PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TANDA SOMATIK KECEMASAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK) SAAT OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh JOHAN 20130320133 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017 i ii EFFECT OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TECHNIQUE TO SOMATIC SIGNS OF ANXIETY IN STUDENTS STUDY PROGRAM NURSING STUDIES (PSIK) SEMESTER II WHILE OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) IN UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TANDA SOMATIK KECEMASAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK) SEMESTER II SAAT OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Nurvita Risdiana1, Kellyana Irawati2, Johan3 1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY 2 E-mail : [email protected] Abstract Background. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) is a comprehensive exam used to assess students' clinical skills objectively and structurally. It requires students to think critically and appropriately when performing clinical skills. Examination these conditions cause anxiety instudents. Almost 80% of medical faculty students feels anxiety and progressive muscle relaxation techniques is the one techniques to overcome the anxiety. Research Purposes. This study aims to determine the effect of progressive muscle relaxation technique on somatic anxiety sign at student. Methodology. The study is quasi experimental and quantitative study with pretest and posttest control group design and cross sectional approach. Then,the simple random sampling was used to select of 58 samples. They are intervention group and control group with 29 samples each. Spigmomanometer was used to measure blood pressure, palpation and inspection methods was used to measure heart rate and respiration. The data was analyzed by paired t test and mann whitney to know the effect of progressive muscle relaxation techniques and to compare between posttest group. Results. Paired T Test showed the effect of progressive muscle relaxation techniques for somatic sign in nursing students Universitas Muhammadiyah Yogyakarta with p value 0.001. It means the progressive muscle relaxation techniques decreased the somatic sign for nursing students. Mann Whitney Test showed significant differences between intervention and control group in posttest with p value 0.001. The somatic sign in intervention group is lower than control group. Conclusion. There is an effect of progressive muscle relaxation technique on somatic sign anxiety on PSIK students of second semester at OSCE. Keywords: OSCE, Anxiety, Progressive Muscle Relaxation Technique iii Intisari Latar Belakang. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan ujian komperhensif yang digunakan untuk menilai keterampilan klinis mahasiswa secara objective dan terstruktural. Ujian OSCE menuntut mahasiswa untuk berfikir kritis bertindak cepat dan tepat dalam melakukan keterampilan klinis. Kondisi tersebut menyebabkan timbulnya rasa cemas pada mahasiswa. Prevalensi tingkat kecemasan mahasiswa fakultas kedokteran didunia rata-rata mencapai 80%. Salah satu cara penanggulangan kecemasan mahasiswa yaitu dengan melakukan teknik relaksasi otot progresif. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tanda somatik kecemasan pada mahasiswa. Metodologi. Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan desain Pre-Post Test With Control Group menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 117 orang dengan metode pengambilan sampel adalah Simple Random Sampling sebanyak 58 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu 29 orang kelompok control dan 29 orang kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tanda somatik kecemasan adalah spigmomanometer untuk pengukuran tekanan darah, palpasi untuk pengukuran nadi, dan inspeksi untuk pengukuran frekuensi pernafasan. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Paired T-Test dan Mann Whitney. Hasil. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney pada kelompok kontrol dan intervensi diperoleh hasil p value 0.001 (p ≤ 0.05) yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Tingkat kecemasan posttest pada kelompok kontrol lebih tinggi dibandingakan dengan tingkat kecemasan posttest pada kelompok intervensi. Hasil uji Paired T Test menunjukkan adanya pengaruh pada kelompok intervensi yaitu 0.001 (p ≤ 0.05). Artinya tanda somatik kecemasan posttest lebih rendah dibandingkan dengan pretest. Kesimpulan. Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tanda somatik kecemasan pada mahasiswa PSIK semester II saat OSCE. Kata Kunci: OSCE, Kecemasan, Teknik Relaksasi Otot Progresif iv Pendahuluan Objective Structured Clinical sesuatu yang mengancam sehingga Examination (OSCE) merupakan suatu menyebabkan timbulnya kecemasan. alat Mahasiswa sering kali merasa tertekan ukur yang digunakan untuk menilai komponen keterampilan klinik dan seperti pemeriksaan fisik, keterampilan mempengaruhi komunikasi, mahasiswa. interpretasi hasil panic sehingga dapat hasil belajar Situasi ujian yang laboratorium, manajemen, dan lain- mengharuskan lain yang diuji menggunakan check list menunjukkan yang telah dibuat yang dilaksanakan dengan penilaian standar yang tinggi dalam ruangan yang berbeda-beda1. dan Pada saat pelaksanaan OSCE banyak meningkatkan kecemasan3. Carpenito4 mahasiswa yang mengeluh karena kecemasan merupakan suatu kondisi waktu yang diberikan terlalu singkat dimana individu mengalami perasaan dan yang khawatir mahasiswa aktivitas terdapat terkadang pertanyaan membuat mahasiswa suatu bersifat dan keterampilan kompetitif adanya sistem akan peningkatan saraf otonom menjadi bingung, tetapi dituntut untuk (simpatis) dalam merespon ancaman. memenuhi standar yang telah Orang yang mengalami kecemasan ditentukan, sehingga menimbulkan biasanya akan menunjukkan gejala- kondisi kecemasan bagi mahasiswa2. Ujian OSCE sering gejala somatik seperti nafas cepat, kali peningkatan tekanan darah, dan denyut dipersepsikan atau dianggap sebagai nadi lebih cepat. Beberapa orang yang 1 mengalami diatasi kecemasan juga bila akan tidak pemakaian oksigen dan ketegangan otot6. mengalami Relaksasi otot progresif peningkatan denyut jantung yang bisa bertujuan untuk menurunkan kerja menghambat mahasiswa sistem melaksanakan keterampilan. dalam saraf simpatis melalui Hal peningkatan kerja saraf parasimpatis mengganggu yaitu dengan cara menggerakkan otot- konsentrasi mahasiswa untuk fokus otot yang terletak dibeberapa bagian terhadap tubuh. Beberapa perubahan fisiologis tersebut dapat kegiatan yang perlu dilakukan ketika ujian5. tubuh Mahasiswa perlu melakukan yang akan melakukan terjadi relaksasi setelah adalah persiapan yang matang supaya bisa menurunnya tekanan darah, frekuensi memusatkan jantung, perhatian untuk dan pernapasan serta mengatasi kecemasannya. Selain itu, mengurangi ketegangan otot. Selain itu kecemasan dapat diatasi dengan terapi relaksasi farmakologis pikiran, membuat fokus, meningkatkan dan terapi non juga akan farmakologis. Salah satu terapi non konsentrasi, farmakologis yaitu teknik relaksasi kemampuan untuk mengatasi sumber otot kecemasan7. progresif. Relaksasi dapat mempengaruhi hipotalamus dan saraf parasimpatis tekanan darah, untuk memperbaiki Berdasarkan uraian diatas maka menurunkan metabolisme, dan memusatkan peneliti tertarik untuk melakukan dan penelitian tentang pengaruh teknik respirasi sehingga dapat mengurangi relaksasi otot progresif terhadap tanda 2 somatik kecemasan pada mahasiswa Structured program (OSCE) studi ilmu keperawatan (PSIK) semester II saat Objective Clinical Examination di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian Sampling9. Jumlah sampel yang diteliti kuantitatif dengan metode penelitian adalah 58 orang dengan pembagian 29 Pre Eksperimen. Jenis penelitian ini orang untuk kelompok kontrol dan 29 yaitu quasy eksperiment menggunakan orang untuk kelompok intervensi10. rancangan pre-post test with control group yaitu dengan menggunakan satu kelompok subjek, yang kelompok kontrol dan dengan pendekatan Populasi yang penelitian ini terdapat perlakuan crosssectional8. digunakan adalah dalam mahasiswa semester II PSIK FKIK UMY yang berjumlah 117 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih menggunakan Probability Sampling dengan metode Simple Random 3 Hasil Penelitian Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Hasil Perubahan Tanda Somatik Kecemasan Mahasiswa Pre-Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY (N=29) Tanda Somatik Tekanan Darah Nadi Pernafasan Kelompok Kontrol Pre-posttest Turun Naik Tetap 3 13 13 4 5 22 19 Kelompok Intervensi Pre-posttest Turun Naik Tetap 26 3 3 5 28 25 - 1 4 Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan Menunjukkan hasil tabel 1. Pada kelompok intervensi hasil pre-posttest pre-posttest dari 29 kelompok kontrol dari 29 responden, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada tanda- tanda-tanda vital seperti tekanan darah, tanda vital (tekanan darah, nadi, dan nadi, dan pernafasan. Pada tekanan pernafasan) pada responden. Terjadi darah terjadi penurunan pada 26 peningkatan tekanan darah pada 13 responden (90%). Sedangkan terjadi responden (45%). Sedangkan terjadi penurunan denyut nadi peningkatan denyut nadi pada 22 responden (97%). Terjadi penurunan responden terjadi frekuensi penafasan pada 25 responden peningkatan frekuensi pernafasan pada (86%). Dapat disimpulkan bahwa pada 19 responden (66%). kelompok intervensi sebagian besar (76%), dan mengalami 4 terjadinya responden, penurunan penurunan pada 28 tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan pernafasan dibandingkan kelompok kontrol. dengan Analisis Bivariat Tabel 2 Hasil Uji Statistik nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Intervensi pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY terhadap Tekanan Darah Kelompok Pretest Mean ± SD 119.48±6.988 115.17±8.29 Intervensi Kontrol Berdasarkan ∆ mean 13.50 -0.62 P value 0.001 0.015 2 Sedangkan pada kelompok intervensi, menunjukkan hasil pretest dan posttest nilai tekanan darah terdapat selisih kelompok kontrol pada tekanan darah mean 13.50 dengan nilai p value terdapat selisih mean -0.62 dengan sebesar 0.001 (p<0.05). Artinya terjadi nilai p value sebesar 0.015 (p<0.05). penurunan Artinya terjadi peningkatan tekanan kelompok intervensi setelah diberikan darah terapi otot progresif. pada tabel Posttest Mean ± SD 109.66±8.121 119.59 ±9.061 kelompok kontrol. tekanan darah pada Tabel 2.1 Hasil Uji Statistik nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Intervensi pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY terhadap Nadi Kelompok Intervensi Kontrol Berdasarkan Pretest Mean ± SD 79.48±7.273 75.17±10.275 ∆ mean 14.50 -8.12 P value 0.001 0.001 2.1 dengan nilai p value sebesar 0.001 menunjukkan hasil pretest dan posttest (p<0.05). Artinya terjadi peningkatan kelompok nadi kontrol tabel Posttest Mean ± SD 70.55±6.395 80.21±9.748 padanadi -8.12 5 pada kelompok kontrol. Sedangkan pada nadi terdapat selisih penurunan mean14,50 intervensi setelah diberikan terapi otot dengan nilai p value sebesar 0.001 (p<0.05). Artinya terjadi nadi pada kelompok progresif. Tabel 2.2 Hasil Uji Statistik nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Intervensi pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY terhadap Pernafasan kelompok Pretest Mean ± SD 23.34±3.754 22.62±2.397 Intervensi Kontrol ∆ mean Posttest Mean ± SD 20.21±2.808 24.34±2.807 13.00 -8.59 P value 0.001 0.001 Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel 2.2 kelompok kontrol, menunjukkan hasil pretest dan posttest statistic menunjukkan kelompok kontrol pada pernafasan pengaruh yang bermakna ditunjukkan -8.59 dengan nilai p value sebesar dari perbedaan nilai mean pretest dan 0.001 terjadi posttest dengan p value = 0.001 (Tabel kelompok 2.2). Selain itu dilihat dari selisih (p<0.05). peningkatan nadi Artinya pada kontrol. Sedangkan pada pernafasan selisih mean bahwa secara terdapat mean, semua nilai kurang dari 10 13.00 dengan nilai p maka secara klinis tidak terdapat value sebesar 0.001 (p<0.05). Artinya pengaruh terjadi penurunan nadi pada kelompok yang pretest dan kontrol. Menurut bermakna posttest antara dikelompok intervensi setelah diberikan terapi otot Dahlan (2014), progresif interpretasi klinis lebih penting dari Berdasarkan nilai p value pada pada statistik. Oleh karena itu, bisa 6 ditarik kesimpulan tidak hasil pretest dan posttest. Sehingga terdapat pengaruh yang bermakna pada bisa ditarik kesimpulan bahwa tingkat hasil kecemasan posttest bahwa kelompok kontrol. berkurang setelah Sedangkan pada kelompok intervensi dilakukan tindakan teknik relaksasi semua nilai p<0.05 dan selisih mean otot progresif. lebih dari 10, maka dapat diartikan baik secara statistik dan klinis, terdapat pengaruh yang bermakna pada kelompok intervensi ditunjukkan dari Analisa Perbedaan Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY Tabel 3 Tanda somatic Tekanan darah (mmHg) Nadi (x/mnt) Pernafasan (x/mnt) Hasil Uji Beda Setelah Relaksasi Otot Progresif Kelompok Kontrol dan Intervensi pada Mahasiswa PSIK Semester II saat OSCE di UMY. KelompokKo ntrol Mean posttest±SD 119.59±9.06 KelompokInt ervensi Mean posttest±SD 109.66±8.12 ∆ mean posttest Z P value -9.9310 -3.847 0.001 80.21±9.75 70.55±6.40 -9.6552 -4.039 0.001 24.34±2.81 20.21±2.81 -4.1379 -4.530 0.001 Sumber: Data Primer, 2017 Berdasarkan tabel 3 bahwa nilai Z -4.039 (<-1.96) dan pernafasan hasil posttest tekanan darah diperoleh memiliki nilai Z -4.530(<-1.96). Hasil nilai Z -3.847 (<-1.96), nadi memiliki ini 7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kelompok intervensi dan antara Pembahasan kontrol. Tingkat kecemasan Dapat dilihat dari nilai mean intervensi Berdasarkan pada (70.55), dan pernafasan (20.21) lebih tekanan darah, nadi dan pernafasan rendah dibandingkan dengan nilai pada kelompok kontrol, menunjukkan mean kelompok kontrol pada tekanan lebih banyak terjadinya peningkatan darah (119.59), nadi (80.21), dan dibandingkan dengan penurunan atau pernafasan tersebut yang tidak mengalami perubahan. menunjukkan bahwa terjadi penurunan Berbeda dengan distribusi data pada tingkat kecemasan pada kelompok kelompok intervensi setelah dilakukan teknik menunjukkan lebih banyak terjadi relaksasi otot progresif. penurunan Nilai 1, data pada tekanan darah (109.66), nadi (24.34). tabel distribusi tentang perubahan intervensi dibandingkan yang dengan Selain itu hasil uji Mann peningkatan atau yang tidak berubah, Whitney nilai p value 0.001 (p≤0.05) baik itu pada tekanan darah, nadi atau yang artinya terdapat perbedaan terapi pernafasan. relaksasi otot progresif terhadap tanda Berdasarkan data di atas maka somatik meliputi tekanan darah, nadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa dan yang akan menjalani ujian OSCE pernafasan mahasiswa pada kelompok kontrol dan intervensi. mengalami kecemasan. Hal ini dapat disebabkan karena OSCE merupakan salah satu stressor yang memicu 8 timbulnya kecemasan pada mahasiswa dengan reseptor GABA di membran serta mempengaruhi aktivitas system postsinaps, maka saluran reseptor saraf otonom (sistem saraf simpatis) terbuka dan diikuti dalam merespon kecemasan tersebut. ion-ion. Jika terjadi penghambatan, Sehingga menunjukkan gejala-gejala maka somatik lambat. Kecemasan peningkatan tekanan darah, dan denyut karena adanya nadi lebih cepat4. kelancaran proses neurotransmitter. seperti nafas cepat, proses terjadinya kecemasan berawal karena aktifitas sel oleh pertukaran akan dapat masalah berjalan terjadi terhadap Jika proses neurotransmitter keluar terhambatnya dari keseimbangan, maka pesan yang neurotransmitter diotak oleh Gamma- akan disampaikan tidak bisa melalui Amino Butyric Acid (GABA). Pada otak dengan benar. Hal ini dapat keadaan normal, saat adanya stimulus mengubah cara otak merespon pesan dari luar akan terjadi persilangan di tersebut dalam kondisi tertentu, yang sinaps, menyebabkan terjadinya kecemasan11. kemudian akan berikatan Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan Test Berdasarkan hasil uji Paired T- tekanan darah, nadi, pernafasan adalah dan 0.001 Mann Whitney yang (p<0.05) yang menunjukan dilakukan pada tabel 3 di dapatkan bahwa Terapi Relaksasi Otot Progresif bahwa hasil p value untuk kategori memiliki pengaruh terhadap tanda 9 Sheerwood13 somatik kecemasan mahasiswa dalam mekanisme menghadapi OSCE. Hasil penelitian pengaturan tekanan darah di dalam ini sejalan dengan penelitian yang tubuh dilakukan oleh Hamarno12 tentang mekanisme pengatur tekanan yang pengaruh relaksasi otot progressif bekerja dengan cepat dan jangka terhadap penurunan tekanan darah panjang. Mekanisme pengatur tekanan yang menunjukan nilai p value 0.001 yang bekerja dengan cepat termasuk yang perbedaan mekanisme saraf (saraf pusat dan saraf bermakna rerata tekanan darah sistolik otonom) dan mekanisme hormonal. dan diastolik baik antara sebelum dan Dasar pemikiran dari metode latihan setelah otot relaksasi otot progresif adalah dengan progressif. Rata-rata tekanan sistolik memanfaatkan pengaturan dari saraf kelompok hari pusat dan saraf otonom. Saraf simpatis pemeriksaan di Puskesmas sebelum bekerja meningkatkan rangsangan atau dilakukan memacu berarti terdapat latihan relaksasi intervensi perlakuan pada adalah 155 di bagi organ menjadi tubuh, yaitu memicu mmHg kemudian setelah diberikan peningkatan perlakuan tekanan sistolik menurun menimbulkan penyempitan pembuluh menjadi 142 mmHg. Untuk tekanan darah, penurunan temperatur. Pada diastolik pemeriksaan waktu orang mengalami ketegangan didapatkan rerata 94,2 mmHg dan dan kecemasan yang bekerja dalah turun menjadi 90,2 mmHg setalah di sistem saraf simpatis sehingga denyut berikan latihan relaksasi otot progresif. jantung, tekanan darah, aliran darah ke pada hari 10 denyut 2 jantung, otot dan dilatasi pupil sering memperbaiki meningkat14. kemampuan untuk mengatasi stressor16. Jacobson dalam Synder & Penelitian Novarina17 dari Lindquist15 menyatakan bahwa tujuan mengenai relaksasi otot progressif dari relaksasi otot progresif adalah terhadap untuk mengurangi konsumsi oksigen memperkuat hasil dari penelitian ini. tubuh, laju metabolisme tubuh, laju Dari penelitian ini didapatkanhasil p pernafasan, ketegangan otot, kontraksi value 0,0001 yang berarti terdapat ventikuler tekanan pengaruh pemberian relaksasi otot darah sistolik serta gelombang alpha progressif terhadap asma bronkial. otak. Relaksasi juga berfungsu untuk Aktiftas ringan saat relaksasi akan menurunkan saraf menstimulasi saraf parasimpatis yang simpatis, dengan cara meningkatkan dapat merangsang kelenjar endokrin aktifitas saraf parasimpatis. Beberapa untuk mengeluarkan epinefrin dan perubahan norepinefrin. premature kerja akibat dan sistem teknik relaksasi asma bronkial Selama juga berjalannya adalah menurunkan tekanan darah, aktifitas saraf parasimpatis epinefrin menurunkan frekuensi jantung, akan berikatan dengan enzim jantung mengurangi disritmia jantung, dan memperkuat mekanisme meningkatkan gelombang alfa otak vasodilator lokal dijaringan-jaringan yang terjadi ketika klien sadar, tidak paru, memfokuskan perhatian dan rileks, bronkodilatasi sehingga udara akan meningkatkan lebih lancar untuk keluar masuk yang konsentrasi dan 11 sehingga akan terjadi nilai aliran puncak ekspirasi akan seseorang memegang kendali hidup. dapat meningkat frekuensi serta penurunan Bila individu semakin tegang akibat pernapasan18. Terjadinya menghadapi situasi yang khusus, maka peningkatan aliran puncak ekspirasi otot tersebut mencerminkan bahwa terdapat ketegangan yang di rasakan, dan peningkatan relaksasi otot pernapasan, individu merasakan cemas. Situasi ini perbaikan cenderung memunculkan lingkaran berkepanjangan ventilas memperbaiki alveoli pertukaran gas untuk dan tubuh akan menambahkan siklus dan pengaturan frekuensi pernapasan serta cenderung semakin parah jika di pola napas sehingga mengurangi air biarkan. trapping19. Progresif yang dilakukan bertujuan Mulyono20 Terapi Relaksasi Otot menjelaskan untuk memotong lingkarang siklus ini beberapa keuntungan yang diperoleh sehingga ketegangan dan kecemasan dari tidak bertambah. Kondisi ini akan latihan relaksasi relaksasi membuat mampu menghindari diantaranya sesorang lebih individu menjadi lebih yang rileks, nyaman, dan dapat mengatasi berlebihan karena adanya stress atau masalah yang dihadapi dengan cara- cemas. Keterampilan relaksasi sangat cara yang lebih tepat. berguna kemampuan untuk tetap reaksi membuat mengembangkan tenang Patofisiogi mekanisme kerja atau teknik relaksas otot progresif juga menghindari stress saat menghadapi dapat dijelaskan dengan menggunakan kesulitan, selalu rileks akan membuat teori 12 Adaptasi Callista Roy. Mekanisme koping dalam berinteraksi Relaxation otot progresif terhadap perubahan tersebut meliputi adalah suatu metode untuk membantu regulator dan kognator. Dalam menunrunkan tegangan sehingga otot penelitian ini regulator adalah tubuh menjadi rileks. jenis relaksasi pemberian latihan otot otot progressif di bagi menjadi 2 yaitu progresif sedangkan kognator adalah Over PMR (tense up and letting go) proses koping emosi dan kognitif yang dan Cover PMR (letting go). Over meliputi aspek persepsi, pembelajaran, PMR penilaian, Pemberian menegangkan kelompok otot sekitar 5- mempengaruhi 10 detik kemudian melepaskannya dan regulator relaksasi emosi. akan adalah secara kognator dari efektor (klien). Efek ini selama bisa Sedangkan Cover PMR (letting go) digambarkan dari fungsi kurang fisiologis, konsep diri, peran fungsi adalah dan merilekskan interdependen. Bila klien jenis lebih PMR kelompok 30 sadar yang otot detik. hanya tanpa memberikan respon adaptif makan menegangkannya lebih dahulu. Hal-hal terjadi penurunan tekanan darah serta yang disarankan dan penurunan gejala lainnya sehingga dalam latihan relaksasi otot progresif klien merasakan kenyamanan terhadap selalu latihan di tempat yang tenang, perubahan yang terjadi dan ini sesuai sendirian, tanpa atau menggunakan dengan tujuan yang diharapkan yaitu audio untuk membantu konsentrasi klien pada dapat beradaptasi terhadap stimulus kecemasan21. kelompok otot, diperhatikan melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal, hindari 13 makan, merokok dan minum, yang minum minuman keras dan latihan terbaik melakukan letihan sebelum sebaiknya dilakukan dengan posisi makan, tidak boleh latihan setelah duduk22. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Examination (OSCE) di dan pembahasan yang telah diuraikan Universitas sebelumnya Yogyakarta dengan p value maka dapat ditarik Muhammadiyah kesimpulan dari penelitian Pengaruh 0.001. Teknik Progresif kecemasan mahasiswa lebih Terhadap Tanda Somatik Kecemasan rendah setelah diberikan teknik pada Mahasiswa Program Studi Ilmu relaksasi otot progresif. Relaksasi Keperawatan Objective Otot Semester II Structured Examinatio Di saat 2. Tanda Clinical somatik mahasiswa Universitas tinggi tingkat kecemasan sebelum diberikan teknik relaksasi otot Muhammadiyah Yogyakarta sebagai progresif berikut: kontrol. 1. Teknik relaksasi otot progresif berpengaruh Artinya 3. Tanda pada kelompok somatik kecemasan terhadap tanda mahasiswa kecemasan pada peningkatan setelah diberikan mahasiswa Program Studi Ilmu teknik relaksasi otot progresif Keperawatan semester II saat pada kelompok kontrok. somatik Objective Structured Clinical 14 mengalami 4. Tanda somatik mahasiswa tinggi kecemasan saat OSCE antara kelompok sebelum kontrol dan intervensi dengan diberikan teknik relaksasi otot nilai progresif terdapat pada kelompok intervensi. 5. Tanda P = 0.001. Artinya perbedaan yang bermakna pada hasil posttest somatik mahasiswa kecemasan antara kelompok kontrol dan mengalami kelompok intervensi. penurunan setelah diberikan teknik relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi. 6. Diketahui perbedaan nilai posttest tanda somatik kecemasan pada mahasiswa Saran 1. Bagi Responden 2. Bagi Institusi Terapi relaksasi otot progresif Institusi dapat menerapkan teknik dapat dilakukan oleh responden setiap relaksasi otot progrsif sebelum OSCE mengalami kondisi yang menimbulkan sehingga membantu mahasiswa untuk masalah mendapatkan hasil yang terbaik. psikologis mahasiswa sebelum ujian khususnya masalah 3. Bagi perawat kecemasan. Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan terapi relaksasi otot 15 progresif secara komprehensif, tidak 4. Bagi peneliti selanjutnya hanya Penelitian ini diharapkan menjadi namun menggunakan bisa farmakologis farmakologis menggunakan khususnya non masukan dan pertimbangan untuk untuk dapat melakukan penelitian lebih mengatasi masalah kecemasan yang lanjut dengan dialami pasien. metode dan instrument yang lebih menyempurnakan berkaitan dengan variabel yang diteliti. 16 Pasien Stroke di ruang Neurologi RSCM Jakarta. Vol. 4.No. 1.Jurnal Kesehatan 7. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC, 1. 8. Notoatmodjo, S (2013) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 9. Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika. 10. Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 11. Hamarno, R (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progressif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang. Jakarta: Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 12. Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC 13. Bluerufi. (2009). Terapi Relaksasi. Jakarta: EGC 14. Snyder, M., & Linquist. 2002. Complementary/Alternative Therapies In Nursing. 4th Ed. USA: Springer Publishing Company 15. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.2007 16. Novarina, C., Murtaqib., Wdiayati, N. (2015). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Aliran Puncak Ekspirasi Daftar Pustaka 1. Zulharman. (2007). Self dan Peer Assessment Sebagai Penilaian Formatif dan Sumatif. [Online]. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.co m/2007/05/29/self-danpeerassessment-sebagaipenilaian-formatif-dan-sumatif/ [Mei 2012]. 2. Awaisu, A., Nik Mohamed, M. H., & Mohammad Al-Efan, Q. A. (2007). Perception of pharmacy students in Malaysia on the use of objective structured clinical examinations to evaluate competence. American journal of pharmaceutical education, 71(6), 118. 3. Zartman, R. R., McWhorter, A. G., Seale, N. S., & Boone, W. J. (2002). Using OSCE-based evaluation: curricular impact over time. Journal of Dental Education, 66(12), 1323-1330. 4. Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa keperawatan. Aplikasi Pada Praktek Klinik, EGC Jakarta. 5. Zeidner, M. O. S. H. E., & Matthews, G. E. R. A. L. D. (2005). Evaluation anxiety. Handbook of competence and motivation, 141-163. 6. Amila. 2012. Pengaruh Progresive Muscle Relaxation terhadap Penurunan tekanan Darah dan Kecemasan pada 17 Klien dengan Asma Bronkial di Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember 17. Price, Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC. 2015 18. Smeltzer SC, Bare BG. Keperawatan medikal-bedah. Jakarta: EGC.2012. 19. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2009). Janice. Hinkle, Kerry H. cheever. Text bookof Medicalesurgical Nursing Brunner and Suddarths, 135. 20. Tomey, M.A., Alligood, R,M. (2006). Nursing Theorist and Their Work. 6edition. Mosby. 21. Richmon, L.R. (2009) Progressive Muscle Relaxation diakses pada 8 Juni 2017 di http://www.guidetopsychology.c om/pmr.html 22. Hayden, M. (2008). Stress Management : Doing Progressive Muscle Relaxation. Diakses pada 8 Juni 2017 di http://www.webmd.com/balance/ stress-management/stressmanagement-doing-progressivemuscle-relaxation 18