BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hipertensi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1
Hipertensi
Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita
penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat
menjadi 1,6 milyar.
2.1.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke(untuk otak), penyakit
jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan
(untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi
menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan,
2007 : 60).
Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah (Bustan,2007:61) :
1.
Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu proses
degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan
kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia.
2.
Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi.
Karena itu mereka cenderung untuk menderita hiperensi yang lebih berat
karena penderita tidak beupaya mengubah dan menghindari faktor risiko.
3.
Sebanyak 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau
terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna)
8
9
4.
Sejumlah 90% HT esensil mereka dengan HT yang tidak diketahui selukbeluk penyebabnya. Artinya karena penyebabnya tidak jelas maka sulit untuk
mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan m eningkatnya risiko
terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin ,semua orang bisa terkena penyakit
jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya Tekanan darah dalam
kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa(simanjuntak,
2012 : 13).
Kenaikan tekanan darah dapat terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari dapat berubah/berbeda, paling tinggi
di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi
apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya 140 mm Hg dan tekanan darah
diastoliknya
90 mm Hg. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg
atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam
10
pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai
faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
2.1.1.2 Patofisiologi Hipertensi
Di mulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah
peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh
darah di sertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang
menghambat gangguan peredaran peripher kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(bustan,2007: 60).
2.1.1.3 Jenis-Jenis Hipertensi
Jenis-jenis Hipertensi dikelompokan dalam (bustan,2007:61)
a.
Menurut kausanya
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer): hipertensi yang tidak jelas
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kejadian
hipertensi)
2. Hipertensi sekunder: hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain
b.
Menurut gangguan tekanan darah
a. Hipertensi sistolik yaitu peninggian tekanan darah sistolik saja
11
b. Hipertensi diastolik yaitu peninggian tekanan darah diastolik
c.
Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat
2.1.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003
adalah sebagai berikut :
a. Tekanan darah normal
Tekanan Sistolik < 120 mmHg dan tekanan Diastolik < 80 mmHg.
b. Pre-Hipertensi
Tekanan Sistolik 120 - 139 mmHg dan atau tekanan Diastolik 80 – 90 mmHg.
c. Hipertensi
1) Stadium I : Tekanan Sistolik 140 - 159 mmHg dan atau tekanan Diastolik
90 – 99 mmHg.
2) Stadium II
: Tekanan Sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan Diastolik ≥
100 mmHg.
Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003
adalah sebagai berikut
a) Tekanan Diastolik : < 90 mmHg.
b) Tekanan sistolik
1. < 140 mmHg
: Normal.
12
2. 140 – 159 mmHg : Perbatasan hipertensi sistolik.
3. 160 mmHg
: Hipertensi sistolik mandiri.
2.1.1.5 Gejala Hipertensi
Menurut Arif (dalam Sugiarto, 2007 : 44 ) Gejala-gejala hipertensi bervariasi
pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejala itu adalah :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi
komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.
2.1.1.6 Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, maka harus diambil tindakan
pencegahan yang baik, antara lain dengan sebagai berikut (Vitahealth,2000):
a.
Diet hipertensi
13
Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang
serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Tujuan diet hipertensi yaitu :
1. Mengurangi asupan garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan. Idealnya, kita cukup
menggunakan sekitar 1 sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari.
2. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayuran atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan
menahan
sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi
menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang
dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung,
sehingga dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada
pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras.
Alkohol dapat memacu tekanan darah. Karena itu 90 mililiter per minggu
adalah batas tertinggi yang boleh dikonsumsi. Kopi dapat memacu detak
jantung. Menghentikan atau mengurangi kopi berarti menyayangi jantung
agar tidak terbebani lebih berat.
4. Memperbanyak asupan kalsium
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram
kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan
14
volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal.
Kalium bekerja menguragi natrium dari senyawanya, sehingga lebih
mudah dikeluarkan.
5. Penuhi kebutuhan magnesium
Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium dengan
hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang
dibutukan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut
kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary
Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium
terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi.
Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam,
kacang polong, dan makanan laut. Tetapi berhati-hatilah agar jangan
mengkonsmsi
terlalu
banyak
suplemen
magnesium
karena
bisa
menyebabkan diare.
6. Lengkapi kebutuhan kalsium
Walaupun masih banyak menjadi perdebatan mengenai ada atau tidaknya
pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah, tetapi untuk menjaga
dari risiko lain, 800 miligram kalsium perhari setara dengan tiga gelas
susu sudah lebih dari cukup.
7. Manfaat sayuran dan bumbu dapur
Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan
darah, adalah :
15
a) Tomat.
b) Wortel.
c) Seledri, sedikit 4 batang perhari dalam sup atau masakan lain.
d) Bawang putih, sedikitnya satu siung perhari. Bisa juga digunakan
bawang merah dan bawang bombai.
e) Kunyit.
f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya.
a.
Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah, lama kelamaan jika
endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan
menggaggu peredaran darah. Kadar kolesterol dalam darah maksimal 200 mg
– 350 mg per 100 cc serum darah.
b.
Olaraga teratur
Olaraga atau senam hipertensi bagian dari usaha untuk mengurangi berat
badan dan mengelolah stress.
1. Mengurangi berat badan
Hindari kegemukan (obesitas), dengan menjaga berat badan (BB) normal
atau tidak berlebihan.
2. Mengelola stress
16
Untuk bisa mengelola stres (stress management) perlu diketahui lebih
dahulu apa pemicunya. Pemicu stress akan berbeda-beda bagi setiap
orang. Berusaha membina hidup yang positif.
2.1.2
Faktor Risiko Hipertensi
Suatu faktor risiko adalah suatu keadaan yang membawa bahaya, karena
dapat menimbulkan suatu penyakit atau cacat tertentu. Orang-orang yang
mempunyai faktor-faktor risiko yang tinggi lebih mungkin kena penyakit ini,
dalam bentuknya yang lebih serius daripada orang-orang yang mempunyai faktorfaktor risiko rendah (rosidah,2003). Hipertensi esensial dipengaruhi beberapa
faktor yaitu : ciri individu seperti umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga
serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok,
konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah
ini :
a.
Umur
Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia
tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah
darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai
melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. (Menurut Gray,2002)
baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan
menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik
90 mmHg). Disamping itu, semakin bertambah usia, maka keadaan sistem
kardiovaskulerpun semakin berkurang, seperti ditandai dengan terjadinya
17
arterioskilosis yang dapat meningkatkan tekanan darah. (Susalit dkk,2001)
dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi
pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun.
(Boedhi-Darmojo,2001) dalam naskah ilmiahnya menyimpulkan bahwa 1,817,8% penduduk Indonesia yan berumur di atas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa umur sesudah 45
tahun prevalensi hipertensi naik terutama pada wanita.
b.
Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio
sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan
tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi.
Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal
(Depkes,2006).
Menurut Dwi (dalam Simanjuntak,2012 : 14) Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
18
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.
c.
Riwayat Keluarga
Menurut Babba (dalam gunawan, 2001) Dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi, jika orang tuanya penderita hipertensi.
Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik pada
keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen
angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin,
yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya
perubahan bahan angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di
dalam sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan
selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa
pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah.
Dalam mekanismenya, bahan angiotensin II mempengaruhi dan merangsang
pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di dalam otak, sehingga
menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air dan selain itu juga
merangsang pusat vasomotor dengan akibat meningkatkan rangsangan syaraf
simpatis kepada arteriola, myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan
19
tekanan
d.
darah
tinggi
atau
hipertensi
(Ibnu,
1996).
Obesitas
Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak
yang
berkelebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan
berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan
merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko
terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah
dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan
20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
individu dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001).
Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh
dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan
peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan
obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami,
tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah
jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini mungkin berkaitan
dengan beberapa perubahan gaya hidup, latihan jasmani, diet dan pemakaian
obat anti obesitas, sedangkan untuk obat anti hipertensi sampai saat ini belum
ada rekomendasi mengenai obat antihipertensi utama yang dianjurkan untuk
keadaan ini (budiman,1999).
e.
Stres
20
Menurut Saraswati (dalam Guyton,1995) Stress dengan hipertensi diduga
memiliki hubungan melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten. Bila stress berlangsung lama, maka dapat
menyebabkan peninggian tekanan darah yang menetap. Percobaan terhadap
binatang bahwa pajanan bising dengan stress menyebabkan hipertensi.
Survey hipertensi pada masyarakat kota menunjukkan angka prevalensi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini dikaitkan
dengan stress psikososial yang lebih besar dialami oleh kelompok masyarakat
yang tinggal di kota dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di desa.
f.
Merokok
Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan tembakau
cenderung meningkatkan risiko hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya
konsumsi
komulatif
dari
penggunaan
tembakau.
Merokok
dapat
meningkatkan tekanan darah, meskipun pada beberapa penelitian didapatkan
kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak merokok (Susalit dkk, 2001). Apapun yang
menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah,
termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf
simpatik, sehingga
pada ujung saraf tersebut melepaskan hormon stres
norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor alpha. Hormon ini
mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung
akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya
21
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus
darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat
g.
Konsumsi alkohol
Menurut Babba Minuman beralkohol khususnya dengan kadar alkohol tinggi
sangat berbahaya bagi sirkulasi darah otak, juga terhadap otak itu sendiri.
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme
karbohidrat lebih-lebih lagi bagi peminum berat atau pencandu alkohol.
Alkohol merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan
stroke. Juga memperbesar kemungkinan timbulnya trombosis. Terutama
sekali bila orang meminum alkohol dalam jumlah besar yang dapat
mendatangkan gangguan metabolisme tubuh dengan menyusutnya cairan
sehingga viskositas darah naik, juga dehidrasi
(kekurangan cairan) yang
seringkali diikuti muntah-muntah (dalam Miswar,2004).
2.1.3 Kebisingan
(menurut Saraswati dalam menlh 2004) Kebisingan didefinisikan sebagai
"suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,
musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan
dianggap istimewa dalam hal:
22
1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk
mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak
2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air
dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian).
2.1.3.1 Definisi Kebisingan
(Menurut Babba, dalam wahyu 2003) Bising merupakan suara yang tidak
dikehendaki (unwanted sound). Tetapi defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain
tentang kebisingan antara lain :
a. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran
yang tidak teratur dan periodik.
b. Hirrs dan ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai
sedikit atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang tidak dapat diikuti
atau di produsir dalam waktu tertentu.
c. Spooner, bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik.
d. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan
tidak berhubungan satu dengan yang lainnya
e. Burn, Littler, dan wall bising adalah suara yang tidak dikehendaki
kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
f. Menurut permenkes RI NO : 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang
kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal I (a) :
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga
menganggu dan atau membahayakan kesehatan.
23
2.1.3.2 jenis-jenis kebisingan
(Menurut Babba dalam Gabriel) Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan
bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising di bagi dalam 3 kategori :
1. Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi 31,5 – 8000 Hz
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin
tik.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya
pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil.
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis:
A 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas
angin.
2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup
gas.
3. Bising terputus – putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal
terbang di udara.
B. 1. Bising sehari penuh (full time noise)
2. Bising setengah hari (part time noise)
C. 1. Bising terus menerus (steady noise)
2. Bising impulsif (impuls noise) ataupun bising sesaat (lutupan).
2.1.3.3 Baku Mutu Tingkat Kebisingan
24
Peraturan Menteri Kesehatn No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat
zona: (Mukono, 2006) :
Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan
kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 45 dB.
Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan
berkisar 55 dB.
Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat
kebisingan sekitar 50 – 60 dB.
Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus.
Tingkat kebisingan sekitar 60 – 70 dB.
2.1.4 Hubungan Kebisingan dan tekanan darah
Cara kerja sistem tubuh dalam peningkatan tekanan darah adalah sebagai
berikut (Sobel, 1995) :
Kebisingan merupakan stressor biologis yang mampu menimbulkan
perangsangan simpatis pada syaraf. Impuls simpatis dikirim ke medula adrenalin
bersamaan dengan pengiriman ke semua pembuluh darah, impuls ini
menyebabkan medula mensekresikan norepinefrin dan epinefrin ke dalam
sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa di dalam aliran darah ke semua bagian
tubuh tempat mereka langsung bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan
vasokontriksi.
25
Perangsangan simpatis juga akan meningkatan aktifitas saraf ginjal sehingga
sel jukstaglomerulus mensekresikan renin ke dalam darah. Renin sendiri
merupakan suatu enzim yang memecahkan komponen utama salah satu protein
plasma yang disebut substrat rennin untuk melepaskan dekapeptida angiotensi I.
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, 2 asam amino
tambahan dipecah darinya membentuk oktapeptida angiotensin II yang dikatalis
oleh enzim ‘converting enzyme’. Selama menetap di dalam darah angiotensin II
mempunyai efek yang dapat meningkatan tekanan darah. Salah satu efek ini
terjadi dengan sangat cepat :
vasokontriksi terutama dari arteriol. Kontriksi arteriol meningkatkan tahanan
perifer dan dengan demikian meningkatkan tekanan arteri. Efek angiotensin
lainnya terutama berhubungan dengan volume cairan tubuh :
a.
Angiotensin mempunyai efek langsung terhadap ginjal untuk menyebabkan
penurunan ekskresi garam dan air.
b.
Angiotensin merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dan
hormone ini sebaliknya juga bekerja pada ginjal menyebabkan penurunan
ekskresi garam dan air.
Oleh karena adanya paparan kebisingan, pusat vasomotor mengirim impuls
eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan aktivitas
jantung (kontraktilitas jantung), meningkatkan frekuensi jantung melalui reseptor
beta – 1 sehingga memperbesar curah jantung. Meningkatkan curah jantung dan
tahanan perifer total akan meningkatkan kenaikan tekanan darah.
26
2.2
2.2.1
Kerangka Berfikir
Kerangka Teori
faktor Genetik
Faktor Individu
Riwayat Keluarga
Status Gizi
 Jenis Kelamin
 Umur
 Ras
Angiotensinogen


Kebisingan
Lama
tinggal
Obesitas
Stres
Volume
plasma
naik
Saraf
Simpatis
Angiotensin I
Angiotensin II
Faktor Lingkungan
Curah
Jantung
meningkat
Memacu
Jantung
Faktor Perilaku
 Konsumsi
Rokok
 Konsumsi
Alkohol
 Konsumsi
Kafein
Merangsang
Saraf Simpatis
Melepaskan
Hormon stres
norephinephrine
Merangsang
Saraf Simpatis
Mengikat Hormon
receptor alpha
Memacu
Jantung
Penyempitan
Pembuluh Darah
Tahanan Perifer
meningkat
HIPERTENSI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
27
2.2.2
Kerangka Konsep
Umur
Jenis Kelamin
Riwayat Keluarga
Kebiasaan Merokok
Intensias Bising
Keterangan
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Kejadian
Hipertensi
28
2.3
Hipotesis
a. Umur merupakan faktor risiko kejadian hipertensi
b. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi
c. Riwayat keluarga merupakan faktir risiko kejadian hipertensi.
d. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi
e. Intensitas bising merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.
Download