Pengaruh Model Pembelajaran Scramble dengan Menggunakan

advertisement
Pengaruh Model Pembelajaran Scramble dengan Menggunakan Alat Peraga
dari Bahan Bekas Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016
Oleh: Aresta Pratiwi1, Merti Triyanti, M.Pd.2, Sepriyaningsih, M.Pd.Si.3.
1
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3
Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran scramble
dengan menggunakan alat peraga dari bahan bekas terhadap hasil belajar biologi
siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun ajaran 2015/2016. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen murni. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes yang berupa essay. Teknik
analisis data dengan langkah-langkah: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penggunaan model pembelajaran
scramble dengan menggunakan alat peraga dari bahan bekas terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Hal ini terbukti dari hasil tes
akhir melalui uji kesamaan rata-rata/hipotesis dengan menggunakan uji-t, hasilnya
menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (2,10 > 1,671), hasil tersebut menyatakan
bahawa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas
kontrol.
Kata Kunci : Scramble, alat peraga, bahan bekas, Hasil belajar biologi.
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2012:9). Dalam proses
belajar guru dapat memilih dan menggunakan beberapa model pembelajaran
yang sesuai. Model pembelajaran yang tidak sesuai dapat mempengaruhi cara
belajar dan hasil belajar dari siswa. Maka dari itu guru harus tepat memilih
model pembelajaran yang digunakan, karena tidak semua model pembelajaran
cocok digunakan untuk semua pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru Biologi di SMA
Negeri 5 Lubuklinggau, didapatkan informasi bahwa proses pembelajaran di
dalam kelas masih bersifat teacher center artinya dalam kegiatan belajar
mengajar masih berpusat pada guru, dan siswa hanya menerima apa yang
diberikan oleh guru. Sehingga tidak ada timbal balik antara guru dan siswa, dan
hasilnya timbul kejenuhan dalam belajar sehingga suasana pembelajaran
menjadi tidak kondusif. Hal ini dapat dilihat pada saat pelajaran berlangsung,
terlihat siswa tidak aktif dan tidak ada interaksi antara guru dan siswa. Dalam
pelajaran biologi, banyak materi yang menggunakan istilah-istilah asing yang
tidak biasa didengar dan harus diingat siswa, misalnya materi dunia hewan, sel,
dan lain-lain. Sehingga guru harus memiliki cara agar siswa dapat memahami
istilah tersebut. Misalnya, dengan menggunakan model pembelajaran yang
sesuai.
Selain itu, sumber belajar misalnya alat peraga masih cukup terbatas.
Banyak guru yang tidak menggunakan alat peraga dikarenakan alat peraga
yang ada di laboratorium, banyak yang tidak bisa digunakan lagi. Padahal,
pada pelajaran Biologi terdapat banyak pokok bahasan yang memerlukan alat
peraga untuk menjabarkannya.
Oleh karena itu, 62% siswa masih memperoleh nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 76. Terlihat pada nilai ulangan harian siswa
pada mata pelajaran Biologi, sehingga mereka harus mengikuti program
remedial untuk memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tersebut.
Untuk mengurangi berbagai permasalahan diatas, salah satu solusinya adalah
peneliti memakai model pembelajaran scramble dengan menggunakan alat
peraga dari bahan bekas.
Menurut Shoimin (2014:166), kelebihan dari model scramble yaitu,
memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain, siswa dapat berkreasi
sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak
membuat mereka stres atau tertekan.
Keberadaan alat peraga sangat dibutuhkan untuk membantu siswa dalam
memahami materi yang abstrak. Hal ini didukung oleh pendapat Riastuti
(2015:240) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan alat
peraga lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dibandingkan dengan tanpa menggunakan alat peraga.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh model pembelajaran scramble dengan menggunakan alat
peraga dari bahan bekas terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran scramble
Shoimin (2014:166), menyatakan bahwa scramble merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban dan
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara membagikan lembar
soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang
tersedia.
Langkah-langkah model pembelajaran scramble yang dimodifikasi dari
pendapat Huda (2015:306) dan Shoimin (2014:169), yaitu:
a. Guru menyiapkan bahan dan media yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Media yang digunakan berupa lembar Soal dan kartu
jawaban, yang sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa. b.
Guru menyiapkan kartu-kartu sebanyak kelompok yang telah dibagi.
Dan setiap masing-masing kelompok melakukan diskusi untuk
mengerjakan soal dilembar soal dan perwakilan kelompok menyusun
kartu jawaban di depan kelas. c. Guru memberi durasi waktu untuk
pengerjaan soal dan siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang
telah ditentukan guru. d. Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa
wajib mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. e. Guru melakukan
penilaian terhadap hasil kerja siswa. f. Guru memberikan apresiasi
kepada kelompok yang menjawab soal paling banyak dan benar.
Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran scramble yang
dimodifikasi dari pendapat Huda (2015:306) dan Shoimin (2014:169):
a. Kelebihan model pembelajaran scramble, yaitu, 1) melatih siswa untuk
berpikir cepat dan tepat, 2) Model pembelajaran ini memungkinkan
siswa untuk belajar sambil bermain, 3) mempelajari sesuatu secara
santai dan tidak membuat mereka stres atau tertekan. 4) materi yang
diberikan melalui salah satu model permainan biasanya mengesankan
dan sulit dilupakan.
b.
Kekurangan model pembelajaran scramble, antara lain, 1) siswa bisa
saja mencontek jawaban temannya, 2) model pembelajaran ini biasanya
menimbulkan suara
gaduh atau
berisik,
3)
terkadang dalam
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang.
2.
Alat peraga dari bahan bekas.
Abdullah, dkk (2011), menyatakan bahwa alat peraga bahan bekas ini
juga relatif mudah dibuat oleh guru bahkan oleh siswa karena tidak
membutuhkan waktu yang lama, serta biaya yang dibutuhkan untuk
pembuatannya juga relatif murah. Adapun contoh dari alat peraga yang
digunakan dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 berikut.
Gambar 1 Alat peraga Porifera
Gambar 2 Alat Peraga Coelenterata
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Subjects, Pretest-Post-tes
Control Group Design yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Desain penelitian menurut Sukardi (2011:183) dapat dilihat pada
tabel 1 berikut.
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
Tabel 1
Desain penelitian
Pretest
Perlakuan
Y1
X
Y1
-
post-test
Y2
Y2
Keterangan :
Y1
= pretest
Y2
= post-test
X
= Model pembelajaran Scramble dengan menggunakan alat peraga
dari bahan bekas
= Menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X. Sampel
penelitian adalah kelas X4 berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan
kelas X5 berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol.
Dalam penelitian ini teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data
yaitu dengan menggunakan teknik tes yang berbentuk uraian yang terdiri dari
10 soal dengan materi pokok porifera dan coelenterata.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil Penelitian
a. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 April sampai 21 Mei 2016
di SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016, dengan
jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 30 siswa,
materi yang digunakan adalah materi Porifera dan Coelenterata.
1) Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Rata-rata dan simpangan baku dari pretest kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 2
Hasil pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sampel
N
Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
30
34,87
13,98
Kontrol
30
31,33
12,76
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa skor ratarata kelas eksperimen > skor rata-rata kelas kontrol.
2) Deskripsi Data Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Rata-rata dan simpangan baku dari post-test kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3
Analisis Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Post-test
Sampel
N
Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
30
83,1
12,21
Kontrol
30
75,53
15,31
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata
kelas eksperimen > rata-rata kelas kontrol.Hasil rata-rata siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pretest maupun post-test
dapat dilihat pada gambar 3 berikut.
100
Kelas
Eksperimen
50
Kelas Kontrol
0
1
2
pretest post-test
Gambar 3
Grafik Nilai Rata-Rata Siswa pretest dan post-tes
b. Analisis Kemampuan Awal Siswa
1) Uji Normalitas Nilai Pretest
Hasil uji normalitas data pretest kedua kelompok data dapat
dilihat pada tabel 4. sebagai berikut.
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest
X2hitung
Dk
X2tabel
Keterangan
9,137
5
11,070
Normal
9,715
5
11,070
Normal
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masingmasing kelompok data untuk pretest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Nilai Pretest
Hasil uji homogenitas pretest dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
berikut.
Kelas
Tabel 5
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
S2
Fhitung
Dk
Ftabel
Eksperimen 195,4404
Kontrol
162,8176
1,20
(29;29)
1,85
Keterangan
Homogen
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa antara tes awal dan
tes akhir dari kedua kelas memiliki varians yang homogen.
3) Hasil Uji Kesamaan Rata-rata
Hasil analisis data dengan menggunakan uji-t dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut.
Tabel 6
Hasil Analisis Kesamaan Rata-Rata Nilai Pretest
Kelas
thitung
Dk
ttabel
Keterangan
Eksperimen
1,02
58
2,00
H0 diterima
Kontrol
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai thitung < ttabel, Ho
diterima. Maka dari hipotesis yang diajukan rata-rata kelas
eksperimen tidak sama dengan rata-rata kelas kontrol.
c. Analisis Kemampuan Akhir Siswa
1) Uji Normalitas Nilai Post-test
Hasil uji normalitas data post-test kedua kelompok data
dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut.
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test
Kelas
X2hitung
Dk
X2tabel
Keterangan
Berdistribusi
Eksperimen
3,425
5
11,070
normal
Berdistribusi
Kontrol
9,188
5
11,070
normal
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai X2hitung data post-test untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Nilai Post-test
Hasil uji homogenitas post-test dapat dilihat pada tabel 8 sebagai
berikut.
Kelas
Tabel 8
Hasil Uji Homogenitas Nilai Post-test
S2
Fhitung
Dk
Ftabel Keterangan
Eksperimen 149,0841
Kontrol
234,3961
1,57
(29;29)
1,85
Homogen
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa antara tes awal dan
tes akhir dari kedua kelas memiliki varians yang homogen.
3) Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Post-test
Hasil analisis data dengan menggunakan rumus uji-t dapat
dilihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9
Hasil Analisis Kesamaan Rata-Rata Nilai Post-test
Kelas
thitung
Dk
ttabel Keterangan
Eksperimen
2,10
58
1,671 Ha diterima
Kontrol
Berdasarkan tabel 9 diperoleh nilai thitung > ttabel, Ha diterima
dan H0 ditolak.
2. Pembahasan
Penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan
sebanyak 4 kali pertemuan, yang meliputi pretest, 2 kali perlakuan, dan
post-test. Kelas eksperimen dan kontrol berjumlah 30 siswa.
Pada perlakuan pertama kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan
memakai model pembelajaran scramble dengan menggunakan alat peraga
dari bahan bekas, materi yang digunakan adalah filum Porifera. Pada kelas
eksperimen, siswa dibagi menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok
diminta untuk mengisi jawaban pada lembar soal yang diberikan dan
perwakilan kelompok menyusun kartu jawaban di depan kelas. Peneliti
masih merasa kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran,
dikarenakan siswa belum beradaptasi dengan peneliti, dan sebelumnya
model pembelajaran scramble belum pernah digunakan oleh guru yang
mengajar. Sehingga ada siswa yang sulit diatur karena tidak setuju dengan
pembagian kelompok. Sebagian kelompok belum mengerti dengan langkahlangkah scramble sehingga peneliti harus menjelaskan kembali langkahlangkah scramble. Ada yang mencontek jawaban kelompok lain, ada juga
kelompok yang tidak bekerja sama, beberapa siswa mengerjakan dan siswa
lainnya hanya diam dan melihat teman kelompoknya, dan ada yang masih
mengisi jawaban sedangkan waktu yang diberikan sudah habis. Hal ini
sesuai dengan kelemahan dari model pembelajaran scramble yaitu, siswa
bisa
saja
mencontek
jawaban
temannya,
terkadang
dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang (Shoimin,
2014:169).
Pada pertemuan selanjutnya, peneliti memberikan materi coelenterata
dengan menggunakan alat peraga coelenterata. Berbeda dengan pertemuan
sebelumnya, siswa sudah mulai beradaptasi dengan peneliti dan cara
belajarnya, peneliti juga melakukan beberapa cara agar masalah pada
pertemuan sebelumnya tidak terulang lagi, caranya antara lain:
1. Peneliti memberikan aturan permainan kepada semua kelompok, dan
kelompok yang melanggar aturan akan dikurangi 1 point
2. Agar setiap kelompok tidak saling mencontek, peneliti memberikan soal
yang sama tetapi dengan urutan yang berbeda.
3. Anggota kelompok yang hanya diam dan tidak aktif akan dicoret dari
kelompok
4. Kelompok yang masih mengerjakan soal sedangkan waktu yang
diberikan sudah habis, berarti melanggar aturan maka point kelompok
tersebut akan dikurangi.
Dengan adanya aturan tersebut membuat semua kelompok aktif dan
terlibat dalam pembelajaran tersebut, sehingga permasalahan pada
pertemuan sebelumnya dapat diatasi.
Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol hanya
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Proses pembelajaran pada
masing-masing pertemuan terlihat sama yaitu masih bersifat teacher center
artinya masih berpusat pada guru, tidak ada interaksi antara guru dan siswa.
Terlihat siswa merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, sangat
sedikit siswa yang bertanya bahkan ada yang tidak memperhatikan dan
sibuk dengan urusan masing-masing.
Siswa kelas eksperimen terlihat lebih aktif dengan adanya model
pembelajaran scramble dengan menggunakan alat peraga dari bahan bekas.
Hal ini terlihat saat model pembelajaran scramble diterapkan, siswa sangat
antusias dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini juga didukung
oleh pendapat Shoimin (2014:169), yang menyatakan bahwa keunggulan
dari model pembelajaran scramble yaitu, siswa dapat berkreasi sekaligus
belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai, tidak membuat
mereka stres atau tertekan, dan model pembelajaran ini memungkinkan
siswa untuk belajar sambil bermain. Dengan digunakannya model
pembelajaran scramble dengan menggunakan alat peraga dari bahan bekas,
setiap siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran scramble. Setiap siswa dituntut untuk bekerja sama dan
mengeluarkan ide, dimana siswa harus menyusun jawaban acak menjadi
jawaban yang benar.
Alat
peraga
yang digunakan juga sangat
membantu
model
pembelajaran scramble dalam proses pembelajaran. Dengan adanya alat
peraga tersebut, siswa lebih mudah mengingat materi yang disampaikan,
karena alat peraga yang digunakan dapat mewakili benda sesungguhnya.
Terlihat bahwa hasil belajar kedua kelas berbeda, nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Berdasarkan pengujian
hipotesis menggunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = 58 didapat nilai thitung = 2,10 dan nilai ttabel = 1,671, artinya
thitung > ttabel, Ha diterima. Dengan demikian ada pengaruh model
pembelajaran scramble dengan menggunakan alat peraga dari bahan bekas
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau
Tahun ajaran 2015/2016.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Handayani, dkk (2014),
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran scramble menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
scramble lebih baik dari pada siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
“Ada pengaruh Model Pembelajaran scramble dengan menggunakan Alat
Peraga dari bahan bekas terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA
Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Ajaran 2015/2016”. Rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen sebesar 83,1 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 75,53.
F. Daftar Pustaka
Abdullah., Oviana, O. & Khatimah, H. 2011. Penggunaan Alat Peraga dari
Bahan Bekas dalam Menjelaskan Sistem Respirasi Manusia di MAN
Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol
3. No 1.
Handayani, Sri., Lestari, Rena., Dahlia. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Scramble Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 2 Satu
Atap Kepenuhan Hulu Tahun Pembelajaran 2014/2015. Program Studi
Pendidikan Biologi. Vol 3. No 1.
Huda, M. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riastuti, R. D. 2015. Pengembangan Media Alat Peraga Biologi Dengan
Memanfaatkan Bahan Bekas. Prosiding diterbitkan oleh STKIP PGRI
Lubuklinggau. Lubuklinggau: STKIP PGRI.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyono & Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Download