PENGARUH ASAM HUMAT DAN CARA

advertisement
PENGARUH ASAM HUMAT DAN CARA PEMBERIANNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN PADI (Oryza sativa)
MONICA AMANI IHDARYANTI
A14051289
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
MONICA AMANI IHDARYANTI. Pengaruh Asam Humat dan Cara
Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza
sativa). Di bawah bimbingan SUWARDI dan DYAH TJ. SURYANINGTYAS
Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang
ditandai oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia
yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala
penurunan kadar bahan organik tanah diikuti oleh pengerasan tanah dan
penurunan pH. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat
tumbuh secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian bahan amelioran seperti bahan organik bersama-sama dengan
pemberian pupuk kimia. Salah satu kesulitan pemberian bahan organik adalah
memerlukan jumlah yang banyak sehingga sulit dalam pengadaan dan cara
pemberiannya. Oleh karena itu, perlu dicari cara untuk menggantikan peran
bahan organik dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan
pemberiannya. Asam humat merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan
dapat menggantikan peran bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika,
kimia, dan biologi tanah.
Asam humat diharapkan dapat memperbaiki
pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat penyerapan hara
dan air dari tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan cara
pemberian asam humat yang tepat untuk meningkatkan produksi padi.
Percobaan dilakukan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, Institut
Pertanian Bogor dengan tanaman padi var. Ciherang. Tanah yang digunakan
untuk menanam padi di dalam pot berasal dari daerah Situ Gede, Bogor. Padi
diberi pupuk dasar SP-18, KCl, dan urea masing-masing dengan dosis 300 kg/Ha,
200 kg/Ha, dan 200 kg/Ha. Dosis asam humat yang digunakan yaitu 0 L/ha, 5
L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Cara pemberian asam humat dilakukan dengan
disemprotkan di permukaan atas daun, di permukaan bawah daun, dan di atas
tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman padi melalui peningkatan jumlah anakan. Dosis asam
humat 15 L/Ha yang disemprotkan di atas tanah merupakan perlakuan terbaik
yang ditunjukkan oleh jumlah anakan dan bobot gabah kering.
Kata kunci: Asam humat, bahan organik, padi (Oryza sativa)
SUMMARY
MONICA AMANI IHDARYANTI. Effect of Humic Acid and Its Application
Methods on Growth and Productivity of Paddy (Oryza sativa). Supervised by
Suwardi and Dyah Tj. Suryaningtyas
Agricultural land in Indonesia degraded continuously, characterized by
decreasing in soil organic matter resulting from the utilization of chemical
fertilizers which is not followed by organic fertilizers. In the rice field, the
decrease of organic matter is followed by soil compacting and the decrease in soil
pH. In order to increase paddy production, it is needed to improve the soil
qualities plants growth. This can be achieved by providing ameliorants such as
organic matter with chemical fertilizers. But there is a problem in applying
organic matter because of its huge volume. Therefore, it is necessary to find a
way to replace the organic matter with other materials that are easier not only in
procurement but also in application. Humic acid is an extract of organic material
which is expected to be able to replace the role of organic matter in improving
physical, chemical, and biological properties of soils. Humic acid is expected to
be able for improve plant growth through its role in accelerating the absorption of
soil nutrients and water.
The research was conducted in a greenhouse located at Cikabayan, Bogor
Agricultural University with paddy var. Ciherang as the indicator plant. Soil was
taken from Situ Gede, Bogor. Basal fertilizers were 300 kg/Ha SP-18, 200 kg/Ha
KCl, and 200 kg/Ha urea. Humic acid dosages used were 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10
L/Ha and 15 L/Ha. The methods of humic acid application were spraying on the
surface of leaves, spraying underside of leaves, and spraying on the soil.
The result showed that humic acid can increase the growth of rice plants
by increasing tiller number. Humic acid dosage of 15 L/Ha spraying on the soil is
the best treatment indicated by tiller number and dry weight of unhulled rice.
Keyword: Humic acid, organic matter, paddy (Oryza sativa)
PENGARUH ASAM HUMAT DAN CARA PEMBERIANNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS
TANAMAN PADI (Oryza sativa)
MONICA AMANI IHDARYANTI
A14051289
Skripsi
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul
: Pengaruh Asam Humat dan Cara Pemberiannya terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa)
Nama
: Monica Amani Ihdaryanti
NRP
: A14051289
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Suwardi, M. Agr.
Dr. Ir. Dyah Tj. Suryaningtyas Mappl. Sc
NIP : 19630607 198703 1 003
NIP: 19660622 199103 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.
NIP : 19621113 198703 1 003
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 27 Agusus 1987. Penulis
merupakan anak ke-4 dari empat bersaudara pasangan Bapak Dadang Ichdarpasya
dan Ibu Yulianti.
Penulis mengawali jenjang pendidikannya di SD Negeri Cibatu Nagrak,
Sukabumi dan lulus pada tahun 1999. Penulis meneruskan jenjang pendidikan
menengah pertama di SLTP Negeri 1 Cisaat, Sukabumi lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sukabumi. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI, yang kemudian pada semester tiga masuk ke Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama
mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Morfologi dan Klasifikasi Tanah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Asam Humat dan Cara
Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza
sativa)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama penelitian
dan penulisan skripsi, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama kepada :
1. Dr. Ir. Suwardi, M.Agr yang telah membimbing, memberi ide, masukan,
dan membantu penulis dalam membiayai seluruh kegiatan dalam
penelitian ini sampai penelitian ini diselesaikan.
2. Dr. Ir. Dyah Tj. Suryaningtyas, Mappl. Sc yang telah membimbing dan
memberikan
masukan
yang
bermanfaat
kepada
penulis
selama
menyelesaikan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Sri Djuniwati, MSc. selaku dosen penguji yang telah menguji,
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi.
4. Staf Laboratorium (Bu Oktori dan Bu Yani) serta seluruh staf Departemen
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
5. Segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, walaupun
demikian penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Tujuan ................................................................................................
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
4
2.1 Asam Humat ......................................................................................
4
2.1.1 Terminologi dan Definisi Senyawa Humat...............................
4
2.1.2 Karakteristik dan Komposisi Senyawa Humat ........................
5
2.1.3 Peranan Senyawa Humat .........................................................
7
2.2 Padi ....................................................................................................
8
2.2.1 Sejarah Tanaman Padi ..............................................................
8
2.2.2 Syarat Tumbuh Padi .................................................................
8
2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi ................................
9
BAB III. BAHAN DAN METODE ..............................................................
12
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................
12
3.2 Bahan dan Alat ...................................................................................
12
3.3 Metode Penelitian ..............................................................................
12
3.4 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................
14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
16
4.1 Sifat Kimia .........................................................................................
16
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman .......................
18
4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi .....................
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
24
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
24
5.2 Saran ...................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
25
LAMPIRAN ....................................................................................................
28
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian .................................................... 13
2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat
terhadap Sifat-Sifat Tanah ..................................................................... …. 17
3. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman ................... 18
4. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap
Tinggi Tanaman padi Umur 10 MST ......................................................... 19
5. Pengaruh Pemberian Asam Humat Terhadap Jumlah Anakan ................... 19
6. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap
Jumlah Anakan padi Umur 10 MST ........................................................... 20
7. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap
Produksi Padi .............................................................................................. 21
Lampiran
1. Spesifikasi Padi Varietas Ciherang ............................................................. 29
2. Hasil Analisis Kimia Tanah Awal ............................................................... 30
3. Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia Tanah Menurut
Pusat Penelitian Tanah (1993) .................................................................... 30
4. Hasil Analisis Kimia Tanah setelah Aplikasi di Rumah Kaca .................... 31
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai
Fraksi Humat (Tan, 1993) dengan modifikasi ............................................
Halaman
5
2. Skema Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 15
3. Pengaruh Asam Humat terhadap Bobot Gabah Kering .............................. 22
Lampiran
1. Denah Pot Percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap pada Rumah
Kaca ............................................................................................................ 32
2. Kondisi Tanaman Padi pada Penelitian di Rumah Kaca ............................. 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah-tanah pertanian di Indonesia terus mengalami degradasi yang ditandai
oleh penurunan kadar bahan organik tanah akibat pemakaian pupuk kimia yang tidak
disertai pupuk organik. Pada tanah sawah, gejala penurunan kadar bahan organik
tanah ditandai oleh pengerasan tanah, penurunan pH, dan kecenderungan terjadinya
penurunan produksi. Untuk meningkatkan produksi tanaman padi maka perbaikan
sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah harus dilakukan agar tanaman dapat tumbuh
secara optimal. Perbaikan sifat-sifat tanah tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
bahan organik secara berkala bersama-sama dengan pemberian pupuk kimia. Salah
satu kesulitan penggunaan bahan organik adalah membutuhkan jumlah yang banyak
sehingga sulit dalam pengadaan dan cara pemberiannya.
Bahan organik memiliki peranan yang penting dalam memperbaiki sifat-sifat
tanah dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah
diantaranya memperbaiki struktur tanah, aerasi, permeabilitas dan daya ikat terhadap
air. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui
perangsangan perkembangan akar tanaman sehingga memperbaiki pertumbuhan
tanaman. Oleh karena itu perlu dicari bahan untuk menggantikan peran bahan organik
dengan bahan yang lebih mudah dalam pengadaan dan pemberiannya. Asam humat
merupakan ekstrak dari bahan organik diharapkan dapat menggantikan peran bahan
organik untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Asam humat merupakan suatu senyawa organik yang relatif resisten, bersifat
koloidal, berasal dari dekomposisi bahan organik, larut dalam basa dan mengendap
dalam asam. Di alam, senyawa ini dapat ditemukan di dalam bahan organik tanah,
kompos, dan batu bara muda dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda-beda. Di
tanah, asam humat dihasilkan dari penguraian dan modifikasi sisa organisme baik
2
hewan maupun tumbuhan (Stevenson, 1982). Asam humat telah diproduksi secara
komersial dari bahan-bahan endapan organik yang ada di alam.
Potensi penggunaan asam humat yang telah diaplikasikan ke tanaman baik di
laboratorium maupun di lapang telah dilaporkan walaupun masih dalam jumlah
terbatas. Chen dan Aviad (1990) mempelajari penggunaan asam humat untuk
merangsang pertumbuhan tanaman. Pemberian asam humat berpengaruh terhadap
tinggi, berat basah, berat kering, tunas dan akar, jumlah akar lateral, insiasi akar,
pertumbuhan bibit, penyerapan hara dan pembungaan. Dalam skala penelitian kultur
jaringan, Goenadi dan Mariska (1995) melaporkan bahwa penggunaan asam humat
200 mg/L, 300 mg/L, dan 400 mg/L akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan
eksplan kultur jaringan Gnetum gnemon, Elettaria cardamomum, dan Pogostemon
cablin. Menurut Minardi (2010), pemberian asam humat ternyata memacu
pertumbuhan, berat kering tajuk serta akar, serapan P dan hasil (jumlah polong dan
berat biji/tanaman) pada tanaman kedelai. Menurut Nopi (2002) dalam penelitiannya
disebutkan bahwa asam humat nyata menurunkan kadar timbal tersedia dalam tanah
serta asam humat mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan
serapan timbal tanaman.
Dari penelitian di atas nampak jelas bahwa asam humat dapat meningkatkan
produksi beberapa jenis tanaman termasuk untuk tanaman padi. Oleh karena itu asam
humat mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan produksi beras di
Indonesia. Beras merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia.
Permintaan beras semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Menurut data dari Departemen Pertanian, kebutuhan
beras di Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 33.7 juta ton, sedangkan produksi
beras tersedia adalah sebesar 31.2 juta ton, berarti terjadi defisit sebesar 2.5 juta ton.
Oleh sebab itu, kesenjangan antara produksi dan konsumsi perlu diatasi melalui
peningkatan produksi beras dengan meningkatkan produktivitas padi.
Rendahya tingkat produktivitas padi diantaranya dipengaruhi oleh kesuburan
tanah yang rendah. Pemupukan yang tepat dan seimbang merupakan salah satu cara
untuk memperbaiki kesuburan tanah. Akan tetapi akhir-akhir ini timbul permasalahan
3
karena dampak negatif dari pupuk khususnya pupuk kimia. Untuk itu salah satu cara
yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas padi yaitu dengan cara
penambahan asam humat sebagai pengganti bahan organik. Penelitian penggunaan
asam humat terhadap produksi padi masih jarang dilakukan termasuk dosis dan cara
pemberiannya, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Perbedaan pemberian asam
humat untuk mengetahui bahwa asam humat lebih efektif mempengaruhi tanaman
yang diberikan pada daun yang mempunyai stomata atau langsung di semprotkan
pada permukaan tanah.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan metode pemberian asam
humat yang tepat untuk meningkatkan produksi padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam Humat
2.1.1. Terminologi dan Definisi Asam Humat
Terminologi dan definisi bahan organik tanah seringkali dibagi menjadi
bahan terhumifikasi dan bahan tidak terhumifikasi. Bahan tidak terhumifikasi adalah
bagian tanaman dan organisme dengan karakteristik yang jelas seperti karbohidrat,
asam amino, protein, lipid, asam nukleat, dan lignin. Bahan-bahan tersebut
merupakan subjek dari reaksi degradasi dan dekomposisi. Kadang kala bahan ini juga
dapat diserap oleh komponen inorganik tanah seperti liat, atau berada pada kondisi
anaerobik. Pada kondisi tersebut bahan menjadi relatif terlindungi dari dekomposisi.
Fraksi terhumifikasi dikenal dengan humus ataupun sekarang disebut bahan humat
dan dianggap sebagai produk akhir dari hasil dekomposisi bagian-bagian tumbuhan di
dalam tanah (Tan, 1993). Humus merupakan senyawa rumit yang agak tahan lapuk,
berwarna coklat, amorf, bersifat koloidal dan berasal dari jaringan tumbuhan atau
binatang yang telah diubah atau dibentuk oleh berbagai jazad mikro (Soepardi, 1983).
Humus mempunyai sifat fisik yang sangat berpengaruh terhadap tanah dan tumbuhan
Terminologi asam humat berasal dari Berzelius pada tahun 1830 yang
mengklasifikasikan fraksi humat tanah ke dalam : (1) Asam humat, merupakan fraksi
yang larut dalam basa, (2) Asam krenik dan apokrenik, merupakan fraksi yang larut
dalam asam, (3) Humin, merupakan bagian yang tidak larut dalam air dan basa. Asam
humat juga disebut sebagai ulmat dan Humin sebagai ulmin oleh Mulder pada tahun
1840. Sekarang senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal terdispersi
bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul
relatif tinggi (Tan, 1993). Brady (1990) mengemukakan bahwa senyawa humat
merupakan fraksi terhumifikasi dari humus. Asam humat bersifat amorf, berwarna
gelap dan tahan terhadap degradasi mikroba (Stevenson, 1982).
5
2.1.2 Karakteristik dan Komposisi Asam Humat
Asam humat memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi dan kemasaman
yang lebih rendah dibanding asam fulvat. Oleh karena itu, asam humat dapat
memperbaiki sifat dan kualitas tanah. Menurut Schnitzer dan Khan (1978), salah satu
karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk
berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidrosida, mineral, dan organik, termasuk zat
pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion
logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah
sebagaimana dibutuhkan tanaman. Fraksi senyawa humat (asam humat, asam fulvat,
dan humin) mempunyai komposisi yang hampir sama secara kimia, tetapi berbeda
dalam hal bobot molekul dan kandungan gugus fungsionalnya. Asam fulvat
mempunyai bobot molekul rendah, tetapi
kandungan gugus fungsionalnya yang
mengandung O yaitu COOH (karboksil), -OH (fenolik) dan C=O (karbonil) lebih
tinggi persatuan bobot dibandingkan asam humat dan humin (Kononova, 1966)
Arsiati (2002) mendapatkan karakteristik asam humat hasil ekstraksi dari
bahan yang berbeda cukup bervariasi dengan sifat dasar yang sama, yaitu kemasaman
total yang tinggi, terdiri dari gugus karboksil dan gugus fenol, serta kandungan C
tinggi. Kandungan H, N, S, rendah, serta nisbah C/N tinggi. Menurut Tan (1993)
asam humat biasanya kaya akan karbon, kadar karbon sekitar 41-57%, kadar
oksigennya tinggi sedangkan kadar hidrogennya rendah, serta mengandung nitrogen.
Kadar oksigen 33-46%, kadar unsur S sekitar 0.1-0.9%, serta kadar nitrogennya 25%. Asam humat tidak hanya mengandung hara makro C, H, N, dan S, tetapi juga
mengandung unit aromatik dan alifatik, serta total kemasaman yang dipengaruhi oleh
kandungan gugus fenol dan karboksil.
Gugus karboksil asam humat umumnya lebih rendah daripada asam fulvat.
Selain gugus karboksil asam humat juga mengandung sejumlah ragam gugus
hidroksil, yang meliputi hidroksil total, gugus OH-fenolik, dan gugus OH-alkoholik.
Jumlah gugus hidroksil fenolik dan alkoholik tidak berbeda nyata antara asam humat
dan asam fulvat. Kandungan gugus hidroksil dan fenolik tersebut sangat menentukan
total kemasaman suatu asam humat.
6
Kemasaman total atau kapasitas tukar asam humat dalam tanah disebabkan
oleh kehadiran proton yang dapat terdisosiasi atau ion-ion tersebut pada gugus
karboksil aromatik, alifatik, dan hidroksil fenolik. Asam humat mempunyai
kemasaman total dan kadar karboksil yang lebih rendah daripada asam fulvat.
Pemisahan asam humat dari bahan asalnya didasarkan atas kelarutannya
dalam alkali dan asam. Diagram alur untuk pemisahan senyawa-senyawa humat ke
dalam fraksi-fraksi humat yang berbeda dapat terlihat pada Gambar 1.
Bahan Organik Tanah
dengan alkali
Bahan Humat
(larut)
Bahan Bukan Humat
(tidak larut)
dengan alkali
dengan asam
Asam Fulvat
(larut)
Asam Humat
(tidak larut)
disesuaikan ke pH 4.8
Asam Fulvat
(larut)
Humus ß
(tidak larut)
Humin
(tidak larut)
dengan alkohol
Asam Humat
(tidak larut)
Asam
Himatomelanat
(larut)
dengan garam netral
Humat Coklat
(larut)
Humat Kelabu
(tidak larut)
Gambar 1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat menjadi Berbagai Fraksi
Humat (Tan, 1993) dengan Modifikasi.
7
2.1.3 Peranan Asam Humat
Senyawa humat bersamaan dengan liat memiliki peranan yang penting dalam
sejumlah reaksi di dalam tanah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman baik
secara langsung maupun tidak langsung. Asam humat dapat digunakan sebagai
pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman (Tan, 1993).
Secara
tidak
langsung
senyawa
ini
memberikan
pengaruh
yang
sangat
menguntungkan terhadap perkembangan tanaman baik secara fisika, kimia, maupun
biologi tanah (Tan, 1993).
Menurut Schnitzer (1978), satu dari karakteristik yang paling khas dari
senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida,
hidroksida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar beracun lainnya. Sejumlah
senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih,
sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana
dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, khelat logam-organik (organo-metal) yang
terbentuk memiliki sifat tidak larut. Fenomena ini sangat penting dalam menjaga
kualitas lingkungan, dengan mengurangi bahaya toksisitas logam berat terhadap
tanaman, ternak, dan manusia (Orlov,1985)
Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa asam humat berpengaruh langsung
pada pertumbuhan tanaman, di antaranya mempercepat perkecambahan benih,
merangsang
pertumbuhan
akar,
mempercepat
pemanjangan
sel
akar,
dan
mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberikan dalam jumlah yang
tepat. Pemberian asam humat terhadap semaian padi berpengaruh pada pertumbuhan
tinggi dan panjang akar semaian tanaman padi. Penggunaan asam humat dengan
konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Lestari, 2006).
Pembentukan kompleks metal-organik memegang peranan penting dalam
mengontrol konsentrasi dan jumlah logam-logam berat dalam tanah. Dengan
pembentukan kompleks, kadar suatu logam berat dapat diturunkan hingga ke taraf
non toksik (Stevenson, 1982). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Wardani (2002), yang mengemukakan bahwa asam humat nyata menurunkan
8
kadar timbal (Pb) tersedia dalam tanah, sehingga mampu meningkatkan bobot kering
tanaman dan menurunkan serapan timbal oleh tanaman.
Selain berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah, dari segi fisik humus
atau senyawa humat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan agregasi tanah
karena dapat memperbaiki aerasi dan perkolasi serta merangsang pembentukan
struktur tanah yang baik dan mudah diolah. Humus atau senyawa humat dari bahan
organik dapat berinteraksi dengan partikel tanah, membentuk granulasi menjadi
pengikat antar partikel tanah, sehingga dapat mengurangi terjadinya dispersi butir
tanah.
2.2 Padi
2.2.1 Sejarah Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno ini berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah menunjukan bahwa penanaman padi di Zheajiang (Cina)
sudah dimulai pada 3000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di
Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. (Purnamawati dan Purwono,
2007).
Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal padi adalah India Utara
bagian timur, Banglades Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam dan Cina bagian
selatan (Setiono dan Suparyono 1993).
2.2.2 Syarat Tumbuh Padi
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 0C
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis dengan cuaca panas dan
kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata–rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500–2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim
kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat asalkan air irigasi
selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun,
9
karena penyerbukan kurang intensif. Tanaman padi dapat tumbuh pada daerah mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian tempat 0 – 650 meter dpl dengan temperatur 220C–270C sedangkan di
dataran tinggi 650 – 1.500 meter dpl dengan temperatur 190C–230C.
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan laut. Menghendaki tanah lumpur yang subur
dengan ketebalan 18–22 cm Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah
antara pH 4-7.
2.2.3 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :
Kerajaan
: Plantae
Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Poales
Familia
: Poaceae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa
secara keseluruhan terdapat 25 spesies Oryza, dan yang paling dikenal adalah Oryza
sativa dengan dua sub spesies yaitu indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan
Sinica (padi cere). Di Indonesia, menurut lokasi penanamannya padi dibedakan
menjadi dua yaitu padi lahan kering (padi gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan
padi sawah yang ditanam di lahan yang memerlukan penggenangan.
Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif berfungsi mendukung atau
menyelenggarakan proses pertumbuhan berupa akar, batang dan daun sedangkan
bagian generatif berupa malai, buah padi (gabah) dan bunga (Setiono dan Suparyono
1993).
Akar padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji
disebut akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh di dekat buku disebut
10
akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak
mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang,
menyerap nutrient dan air, serta untuk pernapasan. Akar padi adalah akar serabut
yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar
padi terkonsentrasi pada kedalaman antar 10-20 cm.
Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada
akarnya terdapat saluran aerenchyma. Struktur aerenchyma seperti pipa yang
memanjang hingga ujung daun. Aerenchyma berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi
daerah perakaran. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi
juga dapat dibudidayakan pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang)
yang kondisinya aerob.
Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan
yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk
mengalirkan nutrient dan air ke seluruh bagian tanaman. Batang padi berbuku dan
berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga Atau malai muncul
dari buku terakhir pada tiap anakan. Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan
beruas-ruas. Antarruas dipisahkan oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas-ruas
sangat pendek dan bertumpuk rapat. Setelah memasuki stadium refroduktif, ruas-ruas
memanjang dan berongga. Oleh karena itu, stadium reproduktif disebut juga stadium
perpanjangan ruas. Pada buku paling bawah tumbuh tunas yang akan menjadi batang
sekunder. Selanjutnya batang sekunder menghasilkan batang tersier, dan seterusnya.
Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku
tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle),
dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut
daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah
daun per tanaman tergantung varietas.
Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari
buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang
primer tersebut akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang malai diukur dari
buku terakhir sampai butir gabah paling ujung.
11
Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai
sari pendek dan dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai 2
tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih dan ungu. Sekam
mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma, sedang yang atas disebut palea.
Pada dasar bunga terdapat dua mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula.
Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea. Lodicula mudah mengisap air
dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari
akan keluar air. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan
penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup
kembali.
Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm.
Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa
nasi (pulen, pera, atau ketan).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian rumah kaca dilakukan pada bulan Maret sampai November 2009 di
Kebun Cikabayan kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah yang dilakukan di
Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan benih padi varietas Ciherang, tanah yang
digunakan sebagai media tanam adalah tanah sawah di wilayah Situ Gede, Darmaga,
Bogor yang diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm. Pupuk dasar yang
digunakan untuk pemupukan tanaman padi adalah SP-18 300 kg/Ha, KCl 200 kg/Ha,
dan pupuk Urea 200 kg/Ha. Asam humat yang digunakan untuk penelitian ini setara
dengan 0 L/Ha, 5 L/Ha, 10 L/Ha, dan 15 L/Ha. Dalam pengendalian hama dan
penyakit digunakan pestisida yang biasanya digunakan petani setempat yaitu Decis
dan Curracron.
Alat yang digunakan terdiri dari alat untuk penelitian di lapang seperti ember
plastik, selang, sprayer, meteran, bambu, sungkup dan alat-alat untuk analisis
laboratorium.
3.3 Metode Penelitian
Pengujian asam humat menggunakan tanaman padi yang ditanam di dalam pot
(ember plastik) yang berisi tanah sebanyak 12.5 kg BKM, tiap pot terdapat 2 buah
tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 12
perlakuan yaitu ada 3 cara pemberian dengan 4 dosis asam humat. Sebagai kontrol
atau perlakuan tanpa asam humat diambil satu, sehingga total jumlah perlakuan
menjadi 10 (Tabel 1).
13
Tabel 1. Dosis Asam Humat dan Cara Pemberian
NO
KODE
1.
K
2.
H5A
PERLAKUAN
Kontrol (Asam humat 0 lt/ha)
Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di atas daun
3.
H5B
Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 5.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun
4.
H5T
Asam humat 5 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 5.1 ml/ember disemprotkan ke tanah
5.
H10A
Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di atas daun
6.
H10B
Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 10.1 ml/ember disemprotkan di bawah daun
7.
H10T
Asam humat 10 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 10.1 ml/disemprotkan ke tanah
8.
H15A
Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di atas daun
9.
H15B
Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 15.2 ml/ember disemprotkan di bawah daun
10.
H15T
Asam humat 15 L/Ha dengan pengenceran 200 kali setara
dengan 15.2 ml/ember disemprotkan ke tanah
Analisis data dengan menggunakan Analisis of Variances (ANOVA) dengan
uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Model linear pada
penelitian ini adalah:
Yij = µ + i + εij
i
= perlakuan, i = K, H5A, H5B, H5T, H10A, dst.
j
= ulangan, j = 1, 2, 3.
Yij
= respon pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
14
µ
i
εij
= rataan umum
= pengaruh perlakuan ke-i
= error atau galat pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Benih padi disortasi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih dengan kondisi
baik, kemudian benih direndam dalam air selama 24 jam. Media persemaian
menggunakan tanah dan casting dengan perbandingan 1:1. Persemaian dilakukan
selama 2 minggu, setelah dua minggu bibit padi ditransplanting ke pot. Satu pot berisi
4 bibit padi, pemberian pupuk dasar SP-18 dan KCl dilakukan setelah proses
transplanting, sedangkan pupuk Urea diberikan pada saat 7 hari setalah tanam (HST)
dan 30 HST Ketika tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) dilakukan
penjarangan tanaman sehingga menjadi 2 tanaman setiap pot. Pemberian asam humat
dengan perlakuan diberikan pada permukaan atas daun, permukaan bawah daun, serta
disemprotkan langsung ke permukaan tanah, dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada
saat fase vegetatif pada 2 MST dan 4 MST (Gambar 2).
Pengamatan yang dilakukan ketika tanaman masuk fase vegetatif adalah
tinggi tanaman dan jumlah anakan dan pada saat panen dilakukan pengamatan jumlah
anakan produktif, panjang malai, bobot basah gabah, bobot kering gabah, bobot basah
jerami, dan bobot kering jerami. Sebelum dan sesudah penanaman padi, dilakukan
analisis tanah yang meliputi analisis pH, C-organik, N-total, KTK, dan P-tersedia.
15
Pelumpuran
Penyemprotan asam humat
Gambar 2. Skema Pelaksanaan Penelitian
Penyemaian
Transplanting
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Kimia
Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada
lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Data Analisis Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)
menunjukkan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai reaksi
tanah yang agak masam (pH H2O 5.62), C-organik rendah (1.2%), N-total rendah
(0.13%), KTK sedang (19 me/100g), P-tersedia rendah (6.7 ppm), Ca-dd tinggi
(11.66 me/100g), Mg- dd tinggi (2.75 me/100g), K-dd sangat rendah (0.09 me/100g),
dan Na-dd rendah (0.37 me/100g). Berdasarkan peta tanah Bogor (Syakur, 2010)
contoh tanah yang digunakan dalam penelitian ini termasuk Inceptisol, yang berbahan
induk dari batu liat yang diperkaya oleh tuff volkan dari gunung Salak. Curah hujan
yang sangat tinggi di Bogor menyebabkan basa-basa tercuci. Tingginya nilai Ca-dd
dan Mg-dd diatas, diduga berhubungan dengan pola tanaman yang diterapkan petani
setempat yaitu dua kali sawah dan 1 kali tegalan, dimana pada saat menjadi tegalan
tanah ditanami jagung yang selain diberi pupuk juga diberi kapur.
Hasil analisis tanah setelah penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa asam
humat dapat meningkatkan kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, dan KTK.
Secara umum peningkatan paling tinggi adalah pada perlakuan 15 L/Ha asam humat
yang diberikan di permukaan tanah. Peningkatan ini mengubah status N-total dari
rendah menjadi sedang, P-tersedia dari rendah menjadi tinggi, dan KTK dari sedang
menjadi tinggi.
17
Tabel 2. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Sifat-Sifat
Tanah.
Perlakuan
pH
Walkey and
Black
Kjeldhal
Bray 1
C-Organik
(%)
N-Total
(%)
P
(ppm)
NH4OAc pH 7.0
Ca
Mg
K
Na
KTK
(me/100 gram)
KB
(%)
KONTROL
5.74
1.57
0.17
10.15
10.68
2.38
0.03
0.31
20.08
67
H5A
5.82
1.60
0.18
11.20
11.96
2.55
0.05
0.45
20.11
75
H10A
5.73
1.71
0.21
11.20
12.04
2.62
0.05
0.29
21.15
71
H15A
5.83
1.74
0.19
12.61
10.91
2.56
0.05
0.31
22.61
61
H5B
5.81
1.60
0.19
11.20
10.84
2.43
0.03
0.29
20.40
67
H10B
5.80
1.78
0.19
11.91
11.19
2.66
0.05
0.31
21.64
66
H15B
5.80
1.81
0.19
12.61
11.54
2.65
0.05
0.27
22.86
63
H5T
5.70
1.81
0.21
11.91
12.10
2.63
0.05
0.45
21.08
72
H10T
5.82
1.85
0.20
12.26
12.13
2.70
0.05
0.36
22.11
69
H15T
5.77
1.85
0.24
13.31
12.35
2.71
0.03
0.39
23.07
67
Menurut Tan (1993) asam humat memiliki nilai KTK yang tinggi, sehingga
penambahan asam humat yang disemprotkan ke tanah dengan dosis 15 L/Ha dapat
meningkatkan KTK. Hal ini disebabkan karena asam humat mengandung –COOH
(karboksil) dan –OH (fenolik), yang merupakan sumber muatan negatif. Semakin
tinggi asam humat maka sumbangan gugus fungsional dari karboksil (-COOH) dan
fenolik (-OH) semakin besar, yang berarti pula muatan negatif tanah semakin
meningkat. Peningkatan muatan negatif ini terukur sebagai peningkatan KTK tanah.
Nilai C-organik yang
bertambah tinggi disebabkan karena asam humat ini
merupakan fraksi terhumifikasi dari humus (Brady,1990), dengan kadar karbon 4157% (Tan, 1993) sehingga asam humat mengandung C yang tinggi. Selain menyuplai
C-organik asam humat yang merupakan fraksi terhumifikasi dari humus juga
merupakan sumber nitrogen. Menurut Tan (1993), kadar nitrogen dalam asam humat
berkisar antara 2-5%. Dengan demikian asam humat menyebabkan nilai N-total
menjadi tinggi. Selain N-total dan C-organik yang meningkat, pemberian asam humat
juga meningkatkan P-tersedia dalam tanah. Gugus karboksil dan fenolik dalam asam
humat mempunyai sifat dapat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari larutan tanah,
membentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion
18
Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang, sehingga fosfat tersedia
akan lebih banyak.
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman Padi
Pertumbuhan tinggi tanaman mulai terlihat cepat ketika tanaman memasuki 5
MST (Tabel 3), yaitu setelah diberi perlakuan asam humat yang kedua. Hal ini
disebabkan karena pemberian asam humat meningkatkan N-total (N-total). Unsur N
pada tanaman berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif terutama untuk memperbesar
dan mempertinggi tanaman (Yusuf, 2011).
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi Tanaman
Waktu pengamatan (minggu ke-) dalam cm
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KONTROL
29.2
44.5
55.4
65.3
78.8
89.6
93.0
97.9
99.5
100.8
H5A
31.9
48.8
59.5
67.2
83.1
91.2
97.5
98.9
102.3
102.6
H10A
31.9
50.1
60.4
70.5
81.8
90.3
93.9
96.5
98.3
101.0
H15A
32.3
49.4
62.7
69.4
80.3
92.7
98.4
100.4
100.9
102.1
H5B
30.6
48.7
59.1
67.9
80.1
92.4
98.6
100.8
102.0
103.1
H10B
30.6
48.9
59.4
67.9
80.4
89.5
95.5
100.7
100.6
102.5
H15B
32.3
49.6
61.7
68.6
82.4
91.4
96.0
97.9
99.7
100.6
H5T
29.7
46.9
58.5
67.6
84.3
91.3
96.9
100.6
102.3
103.3
H10T
H15T
31.6
32.4
49.8
48.9
62.0
61.1
70.0
67.9
81.6
79.6
93.0
94.7
98.3
98.6
101.0
102.3
103.3
104.4
104.7
105.1
Walaupun asam humat terlihat meningkatkan tinggi tanaman padi (Tabel 3) ,
akan tetapi pemberian asam humat ini secara statistik tidak menunjukkan pengaruh
yang nyata baik disemprotkan di permukaan atas daun, bawah daun, atau di atas
pemukaan tanah (Tabel 4).
19
Tabel 4. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Tinggi
Tanaman Padi Umur 10 MST
Perlakuan
KONTROL
H5A
H10A
H15A
H5B
H10B
H15B
H5T
H10T
H15T
Tinggi tanaman (cm)
100.8a
102.6a
101.0a
102.1a
103.1a
102.5a
100.6a
103.3a
104.7a
105.1a
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
Jumlah Anakan Tanaman Padi
Asam humat berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi, terlihat
dengan adanya peningkatan jumlah anakan yang lebih banyak pada tanaman diberi
asam humat dibandingkan dengan kontrol. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kenaikan
jumlah anakan terjadi pada 5 MST yaitu setelah pemberian asam humat yang kedua.
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Asam Humat terhadap Jumlah Anakan
Waktu pengamatan (minggu ke-) dalam batang
Perlakuan
KONTROL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
0
2
5
9
10
14
17
18
18
H5A
0
1
3
8
13
15
18
20
20
20
H10A
0
1
3
9
11
13
15
18
19
19
H15A
0
1
3
9
12
14
18
21
22
22
H5B
0
1
3
7
10
13
17
21
22
20
H10B
0
1
3
7
9
12
15
18
20
19
H15B
0
1
3
7
9
12
15
18
20
20
H5T
0
1
3
7
11
15
17
20
20
22
H10T
0
1
3
9
11
13
15
18
19
20
H15T
0
1
3
8
12
16
23
25
26
26
20
Selanjutnya, pengujian statistik menunjukkan asam humat berpengaruh
terhadap jumlah anakan (Tabel 6). Menurut uji lanjut DMRT pada taraf 5% perlakuan
yang menunjukkan adanya pengaruh nyata tersebut adalah perlakuan 15 L/Ha asam
humat yang disemprotkan ke permukaan tanah. Perlakuan ini juga menunjukkan
pertumbuhan terbaik dari tanaman padi.
Salah satu unsur hara yang meningkat pada saat pemberian asam humat
adalah nitrogen. Nitrogen merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya
terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif
dan meningkatkan jumlah anakan (Wahid, 2011).
Selain nitrogen, asam humat juga mengandung suatu senyawa yang bersifat
sebagai zat perangsang pertumbuhan tanaman, berupa senyawa organik yang dapat
mendukung proses fisiologi tanaman, (Brady 1990). Lebih lanjut Gardiner dan Miller
(2004) menyatakan bahwa senyawa yang memicu pertumbuhan tanaman dalam asam
humat sangat banyak, seperti vitamin, asam amino, auksin, dan Indole Acetic Acid
(IAA).
Tabel 6. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Jumlah Anakan
Tanaman Padi Umur 10 MST
Perlakuan
KONTROL
H5A
H10A
H15A
H5B
H10B
H15B
H5T
H10T
H15T
Jumlah Anakan (batang)
18c
20bc
19bc
22b
20bc
19bc
20bc
22b
20bc
26a
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5%.
21
Pemberian auksin pada tanaman akan meningkatkan permeabilitas dinding sel
yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk
membentuk klorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan
fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang
meningkat dan bersama dengan auksin akan bergerak ke akar untuk memacu
pembentukan giberelin dan sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan
perkembangan akar. Penambahan kandungan auksin di akar akan meningkatkan
tekanan turgor akar sehingga giberelin dan sitokinin di akar akan diangkut ke bagian
tajuk tanaman. Dengan penambahan sitokinin dan giberelin maka terjadi peningkatan
kandungan sitokinin dan giberelin di tajuk tanaman dan akan meningkatkan jumlah
sel (oleh hormon sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersamasama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat
proses pertumbuhan vegetatif tanaman (Anonim, 2011).
4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Tanaman Padi
Asam humat dengan dosis asam humat dan cara pemberiannya berpengaruh
terhadap peningkatan anakan produtif tanaman, bobot gabah basah, bobot gabah
kering, dan bobot jerami basah. Selanjutnya dengan uji lanjut Duncan 5%, perlakuan
15 L/Ha asam humat yang diberikan ke permukaan tanah memberikan hasil yang
terbaik.
Tabel 7. Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Asam Humat terhadap Produksi Padi
Perlakuan
Jumlah
Anakan
Produktif
(per pot)
Panjang
Malai (cm)
KONTROL
H5A
H10A
H15A
H5B
H10B
H15B
H5T
14c
17abc
15bc
18ab
18ab
15bc
17abc
18ab
22.7a
22.6a
22.4a
23.0a
22.5a
22.0a
22.6a
23.1a
Bobot
Gabah
Basah
Bobot
Gabah
kering
Bobot
Jerami
Basah
Bobot
Jerami
Kering
------------------- gram /Tanaman----------------82.5c
53.2a
23.7bc
23.0bc
86.3bc
52.5a
32.1ab
30.2ab
17.4c
76.4c
50.7a
18.4c
31.1ab
93.8bc
54.5a
32.4a
34.6a
107.6ab 56.0a
35.4a
16.1c
80.1c
49.5a
17.6c
35.2a
126.1a
57.9a
36.9a
31.7a
82.9c
53.7a
33.3a
22
H10T
H15T
15bc
20a
22.6a
22.9a
22.5c
40.7a
21.5c
39.6a
93.3bc
98.1bc
57.1a
56.9a
Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata menurut DMRT 5%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lestri (2006), pemberian asam humat
langsung pada tanah berpengaruh baik terhadap panjang akar tanaman. Oleh sebab itu
semakin tinggi konsentrasi asam humat yang diberikan maka akar tanamannya
semakin panjang. Akar yang semakin panjang ini memberikan efek yang baik bagi
tanaman, karena daya serap dan jelajah akar semakin optimal untuk mencari unsur
hara dalam tanah. Kemampuan sel tanaman dalam menyerap nutrisi semakin baik,
sebagai akibat dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang meningkat (Tabel 2). Hal
tersebut dikarenakan penyerapan nutrisi oleh tanaman melalui mekanisme pertukaran
ion dengan penyerapan nutrisi yang semakin baik, maka semakin banyak anakan
yang menghasilkan malai.
Pemberian asam humat 15 L/Ha yang disemprotkan ke permukaan tanah
nyata meningkatkan produksi gabah kering (Tabel 7) melalui peningkatan jumlah
anakan. Gambar 3 menunjukkan pengaruh asam humat terhadap bobot gabah kering.
Hal ini berhubungan dengan P-tersedia yang meningkat setelah perlakuan (Tabel 2),
Fosfor berfungsi untuk penyusunan inti sel, lemak dan protein, fosfor juga berfungsi
untuk pertumbuhan akar, pembungaan, pemasakan buah/biji/gabah (Yusuf, 2011).
23
Ket: H5 = asam humat 5 L/Ha
H10 = asam humat 10 L/Ha
H15 = asam humat 15 L/Ha
A = disemprotkan diatas daun
B = disemprotkan dibawah daun
T = disemprotkan pada permukaan tanah
Gambar 3. Pengaruh Asam Humat terhadap Bobot Gabah Kering
Peningkatan produksi gabah kering juga dapat disebabkan oleh suplai
hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, sitokinin, dan giberelin yang terdapat di
dalam asam humat (Anonim, 2011). Auksin berfungsi merangsang proses
perkecambahan biji dan memacu proses terbentuknya akar dan pertumbuhannya.
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan dan pembesaran sel sehingga mampu
memacu pertumbuhan dan mencegah kerusakan pada hasil panen, menjadi lebih
awet. Hormon giberelin berfungsi utuk meningkatkan pembungaan dan pembuahan,
meningkatkan prosentase jadinya bunga dan buah, serta mengurangi kerontokan
bunga dan buah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemberian asam humat dengan dosis 15 L/Ha pada tanaman padi yang
disemprotkan langsung ke permukaan tanah menghasilkan produksi yang terbaik
dibandingkan dengan kontrol.
5.2 Saran
1. Penelitian di lapang dengan skala yang lebih besar perlu dilakukan untuk
menguji hasil penelitian rumah kaca ini.
2. Penelitian sejenis dengan menggunakan tanaman yang lain dan dosis asam
humat lebih tinggi perlu dicobakan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa
Bandung.
Anonim. 2011. Asam Humat (Humic Acid). http://18arnev.blogspot.com/. (Diakses
20 Februari 2011).
Anonim. 2011. Hormonik (Hormon Tumbuh/ZPT). http://hijauqoe.wordpress.com.
(Diakses 20 februari 2011).
Arsiati, A. 2002. Sifat-sifat Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Berbagai Jenis Bahan
dan Pengekstrak. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of soil. 10th ed. The Macmillan CO.
New York.
Brady, N. C. and Weil, R. R. 2002. The Nature and Properties of soil. 13th ed.
Prentice Hal. New Jersey.
Chen, Y. and T. Aviad. 1990. Effect of Humic Substance on Plant Growth. In : P.
Mac Charthy et al., (eds). Humic Substance in Soil and Crops Sciences.
Selected Reading. Am. Soc. Agron. Soil Sci. Am., Madison. WI. P:161-186.
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Willey and
sons, Inc. New York.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Petunjuk Teknis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk
Edisi ke-2. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Gardiner, D. T. and Miller, R. W. 2004. Soil in Our Environment. Tenth Edition.
Pearson Education, Inc., Uppersaddle; New Jersey.
Goenadi, D. H and I. Mariska. 1995. Shot Initiation and Growth Enchanment by
Humic Acid in Tissue Culture of some Crops Species. Plant Cell Rep.
15: 59-62
Kononova, M. 1966. Soil Organik Matter: Its Nature, Its Role in Soil Formation and
in Soil Fertility. Pergamon Press. London
26
Lestri, A. 2006. Studi Pemanfaatan Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Andosol dan
Gambut dalam Pertumbuhan Semaian Padi. [Skripsi]. Program Studi Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Orlov, D. S. 1985. Humus Acid of Soil. Moscow University Publisher. Moscow.
378pp.
Purnamawati, H. dan Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Schnitzer, M and S. Khan U. 1978. Soil Organic Matter.
Publising Compani. Amsterdam.
Elsevier Scientific
Setiono, A. dan Suparyono. 1993. Padi. Penebar Swadya. Jakarta.
Stevenson, F. J 1982. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reactions. A Willey
& Sons, Inc.New York.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syakur, A. 2010. Keragaman Tanah pada Berbagai Satuan Lahan di Kabupaten
Bogor. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.Bogor.
Minardi, S. 2010. Peran Asam Humat dan Fulvat Bahan Organik dalam Pelepasan P
Terjerap pada Andisol. http://www.uns.ac.id/cp/penelitian.php. (Diakses 7
Juni 2010.).
Tan, K. H. 1993. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York.
Wahid,
Abdul.
Peranan
Pupuk
NPK
pada
Tanaman
padi.
http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0160.pdf. (Diakses 20
Februari 2011)
Wardani, N. 2002. Pengaruh Pemberian Asam Humat Sebagai Bahan Ameliorant
Tanah terhadap Pertumbuhan dan Serapan Timbal Tanaman Bayam pada
Tanah yang Tercemar Logam Berat Timbal (Pb). [Skripsi]. Program Studi
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Yustiana, Y. 2007. Efektifitas Asam Humik dan Mikrob Daun dalam Meningkatkan
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. [Skripsi]. Program Studi Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
27
Yusuf, T. 2011. Unsur Hara dan Fungsinya. http://tohariyusuf.wordpress.com/.
(Diakses 20 Februari 2011)
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Tabel Spesifikasi Padi Varietas Ciherang.
Kriteria
Komoditas
Tahun
Nomor pedigiri
Asal persilangan
Anakan produktif
Bentuk gabah
Bobot 1000 butir
Dilepas tahun
Golongan
Hasil
Tekstur nasi
Tinggi tanaman
Warna kaki
Warna batang
Warna daun
telinga
Warna lidah daun
Warna daun
Warna muka daun
Posisis daun
Daun bendera
Bentuk gabah
Kerontokan
Kerebahan
Umur tanaman
Warna gabah
Tahan Hama
Tahan Penyakit
Keterangan
Anjuran
Status
Kontak
Keterangan
Padi Sawah
2000
S3383-1D-PN-41-3-1
IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64/////IR64
14-17 batang
Panjang ramping
27-28 gram
2000
Cere
5 -8,5 t/ha
Pulen
107-115 cm
Hijau
Hijau
Putih
Hijau
Kasar pada sebelah bawah
Tegak
Tegak
Panjang ramping
Sedang
Sedang
116-125 hari
Kuning bersih
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan 3
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3
Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV
Baik ditanam di lahan sawah irigasi sampai 500 m dpl
Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau
dengan ketinggian di bawah 500 m dpl
Komersial
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
33
Asam humat
Kondisi padi 4MST
Kondisi padi 11MST
Rumah kaca lokasi penelitian
Kondisi padi 8MST
Kondisi padi 14 MST
Gambar Lampiran 2. Kondisi Tanaman Padi pada Penelitian di Rumah Kaca
Download