keanekaragaman hayati ekosistem danau toba

advertisement
KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM
DANAU TOBA DAN UPAYA PELESTARIANNYA
Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Limnologi
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 3 Februari 2007
Oleh:
TERNALA ALEXANDER BARUS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
1
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
Yang terhormat,
Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Majelis Wali Amanat
Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Senat Akademik
Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara,
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara,
Bapak/Ibu Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara,
Para Dekan, Ketua Lembaga dan Unit Kerja, Dosen, dan Karyawan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara,
Bapak dan Ibu para undangan, keluarga, teman sejawat, mahasiswa, dan
hadirin yang saya muliakan.
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Kita panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
penyertaan-Nya, sehingga kita dapat hadir pada upacara pengukuhan ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor: 32532/A2.7/KP/2006, tanggal 31 Mei 2006, maka terhitung tanggal
1 Juni 2006 saya telah diangkat
dalam jabatan Guru Besar Tetap dalam
Bidang Ilmu Limnologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA), Universitas Sumatera Utara (USU).
Hadirin yang terhormat,
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya membacakan pidato ilmiah saya
di hadapan Bapak/Ibu dan hadirin sekalian dengan judul:
KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM DANAU TOBA
DAN UPAYA PELESTARIANNYA
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
1
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Laju pembangunan yang makin meningkat, diiringi dengan pertambahan
penduduk dunia yang sangat cepat, telah menimbulkan berbagai dampak
negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Ekosistem air yang
merupakan bagian dari sumber daya alam juga tidak luput dari segala
dampak negatif yang ditimbulkan oleh peningkatan aktivitas manusia dalam
mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan tersebut.
Banyak orang yang beranggapan bahwa persediaan air tawar di planet bumi
ini tidak terbatas, dan menggunakan air seakan-akan air tidak akan pernah
habis. Seperti kita ketahui bersama bahwa lebih kurang tiga perempat
bagian dari permukaan bumi tertutup air. Dari segi ekosistem kita dapat
membedakan air tawar, air laut, dan air payau. Dari ketiga ekosistem
perairan tersebut, air laut dan air payau merupakan bagian yang terbesar,
yaitu lebih dari 97%. Jumlah keseluruhan air yang terdapat di planet bumi
adalah sekitar 1,4 miliar kilometer kubik. Dari jumlah tersebut volume air
tawar hanya berkisar 36 juta kilometer kubik atau hanya sekitar 2,6%.
Sebagian besar dari volume air tawar tersebut terdapat dalam bentuk es
kutub, gletser di pegunungan, air tanah, dan air di atmosfer, sehingga dari
perhitungan para ahli hanya tersedia sekitar 34.000 kilometer kubik yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia dan makhluk hidup lain.
Keseluruhan air di bumi terdapat dalam suatu siklus hidrologi yaitu sebuah
proses sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan sebaliknya.
Bila dibandingkan dengan ekosistem daratan dan lautan, luas ekosistem air
tawar, seperti sungai dan danau, sangatlah kecil. Tetapi ekosistem yang
kecil ini adalah habitat bagi sebagian besar spesies yang ada di bumi. Di
ekosistem air tawar hidup 10% spesies lebih banyak bila dibandingkan
dengan yang terdapat di daratan. Sebanyak 12% dari seluruh fauna yang
terdapat di bumi, termasuk 41% dari seluruh spesies ikan yang telah
teridentifikasi hidup di ekosistem air tawar yang luasnya hanya sekitar 1%
dari keseluruhan area permukaan bumi.
EKOSISTEM DANAU TOBA
Danau Toba yang merupakan suatu ekosistem air telah banyak mengalami
perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia yang terdapat di
sekitarnya. Danau Toba yang mempunyai luas permukaan lebih kurang
1.100 kilometer persegi, dengan total volume air sekitar 1.258 kilometer
kubik, merupakan danau yang paling luas di Indonesia.
2
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
Danau ini merupakan sumber daya air yang mempunyai nilai yang sangat
penting ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Hal ini
berkaitan dengan fungsi Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis
organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat sekitarnya,
sebagai sumber air untuk kegiatan pertanian dan budi daya perikanan serta
untuk menunjang berbagai jenis industri, seperti kebutuhan air untuk
industri pembangkit listrik Sigura-gura dan Asahan. Tak kalah pentingnya
adalah fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah terkenal ke
mancanegara dan sangat potensial untuk pengembangan kepariwisataan di
Provinsi Sumatera Utara.
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK DANAU TOBA
Hadirin yang saya hormati,
Dari berbagai penelitian di Danau Toba memberikan indikasi bahwa telah
terjadi penurunan kualitas air, khususnya pada lokasi-lokasi yang banyak
terkena dampak dari kegiatan masyarakat. Hasil analisis laboratorium
terhadap sampel air danau yang diambil pada waktu terjadinya kematian
masal ikan mas di perairan Haranggaol Danau Toba pada bulan November
2004 menunjukkan bahwa nilai kelarutan oksigen (DO) telah turun pada
nilai yang sangat rendah yaitu sebesar 2,95 mg/l, hal ini menunjukkan
bahwa ketersediaan oksigen sudah sangat terbatas. Selanjutnya nilai BOD
(Biochemical Oxygen Demand) sebesar 14 mg/l memberikan indikasi
tingginya bahan organik di dalam air. Bahan organik tersebut kemungkinan
berasal dari sisa pakan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan budidaya.
Demikian juga konsentrasi zat-zat nutrisi seperti nitrogen dan fosfor telah
jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan.
Jika dibandingkan hasil analisis kualitas air pada lokasi budidaya ikan di
perairan Haranggaol dengan hasil analisis kualitas air di beberapa lokasi di
perairan Danau Toba, ternyata bahwa di lokasi penelitian Parapat,
Simanindo, dan Balige konsentrasi zat-zat nutrisi juga telah melewati baku
mutu yang ditetapkan.
Kegiatan budidaya ikan dalam jaring apung ternyata menghasilkan limbah
organik yang tinggi dan pada akhirnya akan menghasilkan senyawa nitrit
yang tinggi pada perairan melalui proses nitrifikasi. Hasil analisis yang sama
juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Terangna, N., dkk. (2002)
yang melakukan penelitian tentang sifat fisik, kimia, dan biologi di beberapa
lokasi di ekosistem Danau Toba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
lokasi yang terletak di tengah danau (sekitar 500 m dari pinggir danau)
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
3
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
kecerahan air mencapai kedalaman 11 – 14 m dengan kandungan nutrisi
dalam air masih rendah dan kadar oksigen masih terdeteksi sampai ke
dasar danau pada kedalaman antara 200 – 500 m, sehingga perairan danau
masih tergolong Oligotrofik (miskin zat hara). Sedangkan pada lokasi
penelitian yang dekat dengan pemukiman dan lokasi budidaya ikan dalam
jaring apung terdeteksi kadar nutrisi yang tinggi serta ditandai dengan
pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur.
KEANEKARAGAMAN HAYATI DANAU TOBA
Kondisi oligotrofik Danau Toba menyebabkan daya dukung danau untuk
perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan
bentos sangat terbatas. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan di
beberapa kawasan Danau Toba menunjukkan bahwa populasi plankton
dan bentos di Danau Toba adalah rendah (Barus et al., 1998, 1999).
Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis
dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu plankton
memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem danau.
Dengan demikian maka dapat dimaklumi bahwa keanekargaman ikan di
Danau Toba juga tidak terlalu tinggi. Hal ini disebabkan bahwa sumber
nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis
plankton dan bentos tersebut. Dari beberapa hasil penelitian di Danau
Toba, dijumpai 14 spesies ikan. Informasi yang diperoleh dari nelayan
setempat bahwa jenis ikan yang akhir-akhir ini sering didapat adalah
ikan mujahir (Tilapia mossambica), ikan kepala timah (Aplocheilus
panchax), ikan seribu (Lebistes reticulates), ikan gurami (Osphronemus
goramy), ikan sepat (Trichogaster trichopterus), ikan gabus (Channa
striata), ikan lele (Clarias batrachus), ikan mas (Cyprinus carpio), dan
ikan nila.
Selain itu terdapat satu jenis ikan endemik yaitu ikan yang hanya
terdapat di Danau Toba yang disebut sebagai ikan batak atau “ihan”
(Neolissochillus thienemanni). Jenis ikan ini berdasarkan kriteria IUCN
(International Union for the Conservation of Nature) sudah
diklasifikasikan sebagai terancam punah (endangered). Jenis ikan ini
dahulu sering dihidangkan sebagai sajian istimewa untuk berbagai acara
pesta adat bagi masyarakat setempat, tetapi kini masyarakat yang
tinggal di sekitar danau sudah sangat sulit untuk menemukan ikan
tersebut.
4
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
ANCAMAN TERHADAP KELESTARIAN EKOSISTEM DANAU TOBA
Hadirin yang saya hormati,
Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah
penurunan kualitas air sebagai akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke
dalam danau sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah
domestik/perhotelan, limbah pertanian, limbah dari budidaya perikanan di
dalam jaring apung, serta limbah minyak yang berasal dari aktivitas
transportasi air. Hal ini terutama dapat dilihat di kawasan sekitar Parapat,
Haranggaol, Balige, dan Tongging. Selain itu terjadi perusakan kawasan
hutan, berupa penebangan hutan untuk berbagai keperluan di sekitar
danau, yang menyebabkan terjadinya fluktuasi aliran air yang masuk ke
dalam danau serta terjadinya erosi dan peningkatan sedimentasi.
Pemanfaatan Danau Toba sebagai tempat budidaya ikan sistem jaring
apung merupakan salah satu pemanfaatan perairan Danau Toba bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akibat dari rendahnya pengelolaan
yang dilakukan serta perkembangan budidaya ikan sistem jaring apung
yang sangat pesat di Danau Toba, khususnya di perairan Haranggaol,
menyebabkan telah terjadi kematian masal ikan mas pada bulan Oktober –
November 2004, serta telah menimbulkan kerugian material yang tidak
sedikit.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh berbagai pihak, disimpulkan
bahwa terjadinya kematian masal ikan di perairan Haranggaol Danau Toba
disebabkan oleh serangan virus herpes koi. Namun demikian kemungkinan
faktor lain yang menyebabkan terjadinya kasus kematian masal ikan mas
tersebut adalah penurunan kualitas air di perairan Haranggaol. Kegiatan
budidaya ikan dalam jaring apung yang sudah berlangsung selama lebih
dari 10 tahun, telah menyebabkan terjadinya akumulasi berbagai senyawa
kimia yang pada akhirnya menimbulkan kondisi yang toksik terhadap ikanikan budidaya.
Pemanfaatan air Danau Toba yang sangat beragam yaitu sebagai sumber
air bersih bagi masyarakat sekitar, sebagai tempat kegiatan penangkapan
ikan dan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, kegiatan transportasi
air, pariwisata, sebagai sumber air untuk pembangkit listrik di daerah hilir,
di satu sisi membutuhkan kualitas air danau yang baik serta memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu. Sebaliknya Danau Toba juga digunakan
sebagai tempat membuang berbagai jenis limbah yang dihasilkan dari
kegiatan pertanian di sekitar kawasan Danau Toba, limbah domestik dari
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
5
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
permukiman dan perhotelan, limbah nutrisi dari sisa pakan ikan yang tidak
habis dikonsumsi oleh ikan yang dibudidayakan, limbah dari pariwisata dan
transportasi air. Apabila proses pencemaran terus berlanjut tanpa ada
upaya-upaya untuk meminimalkan pencemaran yang terjadi, maka beban
ekosistem Danau Toba akan semakin berat dan pada akhirnya akan
merugikan semua pihak yang berkepentingan.
Secara kasat mata di beberapa kawasan Danau Toba kita sudah bisa
melihat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan air terutama jenis eceng
gondok yang telah menutupi lapisan permukaan danau. Hal ini terjadi
akibat proses eutrofikasi (pengayaharaan) yang merupakan suatu gejala
peningkatan unsur hara, terutama fosfor dan nitrogen di suatu ekosistem
air. Unsur hara tersebut terutama berasal dari limbah cair yang dibuang ke
suatu ekosistem air secara terus menerus sehingga terakumulasi dalam
jumlah yang banyak. Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan
proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat
sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang sering disebut sebagai
blooming. Biomassa dari vegetasi ini setelah mati akan mengalami proses
pembusukan/dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri dan berlangsung
secara aerob, artinya proses tersebut membutuhkan ketersediaan oksigen
terlarut di dalam air. Akibat proses dekomposisi tersebut kandungan oksigen
terlarut akan semakin sedikit, bahkan apabila proses tersebut terus berlangsung
dapat menimbulkan kondisi anaerob karena kandungan oksigen terlarut sudah
sangat sedikit. Dalam kondisi tidak tersedia oksigen terlarut, proses penguraian
akan berjalan secara anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa yang
bersifat toksik dan menimbulkan bau yang busuk.
Bahaya potensial yang tidak kalah pentingnya yang mengancam spesiesspesies asli di ekosistem Danau Toba adalah masuknya spesies
pendatang yang disebut sebagai spesies eksotis, baik yang dilakukan
secara sengaja maupun tidak sengaja. Meskipun spesies pendatang
bukan akibat dari pencemaran, tetapi spesies eksotis ini dapat
digolongkan sebagai polutan yang mengancam kehidupan spesies asli.
Sering terjadi bahwa spesies eksotis memangsa spesies asli atau
berkompetisi dengan spesies asli untuk mendapatkan makanan dan
tempat untuk berkembang biak. Bahkan mungkin terjadi bahwa spesies
eksotis membawa penyakit baru yang dapat membahayakan keseluruhan
kehidupan di ekosistem air tersebut. Ikan yang dipasok secara tidak
alami di Danau Toba dapat saja meningkatkan jenis dan populasi ikan,
tetapi karena ikan-ikan ini bukan merupakan bagian dari rantai makanan
yang sudah terbentuk secara alami dalam kurun waktu yang lama, maka
kehidupan ikan dan biota lain di danau tersebut menjadi terganggu.
6
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
Hilangnya ikan batak dari perairan Danau Toba dapat terjadi sebagai
akibat perubahan berbagai faktor lingkungan atau juga akibat dari intervensi
ikan-ikan yang banyak dimasukkan ke dalam danau.
PENTINGNYA PEMAHAMAN TENTANG KARAKTERISTIK EKOSISTEM DANAU TOBA
Perlu kita sadari bahwa pemahaman tentang berbagai faktor lingkungan
yang meliputi faktor fisik, kimia dan biologi ekosistem Danau Toba adalah
suatu hal yang sangat penting, dan harus diakui bahwa pengetahuan kita
tentang karakteristik ekosistem Danau Toba masih sangat terbatas.
Sebenarnya sudah banyak dilakukan penelitian oleh berbagai pihak di
ekosistem Danau Toba, tetapi umumnya merupakan penelitian yang
sifatnya sesaat dan temporal saja, sehingga tidak mendapatkan gambaran
kondisi ekologis danau secara menyeluruh.
Kita masih belum memahami secara rinci tentang bagaimana pola
temperatur air danau secara vertikal, bagaimana kondisi substrat dasar
danau dan bagaimana pola distribusi dan pertumbuhan biota air yang
terdapat di Danau Toba. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
mengenai pola temperatur air danau di beberapa lokasi penelitian, diperoleh
bahwa nilai temperatur pada bagian permukaan Danau Toba tidak berbeda
jauh dengan besaran temperatur pada bagian danau yang lebih dalam
(pada kedalaman 200 – 500 m), dengan selisih hanya sekitar 10 C. Hal ini
menunjukkan bahwa sulit menemukan lapisan air di mana terjadi termoklin,
yaitu terjadinya penurunan temperatur air secara drastis sejalan dengan
bertambahnya kedalaman air. Adanya termoklin akan menyebabkan
terjadinya stagnasi arus air secara vertikal, karena adanya perbedaan
temperatur yang besar antara lapisan permukaan dengan lapisan bagian
dasar danau. Hal ini menyebabkan air danau sulit bercampur secara vertikal.
Dengan sulitnya terbentuk lapisan termoklin di Danau Toba, maka peluang
terjadinya sirkulasi air danau secara vertikal menjadi lebih besar. Oleh
karena itu penelitian yang rinci tentang pola arus menjadi hal yang sangat
penting untuk dilakukan. Pemahaman tentang pola sirkulasi air ini misalnya
dapat dimanfaatkan oleh nelayan budidaya ikan dalam jaring apung untuk
menghindarkan ikan budidaya dari kemungkinan terkena senyawa toksik
yang terakumulasi di dasar perairan dan naik ke permukaan pada saat
terjadi proses sirkulasi air.
Demikian juga tentang pola pertumbuhan dan distribusi plankton perlu
dipahami secara menyeluruh dan mendetail. Pertumbuhan plankton sangat
berfluktuasi tergantung dari perubahan berbagai faktor lingkungan seperti
musim, ketersediaan nutrisi (terutama fosfor), cahaya, dan temperatur air.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
7
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan adanya interaksi yang sangat erat antara faktor-faktor
lingkungan abiotik dengan keberadaan organisme air, sehingga perubahan
nilai dari berbagai faktor lingkungan abiotik akan mempengaruhi
keanekaragaman organisme air. Pemahaman mengenai interaksi antara
organisme air di Danau Toba dengan parameter lingkungan abiotik
selanjutnya dapat dikembangkan untuk menentukan organisme air sebagai
bioindikator kualitas ekosistem Danau Toba.
Oleh karena itu adanya stasiun penelitian yang sifatnya permanen menjadi
suatu kebutuhan mendesak dalam rangka melakukan berbagai kegiatan
penelitian dan pemantauan terhadap berbagai faktor lingkungan danau
secara berkesinambungan.
PENGELOLAAN EKOSISTEM DANAU TOBA
Mengingat fungsi ekosistem Danau Toba yang sangat beranekaragam
seperti sudah diuraikan di atas, maka diperlukan suatu strategi pengelolaan
yang efisien agar kelestarian ekosistem Danau Toba dapat tetap
dipertahankan sejalan dengan pemanfaatan yang dilakukan untuk berbagai
kepentingan. Satu hal yang harus disadari adalah bahwa pengelolaan
ekosistem Danau Toba tidak bisa dilakukan oleh satu pihak tertentu saja,
melainkan sinergi dari upaya terpadu oleh berbagai pihak baik dari instansi
pemerintah, ilmuwan, investor serta didukung oleh peran serta yang aktif
dari masyarakat/LSM. Upaya pengelolaan tidak hanya bertujuan menjaga
keseimbangan ekosistem danau, namun juga untuk mengarahkan berbagai
pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada secara efektif dan efisien
dengan memperhatikan daya dukung ekosistem Danau Toba.
Sehubungan dengan pengelolaan ekosistem, perlu ditetapkan baku mutu
lingkungan ekosistem Danau Toba yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk melakukan pemantauan terhadap kualitas ekosistem danau. Baku
mutu lingkungan merupakan seperangkat indikator lingkungan yang
digunakan sebagai dasar penilaian terhadap terjadinya kerusakan ekosistem
Danau Toba, dan juga berfungsi sebagai pedoman bagi setiap kegiatan
yang akan memanfaatkan potensi sumber daya alam danau tersebut.
Untuk mengendalikan pencemaran air di Danau Toba, maka sebagai
langkah awal sebaiknya dilakukan identifikasi terhadap sumber dan jenis
pencemar yang timbul. Selanjutnya baku mutu lingkungan yang sudah
ditetapkan digunakan sebagai acuan untuk menilai kualitas limbah yang
dihasilkan oleh berbagai aktivitas masyarakat. Untuk itu tersedianya sarana
pengolahan limbah cair maupun limbah padat sudah merupakan suatu
8
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
keharusan, sehingga semua limbah yang dihasilkan tidak dibuang langsung
ke dalam danau, seperti masih banyak dilakukan saat ini, tetapi harus
diolah terlebih dahulu sampai dapat memenuhi baku mutu lingkungan.
Dalam kaitannya dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati
ekosistem Danau Toba maka selain menjaga dan mengelola kualitas air,
yang juga penting untuk dilakukan adalah pemantauan terhadap kualitas
habitat yang dapat mendukung pertumbuhan populasi organisme air. Untuk
itu perlu diidentifikasi zona perairan yang berfungsi sebagai tempat
berkembang biak berbagai jenis organisme air termasuk zona perairan
sebagai tempat pemijahan ikan secara alami, untuk kemudian dilakukan
upaya konservasi, sehingga organisme air dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Berbagai kajian dan upaya pengelolaan ini dibutuhkan untuk dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas tentang daya dukung ekosistem
Danau Toba, sehingga pemanfaatan ekosistem Danau Toba bagi berbagai
kepentingan tidak menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
ekologi di danau tersebut.
Untuk melaksanakan koordinasi dalam kegiatan pengelolaan lingkungan di
ekosistem Danau Toba maka Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2002
telah membentuk Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau
Toba (BKPEKDT). Selanjutnya atas prakarsa Pemerintah Daerah Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2004 telah dirumuskan dan disepakati suatu
konsep pengelolaan ekosistem kawasan Danau Toba yang dituangkan
dalam Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP). Pedoman ini
memuat secara rinci tentang rencana dan tindakan pengelolaan yang harus
dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan dan memelihara integritas fisik,
biologis, dan kimia ekosistem kawasan Danau Toba.
Diharapkan agar komitmen yang sudah disepakati itu dapat dilaksanakan
secara utuh sehingga pengelolaan ekosistem Danau Toba dapat terlaksana
dengan baik dan berkesinambungan.
Demikianlah telah saya sampaikan paparan singkat mengenai ”Keanekaragaman
Hayati Ekosistem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya”, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
9
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Hadirin yang saya hormati,
Akhirnya sampailah saya kepada bagian akhir dari pidato saya ini. Puji dan
syukur saya panjatkan sekali lagi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas anugerah-Nya saya dapat dikukuhkan pada hari ini sebagai Guru Besar
Tetap di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor USU
beserta seluruh Pembantu Rektor dan seluruh Dewan Guru Besar USU atas
segala bantuannya hingga saya dapat dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), USU pada
hari ini.
Demikian juga kepada tim penilai kenaikan pangkat USU yang telah
memproses kenaikan pangkat dan jabatan fungsional saya, saya ucapkan
terima kasih.
Kepada Bapak Dr. Eddy Marlianto, MSc selaku Dekan FMIPA USU beserta
para Pembantu Dekan, Bapak Drs. M. Chairuddin Nasution, Apt (mantan
Dekan FMIPA USU), Bapak Dr. Dwi Suryanto, selaku Ketua Departemen
Biologi FMIPA USU, dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, MSc, sebagai Sekretaris
Departemen Biologi FMIPA USU, saya ucapkan terima kasih atas segala
bantuan moril dan partisipasi yang diberikan kepada saya.
Kepada rekan-rekan di Departemen Biologi Bapak Prof. Dr. Erman Munir,
MSc, Ibu Dr. Retno Whidiastuti, MS, Ibu Hesti Wahyuningsih, SSi, MSi, serta
teman sejawat lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dan telah
banyak memberikan dorongan dan semangat kepada saya, saya
mengucapkan terima kasih.
Kepada guru-guru saya sejak Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), serta dosen-dosen saya di Jurusan
Biologi, Institut Teknologi Bandung, khususnya Bapak Drs. Wulangi S. Kartolo,
saya ucapkan terima kasih atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada
saya.
Secara khusus ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr.
Meertinus P.D. Meijering dan Prof. Dr. H. Schmeisky, selaku Doktorvater/
10
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
promotor saya selama menyelesaikan studi di University of Kassel, Jerman,
yang telah begitu baik membimbing dan mengarahkan saya, membagi
ilmunya kepada saya dan tidak henti-hentinya memberikan dorongan dan
semangat sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya di Jerman. Juga
kepada Dr. J. Brehm, Dr. Cyffka, Dr. Fuehrer, Dipl. Ing. Thomas M. Stein,
Dipl. Biol. W. Haass, Dipl. Ing. W. Schweers, dan Frau E. Zwicker, sebagai
teman sejawat dan teman diskusi di University of Kassel Jerman yang telah
banyak memberikan masukan dan bantuan dalam pelaksanaan riset saya.
Kepada keluarga E. Beier di Witzenhausen Jerman, yang telah menganggap
kami sebagai keluarganya sendiri, saya mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. A.T. Barus, MSc,
Bapak Prof. Dr. Hemat R. Brahmana, MSc, Bapak Prof. Dr. Ir. Justin A.
Napitupulu, MSc, Bapak Prof. Dr. Harlem Marpaung, Bapak Prof. Dr. Seri
Bima Sembiring, MSc, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD, Bapak
Prof. Dr. Tonel Barus, Bapak Prof. Dr. Herman Mawengkang, Bapak Prof. Dr.
Sengli J. Damanik, MSc, serta Ibu Ir. Mena Uly Tarigan, MS, dan Drs. Arifin
Bangun, atas segala bantuan, kerjasama dan dorongan moril yang telah
diberikan kepada saya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada DAAD (Jerman) dan
Dikti-Depdiknas yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa bagi
saya selama saya melanjutkan studi di Jerman.
Kepada almarhum Ayahanda T. Barus dan almarhumah Ibunda L. Sembiring,
yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, dan mengajar saya
sejak kecil dengan penuh kesabaran dan ketulusan tanpa mengenal lelah
sehingga saya dapat menjadi Guru Besar, saya sampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang setinggi-tingginya.
Kepada kedua mertua saya, Bapak Drs. Kamar Ginting dan Ibu Dra. S.M.
Sebayang, saya ucapkan terima kasih atas segala perhatian, dorongan,
bimbingan serta doanya.
Kepada istri saya tercinta, Dra. Eva M. Ginting, MSi, yang telah dengan
setia mendampingi saya dan kepada ananda berdua yang saya sayangi,
Shandra Agina Barus dan Fernando Natanael Barus, terima kasih saya
ucapkan atas segala perhatian, pengertian, dorongan serta doanya. Begitu
tulus pengorbanan, pengertian, dan kasih sayang yang telah kalian berikan
dan itu semua memberikan dorongan dan semangat bagi saya sehingga
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
11
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
saya dapat mencapai karier seperti sekarang ini. Mari kita terima
penghargaan ini dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
dan bagi ananda berdua kiranya kesempatan pada hari ini menjadi
dorongan bagi kalian untuk mencapai cita-cita.
Kepada seluruh keluarga kakak dan abang saya dan keluarga adik-adik
saya serta keluarga ipar-ipar saya, saya ucapkan terima kasih atas
dukungannya. Kiranya ikatan kekeluargaan di antara kita semua dapat
semakin erat.
Masih banyak lagi sebenarnya ucapan terima kasih yang selayaknya saya
sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan
dan dukungan kepada saya, yang tidak mungkin saya sampaikan satu per
satu dalam kesempatan ini. Untuk itu saya mohon maaf dan perkenankan
saya dalam kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih saya
kepada kita sekalian.
Akhirnya, kepada panitia pengukuhan ini saya mengucapkan terima kasih
atas segala bantuan yang diberikan sehingga acara pengukuhan ini dapat
terlaksana dengan baik. Kepada seluruh hadirin yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengikuti rangkaian acara ini saya ucapkan
terima kasih.
12
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, M., Clark T. 2005. Blue Gold, Perampasan dan Komersialisasi
Sumber Daya Air. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Barus, T.A. 2004. ”Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman
Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba”. Jurnal
Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004, hal. 64 – 72.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: Penerbit USU Press.
Barus, T.A. 2005. ”Penggunaan Parameter Limnologi dalam Penentuan Daya
Dukung Danau Toba untuk Budidaya Ikan Sistem Jala Apung”.
Makalah, disampaikan pada seminar nasional Penanggulangan
Kematian Masal Ikan Mas di Danau Toba, 3 Maret 2005, Univ. HKBP
Nommensen, Medan.
Baur, W.H. (1987). Gewässergüte bestimmen und beurteilen. - 2. Aufl. Paul Parey Verlag, Hamburg - Berlin.
Brehm, J. & Meijering, M.P.D. 1990. Fließgewässerkunde. - 2. Aufl.,
Quelle & Meyer Verlag, Heidelberg - Wiesbaden.
Ginting, E., 2002. Pengaruh Aktivitas Manusia terhadap Kualitas Air di
Perairan Parapat Danau Toba. Tesis Program Studi PSL, Medan:
Pascasarjana USU.
Michael, P. (1984). Ecological Methods for Field and Laboratory
Investigations. USA: Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Panjaitan, P., 2005. “Kajian Timbulnya Wabah Virus Herpes Koi di Perairan
Danau Toba dan Alternatif Pemecahannya”. Makalah, disampaikan
pada seminar nasional Penanggulangan Kematian Masal Ikan Mas di
Danau Toba, 3 Maret 2005, Medan: Univ. HKBP Nommensen.
Schwoerbel, J. (1987). Einführung in die Limnologie. - 6. Aufl. - Gustav
Fischer Verlag, Stuttgart.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
13
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A.
DATA PRIBADI
Nama
NIP
Jabatan
Pangkat/Golongan
Tempat dan Tanggal lahir
Alamat
Nama Ayah
Nama Ibu
Nama Istri
Nama Anak
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus
131 695 907
Guru Besar Tetap pada Fakultas MIPA
Penata Tk. I/IIId
Berastagi, 16 Oktober 1958
Jl. Sei Belumai No. 2, Medan, 20154
T. Barus (alm.)
L. Sembiring (alm.)
Dra. Eva Marlina Ginting, MSi
1. Shandra Agina Barus
2. Fernando Natanael Barus
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Sekolah Dasar: SD Negeri 1 Berastagi, lulus tahun 1970
Sekolah Menengah Pertama: SMP Negeri 1 Berastagi, lulus tahun 1973
Sekolah Menengah Atas: SMA Negeri Berastagi, lulus tahun 1976
Sarjana Biologi: FMIPA ITB, Bandung, lulus tahun 1984
Program Magister: University of Kassel, Jerman, lulus tahun 1992
Doktor: University of Kassel, Jerman, lulus tahun 1995
C.
1.
2.
3.
ANGGOTA ORGANISASI PROFESI
German Association for Water, Wastewater and Waste (1992 s.d. sekarang)
Perhimpunan Biologi Indonesia (1996 s.d. sekarang)
German Alumni Water Network (2006 s.d sekarang)
D. PENDIDIKAN TAMBAHAN
1. Kursus Amdal tipe A, Oktober 1987, USU, Medan.
2. Kursus Bahasa Jerman, Januari s.d. September 1989, Goethe Institute
Staufen, Jerman.
3. Marine Biology Workshop, 17 s.d. 23 November 1996, Unsyiah, Banda
Aceh.
4. Penataran Penegakan Hukum Lingkungan, 22 s.d. 23 Desember 1997,
PPL-LP-USU.
5. Lokakarya Manajemen Mutu Terpadu, 14 s.d. 24 September 1998, USU.
6. Pelatihan Product Life-Cycle Analysis on Agroindustry–ToT (ISO 14040),
06 s.d. 18 Desember 1999, ITB, Bandung.
14
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
7. Kursus Amdal tipe B, 3 Oktober s.d. 4 November 2000, PPL-LP-USU
8. Kursus Amdal tipe C, 9 s.d. 21 April 2001, PPL–LP–USU.
9. Pelatihan Calon Penulis Buku Ajar, Dikti-Depdiknas, Medan 7 s.d. 19 Mei
2001.
10.Kursus Dasar Audit Lingkungan, 22 – 27 Oktober 2001, PPL–LP–USU.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
RIWAYAT JABATAN/KEPANGKATAN
Asisten Ahli Madya/Gol. IIIa
: 1 September 1996/1 Maret 1987
Asisten Ahli/Gol. IIIb
: 1 April 1997/1 Oktober 1997
Lektor Muda/Gol. IIIc
: 1 April 1999/1 Oktober 1999
Lektor/Gol. IIIc (impassing)
: 1 Januari 2001
Lektor Kepala/Gol. IIId
: 1 Maret 2002/1 April 2003
Guru Besar
: 1 Juni 2006
F. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Lembaga
Penelitian, USU (2005 – 2010)
2. Sekretaris Program S2 Studi Biologi (2005 – 2010) Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
3. Kepala Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
FMIPA, USU (2005 – 2010)
4. Kepala Laboratorium Ekologi Tumbuhan, FMIPA, USU (1999 – 2005)
5. Staf Peneliti pada Pusat Penelitian Lingkungan, LP, USU (1998 – 2005)
6. Kepala Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, FMIPA, USU (1997 – 1999)
7. Staf Pengajar Jurusan Biologi, FMIPA, USU (Sejak 1987)
G. PUBLIKASI/TULISAN ILMIAH/PROCEEDING
1. Barus, T.A. (2006). “Kasus Kematian Masal Ikan Mas dalam Jaring
Apung di Perairan Haranggaol, Danau Toba Ditinjau dari Aspek Kualitas
Air”. Berkala Perikanan Terubuk. Vol. 33, No. 1, Februari 2006. ISSN:
0126–4265.
2. Barus, T.A. (2005): “Pengaruh Ekstrak Umbi Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap Tekanan Darah Kelinci (Oryctolagus cunniculus)”.
Media Farmasi, Vol. 13, No. 2, Desember 2005. ISSN: 0854–3054.
3. Barus, T.A. (2005): “Parameter Limnologis sebagai Indikator Kualitas
Sungai Petani, Kabupaten Karo”. BEST, Vol. 07, No. 01, Januari – Maret,
2005. ISSN: 1411–1721.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
15
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
4. Barus, T.A. (2005): “Peranan Kelembagaan dan Pendidikan Lingkungan
dalam Pengelolaan Ekosistem Danau Toba. Nur Edukasi. Jurnal Ilmiah
Pendidikan. Vol. II No. 6, Januari – April 2005. ISSN: 1693–587X.
5. Barus,
T.A.
(2004):
“Faktor-Faktor
Lingkungan
Abiotik
dan
Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau
Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004, hal.
61 – 70. ISSN: 0854–5510. UGM–Yogyakarta.
6. Barus, T.A., Panjaitan, R. (2004): ”The Composition of Plankton in The
Lake Toba Ecosystem”. BEST, Vol. 06, No. 01. ISSN: 1411–1721.
7. Barus, T.A., Marpaung, H., Huda, I. (2003): “Aquatic Microfauna
Community in Kuala Langsa Mangrove Ecosystem”. BEST. Vol. 04, No.
04. ISSN: 1411–1721.
8. Barus, T.A., Sembiring, S., Tarigan, M. (2003): “Survey Investigasi
Pembuatan Reservoar Alami/Resapan Air pada Daerah-Daerah Rawan
Sumber Air Bersih di Satuan Wilayah Sungai Belawan”. BEST, Vol. 05,
No. 04. ISSN: 1411–1721.
9. Barus, T.A. (2001): “Impact of Human Activities on the Fluctuation of
Environmental Factors at Belawan River”. BEST. Vol. 03, No. 03. ISSN:
1411–1721.
10.Barus, T.A. (2001): Pengantar Limnologi. Studi tentang ekosistem
Sungai dan Danau. Diktat Kuliah. Jurusan Biologi, FMIPA, USU, Medan.
11.“Aquatic
Microfauna
Community
in
Kuala
Langsa
Mangrove
Ecosystem. ”Proceedings of Asian Wetland Symposium 2001.
Bringing Partnerships into Wetland practices, August 27 – 30 2001,
Penang, Malaysia.
12.“The Diversity of Benthos at The Belawan Stream”. Proceedings of Asian
Wetland Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland
practices, August 27 – 30 2001, Penang, Malaysia.
13.“The Composition of Plankton in The Lake Toba Catchmant Area” (Poster
presentation).
Asian
Wetland
Symposium
2001.
Bringing
Partnerships into Wetland practices, August 27 – 30 2001, Penang,
Malaysia.
14.“Preliminary Study of The Diversity and Abundance of Aquatic Insects at
The Petani River, Sibolangit” (Poster presentation). Asian Wetland
Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland practices, August
27 – 30 2001, Penang, Malaysia.
15.Barus, T.A. (1997): Terumbu Karang. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
16.Barus, T.A. (1997): ”Pemanfaatan Tumbuhan Air (Phragmites communis)
sebagai Media dalam Pengolahan Limbah Domestik”. Warta Teknologi
Industri 1: 51 – 57. ISSN: 1410–2749.
16
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
17.Barus, T.A. (1996): “Ökophysikalische und -chemische Faktoren des
Wilhelmshäuser
Bachsystem
und
ihre
Veränderung
durch
Nutzungseingriffe“. Ökol. u. Umwelt. 10/96. ISSN: 0943–7223.
18.Barus, T.A. (1996): Metoda Ekologis untuk Menilai Kualitas Suatu
Perairan Lotik. Universitas Sumatera Utara, Medan.
19.Barus,
T.A.
(1992):
“Untersuchungen
zur
weitergehenden
Abwasserreinigung durch das Wurzelraumverfahren vom Pilotprojekt
Hofgeismar-Beberbeck“. (Tesis Master). Aufbaustudium Ökologische
Umweltsicherung, Universitaet Gesamthochschule Kassel, Witzenhausen.
20.Barus, T.A. (1991): Treibhauseffekt. Aufbaustudium Ökologische
Umweltsicherung, Universitaet Gesamthochschule Kassel, Witzenhausen.
21.Barus, T.A. (1985): “A preliminary experiment on the use of Macadamia
hildebrandii fruit as pig feed”. Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 1, No.1:
15 – 26. ISSN: 0215–0190.
H. BUKU YANG DITERBITKAN
- Barus, T.A. (2004). Pengantar Limnologi: Studi tentang Ekosistem Air
Daratan. Penerbit USU Press. ISBN: 979-458-190-9.
I. SEBAGAI PENCERAMAH/PEMAKALAH (PADA SEMINAR/LOKAKARYA/
KURSUS/PELATIHAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL)
1. Tipologi Ekosistem dan Kerawanannya. Kursus AMDAL A. PPL-LP-USU,
23 September 1998.
2. Dampak Kegiatan Pembangunan terhadap Ekosistem Perairan. Kursus
AMDAL A. PPL-LP-USU, 28 September 1998.
3. Sistem Perkebunan Kelapa Sawit yang Berkelanjutan. Workshop
Kurikulum Pelatihan PLCA. PPL-LP-USU, 27 Juli 1999.
4. Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pembangunan
Berkelanjutan. Pelatihan Product Life-Cycle Analysis on Palm Oil
Industry. Medan, 31 Januari 2000.
5. Life-cycle Inventory Tanaman Kelapa Sawit. Pelatihan Product LifeCycle Analysis on Palm Oil Industry. Medan, 3 Februari 2000.
6. Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Perkebunan bagi Kesejahteraan
Masyarakat. Seminar Advokasi Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Medan, 1 Maret 2000.
7. Kependudukan
dan
Pembukaan
Hutan.
Seminar
Advokasi
Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Medan, 22 Maret 2000.
8. Life-Cycle Inventory pada Tanaman Kelapa Sawit. Pelatihan Product
Life-Cycle Analysis on Palm Oil Industry. Bapedal Regional I Sumatera,
25-5-2000. Sinabung Hotel Berastagi.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
17
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
9. Penilaian Dampak (Impact Analysis) Kegiatan Produksi Kelapa Sawit.
Pelatihan Product Life-Cycle Analysis on Palm Oil Industry. Bapedal
Regional I Sumatera, 26-5-2000. Sinabung Hotel Berastagi.
10. Life-Cycle Cost Management. Pelatihan Product Life-Cycle Analysis on
Palm Oil Industry. Bapedal Regional I Sumatera, 26-5-2000. Sinabung
Hotel Berastagi.
11. Penerapan Iptek dalam Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan. Orasi Ilmiah, disampaikan pada Lustrum VII FMIPA-USU
pada tanggal 25 Agustus 2000 di Auditorium USU, Medan.
12. Penanganan/Pengolahan Limbah Secara Biologis. Pelatihan tentang
Penanganan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Biologi. Kerjasama
HEDS-JICA dengan FMIPA USU, pada tanggal 28 – 31 Agustus 2000 di
FMIPA-USU, Medan.
13. Pemantauan Pencemaran Air Berdasarkan Keberadaan Organisme
Bentos. Pelatihan Pemantauan Komponen Biologi sebagai Indikator
Kualitas Perairan. Unit Manajemen Leuser. 7 – 9 November 2000.
Medan-Bukit Lawang.
14. Pemantauan Pencemaran Air Berdasarkan Keberadaan Organisme
Plankton. Pelatihan Pemantauan Komponen Biologi sebagai Indikator
Kualitas Perairan. Unit Manajemen Leuser. 7 – 9 November 2000.
Medan-Bukit Lawang.
15. Aquatic Microfauna Community in Kuala Langsa Mangrove Ecosystem.
Asian Wetland Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland
practices, August 27 – 30 2001, Penang, Malaysia.
16. The Diversity of Benthos at The Belawan Stream. Asian Wetland
Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland practices,
August 27 – 30 2001, Penang, Malaysia.
17. The Composition of Plankton in The Lake Toba Catchmant Area (Poster
presentation).
Asian
Wetland
Symposium
2001.
Bringing
Partnerships into Wetland practices, August 27 – 30 2001, Penang,
Malaysia.
18. Preliminary Study of The Diversity and Abundance of Aquatic Insects at
The Petani River, Sibolangit (Poster presentation). Asian Wetland
Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland practices,
August 27 – 30 2001, Penang, Malaysia.
19. Peranan Kelembagaan dan Pendidikan Lingkungan dalam Pengelolaan
Ekosistem
Danau
Toba.
Seminar
Nasional.
Pembangunan
Berkelanjutan dan Pengelolaan Kawasan Danau Toba. Medan, 6 April
2002.
20. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Belawan. Seminar
Nasional Bidang MIPA dalam Rangka Semirata – 15 BKS-PTN Wilayah
Indonesia Barat. Medan, 29 – 30 Mei 2002.
18
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
21. Peranan Bioindikator untuk Menentukan Kualitas Suatu ekosistem
Perairan. Seminar Nasional Lingkungan Hidup sebagai Faktor
Pemersatu. BK-PSL. Bukittinggi, 21 – 23 Oktober 2002.
22. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Seminar
Nasional Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Medan 22 Mei
2003.
23. Pemanasan Global dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan.
Seminar Nasional Penerapan Protokol Cartagena, Protokol Kyoto dan
Persetujuan Asean tentang Gangguan Polusi Lintas Batas. Pusdip-KLH
Universitas Negeri Medan, 6 November 2003.
24. Peranan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Menanggulangi Dampak
Pencemaran. National Conference on Exhibition and Seminar of
Chemical
Engineering
(ESChE)
2003.
Politeknik
Negeri
Lhokseumawe, 22 Desember 2003.
25. Dampak Kegiatan Pembangunan pada Ekosistem Perairan. Seminar
Nasional Pengelolaan Lingkungan sebagai Upaya Pengendalian
Degradasi Sumber Daya Alam. Pusdip-KLH Pascasarjana UNIMED, 23
September 2004.
26. Kurikulum Biologi Berbasis Kompetensi. Seminar Nasional Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). 30-9-2004. UNIMED–Medan.
27. Penggunaan Parameter Limnologi dalam Penentuan Daya Dukung
Danau Toba untuk Budidaya Ikan Sistem Jala Apung. Seminar
Nasional Penanggulangan Kematian Masal Ikan Mas di Danau Toba.
Medan, 3 Maret 2005.
28. Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton
sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Seminar Nasional
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Lembaga Penelitian. Universitas
Negeri Jakarta. 21 – 22 Desember 2005.
J.
1.
2.
3.
4.
KEGIATAN SEMINAR/SIMPOSIUM YANG DIIKUTI SEBAGAI
PESERTA
Kasseler
Tagungstag.
Seminar
Abfallwirtschaft.
Universitaet
Gesamthochschule. Kassel Fachbereich 11, Kassel, Jerman 1992.
Kasseler Tagungstag. Seminar Bioabfallkompostierung. Universitaet
Gesamthochschule. Kassel Fachbereich 11, Kassel, Jerman 1993.
Symposium: Ökologische Gewässersanierung im Spannungsfeld
zwischen Natur und Kultur. Universitaet Gesamthochschule. Kassel,
Jerman. 1993.
Seminar Efisiensi Produksi serta Penyelamatan Sumber Daya Alam. 23
Oktober 1997. FMIPA-USU.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
19
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
5. Seminar Peranan Biologi sebagai Ilmu Dasar dalam Menunjang
Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan. 10 September 1998.
Seminar Sehari dalam Rangka Lustrum II Jur. Biologi FMIPA USU.
6. Seminar The Recent on Natural Product for: Anti HIV/AIDS. 5 Agustus
1999. FMIPA-USU.
7. Diskusi Berseri mengenai Permasalahan Nelayan. 12 Agustus 1999.
FISIP–USU.
8. Seminar Unity in Diversity: America's Democratic Experience. 26 s.d.
27 Agustus 1999. USU.
9. Seminar Sehari tentang Perilaku dan Lingkungan Sehat Menuju
Indonesia Sehat 2010. 13 November 1999. Depkes. Emerald Hotel
Medan.
10. Lokakarya Pengembangan Budaya Kewirausahaan melalui Integratif
Bahan Ajar 28 Februari s.d. 1 Maret 2000. FMIPA-USU.
11. Seminar Sehari Advokasi Kependudukan dan Lingkungan Hidup (II).
8 Maret 2000. PPL-LP-USU, Hotel Sahid Medan.
12. Seminar Sehari Advokasi Kependudukan dan Lingkungan Hidup (III).
14 Maret 2000. PPL-LP-USU. Hotel Sahid Medan.
13. Seminar Sehari Advokasi Kependudukan dan Lingkungan Hidup (V).
29 Maret 2000. PPL-LP-USU. Hotel Sahid Medan.
14. Seminar Sehari Advokasi Kependudukan dan Lingkungan Hidup (VI).
5 April 2000. PPL-LP-USU. Hotel Sahid Medan.
15. Diskusi Pakar Bioteknologi Menyikapi Perkembangan Tanaman
Transgenik di Indonesia. 11 April 2000.USU.
16. Seminar Sehari Lingkungan Hidup Era Millenium, Saatnya Bertindak
Nyata. Dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup 2000. PSL-PPs-USU. 24
Juni 2000. Balai Citra Tiara Convention Hall, Medan.
17. Seminar Ilmiah: Peranan Biokimia Asam Oksalat Hasil Simbiosis
Cendawan Basidiomycetes Dalam Ekologi dan Konservasi Hutan. P.S.
Biologi FMIPA-USU. 6 Juli 2000.
18. Seminar Lustrum VII FMIPA-USU. 2000.
19. Seminar and Workshop Marine Science: Capacity Building and
Education. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 26 s.d. 29
Maret 2001. Kerjasama ZMT Bremen – DAAD – UNSOED.
20. Asian Wetland Symposium 2001. Bringing Partnerships into Wetland
practices, August 27 – 30, 2001, Penang, Malaysia.
21. Seminar Nasional Lingkungan Hidup sebagai Faktor Pemersatu. Badan
Kerjasama Pusat Studi Lingkungan Hidup. Bukittinggi, 21 – 23 Oktober
2002
22. 10 Tahun Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia 1993 –
2003. 20 – 21 Oktober 2003, Jakarta.
20
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba
dan Upaya Pelestariannya
23. International Workshop on Coastal and Marine Development.
Departemen Kelautan dan Perikanan/Fak. Teknik USU 29 Maret 2004.
24. Lokakarya Lake Toba Ecosystem Management Plan. Gubernur
Sumatera Utara/Otorita Asahan. 10 Maret 2004.
25. Konferensi Nasional Lingkungan Hidup XVII BKPSL Makassar, 15 – 17
September 2004.
26. Seminar Nasional Penanggulangan Kematian Masal Ikan Mas di Danau
Toba. Medan, 03 Maret 2005.
27. DAAD Regional Alumni Seminar. Engineering for Environment. ITB,
27 – 29 November 2005.
28. Konferensi Nasional Lingkungan Hidup XVIII BKPSL Banjarmasin,
15 – 17 Mei 2006.
Ternala Alexander Barus: Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba Dan Upaya Pelestariannya, 2007.
USU e-Repository © 2008
21
Download