BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hipertensi Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar. 2.1.1.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007 : 60). Sebagai gambaran umum masalah hipertensi ini adalah (Bustan,2007:61) : 1. Tingkat prevalensi sebesar 6-15% pada orang dewasa. Sebagai suatu proses degeneratif, hipertensi tentu hanya ditemukan pada orang dewasa. Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi menurut peningkatan usia. 2. Sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi. Karena itu mereka cenderung untuk menderita hiperensi yang lebih berat karena penderita tidak beupaya mengubah dan menghindari faktor risiko. 3. Sebanyak 70% adalah HT ringan, karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau terabaikan sampai saat menjadi ganas (hipertensi maligna) 8 9 4. Sejumlah 90% HT esensil mereka dengan HT yang tidak diketahui selukbeluk penyebabnya. Artinya karena penyebabnya tidak jelas maka sulit untuk mencari bentuk intervensi dan pengobatan yang sesuai. Tekanan darah tinggi (hipertensi) menyebabkan m eningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin ,semua orang bisa terkena penyakit jantung dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa(simanjuntak, 2012 : 13). Kenaikan tekanan darah dapat terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari dapat berubah/berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya 140 mm Hg dan tekanan darah diastoliknya 90 mm Hg. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Dalam 10 pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan. 2.1.1.2 Patofisiologi Hipertensi Di mulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah di sertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran peripher kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.(bustan,2007: 60). 2.1.1.3 Jenis-Jenis Hipertensi Jenis-jenis Hipertensi dikelompokan dalam (bustan,2007:61) a. Menurut kausanya 1. Hipertensi esensial (hipertensi primer): hipertensi yang tidak jelas penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kejadian hipertensi) 2. Hipertensi sekunder: hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain b. Menurut gangguan tekanan darah a. Hipertensi sistolik yaitu peninggian tekanan darah sistolik saja 11 b. Hipertensi diastolik yaitu peninggian tekanan darah diastolik c. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah a. Hipertensi ringan b. Hipertensi sedang c. Hipertensi berat 2.1.1.4 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003 adalah sebagai berikut : a. Tekanan darah normal Tekanan Sistolik < 120 mmHg dan tekanan Diastolik < 80 mmHg. b. Pre-Hipertensi Tekanan Sistolik 120 - 139 mmHg dan atau tekanan Diastolik 80 – 90 mmHg. c. Hipertensi 1) Stadium I : Tekanan Sistolik 140 - 159 mmHg dan atau tekanan Diastolik 90 – 99 mmHg. 2) Stadium II : Tekanan Sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan Diastolik ≥ 100 mmHg. Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003 adalah sebagai berikut a) Tekanan Diastolik : < 90 mmHg. b) Tekanan sistolik 1. < 140 mmHg : Normal. 12 2. 140 – 159 mmHg : Perbatasan hipertensi sistolik. 3. 160 mmHg : Hipertensi sistolik mandiri. 2.1.1.5 Gejala Hipertensi Menurut Arif (dalam Sugiarto, 2007 : 44 ) Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah : a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium. b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf. d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. 2.1.1.6 Pencegahan Hipertensi Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, maka harus diambil tindakan pencegahan yang baik, antara lain dengan sebagai berikut (Vitahealth,2000): a. Diet hipertensi 13 Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Tujuan diet hipertensi yaitu : 1. Mengurangi asupan garam Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar 1 sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari. 2. Memperbanyak serat Mengkonsumsi lebih banyak sayuran atau makanan rumahan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat. 3. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung, sehingga dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras. Alkohol dapat memacu tekanan darah. Karena itu 90 mililiter per minggu adalah batas tertinggi yang boleh dikonsumsi. Kopi dapat memacu detak jantung. Menghentikan atau mengurangi kopi berarti menyayangi jantung agar tidak terbebani lebih berat. 4. Memperbanyak asupan kalsium Penelitian menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 miligram kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan 14 volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja menguragi natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. 5. Penuhi kebutuhan magnesium Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium dengan hipertensi. Tetapi belum dapat dipastikan berapa banyak magnesium yang dibutukan untuk mengatasi hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan atau RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram. Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang polong, dan makanan laut. Tetapi berhati-hatilah agar jangan mengkonsmsi terlalu banyak suplemen magnesium karena bisa menyebabkan diare. 6. Lengkapi kebutuhan kalsium Walaupun masih banyak menjadi perdebatan mengenai ada atau tidaknya pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah, tetapi untuk menjaga dari risiko lain, 800 miligram kalsium perhari setara dengan tiga gelas susu sudah lebih dari cukup. 7. Manfaat sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanan darah, adalah : 15 a) Tomat. b) Wortel. c) Seledri, sedikit 4 batang perhari dalam sup atau masakan lain. d) Bawang putih, sedikitnya satu siung perhari. Bisa juga digunakan bawang merah dan bawang bombai. e) Kunyit. f) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah lainnya. a. Membatasi konsumsi lemak Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah, lama kelamaan jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggaggu peredaran darah. Kadar kolesterol dalam darah maksimal 200 mg – 350 mg per 100 cc serum darah. b. Olaraga teratur Olaraga atau senam hipertensi bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelolah stress. 1. Mengurangi berat badan Hindari kegemukan (obesitas), dengan menjaga berat badan (BB) normal atau tidak berlebihan. 2. Mengelola stress 16 Untuk bisa mengelola stres (stress management) perlu diketahui lebih dahulu apa pemicunya. Pemicu stress akan berbeda-beda bagi setiap orang. Berusaha membina hidup yang positif. 2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi Suatu faktor risiko adalah suatu keadaan yang membawa bahaya, karena dapat menimbulkan suatu penyakit atau cacat tertentu. Orang-orang yang mempunyai faktor-faktor risiko yang tinggi lebih mungkin kena penyakit ini, dalam bentuknya yang lebih serius daripada orang-orang yang mempunyai faktorfaktor risiko rendah (rosidah,2003). Hipertensi esensial dipengaruhi beberapa faktor yaitu : ciri individu seperti umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah ini : a. Umur Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. (Menurut Gray,2002) baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg). Disamping itu, semakin bertambah usia, maka keadaan sistem kardiovaskulerpun semakin berkurang, seperti ditandai dengan terjadinya 17 arterioskilosis yang dapat meningkatkan tekanan darah. (Susalit dkk,2001) dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun. (Boedhi-Darmojo,2001) dalam naskah ilmiahnya menyimpulkan bahwa 1,817,8% penduduk Indonesia yan berumur di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa umur sesudah 45 tahun prevalensi hipertensi naik terutama pada wanita. b. Jenis Kelamin Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes,2006). Menurut Dwi (dalam Simanjuntak,2012 : 14) Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada 18 premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. c. Riwayat Keluarga Menurut Babba (dalam gunawan, 2001) Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi, jika orang tuanya penderita hipertensi. Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik pada keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin, yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya perubahan bahan angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di dalam sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah. Dalam mekanismenya, bahan angiotensin II mempengaruhi dan merangsang pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di dalam otak, sehingga menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air dan selain itu juga merangsang pusat vasomotor dengan akibat meningkatkan rangsangan syaraf simpatis kepada arteriola, myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan 19 tekanan d. darah tinggi atau hipertensi (Ibnu, 1996). Obesitas Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berkelebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana dkk, 2001). Banyak penelitian membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini mungkin berkaitan dengan beberapa perubahan gaya hidup, latihan jasmani, diet dan pemakaian obat anti obesitas, sedangkan untuk obat anti hipertensi sampai saat ini belum ada rekomendasi mengenai obat antihipertensi utama yang dianjurkan untuk keadaan ini (budiman,1999). e. Stres 20 Menurut Saraswati (dalam Guyton,1995) Stress dengan hipertensi diduga memiliki hubungan melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Bila stress berlangsung lama, maka dapat menyebabkan peninggian tekanan darah yang menetap. Percobaan terhadap binatang bahwa pajanan bising dengan stress menyebabkan hipertensi. Survey hipertensi pada masyarakat kota menunjukkan angka prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini dikaitkan dengan stress psikososial yang lebih besar dialami oleh kelompok masyarakat yang tinggal di kota dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di desa. f. Merokok Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan tembakau cenderung meningkatkan risiko hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, meskipun pada beberapa penelitian didapatkan kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok (Susalit dkk, 2001). Apapun yang menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf simpatik, sehingga pada ujung saraf tersebut melepaskan hormon stres norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor alpha. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya 21 akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat g. Konsumsi alkohol Menurut Babba Minuman beralkohol khususnya dengan kadar alkohol tinggi sangat berbahaya bagi sirkulasi darah otak, juga terhadap otak itu sendiri. Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme karbohidrat lebih-lebih lagi bagi peminum berat atau pencandu alkohol. Alkohol merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan stroke. Juga memperbesar kemungkinan timbulnya trombosis. Terutama sekali bila orang meminum alkohol dalam jumlah besar yang dapat mendatangkan gangguan metabolisme tubuh dengan menyusutnya cairan sehingga viskositas darah naik, juga dehidrasi (kekurangan cairan) yang seringkali diikuti muntah-muntah (dalam Miswar,2004). 2.1.3 Kebisingan (menurut Saraswati dalam menlh 2004) Kebisingan didefinisikan sebagai "suara yang tak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan dianggap istimewa dalam hal: 22 1. Penilaian pribadi dan penilaian subyektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak 2. Kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran air dan pencemaran udara (Bising pesawat udara merupakan pengecualian). 2.1.3.1 Definisi Kebisingan (Menurut Babba, dalam wahyu 2003) Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound). Tetapi defenisi ini sangat subyektif. Defenisi lain tentang kebisingan antara lain : a. Denis dan Spooner, bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik. b. Hirrs dan ward, bising adalah suara yang komplek yang mempunyai sedikit atau bahkan tidak periodik, bentuk gelombang tidak dapat diikuti atau di produsir dalam waktu tertentu. c. Spooner, bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik. d. Sataloff, bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak berhubungan satu dengan yang lainnya e. Burn, Littler, dan wall bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu. f. Menurut permenkes RI NO : 718 / MENKES / PER / XI / 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, BAB I pasal I (a) : kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, sehingga menganggu dan atau membahayakan kesehatan. 23 2.1.3.2 jenis-jenis kebisingan (Menurut Babba dalam Gabriel) Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka bising di bagi dalam 3 kategori : 1. Audible noise (bising pendengaran) Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi 31,5 – 8000 Hz 2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin tik. 3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam tembakan bedil. Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis: A 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas angin. 2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas. 3. Bising terputus – putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara. B. 1. Bising sehari penuh (full time noise) 2. Bising setengah hari (part time noise) C. 1. Bising terus menerus (steady noise) 2. Bising impulsif (impuls noise) ataupun bising sesaat (lutupan). 2.1.3.3 Baku Mutu Tingkat Kebisingan 24 Peraturan Menteri Kesehatn No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona: (Mukono, 2006) : Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan berkisar 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan sekitar 60 – 70 dB. 2.1.4 Hubungan Kebisingan dan tekanan darah Cara kerja sistem tubuh dalam peningkatan tekanan darah adalah sebagai berikut (Sobel, 1995) : Kebisingan merupakan stressor biologis yang mampu menimbulkan perangsangan simpatis pada syaraf. Impuls simpatis dikirim ke medula adrenalin bersamaan dengan pengiriman ke semua pembuluh darah, impuls ini menyebabkan medula mensekresikan norepinefrin dan epinefrin ke dalam sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa di dalam aliran darah ke semua bagian tubuh tempat mereka langsung bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan vasokontriksi. 25 Perangsangan simpatis juga akan meningkatan aktifitas saraf ginjal sehingga sel jukstaglomerulus mensekresikan renin ke dalam darah. Renin sendiri merupakan suatu enzim yang memecahkan komponen utama salah satu protein plasma yang disebut substrat rennin untuk melepaskan dekapeptida angiotensi I. Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, 2 asam amino tambahan dipecah darinya membentuk oktapeptida angiotensin II yang dikatalis oleh enzim ‘converting enzyme’. Selama menetap di dalam darah angiotensin II mempunyai efek yang dapat meningkatan tekanan darah. Salah satu efek ini terjadi dengan sangat cepat : vasokontriksi terutama dari arteriol. Kontriksi arteriol meningkatkan tahanan perifer dan dengan demikian meningkatkan tekanan arteri. Efek angiotensin lainnya terutama berhubungan dengan volume cairan tubuh : a. Angiotensin mempunyai efek langsung terhadap ginjal untuk menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air. b. Angiotensin merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dan hormone ini sebaliknya juga bekerja pada ginjal menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air. Oleh karena adanya paparan kebisingan, pusat vasomotor mengirim impuls eksitasi melalui serabut saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan aktivitas jantung (kontraktilitas jantung), meningkatkan frekuensi jantung melalui reseptor beta – 1 sehingga memperbesar curah jantung. Meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer total akan meningkatkan kenaikan tekanan darah. 26 2.2 2.2.1 Kerangka Berfikir Kerangka Teori faktor Genetik Faktor Individu Riwayat Keluarga Status Gizi Jenis Kelamin Umur Ras Angiotensinogen Kebisingan Lama tinggal Obesitas Stres Volume plasma naik Saraf Simpatis Angiotensin I Angiotensin II Faktor Lingkungan Curah Jantung meningkat Memacu Jantung Faktor Perilaku Konsumsi Rokok Konsumsi Alkohol Konsumsi Kafein Merangsang Saraf Simpatis Melepaskan Hormon stres norephinephrine Merangsang Saraf Simpatis Mengikat Hormon receptor alpha Memacu Jantung Penyempitan Pembuluh Darah Tahanan Perifer meningkat HIPERTENSI Gambar 2.1 Kerangka Teori 27 2.2.2 Kerangka Konsep Umur Jenis Kelamin Riwayat Keluarga Kebiasaan Merokok Intensias Bising Keterangan : Variabel Independent : Variabel Dependent Gambar 2.2 Kerangka Konsep Kejadian Hipertensi 28 2.3 Hipotesis a. Umur merupakan faktor risiko kejadian hipertensi b. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi c. Riwayat keluarga merupakan faktir risiko kejadian hipertensi. d. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi e. Intensitas bising merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.