itu
merupakan salah satu manfaat dengan
adanya Internet tersebut, bayangkan
apabila kita harus mencari hal tersebut
di perpustakaan, berapa hari waktu
yang kita perlukan? Menurut Nicholas
Carr,
ternyata
internet
tersebut
membawa dampak yang kurang baik
terhadap otak kita, ini yang diulas dalam
buku Carr tersebut.
Sedangkan latar belakang dari Nicholas
Dalam buku tersebut, Nicholas Carr
menggambarkan
paling
baru
hasil
untuk
riset
yang
menunjukkan
bahwa internet secara harafiah telah
mengubah saluran otak kita, yang hanya
menginduksi pemahaman yang dangkal
(superficial). Sebagai konsekuensinya,
banyak perubahan yang sangat besar
dalam cara hidup kita dan komunikasi,
mengingat dan sosialisasi. Terdapat
pergeseran cara berpikir dari yang
sesuatu. Thesis utama pada pekerjaan
ini adalah membuat kita menjadi
makluk yang lebih dangkal. Berdasarkan
kata
Carr “kita
ingin
diinterupsi
karena tiap interupsi membawa ke
kita informasi yang sangat berharga.
Dan kita sering bertanya ke internet
agar tetap menginterupsi kita bahkan
dalam frekuensi yang lebih dan cara
yang berbeda. Kita mau menerima
untuk kehilangan konsentrasi dan focus,
bagian dari perhatian kita dan pecahan
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
37
RESENSI BUKU
dari pikiran kita, sebagai balasan dari
pikiran dengan lebih mendasarkan
bukunya yaitu:
informasi yang kita terima”. Hal ini
pada kemungkinan dan konsekuensi
• greater access to knowledge is not
menyebabkan bahwa kekuatan kita
daripada mendasarkan sekilas atas hal
the same as greater knowledge,
untuk konsentrasi dan kontemplasi
yang menarik dalam arus digital. Selain
• an ever-increasing plethora of facts
semakin jarang kita gunakan. Hal ini
itu, karena beberapa aspek kehidupan,
berarti, kita menjadi tidak terlalu
sering yang sangat berarti dan berharga
memperhatikan apa yang kita lihat dan
mensyaratkan waktu dan kedalaman
baca, tetapi hanya melihat sesuatu yang
yang lebih. Dalam dunia digital membuat
baru yang menarik dan mengganggu
hal itu terpecah menjadi potongan-
kita. Berdasarkan Carr transformation,
potongan, dimana kita tidak mempunyai
Kesimpulan:
hal seperti itu sangat merugikan
waktu untuk memperhentikannya dan
Buku tersebut sangat bermanfaat bagi
struktur otak yang sebenarnya. Dan
berpikir, serta kita tidak mengetahui
kita, bahkan menurut Chris Anderson,
Carr menggunakan riset otak cognitive
“true self awareness’ dalam kontek yang
pengarang The Long Tail, The Shallows
untuk
sebenarnya.
merupakan one of the most insightful
menunjukkan
penggunaan
internet
bagaimana
yang
sangat
& data is not the same as wisdom,
• breadth of knowledge is not the
same as depth of knowledge, dan
• multitasking is not the same as
complexity.
thinkers about technology’s impact on the
berlebihan akan mengubah bentuk dari
Carr berpendapat bahwa dengan
world. Namun, apakah dengan adanya
struktur otak kita.
membaca
mengembangkan
internet menyebabkan kerugian yang
struktur
syaraf.
jauh lebih besar daripada keuntungan
bercerita
yang kita terima? Hal ini mungkin
bentuk
Riset
yang
oleh
dari
Carr
Membaca
suatu
memungkinkan kita untuk mulai bicara
menjadi
masalah, dari perjalanan hidup telah
dengan kita sendiri, untuk kontemplasi
saya yakin sebagian besar dari kita
dikumpulkan ingatan sedikit demi
berdasarkan realitas dengan cara lebih
sependapat bahwa banyak keuntungan
sedikit, dan otak mempertahankan
mendalam. Selain itu, Carr menyatakan
yang kita terima dengan adanya internet
jumlah tertentu yang dilihat selama
bahwa bookman mind lebih merupakan
tersebut. Namun terdapat sesuatu yang
hidup, yang dapat diubah bentuknya,
deeper mind dibandingkan electronic
tidak boleh kita lupakan, yaitu membaca
dan dapat mengubah bagaimana kita
mind.
buku, agar kemampuan otak cognitive
menggambarkan
ditulis
lain
akan
adanya
dengan
berpikir, serta dapat digunakan untuk
pertanyaan
kita.
Tetapi
kita tidak menghilang. Semoga kita tidak
yang bagus atau yang jahat. Jadi, jika otak
Selanjutnya, Carr menyatakan bahwa
dilatih untuk merespon dalam waktu
berdasarkan penelitian, orang yang
yang lebih cepat dalam dunia digital,
sering menghabiskan waktu di taman
itu akan merubah bentuk tentang
akan menyebabkan hasil tes cognitive-
pengalaman dunia secara keseluruhan.
nya meningkat, dibandingkan orang
yang berjalan dikota. Sehingga dapat
Carr menyatakan bahwa hal ini sangat
disimpulkan
berbeda apabila dibandingkan dengan
waktu di alam terbuka (back to nature)
membaca buku. Pikiran tertuju pada
merupakan cara yang paling baik dalam
buku daripada mencari beberapa kata
upaya agar cognitive dapat berfungsi
kunci kata dan paragraph. Pikiran yang
secara efektif.
bahwa
menghabiskan
tenang dan mendalam, menggali ide
Selain
secara utuh, dan terus berkembang.
mengutarakan pendapatnya tentang
Hal ini menyebabkan kematangan
internet yang mendasari penulisan
38 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
Product Details
•
Paperback: 276 pages
•
Publisher:
Atlantic
Books
London (2010)
•
Language: English
•
Hardback ISBN: 978 I 84887
225 7
•
Trade Paperback ISBN: 978 I
84887 226 4
berkembang melalui kontemplasi yang
itu,
pernah mengabaikan hal tersebut.
Nicholas
Carr
juga
•
Product Dimensions: 9.3 x 6.2
x 1.1 inches
RENUNGAN
PENDEKAR TAKO
Oleh : Satya Susanto
Bila kita menyaksikan film-film Kungfu
Shaolin, gerakan-gerakan indah nan
dahsyat diperagakan saat menghadapi
lawan. Dan hebatnya, mereka biasanya
tangan kosong, tanpa membawa senjata.
Kalaupun bersenjata, maka senjatanya
hanya sebuah tongkat yang sebenarnya
tidak mematikan. Aura yang terpancar
dari setiap gerakannya adalah keanggunan. Aura yang terpancar dari
wajahnya adalah wibawa dan kearifan.
Tidak mau menyakiti, tidak mau curang
meski dalam perang. Selalu menjura pada
siapa saja meski pada lawan sekalipun
juga.
Keindahan Kungfu Shaolin tiba-tiba
terbayang saat Bapak Direktur Jenderal
Anggaran menyampaikan arahan kepada
pegawai DJA pada Rapat Pimpinan yang
lalu. Beliau berpesan agar pegawai DJA
siap menjadi Pendekar Tako. Pendekar
Tangan Kosong. Yaitu pendekar yang
datang melayani bangsa dengan tangan
kosong, dan pulangpun tetap bertangan
kosong. Tidak datang dengan senjata
dan tidak pula pulang membawa hasil
jarahannya.
Pesan itu memicu angan.
Membangkitkan khayalan liar
yang menari-nari di udara.
Membayangkan pegawai
DJA
yang
sedang
memperagakan
jurus-jurus yang
bernama
“ketentuan dan peraturan”. Berdiri
tegak diatas kuda-kuda yang bernama
“Moralitas dan integritas”.
Membayangkan pegawai DJA, pendekarpendekar Keuangan Negara, meliuk-liuk
menyelamatkan uang rakyat dari tindakan
oknum yang tercela. Gerakannya
begitu indah, jumawa, sehingga tidak
ada hati yang terluka. Sehingga mampu
menyadarkan oknum yang berniat
berbuat dusta pada negara.
Ya, peran DJA sangat strategis untuk
mencegah terjadinya korupsi sejak
dini. Dengan seluruh kemampuan
kanuragan, dengan penguasaan pada
jurus “ketentuan dan peraturan”, dengan
kokohnya kuda-kuda “moralitas dan
integritas”, pegawai DJA bak pendekar
Shaolin yang amanat menjaga uang rakyat.
Bak pendekar Shaolin yang menjaga biara
kedamaian. Menjaga biara kemakmuran.
Menjaga biara kesejahteraan bersama.
Dengan
keahliannya
menari-nari
membela Ibu Pertiwi, pendekar Shaolin
yang Tako, yang kalaupun bersenjata,
hanyalah dengan sebuah pena, meliuk-liuk
diatas kertas Rencana Kerja Kementerian
Lembaga (RKA-KL), menorehkan goresan
disana sini bukan untuk kepentingan
pribadi. Mencorat-coret disana sini hanya
untuk kepentingan Ibu Pertiwi.
Gerakannya indah. Penuh hormat dan
sahaja. Tidak ada mitra kerja yang merasa
dizalimi. Lewat gerakan indahnya mitra
kerja menjadi mengerti. Lewat aura
yang terpancar dari seluruh tubuhnya,
mitra kerja menjadi sadar akan prioritas
negara. Sehingga
sang Pendekar Tako tidak pernah
membinasakan asa. Dikagumi karena
jurus-jurusnya. Dihormati karena kudakudanya.
Khayalan ini semakin liar, membayangkan
pembangunan pesat bak cendana
dimusim hujan. Membayangkan rakyat
jelata tersenyum bahagia. Membayangkan
orang papa mulai bisa tertawa. Karena
mereka merasakan pembelaan yang
nyata. Karena mereka merasakan alokasi
anggaran yang berpihak kepadanya.
Pendekar Tako terus meliuk-liuk indah.
Berpijak pada kokohnya kuda-kuda
yang bernama “integritas-moralitas”.
Mengabaikan goresan luka yang terkadang
menimpa jiwanya. Setiap gerakannya
menebarkan kemakmuran. Setiap
coretan penanya menggambarkan
pembelaan negara. Sepak terjangnya
menutup ruang-ruang hampa. Ruangruang hampa yang biasanya dipenuhi
hawa kolusi, hawa korupsi.
Arahan Bapak Direktur Jenderal
Anggaran
menggelorakan
jiwa.
Membakar asa.Ayo kawan-kawan DJA,
olah terus kemampuan kanuragan
kita. Belajar, belajar dan terus belajar
meningkatkan kapasitas, integritas
dan moralitas kita. Karena kita
adalah Sang Pendekar Tako.
Sang Pendekar Tangan
Kosong yang menjaga
keuangan
negara.
Ciiiiaaaaattttt.
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
39
PROFIL
Wawancara Dengan Dirjen Anggaran Herry Purnomo
Change Management
Untuk Dja Lebih Baik
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
41
PROFIL
Sebagai orang nomor satu di DJA, Herry
Purnomo sangatlah sibuk. Kesibukanya
sebagai Dirjen Anggaran dalam mengelola
keuangan negara khususnya APBN dan
belanja pemerintah pusat menyita banyak
energinya. Untuk mengisi kembali energi
yang hilang, Bapak dari tiga orang cucu
ini menyeimbangkan hidupnya dengan
kegiatan lain di luar kantor. Salah satunya
adalah bermain golf bersama temantemannya. Bagi beliau bermain golf adalah
bagian dari upaya untuk melepaskan diri
dari rutinitas kantor, mengisi paru-parunya
dengan udara segar dan menikmati alam
terbuka. Selain itu, waktu liburnya beliau
khususkan untuk keluarga dan bermain
dengan cucu-cucunya yang lucu.
Ditengah kesibukannya, beliau berkenan
menerima redaktur Majalah Warta
Anggaran untuk wawancara khusus, berikut
petikannya.
Sesuai dengan PMK No. 184/
PMK.01/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Keuangan,
DJA mengalami perubahan struktur
organisasi. Bagaimana Bapak melihat
peran strategis DJA sebagai pengelola
anggaran dengan struktur baru
tersebut?
Pertama yang ingin saya katakan bahwa
reorganisasi ini sudah dipikirkan secara
intens oleh pimpinan sebelumnya yaitu
Ibu Anny Ratnawati untuk mengantisipasi
kebutuhan dan perkembangan di masa
datang untuk tugas dan fungsi yang
ditangani oleh DJA. Salah satu hal yang
harus saya apresiasi adalah terbentuknya
satu direktorat baru yaitu Direktorat
Harmonisasi Peraturan Penganggaran (Dit.
HPP) yang fokus terhadap harmonisasi
peraturan terkait dengan penganggaran.
Kalau saya coba merangkum dengan kalimat
adalah karena banyaknya peraturan yang
dibuat oleh Kementerian/Lembaga (K/L)
baik dalam bentuk UU, PP, Perpres yang
sedikit banyak mengganggu atau melanggar
kaidah atau prinsip-prinsip penganggaran.
Peran direktorat HPP menjadi penting
untuk menjaga hal ini. Contohnya, banyak
UU yang tidak mengindahkan kaidah
penganggaran karena dalam UU tersebut
mencantumkan persentase tertentu dari
APBN untuk membiayai bidang tertentu
diluar yang ditetapkan dalam UUD yakni
20 persen untuk pendidikan.
Dalam perkembangannya, saya mengikuti
ada beberapa UU yang sudah ditetapkan
dan mencantumkan persentase tertentu
untuk membiayai bidang tertentu karena kita
tidak dilibatkan dalam proses pembahasan.
Terakhir RUU Desa minta sekian persen
dari UU. Nah, saya kira ini yang menjadi
DJA dengan direktorat baru ini menjadi
strategis yaitu mewakili pemerintah untuk
menjaga agar jangan sampai keluar suatu
peraturan yang mengkapling-kapling APBN.
Karena kalau penyusunan peraturan tidak
diharmonisasi dengan prinsip-prinsip atau
kaidah APBN bisa jebol APBN kita. Apalagi
kalau kita melihat postur APBN, space yang
tersedia untuk pemerintah bisa bergerak,
katakanlah untuk membangun infrastruktur
sangat kecil. Sebagian postur APBN kita
untuk membayar utang, sebagain besar
sudah dikapling untuk DAU dan pendidikan.
Padahal ada hal-hal lain yang masih banyak
perlu perhatian, apa jadinya kalau banyak
UU atau Peraturan yang mengklaim atau
mengkaplingkan diri dalam APBN .
Oleh karena itu, saya sangat mendukung
dan mempunyai banyak harapan bahwa
direktorat baru ini dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan harapan dari
dibentuknya direktorat ini.
Bagaiamana menurut Bapak fungsi Dit
HPP dan DSP untuk mengantisipasi
perkembangan sistem penganggaran?
Saya melihat unit di dalam DJA ada unit DSP
dan Dit HPP. Saya ingin menterjemahkan
Dit HPP fokus kepada peraturan-peraturan
sedangkan sistem penganggaran menjadi
tugas DSP. DSP berbicara tentang bisnis
proses atau desain sistem penganggaran
yang akan kita buat, menjaga dan
mengembangkan sistem pengangaran
yang ada kemudian mengembangkannya
dengan kaidah-kaidah sistem penganggaran
yang akan kita pakai. Misanya dalam sistem
penganggaran kita mulai menerapkan
sistem anggaran berbasis kinerja sesuai
amanat UU Nomor 17/2003. Demikian
pula dalam merencanakan anggaran yang
42 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
tahunan juga harus memperhatikan MTEF
tiga tahu ke depan. Tugas mendesain dan
menyempurnakan adalah DSP. sedangkan
untuk menyusun bisnis proses dan aturan
main bekerja sama dengan Dit. HPP. Jadi
ada pembagian tugas, Dengan demikian
dua direktiorat ini dalam mengembangkan
sistem penganggaran harus berkolaborasi.
Termasuk dalam sistem penganggaran
adalah pengembangan Infomasi Teknologi
(IT)-nya karena sekarang kecenderunganya
adalah proses bisnis harus didukung atau
diwadahi dengan IT.
Terkait
dengan
SPAN, Bapak
berulang kali mengatakan bahwa
DJA harus mempunyai peran yang
lebih banyak dalam implemtasi SPAN,
selama ini peran DJA agak tertinggal
dibandingkan dengan DJPB dalam
implemetasi SPAN. Apa yang harus
dilakukan oleh DJAl dalam mengejar
ketertinggalan dalam SPAN?
Kita harus menyadari, memahami, dan
mempunyai rasa memiliki bahwa justru
DJA harus memainkan peran yang sangat
penting dalam SPAN karena produk yang
dihasilkan oleh DJA menjadi dasar bagi
Ditjen Perbendaharaan (DJPB) dan satker
dalam bekerja kemudian. Kalau kita tidak
mengisi dengan benar, peran dalam SPAN
atau katakanlah, ya… sudahlah kita tidak
ikutan SPAN. Berarti DJPB dan satker tidak
bisa melakukan apa-apa. Karena produk
DJA menjadi dasar sistem SPAN yang
menjadi landasan bagi DJPB dan satker
untuk bekerja dalam sistem SPAN.
Produk DJA adalah RKA-KL yang
merupakan wujud operasional dari
penyusunan APBN. RKA-KL ini menjadi
tanggung jawab DJA, kalau RKA-KL ini tidak
bisa disediakan dengan benar dan tepat
waktu, DJPB tidak bisa memulai dengan
menerbitkan DIPA. Penerbitan, pencairan
DIPA, pertanggungjawaban DIPA, dan
revisi DIPA akan difasilitasi dengan sistem
terintegrasi. Sistem terintegrasi bukan
hanya menyangkut sisi pelaksanaan, which
is menjadi tanggung jawab DJPB. Tetapi
dimulai dari awal yaitu perencanaan
anggaran yaitu penyusunan RKA-KL. Jadi
PROFIL
posisi DJA itu paling depan. Oleh karena
itu, saya mendorong.
Memang agak ketinggalan penyiapannya,
tetapi kita sudah memulai langkah dengan
duduk bersama di Rapimtas Yogya.
Saya mendorong bahwa ini tanggung
jawab kita bersama. Nah, kembali saya
mengajak teman-teman untuk mengajak
ketertinggalan. Apa yang harus dilakukan
teman-teman DJA? Menyelesaikan bisnis
proses dari sisi segmentasi SPAN yang
menjadi tanggung jawab DJA yaitu agar bisa
menjamin tersedianya RKA-KL yang kredibel
agar dapat menjadi dasar penerbitan DIPA
kemudian menjadi dasar pelaksanaan
anggaran oleh satker sampai dengan
pembukuannya, pertanggungjawabannya,
dan cash management. Kita harus segera
menyelesaikan bisnis proses yang telah
disepakati di Yogya.
Mereka yang mengerjakan tetapi ternyata
dalam waktu tiga tahun tidak selesai karena
mereka tidak tahu bisnis prosesnya. Dari
pengalaman ini saya selalu mengatakan
bisnis proses selalu kita susun dahulu.
Demikian pula pada saat SPAN awal,
pada waktu itu saya sebagai Dirjen
Perbendaharaan, pihak World Bank
mengejar-ngejar saya untuk segera
melaksanakan SPAN. Saya bilang apa yang
harus segera dilaksanakan. Padahal menurut
kita tidak. Setelah melalui diskusi dan Rapim
dengan Menteri Keuangan ternyata tidak.
Karena yang harus diselesaikan adalah
bisnis prosesnya. Bisnis proses selesai baru
kemudian kita masukan ke dalam IT sistem.
Jadi yang harus dicermati teman-teman
DJA, bisnis proses harus kita selesaikan.
Sebenarnya saya melihat sudah ada rasa
memiliki dan memahami atas sesuatu yang
akan kita bangun tetapi masih kurang. Oleh
karena itu, saya ajak teman-teman untuk
menyelesaikan bisnis proses dari sisi DJA,
ada sekitar tujuh butir. Paling tidak ada tiga
hal, pertama dari sisi perencanaan anggaran
murni yaitu penyusunan RAPBN 2012, ada
bisnis prosesnya. Kedua, sisi pelaksanaan
anggaran ada dua menyangkut penyusunan
R-APBNP kalau sekarang RAPBNP 2011
dan menyangkut revisi. Dari sisi pelaksanaan
DJA ada kaitannya karena revisi di DJA.
Kemudian yang akan kita kembangkan
adalah monev. Jadi saya kira ada empat
segmentasi bisnis proses yang harus segera
diselesaikan DJA.
Bagaimana rencana pengembangan
RKA-KL Online oleh DJA dengan
keterkaitannya dengan SPAN?
Bisnis proses ini kita sepakati bersama,
kemudian kita terjemahkan ke dalam
sistem IT memakai hyperion. Kita harus
bekerja keras karena deadline-nya bulan
Mei 2011. Karena prinsip buat saya dalam
membangun IT, kita sendiri yang harus
menyusun bisnis prosesnya sedangkan
konsultan hanya membantu, mereka tidak
tahu. Seperti pengalaman Australia pada
saat membangun IT SPAN, Mereka punya
pengalaman buruk. Kenapa? Kata mereka,
pada waktu membangun sistem terpadu ini
kami serahkan ke orang IT, diborongin, kita
tidak mau tahulah… pokoknya kita tunjuk.
Kita membayangkan ke depan sistem
penganggaran harusnya bottom up yang
dimulai dari ujungnya adalah satker.
Sekarangkan ditengah-tengah, karena kita
berhubungan dengan K/L padahal yang kita
minta penyusunannya dari satker-satker.
Makanya fasilitasinya dimulai dari satker.
Saya mendukung pengembangan RKAKL Online apalagi diintegrasikan dengan
SPAN. RKA-KL Online adalah sarana untuk
perencanaan anggaran K/L. Penyusunan
anggaran K/L adalah domain dari DJA. Dalam
perkembangannya, karena program SPAN
dikembangkan sistem yang terintergrasi
ke dalam satker, maka untuk kepraktisan,
pendanaan, dan pengembangan sistem
yang terintegrasi di satker maka kita sepakat
untuk pengembangan RKA-KL Online oleh
tim SPAN yang mengembangkan aplikasi
dan bisnis proses di satker.
Walaupun pengembangnya ada di tim SPAN
tetapi tanggung jawab pengembangan bisnis
proses ada di DJA. Karena teman-teman
DJPB tidak tahu bisnis prosesnya RKA-KL
itu. Ini tetap menjadi tanggung jawab DJA,
disinilah kita berkolaborasi. Pengembangan
IT masuk ke dalam pengembangan IT satker
yang namanya SAKTI tetapi pengembangan
bisnis proses ada di DJA. Jadi yang ingin saya
katakan disini adalah kita tidak kehilangan
tanggung jawab atau kehilangan pekerjaan
terkait dengan pengembangan RKA-KL
Online. Ini yang perlu kita sadari, sekarang
jamannya kolaborasi. Dari segi kepraktisan
dan efisiensi kita sepakati kontraktornya
satu, kita tidak perlu repot lagi mencari
kontraktor. Kita menggunakan kontraktor
yang mengembangkan SAKTI. Inilah yang
saya sebut simbiosis mutualistis, kita tidak
bisa hidup menyendiri.
Kemudian ke depan, RKA-KL Online
sebagai sarana dalam rangka melakukan
penyusunan anggaran. Pertama orang
menyusun RKA-KL dari satker-satker,
saya ingat waktu di daerah satker-satker
menyusun RKA-KL disampaikan ke K/L,
kemudian K/L yang akan membahas dengan
DJA. Saya mencoba menterjemahkan ide
dari Ibu Anny Ratnawati, RKA-KL Online
dikembangkan lebih jauh lagi dalam arti
melalui RKA-KL Online suatu hari nanti
penelahaan RKA-KL tidak saling bertemu.
Orang tidak perlu berbondong-bondong
datang ke DJA membawa berkas.
Dengan dikembangknnya RKA-KL Online
ini, kita memakai sarana modern, orang
menelaah di kantor masing-masing saja.
Demikian pula DJA baik di Direktorat
Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan
Direktorat Anggaran III bekerja dibelakang
komputer. Semua indeks harga dan semua
parameter dimasukkan ke dalam data
base komputer. Kita bermain dalam sarana
komputer. Saya ingin mewujudkan RKAKL Online itu seperti itu. Tidak hanya
memasukan data ke komputer atau
membawa soft copy data. Kalau seperti itu
dari dulu juga sudah ada. Bukan sekedar
transfer data, karena kalau seperti itu
jamannya saya masih menjadi Kasubdit
sudah ada.
Padahal ketika itu diinginkan waktu
pembahasan sudah di depan komputer,
meskipun aplikasi komputer belum
secanggih saat ini. Karena sistem belum
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
43
PROFIL
mendukung makanya transfer data
berupa soft copy ke komputer kemudian
di tayangkan dan pembahasannya masih
bertemu. Satker membawa hardcopy
kemudian dicoret-coret. Setelah dicoretcoret baru diedit dalam komputer. Itu
memang lebih cepat dibandingkan
mengetik tetapi ke depan tentu bukan
seperti ini yang diharapkan.
Oleh karena itu, perlu kesiapan kita untuk
mengubah paradigma dan mindset. Kalau
selama ini kita menunggu-nunggu tamu
datang saat penelaahan dengan segala
“implikasinya” sehingga Ibu Anny Ratnawati
harus memasng CCTV untuk memonitor.
Apakah seperti itu kelakuan kita…?
Nantinya tidak ada lagi yang seperti itu.
Kita harus melakukan transformasi
atau reformasi yang meliputi tiga hal.
Pertama, perbaikan bisnis proses. Kedua,
pengembangan IT dan ketiga changes
management meliputi perubahan sikap dan
peningkatan kapasitas. Yang berat adalah
ketiga yakni merubah mentalitas kita dan
satker.
Peranan PNBP dalam penerimaan
negara semakin penting. Bagaimana
upaya yang akan dilakukan Bapak
untuk meningkatkan peran PNBP
dalam penerimaan negara?
Ide brilliant dari pimpinan yang lama untuk
membentuk satu tenaga pengkaji PNBP
dengan Eselon II/b. Hal ini menunjukan
bahwa ke depan PNBP akan menjadi
primadona penerimaan APBN. Tentu
akan menjadi tantangan buat kita semua,
bagaimana mengembangkan Direktorat
PNBP dan tenaga pengkaji untuk bisa
menggali potensi-potensi PNBP agar bisa
diwujudkan menjadi realitas penerimaan
APBN.
Sesuai dengan arahan Menteri Keuangan
ada sisi PNBP SDA yang harus didorong
peningkatannya. Karena untuk PNBP SDA
migas sudah jelas penanganannya meskipun
tertatih-tatih untuk peningkatnnya. Sisi
lain yang harus didorong adalah PNBP
SDA non migas seperti batubara dan hasil
tambang lain seperti nikel.
Peran DJA adalah dalam peningkatan dari
segi kebijakan karena DJA tidak operasional.
Bagaimana konsep yang dirumuskan oleh
DJA dari segi kebijakan dan pengaturan
inilah yang diharapkan oleh K/L dan
stakeholder. Seperti batubara, eksekutor ada
di kementerian lain, sedangkan peran DJA
adalah bagaimana membuat desain-desain
kebijakan agar PNBP dari sektor ini bisa
ditingkatkan.
Terkait dengan temuan BPK atas
pengelolaan PNBP oleh K/L, harus
44 Warta anggaran | 21 Tahun 2011
diupayakan untuk ditertibkan agar tidak
menjadi temuan kembali. Fungsi DJA adalah
kebijakan dan mendorong, bagaimana K/L
bisa mematuhi ketentuan yang ada. Nah,
di sini kita berfungsi sebagai regulator.
Kitalah yang memproses regulasi PNBP
K/L. Bagaiman K/L menyetorkan PNBP
nya, dan agar sumber-sumber PNBP K/L
di landasi peraturan serta bagaimana DJA
memonitor laporan PNBP K/L.
Bagaimana Bapak melihat SDM DJA
saat ini? Apa harapan Bapak terhadap
pengembangan SDM DJA?
Saya melihat SDM DJA dalam menangani
reformasi penganggaran berdasarkan UU
Nomor 17/20003 dan UU Nomor 1/2004
sudah kelihatan profesionalismenya. Saya
berinteraksi langsung dengan para direktur
dan para kasubdit. Berdasarkan pengamatan
saya, penguasaan mereka terhadap tugas
yang menjadi tanggung jawabnya sudah
bagus. Demikian pula penguasaan terhadap
peraturan juga bagus artinya dalam setiap
pengajuan penyelesaian masalah selalu
dipertimbangkan landasan hukumnya
sehingga jalan keluar yang diusulkan cukup
kuat. Ini menunjukan sikap profesionalisme.
Tantangan ke depan tentu akan terus
berkembang karena kita belum sepenuhnya
menjalankan anggaran berbasis kinerja. Dari
sisi peran, selama ini kita baru menjaga sisi
keuangannya atau lebih kecil lagi sisi SBU
PROFIL
dan SBK. Padahal berdasarkan anggaran
berbasis kinerja kita juga harus menguasai
program-program dari masing-masing
K/L dalam penyusunan anggaran serta
dalam berinteraksi dengan K/L. Dengan
memahami program-program K/L maka
akan ketahuan kinerja yang akan menjadi
target. Tanpa memahami program-program
dan kebijakan K/L, kita tidak akan bisa
membuat judgment atas target kinerja,
output, dan outcame yang akan dicapai.
Dengan demikian, dalam rangka untuk
mengantisipasi tuntutan perubahan dalam
rangka implementasi PBB dan MTEF, kita
perlu peningkatan kapasitas seluruh jajaran.
Bukan hanya pelaksana tetapi juga para
direktur, kasubdit, kasie bahkan saya juga
harus meng- improve diri untuk menguasai
ilmu-ilmu yang terkait dengan perubahan.
Dalam rangka perubahan ini, saya berharap
dari Sekretaris Ditjen Anggaran dan para
direktur untuk bersama-sama merumuskan
konsep capacity building keseluruh jajaran
dengan segmentasi untuk eselon II, III, IV,
dan pelaksana.
Dan yang lebih penting lagi untuk fresh
graduate kita harus menyiapkan konsep
capacity building yang baik dan terarah
buat mereka karena kader masa depan kita
adalah anak-anak muda ini. Karena saya terus
terang masuk DJA dulu menggelundung
begitu saja, didiamkan begitu saja. Kamu
mau belajar apa dan menjadi apa terserah.
Nah, saya tidak ingin pengalaman itu kita
wariskan.
Saya sudah melihat di sini sudah
dipersiapkan pembekalan untuk anak-anak
baru. Di depan tentu harus ada programprogram yang terarah untuk menyiapkan
kader-kader masa depan. Karena saya
sendiri tinggal dua tahun lagi pensiun,
demikian pula para direktur juga ada yang
tinggal dua sampai tiga tahun lagi pensiun.
Nah, yang muda-muda inilah yang akan
menggantikan kita. Mereka harus diberikan
bekal.
Apa filosofi Bapak dalam menjalani
kehidupan ini?
Saya tidak mempunyai filosofi khusus. Palingpaling saya mengatakan bahwa saya rasakan
hidup itu menggelundung saja, pasrah, lepas
tetapi tetap berusaha yang terbaik. Tidak
tahu bagaimana harus merumuskannya.
Tetapi saya merasa hidup mengalir saja.
Kalau dalam bekerja saya bekerja sebaikbaiknya, amanah yang diberikan pimpinan
saya laksanakan sebaik mungkin dengan
dilandasi kejujuran dan keikhlasan karena
saya yakin manusia diminta untuk berusaha
dan berdoa kemudian hasilnya kita
serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kita serahkan kepada yang gawe urip, Allah
SWT. Saya tidak begitu ngoyo karena
menurut saya, hidup sudah mempunyai
bagiannya masing-masing. Dalam arti kata
kita harus berbuat yang terbaik. Do the best
and lets God take the rest.
Apa yang melatarbelakangi hubungan
personal Bapak dengan staf dalam
suasana yang lebih informal dalam
Rapimtas di Yogyakarta?
Karena saya merasakan bekerja terusmenerus dalam ruangan seperti ini dengan
pakaian formal, sudah terlalu terkungkung
oleh batasan-batasan formal. Kita biasa
melakukan rapat ruangan tertutup, antar
meja jaraknya jauh, pakaiannya formal,
duduknya pun harus formal. Untuk
mencari penyegaran agar materi rapat yang
berat menjadi kelihatan ringan sehingga
diharapkan pemahamanpun menjadi lebih
enak. Maka kita ajak keluar, biar ada suasana
lain. Pakaian pun bebas, pokoknya santailah.
Secara psikologis akan mempengaruhi kita
dalam bersikap dan dalam memahami
sesuatu.
Karena tidak mempunyai tekanan dan beban
sehingga dalam menerima penjelasanpun
akan menjadi santai dan enak. Suasana
hubungan atasan dan bawahanpun cair.
Saya salut dengan teman-teman masih
bisa menjaga unggah-ungguh dan saya juga
dalam berinteraksi dengan siapapun tidak
membedakan diri. Saya sebagai Dirjen
Anggaran dan kamu sebagai pelaksana
mencoba membaur, karena jabatan kan
hanya sarana saja. Kembali ke filosofi saya,
walau bagaimanapun seorang dirjen tidak
dapat melaksanakan tugas sendirian tetapi
sangat tergantung dan dibantu oleh temanteman yang lain.
Siapa tokoh idola Bapak?
Sebagai seorang muslim tokoh idola saya
adalah satu yaitu Kanjeng Nabi Muhamad
SAW. Saya tidak akan mengidolakan orang
lain karena mengkultuskan orang kan tidak
boleh. Nabi Muhamad bagi saya dan orangorang muslin yang lain adalah He is the best
dari sudut apapun kita melihatnya. Dari
sudut akhlaqnya, leadership-nya, hubungan
dengan orang lain tanpa membedabedakan hubungan dengan orang lain,
bahkan hubungan dengan non muslim juga
luar biasa.
Di
tengah
kesibukan
Bapak,
bagaimana Bapak menyeimbangkan
hidup antara pekerjaan, hobi dan
keluarga?
Saya sudah tidak mempunyai hobi khusus.
Saya paling-paling mencoba untuk bisa
menikmati udara segar kalau hari libur
sambil jalan menikmati pemandangan
indah di lapangan golf. Di lapangan kita
bisa melepakan unek-unek, bahkan
teriakpun bisa walaupun rule-nya katanya
tidak boleh teriak-teriak. He he he….saya
berusaha untuk rileks di lapangan atau di
alam terbuka meskipun permainan golf
saya tidak bagus. Tetapi saya harus mengisi
sesuatu diluar dan berinteraksi dengan
teman-teman. Saya kalau main golf tidak
dengan teman-teman kantor, tetapi dengan
grup khusus tanpa ada vested interest. Saya
juga menghindari bermain dengan orang
yang punya kepentingan.
Selain itu saya juga berinteraksi dengan
keluarga, anak dan cucu, karena waktunya
sudah terbatas sekali dari hari Senin sampai
dengan Jumat bekerja sampai malam
kadang-kadang sampai pagi. Hari Sabtu
dan Minggu kita manfaatkan untuk mencari
udara segar dan berkumpul dengan
keluarga, anak dan cucu.
Rini Ariviani F dan Asrukhil Imro.
Fotografer Dana Hadi
Warta anggaran | 21 Tahun 2011
45
PERISTIWA
SOSIALISASI PMK REVISI
Bertempat di Auditorium Dhanapala, Direktorat Jenderal Anggaran bersama dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan memberikan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011 tentang Tata Cara
Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2011 kepada Kementerian Negara/Lembaga.
Pada dasarnya, revisi anggaran bertujuan untuk antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan, mempercepat pencapaian
kinerja, dan meningkatkan efektivitas, kualitas belanja dan optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas. Peraturan Menteri Keuangan
tersebut mengatur bahwa revisi dapat dilaksanakan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran terhadap kebutuhan biaya
operasional satuan kerja, tunjangan profesi dan tunjangan kehormatan, kebutuhan pengadaan bahan makanan untuk tahanan, pembayaran
berbagai tunggakan, kegiatan multiyears dan paket pekerjaan yang sudah dikontrakkan atau direalisasikan dananya sehingga menjadi minus.
Selain itu, revisi dapat pula dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume keluaran kegiatan prioritas nasional dan mengurangi spesifikasi
keluaran (output).
PENELAAHAN TARGET DAN PAGU PENGGUNAAN PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak kini menjadi salah satu andalan sumber pendapatan bagi negara selain dari
pendapatan perpajakan.
Sebagai salah satu andalan pendapatan bagi negara untuk membantu membiayai jalannya roda pemerintahan, diperlukan perhatian yang
lebih dari semua pihak dalam menentukan
besaran target PNBP dari masing-masing Kementerian/Lembaga. Dari dana PNBP yang terkumpul tersebut, tidak semuanya dapat dipakai
oleh Kementerian/Lembaga bersangkutan, hal ini harus sesuai dengan prinsip penggunaan PNBP yang bersifat earmark.
PENANDATANGANAN
KONTRAK
KINERJA PEJABAT ESELON II DJA
Diharapkan keseriusan dan kesungguhan
dari para Pejabat Eselon II untuk memenuhi
target-target yang telah ditetapkan dalam
kontrak kinerja yang baru ditandatangani ini,
demikian pesan singkat Direktur Jenderal
Anggaran pada acara penadatanganan
kontrak kinerja Pejabat Eselon II di
lingkungan Direktorat Jenderal Anggaran.
Kontrak kinerja ini dibuat sebagai bentuk komitmen
Direktorat Jenderal Anggaran dalam mendukung
pelaksanaan program reformasi birokrasi di
Kementerian Keuangan yang telah memasuki tahun
keempat sejak digulirkan pada tahun 2007.
Pada acara yang dihadiri pula oleh para Pejabat Eselon
III tersebut, Direktur Jenderal Anggaran menghimbau
kepada seluruh jajaran di lingkungan Direktorat
Jenderal Anggaran untuk menghilangkan “kebiasaankebiasaan” pada masa lalu demi peningkatan citra
Direktorat Jenderal Anggaran yang lebih baik di mata
para stakeholder.
Pelantikan Pejabat Eselon III dan IV
Seluruh jajaran pejabat Direktorat Jenderal Anggaran diharapkan terus meningkatkan capacity masing-masing
sehingga dapat mengubah mindset tentang DJA tidak hanya sebagai budget administrator tetapi juga sebagai
budget analyst. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Anggaran, Herry Purnomo dalam sambutannya pada acara
pelantikan pejabat eselon III dan IV di lingkungan DJA (24/03).
Sebanyak 51 orang pejabat dilantik, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KM.1/UP/11/2011 tentang Mutasi Para Pejabat
Eselon III di Lingkungan Kementerian Keuangan. Satu orang pejabat eselon III berotasi ke unit eselon III lain dan 12 orang pejabat eselon IV
mendapat promosi menjadi eselon III. Selanjutnya, pada kesempatan yang sama juga dilantik 10 orang pejabat eselon IV yang berotasi ke unit
eselon IV lainnya dalam rangka agenda rutin mutasi organisasi di Lingkungan DJA dan 28 orang pejabat mendapat promosi menjadi eselon IV.
Pada tanggal 1 s.d. 3 April yang lalu, dilaksanakan Rapat Pimpinan DJA di Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Anggaran beserta para pejabat eselon II dan pejabat eselon III melakukan kunjungan ke Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Yogyakarta dan KPPN Yogyakarta.
Download