GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUALITAS SELAMA MASA KEHAMILAN Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : [email protected] ABSTRAK Pendahulaun: Hubungan seksual aman dilakukan bila kehamilan dalam kondisi normal dan sehat (Hartuti, 2010). Dari hasil survey awal yang dilakukan di RB Bunda Medika-Taman Sepanjang, Sidoarjo terhadap 15 orang ibu hamil didapatkan hasil sebanyak 8 (53,3%) orang tidak melakukan hubungan seksual dan berpengetahuan rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan Ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan di RB. Bunda Medika Taman Sepanjang, Sidoarjo. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan populasi sebanyak 125 orang ibu hamil dan sampel sebanyak 56 orang ibu hamil dipilih secara accidental sampling. ). Hasil penelitian dibuat tabel frekuensi kemudian ditabulasi silang dan ditarik kesimpulan. Hasil: Hasil penelitian didapatkan mayoritas ibu hamil berpengetahuan kurang (76,79%) dan mayoritas ibu hamil melakukan hubungan seksual (67,86%). Dilakukan tabulasi silang dan didapatkan hasil mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang melakukan hubungan seksual (100%) dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang (41,86%) tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan.. Diskusi: Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang melakukan hubungan seksual dibandingkan . ibu hamil dengan pengetahuan kurang (41,86%) tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan. Sehingga diharapkan adanya komunikasi, keterbukaan, dukungan dan pengertian diantara pasangan suami istri serta komunikasi dengan petugas kesehatan untuk memperoleh infomasi tentang cara dan posisi hubungan seksual selama kehamilan sehingga kebutuhan psikologis suami istri terpenuhi. Kata Kunci : Pengetahuan, Hubungan Seksualitas PENDAHULUAN Kehamilan adalah masa dengan banyak perubahan bagi sepasang suami istri, tak terkecuali dengan hubungan seksual. Pada masa ini ibu hamil dan pasangan mungkin mengalami perubahan emosi dan perasaan berbeda pada masa-masa itu, bahkan tidak jarang menjadi labil sehingga komunikaasi merupakan hal yang terpenting untuk dilakukan sejak kehamlan muda. Berhubungan seks di masa kehamilan memicu banyak pertanyaan, meskipun secara medis berhubungan selama hamil tidak menjadi masalah selama kehamilan tersebut dalam kondisi aman (Hartuti, 2010:30) Banyak pasangan suami istri yang takut melakukan hubungan seksual saat istrinya hamil. Mitos-mitos yang beredar di masyarakat mengenai hubungan seksual saat hamil dan ketidaknyamanan dari istri yang membuat pasangan suami istri enggan bahkan takut untuk melakukan hubungan seksual. Beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai hubungan seksual saat hamil dan fakta yang benar antara lain; mitos bahwa melakukan hubungan seksual akan menyebabkan keguguran dan melukai janin. Faktanya pada kehamilan normal, hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran atau melukai janin, karena janin berada dalam kantong ketuban yang kuat. Selain itu, lendir produktif yang melapisi mulut rahim juga menjadi sawar apabila ada kuman yang masuk; mitos bahwa orgasme akan menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur. Faktanya orgasme memang akan membuat perut berkontraksi karena adanya pengaruh dari hormon prostaglandin di dalam cairan semen. Namun kontraksi ini berbeda dengan kontraksi menjelang persalinan dan kontraksi ini tidak berbahaya untuk kehamilan normal; Mitos bahwa hubungan seksual akan mengganggu kenyamanan “tidur” bayi. Fakta sebenarnya janin menikmati “goyangan lembut” saat pasangan suami istri melakukan hubungan seksual. Janin tidak dapat melihat, mengerti dan merasakan apa yang terjadi. Jadi gerakan janin yang dirasakan itu adalah gerakan yang wajar; mitos bahwa hungan seksual akan menyebabkan infeksi pada janin. Faktanya 44 selama kehamilan itu normal dan dari pihak suami maupun istri tidak menderita penyakit infeksi seperti gonorea atau sifilis, hubungan seksual tidak akan menyebabkan infeksi pada janin. Selain itu juga, janin dilindungi oleh cairan ketuban yang berfungsi sebagai pelindung (Rahmawati, 2010) Sebuah pengkajian menemukan bahwa sebanyak 54% Ibu hamil mengalami penurunan libido pada trimester pertama (Murkoff, H 2006: 307). Penelitian lain menyebutkan bahwa 80% ibu hamil merasakan dorongan dan reaksi seksualnya meningkat pada trimester kedua (Danarti, D 2010:70). Pada satu kelompok wanita, hanya 21% yang tidak mengalami atau sedikit mengalami kenikmatan seks sebelum kehamilan. Presentasi wanita yang tidak mengalami kenikmatan seksual ini meningkat menjadi 41% pada minggu ke 12 kehamilan dan 59% saat memasuki bulan kesembilan. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa pada minggu ke 12 kehamilan, kira-kira 1 dari 10 pasangan sama sekali tidak melakukan hubungan seksual memasuki bulan kesembilan, sepertiganya menjalani pantang seksual (Murkoff, H 2006:308). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 15 orang Ibu hamil tanggal 22 Agustus 2013 di RB Bunda Medika diketahui bahwa 7 orang (46,6%) mengatakan melakukan hubungan seksual. Dari 7 orang yang mengatakan melakukan hubungan seksual diketahui 3 orang (20%) berpengetahuan tinggi dan 4 orang (26,6%) berpengetahuan sedang. Dan sisanya lagi sebanyak 8 orang (53,3%) mengatakan tidak melakukan hubungan seksual. Dari 8 orang yang mengatakan tidak melakukan hubungan seksual didapatkan semuanya berpengetahuan rendah. Dari hasil survey awal di atas didapatkan bahwa sebagian besar ibu hamil (8 orang) tidak melakukan hubungan seksual dan setelah diberi kuesioner ternyata pengetahuan mereka tentang hubungan seksual masih rendah. Masalah seksual sampai saat ini masih dianggap tabu. Namun seksual merupakan sebuah kebutuhan. Apabila salah satu kebutuhan tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan psikologis baik pada ibu hamil maupun pasangannya. Atau bahkan dapat menyebabkan keretakan hubungan rumah tangga. Gangguan psikologis pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Faktor yang mempengaruhi hubungan seksual selama kehamilan ada 2 yaitu faktor medis dan non medis. Menurut factor medis, selama kehamilan itu normal tidak ada halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual dilarang atau ditunda apabila ada riwayat keguguran, riwayat melahirkan premature, perdarahan saat melakukan hubungan seksual, pecahnya air ketuban, dan ada penyakit infeksi baik pada suami maupun istri. Sedangakan faktor non medis adalah umur, pendidikan, dan paritas. Semakin tua umur Ibu, semakin matang proses berpikirnya. Pendidikan yang tinggi mempengaruhi proses penyampaian pendapat atau keluhan dan penerimaan nasehat dari petugas kesehatan. Semakin tinggi pendidikan Ibu, semakin mudah bagi petugas kesehatan dalam menyampaikan nasehat atau KIE. Pendidikan juga berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki Ibu. Semakin tinggi pendidikan Ibu, semakin banyak pengetahuan yang diperoleh Ibu. Paritas adalah wanita dengan jumlah anak yang pernah dikandung dan dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan pengalaman seseorang ibu hamil. Dari hasil survey di atas didapatkan bahwa pengetahuan Ibu tentang hubungan seksual selama masa kehamilan masih rendah oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengetahuan Ibu hamil tentang hubungan seksual selama masa kehamilan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif, dilakukan pengambilan data pada bulan Agustus 2013 sampai bulan Januari 2014. Populasinya Semua Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RB. Bunda Medika, Taman Sepanjang-Sidoarjo sebanyak 125 orang Periode 11 September – 15 November 2013 sebanyak ± 125 pasien Ibu hamil. Menggunakan Non Probability Sampling (Accidental sampling) sehingga besar sampel menjadi sebanyak 56 orang. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini melalui data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner. Variable dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksualitas selama masa kehamilan dan hubungan seksualitas selama masa kehamilan. HASIL PENELITIAN 45 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di Seksual Selama Kehamilan di RB Bunda RB Bunda Medika Taman Sepanjang Sidoarjo Medika Taman Sepanjang Sidoarjo Periode Periode September-November 2013 September-November 2013 menunjukan menunjukan bahwa dari 56 orang ibu hamil, bahwa dari 56 orang ibu hamil, sebagian besar mayoritas ibu hamil berumur 20-35 tahun yaitu berpengetahuan kurang yaitu 43 orang sebanyak 45 orang (80,36%). (76,79%). Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Distribusi Frekuensi Hubungan Seksual Hamil di RB Bunda Medika Taman Sepanjang Selama Kehamilan di RB Bunda Medika Sidoarjo Periode September-November 2013 Taman Sepanjang Sidoarjo Periode menunjukan bahwa dari 56 orang ibu hamil September-November 2013 menunjukan sebagian besar pendidikannya adalah sedang bahwa dari 56 orang ibu hamil mayoritas yaitu sebanyak 48 orang (85,71%). melakukan hubungan seksualitas selama Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hamil kehamilan yaitu sebanyak 38 orang (67,86%). di RB Bunda Medika Taman Sepanjang Dari data Tingkat Pengetahuan Ibu Sidoarjo Periode September-November 2013 Hamil tentang Hubungan Seksual Selama menunjukan bahwa dari 56 orang ibu hamil Kehamilan dan Frekuensi Hubungan Seksual sebagian besar adalah multigravida yaitu 42 Selama Kehamilan yang diperoleh dari orang (75%) pengumpulan data responden, dilakukan Distribusi Frekuensi Tingkat tabulasi silang seperti pada tabel 1. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Tabel 1 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Hamil dengan Hubungan Seksual Selama Kehamilan di RB Bunda Medika Taman Sepanjang Sidoarjo Periode September-November 2013 Hubungan Seksualitas Selama Kehamilan Melakukan Tidak Melakukan Pengetahuan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Baik Sedang Kurang 4 9 25 100 100 58,14 Sumber: Data primer diolah oleh peneliti. Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang melakukan hubungan seksual (100%) dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang (41,86%) tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan PEMBAHASAN Kehamilan adalah masa dengan banyak perubahan bagi sepasang suami istri, tak terkecuali dengan hubungan seksual. Pada masa ini Ibu hamil dan pasangan mungkin mengalami perubahan emosi dan perasaan berbeda pada masa-masa itu, bahkan tidak jarang menjadi labil sehingga komunikaasi merupakan hal yang terpenting untuk dilakukan sejak kehamilan muda. Berhubungan seks di masa kehamilan memicu banyak pertanyaan, meskipun secara medis berhubungan selama hamil tidak menjadi masalah selama kehamilan tersebut dalam kondisi aman (Hartuti, 2010:30). Banyak pasangan suami istri yang takut melakukan 0 0 18 0 0 41,86 4 9 43 100 100 100 hubungan seksual saat istrinya hamil. Mitosmitos yang beredar di masyarakat mengenai hubungan seksual saat hamil serta perubahan fisik dan psikologis selama kehamilan membuat pasangan suami istri takut berhubungan seksual. Dari hasil penelitian di Berdasarkan RB Bunda tabel 5.6 dapat Medika Taman Sepanjang Sidoarjo pada bulan Periode September-November 2013 ditemukan sebanyak 56 orang ibu hamil. Dari 56 orang ibu hamil didapatkan mayoritas ibu hamil memiliki pengetahuan kurang dan mayoritas ibu hamil melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Setelah dilakukan tabulasi silang antar pengetahuan ibu hamil dengan hubungan seksual selama kehamilan didapatkan mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang melakukan hubungan seksual dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan. Dari data tersebut diketahui bahwa ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang semuanya melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan. Ibu hamil 46 dengan pengetahuan yang baik akan melakukan hubungan seksual secara wajar karena mereka tahu bahwa hubungan seksual selama kehamilan itu boleh dilakukan selama kehamilan mereka normal. Dari data di atas juga diketahui bahwa mayoritas ibu hamil yang berpengetahuan kurang melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Menurut Notoatmodjo. S (2010), pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman hamil. Ibu dengan paritas multigravida mempunyai pengalaman bagaimana kehamilannya yang dulu termasuk dengan hubungan seksualnya selama kehamilannya dulu. Berdasarkan penelitian, mayoritas ibu hamil di RB Bunda Medika adalah multigravida yaitu sebanyak. Jika pada kehamilannya yang dulu ibu melakukan hubungan seksual maka untuk kehamilan yang sekarang ibu juga akan melakukan hubungan seksual. Umur ibu hamil juga mempengaruhi hubungan seksual selama kehamilan. Semakin matang umur ibu maka cara berfikir dan pandangan ibu tentang hubungan seksual juga lebih baik. Umur 20-35 tahun adalah umur seorang wanita untuk reproduksi. Dan pada umur 20-35 tahun tingkat berfikirnya lebih baik daripada umur < 20 tahun. Namun dari ibu hamil yang berpengetahuan kurang juga ada yang tidak melakukan hungan seksual selama kehamilan. Pengetahuan ibu hamil yang kurang ini dapat disebabkan karena pendidikan ibu hamil yang masih rendah. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu hamil adalah rendah. Apabila pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksualitas kurang maka ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Ibu tidak tahu bahwa sebenarnya hubungan seksual selama kehamilan diperbolehkan jika kehamilan ibu sehat dan normal. Dikatakan sehat dan normal jika ibu tidak ada riwayat keguguran, riwayat melahirkan prematur, penyakit infeksi menular seksual, plasenta previa, incompeten servix, kehamilan kembar dan perdarahan setelah berhubungan (Hartuti, 2010 dan Suryoprajogo, N 2008). Karena ketidaktahuan tersebut kemudian muncul ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan hubungan seksual. Selain itu, mitos-mitos yang beredar juga menjadi pemicu ketakutan ibu untuk melakukan hubungan seksual. Perubahan fisik dan psikologis yang dirasakan saat trimester awal juga bisa menjadi pemicu untuk tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan. Pada trimester awal ibu merasa lemas, mual muntah, merasa bahwa dirinya gendut dan jelek, payudara yang nyeri saat disentuh membuat ibu enggan berhubungan seksual. Masalah seksual sampai saat ini masih dianggap tabu. Namun seksual merupakan sebuah kebutuhan. Hubungan seksual tidak hanya untuk kesenangan semata tetapi juga salah satu usaha untuk menjalin kedekatan fisik dan psikologis antara istri dengan suami. Bila hubungan seksual sudah tidak wajar maka bisa dipastikan akan terjadi gangguan psikologis baik bagi ibu sendiri maupun pada pasangannya. Sangat berbahaya apabila ibu hamil mengalami gangguan psikologis, karena akan berakibat pada kondisi kehamilannya dimana janin yang dikandung dapat mengalami gangguan perkembangan. Hubungan seksual yang tidak wajar juga dapat menyebabkan keretakan hubungan rumah tangga. Oleh karena itu keterbukaan dan komunikasi antara suami dan ibu hamil sangatlah penting. Membicarakan kapan waktu yang tepat untuk melakukan hubungan seksual. Karena hubungan seksual selama kehamilan sangat berbeda dengan hubungan seksual sebelum hamil. Selama hamil, ibu banyak mengalami perubahan fisik dan psikologis. Terkadang ibu merasa tidak nyaman dengan perubahan itu. Dalam hal ini suami mempunyai peran yang besar. Memberikan dukungan, pengertian dan perhatian pada istri akan membantu ibu dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang dialami selama kehamilan. Istri dan suami dapat berdiskusi tentang ketidaknyaman atau keluhan-keluhan lain yang dirasakan dan secara bersama-sama mencari solusi yang tepat. Diskusi dengan pasangan diperlukan untuk menumbuhkan rasa simpatik. Apabila hubungan seksual tidak bisa dilakukan, pasangan dapat melakukan hal-hal berikut: menciptakan suasana romantis mungkin bisa dengan makan malam berdua, dan mandi bersama, tidur bersama dan saling memijat atau mengurut punggung dan pinggang ibu hamil. Ini menguntungkan bagi Ibu hamil apalagi jika usia kehamilan sudah memasuki trimester III, karena pada trimester III ibu akan mengalami nyeri pinggang dimana karena 47 usapan melalui mengurut atau menggosok pinggang atau punggung akan memproduksi hormon endorfin. Hormon endorfin adalah bahan pereda nyeri alami yang diproduksi di hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan endorfin saat tubuh merasakan nyeri atau sakit karena hormon endorfin mempunyai manfaat mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Nolan, M 2003). Selain itu komunikasi dengan pasangan, komunikasi dengan petugas kesehatan juga sangat penting. Dari petugas kesehatan, ibu dan suami bisa mendapatkan informasi mengenai kondisi kehamilannya saat ini dan informasi mengenai hubungan seksul selama kehamilan. petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan KIE tentang hubungan seksualitas selama kehamilan. KIE yang diberikan misalnya tentang posisi hubungan seksual selama kehamilan. Posisi hubungan seksual selama kehamilan hendaknya tidak merugikan sebelah pihak oleh karena itu komunikasi dengan pasangan sangat diperlukan karena hubungan seks tidak hanya dilakukan oleh satu pihak namun melibatkan kedua belah pihak. Dukungan dan pengertian dari suami diperlukan untuk menciptakan kerjasama dalam melakukan hubungan seksual misalnya saat melakukan forplay (pemanasan) hendaknya tidak terburu-buru. Selain itu juga petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan dan asuhan yang melibatkan aspek hubungan seksual. Karena hubungan seksual merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam suatu hubungan rumah tangga. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mayoritas ibu hamil dengan pengetahuan baik dan sedang melakukan hubungan seksual dibandingkan ibu hamil dengan pengetahuan kurang tidak melakukan hubungan seksualitas selama kehamilan.. Saran Melalui penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan mampu meningkatkan pengetahuan dalam memberikan KIE tentang hubungan seksual selama kehamilan pada masyrakat khususnya pada ibu hamil dan suami. Sedangkan bagi pasangan suami istri, Diharapkan mampu berkomunikasi dan terbuka baik dengan pasangan, keluarga maupun dengan petugas kesehatan meengenai hubungan seksual selama kehamilan DAFTAR PUSATAKA Budijanto, D dan Prajoga, 2007. Metode Penelitian. Surabaya: Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarkat Politeknik Kesehatan Surabaya. Danarti, D. 2010. 145 Questions & Answer Pregnancy and Childbirth. Yogyakarta: Sigma. Geniofam, 2010. 99 Tips Mempersiapkan dan Menjaga Kehamilan. Yogyakarta: Leutika. Hartuti, 2010. Panduan Ibu Hamil, Melahirkan, dan Merawat Bayi. Jakarta: UBA Press. Hidayat, AA. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayati, R 2008. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Khasanah. 2010. http://www.bidanku/ Seks Selama Kehamilan Amankah.com. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2013 pukul 09.00 WIB. Murkoff, H dkk 2006. Kehamilan: Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan. Jakarta: Arcan. Nazir, M 2010. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nolan, M 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan. Notoatmodjo, S 2002. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S 2010. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP. Rahmawati, 2010. http://www.ibudankeluarga/Mitos dan Fakta Hubungan Seks Saat Hamil.com. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2013 pukul 08.00 WIB. Sabella, R 2010. Panduan Kehamilan dan Persalinan Yang Sehat dan 48 Menyenangkan. Yogyakarta: Galmas Publisher. Sulistyawati, A 2009. Asuhan kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Suryoprajogo, N 2008. Kama Sutra For Pregnancy. Yogyakarta: Golden Books. Wawan, A dan Dewi, M 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Medical Book. Westheimer, RK 2002. Mengkreasi Kehamilan dan Menjaga Kasih Sayang Bersama Dr. Ruth. Jakarta: PT Raja Grafindo 49