BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, communicare yang berarti “membuat sama”. Komunikasi menyarankan suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Akan tetapi definisi – definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara berbagi hal – hal tersebut seperti dalam kalimat “Kita berbagi pikiran”, “Kita mendiskusikan makna”, “dan “Kita mengirimkan pesan” (Mulyana, 2005: 41). Komunikasi memiliki banyak definisi sesuai dengan persepsi para ahli komunikasi. Masih di dalam buku yang sama, Mulyana mengutip Donald Byker dan Loren J.Anderson yang mendefinisikan komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih (2005: 69). Hovland, Janis, & Kelley juga mendefinikasikan komunikasi sebuah proses di mana seorang individu (komunikator) mengirimkan stimulus untuk mengubah perilaku individu lainnya (audiens) (Miller, 2005: 4). Sedangkan dalam buku Introducing Communication Theory “Komunikasi adalah sebuah proses sosial di mana individu menggunakan simbol untuk membentuk dan menafsirkan makna dalam lingkungan mereka” (West & Turner, 2007 :5). Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses sosial di mana terjadi perpindahan pesan dari pengirim ke penerima yang melibatkan proses penafsiran makna dengan tujuan tertentu. 10 11 2.1.2 Tujuan Komunikasi Dalam praktek kehidupan sehari - hari, komunikasi tidak hanya dilakukan sebagai kegiatan interaksi namun juga memiliki tujuan – tujuan lain. Mengacu pada pendapat DeVito dalam Ardianto, Komala & Karlinah (2007) ada empat tujuan komunikasi yaitu: a. Menemukan Salah satu tujuan komunikasi menyangkut penemuan diri. Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar – dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain. b. Untuk berhubungan Salah satu motivasi kita yang pulang kuat adalah berhubungan dengan orang lain – membina dan memelihara hubungan dengan orang lain, seperti mitra kerja, orang tua, anak – anak, dan saudara anda. c. Untuk meyakinkan Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. d. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain. 12 2.1.3 Unsur Komunikasi Harold Lasswell mengungkapkan bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut Who Says What What In Which Channel To Whom With What Effect? (Mulyana, 2005 : 62) Gambar 2.1 Model Komunikasi Lasswell (Sumber : Manajemen Media Penyiaran, Morissan, 2008: 16) Kelima hal inilah yang merupakan unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain. 1. Sumber (Who) Sumber sering juga disebut dengan pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), ataupun pembicara (speaker). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran atau hatinya, sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang idealnya dapat dipahami oleh penerima. Proses ini dinamakan encoding. Proses encoding ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber. 13 2. Pesan (Says What) Yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan secara verbal berupa ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah, dan sebagainya) dan tulisan (esai, surat, artikel). Sementara pesan nonverbal berupa tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatapan mata, dan sebagainya). 3. Saluran atau media (In Which Channel) Saluran merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya, saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah), atau media elektronik (radio, televisi). Tidak terbatas itu saja saluran yang ada, pengirim pesan akan memilih saluran – saluran itu bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai, dan jumlah penerima pesan yang dihadapi. 4. Penerima (To Whom) Penerima sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicate), penyandi balik (decoder) atau 14 khalayak (audiens/audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan akan melakukan penafsiran seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang ia terima sesuai dengan pengalaman, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, agar ia dapat memahami gagasan. Proses ini dinamakan decoding. 5. Efek ( With What Effect) Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, dan sebagainya. 2.2 Teori tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi dari seseorang atau sekelompok orang melalui alat pengirim (medium) kepada para khalayak atau pasar (Biagi, 2010: 9). Definisi komunikasi massa juga dikemukakan oleh Gerbner yaitu produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 3). Masih di dalam buku yang sama, Ardianto, Komala, dan Karlinah (2007: 4) menjelaskan bahwa definisi komunikasi massa menurut Freidson adalah pesan dapat mencapai pada saat yang sama (serentak) kepada semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat. 15 Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan seperti yang dijelaskan Mulyana (2005: 75) bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Elizabeth - Noelle Neuman mengemukakan empat tanda pokok komunikasi massa sebagai berikut (Rakhmat, 2008: 189): a. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis. b. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para komunikan. c. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. d. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Namun, berdasarkan definisi – definisi yang disampaikan para ahli komunikasi, komunikasi massa juga memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut : a. Komunikator melembaga Berdasarkan apa yang didefinisikan oleh Wright, komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 7). Misalnya sebuah informasi akan disampaikan oleh media massa 16 televisi, maka dari proses pencarian ide, realisasi ide, penulisan naskah, hingga penyiaran informasi tersebut membutuhkan banyak orang sesuai tugas masing – masing dan juga membutuhkan peralatan yang banyak serta dana yang cukup besar. b. Komunikasi bersifat heterogen Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 8). c. Anonimitas audiens Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan – pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Bahkan pengirim dan penerima tidak saling mengenal juga (Nurudin, 2007: 8). d. Keserempakan Effendy mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan terpisah (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 9). e. Umpan balik tertunda Umpan balik tidak terdapat dalam model komunikasi Westley dan Maclean. Namun mengacu pada model komunikasi DeFleur (Morissan, 2008), dijelaskan bahwa umpan balik itu ada namun 17 datang terlambat (delayed) di mana orang berusaha mencoba memberikan respons terhadap apa yang disajikan media massa. Respons itu dapat berupa komentar, pendapat, pujian, kritik, saran dan sebagainya yang dikirim melalui surat atau media lain ke pihak komunikator. 2.2.3 Komponen Komunikasi Massa Elemen dalam komunikasi massa menurut Nurudin (2007: 96), antara lain komunikator, isi, audience, umpan balik, gangguan (saluran dan semantik), gatekeeper, pengatur, dan filter. a. Komunikator Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator komunikasi massa meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis. Jadi, komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa bukan individu, tetapi kumpulan orang yang bekerja sama satu sama lain. Hiebert dkk dalam Nuruddin (2007: 97) mengungkapkan setidak – tidaknya lima karakteristik komunikator : 1) daya saing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization), 5) perwakilan (representation). b. Isi Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendirisendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media 18 melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. ”Isi media setidak-tidaknya bisa dibagi dalam lima kategori yakni: 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan” (Hiebert dkk dalam Nuruddin, 2007: 101). c. Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku dan majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain, di antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksi pesan yang diterimanya. Menurut Hiebert dkk dalam Nuruddin (2007), audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut : − Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran. − Audience cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar di berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. 19 Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu. − Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. − Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus per kasus, tetapi meliputi semua audience. − Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator, dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. d. Umpan Balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedback) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Pada komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tidak langsung atau tertunda. 20 e. Gangguan Terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1) Gangguan Saluran Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media gangguan berupa sesuatu hal , seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio, atau langganan majalah yang tidak datang. 2) Gangguan Sematik Gangguan sematik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan sematik lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan sematik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. f. Gatekeeper John R. Bittner dalam Nuruddin (2007: 119) mengistilahkan getekeeper sebagai individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa). Setiap saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka dapat menghapus, mengubah, ataupun menambahkan pesan 21 yang akan disebarkan. Mereka yang menjadi gatekeeper bisa saja reporter, editor, atau orang lain dalam media massa yang ikut dalam menentukan arus informasi yang disebarkan. Untuk menggambarkan proses gatekeeping, Devito dalam Nuruddin (2007: 128) mencoba membuat gambar sebagai berikut : Gambar 2.2 Proses Gatekeeping (Sumber: Pengantar Komunikasi Massa, Nuruddin, 2007: 128) Dari gambar di atas pesan-pesan (M1, M2, M3) diterima oleh penapis informasi dari berbagai sumber yang berbeda (S1, S2, S3). Dari gambar itu dapat dilihat bahwa fungsi penapis informasi adalah menyeleksi pesan-pesan yang akan dikomunikasikan. Penapis informasi kemudian dengan selektif menyampaikan jumlah pesan (MA, MB, MC) kepenerima yang berbeda-beda (R1,R2,R3). g. Pengatur Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media, tetapi 22 diluar media. Meskipun mereka berada diluar media massa, kelompok tersebut bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. h. Filter Filter adalah kerangka pikir di mana audience sebagai penerima pesan. Filter dalam komunikasi massa dapat berupa norma budaya, psikologis, dan juga secara fisik. 2.2.4 Fungsi Komunikasi Massa Menurut Dominick dalam Ardianto, Komala & Karlinah (2007: 14) menjabarkan lima fungsi komunikasi massa yaitu : a. Pengawasan (Surveillance) Fungsi pengawasan ini dibagi dalam dua bentuk utama yaitu pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman bencana alam, serangan militer, atau kondisi yang memprihatinkan. Dan yang kedua adalah pengawasan instrumental (instrumental surveillance) yang berfungsi dalam penyampaian atau penyebaran informasi yang dapat berguna dan membantu khalayak dalam kehidupan sehari – hari. b. Penafsiran (Interpretation) Media massa memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan informasi mana yang akan dimuat atau ditayangkan. Contoh penafsiran pada media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial). Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada 23 khalayak dan juga dilengkapi perspektif (sudut pandang) media terhadap berita yang disajikan pada halaman lain. c. Pertalian (Linkage) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok – kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media. d. Penyebaran Nilai – Nilai (Transmission of Values) Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. e. Hiburan (Entertainment) Melalui berbagai macam program yang disiarkan di ditayangkan di televisi, khalayak mendapatkan radio dan hiburan yang dikehendakinya. Untuk media cetak, hiburan diperoleh dari kuis, cerpen, ataupun berita yang mengandung human interest. 24 Fungsi komunikasi juga dikemukakan oleh Effendy dalam Ardianto, Komala & Karlinah (2007: 18) yaitu : a. Fungsi Informasi Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Khalayak media massa membutuhkan informasi sesuai dengan kebutuhannya. b. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan – aturan yang berlaku kepada khalayak. c. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa dapat dilihat dari tajuk/editorial, iklan, features, artikel, dan sebagainya. Berdasarkan fungsi komunikasi massa di atas, bila dikaitkan dengan penelitian ini dapat disimpulkan fungsi daripada tayangan program F2FWDA adalah fungsi informasi sekaligus menghibur karena selain menyajikan informasi melalui dialog dengan figur internasional, program ini juga menghadirkan tayangan menarik seputar lokasi berlangsungnya dialog tersebut. 2.2.5 Efek Komunikasi Massa Menurut Stamm dan Bowes dalam Nuruddin (2007: 206), efek komunikasi massa bisa dibagi menjadi efek primer yang meliputi terpaan, 25 perhatian, dan pemahaman dan efek sekunder yang meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). Chaffe dalam Rakhmat (2008) mengungkapkan adanya efek dari komunikasi massa berupa penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku yang sering diistilahkan dengan efek kognitif, afektif, dan behavioral. 2.2.6 Media Massa Kata “media” adalah bentuk jamak dari kata “medium”. Medium adalah cara atau alat yang menyampaikan sebuah pesan sampai kepada khalayak (Miller, 2010: 9). Sedangkan istilah “media massa” merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang (khalayak) dalam jarak waktu yang singkat (Soyomukti, 2010: 93). Dennis McQuail juga menguraikan definisi dan fungsi media sebagai berikut (Soyomukti, 2010: 99) : - Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain; - Sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat; - Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat; - Wahana pengembangan kebudayaan – tata cara, mode, gaya hidup, dan norma; dan - Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat. Dengan beberapa penjelasan di atas, peneliti memahami bahwa media massa adalah suatu media atau cara yang berbentuk kelembagaan (organisasi) yang bertujuan untuk mengirimkan pesan kepada khalayak serta memiliki 26 peran penting bagi masyarakat, misalnya dalam hal lapangan kerja, agen perubahan sosial (tata cara, mode, gaya hidup, norma, dan sebagainya), dan juga sebagai alat kontrol. 2.2.6.1 Bentuk – bentuk Media Massa Pada dasarnya, media massa dapat dibagi menjadi dua kategori yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, dan media online (internet) (Ardianto, Komala & Karlinah (2007: 103). Penelitian ini adalah mengenai program Face2Face With Desi Anwar pada sebuah media elektronik yaitu televisi. 2.2.7 Televisi Kata televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti tampak. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Anggriyani (2007: 116) menyimpulkan bahwa televisi merupakan media yang telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan manusia, bahkan melebihi perlengkapan rumah tangga lainnya dalam sebuah keluarga. Menurut KBBI (2001: 1162), televisi adalah : 1) Sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar. 27 2) Pesawat penerima gambar siaran televisi. 2.2.7.1 Karakteristik Televisi Karakter televisi menurut Ardianto, Komala & Karlinah (2007: 137) adalah sebagai berikut : a. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan yaitu selain bisa didengar, dapat juga dilihat. Adanya unsur visual ini membuat penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang peristiwa yang sedang ditayangkan di televisi. b. Berpikir dalam gambar Seorang komunikator yang akan menyampakan informasi sebaiknya dapat melakukan berpikir dalam gambar. Ada dua tahap dalam proses berpikir dalam gambar ini, pertama adalah visualisasi, yaitu menerjemahkan kata – kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua adalah penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar – gambar individual sedemikian rupa sehingga mengandung makna tertentu. c. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio, pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang karena peralatan yang digunakan lebih banyak dan lebih rumit, sehingga membutuhkan ketrampilan. Sehingga biaya operasionalnya pun lebih mahal. 28 2.2.7.2 Sejarah Singkat Televisi Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz serta penemuan Macaroni pada tahun 1980 (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 135). Metode pengiriman gambar melalui kabel ditemukan oleh Paul Nipkow dan William Jenkins dan kemudian pada tahun 1925 televisi pertama kalinya diluncurkan sebagai pesawat tranmisi. Siaran televisi regular dimulai pada tahun 1928 oleh General Electric Company dan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940. Sementara di Indonesia, kegiatan penyiaran melalui media televisi dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV di Senayan. Sejak saat itu Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (stasiun call) hingga sekarang. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan pada saat diresmikannya Satelit Palapa sudah menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah sekitar 210 juta jiwa (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 136). Sejak tahun 1989, TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya yaitu RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) yang bersifat komersial, menyusul di tahun 1990 dengan berdirinya SCTV (Surya 29 Citra Televisi) dan berturut – turut TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), ANTV (Andalas Televisi), Indosiar, TV7, Lativi, Metro TV, TransTV, Global TV, dan televisi – televisi daerah seperti Bandung TV, JakTV, Bali TV, dan lain – lain. Hingga tahun 2010 ini, beberapa stasiun televisi Indonesia mengalami perubahan kepemilikan seperti TPI akhirnya menjadi MNC TV dan TV7 menjadi Trans 7 di bawah kepemilikan Trans Corp. Lativi pun tidak mampu bersaing dan muncul stasiun televisi berbasis berita, TV One. 2.2.7.3 Program Televisi dan Jenis - Jenisnya Program adalah acara yang akan ditayangkan (Soenarto dalam Nugroho, 2011: 3). Nugroho menyampaikan bahwa secara teknis penyiaran televisi, program diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari dari jam ke jam setiap harinya (2011: 3). Berbagai jenis program dapat dikategorikan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya (Morissan, 2008: 208) : 1. Program informasi (berita) 2. Program hiburan (entertainment) 30 Gambar 2.3 Pembagian Jenis Program TV (Sumber : Manajemen Media Penyiaran, Morissan, 2008: 215) 1. Program Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens (Morissan, 2008: 208). Daya tarik program ini adalah informasi dengan segala bentuk penyajiannya termasuk talkshow. a. Berita Keras (Hard News) Menurut Morissan (2008: 209), berita keras adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus 31 segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Berita keras dapat berupa straight news, features, dan infotainment. b. Berita Lunak (Soft News) Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang termasuk dalam kategori ini adalah current affairs, magazine, dokumenter, dan talkshow (Morissan, 2008: 211). 2. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, permainan, musik, dan pertunjukan (Morissan, 2008: 213). a. Musik Program musik biasa ditampilkan dalam bentuk video klip atau konser baik yang di lapangan (outdoor) maupun yang di studio (indoor). b. Drama Program drama adalah pertunjukan yang menyajikan cerita mengenaik kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) 32 yang melibatkan konflik dan emosi. Bagian dari drama adalah sinetron, kartun, dan film. c. Permainan Permainan adalah suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program ini dirancang untuk melibatkan audien dan pada umumnya dibagi tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan, dan reality show. d. Pertunjukan Pertunjukan merupakan program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio. Dari jenis – jenis program yang disebutkan, Program F2FWDA Metro TV merupakan program informasi soft news atau berita lunak. 2.3 Teori Uses and Gratifications Di dalam penelitian ini, teori yang akan digunakan sebagai bahan acuan umum adalah teori Uses and Gratifications. Teori ini tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan seseorang (Ardianto, Komala & Karlinah, 2007: 73). 33 Pandangan bahwa khalayak bersifat dan bersikap aktif memunculkan istilah “aktivitas khalayak” yang kemudian diidentifikasikan oleh Blumler dalam Baran dan Davis (2010: 297) sebagai berikut: 1. Kegunaan : media memiliki kegunaan untuk orang – orang, dan mereka dapat menggunakan media untuk kegunaan – kegunaan tersebut. 2. Ketersengajaan : konsumsi konten media dapat ditujukan langsung dengan motivasi yang sebelumnya sudah dimiliki seseorang. 3. Selektivitas : penggunaan media oleh seseorang mencerminkan ketertarikan dan kesukaan mereka. 4. Kebal terhadap pengaruh : khalayak sering kali keras kepala, mereka tidak ingin dikontrol oleh siapa pun atau apa pun, bahkan media massa. Khalayak secara aktif menghindari berbagai jenis pengaruh media. Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch dalam Baran dan Davis (2010: 298) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut: 1. Audiens adalah pihak yang aktif, dan penggunaan media yang mereka lakukan berorientasi pada tujuan. 2. Inisiatif dalam menghubungkan antara kebutuhan akan kepuasan terhadap pilihan media tertentu bergantung pada anggota khalayak. 3. Media berkompetisi dengan sumber kebutuhan yang lain. 4. Orang-orang sadar betul dengan penggunaan media, minat, dan motif sehingga memungkinkan peneliti menyediakan gambaran lebih akurat terhadap penggunaan tersebut. 5. Keputusan pada nilai mengenai bagaimana khalayak menghubungkan kebutuhannya dengan media atau isi tertentu seharusnya ditunda. Asumsi pertama menyatakan bahwa audiens bersifat aktif dalam pemilihan dan penggunaan media yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap audiens memiliki aktivitas serta tujuan yang berbeda dalam penggunaan media. Dominick dalam Morissan (2008: 26) menyebutkan bahwa berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media dapat dikelompokkan ke dalam empat tujuan, yaitu pengetahuan, hiburan, kepentingan sosial, dan pelarian. 34 Sementara menurut para pendiri teori ini, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara sosiologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat lain (Rakhmat, 2008: 205). Tabel 2.1 Pemenuhan Kebutuhan Melalui Media Jenis Kebutuhan Kognitif Afektif Integrasi Personal Integrasi Sosial Pelepasan Ketegangan Deskripsi Contoh Media Mendapat informasi, pengetahuan, pemahaman Pengalaman emosi, kesenangan, estetika Meningkatkan kredibilitas, kepercayaan diri, dan status Meningkatkan hubungan dengan keluarga, teman, dll Melarikan diri dan beralih Televisi (berita), film dokumenter, film sejarah Film, televisi (sitkom, sinetron) Video Internet (email, ruang chat, IM) Televisi, Film, Video, Radio, Internet (Sumber : Introducing Communication Theory, West & Turner, 2007: 429) Asumsi kedua teori ini adalah berkaitan dengan inisiatif yang bergantung pada diri khalayak dalam pemenuhan kebutuhannya. Khalayak memilih pemakaian media untuk diri mereka sendiri. Tidak ada satupun yang dapat memutuskan pemakaian media seorang anggota khalayak. Misalnya ketika seseorang ingin mendapat informasi dalam Bahasa Inggris maka ia akan menonton program Indonesia Now di Metro TV dan ketika seseorang ingin mendapat hiburan, maka ia akan menonton program Bukan Empat Mata di Trans 7. 35 Asumsi ketiga teori ini adalah mengenai persaingan antar media dalam menarik perhatian khalayak dan juga mempertahankan loyalitas dari khalayak. Hal ini muncul karena keaktifan khalayak yang dapat dengan sesuka mereka memilih penggunaan media terhadap diri mereka sendiri. Apabila tidak mampu bersaing dan tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan khalayak, media itu tentu akan ditinggalkan. Asumsi keempat teori ini adalah berhubungan dengan kesadaran khalayak dengan penggunaan media, minat, dan motif yang memungkinkan peneliti menyediakan gambaran yang lebih akurat. Asumsi ini lebih mengarah pada model metodologis. Jika metode penelitian semakin disempurnakan, maka para peneliti akan lebih dapat menyajikan bukti yang lebih baik atas kesadaran orang – orang akan penggunaan media. Dalam penelitian, peneliti dapat menerapkan metode kualitatif ataupun kuantitatif dengan mengikutsertakan khalayak yang aktif dan semakin sadar dalam penggunaan media sebagai responden. Asumsi kelima teori ini adalah mengenai keputusan penilaian atau dapat dikatakan efek dari penggunaan media dalam pemenuhan kebutuhan. Hanya khalayak sendiri yang dapat menilai sebuah tayangan itu berdampak positif atau negatif baginya. Perbedaan latar belakang menjadi salah satu penyebab perbedaan penilaian di antara sejumlah khalayak terhadap isi media. Keputusan yang seharusnya ditunda dimaksudkan karena adanya perbedaan dalam menggunakan media yang mengakibatkan perbedaan juga dalam dampak yang diterima. Terhadap tayangan kekerasan di televisi, bagi sejumlah kalangan, itu tidak perlu dibahas karena tidak etis dan tidak mendidik, namun bagi kalangan lain, tayangan kekerasan dapat menjadi informasi dan bahan pembelajaran mengenai perkembangan 36 kekerasan guna mencari solusi akan itu. Negatifnya apabila ada sejumlah kalangan yang meniru kekerasan tersebut. Sebaiknya penilaian terhadap isi media ditunda, tidak langsung diterapkan, dengan harapan tidak menimbulkan dampak negatif . Dikaitkan dengan penelitian ini, teori uses and gratification dinilai cocok oleh peneliti. Keaktifan audiens dalam menggunakan media akan menghadirkan tanggapan setelah pemakaian media, apakah mereka puas atau tidak. Sejalan dengan kelima asumsi yang telah dijabarkan sebelumnya, khususnya asumsi yang menyampaikan bahwa khalayak yang memilih media dan menggunakannya berdasarkan kebutuhan mereka dan kemudian memberikan penilaian atas penggunaan media tersebut. 2.4 Teori tentang Persepsi 2.4.1 Pengertian Persepsi DeVito dalam Mulyana (2005: 168) mengartikan persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memperngaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Menurut Wenburg dan Wilmot (1991), persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut memperngaruhi perilaku kita (Mulyana, 2005: 167). Di dalam buku yang sama, Mulyana (2005: 167) juga menyimpulkan bahwa persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti persepsi. 37 Desideranto dalam buku Psikologi Komunikasi menyampaikan bahwa persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas, sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Rakhmat, 2008: 51). Persepsi merupakan suatu proses yang aktif. Manusia tidaklah pasif dalam menerima rangsangan. Manusia fokus hanya pada hal – hal tertentu dan kemudian mengorganisasikan dan menginterpretasikan apa yang telah diperhatikannya. Menurut Mulyana (2005), persepsi bersifat selektif di mana alat indera kita bersifat lemah dan selektif. Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang kita lihat, kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Menurut Walgito (2002: 54), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1) Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, dan selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berkaitan dengan segi fisik. 2) Stimulus suatu objek yang diterima alat indera kemudian disalurkan ke otak melalui saraf sensoris. 3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. 2.4.2 Aspek – Aspek Persepsi Seperti definisi yang disampaikan Desideranto di atas, penafsiran makna melibatkan proses – proses seperti sensasi, atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada tiga aspek saja yaitu sensasi, atensi, dan memori. 38 2.4.2.1 Sensasi Sensasi penginderaan, berasal yang dari kata “sense” menghubungkan yang artinya organisme alat dengan lingkungannya (Rakhmat, 2008: 49). Menurut Wolman, sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera (Rakhmat, 2008: 49). Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan (Mulyana, 2005: 168). Pada umumnya manusia memiliki lima indera. Namun Rakhmat (2008: 50) menyampaikan bahwa terdapat sembilan alat indera yang dikelompokkan dalam tiga macam indera penerima berdasarkan dengan sumber informasi yaitu : a. Eksteroseptor Indera yang menangkap informasi dari luar, misalnya mata dan telinga. b. Interoseptor Indera yang menangkap informasi dari dalam, misalnya sistem peredaran darah. c. Proprioseptor Indera yang menangkap gerakan tubuh sendiri, misalnya organ vestibular. 39 Dapat disimpulkan bahwa sensasi merupakan sesuatu yang ditangkap dan dirasakan oleh alat indera. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, maka sensasinya adalah keasyikan yang dirasakan pemirsa pada saat atau setelah menonton Program F2FWDA Metro TV melalui alat indera khususnya indera penglihatan dan indera pendengaran. 2.4.2.2 Atensi Kenneth E. Andersen mengartikan atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2008: 52). Masih di dalam buku yang sama, Rakhmat mengutarakan bahwa perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera lainnya (2008: 52). Atensi dipengaruhi oleh faktor – faktor internal, yaitu faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, kurus, sehat, sakit, dan sebagainya), dan faktor sosial – budaya (gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan sebagainya), serta faktor psikologis termasuk kemauan, keinginan, motivasi, dan sebagainya (Mulyana, 2005: 181). Mulyana juga menyebutkan adanya faktor eksternal yang mempengaruhi atensi yaitu atribut – atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebauran, dan perulangan objek yang dipersepsi (2005: 183). 40 Dapat disimpulkan bahwa atensi merupakan bentuk pemusatan perhatian terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sesuai dengan penelitian ini, atensinya dalah minat pemirsa yang muncul terhadap Program F2FWDA Metro TV. 2.4.2.3 Memori Schlessssinger dan Groves mengartikan memori sebagai sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008: 62). Mussen dan Rosenweig menjelaskan secara singkat bahwa memori akan melewati tiga proses yakni : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Pemanggilan (retrieval) disebut juga pemanggilan sehari – hari yaitu menggunakan informasi yang disimpan (Rakhmat, 2008: 63). Dapat disimpulkan bahwa memori adalah proses merekam fakta – fakta terhadap suatu objek termasuk proses mengingat kembali. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, maka memorinya adalah ingatan pemirsa terhadap Progarm F2FWDA Metro TV. 41 2.5 Operasionalisasi Konsep Kriyantono (2010: 26) menguraikan bahwa, pada dasarnya mengoperasionalisasikan konsep sama dengan menjelaskan konsep berdasarkan indikator – indikatornya. Tabel 2.2 Operasionalisasi Konsep Persepsi terhadap Program Televisi Variabel Dimensi Indikator Persepsi Penggunaan indera Sensasi Kepuasan terhadap program Persepsi Atensi Persepsi Memori Deskriptor Instrumen Pengukuran Seberapa baik kualitas Kuesioner gambar dan suara yang ditangkap oleh indera Seberapa menarik program yang disajikan Kuesioner Faktor internal: perbedaan Faktor Sosial Pengaruh latar belakang Budaya demografis dan sosiokultural Faktor psikologis Tujuan menonton Motivasi program ( informasi dan hiburan) Faktor eksternal: Seberapa cukup Intensitas frekuensi tayang Seberapa unik isu yang Kontras dibahas Kebaruan Seberapa baru isu yang dibahas Perulangan episode (rePerulangan run) Perekam Perhatian dan Kuesioner pencatatan informasi terhadap program dan kontennya serta pendukung lain Penyimpanan Pengingatan terhadap program dan kontennya 42 serta pendukung lain Pemanggilan Pengenangan terhadap program dan kontennya serta pendukung lain 2.6 Kerangka Pikir Gambar 2.4 Kerangka Pikir Stasiun Televisi Metro TV menyajikan program talkshow Program Face 2 Face with Desi Anwar Persepsi Pemirsa Sensasi (Keasyikan) ‐ Indera Penglihatan ‐ Indera Pendengaran (Rakhmat, 2008: 50) Atensi (Minat) ‐ Faktor Internal ‐ Faktor Eksternal (Mulyana, 2005: 181) Memori (Ingatan) ‐ Perekaman ‐ Penyimpanan ‐ Pemanggilan (Mussen dan Rosenweig dalam Rakhmat, 2008: 63) Persepsi Pemirsa terhadap Program Face2Face with Desi Anwar Metro TV di Kalangan Binusian 2011 Jurusan Komunikasi Pemasaran