1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian baik bagi klien, dokter, perawat, bidan maupun masyarakat pada umunya. Kehamilan kembar memberiakan dampak meningkatnya morbiditas dan mortalitas, karena itu mempertimbangkan kehamilan kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan. Berbagai komplikasi lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar baik terhadap ibu maupun janin yang berada dalam kandungan. Ada pun komplikasi kehamilan kembar yaitu BBLR, prematur Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi daripada kehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya abortus. Pada triplet, angka kejadian abortus adalah 25%. Sekitar 40-50% hamil kembar lahir kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,6% pada kehamilan tunggal, dan 50% lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 g, sedangkan pada hamil tunggal hanya 6%. Pada triplet, sebesar 90% lahir preterm. Apabila kenaikan berat badan ibu selama hamil antara 40-45 pound, maka berat badan lahir akan lebih dari 2.500 g. Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33 %. Jumlah kelahiran triplet serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak hingga 40,4 1 2 persen. Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan teknologi reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan kembar juga dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan atau genetik kembar. Di Kota Semarang angka kejadian kehamilan kembar pada tahun 2011 adalah sebesar 23 kasus. Angka kejadian kehamilan gemelli menurun pada tahun 2012 yaitu 13 kasus. Sedangkan untuk tahun 2013 dari bulan januari-april terdapat 9 kasus. Frekuensi kehamilan kembar mengikuti rumus dari Hellin yaitu 1:89 untuk hamil kembar, triple 1:892 sedangkan kuadruplet 1:893. Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembaradalah faktor ras, keturunan, umur dan paritas ibu (Manuaba IBG, 2008). Insidens anak kembar di Inggris adalah 1 dalam 80 kehamilan walaupun pada beberapa keadaan salah satu dari kembar tersebut dapat mengalami abortus pada awal kehamilan, sedangkan yang lain mencapai aterm/cukup umur (Verralls, 1997). Faktor yang berhubungan dengan kehamilan kembar yaitu usia, pada wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya terjadi 1 : 3 dari kehamilan , bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35 sampai 40 tahun terjadi 1 : 2 kehamilan . Bisa juga terjadi jika makin tua umur makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah berumur 40 tahun (Nugroho, 2012). Selain usia, jarak anak dekat juga dapat menjadi Paritas adalah frekuensi seorang wanita melahirkan. Semakin tinggi frekuensi melahirkan maka seorang 3 wanita akan semakin tinggi mendapatkan kehamilan kembar. Pada primipara 9,8 per 1000 dan pada multipara (oktipara) baik jadi 18,9 per 1000 persalinan (Varney, 2012) Kehamilan ganda atau kehamilan kembar juga bisa disebabkan oleh ras. Kehamilan kembar lebih umum terjadi pada orang yang memiliki ras yang berkulit putih 1 diantara 100 kehamilan dan lebih sedikit terjadi pada ras yang memiliki kulit hitam yaitu 1 diantara 80 kehamilan. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot (Nugroho, 2012). Keturunan juga dapat menyebabkan kehamilan kembar karena keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara paternal,namun dapat pula secara maternal. Dalam suatu penelitian Bulmer (1960) ditemukan bahwa wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran atau 1 dari 25 (4%). Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan atau 1 dari 60 (1,7%) (Nugroho, 2012). Kejadian kehamilan dan persalinan kembar sebanyak 54 orang dari 2995 orang, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 53 orang dari 2816 orang. Hal tersebut menjadi penting untuk dikaji lebih jauh apakah kehamilan kembar tersebut terjadi dengan faktor penyebabnya adalah umur, ras, keturunan dan paritas (Mochtar R, 2011) Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. Ibu yang hamil kembar dari 20 orang yang menurut umur sebanyak 19 orang (47,5%), menurut ras sebanyak 19 orang (47,5%), menurut 4 keturunan 20 orang (50,0%), menurut paritas sebanyak 18 orang (45,0%) dan yang tidak mengalami kehamilan kembar sebanyak 20 orang (50,0%). Dari latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang memepengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah faktor-faktor yang memepengaruhi kehamilan kembar di Klinik hj. Hamidah Medan Tembung. 1.3 Tujuan Penelitian 1.1.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui apakah faktor umur dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 2. Untuk mengetahui apakah faktor ras dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 3. Untuk mengetahui apakah faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 5 4. Untuk mengetahui apakah faktor paritas dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, tenaga kesehatan, Akademi Kebidanan Audi Husada, dan penelitian selanjutnya. 1.1.2. Bagi Lahan Praktik Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan ibu hamil tentang kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 1.1.3. Bagi Pendidikan Audi Husada Medan Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan tambahan referensi di perpustakaan bagi pendidikan Audi Husada Medan dalam proses belajar dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan. 1.1.4. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengalamn bagi penulis dalam mencari tahu tentang faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan Kembar Atau Gemelli 2.1.1 Pengertian Kehamilan Kembar Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm. Suatu kehamilan dimana terdapat dua maupun lebih embrio atau janin sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum di lepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Nugroho, 2012). Kehamilan kembar (multiple gestations) juga dikenal sebagai kehamilan multipel (kehamilan dengan lebih dari satu janin) multiple pregnancy. Keadaan ini dianggap sebagai komplikasi kehamilan karena tubuh ibu hamil harus menyesuaikan diri dengan akibat yang ditimbulkan oleh janin yang jumlahnya lebih dari satu itu (Saputra, 2012). Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri,dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan wanita dengan kehamilan memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin (Pudiastuti, 2011). 6 7 Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan tersebut menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin (Hanifa, 2006). Kehamilan ganda ialah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan ganda termasuk dalam risiko tinggi karena kematian neonatus 10 kali dari hamil tunggal dan kematian tunggal. Kematian perinatal janin pertama 9 kali dari hamil tunggal dan kematian perinatal janin kedua 11 kali dari hamil tunggal. Walaupun angka kejadian kehamilan ganda yang telah dilaporkan adalah sebesar 1-3% dari seluruh kehamilan,tetapi angka kejadian dari seluruh hasil konsepsi yang sesungguhnya adalah lebih tinggi. Hal ini karena pada studi eidemiologis tidak memasukkan terjadi abortus spontan dan lahir mati. Angka kejadian yang dilaporkan hanya kehamilan ganda yang lahir hidup. Jika terjadi ancaman abortus pada akhir trimester I, keadaan ini dapat dipantau terus sampai terjadi resorpsi sempurna dan janin yang masih dapat hidup terus sampai lahir tanpa meninggalkan bekas apa pun (Feryanto, 2011). 2.1.2 Klasifikasi Kehamilan Kembar Pada pemeriksaan dengan USG, dari 1.000 kehamilan trimester I didapatkan 3,29% kehamilan ganda dan 5,39% hamil kembar dengan 1 embrio dan 1 kantong kehamilan kosong. Dari hamil kembar didapatkan 21,2% dengan 1 janin mati dan diserap kembali. Keadaan tersebut saat ini selalu dipertanyakan. Diagnosis kehamilan 8 ganda pada trimester I didasarkan dengan adanya 2 embrio hidup. Di Amerika didapatkan 70-80% hamil kembar dizigotik dan 20-30% hamil kembar monozigotik. Pada kehamilan ganda karena pengurangan janin (reduced twin), secara bermakna mempunyai risiko yang lebih tinggi terjadinya kelahiran preterm, berat badan lahir rendah, dan sindrom gawat napas dibandingkan dengan hamil kembar biasa. Sebesar 80% zigositas dapat ditentukan pada saat lahir atau segera setelah lahir, yaitu sebagai berikut : 1. 23% hamil kembar 1 amnion, ini berarti monozigotik. 2. 30% hamil kembar dengan 2 korion karena mempunyai jenis kelamin berbeda ini berarti dizigotik. 3. 27% mempunyai jenis kelamin yang sama, tetapi dengan golongan darah yang berbeda, ini berarti dizigotik. 4. 20% dengan jenis kehamilan sama, tetapi golongan darahnya sama yang berarti kembar monozigotik dengan 2 korion (plasenta terpisah atau berfusi) atau kembar dizigotik dengan jenis kelamin sama (plasenta terpisah atau berfusi). Untuk memastikan, maka diperlukan pemeriksan lebih lanjut dengan kultur jaringan, analisis enzim, DNA mapping. Terminologi selanjutnya ialah quadruplet = kembar 4, quintuplet = kembar 5, sextuplet = kembar 6, dan octuplet = kembar 7. Frekuensi Kehamilan Kembar menurut Winkjosastro di dalam buku Ilmu Kebidanan. Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan kembar pada 121 juta persalinan sebagai berikut : 1. Gemelli 1 : 85 9 2. Triplet 1 : 7.629 3. Kuadruplet 1 : 670.743 4. Quintiplet 1 : 41.600.000 Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal adalah : 1. Gemelli 1 : 89 2. Triplet 1 : 892 3. Kuadruplet 1 : 893 4. Quintiplet 1 : 894 Kehamilan kembar banyak disukai para wanita, tapi bagaimanakah penyebab wanita hamil kembar bisa terjadi. Kelahiran kembar dapat terjadi karena beberapa faktor alami. Tetapi akhir-akhir ini perawatan kesuburan tampaknya dapat juga menjadi penyebab kelahiran kembar. Untuk kehamilan kembar identik yang terjadi adalah satu sel dibuahi dan kemudian terbagi menjadi dua atau lebih embrio. Ciri khas dari anak-anak yang lahir kembar identik adalah selalu berjenis kelamin sama dan juga memiliki perawakan yang sama. Pada kondisi ini, memiliki kantung ketuban yang berbeda tetapi embrio memiliki satu plasenta. Sedangkan untuk kehamilan kembar fraternal, dua atau lebih sel telur bisa dibuahi dan ditanamkan dalam rahim. Bayi-bayi yang lahir dengan kehamilan tersebut memiliki jenis kelamin yang berbeda tergantung pada sperma yang 10 membuahi sel telur. Kehamilan kembar fraternal ini memiliki plasenta dan kantung ketuban yang terpisah untuk masing-masing embrio. 2.1.3 Jenis Kehamilan Kembar Atau Kehamilan Gemelli 1. Kehamilan Monozigotik Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama, kehamilan ini juga disebut hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar uniovuler, karena berasal dari satu ovum. Kehamilan monozigotik merupakan hasil dari pembelahan ovum yang telah dibuahi pada bermacam-macam fase pertumbuhan. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi mungkin disebabkan implantasi. Angka kejadian kembar monozigotik relatif tetap seluruh dunia dibandingkan dengan kembar dizigotik. Angka kejadian tersebut ialah 4 per 1.000, tanpa dipengaruhi oleh fertilitas, ras, atau faktor-faktor lingkungan lain. Kematian dan kesakitan perinatal hamil kembar monozigotik bergantung dari variasi plasenta yang terjadi pada saat pembelahan ovum yang telah dibuahi (Feryanto, 2011). Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri fisiologi dan patologi (2011), kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozigotik atau disebut juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena : a. Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula. b. Hambatan pada tingkat segmentasi. c. Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak. 11 2. Kembar Dizigotik Merupakan kehamilan ganda yng berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik atau kehamilan kembar frateral (Nugroho, 2012). Angka kejadian kembar dizigotik berbeda pada setiap golongan masyarakat. Kembar dizigotik terjadi karena adanya ovulasi berulang akibat rangsangan FSH dan LH surge. Gonadotropin eksogen,klomifen sitrat, dan obat-obatan serupa yang ipakai untuk pengobatan infertilitas akan merangsang pengeluaran FSH sehingga akan terjadi ovulasi berulang yang berakibat terjadinya kehamilan ganda. Wanita dengan hamil kembar mempunyai kadar FSH dan LH yang lebih tinggi daripada wanita dengan hamil tunggal (Feryanto, 2011). Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri fisiologi dan patologi (2011), kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal dari : a. 1 ovarium dan dari 2 folikel de graff. b. 1 ovarium dan dari 1 folikel de graff. c. 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri. Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan dizigotik (satu telur dan dua telur) : 12 Perbedaan Plasenta Korion Amnion Tali pusat Sirkulasi darah Sekat kedua kantong Jenis kelamin Rupa dan sifat Mata, telinga, gigi, kulit Ukuran antropologik Sidik jari Cara pegangan Kembar Monozigotik 1 (70%) 2 (30%) 1 (70%) 2 (30%) 1 (70%) 2 (30%) 2 Janin bersekutu 2 lapis Sama Sama Sama Kembar Dizigotik 2 (± 100%) Sama Sama Bisa sama Bisa satu kidal Yang lain kanan Berbeda Berbeda 2 (± 100%) 2 (± 100%) 2 Terpisah 4 lapis Sama atau tidak Agak berlainan Berbeda Sama, bisa keduanya kanan Ciri-ciri yang lain yang tercantum di buku Patologi Kebidanan dr. Taufan Nugroho (2012) : 1. Kehamilan Monozigotik ciri-cirinya yaitu : a. Jenis kelamin sama. b. Rupanya sama (seperti bayangan). c. Sebagian hamil ganda dalam bentuk : d. a. 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta. b. 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta. c. 2 amnion, 1 korion, 1 plasenta. Pada kembar monozigotik dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar siam. 13 e. 2. Insiden kelainan malformasi tinggi pada kehamilan ganda monozigotik. Kehamilan Dizigotik ciri-cirinya : a. Jenis kelamin dapat sama atau berbeda. b. Persamaan seperti adik-kakak. c. Golongan darah tidak sama. d. Cap tangan dan kaki tidak sama. e. Sebagian hamil ganda dalam bentuk : a. 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta b. 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta. 2.1.4 Diagnosis Kehamilan Kembar 1. 2. Anamnesa a. Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan. b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil. c. Uterus terasa lebih cepat membesar. d. Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar. Inspeksi dan palpasi a. Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa. b. Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering. c. Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak. d. Teraba ada 3 bagian besar janin. e. Teraba ada 2 balotemen. 14 3. Auskultasi Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau lebih bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10. 4. Rontgen foto abdomen yaitu tampak gambaran 2 janin. 5. Ultrasonografi Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada triwulan I. 6. Elektrokardiogram total. Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin. 7. Reaksi kehamilan. Karena ada kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa. Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum. 2.1.5 Letak dan Presentasi Janin Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasanya, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dari posisi janin. Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama, misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta 15 presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala dan bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu (Winkjosastro, 2006). 2.1.6 Pertumbuhan Janin Kembar Pertumbuhan janin kembar menurut Mocthar (2011) : a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin tunggal. b. Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000 gr. c. Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya. d. Pada kehamilan ganda monozigotik : 1. Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan. 2. Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya. 3. Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan yang 16 baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi, oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah. e. Pada kehamilan kembar dizigotik : 1. Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan. 2. Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus atau kompresus. 2.1.7 Diagnosis Diferensial 1. Hidramnion. Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar, kadang-kadang kelainan hanya terdapat pada satu kantong amnion, dan yang lainnya oligohidramnion. Pemeriksaan ultrasonografi daspat menentukan apakah pada hidramnion ada kehamilan kembar atau tidak. 2. Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii. Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan rontgen dapat membedakan kedua hal tersebut. Dewasa ini dengan ultrasonografi. 17 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Kembar Menurut dr. Taufan Nugroho di buku Patalogi Kebidanan (2012) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar yaitu : 2.2.1. Faktor Umur a. Untuk peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun sampai dengan 7, frekuensi kehamilan ganda akan meningkat. b. Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35 sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih. 2.2.2. Faktor Paritas a. Paritas adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu atau 1000 gram) (Varney, 2001). b. Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35 sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih c. Peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas. d. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3 % dibandingkan dengan kehamilan keempat 2,7 %. 18 2.2.3. Faktor Ras a. Menurut Koentjaningrat ras adalah suatu golongan manusia yang menunjukan berbagai cirri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar (bersifat jasmani). b. Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara berbagai ras yang berbeda. c. Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan. d. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot. e. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi. 2.2.4. Faktor Keturunan a. Gen adalah potongan DNA (deoksiribonukleat acid) yang diwariskan dari orang tua kepada anak–anaknya yang menentukan siapa kita dan bagaimana kita berfungsi pada tingkat selular dasar. Pewarisan informasi genetik adalah suatu peristiwa pemastian bahwa pewarisan gen–gen antar generasi terjadi tanpa ada kesalahan dan pemberian kesempatan yang terjadi variasi gen agar spesies dapat beradaptasi dan bertahan hidup. Kadang–kadang kesalahan (mutasi) menyebabkan spesies yang bersangkutan semakin maju namun adakalanya mutasi menyebabkan penyakit dan kematian (Corwin, 2000). 19 b. Sebagai penentu kehamilan ganda genotip ibu jauh lebih penting dari genotip ayah. c. White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan. d. Lebih lanjut, dalam analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka kembar, keterangan didapatkan bahwa slah satu sebabnya adalah multiple ovulasi yang diturunkan. 2.3. Prognosis Kehamilan Kembar Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan tunggal, karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan perdarahan postpartum. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak kehamilan tunggal. Prematuritas merupakan sebab utama. Selain itu juga lebih sering terjadi pre-eklampsia, hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi obstetrik, dan menyebabkan sindroma diastres respirasi, trauma persalinan dengan perdarahan serebral dan kemungkinan adanya kelainan bawaan pada bayi. Kematian anak kedua lebih tinggi daripada yang pertama karena lebih sering terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih ganyaknya terjadi prolapsus funikuli, solutio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua. Kematian 20 anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan dizigotik karena pada yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin pertama dan kedua (Winkjosastro, 2006). 2.4. Penanganan dalam Kehamilan Kembar Menurut Mochtar (2011) : 1. Perawatan antenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu). 2. Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena akan merangsang partus prematurus. 3. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan. 4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah. 2.4.1. Penanganan dalam Persalinan Kembar 1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis. 2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah dan lain-lain. 21 3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa. 4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya pasang infus profilaksis. 5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetrik : a. Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara versi dan ekstraksi. b. Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forseps. c. Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki. d. Indikasi seksio saesarea hanya pada : a. Janin pertama letak lintang. b. Bila terjadi prolaps tali pusat. c. Plasenta previa. d. Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan anak kedua letak kepala. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena. 22 2.5. Kerangka Konsep Ada pun kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. Variabel Independent Faktor yang Variabel Dependet berhubungan dengan kehamilan kembar : - Umur Kehamilan Kembar - Paritas - Ras - Keturunan 2.5.1. Hipotesis 1. Ada hubungan umur terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj.Hamidah Medan Tembung. 2. Ada hubungan paritas terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj.Hamidah Medan Tembung. 3. Ada hubungan ras terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj.Hamidah Medan Tembung. 4. Ada hubungan keturunan terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj.Hamidah Medan Tembung. 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung (Notoatmodjo, 2010). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dimana lokasi ini belum pernah di lakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar dan lokasi ini memenuhi syarat penelitian yang telah diajukan peneliti dalam melakukan penelitian tentang kehamilan kembar. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari – April 2014. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di Klinik Hj. Hamidah tahun 2014 sebanyak 40 orang. 23 24 3.3.2. Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan total sampling yaitu seluruh ibu hamil kembar yang ada di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung yang berjumlah 40 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui kuesioner di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui status yang ada di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 3.5. Definisi Operasional 1. Riwayat keturunan adalah riwayat keluarga yang pernah mengalami. Alat ukur : Cheklist Kategori : 1. Ya 2.Tidak Skala ukur : Nominal 2. Umur adalah usia ibu di hitung mulai tanggal lahir ibu sampai saat pengumpulan data dilakukan. Alat ukur : Cheklist Kategori : 1. < 20 / < 35 tahun 25 2. 20 - 35 tahun Skala ukur : Ordinal 3. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun meninggal. Alat ukur : Cheklist Kategori : 1. ≤ 3 anak 2. > 3 anak Skala umur : Ordinal 4. Ras adalah suku dan warna kulit ibu . Alat ukur : Cheklist Kategori : 1. Ya 2. Tidak Skala ukur : Nominal 5. Keturunan adalah adanya riwayat gen yang dibawa dari salah satu orang tua calon bayi tersebut baik ayah atau ibu. Alat ukur : Cheklist Kategori : 1. Ya 2. Tidak Skala ukur : Nominal 26 3.6 Aspek Pengukuran No 1 Variabel 2 Kehamilan kembar Umur 3 Ras 4 Keturunan 5 Paritas Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian Kategori Skala Pengukuran 1.Ya 2. Tidak 1. < 20 tahun/ >35 tahun 2. 20-35 tahun 1. Ya 2. Tidak 1. Ya 2. Tidak 1. ≤ 3 anak 2. > 3 anak Nominal Ordinal Nominal Nominal Ordinal 3.7. Pengelolahan Data dan Analisis Data 3.7.1. Pengolahan Data Setelah data berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Editing Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner 2. Coding Merupakan pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis 1= laki-laki, 2= perempuan 27 3. Tabulating Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan membuat tabel kontigen. 4. Cleaning Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan pembentulan atau koreksi. 3.7.2. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskrifkan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang berhubungan (umur, ras, keturunanan dan paritas) terjadinya kehamilan kembar lalu dilakukan menggunakan software SPSS dengan uji chi-square (α=0,05). 28 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Klinik Bersalin Hj. Hamidah Nasution berdiri pada tahun 1988 berlokasi di jalan Letda Sujono Gang Cempaka Medan Tembung. Dimana terdiri dari 3 ruangan yaitu : ruang bersalin, ruang rawat inap, dan ruang pemeriksaan. Adapun para tenaga kesehatannya terdiri dari Bidan Hj. Hamidah serta pegawai dan dokter penanggung jawabnya dr. Rili Ritonga, SpOG. 4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Umur, Pekerjaan dan Pendidikan Responden Untuk melihat umur, pekerjaan dan pendidikan responden di Klinik Hj.Hamidah tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Menurut Umur, Pekerjaan dan Pendidikan di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Tahun 2014 No 1 2 1 2 3 Umur <20/ >35 tahun 20-35 tahun Jumlah Pendidikan SLTP SMA PT Jumlah 28 f 21 19 40 % 52,5 47,5 100,0 15 14 11 40 37,5 35,0 27,5 100,0 29 1 2 3 4 Jenis Pekerjaan Ibu PNS Wiraswasta Buruh IRT Jumlah 5 14 6 15 40 12,5 35,0 15,5 37,5 100,0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak pada umur <20 tahun yaitu sebanyak 21 orang (52,5 %), dan terendah > 40 tahun sebanyak 19 orang (47,5%). Responden yang terbanyak pada pendidikan SLTP yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), SMA sebanyak 14 orang (35,0%) dan yang terendah pada pendidikan PT, yaitu sebanyak 11 orang (27,5%) dan responden yang menjawab PNS sebanyak 5 orang (12,5%), yang menjawab wiraswasta 14 orang (35,0%), yang menjawab buruh 6 orang (15,5%), dan yang menjawab IRT sebanyak 15 orang (37,5%). 4.3. Analisis Univariat Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : umur,paritas, ras, dan keturunan. 4.3.1 Umur Responden Untuk melihat status umur responden di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.2. : Tabel 4.2. Disribusi Menurut Status Umur Responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung Tahun 2014 No Umur f % 1 < 20 tahun/ >35tahun 21 52,5 2 20 tahun-35 tahun 19 47,5 Jumlah 40 100 30 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang umurnya < 20 tahun/>35tahun sebanyak 21 orang (52,5%) dan responden yang umurnya 20 tahun35 tahun sebanyak 19 (47,5%). 4.3.2. Ras Responden Untuk melihat ras responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.3. : Tabel 4.3. Distribusi Menurut Ras di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Tahun 2014 No Ras/Suku f % 1 Jawa 19 47,5 2 Batak 21 52,5 Jumlah 40 100 Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang mengatakan menjawab Jawa sebanyak 19 orang(47,5%) dan yang menjawab Batak sebanyak 21 orang (52,5%) . 4.3.3. Keturunan Responden Untuk melihat keturunan responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 4.3.3 : Tabel 4.4. Distribusi Menurut Keturunan di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung No Keturunan f % 1 Ya 20 50,0 2 Tidak 20 50,0 Jumlah 40 100,0 31 Dari tabel diatas responden tentang keturunan yang mengatakan iya sebanyak 20 orang (50,0%) dan responden yang mengatakan tidak sebanyak 20 orang (50,0%). 4.3.4. Paritas Responden Untuk melihat nutrisi responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dapat dilihat pada tabel 4.5. : Tabel 4.5. Distribusi Menurut Paritas di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung No Paritas f % 1 ≤ 3 anak 22 55,0 2 > 3 anak 18 45,0 Jumlah 40 100,0 Dari tabel diatas responden menurut nutrisi yang mengatakan memiliki < 3 anak sebanyak 22 orang (55,0%) dan responden yang mengatakan memiliki > 3 anak sebanyak 18 orang (45,0%). 4.4 Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin dipakai dengan uji chi-square ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut : 4.4.1. Hubungan Umur Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar Untuk melihat hubungan umur ibu terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6. : 32 Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Kehamilan Kembar No Total Prob Iya Tidak Umur n % n % N % 1 <20 tahun/ >35tahun 7 31,8 15 68,2 22 100 0,003 2 20 tahun-35tahun 13 72,2 5 27,8 18 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang berumur < 20 tahun/ >35tahun dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18 orang yang berumur 20 tahun-35tahun yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,003 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 4.4.2 Hubungan Ras Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar Untuk melihat hubungan ras terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.7.: Tabel 4.7. Hubungan Ras dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Kehamilan Kembar No Total Prob Iya Tidak Ras n % n % N % 1 Jawa 14 73,7 5 26,3 19 100 0,011 2 Batak 6 28,6 15 71,4 21 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100 33 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 14 orang yang memiliki ras jawa 19 dapat menyebabkan kehamilan kembar 14 orang (73,7%) dan yang tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (26,3%). Kemudian dari 21 orang yang memiliki ras batak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (28,6%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (71,4%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,011 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara ras dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 4.4.3 Hubungan Keturunan Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar Untuk melihat hubungan keturunan terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.8. : Tabel 4.8. Hubungan Keturunan dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Kehamilan Kembar No Total Prob Iya Tidak Keturunan n % n % N % 1 Iya 14 70,0 6 30,0 20 100 0,027 2 Tidak 6 30,0 14 70,0 20 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 20 orang yang memilih keturunan kembar menjawab bahwa keturunan dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%) dan yang menjawab tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (30,0%). Kemudian dari 20 orang yang memilih tidak keturunan menjawab dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (30,0%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%). Dan terlihat 34 bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,027 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 4.4.4 Hubungan Paritas Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar Untuk melihat hubungan paritas terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.9. : Tabel 4.9. Hubungan Paritas dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Kehamilan Kembar No Total Prob Iya Tidak Paritas n % n % N % 1 < 3 anak 7 31,8 15 68,2 22 100 0,026 2 >3 anak 13 72,2 5 27,8 18 100 Total 20 50,0 20 50,0 40 100 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang memiliki < 3 anak dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan yang tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18 orang yang memiliki > 3 anak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,026 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 35 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tuntungan, maka pembahasannya sebagai berikut : 5.1.1 Faktor Umur Dengan Kejadian Kehamilan Kembar Dari hasil penelitian faktor umur ibu yang mengalami kehamilan kembar pada umur 20-35 tahun yang mengalami kehamilan kembar 7 orang (31,8%) yang tidak mengalami 15 orang (68,2%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,003 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara umur dengan kejadian kehamilan kembar. Menurut R. Muchtar (2011) Peluang hamil kembar berhubungan dengan usia, dan puncaknya pada usia 35 dan 39 tahun. Karena perempuan berusia di atas 35 tahun menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) yang lebih banyak dibandingkan dengan usia muda, dan perempuan dengan FSH tinggi bisa melepaskan lebih dari satu sel telur dalam sebuah siklus. Namun kehamilan di usia ini juga meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia (tekanan darah tinggi), terutama jika kehamilan tersebut adalah yang pertama. 36 36 Menurut Sarwono (2008) Semakin tinggi umur wanita, maka akan semakin mengalami kehamilan ganda. Resiko kehamilan ganda akan menurun, setelah wanita berumur 40 tahun. Umur yang semakin tinggi frekuensinya (> 35 tahun), setelah umur 40 tahun frekuensi kehamilan kembar menurun lagi tetapi pada umumnya ada wanita yang umurnya lebih tua akan mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami kehamilan kembar (Feryanto, 2011). Menurut Asumsi peneliti umur memang berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan di atas bahwa umur lebih tinggi lebih cenderung. dengan terjadinya kehamilan kembar daripada usia muda. 5.1.2 Faktor Ras Dengan Kejadian Kehamilan Kembar Dari hasil penelitian ras yang mengalami kehamilan kembar yang ras jawa yang mengalami kehamilan kembar 14 orang (73,7%) yang tidak mengalami 5 orang (26,3%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,011 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara ras dengan kejadian kehamilan kembar. Menurut Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara 80 kehamilan. Wanita kulit putih melahirkan kembar 1:100, wanita kulit hitam 1:80,dimana angka kehamilan kembar lebih besar terjadi pad wanita kulit putih dibandingkan kulit hitam (Feryanto, 2011). 37 Menurut Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 20 kelahiran, kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi (Nugroho, 2012). Menurut Asumsi peneliti memang ras berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat penelitian diatas dan pernyataan bahwa orang yng memiliki kulit putih lebih cenderung mengalami kehamilan kembar di bandingan orang yang berkulit hitam. 5.1.3 Faktor Keturunan Dengan Kejadian Kehamilan Kembar Dari hasil penelitian keturunan yang mengalami kehamilan kembar yang mengatakan iya mengalami kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%) dan yang tidak mengalami 6 orang (30,0%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,027 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar. Menurut Prawirohardjo (2006) Keturunan (keturunan kembar dari pihak bapak tidak meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar). Menurut analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar, keterangan didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multiple ovuasi yang diturunkan (Nugroho, 2012). 38 Menurut White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan. Ada kecenderungan terjadinya kehamilan kembar yang lebih besar apabila diturunkan dari pihak ibu. Apabila ibunya sendiri kembar, maka kemungkinan melahirkan anak kembar ialah 1:58, tetapi apabila ayahnya yang kembar,maka kemungkinan melahirkan anak kembar adalah 1:116 (Feryanto, 2011). Menurut Asumsi peneliti memang keturunan berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan diatas, kehamilan kembar dapat terjadi jika salah satu orang tua dari calon bayi memiliki riwayat kembar. Dan itu cenderung terjadi jika riwayat keturunan kembar yang dibawa oleh ayah calon bayi tersebut. 5.1.4 Faktor Paritas Dengan Kejadian Kehamilan Kembar Dari hasil penelitian faktor paritas yang mengalami kehamilan kembar yang anak > 3 mengalami kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan yang tidak mengalami 5 orang (27,8%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,026 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan kejadian kehamilan kembar. Menurut Prawirohardjo (2006) Paritas (angka kehamilan) ibu, frekuensi kehamilan kembar meningkat sesuai dengan paritas ibu. Perempuan yang pernah hamil sebelumnya, setidaknya sudah memiliki satu anak cenderung lebih mudah 39 untuk memiliki anak kembar dibandingkan perempuan yang baru pertama kali hamil. Karena biasanya rahim sudah agak merenggang dan tubuh perempuan cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan tambahan dari anak kembar. Menurut Petterson dkk (1976), memastikan peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7%. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7% (Nugroho, 2012). Menurut Asumsi peneliti bahwa paritas berhubungan dengan kehamilan kembar karena dilihat dari penelitian dan hasil pernyataa bahwa paritas atau jumlah anak yang banyak pada kelahiran sebelumnya dapat menyebakan kehamilan kembar lebih rentan terjadi. 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dapat diambil kesimpulan bahwa umur, ras, keturunan, dan paritas mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar yaitu : 1. Ada hubungan antara umur dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 2. Ada hubungan antara ras dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 3. Ada hubungan antara keturunan dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 4. Ada hubungan antara paritas dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung. 6.2. Saran 1. Diharapkan kepada ibu hamil agar sering melakukan pemeriksaan antenatal dan dapat mengetahui cara merawat kehamilan kembar serta bayi kembar yang akan lahir nantinya. 2. Diharapkan kepada ibu bidan Hj. Hamidah sebagai kepala Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung ataupun teanaga kesehatan lainnya untuk memberikan 41 41 informasi bahwa kehamilan kembar dapat terjadi pada ibu hamil dan memberikan tanda- tanda kehamilan kembar. 3. Diharapkan kepada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan untuk menambah referensi dan sumber informasi terutama tentang kehamilan Kembar. 4. Karya tulis ini dapat digunakan sebagai sumber dan perbandingan terhadap penelitian selanjutnya. 42 DAFTAR PUSTAKA Feryanto, Ahmad dkk, 2011. Asuhan Kebidanan Patologis, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Nugroho, dr. Taufan, 2010. Patologi Kebidanan, Nuha Medica, Yogyakarta Prawirohardjo, Sarwono 2009. Prawirohardjo, Jakarta Ilmu Kandungan, Bina Pustaka Sarwono Saputra, dr. Lyndon dkk, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Patologis, Binampa Aksara, Jakarta. Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011. Kebidanan Komunitas, Nuha Medica, Jakarta. Hanifa, Winkjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta. Mochtar, 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologis, EGC, Jakarta. Siswono,2003. Stimulasi dan Nutrisi Penting Untuk Bayi, Bina Pustaka,Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Prawirohardjo, Jakarta. Ilmu Kebidanan, Bina IBG, Manuaba, 2008. Patologi Obstetri, Arcan, Jakarta. Verralls, Sylvia, 1997. Anatomi dan Fisiologi, EGC, Jakarta. Pustaka Sarwono