ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny K UMUR 38 TAHUN G 4P3A0 UMUR KEHAMILAN 11 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Rosiana Arsyad NIM B11 167 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny K UMUR 38 TAHUN G 4P3A0 UMUR KEHAMILAN 11 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Rosiana Arsyad NIM B11 167 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny K G4P3A0 Umur Kehamilan 11 Minggu dengan Abortus Inkompit Di Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasihkepada : 1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Rahajeng Putriningrum, SST,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Drg. Basoeki Soetarjo, selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Ny. K dan keluarga yang telah bersedia menjadi subyek studi kasus dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. iv Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Surakarta, Penulis v Maret 2014 Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 Rosiana Arsyad B11 167 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny K UMUR 38 TAHUN G4P3A0 UMUR KEHAMILAN 11 MINGGU DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 Xii + 88 halaman + 11 lampiran INTISARI Latar Belakang : Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan, terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2013- November 2013 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 2369 orang, jumlah ibu hamil patologi 1513 orang dan ibu hamil dengan abortus inkomplit 261 orang (17,2%). Tujuan : Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit dengan mengunakan pendekatan manajemen kebidanan tujuh langkah varney. Metode Penelitian : Jenis studi kasus yang digunakan yaitu deskritif, lokasi di bangsal mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, subjek pada kasus ini pada ibu hamil Ny. K G4P3A0 dengan abortus inkomplit, waktu pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 Maret 2014, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang meliputi pemeriksaan fisik, wawancara, dan observasi serta data sekunder yang meliputi studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Hasil : Evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Vital Sign : tekanan darah : 120/70 mmHg, respirasi : 24 x/menit, nadi : 84 x/menit, suhu : 36 0C, perdarahan pervaginam berupa flek-flek, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya, infus telah dilepas, ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : Amoxcillin 500mg 3x1, Sulfat ferosus 500mg 3x1, Metil ergometrin 500mg 3x1, Vitamin C 50mg 3x1 dan ibu diperbolehkan untuk pulang. Kesimpulan : Pada kasus ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberian terapi. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu hamil, Abortus Inkomplit Kepustakaan : 25 literatur (Tahun 2003 s/d 2012) vi MOTTO v Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Alam Nasyrah : 6-7). v Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya (HR. Tabrani). v Ketauhilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan (HR. Tirmidzi). v Sesungguhnya masa kritis itu melahirkan semangat. Suatu urusan tidak akan terasa luas kecuali apabila telah terasa sempit dan keutamaan cahaya fajar tidak akan tampak kecuali setelah kegelapan malam nan kelam (Jamaluddin Al-Afghani). PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini saya persembahkan : 1. Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga tersusunya KTI ini 2. Bapak ibu tercinta Muh.Badruddin, S.PdWaryanti, S.Pd atas kasih sayang, doa restunya,dukungan baik moral maupun material 3. Kakakku tersayang Nasrul dan Afrillia buat semangat yang selalu diberikan untuk menyelesaikan KTI ini 4. Dosen Pembimbingku yang telah memberi bimbingan sehingga terselesaikan KTI ini 5. Semua teman-teman tersayang (meida,putri,ayu,lisa,uty,icha,darsini dll) yang telah memberikan semangat, dukungannya dan berjuang bersama selama ini vii CURICULUM VITAE BIODATA Nama : Rosiana Arsyad Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 10 Januari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat Rumah : Tlawong Rt 01 Rw 01 Sawit Boyolali RIWAYAT PENDIDIKAN 1. MI Kiyaran Sawit Lulus tahun 2005 2. SMP Negeri 1 Sawit Lulus tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Banyudono Lulus tahun 2011 4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2011 viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMANPERSETUJUAN........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI........................................................................................................ vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii CURICULUM VITAE ................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 2 C. Tujuan Studi Kasus................................................................... 3 D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 4 E. Keaslian Studi Kasus ................................................................ 5 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis .............................................................................. 8 1. Kehamilan ......................................................................... 8 2. Abortus .............................................................................. 12 3. Abortus Inkomplit .............................................................. 18 B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 24 C. Landasan Hukum ...................................................................... 43 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ...................................................................... 47 B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 47 C. Subjek Studi Kasus ................................................................... 47 D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 47 ix E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 48 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 48 G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan ..................................................... 51 H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 52 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN BAB V A. Tinjauan Kasus ......................................................................... 53 B. Pembahasan .............................................................................. 79 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 85 B. Saran ......................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Lembar Format Askeb Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 10. Leaflet Lampiran 11. Lembar Konsultasi xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortilitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012). Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi pada tahun 2000. Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka kematian ibu sampai tiga perempat dalam kurun waktu 1990 dan 2015, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO, 2012). Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. Jika dibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Vietnam sama seperti negara Malaysia, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2008). 1 2 Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mengatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2012). Penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan, terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5% (Depkes, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Januari 2013- November 2013 didapatkan jumlah ibu hamil normal sebanyak 2369 orang, jumlah ibu hamil patologi 1513 orang, ibu hamil dengan anemia 656 orang (43,3%), ibu hamil dengan pre eklamsia berat 407 orang (26,9%), ibu hamil dengan abortus inkomplit 261 orang (17,2%), ibu hamil dengan abortus imminens 126 orang (8,3%), ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum 31 orang (2%), ibu hamil dengan hipertensi 29 orang (1,9%), ibu hamil dengan pre eklamsia ringan 3 orang (0,19%). Berdasarkan data di atas, masih tingginya angka kejadian abortus yang menyebabkan perdarahan, sehingga penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0 dengan Abortus Inkomplit di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0 3 dengan Abortus Inkomplit di RSUD Dr. Moewardi dengan pendekatan Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney?”. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit dengan mengunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian data dasar pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. b. Penulis mampu menginterpretasikan data untuk diagnosa atau masalah pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. c. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. d. Penulis mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, rujukan pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. e. Penulis mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. f. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. 4 g. Penulis mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan abortus inkomplit. h. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. i. Penulis mampu menemukan alternatif pemecahan masalah pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. D. Manfaat 1. Bagi Penulis Pengalaman paling berharga bagi penulis, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. 2. Bagi Profesi Tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan kebidanan yang efisien, efektif, dan aman khususnya pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. 3. Bagi Institusi a. Rumah Sakit Mampu meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit dan hasil dari asuhan kebidanan diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk Rumah sakit. 5 b. Pendidikan Menambah referensi perpustakaan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit. E. Keaslian Studi Kasus Penulisan studi kasus tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus inkomplit, pernah dilakukan oleh : 1. Anik Indri Hirmawati (2012), dengan judul “ Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Ny. S G2P1A0 umur 31 tahun dengan abortus incompletus di bangsal mawar 1 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan yang di berikan antara lain memberikan informasi tentang kondisi ibu, melakukan informed concent untuk tindakan curettage, observasi perdarahan pervaginam, observasi tanda-tanda vital, memasang O2 3 liter/jam, memasang infus RL 20 tetes per menit, memberikan injeksi ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg secara IV. Hasil setelah diberikan asuhan uterus keras dan pengeluaran pervaginam berupa flek-flek darah, terapi obat telah diberikan, infuse sudah dilepas, tidak ada tanda-tanda infeksi yaitu kolor, rubor, dan tumor. Perbedaan antara studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian studi kasus terletak pada pemberian terapi dan pemasangan O 2. Sedangkan persamaannya terletak pada asuhan yang diberikan. 6 F. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah studi kasus ini terdiri dari V BAB dan disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I adalah pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada BAB II adalah tinjauan pustaka yang terdiri atas kehamilan meliputi pengertian, tanda dan gejala hamil, komplikasi kehamilan, abortus meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi abortus, komplikasi, abortus inkomplit meliputi pengertian, tanda dan gejala, gejala klinik, diagnosa, penanganan, teori manajemen kebidanan dan landasan hukum. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada BAB III adalah metodologi penelitian yang terdiri atas jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data, alat-alat yang dibutuhkan, jadwal penelitian. BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Pada BAB IV adalah tinjauan kasus dan pembahasan yang terdiri atas tinjauan kasus berisi tentang hasil pengambilan data yang relevan dengan kebutuhan kasus serta disajikan dalam 7 bentuk asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta catatan perkembangan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning). Pembahasan berisi tentang analisis data yang membandingkan antara kasus yang diteliti dengan teoriteori yang berkaitan dengan kasus tersebut. Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus sehingga dari hal itulah dapat diketahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan antara teori dengan fakta kasus yang terkait. BAB V PENUTUP Pada BAB V adalah kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjawab dari tujuan dan inti dari pembahasan kasus. Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan masalah, kesenjangan dan hendaknya saran itu dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan a. Pengertian Fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010). b. Tanda dan gejala hamil Menurut Ari Sulistyawati (2009), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu : 1) Tanda pasti kehamilan a) Terdengar denyut jantung janin (DJJ) b) Terasa gerak janin c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada gambaran embrio 8 9 d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 16 minggu). 2) Tanda tidak pasti kehamilan a) Rahim membesar b) Tanda Hegar c) Tanda Chadwick Yaitu warna kebiruan pada serviks, vagina dan vulva. d) Tanda Piskacek Yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol jelas kearah pembesaran tersebut. e) Braxton Hicks Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan diraba) akan mudah berkontraksi f) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat g) Ballottement positif Jika dilakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu dengan cara menggoyangkan-goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa “pantulan” di sisi lain. h) Tes urine kehamilan (tes HCG) positif Tes urine dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon gonadotropin dalam urine. Kadar yang 10 melebihi ambang normal, mengidentifikasi bahwa wanita mengalami kehamilan. 3) Dugaan hamil a) Amenorrhoea/tidak mengalami menstruasi sesuai siklus (terlambat haid) b) Nausea (mual), anoreksia (kehilangan selera terhadap makanan), emesis (muntah-muntah), dan hipersalivasi c) Pusing d) Miksing/sering buang air kecil e) Obstipasi f) Hiperpigmentasi: strie, cloasma, linea nigra g) Varises h) Payudara menegang i) Perubahan perasaan j) BB bertambah 4) Diagnosis banding a) Pseudosiesis (kehamilan palsu ) b) Kistoma ovarii c) Mioma uteri d) Retensi urine (bendungan kantong kemih) e) Menopause/ Amenorrhoea sekunder 11 c. Komplikasi pada kehamilan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) komplikasi dalam kehamilan antara lain : 1) Abortus Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. 2) Anemia Kehamilan Anemia kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. 3) Hyperemesis Gravidarum Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita hyperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit kurang, dan timbul aseton dalam air kencing. 12 4) Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplementasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. 2. Abortus a. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010). Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong perkemihan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 13 b. Etiologi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2009) beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain : 1) Faktor janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. 2) Faktor ibu a) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid b) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakit lupus c) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti, toksoplasma, herpes, dan klamidia d) Kelemahan otot leher rahim e) Kelainan bentuk rahim 3) Faktor bapak Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus. 4) Faktor genetik Sekitar 5% abortus terjadi ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 14 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. 5) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15% wanita dengan abortus yang rekuren. c. Patofisiologis Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta lengkap (Rukiyah dan Yulianti, 2009). d. Klasifikasi Abortus Menurut Rukiyah dan Yulianti (2009) klasifikasi abortus antara lain : 1) Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tidak didahului faktor-faktor mekanik ataupun medisinalius, semata-mata disebabkan oleh faktor ilmiah. 15 2) Abortus provokatus Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun alat-alat abortus. 3) Abortus Medisianalis Abortus medisianalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). 4) Abortus Kriminalis Abortus kriminalis adalah abortus yang disengaja karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. 5) Unsafe Abortion Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup kehamilan dan prosedur standar yang aman sehingga membahayakan keselamatan jiwa pasien. 6) Abortus Imminens Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjuk ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup,uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, tidak ditemukan kelainan pada serviks. 16 7) Abortus Insipiens Abortus insipiens adalah terjadi perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, dengan tanda-tanda perdarahan sedang hingga masih/banyak, kadang keluar gumpalan darah, serviks terbuka, uterus sesuai masa kehamilan, kram nyeri perut bawah karena kontraksi rahim kuat, akibat kontraksi uterus terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi. 8) Abortus Inkomplit Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta. Ditandai dengan perdarahan sedang, hingga masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus, serviks terbuka, uterus sesuai usia kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules, ekspulsi sebagian hasil konsepsi. 9) Abortus Komplit Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh dari hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri, ditandai dengan perdarahan bercak hingga sedang, serviks 17 terbuka, uterus lebih kecil dari usia gestasi, sedikit atau tanpa nyeri perut bawah dari riwayat hasil konsepsi. 10) Missed Abortus Missed abortus adalah perdarahan pada kehamilan muda, disertai retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu lebih. Ditandai dengan gejala amenorrhoea, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaannya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi melainkan bertambah rendah, diiringi dengan reaksi yang menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati, serviks tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya dingin atau kosong. 11) Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. e. Komplikasi 1) Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya (Rukiyah dan Yulianti 2009). 2) Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita 18 perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi perlu histerektomi (Rukiyah dan Yulianti, 2009). 3) Infeksi Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortion) (Rukiyah dan Yulianti, 2009). 4) Syok Syok (syok pada abortus hemoragik) bisa terjadi dan karena karena perdarahan infeksi berat (syok endoseptik) (Rukiyah dan Yulianti, 2009). 3. Abortus Inkomplit a. Pengertian Abortus inkomplit adalah sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Batasan ini masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010). Abortus inkomplit adalah keguguran-tidak lengkap, sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian 19 (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim (Pudiastuti, 2012). b. Tanda dan Gejala 1) Perdarahan sedang hingga masih/banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah 2) Uterus sesuai masa kehamilan 3) Kram atau nyeri perut bawah dan terasa mules-mules 4) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus 5) Sering servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali (Pudiastuti, 2012). c. Gejala klinik Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur kehamilan tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit. Sebagian jaringan masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan 20 teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi, jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan (Prawirohardjo, 2010). Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi kemudian disiapkan tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil mengganjal konsepsi terjadinya secara manual kontraksi agar jaringan uterus segera yang dikeluarkan (Prawirohardjo, 2008). d. Diagnosa Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksinya mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering terdapat pula terasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan servik, dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina (Prawirohardjo, 2006). 21 e. Penanganan Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase (Prawirohardjo, 2010). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), penanganan abortus inkomplit antara lain : 1) Pada ibu yang mengalami abortus inkomplit jika perdarahan tidak begitu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan dokter ahli kandungan). 2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya 22 dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten. 3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg), evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit dengan instruksi dokter). Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika (Prawirohardjo, 2010). f. Penatalaksanaan Post Curretage Menurut Saifuddin (2005), pada kasus abortus inkomplit penatalaksaan post curettage ialah : 23 1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan 2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis lepaskan peralatan infus 3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien 4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan 5) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kepada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan 6) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan ditemukan perubahanperubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca tindakan. 24 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen proses kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien. Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi (Sulistyawati, 2009). Manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan antisipasi, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Varney, 2007). Teori manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan masalah-masalah ibu dan anak serta keluarga berencana yang khususnya diberikan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan baik secara individu, keluarga maupun masyarakat. Dimana di dalam melaksanakan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah varney (Varney,2007). 2. Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney Penerapan manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan abortus Inkomplit menurut 7 langkah Varney meliputi : 25 Langkah I : Pengkajian Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan atau data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan (Hidayat dan Wildan, 2008). a. Data Subjektif Adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allow anamnesis) (Hidayat dan wildan, 2008). 1) Identitas Nama : Digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain (Marmi, 2012). Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien berisiko tinggi atau tidak, <16 tahun atau >35 tahun (Marmi, 2012). Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2012). Suku bangsa : Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya (Marmi, 2012). Pendidikan : Berpengaruh dan untuk dalam tindakan kebidanan mengetahui sejauh 26 mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal (Marmi, 2012). 2) Keluhan Utama : Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada pasien dengan abortus inkomplit mengatakan mengeluarkan darah sedang hingga banyak, kram atau nyeri perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi (Saifuddin, 2004). 3) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status pernikahan sah atau tidak, lama pernikahan, ini suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2009). 4) Riwayat Menstruasi Mengetahui tentang menarche, siklus, dismenorhea, umur berapa, lama menstruasi, banyaknya menstruasi dan untuk 27 mengetahui untuk hari pertama menentukan menstruasi tanggal kelahiran terakhir dari serta persalinan (Wiknjosastro, 2007). Abortus inkomplit terjadi pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo, 2010). 5) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Kehamilan :Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak (Prawirohardjo, 2005). Persalinan :Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada oleh perdarahan, siapa, waktu dimana, persalinan tempat ditolong melahirkan (Prawirohardjo, 2005). Nifas :Luka-luka jalan lahir, seperti episiotomi yang telah dijahit (Prawirohardjo, 2005). 6) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang lalu : Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, hipertensi (Ambarwati 2010). dan dan asma Wulandari, 28 Riwayat kesehatan sekarang : Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Riwayat kesehatan keluarga : Untuk mengetahui adanya penyakit menurun seperti asma, DM, hipertensi, jantung, serta penyakit menular seperti TBC, epilepsi, yang dapat mempengaruhi kehamilan serta adanya riwayat keturuna kembar (Prawirohardjo, 2005). 7) Riwayat Keluarga Berencana Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan alat kontrasepsi atau belum, jika pernah lamanya berapa tahun, jenis KB yang digunakan dan ada keluhan atau tidak selama penggunaan alat kontrasepsi tersebut (Varney, 2004). 8) Riwayat Kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang yang meliputi hari pertama haid terakhir (HPHT), gerak janin (kapan mulai dirasakan, kapan mulai ada perubahan), tanda-tanda bahaya (termasuk rabun senja), keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obat- 29 obatan (termasuk jamu-jamuan), kekhawatiran yang dirasakan (Mandriwati, 2008). 9) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). b) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). c) Aktifitas dan istirahat Aktifitas dan istirahat yang perlu ditanyakan adalah aktifitas sebelum dan selama hamil misalnya memasak, menyapu, mencuci atau pekerjaan rumah tangga yang lainnya (Pusdiknakes, 2003). d) Seksualitas Untuk mengetahui pola hubungan seksual, frekuensi berhubungan, kelainan dan masalah seksual (Ummi Hani dkk, 2010). e) Personal hygiene 30 Untuk mengetahui kebesihan tubuh apakah terutama ibu selalu menjaga pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010). 10) Psikososial Budaya Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan tentang kehamilan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelahiran yang diharapkan, dukungan keluarga terhadap kehamilan ini, keluarga lain yang tinggal serumah, pantangan makanan dan kebiasaan dalam kehamilan (Varney,2007). b. Data Objektif 1) Status Generalis a) Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum (Marmi, 2012). b) Pemeriksaan Fisik : Tensi : Tekanan darah mengetahui perlu diukur untuk nilai dasar perbandingan selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada saat mengindikasi awal pemeriksaan potensi (Rukiyah dan Yulianti, 2010). dapat hipertensi 31 Suhu : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, karena adanya sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus, maka terjadi nekrosis dan menimbulkan sehingga tubuh membusuk infeksi pada menyebabkan (Wiknjosastro, sehingga desidua, kenaikan 2005). suhu Untuk mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang normal adalah 36 0C sampai 37 0 C (Prawirohardjo, 2005). Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan (Alimul, 2006). Nadi : Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut jantung yang teratur kira-kira 70 denyut per menit dengan rentang antara 60-100 denyut per menit. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan frekuensi jantung sejak usia kehamilan 4 minggu sekitar 15-20 denyut per menit (Mandriwati, 2008). 32 Respirasi : Untuk menghitung frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2005). Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar 12-20 kali dalam 1 menit (Mandriwati, 2008). Berat badan : Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan pasien selama hamil (Alimul, 2006). Sebelum hamil : Berat badan ibu sebelum hamil tidak boleh kurang dari 38 kg, karena jika berat badan ibu kurang dari 38 kg maka ibu termasuk faktor resiko ibu hamil (Depkes, 2010). Selama hamil : Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu badan ibu dari sebelum hamil, dihitung mulai trimester I sanpai trimester III yang berkisar antara 9-13,5 kg (Mandriwati, 2008). Tinggi badan : Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Nursalam, 2008). Lila : Untuk mengetahui lingkar lengan ibu minimal 23,5 cm atau tidak, sehingga resiko tinggi atau tidak (Alimul,2006). 33 c) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala Rambut : Mengetahui warna rambut, kebersihan dan rambut mudah rontok atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Muka : Dikaji apakah muncul cloasma gravidarum, yang bias muncul pada wanita hamil pada umur kehamilan 12 minggu karena pengaruh hormon kortikusteroid plasenta (Prawirohardjo, 2006). Mata : Conjugtiva merah atau tidak, pucat atau tidak, sclera ikterik atau tidak (Alimul,2006). Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, perdarahan akut maupun kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Hidung : Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan (Alimul,2006). Untuk mendeteksi adanya polip atau tidak, polip terjadi di mukosa dan merupakan tonjolan 34 kecil yang menyerupai tumor jinak (Brooker, 2009). Telinga : Apakah ada kelainan atau tidak, apakah simetris atau tidak (Alimul,2006). Mulut : Apakah ada caries atau tidak, mulut bersih atau kotor, lidah stomatitis atau tidak (Wiknjosastro, 2005). (2) Leher Adakah pembesaran pada kelenjar gondok, kelenjar getah bening atau tidak, tumor ada atau tidak (Varney,2004). (3) Dada dan Axilla Dalam pemeriksaan dada dan Axilla pada kasus abortus inkomplit menurut Prawirohardjo (2006) yaitu : Dada : Pemeriksaan payudara mengenai bentuk, kesimetrisan, ada tidaknya benjolan, nyeri tekan. Mammae : Ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, kolostrum sudah keluar apa belum. Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri tekan. 35 (4) Genetalia : Untuk mengetahui keadaan genetalia eksternal yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak oedema, pembesaran kelenjar bartholini dan cairan yang keluar. Pada pemeriksaan dalam ditemukan kanalis servikalis masih terbuka, dan teraba jaringan dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2010). Perdarahan sedang, hingga masih/banyak dan setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus (Rukiyah dan Yulianti, 2010). (5) Ektremitas : Apakah terdapat varises atau tidak, ada oedema atau tidak, reflek patella positif atau negatif (Prawirohardjo, 2006). 2) Pemeriksaan Khusus Obstetri Dalam pemeriksaan abdomen pada kasus abortus inkomplit yaitu : Inspeksi : Untuk mengetahui ada bekas operasi atau tidak, bentuk perut normal atau tidak, adanya linea, strie atau tidak, adanya kelainan atau tidak, dan adanya pergerakan janin atau tidak (Prawirohardjo, 2006). 36 Palpasi : Leopold I bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian janin yang ada di fundus dan bagian janin yang ada di fundus (Ari Sulistyawati, 2009). Dan adakah kram nyeri bawah perut atau tidak, pada kasus abortus inkomplit tinggi fundus uteri sesuai masa kehamilan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 3) Pemeriksaan Penunjang Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit ialah pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2010). Langkah II : Interpretasi Data Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar (Wildan dan Hidayat, 2008). a. Diagnosa Kebidanan Ny… umur… G… P… A… umur kehamilan … minggu dengan Abortus Inkomplit Data Dasar : 1) Data subjektif 37 (a) Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa sakit dan mengeluarkan darah bergumpal dari jalan lahir (Prawirohardjo, 2006). (b) Ibu mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu dan sekarang meliputi Hari Pertama Menstruasi Terakhir (Prawirohardjo, 2006). 2) Data Objektif Data Objektif meliputi dari pemeriksaan auskultasi, palpasi, inspeksi dan perkusi, antara lain : (a) Keadaan Umum (b) Vital sign (1) Tekanan darah (2) Suhu (3) Nadi (4) Respirasi (c) Uterus sesuai masa kehamilan (d) Serviks terbuka (e) Perdarahan sedang hingga masih/banyak (Rukiyah dan Yulianti, 2010). b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004). Masalah pada kasus abortus inkomplit adalah 38 pasien merasa cemas karena mules dan nyeri perut bagian bawah (Pudiastuti, 2012). c. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009). Kebutuhan pasien pada kasus abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang abortus inkomplit (Taber, 2003). Langkah III :Diagnosa Potensial dan Antisipasi Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan masalah atau diagnosis potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada kasus abortus inkomplit diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah perdarahan apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya, infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus dan syok karena perdarahan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Langkah IV :Tindakan Segera Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Wildan dan Hidayat, 2008). Pada 39 kasus abortus inkomplit kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage (Pudiastuti, 2012). Langkah V : Perencanaan Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Wildan dan Hidayat, 2008). Menurut Pudiastuti (2012), Rukiyah dan Yulianti (2010) perencanaan asuhan pada kasus abortus inkomplit yaitu : 1) Pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik 2) Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien 3) Observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre curettage 4) Lakukan informed consent untuk dilakukan tindakan curettage 5) Berikan terapi a) Perdarahan tidak begitu banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral b) Perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral 40 c) Usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam. 6) Siapkan pasien dan peralatan untuk curettage a) Persiapan pasien (1) Pasien tidak makan atau minum (2) Pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam (3) Anestesi lokal b) Peralatan untuk curettage (1) Speculum dua buah (2) Sonde uterus (3) Cunam muzeus atau cunam porsio (4) Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar (5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6) Cunam abortus kecil dan besar (7) Pinset dan klem (8) Kain steril (9) Sarung tangan dua pasang Langkah VI : Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya 41 (Wildan dan Hidayat, 2008). Pelaksaan perencanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu : 1) Melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik 2) Memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien 3) Melakukan observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre curettage 4) Melakukan informed consent umtuk dilakukan tindakan curettage 5) Memberikan terapi a) Perdarahan tidak begitu banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral b) Perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral c) Usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam. 6) Menyiapkan pasien dan peralatan untuk curettage a) Persiapan pasien (1) Pasien tidak makan atau minum (2) Pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam (3) Anestesi lokal 42 b) Peralatan untuk curettage (1) Speculum dua buah (2) Sonde uterus (3) Cunam muzeus atau cunam porsio (4) Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar (5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) (6) Cunam abortus kecil dan besar (7) Pinset dan klem (8) Kain steril (9) Sarung tangan dua pasang Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Wildan dan Hidayat, 2008). Evaluasi pada abortus inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemia, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus, syok, infeksi dan perdarahan. Setelah itu beri obat-obatan uterotonika dan antibiotika. (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 43 Data Perkembangan Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP, menurut Varney (2004) antara lain : S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment. A : Analisis Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa/masalah serta antisipasi masalah potensial. P : Planing Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment C. Landasan Hukum Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 Penyelenggaraan Praktik Bidan : BAB II Perizinan Pasal 2 : tentang Izin dan 44 (1) Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. (2) Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III (D III) Kebidanan. BAB III Penyelenggaraan Praktik Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana Pasal 13 : (1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan pasal 12, bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : (a) pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit (b) asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter (c) penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan 45 (d) melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan (e) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah (f) melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas (g) melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyulit lainnya (h) pencegahan pelayahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi (i) pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah. (2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu. BAB IV Pencatatan dan Pelaporan Pasal 20 : (1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan. 46 (2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat praktik. (3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus Jenis studi kasus yang digunakan yaitu observasional deskriptif adalah pendekatan yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggunakan jenis studi kasus observasional deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. B. Lokasi Studi Kasus Lokasi studi kasus adalah menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi pengambilan studi kasus dilaksanakan di Bangsal Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus adalah yang akan dikenai kegiatan pngengambilan kasus (Arikunto, 2006). Subjek kasus ini dilaksanakan pada Ibu Hamil Ny.K G4P3A0 dengan Abortus Inkomplit. 47 48 D. Waktu Studi Kasus Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Waktu studi kasus dilaksanakan pada tanggal 22-24 Maret 2014. E. Instrumen Studi Kasus Instrumen penelitian studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan selama melakukan studi kasus ini adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil dan lembar dokumentasi pasien atau lembar status pasien. F. Teknik Pengumpulan Data Observasi atau penelitian adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukur dan mencatatnya. Oleh karena itu, metode pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur terstandar (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengumpulan data primer dan data sekunder, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah secara langsung diambil dari objek/ objek penelitian oleh (Riwidikdo, 2013). peneliti perorangan maupun organisasi 49 a. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien sistematis, antara lain : 1) Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Pada kasus abortus inkomplit setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus (Pudiastuti, 2012). Pada kasus ini ibu mengalami perdarahan sekitar 50 cc dan keluar jaringan seperti gajih. 2) Palpasi Palpasi adalah suatu teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembaban dan ukuran (Nursalam, 2008). Pada kasus abortus inkomplit uterus sesuai masa kehamilan (Rukiyah dan Yuliati, 2010). Pada kasus ini tinggi fundus uterus tidak teraba. 3) Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan oleh tubuh menggunakan stetoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu 50 normal atau tidak (Nursalam, 2008). Pada kasus ini DDJ tidak terdengar. 4) Perkusi Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara (Nursalam, 2008). Pada kasus ini Reflek Patella kanan dan kiri positif. b. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012). c. Observasi Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindaraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan Observasi meliputi Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu pada ibu hamil Ny.K G4P3A0 dengan Abortus Inkomplit. 51 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial atau non komersial (Notoatmodjo, 2012). a) Dokumentasi Dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi resmi maupun dokumentasi tidak resmi (Notoatmodjo, 2012). Dalam pengambilan kasus abortus inkomplit menggunakan dokumentasi dari catatan rekam medis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. b) Studi kepustakaan Studi kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi berita berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikemukakan oleh berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2012). Studi kepustakaan yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini diambil dari referensi tahun 2003-2012. G. Alat-alat yang Dibutuhkan Dalam penelitian ini terdiri dari berbagai tindakan, sehingga alat yang digunakan berbeda-beda dalam setiap tindakan. 1. Pemeriksaan dan anamnesis a) Lembar panduan observasi b) Tensi meter dan stetoskop 52 c) Thermometer 2. Curettage a) Speculum dua buah b) Sonde uterus c) Cunam muzeus atau cunam porsio d) Berbagai ukuran busi (dilatators) Hegar e) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) f) Cunam abortus kecil dan besar g) Pinset dan klem h) Kain steril i) Sarung tangan dua pasang 3. Wawancara a) Lembar pengkajian b) Buku tulis c) Alat tulis H. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian adalah dalam bagian ini diuraikan langkahlangkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian (terlampir). BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. K Umur 38 Tahun G4P3A0 Umur Kehamilan 11 Minggu dengan Abortus Inkomplit Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta I. Ruang : Bangsal Mawar 1 Tanggal Masuk : 22 Maret 2014 No.Register : 01224240 PENGKAJIAN A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI 1. Nama : Ny. K Nama : Tn. A 2. Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun 3. Agama : Islam Agama :Islam 4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia 5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK 6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta 7. Alamat : Tempelrejo Rt03/03 Punggawan, Banjarsari B. ANAMNESE ( DATA SUBYEKTIF ) : Tgl 22 Maret 2014 Pukul 12.00 WIB 1. : Ibu Keluhan utama pada waktu masuk mengatakan merasa hamil 3 bulan, perdarahan 53 54 sejak 4 hari yang lalumerongkol, nyeri perut bagian bawah, keluar jaringan seperti gajih. 2. Riwayat menstruasi : a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur 10 tahun b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 5 hari d. Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut 3-4 kali e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar ± 50cc g. Dismenore : Ibu mengatakan tidak nyeri perut saat menstruasi sampai menggangu aktifitas 3. Riwayat hamil ini a. HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 4 Januari 2014 b. Gerakan janin : Ibu mengatakan belum merasakan ada gerakan janin c. Vitamin/jamu yang dikonsumsi : Ibu mengatakan mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan dan tidak mengkonsumsi jamu 55 d. Keluhan-keluhan pada Trimester I : Ibu mengatakan mual dan pusing e. Trimester II : Belum dilakukan Trimester III : Belum dilakukan ANC : 1kali teratur,di bidan saat umur kehamilan 4 minggu f. Penyuluhan yang pernah di dapat : Ibu mengatakan mendapatkan belum penyuluhan apapun g. Imunisasi TT : Ibu mengatakan imunisasi TT sudah lengkap h. Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan cemas karena keluar darah dari jalan lahirnya 4. Riwayat penyakit a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan sedang penyakit tidak saat ini menderita apapun seperti demam, flu dan batuk b. Riwayat penyakit sistemik 1) Jantung : Ibu mengatakan tidak sering berdebar-debar di dada bagian kiri, tidak pernah merasakan 56 nyeri pada daerah dada bagian kiri, tidak mudah lelah dan tidak keluar keringat dingin pada telapak tangan 2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri tekan pada pinggang kanan dan kiri serta tidak nyeri saat buang air kecil 3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas dan tidak pernah batuk berkepanjangan dalam waktu lebih dari 3 minggu 4) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit, kuku tidak tampak berwarna kuning 5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit gula dengan gejala mudah lapar, haus serta sering buang air kecil lebih dari 6 kali dalam waktu semalam 6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada tengkuk leher dan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg 7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang hingga mengeluarkan busa dari mulut 57 8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain seperti malaria, demam berdarah dan HIV/AIDS c. Riwayat penyakit keluarga :Ibu mengatakan dari pihak keluarga maupun keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti nyeri dada bagian kiri, penyakit gula, sesak nafas, tekanan darah tinggi dan penyakit menular seperti batuk yang lama dan penyakit kuning d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari pihak keluarga maupun keluarga suaminya tidak ada yang memiliki keturunan kembar e. Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun 5. Riwayat Perkawinan a. Status perkawinan : Sah kawin : 1 kali b. Kawin I : umur 16 tahun, dengan suami umur 18 tahun. Lamanya: 22 tahun, anak 3 orang 58 6. Riwayat Keluarga Berencana Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB pil lamanya 1 tahun dan tidak ada keluhan selama penggunaan 7. N TGL/THN O PARTUS TEMPAT PARTUS Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu UMUR JENIS PENO KHMLN PARTUS LONG ANAK JK BB NIFAS PB KEAD LAKTASI KEADAAN ANAK SEKARANG 1 1992 RS 38+2 mg Spontan Bidan P 2100 gr 47cm Baik ASI Hidup 2 1994 RB 39 mg Spontan Bidan P 3000gr 49cm Baik ASI Hidup RB +5 Spontan Bidan P 3000gr 50cm Baik ASI Hidup 3 2000 4 Hamil 38 mg Sekarang 8. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi sedang menu nasi, sayur, lauk dan minum air putih ± 8 gelas per hari Selama haml : Ibu mengatakan makan sedikit tapi sering menu nasi, sayur, lauk dan minum air putih ± 8 gelas per hari dan minum 1 gelas susu b. Eliminasi Sebelum hamil : Ibu mengatakan buang air besar 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan buang air kecil 3-4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine 59 Selama hamil : Ibu mengatakan buang air besar 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan buang air kecil 5-7 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine c. Aktifitas Sebelum hamil : Ibu mengatakan sebelum hamil mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari Selama hamil : Ibu mengatakan saat hamil mengurangi pekerjaan rumah d. Istirahat / Tidur Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 6 jam Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam e. Seksualitas Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 3 kali dalam seminggu Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam satu bulan f. Personal Hygiene Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan ganti pakaian, pakaian dalam 2 kali sehari 60 Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari dan ganti pakaian, pakaian dalam 2 kali sehari g. Psikososial budaya 1) Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan senang terhadap kehamilan ini 2) Kehamilan ini direncanakan / tidak : Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan 3) Jenis kelamin yang diharapkan : Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki 4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilannya 5) Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan anaknya 6) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan 7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan : Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan h. Penggunaan obat-obatan / rokok Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan kecuali dari bidan dan ibu tidak merokok 61 C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF ) 1. Status generalis a. Keadaan Umum : Baik b. Kesadaran : Composmentis c. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit S 2. : 36,50C d. TB e. BB sebelum hamil : 62 kg f. BB sekarang : 64 kg g. LLA : 24 cm R : 24 x/menit : 165 cm Pemeriksaan Sistematis a. Kepala 1) Rambut : Bersih, berwarna hitam, dan tidak berketombe 2) Muka : Tidak oedema, dan tidak ada cloasmagravidarum 3) Mata a). Oedema : Tidak oedema b). Conjungtiva : Berwarna merah muda c). Sklera 4) Hidung : Berwarna putih : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada sekret 5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen 62 6) Mulut / gigi / gusi : Tidak stomatitis, tidak caries dan gusi tidak berdarah b. Leher a) c. Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran b) Tumor : Tidak ada benjolan c) : Tidak ada pembesaran Pembesaran Kelenjar Limfe Dada dan Axilla 1) Mammae a) Membesar : Normal b) Tumor : Tidak ada benjolan c) Simetris : Kanan dan kiri simetris d) Areola : Menghitam e) Puting susu : Menonjol f) : Belum keluar Kolostrum 2) Axilla d. a) Benjolan : Tidak ada benjolan b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan Ektremitas 1) Varices : Tidak ada varices 2) Oedema : Tidak ada oedema 3) Reflek Patella : Positif kanan dan kiri 4) Kuku : Bersih, pendek dan berwarna merah muda 63 3. Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis ) a. Abdomen 1) Inspeksi a). Pembesaran Perut : sesuai dengan kehamilan b). Bentuk perut : memanjang c). Linea alba / nigra : Linea nigra d). Striae Albican / Livide : Tidak ada striae e). Kelainan : Tidak ada kelainan f). Pergerakan anak : Tidak ada 2) Palpasi a) Kontraksi : Tidak ada b) Leopold I : Tidak dilakukan c) Leopold I : Tidak dilakukan d) Leopold III : Tidak dilakukan e) Leopold IV : Tidak dilakukan f) : Tidak teraba TFU Mc. Donald g) TBJ : Tidak dilakukan 3) Auskultasi DJJ : Punctum maximum :Tidak terdengar Frekuensi :Tidak terdengar Teratur / Tidak : Tidak terdengar umur 64 b. Pemeriksaan Panggul 1) Kesan panggul : Tidak dilakukan 2) Distantia spinarum : Tidak dilakukan 3) Distantia kristarum : Tidak dilakukan 4) Konjugata Eksterna (Boudeloque)` : Tidak dilakukan 5) Lingkar panggul c. : Tidak dilakukan Anogenital 1) Vulva Vagina a) Varices : Tidak ada varices b) Luka : Tidak ada luka c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan d) Nyeri : Tidak nyeri e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada pembesaran f) Pengeluaran pervaginam : Keluar jaringan/massa 2) Pemeriksaan Dalam a) Dinding Vagina : Normal b) OUE : Terbuka c) Portio : Lunak 3) Perinium a) Bekas luka : Tidak ada bekas luka b) Lain-lain : Tidak ada kelainan 65 4) Anus 4. a) Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid b) Lain-lain : Tidak ada kelainan Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan Hb 13,8 gr/dL b. Pemeriksaan penunjang lain : Pemeriksaan USG : tampak uterus membesar, tampak gambaran massa amorf, DJJ negatif. II. INTERPRETASI DATA Tanggal : 22 Maret 2014 Pukul :12. 05 WIB A. Diagnosa Kebidanan Ny. K G4P3A0 umur 38 tahun umur kehamilan 11minggu dengan abortus Inkomplit Data Dasar : DS : 1. Ibu mengatakan bernama Ny. K dan berumur 38 tahun 2. Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke empat dan belum pernah keguguran 3. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 4 Januari 2014 66 4. Ibu mengatakan merasa hamil 3 bulan, terjadi perdarahan sejak 4 hari yang lalu, merongkol,nyeri perut bagian bawah, keluar jaringan seperti gajih. DO : 1. 2. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit S : 36,50C R : 24 x/menit Pemeriksaan Abdomen : TFU tidak teraba, Massa negatif DJJ 3. 4. : Negatif Pemeriksaan Dalam Dinding Vagina : Normal OUE : Terbuka Portio : Lunak Pemeriksaan USG : Tampak uterus membesar, tampak gambaran massa amorf, DJJ negatif. B. Masalah Ibu mengatakan cemas karena ada darah yang keluar dari jalan lahir dan perutnya terasa nyeri. C. Kebutuhan Memberi dukungan moril dan memberitahu tentang abortus inkomplit 67 III. DIAGNOSA POTENSIAL Terjadi syok hipovolemik dan perdarahan IV. TINDAKAN SEGERA Melakukan kolaborasi dengan residen Obsgyn untuk tindakan curretage V. RENCANA TINDAKAN Tanggal 22 Maret 2014 Pukul 12.10 WIB 1. Beritahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan 2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan 3. Berikan motivasi dan dukungan moril pada ibu 4. Lakukan informed consent untuk melakukan curettage 5. Observasi Keadaan Umum dan Vital Sign 6. Observasi perdarahan 7. Siapkan advis residen obsgyn untuk tindakan curettage a. Pro curettage b. Puasakan pasien 2 jam c. Pasang infus RL 20 tetes per menit d. Siapkan tindakan curettage e. Siapkan anestesi (Ketalar 20mg dan ketamin 20mg) f. Tindakan curettage akan dilakukan pukul 14.00 WIB oleh residen 68 VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN Tanggal 22 Maret 2014 1. Pukul 12.15 WIB Pukul 12.15 WIB memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami abortus inkomplit yaitu pengeluaran hasil konsepsi (janin) sebelum umur kehamilan 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. 2. Pukul 12.17 WIB menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu mengalami abortus inkomplit dan tindakan yang akan dilakukan yaitu Curretage 3. Pukul 12.20 WIB memberikan motivasi dan dukungan moril pada ibu dengan keadaan yang sedang dialaminya. 4. Pukul 12.23 WIB melakukan informed consent untuk melakukan curettage. 5. Pukul 12.25 WIB mengobservasi Keadaan Umum dan Vital Sign. 6. Pukul 12.30 WIB mengobservasi perdarahan. 7. Pukul 12.34 WIB menyiapkan advis residen obsgyn : a. Pro curretage,memberitahu pasien bahwa akan dilakukan tindakan currettage b. Pasien mulai puasa 2 jam c. Memasang infus RL 20 tetes per menit d. Menyiapkan tindakan curettage 1) Sendok Curretage 2) Spekulum sym posterior dan sym anterior 69 3) Sonde Uterus 4) Tenakulum 5) Tampon tang 6) Tang abortus 7) Kassa steril 8) Kapas steril 9) Air savlon 10) Kom betadine 11) Lampu sorot 12) Sarung tangan steril 13) Duk steril VII. e. Menyiapkan anestesi (ketalar 20mg dan ketamin 20mg) f. Tindakan curettage akan dilakukan pukul 14.00 WIB oleh residen EVALUASI Tanggal 22 Maret 2014 Pukul 12.40 WIB 1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan mengerti bahwa akan dilakukan tindakan curettage. 3. Motivasi dan dukungan moril pada ibu telah dilakukan dan ibu menerima keadaan yang sedang dialaminya. 4. Keluarga sudah menandatangani informed consent untuk melakukan curettage. 70 5. Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Vital Sign : Tekanan Darah : 120/90 mmHg Respirasi : 26 x/menit Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,40C 6. Jumlah perdarahan ± 50 cc. 7. Telah disiapkan advis residen obsgyn untuk tindakan curretage 71 DATA PERKEMBANGAN I Tanggal 22 Maret 2014 S O A Pukul 13.45 WIB : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan siap untuk dilakukan curettage 2. Ibu mengatakan sudah puasa mulai jam 12.00 WIB 3. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah 4. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah : Data Objektif 1. Keadaan Umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,40C 4. Abdomen : TFU tidak teraba, massa negatif 5. Pengeluaran pervaginam : Darah ± 50 cc 6. Infus RL masih terpasang 20 tetes per menit : Assesment Ny. K G4P3A0 umur 38 tahun hamil 11 minggu dengan abortus inkomplit P : Planning Tanggal 22 Maret 2014 1. Mengobservasi perdarahan Pukul 13.50 WIB 72 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter anestesi untuk segera dilakukan anestesi (ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg) 3. Melakukan tindakan curretage Evaluasi : Tanggal 22 Maret 2014 Pukul 14.30 WIB 1. Jumlah perdarahan ± 50 cc 2. Telah dilakukan anestesi (ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg) secara IV melalui selang infus 3. Curettage sudah selesai pukul 14.20 WIB dengan hasil tindakan curettage berupa stosel dan perdarahan jumlah ± 20 cc dan pasien masih dalam pengaruh obat anestesi 73 DATA PERKEMBANGAN II Tanggal 22 Maret 2014 S O A Pukul 15.00 WIB : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan perutnya terasa mules 2. Ibu mengatakan kepalanya sedikit pusing : Data Objektif 1. Keadaan Umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg Respirasi : 24 x/menit Nadi : 86 x/menit Suhu : 360C 4. Abdomen : Kontraksi uterus keras 5. Pengeluaran pervaginam : Darah ± 30 cc 6. Infus RL masih terpasang 20 tetes per menit : Assesment Ny. K P3A1 umur 38 tahun post curretage abortus inkomplit P : Planning Tanggal 22 Maret 2014 1. Mengobservasi perdarahan 2. Memantau infus 3. Memindahkan pasien ke bangsal Pukul 15.10 WIB 74 4. Memberikan terapi oral post curretage : a. Amoxcillin 500 mg 3x1 b. Sulfat Ferosus 500 mg 3x1 c. Metil ergometrin 500 mg 3x1 d. Vitamin C 50 mg 3x1 Evaluasi : Tanggal 22 Maret 2014 Pukul 15.20 WIB 1. Jumlah perdarahan ± 30 cc 2. Infus masih terpasang 20 tetes per menit 3. Pasien sudah di pindah ke bangsal 4. Terapi telah diberikan kepada ibu dan ibu bersedia untuk minum secara teratur : a. Amoxcillin 500 mg 3x1 b. Sulfat Ferosus 500 mg 3x1 c. Metil ergometrin 500 mg 3x1 d. Vitamin C 50 mg 3x1 75 DATA PERKEMBANGAN III Tanggal 23 Maret 2014 S O Pukul 12.00 WIB : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan sudah lega 2. Ibu mengatakan perutnya mules 3. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah : Data Objektif 1. Keadaan Umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg Respirasi : 24 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,60C 4. Abdomen : Kontraksi uterus keras 5. Pengeluaran pervaginam : Darah ± 30 cc dengan warna merah kehitaman dan encer 6. A Infus RL masih terpasang 20 tetes per menit : Assesment Ny. K P3A1 umur 38 tahun 1haripostcurettageabortus inkomplit P : Planning Tanggal 23 Maret 2014 1. Mengobservasi perdarahan 2. Memantau infus Pukul 12.10 WIB 76 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan post curettage yaitu ibu harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktifitas terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. 4. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat 5. Memberikan terapi oral : 6. a. Amoxcillin 500mg 3x1 b. Sulfat Ferosus 500mg 3x1 c. Metil ergometrin 500mg 3x1 d. Vitamin C 50mg 3x1 Menganjurkan ibu dan keluarga untuk menghubungi petugas kesehatan apabila sewaktu-waktu ada keluhan Evaluasi : Tanggal 23 Maret 2014 Pukul 12.50 WIB 1. Jumlah perdarahan ± 30 cc 2. Infus masih terpasang 20 tetes per menit 3. Ibu sudah mengerti tentang perawatan post curettage 4. Ibu bersedia untuk istirahat 5. Terapi telah diberikan kepada ibu dan ibu bersedia untuk minum secara teratur : a. Amoxcillin 500 mg 3x1 b. Sulfat Ferosus 500 mg 3x1 77 6. c. Metil ergometrin 500 mg 3x1 d. Vitamin C 50 mg 3x1 Ibu dan keluarga bersedia untuk menghubungi petugas kesehatan apabila sewaktu-waktu ada keluhan 78 DATA PERKEMBANGAN IV Tanggal 24 Maret 2014 S O Pukul 09.00 WIB : Data Subjektif 1. Ibu mengatakan perutnya masih sedikit mules 2. Ibu mengatakan masih mengeluarkan darah berupa flek-flek 3. Ibu mengatakan ingin pulang : Data Objektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Composmentis 3. Vital sign : Tekanan darah : 120/70 mmHg Respirasi : 24 x/menit A Nadi : 84 x/menit Suhu : 360C 4. Abdomen : Uterus teraba keras 5. Inspeksi : Pengeluaran pervaginam berupa flek-flek : Assesment Ny. K P3A1 umur 38 tahun 2 hari post curettageabortus inkomplit P : Planning Tangal 24 Maret 2014 Pukul 09.07 WIB 1. Mengobservasi perdarahan 2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya 3. Melepas infuse 79 4. Memberitahukan ibu boleh hamil kembali apabila kondisi organ reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak bermasalah dan ibu sudah siap untuk hamil lagi. 5. 6. Melanjutkan terapi oral : a. Amoxcillin 500mg 3x1 b. Sulfat ferosus 500mg 3x1 c. Metil ergometrin 500mg 3x1 d. Vitamin C 50mg 3x1 Membantu ibu untuk persiapan pulang Evaluasi : Tanggal 24 Maret 2014 Pukul 10.00 WIB 1. Perdarahan pervaginam berupa flek-flek 2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya 3. Infus telah dilepas 4. Ibu sudah mengerti kapan dapat hamil kembali setelah tindakan curretage 5. Ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : a. Amoxcillin 500 mg 3x1 b. Sulfat Ferosus 500 mg 3x1 c. Metil ergometrin 500 mg 3x1 d. Vitamin C 50 mg 3x1 6. Ibu sudah dibantu untuk persiapan pulang 80 B. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di RSUD Dr. Moewardi dengan teori yang ada. Sehingga dapat diketahui keberhasilan proses manajemen kebidanan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan data-data yang didapatkan, penulis telah melakukan analisis data dengan mengunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney dan untuk catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP. 1. Pengkajian Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data Subjektif dan data objektif. Menurut Pudiastuti (2012), tanda dan gejala Abortus Inkomplit pada pemeriksaan didapatkan adanya perdarahan sedang hingga masih/banyak,kadang-kadang keluar gumpalan darah, uterus sesuai masa kehamilan, kram atau nyeri perut bawah, servik terbuka. Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis peroleh pada kasus Ny.K yaitu data subjektifnya ibu mengatakan merasa hamil 11 minggu,perdarahan sejak 4 hari yang lalu merongkol,keluar jaringan seperti gajih.Data Objektifnya inspeksi : pengeluaran darah dari jalan lahir kurang lebih 50 cc, palpasi : TFU tidak teraba,massa negatif, auskultasi : DJJ negatif, pemeriksaan USG tampak uterus membesar, tampak gambaran massa amorf dan DJJ negatif. 81 Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. 2. Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasikan data secara benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar (Wildan dan Hidayat,2008). Masalah pada pasien merasa cemas karena mules dan nyeri perut bagian bawah (Pudiastuti,2012). Kebutuhan pasien pada kasus abortus inkomplit adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang abortus inkomplit (Taber, 2003). Pada kasus ini didapatkan diagnosa kebidanan Ny.K G4P3A0umur 38 tahun umur kehamilan 11minggu dengan abortus Inkomplit. Masalah Ibu mengatakan cemas karena ada darah yang keluar dar jalan lahir dan perutnya terasa nyeri. Kebutuhan memberi dukungan moril dan memberitahu tentang abortus inkomplit. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. 3. Diagnosa Potensial Pada tahap ini kasus abortus inkomplit diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah perdarahan apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya, infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus dan syok karena perdarahan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Pada 82 Ny. K tidak terjadi perdarahan dan syok dikarenakan ada penanganan yang tepat, cepat dan intensif dari tenaga kesehatan. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. 4. Tindakan Segera Pada kasus abortus inkomplit kolaborasi dengan dokter untuk segera dilakukan tindakan curettage (Pudiastuti, 2012). Pada Ny. K melakukan kolaborasi dengan residen Obgyn untuk tindakan curettage. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. 5. Perencanaan Menurut Pudiastuti (2012), Rukiyah dan Yulianti (2010) perencanaan asuhan pada kasus abortus inkomplit yaitu pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik, berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien, observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre curettage, lakukan informed consent untuk dilakukan tindakan curettage, berikan terapi jika perdarahan tidak begitu banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral, perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral, usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu 83 beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam, siapkan pasien meliputi pasien tidak makan atau minum, pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam, anestesi lokal dan peralatan untuk curettage. Pada Ny. K beritahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan, berikan motivasi dan dukungan moril pada ibu, lakukan informed consent untuk melakukan curettage, observasi keadaan umum dan vital sign, observasi perdarahan , siapkan advis residen obygn untuk tindakan curettage : pro curettage, Puasakan pasien 2 jam, pasang infus RL 20 tetes per menit, siapkan tindakan curettage, siapkan anestesi (Ketalar 20mg dan ketamin 20mg), tindakan curettage pukul 14.00 WIB yang dilakukan oleh residen. Sehingga pada langkah ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan yaitu dalam pemberian terapi. Pemberian ergometrin di teori di awal tetapi di praktek di akhir. 6. Pelaksanaan Menurut Pudiastuti (2012), Rukiyah dan Yulianti (2010) pelaksaan perencanaan pada kasus abortus inkomplit yaitu melakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik,memberikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan pada klien, melakukan observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan pre curettage, melakukan informed consent untuk dilakukan tindakan curettage. memberikan terapi perdarahan tidak begitu 84 banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg peroral, perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral, usia kehamilan lebih dari 16 minggu beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis/RL) 40 tetes permenit dan jika perlu beri misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam, menyiapkan pasien meliputi pasien tidak makan atau minum, pasang infus atau berikan cairan minimal 2,5 Liter/24 jam, anestesi lokal dan peralatan untuk curettage. Pada Ny. K pelaksanaan yang diberikan ialah memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan, memberikan motivasi dan dukungan moril pada ibu, melakukan informed consent untuk melakukan curettage, mengobservasi keadaan umum dan vital sign, observasi perdarahan , menyiapkan advis residen obygn untuk tindakan curettage : pro curettage, mempuasakan pasien 2 jam, pasang infus RL 20 tetes per menit, menyiapkan tindakan curettage, menyiapkan anestesi (Ketalar 20mg dan ketamin 20mg), tindakan curettage akan dilakukan pukul 14.00 WIB oleh residen. Sehingga pada langkah ini ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan yaitu dalam pemberian terapi. Pemberian ergometrin di teori di awal tetapi di praktek di akhir. 85 7. Evaluasi Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terusmenerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien (Wildan dan Hidayat, 2008). Evaluasi pada abortus inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemia, tidak terjadi komplikasi diantaranya perforasi uterus, syok, infeksi dan perdarahan. Setelah itu beri obat-obatan uterotonika dan antibiotika (Rukiyah dan yulianti, 2010). Pada Ny. K dengan abortus inkomplit evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama 2 hari sampai hasil konsepsi sudah di keluarkan adalah keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Vital Sign : tekanan darah : 120/70 mmHg, respirasi : 24 x/menit, nadi : 84 x/menit, suhu : 360C, perdarahan pervaginam berupa flek-flek, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya, infus telah dilepas, ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : Amoxcillin 500mg 3x1, Sulfat ferosus 500mg 3x1, Metil ergometrin 500mg 3x1, Vitamin C 50mg 3x1 dan ibu diperbolehkan untuk pulang. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan kebidanan pada Ny. K P3A1 umur 38 tahun dengan abortus inkomplit di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dianalisis dengan menggunakan Tujuh langkah Varney, sehingga dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil pengumpulan data dasar di dapatkan data-data yang mendukung adanya abortus inkomplit, dari data subjektif diperoleh bahwa ibu mengatakan merasa hamil 3 bulan, perdarahan sejak 4 hari yang lalu merongkol, nyeri perut bagian bawah, keluar jaringan seperti gajih. Dari data objektif keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 24 x/menit, Suhu : 36,50C, TB : 165 cm, BB sebelum hamil : 62 kg, BB sekarang : 64 kg dan LLA : 24 cm. Palpasi abdomen TFU tidak teraba, DJJ negatif, pemeriksaan dalam dinding vagina normal, OUE terbuka, portio lunak, pemeriksaan USG tampak uterus membesar, tampak gambaran massa amorf, DJJ negatif. 2. Diagnosis kebidanan dalam kasus ini adalah Ny. K G4P3A0 umur 38 tahun umur kehamilan 11 minggu dengan abortus Inkomplit. Masalah ibu mengatakan cemas karena ada darah yang keluar dari jalan lahir, perutnya terasa nyeri dan kebutuhannya memberi dukungan moril dan memberitahu tentang abortus inkomplit. 86 87 3. Diagnosis potensial tidak muncul pada kasus ini dikarenakan ada penanganan yang tepat, segera dan intensif dari tenaga kesehatan. 4. Kebutuhan akan tindakan segera dalam kasus ini adalah melakukan kolaborasi dengan residen Obgyn untuk dilakukan tindakan curettage. 5. Perencanaan asuhan kebidanan pada kasus abortus inkomplit adalah beritahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan, berikan motivasi dan dukungan moril pada ibu, lakukan informed consent untuk melakukan curettage, observasi keadaan umum dan vital sign, observasi perdarahan , siapkan advis residen obygn untuk tindakan curettage : pro curettage, Puasakan pasien 2 jam, pasang infus RL 20 tetes per menit, siapkan tindakan curettage, siapkan anestesi (Ketalar 20 mg dan ketamin 20 mg), tindakan curettage pukul 14.00 WIB yang dilakukan oleh residen, pasang infus RL 20 tetes per menit, observasi perdarahan, pindahkan pasien ke bangsal, pantau infus, berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan post curretage, anjurkan ibu banyak istirahat, berikan terapi oral post curretage. 6. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami hambatan. 7. Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Abortus inkomplit yang dialami Ny. K dapat diatasi dengan baik, ditandai dengan keadaan umum baik, kesadaran 88 composmentis, vital sign : tekanan darah : 120/70 mmHg, respirasi : 24 x/menit, nadi : 84 x/menit, suhu : 360C, perdarahan pervaginam berupa flek-flek, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan alat genetalianya, infus telah dilepas, ibu bersedia untuk minum obat secara teratur : Amoxcillin 500 mg 3x1, Sulfat ferosus 500 mg 3x1, Metil ergometrin 500 mg 3x1, Vitamin C 50 mg 3x1 dan ibu diperbolehkan untuk pulang. 8. Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus nyata dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberian terapi. 9. Alternatif pemecahan kesenjangan tersebut adalah meskipun ada kesenjangan antara teori dan praktik pada perencanaan dan pelaksanaan dalam pemberian terapi namun tujuan dari perencanaan dan pelaksanaan yang diterapkan adalah untuk kesembuhan pasien. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan untuk mempertahankan kualitas asuhan kebidanan pada klien dengan abortus inkomplit di RSUD Dr. Moewardi 89 2. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan sebaiknya memberikan penjelasan kepada pasien tentang abortus inkomplit agar lebih mengerti dan paham tentang abortus inkomplit, faktor-faktor penyebab terjadinya abortus, tanda dan gejala abortus inkomplit sehingga pasien dapat mengantisipasi terjadinya abortus inkomplit. 3. Bagi Pasien Pasien yang sudah mengalami abortus inkomplit hendaknya menjalani pengobatan secara tuntas dalam mengkonsumsi obat ataupun periksa ulang sesuai anjuran dari tenaga kesehatan dan hendaknya untuk istirahat cukup dan mengurangi aktifitas yang berat saat hamil muda agar tidak terjadi terjadi abortus inkomplit yang berulang. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Aziz A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsepdan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Media. Ambarwati, E. R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta: Departemen Kesehatan. Mandriwati, G. A. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: EGC Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2008. Proses Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: EGC Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. . 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pudiastuti, R. D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal dan Patologi. Yogjakarta: Nuha Medika. Pusdiknakes. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press. Rukiyah, A.Y. Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta: TIM. Saifuddin, A. B. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP . 2005. BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. .2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI. Taber, B. 2003. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC. Ummi Hani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika. Varney, H. 2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rded). Bandung: Sekeloa Publisher. , Kriebs, J. M., Gegor, C. L. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. . 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.