PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN

advertisement
PENGARUH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
DAN HUBUNGAN YANG HARMONIS
(Studi Kuantitatif antara Siswa Pribumi dan Siswa Tionghoa/Cina di SMA Sw.
Harapan Mandiri Medan)
Luktri Arsheila
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pengaruh Komunikasi Antarbudaya dan Hubungan yang
Harmonis dengan subjudul studi kuantitatif antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa/Cina di
SMA Harapan Mandiri Medan. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sejauhmana pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara
siswa Pribumi dan siswa Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan. Tujuannya adalah
untuk menjelaskan keadaan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh siswa-siswa dari etnis
yang berlainan serta menjelaskan pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang
harmonis antara etnis Pribumi dan Cina di SMA Harapan Mandiri Medan.
Penelitian ini menggunakan beberapa teori, diantaranya seperti teori komunikasi
antarbudaya, teori efektivitas komunikasi antarbudaya, teori masyarakat majemuk, dan teori
etnosentris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
cara mengambil beberapa orang siswa sebagai sampel yang mewakili dari keseluruhan
populasi. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Rank
Spearman’s melalui software SPSS 20. Dimana harga r yang diperoleh adalah sebesar 0,468.
Untuk melihat kuat lemahnya korelasi antara kedua variabel, digunakan skala Guilford yang
nilai korelasi 0,468 berada pada tingkat ≥ 0,40 → < 0,70. Hal ini menunjukkan hubungan
yang cukup berarti.
Dasar pengujian hipotesisnya adalah jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 H0
ditolak dan H1 diterima. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 H0 diterima dan H1 ditolak.
Angka probabilitas dari perhitungan adalah 0,01, maka dapat diambil keputusan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara siswa Pribumi dan siswa
Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan. Besarnya pengaruh atau kekuatan pengaruh
komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis siswa Pribumi dan siswa Tionghoa di
SMA Harapan Mandiri adalah 22%. Hasil yang didapat ini menunjukan pengaruh yang cukup
berarti. Sisanya 78% dipengaruhi oleh faktor lain di luar komunikasi antarbudaya. Atau
secara sederhana dapat diatikan bahwa hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi
dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan dipengaruhi 22% dari komunikasi
antarbudaya.
Kata Kunci : Hubungan yang harmonis, Etnis Pribumi, dan Etnis Tionghoa.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang multi kultural dan multi etnis. Keberadaan etnis
Cina di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5. Secara umum etnis Cina
atau lebih dikenal dengan etnis Tionghoa di Indonesia membuat lingkungannya sendiri
untuk dapat hidup secara “eksklusif” dengan tetap mempertahankan kebudayaan atau
tradisi leluhur. Etnis Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat non-pribumi
yang bermigrasi ke Indonesia.
Etnis Cina mulai mendapatkan tempatnya di Indonesia pada masa
pemerintahan Orde Reformasi. Angin Reformasi telah mengubah nasib etnis Tionghoa
di Indonesia. Hal ini ditandai dengan mereka dapat lebih bebas berekspresi di berbagai
bidang kehidupan. Sekat-sekat yang membatasi kiprah mereka diranah politik, budaya,
dan jabatan publik menguap seiring dengan dihapusnya kebijakan pembatasan yang
berlaku sejak akhir 1950-an dan, terutama, selama Orde Baru.
Etnis Cina memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaankebudayaan yang dimiliki pada umumnya masyarakat di Indonesia, dan khususnya
mempunyai keyakinan keagamaan yang lain sama sekali dari masyarakat yang
terdapat di Indonesia (Suparlan, 2004).
Pada dasarnya banyak usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam
rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan antara warga negara Indonesia asli
(pribumi) dengan warga negara Indonesia keturunan asing (non-pribumi) yang dalam
hal ini etnis Cina. Namun dalam praktiknya, interaksi sosial etnis Cina dengan orang
pribumi pada dasarnya kurang harmonis.
Kita bisa melihat kepada sekolah-sekolah pembauran di Medan ini, etnis Cina
juga sudah mendapat pendidikan yang sama dengan etnis Pribumi. Bahkan
dikebanyakan sekolah-sekolah yang disebut sebagai sekolah Cina, mayoritas siswasiswa yang bersekolah disana adalah dari kalangan etnis Cina itu sendiri. Hal ini
memang tidak mengherankan karena sekolah itu sendiri bisa disebut sebagai sekolah
Cina karena penilaian masyarakat melihat banyak etnis Cina yang bersekolah disana
atau karena memang pemilik yayasan sekolah itu berasal dari etnis Cina.
Perguruan Harapan Mandiri yang terletak di jalan Brigjend Hamid No. 40
Medan, adalah salah satu sekolah pembauran di kota Medan. Sekolah ini terletak
sangat strategis di depan jalan besar dan dikelilingi banyak ruko-ruko milik etnis Cina.
2
Sekolah ini terkenal sebagai sekolah etnis Cina karena pemilik yayasan sekolah ini
adalah keturunan dari Cina. Hal-hal yang membedakannya dengan sekolah-sekolah
etnis Cina kebanyakan, disini siswa-siswa dari etnis Cina tidak menjadi mayoritas,
tetapi malah menjadi minoritas. Jumlah siswa etnis Cina di SMA Sw. Harapan
Mandiri adalah 30% dari keseluruhan jumlah siswanya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai beriku :
“ Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara
siswa Pribumi dan siswa Cina di SMA Sw. Harapan Mandiri Medan? “
Tujuan Penelitian
Dilihat dari pemilihan judul (pokok pemikiran), ada beberapa tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Menjelaskan keadaan komunikasi antarbudaya yang dialami oleh siswa-siswa
dari etnis yang berlainan.
2. Menjelaskan pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis
antara etnis Pribumi dan Cina di SMA Sw. Harapan Mandiri.
URAIAN TEORITIS
Teori Komunikasi Antarbudaya
Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh
beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt (2004) yang mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya.
Menurut Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Liliweri (2003) komunikasi
antarbudaya terjadi diantara orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda (ras, etnik,
sosial ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan itu).
Dari defenisi di atas, komunikasi antarbudaya sebagai suatu proses yang
mempengaruhi perilaku sumber (komunikator) dan penerimanya (komunikan) dengan
sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka
salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap/perilaku
tertentu (Andriani, 2012 : 13). Komunikasi antarbudaya juga adalah suatu tindak
komunikasi dimana para partisipan berbeda latar belakang budayanya (Purwasito,
2003:122-124).
3
Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi
sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan
secara mensejarah. Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi
tentang kebudayaan komunikasi antarbudaya, ada 3 dimensi menurut Young Yun Kim (dalam
Andriani, 2012) , yaitu :
a. Partisipasi dalam berkomunikasi
b. Konteks sosial
c. Saluran yang digunakan
Teori Efektivitas Komunikasi Antarbudaya
Kenyataan dan kehidupan sosial telah membuktikan bahwa manusia di muka
bumi tidak dapat hidup sendiri. Mereka pasti melakukan interaksi sosial dan selalu
berhubungan satu sama lain. Dan interaksi itu tidak akan terjadi tanpa adanya proses
komunikasi. Itu artinya, dalam komunikasi antarbudaya, interaksi antarbudaya pun tidak
akan pernah ada jika tidak ada komunikasi antarbudaya. Segala keefektivan dalam
interaksi antarbudaya tergantung pada komunikasi antarbudaya. Gudykunst (2003)
menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan
komunikasi pada situasi antarbudaya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak bisa meninggalkan yang namanya
komunikasi. Baik antar individu, kelompok atau organisasi. Bila diteliti banyak
kegagalan dari komunikasi yang kita lakukan. Joseph de Vito (2012) mengemukakan
kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai komunikasi yang efektif antara lain:
- Openese : adanya keterbukaan
- Supportiveness : adanya suasana saling mendukung
- Positiviness : bersikap positif
- Empathy : memahami perasaan orang lain
- Equality : kesetaraan.
Teori Masyarakat Majemuk
Konsep masyarakat majemuk pertama kali diperkenalkan oleh J.S. Furnivall,
menurutnya ciri utama masyarakat majemuk adalah kehidupan masyarakat berkelompokkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka terpisah-pisah karena
perbedaan sosial dan tidak tergabung dalam sebuah unit politik (Liliweri,2004 : 166).
4
Menurut Clifford Gertz (1963) masyarakat multikultural adalah merupakan
masyarakat yang terbagi dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri dan
masing-masing sub sistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial.
Sementara menurut Nasikun (2011) masyarakat multikultural adalah suatu
masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktur memiliki subsubkebudayaan yang bersifat deverseyang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem
nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satukesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.
Teori Etnosentrisme
Etnosentris merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma
dan nilai-nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang mutlak dan digunakan sebagai
standar untuk mengukur dan bertingkah terhadap semua kebudayaan lain. Etnosentris
menyebabkan adanya prasangka dalam setiap etnis yang dapat memandang orang dari
kelompok etnis lain sebagai barbar, kafir, dan tidak mempunyai peradaban.
Poortinga (dalam Liliweri, 2005), menyatakan bahwa ada 3 faktor penentu
prasangka yang diduga mempengaruhi komunikasi antarbudaya, yaitu :
a. Stereotip
b. Jarak Sosial
c. Sikap diskriminasi
Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab dari variabel
lain atau yang mempengaruhi munculnya variabel lain (Y). Variabel X dalam penelitian
ini adalah komunikasi antarbudaya.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam.
5
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah siswa-siswa SMA Sw.
Harapan Mandiri Medan yang telah menjalani pendidikan selama lebih dari 1 tahun,
dengan asumsi siswa akan lebih memahami situasi lingkungannya sehingga lebih dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Berdasarkan hasil prapenelitian jumlah populasi
adalah sebesar 550 orang dengan rincian siswa etnis Pribumi ±380 dan etnis Cina ±170.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengambil sampel dengan teknik random
sampling (acak), artinya, setiap anggota dari populasi memiliki kesempatan dan peluang
yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Tidak ada intervensi tertentu dari peneliti.
Masing-masing jenis dari pengambilan acak (probability sampling) ini memiliki
kelebihan dan kelemahan tersendiri. Dan lebih ditekankan kepada pengambilan acak
sederhana (Simpel random sampling).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di setiap kelas XI dan XII.
Oleh karena itu untuk menentukan jumlah sampel per kelas digunakan teknik Stratifikasi
Propotional Random Sampling dengan rumus :
n=
Keterangan
:
n1 =Jumlah siswa per jenjang kelas
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu mengadakan penelitian dengan jalan
mengumpulkan data melalui studi kepustakaan, dan mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.
Penelitian lapangan (Field Research), meliputi kegiatan survey dilokasi penelitian melalui
menyebarkan kuesioner, wawancara, dan observasi.
Teknik Analisa Data
Teknik analisa yang digunakan adalah analisis data kuantitatif.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Berdasarkan penelitian di lapangan peneliti melihat bahwa siswa-siswa Pribumi
dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan sangat berinteraksi dan bersosialisasi
terhadap lingkungannya. Masalah yang ingin diteliti di sini adalah keadaan komunikasi
antarbudaya dan kaitannya dengan hubungan yang harmonis, serta pengaruh antara
komunikasi antarbudaya dengan hubungan yang harmonis.
Siswa-siswa SMA Harapan Mandiri adalah siswa-siswa yang berasal dari
beragam suku, beragam kebudayaan, dan juga beragam latar belakang. Mereka
dipersatukan di SMA Harapan Mandiri ini dengan tujuan yang sama yaitu menuntut
ilmu. Namun di SMA Harapan Mandiri ini tidak hanya mengajarkan ilmu yang
bermanfaat untuk siswa-siswanya, tetapi juga membentuk kepribadian mereka menjadi
pribadi yang terbuka dan peka terhadap lingkungannya.
SMA Harapan Mandiri adalah sekolah pembauran antara siswa Pribumi dan
siswa Tionghoa. Walau SMA ini selalu mendapat siswa Pribumi lebih banyak dari
siswa Tionghoanya dari tahun ke tahun, namun dimata masyarakat luar SMA ini tetap
dikenal sebagai SMA Tionghoa atau sekolah Cina. Hal ini dikarenakan sebutan itu
sudah melekat dengan SMA Harapan Mandiri ini. Lagi pula hal itu tidak sepenuhnya
salah bila kita melihat yayasan SMA Harapan Mandiri ini masih dipegang oleh etnis
Tionghoa.
Tujuan penelitian adalah mencari tahu keadaan komunikasi antarbudaya serta
menjelaskan pengaruhnya. Keadaan komunikasi antarbudaya di SMA Harapan Mandiri
ini berdasarkan hasil penelitian-penelitian pada Bab-Bab sebelumnya kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa keadaan komunikasi antarbudaya terjalin cukup
harmonis di SMA Harapan Mandiri ini. Peneliti juga mengajukan pertanyaan mengenai
kesetaraan dengan sebuah contoh mengenai cara mereka memilih sebuah kelompok
belajar bila diminta oleh gurunya, apakah mereka akan memilih dari etnis yang sama
dengan mereka saja atau akan memilih kelompok berdasarkan kemampuan.
Kebanyakan mereka menjawab akan memilih kelompok berdasarkan kemampuannya,
bukan melihat latar belakang etnisnya.
Setelah menganalisa setiap data dari kuesioner maka dilanjutkan dengan menguji
hipotesa yaitu pengukuran tingkat hubungan diantara variabel yang linear dengan
7
menggunakan rumus koefisiensi korelasi Rank Spearman (rs). Koefisien korelasi
Spearman’s (rs) dari perhitungan SPSS 20, maka diperoleh koefisien korelasi
Spearman’s (rs) sebesar 0,468. Artinya hubungan antara komunikasi antarbudaya dan
hubungan yang harmonis antara siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan
Mandiri Medan terdapat hubungan yang cukup berarti atau sedang.
Dalam pengujian hipotesis angka probabilitas dari hasil perhitungan adalah 0,01.
Oleh karena itu nilai probabilitasnya < 0,05, maka dapat diambil keputusan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan
Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan.
Kemudian selanjutnya adalah mencari besarnya “Pengaruh komunikasi
antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di
SMA Harapan Mandiri Medan”, adalah :
KD
= r2 x 100%
= (0.468)2 x100%
= 0,22 x 100%
= 22%
Pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswasiswa Pribumi dan Tionghoa SMA Harapan Mandiri adalah sebesar 22%. Hasil yang
didapat ini menunjukan pengaruh yang cukup berarti. Sisanya 78% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar komunikasi antarbudaya. Atau secara sederhana dapat diatikan bahwa
hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan
Mandiri Medan dipengaruhi 22% dari komunikasi antarbudaya.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Siswa-siswa SMA Harapan Mandiri adalah siswa-siswa yang ramah dan
gampang untuk bersosialosasi. Keadaan komunikasi antarbudaya di SMA Harapan
Mandiri ini baik siswa Pribumi maupun siswa Tionghoa masih selalu menggunakan
bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari. Pengaruh komunikasi antarbudaya dan
hubungan yang harmonis pada siswa Pribumi dan siswa Tionghoa di SMA Harapan
Mandiri ini adalah pengaruh yang positif.
Saran
-
Sebaiknya tidak membanding-bandingkan suku dan budaya karena pada hakikatnya
kita diciptakan sederajat dan pastinya mempunyai ciri khas masing-masing
-
Suku dan kebudayaan di Indonesia sangatlah beraneka ragam, oleh karena itu kita
harus saling menghormati dan saling terbuka terhadap teman yang berbeda suku
-
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan reverensi bagi mahasiswa-mahasiswa lain
yang ingin juga untuk meneliti komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis
dimanapun dia berada.
-
Komunikasi antarbudaya adalah elemen yang sangat penting bila ingin menjalin suatu
hubungan yang harmonis, sehingga peneiltian ini diharapkan mampu untuk mewakili
kita melihat hubungan yang harmonis dikalangan siswa-siswa SMA.
9
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Hikmat. 2005. Hak Minoritas : Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta :
Interseksi Fondation
Devito, Joseph. 2012. The Interpersonal Communication Book. Pearson
Effendy, Onong Uehjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif. Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang : Universitas Muhammadiyah
Jandt, Fred. 2004. Intercultural Communication :A Global Reader. California: Sage
Publications
Kriyantono, Rachmat. 2006. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rachmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Wahyudin, Uud, Kismiyati El Karimah . 2010 . Filsafat dan Etika Komunikasi . Bandung :
Widya Padjadjaran.
Download