KARAKTERISTIK PENDERITA ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2011-2013 Melyana1, Hiswani2, Jemadi2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas no. 21 Kampus USU Medan 20155 ABSTRACT Bronchial asthma is a chronic inflammatory disease (inflammation) in airways characterized by episodic wheezing, coughing, and tightness in the chest due to airway obstruction, included into a group of chronic respiratory disease. Basic Health Research 2013 reports Asthma prevalence in Indonesia is 4.5%. This research is a descriptive study using case series design. The purpose of the research is to determine the characteristics of bronchial asthma patients who are hospitalized in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru in 2011-2013. The population of this research is the total number of Bronchial Asthma patients who are hospitalized in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru in 2011-2013 which is 237 cases. Data were obtained from medical records (secondary data). The highest proportion of Bronchial Asthma patients are in the age group >45 years (37.6%), female (62.9%), Moslem (93.3%), occupation housewives (38.4%), senior high school education (25.7%), married (64.1%), lives in Pekanbaru (75.5%), non-allergen trigger factors (86.9%), have a family history (56.1%), average length of stay 3.9 days (4 days), not their own source of charge (69.6%), and clinical recovery out patient (89.5%). There is a significant difference between the resource of charge based on the condition when go home (p = 0.003). There was no difference in the average length of stay based on the condition when go home (p = 0.301). There was no difference in the average length of stay based on the resource of charge (p = 0.089). There were no differences in the origin area based on the condition when go home (p = 0.582). The hospital is expected to suggest an allergy test for Bronchial asthma patients to ensure Asthma trigger factors and provide room for the evaluation of patients with Bronchial Asthma. Bronchial Asthma sufferers are expected to always control the disease and avoid the trigger factors of Asthma. Keywords: Bronchial Asthma, Characteristics, Arifin Achmad General Hospital kematian akibat Penyakit Tidak Menular diperkirakan akan meningkat menjadi 73% dan beban penyakit akibat Penyakit Tidak Menular menjadi 60%.3 Asma adalah salah satu penyakit tidak menular yang jumlah kasusnya cukup tinggi ditemukan dalam masyarakat. 4 Menurut WHO (2007) terdapat 300 juta (4,28%) penduduk dunia yang menderita Asma, jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah sebanyak 100 juta (1,43%) jiwa pada tahun 2025.5 Laporan Centers for Disease Control (CDC) tahun 2012 menunjukkan peningkatan kasus Asma di Amerika Serikat dari 7,3% pada tahun 2001 menjadi 8,4% pada tahun 2010. 6 Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.1 Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi mengakibatkan berbagai negara mengalami peningkatan beban akibat Penyakit Tidak Menular.2 Data WHO (2000) menunjukkan bahwa Penyakit Tidak Menular menyebabkan 60% kematian dan 43% beban penyakit di dunia. Pada tahun 2020, angka 1 Prevalensi rata-rata Asma di Asia Tenggara berkisar 3,3%. Perubahan gaya hidup (industrialisasi dan pengembangan wilayah desa menjadi wilayah perkotaan) diduga sebagai faktor yang memengaruhi peningkatan prevalensi Asma di wilayah Asia Tenggara. Penelitian epidemiologi di berbagai negara mengenai prevalensi Asma menunjukkan angka yang sangat bervariasi, di Skotlandia 18,4%; Inggris 15,3%; Australia 14,7%; Jepang 6,7%; Thailand 6,5%; Malaysia 4,8%; Korea Selatan 3,9%; India 3,0%.7 Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi Asma di Indonesia adalah 4,5%, meningkat sebesar 1% dari laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Sementara itu, prevalensi Asma di Provinsi Riau meningkat dari 1,6% (2007) menjadi 2% (2013).8,9 e. Mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya. f. Mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang. g. Mengetahui distribusi proporsi sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang. h. Mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. i. Mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. j. Mengetahui distribusi proporsi daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang. k. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan informasi bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tentang karakteristik penderita Asma Bronkial Rawat Inap tahun 2011-2013 dan masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita Asma Bronkial. b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penyakit Asma Bronkial. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membutuhkan data penelitian ini. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita Asma Bronkial yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013. Tujuan Penelitian Mengetahui karakteristik penderita Asma Bronkial yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013. Tujuan Khusus Penelitian a. Mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan data sosiodemografi yaitu : Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Daerah Asal. b. Mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan faktor pencetus. c. Mengetahui distribusi proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan riwayat keluarga. d. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial. Metode Penelitian Penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga bulan Oktober 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien Asma Bronkial yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 yang berjumlah 237 kasus. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi. Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis 2 Tabel 2 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Agama, Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, dan Daerah Asal di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Sosiodemografi f % Agama Islam 221 93,3 Kristen Protestan 14 5,9 Katolik 2 0,8 dengan uji Chi-square dan uji MannWhitney. Hasil dan Pembahasan Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, daerah asal) dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 dibawah ini. Jumlah Pekerjaan PNS/Pensiunan Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa Tidak bekerja Jumlah Pendidikan Tidak/Belum sekolah SD SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi Jumlah Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Jumlah Daerah Asal Kota Pekanbaru Luar Kota Pekanbaru Jumlah Tabel 1 Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan (Tahun) f % f % <18 39 44,3 23 15,5 19-45 25 28,4 61 40,9 >45 24 27,3 65 43,6 Jumlah 88 100,0 149 100,0 Proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur >45 tahun, yaitu 89 orang, dengan proporsi laki-laki 24 orang (27,3%) dan perempuan 65 orang (43,6%). Proporsi penderita Asma Bronkial terendah pada kelompok umur <18 tahun, yaitu 62 orang, dengan proporsi laki-laki 39 orang (44,3%) dan perempuan 23 orang (15,5%). Proporsi penderita Asma Bronkial berusia <18 tahun berjenis kelamin lakilaki lebih tinggi dibandingkan proporsi penderita berjenis kelamin perempuan pada kelompok umur yang sama. Perbandingan proporsi penderita Asma Bronkial usia <18 tahun berjenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah 9,7:16,5 = 1:1,7. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pria merupakan risiko untuk Asma pada anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi Asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan.10 237 100,0 20 20 23 91 28 55 237 8,4 8,4 9,7 38,4 11,8 23,3 100,0 51 48 49 61 28 237 21,5 20,3 20,7 25,7 11,8 100,0 152 85 237 64,1 35,9 100,0 179 58 237 75,5 24,5 100,0 Proporsi agama penderita Asma Bronkial yang dirawat inap tertinggi adalah agama Islam 93,3%. Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan antara agama dengan kejadian Asma Bronkial, namun hanya menunjukkan bahwa jumlah penderita Asma Bronkial yang datang berobat ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mayoritas beragama Islam. Hal ini merupakan sewajarnya mengingat mayoritas penduduk Riau beragama Islam. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 mencatat 88% penduduk provinsi Riau beragama Islam.11 Proporsi pekerjaan penderita Asma Bronkial yang dirawat inap tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (IRT), yaitu 38,4%. Lingkungan dalam rumah mampu memberikan kontribusi besar terhadap 3 faktor pencetus serangan Asma, terutama bagi seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya dihabiskan di dalam rumah. Komponen kondisi lingkungan rumah yang dapat memengaruhi serangan Asma diantaranya yaitu keberadaan debu, bahan dari perabotan rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur, bantal), binatang peliharaan yang berbulu (seperti anjing, kucing, burung).12 Proporsi penderita Asma Bronkial yang dirawat inap bersadarkan tingkat pendidikan tertinggi adalah pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 25,7%. Tingkat pendidikan penderita Asma Bronkial mempunyai peran yang cukup tinggi terhadap kemampuan penderita memahami tentang Asma. Pengetahuan mengenai Asma yang baik akan memberi dampak positif terhadap penanganan Asma, menyebabkan penderita dapat mencegah dengan baik faktor pencetus Asma sehingga penyakit Asma dapat terkontrol.13 Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan status perkawinan, 64,1% kawin dan 35,9% tidak kawin. Wanita dengan status perkawinan kawin, memiliki risiko untuk mengalami kehamilan. Serangan Asma berat dan Asma yang tidak terkontrol pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoksemia pada ibu sehingga berefek pada janin. Dampak yang terjadi dapat berupa kelahiran prematur, hipertensi pada kehamilan, abrupsio plasenta, korioamnionitis, dan seksio sesaria.14 Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan tempat tinggal tertinggi di wilayah kota Pekanbaru yaitu 75,5%, sedangkan di luar Pekanbaru 25,5%. Penderita Asma Bronkial tertinggi berasal dari Pekanbaru kemungkinan karena letak rumah sakit ini berada di kota Pekanbaru dan merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Riau sehingga pengunjung yang datang lebih banyak dari kota Pekanbaru. Penderita yang berasal dari luar kota Pekanbaru dapat disebabkan karena ingin mendapatkan fasilitas yang lebih baik dan memadai atau pun sedang berada di kota Pekanbaru pada saat serangan Asma Bronkial terjadi. Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan faktor pencetus dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Faktor Pencetus di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Faktor Pencetus Asma f % Allergen 31 13,1 Non-Allergen 206 86,9 JUMLAH 237 100,0 Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan faktor pencetus tertinggi adalah non-allergen, yaitu sebesar 86,9%. Data Asthma and Allergy Foundation of America mencatat 60% kasus Asma di Amerika merupakan Asma Alergik.15 Sekitar 90% pasien Asma usia anak mempunyai alergi pada saluran napas, terutama terhadap alergen dalam rumah (indoor allergen) seperti tungau debu rumah, alternaria, kecoak, dan bulu kucing.16 Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan riwayat keluarga dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Keluarga Asma di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 20112013 Riwayat Keluarga f % Ada 133 56,1 Tidak Ada 104 43,9 JUMLAH 237 100,0 Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan riwayat keluarga, yang tertinggi adalah ada riwayat keluarga yaitu sebesar 56,1% dan sisanya 43,9% tidak memiliki riwayat keluarga. Faktor genetik berperan pada penyakit Asma anak terutama bila ibu juga menderita Asma.17 4 Tabel 6 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Arifin Achmad Pekan-baru Tahun 2011-2013 Sumber Biaya f % Biaya Sendiri 72 30,4 Bukan Biaya Sendiri 165 69,6 JUMLAH 237 100,0 Sebagian besar pasien Asma berasal dari keluarga atopi. Kandungan IgE spesifik pada seorang bayi dapat menjadi prediktor untuk terjadinya Asma kelak di kemudian hari. Riwayat atopi dalam keluarga, riwayat penyakit atopi sebelumnya pada pasien, petanda atopi fisis pada anak, petanda laboratorium untuk alergi, dan bila diperlukan uji eliminasi dan provokasi, dapat menunjang diagnosis Asma pada anak.16 Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan lama rawatan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya, 69,6% menggunakan bukan biaya sendiri dan 30,4% menggunakan biaya sendiri. Pasien Asma Bronkial yang menggunakan bukan biaya sendiri mayoritas pekerjaannya adalah ibu rumah tangga, yaitu sebesar 41,2%. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan program jaminan/asuransi kesehatan yang juga menanggung biaya pengobatan anggota keluarga. Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini. Tabel 5 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 20112013 Lama Rawatan Mean 3,9 Standar Deviasi (SD) 2,492 95% Confidence Interval 3,58-4,22 Minimum 1 Maksimum 15 Tabel 7 Distribusi Proporsi Penderita Asma Bronkial Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 20112013 Keadaan Sewaktu Pulang f % Pulang Berobat Jalan (PBJ) 212 89,5 Pulang Atas Permintaan 25 10,5 Sendiri (PAPS) JUMLAH 237 100,0 Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial adalah 3,9 hari (4 hari) dan standar deviasi 2,492 hari (2 hari). Lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 15 hari. Terdapat 22 orang penderita Asma Bronkial yang menjalani 1 hari perawatan dengan dengan keadaan sewaktu pulang PBJ (19 orang) dan PAPS (3 orang). Penderita Asma Bronkial dengan lama rawatan 15 hari, ada 1 orang dengan karakteristik penderita berjenis kelamin perempuan, sumber biaya sendiri (umum), dan keadaan sewaktu pulang PBJ. Distribusi proporsi penderita Asma Bronkial rawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011-2013 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang, 89,5% Pulang Berobat Jalan (PBJ) dan 10,5% Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS). Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan. Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan pemberian obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala Asma.18 5 Tabel 8 Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Sumber Biaya Keadaan Bukan Jumlah Biaya Sewaktu biaya sendiri Pulang sendiri f % f % f % PBJ 58 27,4 154 72,6 212 100,0 PAPS 14 56,0 11 44,0 25 100,0 rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Tabel 10 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Asma Bronkial yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Lama Rawatan RataRata (hari) Sumber Biaya n Mean SD Biaya Sendiri 72 3,57 2,500 Bukan Biaya Sendiri 165 4,04 2,483 Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial yang pulang berobat jalan tertinggi terjadi pada penderita dengan sumber biaya bukan biaya sendiri, yaitu sebanyak 154 orang (72,6%), sedangkan pada penderita dengan sumber biaya sendiri 58 orang (27,4%). Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita Asma Bronkial yang pulang atas permintaan sendiri tertinggi pada penderita dengan biaya sendiri, yaitu 14 orang (56%), sedangkan pada penderita yang bukan biaya sendiri 11 orang (44%). Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p<0,05 yang artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Lama rawatan rata-rata 72 orang penderita Asma Bronkial dengan biaya sendiri adalah 3,57 hari (4 hari) dan lama rawatan rata-rata 165 orang penderita Asma Bronkial dengan sumber biaya bukan milik sendiri adalah 4,04 hari (4 hari). Hasil uji Mann-Whitney diperoleh p=0,089 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. Tabel 11 Distribusi Proporsi Daerah Asal Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Keadaan Sewaktu Pulang Tabel 9 Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Asma Bronkial yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 20112013 Lama Rawatan RataKeadaan Sewaktu Rata (hari) Pulang n Mean SD PBJ 212 3,94 2,496 PAPS 25 3,56 2,485 PBJ PAPS Daerah Asal Kota Luar Kota Pekanbaru Pekanbaru f % f % 159 75,0 53 25,0 20 80,0 5 20,0 Jumlah f 212 25 % 100,0 100,0 Proporsi keadaan sewaktu pulang yang pulang berobat jalan tertinggi terjadi pada penderita yang berasal dari kota Pekanbaru, yaitu sebanyak 159 orang (75,0%), sedangkan pada penderita dengan dari luar Pekanbaru sebanyak 53 orang (25,0%). Proporsi keadaan sewaktu pulang yang pulang atas permintaan sendiri tertinggi pada penderita dari kota Pekanbaru, yaitu 20 orang (80,0%), sedangkan pada penderita yang berasal dari luar kota Pekanbaru ada 5 orang (20,0%). Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang Lama rawatan rata-rata 212 orang penderita Asma Bronkial dengan keadaan sewaktu pulang PBJ adalah 3,94 hari (4 hari) dan lama rawatan rata-rata 25 orang penderita Asma Bronkial dengan keadaan sewaktu pulang PAPS adalah 3,56 hari (4 hari). Hasil uji Mann-Whitney diperoleh p=0,301 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan lama 6 bermakna antara daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang. 5. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah bukan biaya sendiri yaitu 69,6%. 6. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan (PBJ) 89,5%. 7. Penderita Asma Bronkial yang pulang atas permintaan sendiri lebih banyak pada penderita dengan sumber biaya sendiri. 8. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,003). 9. Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,301). 10. Tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. (p=0,089). 11. Tidak terdapat perbedaan daerah asal berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,582). 12. Tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus (p=0,547). Tabel 12 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Pencetus Penderita Asma Bronkial yang Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2011-2013 Faktor Pencetus Allergen Non-allergen Jenis Kelamin LakiPeremLaki puan f % f % 10 32,3 21 67,7 78 37,9 128 62,1 Jumlah f 31 206 % 100,0 100,0 Proporsi jenis kelamin laki-laki yang memiliki faktor pencetus allergen ada sebanyak 10 orang (32,3%), sedangkan yang memiliki faktor pencetus nonallergen ada sebanyak 78 orang (67,7%). Proporsi jenis kelamin perempuan dengan faktor pencetus allergen ada sebanyak 21 orang (37,9%), dan yang memiliki faktor pencetus non-allergen ada 128 orang (62,1%). Hasil analisis statistik dengan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan faktor pencetus. Kesimpulan dan Saran Saran 1. Kepada pihak RSUD Arifin Achmad sebaiknya menyarankan dilakukannya tes alergi kepada pasien Asma Bronkial untuk memastikan faktor pencetus serangan Asma dan menyediakan ruangan khusus untuk pemeriksaan pasien Asma Bronkial. 2. Kepada penderita Asma Bronkial, baik yang pulang berobat jalan (PBJ) maupun yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) diharapkan untuk selalu mengontrol penyakitnya dan menghindari faktor pencetus Asma, khususnya bagi Ibu Rumah Tangga untuk menjaga kebersihan rumah dari debu dan allergen lain yang dapat memicu terjadinya serangan Asma. 3. Kepada penderita Asma Bronkial yang dirawat di RSUD Arifin Achmad agar Kesimpulan 1. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan sosiodemografi tertinggi terdapat pada kelompok umur >45 tahun yaitu 37,6%, jenis kelamin perempuan 62,9%, agama Islam 93,3%, pekerjaan ibu rumah tangga 38,4%, tingkat pendidikan SMA 25,7%, status perkawinan kawin 64,1%, dan tempat tinggal kota Pekanbaru 75,5%. 2. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan faktor pencetus tertinggi adalah non-allergen yaitu 86,9%. 3. Proporsi penderita Asma Bronkial berdasarkan riwayat keluarga tertinggi adalah memiliki riwayat keluarga yaitu 56,1%. 4. Lama rawatan rata-rata penderita Asma Bronkial adalah 3,9 hari (4 hari). 7 lebih memanfaatkan asuransi kesehatan yang dimilikinya. 4. Kepada peneliti selanjutnya untuk memerhatikan nilai-nilai ekstrim yang diperoleh dalam penelitian. Majalah Kedokteran Indonesia Edisi Nopember 2008. 11. Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Indonesia 2010. http://bps.go.id/. Diakses Agustus 2014. 12. Purnomo, 2008. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial pada Anak, Tesis Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 13. Wolagole, L., 2012. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol Kekambuhan Asma Bronkial Pada Pasien Rawat Jalan di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana. 14. Subijanto, A.A., 2008. Keanekaragaman Genetik HLA-DR dan Variasi Kerentanan Terhadap Penyakit Asma; Tinjauan Khusus Pada Asma Dalam Kehamilan. Jurnal BIODIVERSITAS edisi Juli 2008. 15. Asthma and Allergy Foundation of America, 2010. Asthma Facts and Figures. http://www.aafa.org/. Diakses Agustus 2014. 16. Akib, A.A.P., 2002. Asma Pada Anak, Jurnal Sari Pediatri Edisi September 2002. 17. Siregar, S. P., 2000. Faktor Atopi dan Asma Bronkial Pada Anak. Jurnal Sari Pediatri Edisi Juni 2000. 18. Sundaru, H. & Mahdi, H. D., 2003. Manfaat Pengobatan Dini Asma Bronkial, Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014. http://www.depkes.go.id/. Diakses April 2014. 2. Pradono, Senewe, dkk, 2005. Transisi Kesehatan di Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan Edisi Desember 2005. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2005. Transisi Epidemiologi di Indonesia. http://www.jarlitbangkes.or.id/. Diakses April 2014. 4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Keputusan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. http://www.depkes.go.id/. Diakses Februari 2014. 5. WHO, 2007. Global Surveillance, Prevention and Control of Chronic Respiratory Diseases, ISBN: 97892-4-156346-8. 6. Centers for Disease Control (CDC), 2012. National Surveillance of Asthma: United States, 2001–2010. http://www.cdc.gov/. Diakses April 2014. 7. Global Initiative for Asthma (GINA), 2012. Global Burden of Asthma. http://www.ginasthma.com/. Diakses Februari 2014. 8. Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www.litbang.depkes.go.id/. Diakses Februari 2014. 9. Riset Kesehatan Dasar 2013. http://www.litbang.depkes.go.id/. Diakses Februari 2014. 10. Rengganis, I., 2008. Diagnosa dan Tatalaksana Asma Bronkial, 8