persepsi mahasiswa kebidanan tingkat i tentang

advertisement
PERSEPSI MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT I TENTANG
PENTINGNYA SADARI DI POLTEKKES
MAJAPAHIT MOJOKERTO
2014
ERRIZA KUSTANTRI
11002150
Subject: Mahasiswa Kebidanan Tingkat I, Persepsi, SADARI
DESCRIPTION
Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terhadap wanita
pada semua kasus kejadian kanker di Indonesia. Walaupun ada peningkatan
kewaspadaan terhadap kanker payudara, hanya sebagian kecil saja yang
melakukan SADARI secara teratur.Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang
SADARI maka di lakukan penelitian tentang Persepsi Mahasiswa Kebidanan
Tingkat 1 Tentang Pentingnya SADARI.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berdesain penelitian
survey, dilakukan di Poltekkes Majapahit Mojokerto pada bulan Mei 2014.
Populasinya semua mahasiswa kebidanan tingkat 1 di Poltekkes Majapahit
Mojokerto.Sampel di ambil dengan teknik total sampling yaitu 75
mahasiswa.Variabel tunggal Persepsi Mahasiwa Kebidanan Tingkat 1 tentang
pentingnya SADARI. Instrumen menggunakan kuisioner/angket berupa skala
likert. Analisis dengan skor T.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki persepsi
negative tentang SADARI, yaitu sebanyak 39 responden atau 52%. Dan hamper
setengah dari responden lainnya memiliki persepsi positif yakni sebanyak 36
responden atau 48% dari total 75 responden yang ada.
Setelah di analisis dengan menggunakan skor T di dapatkan kesimpulan
bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi negatif tentang SADARI.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memiliki persepsi negatif tentang SADARI, hal ini di sebabkan
kurangnya pengetahuan serta informasi tentang SADARI yang di peroleh
responden. Di harapkan tenaga kesehatan memberikan penyuluhan secara berkala
tentang Kesehatan Reproduksi khususnya tentang SADARI agar timbul kesadaran
pada diri remaja untuk melakukan SADARI secara rutin.
ABSTRACT
Breast cancer is the second leading cause of death for women in all the
cases of cancer incidence in Indonesia. Although there is increasing awareness of
breast cancer, only a small fraction who do BSE on a regularly. To determine the
student’s perceptions about BSE, needed research about midwifery first grade
student’s perceptions about the importance of BSE.
This study is a descriptive survey research design, conducted in
Polytechnic Majapahit Mojokerto on May 2014. The population are all of the
midwifery first grade students in Polytechnic Majapahit Mojokerto. Samples were
taken with a total sampling technique of 75 students. Single variable is midwifery
first grade student’s perceptions about how important BSE did. The instrument
uses a questionnaire/a Likert scale questionnaire. Analysis with a T scores.
The results showed the majority of respondents had negative perceptions
about BSE, as many as 39 respondents or 52%. And nearly half of respondents
have a positive perception as many as 36 respondents, or 48% from total 75
existing respondents.
After the analysis using T scores, gotten the conclusion that most of the
respondents had negative perceptions about BSE.
Based on the description above it can be concluded that the majority of
respondents had negative perception about BSE, it caused alack of knowledge and
information about BSE that respondents got. Hope that health cares will give
conseling about reproductive health especially about BSE regularly so that
awarness will appear in adolescent self to doing BSE routinely.
Key Words : Perception, Breast Self Examination (BSE)
Contributor
Date
Type Material
Identifier
Right
Summary
: Risya Anggraini S.ST, MM
Fitria Edni Wari S.Keb Bd
: 5 Juni 2014
: Laporan Penelitian
:
:
:
LATAR BELAKANG
Salah satu pembunuh terbesar wanita di dunia adalah kanker payudara atau
ca mamae. Kanker payudara adalah pertumbuhan dan perkembangan tumor ganas
yang menyerang jaringan payudara, dan merupakan penyakit yang paling ditakuti
oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuannya kaum pria pun bisa
terkena kanker payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi (Purwoastuti
Endang, 2008). Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua terhadap
wanita pada semua kasus kejadian kanker, sebagian besar kanker baru di
diagnosis setelah melihat hasil mammogram (Ghofar Abdul, 2009). Penderitanya
pun ada yang baru berusia 18 tahun. Padahal di negara-negara lain, Eropa atau
Amerika misalnya, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak
dibanding dengan penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara
tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik.
Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera
dapat di obati dan disembuhkan (Putri Naura, 2009). Kanker dapat menyerang
semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur dan jenis kelamin,
anak-anak, remaja dan orang dewasa tak luput dari serangan penyakit mematikan
ini, begitu pula dengan wanita dan pria. Namun dari data yang ada, kaum wanita
paling banyak terkena kanker (Purwoastuti Endang, 2008).
Pada tahun 2010 WHO (World Health Organization) memperkirakan
angka kejadian yang terkena kanker payudara terdapat 11 juta dan tahun 2030
akan bertambah menjadi 27 juta kematian akibat kanker (kankerpayudara7, 2013).
Di Indonesiasekitar 40 - 70% perempuan yang memeriksakan diri untuk kanker
payudara sudah berada di stadium lanjut (Suri, 2013). Tingkat kesembuhan untuk
stadium I pada kanker payudara dapat mencapai 95 persen, stadium II sebesar 70
persen, dan stadium III adalah antara 40-50 persen (Shadine Mahannad,
2009).Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2011, kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien kanker rawat inap di seluruh
rumah sakit di Indonesia (16,85%). Selain itu, data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2009 menunjukkan bahwa kanker payudara juga merupakan
kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia dengan angka kejadian 26 per
100.000 wanita (Sapphira, 2013).
Oleh karena itu para wanita diharapkan bisa mencegah terjadi kanker
payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk deteksi awal. Ini
penting dilakukan karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita
sendiri secara kebetulan saat memeriksa payudara sendiri (Hediyani, 2013). Di
Jawa Timur, penderita kanker payudara meningkat dari 666 kasus pada
tahun 2007 menjadi 1527 kasus pada tahun 2011 (Mikail, 2012). Sedangkan
menurut data Rekam Medik RSUD Wahidin Mojokerto dari tahun 2011 sampai
bulan april tahun 2012 tercatat 92 pasien menderita penyakit FAM dan 73 pasien
yang sudah menderita kanker payudara (Risqy Rosalia, 2012). Berdasarkan studi
pendahuluan yang di lakukan dengan teknik wawancara pada tanggal 5 Maret
2014 kepada 10 mahasiswa Prodi Kebidanan tingkat I di Poltekkes Majapahit
Mojokerto, di temui terdapat 6 mahasiswa (60%) yang tidak mengetahui SADARI
sehingga tidak pernah melakukannya, 2 mahasiswa (20%) yang sedikit
mengetahui tentang SADARI tapi tidak pernah melakukannya, dan 2 mahasiswa
(20%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang SADARI dan cukup rutin
melakukannya.
Seperti yang telah di sebutkan di atas angka kejadian kanker payudara di
indonesia cukup tinggi dan di perkirakan akan semakin naik tiap tahunnya,
walaupun ada peningkatan kewaspadaanterhadap kanker payudara, hanya
sebagian kecil sajayang melakukan SADARI secara teratur.Wanita yang
inginmelakukan SADARI merasa bahwa menemukan benjolan oleh diri sendiri
menyebabkan kecemasanyang berlebihan, sehingga mereka memilih untuk tidak
melakukan SADARI.Hal ini dapatdimengerti, karena pengetahuan tentang
SADARImenyebabkan sikap mereka terhadap SADARI dankanker payudara
berubah ke arah positif sehinggatimbullah perilaku yang diharapkan yaitu
keinginanmelakukan SADARI teratur setiap bulan(Sunarsih dkk, 2010). Kanker
payudara yang di temukan pada tahap dini dan di tangani dengan benar dapat
sembuh secara tuntas (Ghofar Abdul, 2009).
Deteksi dini dapat menekan angka kematian. Bidan sebagai tenaga
kesehatan selain melakukan penyuluhan tentang pentingnya SADARI di harapkan
juga secara berkala membagikan leaflet yang berisikan tentang himbauan untuk
melakukan SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Di samping itu
tindakan nyata melalui pemberian stimulasi bagaimana melakukan SADARI,
Bidan di harapkan juga melakukan kegiatan tersebut secara rutin untuk
menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya SADARI sebagai deteksi dini
kanker payudara (Risqy Rosalia, 2012). Pemeriksaan payudara bisa dilakukan
sendiri dirumah.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian persepsi mahasiswa kebidanan tingkat 1 tentang pentingnya melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di Poltekkes Majapahit Mojokerto.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berdesain penelitian
survey, dilakukan di Poltekkes Majapahit Mojokerto pada bulan Mei 2014.
Populasinya semua mahasiswa kebidanan tingkat 1 di Poltekkes Majapahit
Mojokerto. Sampel di ambil dengan teknik total sampling yaitu 75 mahasiswa.
Variabel tunggal Persepsi Mahasiwa Kebidanan Tingkat 1 tentang pentingnya
SADARI. Instrumen menggunakan kuisioner/angket berupa skala likert. Analisis
dengan skor T.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tentang persepsi mahasiswa kebidanan tingkat 1 tantang
pentingnya SADARI di Poltekkes Majapahit Mojokerto tahun 2014 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi negatif tentang SADARI,
yaitu sebanyak 39 responden atau 52% dari total 75 responden yang ada.
Dalam kompasiana (2013) disebutkan persepsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya perhatian, pengalaman, ingatan dan kecenderungan seseorang
untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan
sebagaiminat.
Jika seseorang tidak menaruh minat pada suatu objek tertentu maka
mereka tidak akan memberikan perhatian penuh pada objek tersebut. Perhatian
seseorang pada suatu objek akan mempengaruhi persepsi pada objek tersebut.
Pengalaman dan ingatan juga akan mempengaruhi persepsi, Pengalaman dapat
dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
Ada salah satu responden yang mengatakan dia memiliki kerabat yang
terserang kanker payudara padahal kerabatnya rutin melakukan SADARI, jadi
menurutnya melakukan atau tidak melakukan SADARI akan sama saja, hal
seperti inilah yang memunculkan persepsi negatif.
Oleh karena itu timbulnya persepsi negatif dari mahasiswa dapat terjadi
karena kurangnya minat remaja dalam melihat informasi tentang pentingnya
SADARI di media elektronik atau kurangnya antusias dalam mengikuti
penyuluhan yang di lakukan tenaga kesehatan di tempatnya sehingga mereka
hanya menyaring sebagian informasi dengan benar, dan menyebabkan informasi
tidak dapat sepenuhnya di peroleh dengan baik oleh responden sehingga mereka
hanya mengerti sebagian materi atau bahkan tidak mengerti sama sekali tentang
informasi yang di sampaikan atau terjadi kesalahpahaman sehingga sebagian
besar dari responden berpersepsi negatif tentang SADARI. Jadi hasil penelitian
yang di dapatkan sesuai dengan teori yang ada.
Kesalahpahaman persepsi yang mengakibatkan munculnya persepsi
negatif terhadap SADARI terlihat dari hasil kuisioner dimana hanya sebagian
kecil dari responden yaitu 2 responden (2,66%) menyatakan sangat tidak setuju
dan hampir setengah dari responden yakni 35 responden (46,6%) menyatakan
setuju dengan pernyataan SADARI adalah pemeriksaan pada wanita yang
mempunyai benjolan pada payudara.
SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan
timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Marmi,2013). Ini penting dilakukan
karena 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri secara
kebetulan saat memeriksa payudara sendiri (Hediyani, 2013) bukan setelah
benjolan itu timbul dengan jelas baru melakukan SADARI.
Wanita yang ingin melakukan SADARI merasa bahwa menemukan
benjolan oleh diri sendiri menyebabkan kecemasan yang berlebihan, sehingga
mereka memilih untuk tidak melakukan SADARI. Hal ini dapatdimengerti,
karena minimnya pengetahuan dan informasi tentang SADARI menyebabkan
pemikiran mereka tentang manfaat dan pelaksanaan SADARI menjadi tidak tepat
dan menyebabkan keengganan mereka untuk mencari tau atau bahkan
melaksanakan SADARI.
Para remaja tidak semata menerima informasi apa adanya, tetapi
memprosesnya dan mengadaptasikan dengan pemikiran sendiri. Dia telah mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk di transformasikan
menjadi konklusi, prediksi dan rencana untuk masa depan dan
mengadaptasikannya sesuai kebutuhan lingkungannya. Namun kenyataan, pada
negara berkembang (termasuk indonesia) masih sangat banyak remaja yang belum
optimal mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal. Sebagian
remaja kita masih tertinggal pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya
sehingga pola pikir yang di gunakan sangat sederhana dan belum bisa melihat dari
berbagai dimensi (ketidakdewasaan dalam berpikir) (bethsaida janiwarty, 2013)
SADARI penting di lakukan oleh remaja setiap bulan sekali karena saat ini
penderita kanker payudara ada yang baru berusia 18 tahun, SADARI membantu
mendeteksi dini kanker payudara dan merupakan program pemeriksaan untuk
mengenali kanker payudara sewaktu berukuran kecil. Ini penting dilakukan karena
85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri secara kebetulan saat
memeriksa payudara sendiri (Hediyani, 2013)
Jika pengetahuan tentang SADARI di tanamkan sejak dini maka akan
mengurangi resiko meningkatnya penderita kanker payudara di masa depan.
Karena sampai saat ini jumlah penderita kanker payudara di indonesia cukup
tinggi karena tidak adanya kesadaran untuk melakukan deteksi dini, padahal jika
mampu di deteksi lebih dini maka kanker akan lebih cepat di atasi.
Seperti yang kita ketahui, Kanker payudara merupakan penyebab kematian
kedua terhadap wanita pada semua kasus kejadian kanker, oleh karena itu
kesadaran untuk melakukan deteksi dini perlu ditanamkan, deteksi dini dapat
menekan angka kematian. Salah satunya dengan melakukan SADARI.Para tenaga
kesehatan selain melakukan penyuluhan tentang pentingnya SADARI di harapkan
juga secara berkala membagikan leaflet yang berisikan tentang himbauan untuk
melakukan SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Di samping itu
tindakan nyata melalui pemberian stimulasi bagaimana melakukan SADARI
secara rutin.
SIMPULAN
Hasil penelitian tentang persepsi mahasiswa kebidanan tingkat 1 tantang
pentingnya SADARI di Poltekkes Majapahit Mojokerto tahun 2014 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi negatif tentang SADARI,
yaitu sebanyak 39 responden atau 52%. Dan hampir setengah dari responden
lainnya memiliki persepsi positif yakni sebanyak 36 responden atau 48% dari total
75 responden yang ada.
REKOMENDASI
1. Bagi Mahasiswa
Di harapkan mahasiswa akan lebih memahami dan ingin tahu tentang
SADARI serta tujuannya sehingga mahasiswa akan rutin melaksanakan
SADARI untuk menekan peningkatan penderita kanker payudara di
Indonesia
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Di harapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan kepedulian dalam
memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi terutama pada
materi SADARI pada masyarakat khususnya pada para remaja agar
kesadaran mereka meningkat untuk melaksanakan SADARI
3. Bagi Institusi
Di harapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi bagi
institusi pendidikan kebidanan untuk menambah pemahaman tentang
kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan SADARI.
4. Bagi Profesi
Tenaga Kesehatan khususnya bidan diharapkan mampu menambah
pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
sehingga dapat mengurangi meningkatnya penderita kanker payudara
dengan melakukan penyuluhan tentang SADARI secara rutin dan
memperagakannya dengan jelas
5. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya akan meneliti tentang faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya persepsi negatif remaja dalam pelaksanaan
SADARI, misalnya sumber informasi atau faktor usia yang mempengaruhi
perbedaan pola pikir dalam menangkap suatu informasi hingga
menyebabkan terjadinya kesalahan persepsi.
ALAMAT KORESPONDESNI
Email
: [email protected]
No.Telp : 085655580127
Alamat
: Jember
Download