BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan kembar

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian baik bagi klien, dokter, perawat, bidan
maupun masyarakat pada umunya. Kehamilan kembar memberiakan dampak
meningkatnya morbiditas dan mortalitas, karena itu mempertimbangkan kehamilan
kembar sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan.
Berbagai komplikasi lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar baik terhadap
ibu maupun janin yang berada dalam kandungan. Ada pun komplikasi kehamilan
kembar yaitu BBLR, prematur
Angka kejadian kehamilan ganda di Amerika adalah lebih dari 2%. Pada
kehamilan ganda kemungkinan terjadinya abortus spontan lebih tinggi daripada
kehamilan tunggal. Makin banyak jumlah janinnya, makin tinggi terjadinya abortus.
Pada triplet, angka kejadian abortus adalah 25%. Sekitar 40-50% hamil kembar lahir
kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan 9,6% pada kehamilan tunggal, dan 50%
lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 g, sedangkan pada hamil tunggal hanya
6%. Pada triplet, sebesar 90% lahir preterm. Apabila kenaikan berat badan ibu selama
hamil antara 40-45 pound, maka berat badan lahir akan lebih dari 2.500 g.
Angka kehamilan kembar di Indonesia adalah 33 %. Jumlah kelahiran triplet
serta kelahiran dengan janin yang jumlahnya lebih besar lagi melonjak hingga 40,4
1
2
persen. Secara umum, hal ini terjadi semakin luasnya penggunaan teknologi
reproduksi dalam penatalaksanaan infertilitas. Selain itu kehamilan kembar juga
dapat terjadi karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan
riwayat persalinan yang sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil
KB dan juga lebih tinggi pada orang yang memiliki keturunan atau genetik kembar.
Di Kota Semarang angka kejadian kehamilan kembar pada tahun 2011 adalah
sebesar 23 kasus. Angka kejadian kehamilan gemelli menurun pada tahun 2012 yaitu
13 kasus. Sedangkan untuk tahun 2013 dari bulan januari-april terdapat 9 kasus.
Frekuensi kehamilan kembar mengikuti rumus dari Hellin yaitu 1:89 untuk
hamil kembar, triple 1:892 sedangkan kuadruplet 1:893. Faktor yang dapat
meningkatkan kemungkinan hamil kembaradalah faktor ras, keturunan, umur dan
paritas ibu (Manuaba IBG, 2008).
Insidens anak kembar di Inggris adalah 1 dalam 80 kehamilan walaupun pada
beberapa keadaan salah satu dari kembar tersebut dapat mengalami abortus pada awal
kehamilan, sedangkan yang lain mencapai aterm/cukup umur (Verralls, 1997).
Faktor yang berhubungan dengan kehamilan kembar yaitu usia, pada wanita
20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya terjadi 1 : 3 dari kehamilan , bila
dibandingkan dengan wanita yg berusia diantara 35 sampai 40 tahun terjadi 1 : 2
kehamilan . Bisa juga terjadi jika makin tua umur makin tinggi angka kejadian
kehamilan kembar dan menurun lagi setelah berumur 40 tahun (Nugroho, 2012).
Selain usia, jarak anak dekat juga dapat menjadi Paritas adalah frekuensi
seorang wanita melahirkan. Semakin tinggi frekuensi melahirkan maka seorang
3
wanita akan semakin tinggi mendapatkan kehamilan kembar. Pada primipara 9,8 per
1000 dan pada multipara (oktipara) baik jadi 18,9 per 1000 persalinan (Varney, 2012)
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar juga bisa disebabkan oleh ras.
Kehamilan kembar lebih umum terjadi pada orang yang memiliki ras yang berkulit
putih 1 diantara 100 kehamilan dan lebih sedikit terjadi pada ras yang memiliki kulit
hitam yaitu 1 diantara 80 kehamilan. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat
keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot (Nugroho, 2012).
Keturunan juga dapat menyebabkan kehamilan kembar karena keluarga
tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang biasanya diturunkan secara
paternal,namun dapat pula secara maternal. Dalam suatu penelitian Bulmer (1960)
ditemukan bahwa wanita yang dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58
kelahiran atau 1 dari 25 (4%). Namun, wanita yang bukan kembar tapi mempunyai
suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan
atau 1 dari 60 (1,7%) (Nugroho, 2012).
Kejadian kehamilan dan persalinan kembar sebanyak 54 orang dari 2995
orang, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 53 orang dari 2816 orang. Hal tersebut
menjadi penting untuk dikaji lebih jauh apakah kehamilan kembar tersebut terjadi
dengan faktor penyebabnya adalah umur, ras, keturunan dan paritas (Mochtar R,
2011)
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Klinik Hj. Hamidah
Medan Tembung. Ibu yang hamil kembar dari 20 orang yang menurut umur
sebanyak 19 orang (47,5%), menurut ras sebanyak 19 orang (47,5%), menurut
4
keturunan 20 orang (50,0%), menurut paritas sebanyak 18 orang (45,0%) dan yang
tidak mengalami kehamilan kembar sebanyak 20 orang (50,0%).
Dari latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang memepengaruhi terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah
Medan Tembung.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah faktor-faktor yang memepengaruhi kehamilan kembar di Klinik hj. Hamidah
Medan Tembung.
1.3
Tujuan Penelitian
1.1.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memepengaruhi kehamilan kembar di
Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui apakah faktor umur dapat mempengaruhi terjadinya
kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
2.
Untuk mengetahui apakah faktor ras dapat mempengaruhi terjadinya
kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
3.
Untuk mengetahui apakah faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya
kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
5
4.
Untuk mengetahui apakah faktor paritas dapat mempengaruhi terjadinya
kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, tenaga
kesehatan, Akademi Kebidanan Audi Husada, dan penelitian selanjutnya.
1.1.2. Bagi Lahan Praktik
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan ibu hamil tentang kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan
Tembung.
1.1.3. Bagi Pendidikan Audi Husada Medan
Dapat digunakan sebagai informasi dan bahan tambahan referensi di
perpustakaan bagi pendidikan Audi Husada Medan dalam proses belajar dan menjadi
tambahan ilmu pengetahuan.
1.1.4. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalamn bagi penulis dalam mencari tahu
tentang faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kehamilan Kembar Atau Gemelli
2.1.1 Pengertian Kehamilan Kembar
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan
pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm.
Suatu kehamilan dimana terdapat dua maupun lebih embrio atau janin
sekaligus. Kehamilan ganda terjadi, apabila dua atau lebih ovum di lepaskan dan
dibuahi atau apabila satu ovum dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua
embrio yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Nugroho, 2012).
Kehamilan kembar (multiple gestations) juga dikenal sebagai kehamilan
multipel (kehamilan dengan lebih dari satu janin) multiple pregnancy. Keadaan ini
dianggap sebagai komplikasi kehamilan karena tubuh ibu hamil harus menyesuaikan
diri dengan akibat yang ditimbulkan oleh janin yang jumlahnya lebih dari satu itu
(Saputra, 2012).
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri,dokter dan masyarakat
pada umumnya. Kehamilan dan persalinan wanita dengan kehamilan memerlukan
pengawasan dan perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan
janin (Pudiastuti, 2011).
6
7
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
tersebut menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya.
Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak
sebegitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan
perhatian khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin (Hanifa,
2006).
Kehamilan ganda ialah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan ganda
termasuk dalam risiko tinggi karena kematian neonatus 10 kali dari hamil tunggal dan
kematian tunggal. Kematian perinatal janin pertama 9 kali dari hamil tunggal dan
kematian perinatal janin kedua 11 kali dari hamil tunggal. Walaupun angka kejadian
kehamilan ganda yang telah dilaporkan adalah sebesar 1-3% dari seluruh
kehamilan,tetapi angka kejadian dari seluruh hasil konsepsi yang sesungguhnya
adalah lebih tinggi. Hal ini karena pada studi eidemiologis tidak memasukkan terjadi
abortus spontan dan lahir mati. Angka kejadian yang dilaporkan hanya kehamilan
ganda yang lahir hidup. Jika terjadi ancaman abortus pada akhir trimester I, keadaan
ini dapat dipantau terus sampai terjadi resorpsi sempurna dan janin yang masih dapat
hidup terus sampai lahir tanpa meninggalkan bekas apa pun (Feryanto, 2011).
2.1.2 Klasifikasi Kehamilan Kembar
Pada pemeriksaan dengan USG, dari 1.000 kehamilan trimester I didapatkan
3,29% kehamilan ganda dan 5,39% hamil kembar dengan 1 embrio dan 1 kantong
kehamilan kosong. Dari hamil kembar didapatkan 21,2% dengan 1 janin mati dan
diserap kembali. Keadaan tersebut saat ini selalu dipertanyakan. Diagnosis kehamilan
8
ganda pada trimester I didasarkan dengan adanya 2 embrio hidup. Di Amerika
didapatkan 70-80% hamil kembar dizigotik dan 20-30% hamil kembar monozigotik.
Pada kehamilan ganda karena pengurangan janin (reduced twin), secara
bermakna mempunyai risiko yang lebih tinggi terjadinya kelahiran preterm, berat
badan lahir rendah, dan sindrom gawat napas dibandingkan dengan hamil kembar
biasa. Sebesar 80% zigositas dapat ditentukan pada saat lahir atau segera setelah
lahir, yaitu sebagai berikut :
1.
23% hamil kembar 1 amnion, ini berarti monozigotik.
2.
30% hamil kembar dengan 2 korion karena mempunyai jenis kelamin berbeda ini
berarti dizigotik.
3.
27% mempunyai jenis kelamin yang sama, tetapi dengan golongan darah yang
berbeda, ini berarti dizigotik.
4.
20% dengan jenis kehamilan sama, tetapi golongan darahnya sama yang berarti
kembar monozigotik dengan 2 korion (plasenta terpisah atau berfusi) atau
kembar dizigotik dengan jenis kelamin sama (plasenta terpisah atau berfusi).
Untuk memastikan, maka diperlukan pemeriksan lebih lanjut dengan kultur
jaringan, analisis enzim, DNA mapping. Terminologi selanjutnya ialah quadruplet =
kembar 4, quintuplet = kembar 5, sextuplet = kembar 6, dan octuplet = kembar 7.
Frekuensi Kehamilan Kembar
menurut Winkjosastro di dalam buku Ilmu
Kebidanan. Greulich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan kembar pada 121 juta
persalinan sebagai berikut :
1.
Gemelli
1 : 85
9
2.
Triplet
1 : 7.629
3.
Kuadruplet
1 : 670.743
4.
Quintiplet
1 : 41.600.000
Angka tersebut kira-kira sesuai dengan hukum Hellin yang menyatakan bahwa
perbandingan antara kehamilan kembar dan tunggal adalah :
1.
Gemelli
1 : 89
2.
Triplet
1 : 892
3.
Kuadruplet
1 : 893
4.
Quintiplet
1 : 894
Kehamilan kembar banyak disukai para wanita, tapi bagaimanakah penyebab
wanita hamil kembar bisa terjadi. Kelahiran kembar dapat terjadi karena beberapa
faktor alami. Tetapi akhir-akhir ini perawatan kesuburan tampaknya dapat juga
menjadi penyebab kelahiran kembar.
Untuk kehamilan kembar identik yang terjadi adalah satu sel dibuahi dan
kemudian terbagi menjadi dua atau lebih embrio. Ciri khas dari anak-anak yang lahir
kembar identik adalah selalu berjenis kelamin sama dan juga memiliki perawakan
yang sama. Pada kondisi ini, memiliki kantung ketuban yang berbeda tetapi embrio
memiliki satu plasenta.
Sedangkan untuk kehamilan kembar fraternal, dua atau lebih sel telur bisa
dibuahi dan ditanamkan dalam rahim. Bayi-bayi yang lahir dengan kehamilan
tersebut memiliki jenis kelamin yang berbeda tergantung pada sperma yang
10
membuahi sel telur. Kehamilan kembar fraternal ini memiliki plasenta dan kantung
ketuban yang terpisah untuk masing-masing embrio.
2.1.3 Jenis Kehamilan Kembar Atau Kehamilan Gemelli
1.
Kehamilan Monozigotik
Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan
membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang sama, kehamilan ini juga
disebut hamil kembar identik atau hamil kembar homolog atau hamil kembar
uniovuler, karena berasal dari satu ovum.
Kehamilan monozigotik merupakan hasil dari pembelahan ovum yang telah
dibuahi pada bermacam-macam fase pertumbuhan. Penyebab yang pasti belum
diketahui, tetapi mungkin disebabkan implantasi. Angka kejadian kembar
monozigotik relatif tetap seluruh dunia dibandingkan dengan kembar dizigotik.
Angka kejadian tersebut ialah 4 per 1.000, tanpa dipengaruhi oleh fertilitas, ras, atau
faktor-faktor lingkungan lain. Kematian dan kesakitan perinatal hamil kembar
monozigotik bergantung dari variasi plasenta yang terjadi pada saat pembelahan
ovum yang telah dibuahi (Feryanto, 2011).
Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri fisiologi dan
patologi (2011), kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur disebut kembar
monozigotik atau disebut juga identik, humolog, atau uniovuler, dapat terjadi karena :
a.
Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula.
b.
Hambatan pada tingkat segmentasi.
c.
Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi belum primitive streak.
11
2.
Kembar Dizigotik
Merupakan kehamilan ganda yng berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah
dibuahi, sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik atau kehamilan kembar
frateral (Nugroho, 2012).
Angka kejadian kembar dizigotik berbeda pada setiap golongan masyarakat.
Kembar dizigotik terjadi karena adanya ovulasi berulang akibat rangsangan FSH dan
LH surge. Gonadotropin eksogen,klomifen sitrat, dan obat-obatan serupa yang ipakai
untuk pengobatan infertilitas akan merangsang pengeluaran FSH sehingga akan
terjadi ovulasi berulang yang berakibat terjadinya kehamilan ganda. Wanita dengan
hamil kembar mempunyai kadar FSH dan LH yang lebih tinggi daripada wanita
dengan hamil tunggal (Feryanto, 2011).
Menurut Mocthar yang tercantum di buku sinopsis obstetri fisiologi dan
patologi (2011), kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal
dari 2 telur disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal, kedua telur bisa berasal
dari :
a.
1 ovarium dan dari 2 folikel de graff.
b.
1 ovarium dan dari 1 folikel de graff.
c.
1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan dizigotik
(satu telur dan dua telur) :
12
Perbedaan
Plasenta
Korion
Amnion
Tali pusat
Sirkulasi darah
Sekat kedua kantong
Jenis kelamin
Rupa dan sifat
Mata, telinga, gigi,
kulit
Ukuran antropologik
Sidik jari
Cara pegangan
Kembar Monozigotik
1 (70%)
2 (30%)
1 (70%)
2 (30%)
1 (70%)
2 (30%)
2
Janin bersekutu
2 lapis
Sama
Sama
Sama
Kembar Dizigotik
2 (± 100%)
Sama
Sama
Bisa sama
Bisa satu kidal
Yang lain kanan
Berbeda
Berbeda
2 (± 100%)
2 (± 100%)
2
Terpisah
4 lapis
Sama atau tidak
Agak berlainan
Berbeda
Sama, bisa keduanya
kanan
Ciri-ciri yang lain yang tercantum di buku Patologi Kebidanan dr. Taufan
Nugroho (2012) :
1.
Kehamilan Monozigotik ciri-cirinya yaitu :
a.
Jenis kelamin sama.
b.
Rupanya sama (seperti bayangan).
c.
Sebagian hamil ganda dalam bentuk :
d.
a.
2 amnion, 2 korion, 2 plasenta.
b.
2 amnion, 2 korion, 1 plasenta.
c.
2 amnion, 1 korion, 1 plasenta.
Pada kembar monozigotik dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti
kembar siam.
13
e.
2.
Insiden kelainan malformasi tinggi pada kehamilan ganda monozigotik.
Kehamilan Dizigotik ciri-cirinya :
a.
Jenis kelamin dapat sama atau berbeda.
b.
Persamaan seperti adik-kakak.
c.
Golongan darah tidak sama.
d.
Cap tangan dan kaki tidak sama.
e.
Sebagian hamil ganda dalam bentuk :
a.
2 amnion, 2 korion, 2 plasenta
b.
2 amnion, 2 korion, 1 plasenta.
2.1.4 Diagnosis Kehamilan Kembar
1.
2.
Anamnesa
a.
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan.
b.
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c.
Uterus terasa lebih cepat membesar.
d.
Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar.
Inspeksi dan palpasi
a.
Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan
lebih cepat tumbuhnya dari biasa.
b.
Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering.
c.
Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak.
d.
Teraba ada 3 bagian besar janin.
e.
Teraba ada 2 balotemen.
14
3.
Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau lebih bila dihitung
bersamaan terdapat selisih 10.
4.
Rontgen foto abdomen yaitu tampak gambaran 2 janin.
5.
Ultrasonografi
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan
pada triwulan I.
6.
Elektrokardiogram total.
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7.
Reaksi kehamilan.
Karena ada kehamilan kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif,
kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih
besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering
terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.
2.1.5 Letak dan Presentasi Janin
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak
daripada biasanya, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dari posisi janin.
Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta
15
presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak
memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala dan
bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong
dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu (Winkjosastro, 2006).
2.1.6 Pertumbuhan Janin Kembar
Pertumbuhan janin kembar menurut Mocthar (2011) :
a.
Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari
janin tunggal.
b.
Berat badan bayi baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet
di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000
gr.
c.
Berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000 gram, dan karena pembagian sirkulasi darah
tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
d.
Pada kehamilan ganda monozigotik :
1.
Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain,
karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari
perdarahan.
2.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya.
3.
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan yang
16
baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi, oligohidrami
dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
e.
Pada kehamilan kembar dizigotik :
1.
Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
2.
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada
kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
2.1.7 Diagnosis Diferensial
1.
Hidramnion.
Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar, kadang-kadang kelainan hanya
terdapat pada satu kantong amnion, dan yang lainnya oligohidramnion.
Pemeriksaan ultrasonografi daspat menentukan apakah pada hidramnion ada
kehamilan kembar atau tidak.
2.
Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii.
Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar
dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan
rontgen dapat membedakan kedua hal tersebut. Dewasa ini dengan
ultrasonografi.
17
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Kembar
Menurut dr. Taufan Nugroho di buku Patalogi Kebidanan (2012) ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan kembar yaitu :
2.2.1. Faktor Umur
a.
Untuk peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun sampai dengan 7, frekuensi
kehamilan ganda akan meningkat.
b.
Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita 20 tahun
tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yg
berusia diantara 35 sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih.
2.2.2. Faktor Paritas
a.
Paritas adalah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi
syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 minggu atau 1000 gram) (Varney,
2001).
b.
Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita 20 tahun
tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yg
berusia diantara 35 sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih
c.
Peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan
meningkatnya paritas.
d.
Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3 % dibandingkan
dengan kehamilan keempat 2,7 %.
18
2.2.3. Faktor Ras
a.
Menurut Koentjaningrat ras adalah suatu golongan manusia yang menunjukan
berbagai cirri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar (bersifat
jasmani).
b.
Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara
berbagai ras yang berbeda.
c.
Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1 diantara
100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1
diantara 80 kehamilan.
d.
Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi
terjadinya kehamilan kembar dizigot.
e.
Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat Folikel
Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple ovulasi.
2.2.4. Faktor Keturunan
a.
Gen adalah potongan DNA (deoksiribonukleat acid) yang diwariskan dari orang
tua kepada anak–anaknya yang menentukan siapa kita dan bagaimana kita
berfungsi pada tingkat selular dasar. Pewarisan informasi genetik adalah suatu
peristiwa pemastian bahwa pewarisan gen–gen antar generasi terjadi tanpa ada
kesalahan dan pemberian kesempatan yang terjadi variasi gen agar spesies
dapat beradaptasi dan bertahan hidup. Kadang–kadang kesalahan (mutasi)
menyebabkan spesies yang bersangkutan semakin maju namun adakalanya
mutasi menyebabkan penyakit dan kematian (Corwin, 2000).
19
b.
Sebagai penentu kehamilan ganda genotip ibu jauh lebih penting dari genotip
ayah.
c.
White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita yang dirinya
sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang bukan
kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan
frekuensi 1 per 116 kehamilan.
d.
Lebih lanjut, dalam analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari
25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah
mereka kembar, keterangan didapatkan bahwa slah satu sebabnya adalah
multiple ovulasi yang diturunkan.
2.3. Prognosis Kehamilan Kembar
Bahaya bagi ibu pada kehamilan kembar lebih besar daripada kehamilan
tunggal, karena lebih seringnya terjadi anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan
perdarahan postpartum. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak
kehamilan tunggal. Prematuritas merupakan sebab utama. Selain itu juga lebih sering
terjadi pre-eklampsia, hidramnion, kelainan letak, prolapsus funikuli, dan operasi
obstetrik, dan menyebabkan sindroma diastres respirasi, trauma persalinan dengan
perdarahan serebral dan kemungkinan adanya kelainan bawaan pada bayi.
Kematian anak kedua lebih tinggi daripada yang pertama karena lebih sering
terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah anak pertama lahir, lebih ganyaknya terjadi
prolapsus funikuli, solutio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua. Kematian
20
anak pada kehamilan monozigotik lebih besar daripada kehamilan dizigotik karena
pada yang pertama dapat terjadi lilitan tali pusat antara janin pertama dan kedua
(Winkjosastro, 2006).
2.4. Penanganan dalam Kehamilan Kembar Menurut Mochtar (2011) :
1.
Perawatan antenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu).
2.
Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
karena akan merangsang partus prematurus.
3.
Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
4.
Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
2.4.1. Penanganan dalam Persalinan Kembar
1.
Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2.
Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
dan lain-lain.
21
3.
Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir deras
keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
4.
Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya pasang infus profilaksis.
5.
Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi
prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik :
a.
Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara versi
dan ekstraksi.
b.
Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forseps.
c.
Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
d.
Indikasi seksio saesarea hanya pada :
a.
Janin pertama letak lintang.
b.
Bila terjadi prolaps tali pusat.
c.
Plasenta previa.
d.
Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang
dan anak kedua letak kepala.
Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin
intravena.
22
2.5. Kerangka Konsep
Ada pun kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj. Hamidah
Medan Tembung.
Variabel Independent
Faktor
yang
Variabel Dependet
berhubungan
dengan kehamilan kembar :
- Umur
Kehamilan Kembar
- Paritas
- Ras
- Keturunan
2.5.1. Hipotesis
1.
Ada hubungan umur terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung.
2.
Ada hubungan paritas terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung.
3.
Ada hubungan ras terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik Hj.Hamidah
Medan Tembung.
4.
Ada hubungan keturunan terhadap terjadinya kehamilan kembar di klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan
pendekatan
cross
sectional
untuk
mengetahui
apakah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung
(Notoatmodjo, 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dimana
lokasi ini belum pernah di lakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kehamilan kembar dan lokasi ini memenuhi syarat penelitian yang
telah diajukan peneliti dalam melakukan penelitian tentang kehamilan kembar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – April 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil di Klinik Hj. Hamidah
tahun 2014 sebanyak 40 orang.
23
24
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan total sampling yaitu
seluruh ibu hamil kembar yang ada di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung yang
berjumlah 40 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui kuesioner di Klinik Hj.
Hamidah Medan Tembung.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui status yang ada di Klinik Hj.
Hamidah Medan Tembung.
3.5. Definisi Operasional
1.
Riwayat keturunan adalah riwayat keluarga yang pernah mengalami.
Alat ukur
: Cheklist
Kategori
: 1. Ya
2.Tidak
Skala ukur : Nominal
2.
Umur adalah usia ibu di hitung mulai tanggal lahir ibu sampai saat
pengumpulan data dilakukan.
Alat ukur
: Cheklist
Kategori
: 1. < 20 / < 35 tahun
25
2. 20 - 35 tahun
Skala ukur : Ordinal
3.
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun meninggal.
Alat ukur : Cheklist
Kategori : 1. ≤ 3 anak
2. > 3 anak
Skala umur : Ordinal
4.
Ras adalah suku dan warna kulit ibu .
Alat ukur : Cheklist
Kategori : 1. Ya
2. Tidak
Skala ukur : Nominal
5.
Keturunan adalah adanya riwayat gen yang dibawa dari salah satu orang tua
calon bayi tersebut baik ayah atau ibu.
Alat ukur : Cheklist
Kategori : 1. Ya
2. Tidak
Skala ukur : Nominal
26
3.6 Aspek Pengukuran
No
1
Variabel
2
Kehamilan
kembar
Umur
3
Ras
4
Keturunan
5
Paritas
Tabel 3.1
Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Kategori
Skala Pengukuran
1.Ya
2. Tidak
1. < 20 tahun/ >35 tahun
2. 20-35 tahun
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. ≤ 3 anak
2. > 3 anak
Nominal
Ordinal
Nominal
Nominal
Ordinal
3.7. Pengelolahan Data dan Analisis Data
3.7.1. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan, selanjutnya data diolah, adapun cara
pengolahan data adalah sebagai berikut :
1.
Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau
kuesioner
2.
Coding
Merupakan pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Misalnya jenis 1= laki-laki, 2= perempuan
27
3.
Tabulating
Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau
data base computer, kemudian membuat distribusi sederhana atau dengan
membuat tabel kontigen.
4.
Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya kemudian
dilakukan pembentulan atau koreksi.
3.7.2. Analisis Data
1.
Analisis Univariat
Analisis data secara univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskrifkan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
2.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang
berhubungan (umur, ras, keturunanan dan paritas) terjadinya kehamilan kembar lalu
dilakukan menggunakan software SPSS dengan uji chi-square (α=0,05).
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Klinik Bersalin Hj. Hamidah Nasution berdiri pada tahun 1988 berlokasi di
jalan Letda Sujono Gang Cempaka Medan Tembung. Dimana terdiri dari 3 ruangan
yaitu : ruang bersalin, ruang rawat inap, dan ruang pemeriksaan. Adapun para tenaga
kesehatannya terdiri dari Bidan Hj. Hamidah serta pegawai dan dokter penanggung
jawabnya dr. Rili Ritonga, SpOG.
4.2. Gambaran Umum Responden
4.2.1. Umur, Pekerjaan dan Pendidikan Responden
Untuk melihat umur, pekerjaan dan pendidikan responden di Klinik
Hj.Hamidah tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Menurut Umur, Pekerjaan dan
Pendidikan di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung Tahun 2014
No
1
2
1
2
3
Umur
<20/ >35 tahun
20-35 tahun
Jumlah
Pendidikan
SLTP
SMA
PT
Jumlah
28
f
21
19
40
%
52,5
47,5
100,0
15
14
11
40
37,5
35,0
27,5
100,0
29
1
2
3
4
Jenis Pekerjaan Ibu
PNS
Wiraswasta
Buruh
IRT
Jumlah
5
14
6
15
40
12,5
35,0
15,5
37,5
100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak pada umur
<20 tahun yaitu sebanyak 21 orang (52,5 %), dan terendah > 40 tahun sebanyak 19
orang (47,5%). Responden yang terbanyak pada pendidikan SLTP yaitu sebanyak 15
orang (37,5%), SMA sebanyak 14 orang (35,0%) dan yang terendah pada pendidikan
PT, yaitu sebanyak 11 orang (27,5%) dan responden yang menjawab PNS sebanyak 5
orang (12,5%), yang menjawab wiraswasta 14 orang (35,0%), yang menjawab buruh
6 orang (15,5%), dan yang menjawab IRT sebanyak 15 orang (37,5%).
4.3. Analisis Univariat
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :
umur,paritas, ras, dan keturunan.
4.3.1 Umur Responden
Untuk melihat status umur responden di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.2. :
Tabel 4.2. Disribusi Menurut Status Umur Responden di Klinik Hj. Hamidah
Medan Tembung Tahun 2014
No
Umur
f
%
1
< 20 tahun/ >35tahun
21
52,5
2
20 tahun-35 tahun
19
47,5
Jumlah
40
100
30
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang umurnya < 20
tahun/>35tahun sebanyak 21 orang (52,5%) dan responden yang umurnya 20 tahun35 tahun sebanyak 19 (47,5%).
4.3.2. Ras Responden
Untuk melihat ras responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung Tahun
2014 dapat dilihat pada tabel 4.3. :
Tabel 4.3. Distribusi Menurut Ras di Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung
Tahun 2014
No
Ras/Suku
f
%
1
Jawa
19
47,5
2
Batak
21
52,5
Jumlah
40
100
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden yang mengatakan menjawab
Jawa sebanyak 19 orang(47,5%) dan yang menjawab Batak sebanyak 21 orang
(52,5%) .
4.3.3. Keturunan Responden
Untuk melihat keturunan responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung
dapat dilihat pada tabel 4.3.3 :
Tabel 4.4. Distribusi Menurut Keturunan di Klinik Hj.Hamidah Medan
Tembung
No
Keturunan
f
%
1
Ya
20
50,0
2
Tidak
20
50,0
Jumlah
40
100,0
31
Dari tabel diatas responden tentang keturunan yang mengatakan iya sebanyak
20 orang (50,0%) dan responden yang mengatakan tidak sebanyak 20 orang (50,0%).
4.3.4. Paritas Responden
Untuk melihat nutrisi responden di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung dapat
dilihat pada tabel 4.5. :
Tabel 4.5. Distribusi Menurut Paritas di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung
No
Paritas
f
%
1
≤ 3 anak
22
55,0
2
> 3 anak
18
45,0
Jumlah
40
100,0
Dari tabel diatas responden menurut nutrisi yang mengatakan memiliki < 3
anak sebanyak 22 orang (55,0%) dan responden yang mengatakan memiliki > 3 anak
sebanyak 18 orang (45,0%).
4.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya ketuban pecah dini pada ibu bersalin dipakai dengan uji chi-square
ditujukan dengan analisa crosstab dan didapat hasilnya sebagai berikut :
4.4.1. Hubungan Umur Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar
Untuk melihat hubungan umur ibu terhadap terjadinya kehamilan kembar di
Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.6. :
32
Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung
Kehamilan Kembar
No
Total
Prob
Iya
Tidak
Umur
n
%
n
%
N
%
1
<20 tahun/ >35tahun
7
31,8 15 68,2 22 100
0,003
2
20 tahun-35tahun
13 72,2
5
27,8 18 100
Total
20 50,0 20 50,0 40 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang berumur < 20 tahun/
>35tahun dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan tidak dapat
menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18
orang yang berumur 20 tahun-35tahun yang dapat menyebabkan kehamilan kembar
sebanyak 13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar
sebanyak 5 orang (27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square
diperoleh Probabilitas 0,003 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara
umur dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
4.4.2 Hubungan Ras Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar
Untuk melihat hubungan ras terhadap terjadinya kehamilan kembar di Klinik
Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.7.:
Tabel 4.7. Hubungan Ras dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung
Kehamilan Kembar
No
Total
Prob
Iya
Tidak
Ras
n
%
n
%
N
%
1
Jawa
14 73,7
5
26,3 19
100
0,011
2
Batak
6
28,6 15 71,4 21
100
Total
20 50,0 20 50,0 40
100
33
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 14 orang yang memiliki ras jawa
19 dapat menyebabkan kehamilan kembar 14 orang (73,7%) dan yang tidak dapat
menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang (26,3%). Kemudian dari 21 orang
yang memiliki ras batak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6
orang (28,6%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang
(71,4%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh
Probabilitas 0,011 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara ras dengan
kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
4.4.3 Hubungan Keturunan Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar
Untuk melihat hubungan keturunan terhadap terjadinya kehamilan kembar di
Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.8. :
Tabel 4.8. Hubungan Keturunan dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di
Klinik Hj.Hamidah Medan Tembung
Kehamilan Kembar
No
Total
Prob
Iya
Tidak
Keturunan
n
%
n
%
N
%
1
Iya
14 70,0
6
30,0 20 100
0,027
2
Tidak
6
30,0 14 70,0 20 100
Total
20 50,0 20 50,0 40 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 20 orang yang memilih keturunan
kembar menjawab bahwa keturunan dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak
14 orang (70,0%) dan yang menjawab tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar
sebanyak 6 orang (30,0%). Kemudian dari 20 orang yang memilih tidak keturunan
menjawab dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 6 orang (30,0%) dan
tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%). Dan terlihat
34
bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,027 < α 0,05
berarti yang artinya terdapat hubungan antara keturunan dengan kejadian kehamilan
kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
4.4.4 Hubungan Paritas Terhadap Terjadinya Kehamilan Kembar
Untuk melihat hubungan paritas terhadap terjadinya kehamilan kembar di
Klinik Hj.Hamidah dapat dilihat pada tabel 4.9. :
Tabel 4.9. Hubungan Paritas dengan Terjadinya Kehamilan Kembar di Klinik
Hj.Hamidah Medan Tembung
Kehamilan Kembar
No
Total
Prob
Iya
Tidak
Paritas
n
%
n
%
N
%
1
< 3 anak
7
31,8 15 68,2 22 100
0,026
2
>3 anak
13 72,2
5
27,8 18 100
Total
20 50,0 20 50,0 40 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 22 orang yang memiliki < 3 anak
dapat menyebabkan kehamilan kembar 7 orang (31,8%) dan yang tidak dapat
menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 15 orang (68,2%). Kemudian dari 18
orang yang memiliki > 3 anak yang dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak
13 orang (72,2%) dan tidak dapat menyebabkan kehamilan kembar sebanyak 5 orang
(27,8%). Dan terlihat bahwa berdasarkan uji statistik chi-square diperoleh
Probabilitas 0,026 < α 0,05 berarti yang artinya terdapat hubungan antara paritas
dengan kejadian kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tembung.
35
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
kehamilan kembar di Klinik Hj. Hamidah Medan Tuntungan, maka pembahasannya
sebagai berikut :
5.1.1 Faktor Umur Dengan Kejadian Kehamilan Kembar
Dari hasil penelitian faktor umur ibu yang mengalami kehamilan kembar pada
umur 20-35 tahun yang mengalami kehamilan kembar 7 orang (31,8%) yang tidak
mengalami 15 orang (68,2%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,003 < α
0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara umur dengan kejadian
kehamilan kembar.
Menurut R. Muchtar (2011) Peluang hamil kembar berhubungan dengan usia,
dan puncaknya pada usia 35 dan 39 tahun. Karena perempuan berusia di atas 35 tahun
menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) yang lebih banyak dibandingkan
dengan usia muda, dan perempuan dengan FSH tinggi bisa melepaskan lebih dari satu
sel telur dalam sebuah siklus. Namun kehamilan di usia ini juga meningkatkan risiko
komplikasi seperti preeklamsia (tekanan darah tinggi), terutama jika kehamilan
tersebut adalah yang pertama.
36
36
Menurut Sarwono (2008) Semakin tinggi umur wanita, maka akan semakin
mengalami kehamilan ganda. Resiko kehamilan ganda akan menurun, setelah wanita
berumur 40 tahun.
Umur yang semakin tinggi frekuensinya (> 35 tahun), setelah umur 40 tahun
frekuensi kehamilan kembar menurun lagi tetapi pada umumnya ada wanita yang
umurnya lebih tua akan mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami kehamilan
kembar (Feryanto, 2011).
Menurut Asumsi peneliti umur memang berhubungan dengan kehamilan
kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan di atas bahwa umur lebih tinggi
lebih cenderung. dengan terjadinya kehamilan kembar daripada usia muda.
5.1.2 Faktor Ras Dengan Kejadian Kehamilan Kembar
Dari hasil penelitian ras yang mengalami kehamilan kembar yang ras jawa yang
mengalami kehamilan kembar 14 orang (73,7%) yang tidak mengalami 5 orang
(26,3%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,011 < α 0,005 yang artinya
ada hubungan yang sigtifikat antara ras dengan kejadian kehamilan kembar.
Menurut Myrianthopoulos (1970) mengidentifikasi kelahiran ganda terjadi 1
diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih, sedangkan pada orang kulit hitam 1
diantara 80 kehamilan.
Wanita kulit putih melahirkan kembar 1:100, wanita kulit hitam 1:80,dimana
angka kehamilan kembar lebih besar terjadi pad wanita kulit putih dibandingkan kulit
hitam (Feryanto, 2011).
37
Menurut Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat
pedesaan di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap
20 kelahiran, kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak begitu sering terjadi.
Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya
kehamilan kembar dizigot. Perbedaan kehamilan ganda ini disebabkan oleh
perbedaan tingkat Folikel Stimulating Hormone yang akan mengakibatkan multiple
ovulasi (Nugroho, 2012).
Menurut Asumsi peneliti memang ras berhubungan dengan kehamilan kembar
karena dilihat penelitian diatas dan pernyataan bahwa orang yng memiliki kulit putih
lebih cenderung mengalami kehamilan kembar di bandingan orang yang berkulit
hitam.
5.1.3 Faktor Keturunan Dengan Kejadian Kehamilan Kembar
Dari hasil penelitian keturunan yang mengalami kehamilan kembar
yang
mengatakan iya mengalami kehamilan kembar sebanyak 14 orang (70,0%) dan yang
tidak mengalami 6 orang (30,0%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas
0,027 < α 0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan
kejadian kehamilan kembar. Menurut Prawirohardjo (2006) Keturunan (keturunan
kembar dari pihak bapak tidak meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar).
Menurut analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%)
ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang
kembar, keterangan didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multiple ovuasi
yang diturunkan (Nugroho, 2012).
38
Menurut White dan Whyshak (1964) menemukan bahwa para wanita yang
dirinya sendiri dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang
bukan kembar tapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar
dengan frekuensi 1 per 116 kehamilan.
Ada kecenderungan terjadinya kehamilan kembar yang lebih besar apabila
diturunkan dari pihak ibu. Apabila ibunya sendiri kembar, maka kemungkinan
melahirkan anak kembar ialah 1:58, tetapi apabila ayahnya yang kembar,maka
kemungkinan melahirkan anak kembar adalah 1:116 (Feryanto, 2011).
Menurut Asumsi peneliti memang keturunan berhubungan dengan kehamilan
kembar karena dilihat dari penelitian dan pernyataan diatas, kehamilan kembar dapat
terjadi jika salah satu orang tua dari calon bayi memiliki riwayat kembar. Dan itu
cenderung terjadi jika riwayat keturunan kembar yang dibawa oleh ayah calon bayi
tersebut.
5.1.4 Faktor Paritas Dengan Kejadian Kehamilan Kembar
Dari hasil penelitian faktor paritas yang mengalami kehamilan kembar yang
anak > 3 mengalami kehamilan kembar sebanyak 13 orang (72,2%) dan yang tidak
mengalami 5 orang (27,8%). Uji statistik chi-square diperoleh Probabilitas 0,026 < α
0,005 yang artinya ada hubungan yang sigtifikat antara keturunan dengan kejadian
kehamilan kembar.
Menurut Prawirohardjo (2006) Paritas (angka kehamilan) ibu, frekuensi
kehamilan kembar meningkat sesuai dengan paritas ibu. Perempuan yang pernah
hamil sebelumnya, setidaknya sudah memiliki satu anak cenderung lebih mudah
39
untuk memiliki anak kembar dibandingkan perempuan yang baru pertama kali hamil.
Karena biasanya rahim sudah agak merenggang dan tubuh perempuan cenderung
lebih mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan tambahan dari anak kembar.
Menurut Petterson dkk (1976), memastikan peningkatan yang nyata pada angka
kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas. Dalam kehamilan
pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,3% dibandingkan dengan kehamilan
keempat sebesar 2,7%. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah
1,3% dibandingkan dengan kehamilan keempat sebesar 2,7% (Nugroho, 2012).
Menurut Asumsi peneliti bahwa paritas berhubungan dengan kehamilan kembar
karena dilihat dari penelitian dan hasil pernyataa bahwa paritas atau jumlah anak
yang banyak pada kelahiran sebelumnya dapat menyebakan kehamilan kembar lebih
rentan terjadi.
40
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti di Klinik
Hj. Hamidah Medan Tembung dapat diambil kesimpulan bahwa umur, ras,
keturunan, dan paritas mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar yaitu :
1.
Ada hubungan antara umur dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.
Hamidah Medan Tembung.
2.
Ada hubungan antara ras dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.
Hamidah Medan Tembung.
3.
Ada hubungan antara keturunan dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik
Hj. Hamidah Medan Tembung.
4.
Ada hubungan antara paritas dengan terjadinya kehamilan kembar di Klinik Hj.
Hamidah Medan Tembung.
6.2.
Saran
1.
Diharapkan kepada ibu hamil agar sering melakukan pemeriksaan antenatal dan
dapat mengetahui cara merawat kehamilan kembar serta bayi kembar yang akan
lahir nantinya.
2.
Diharapkan kepada ibu bidan Hj. Hamidah sebagai kepala Klinik Hj. Hamidah
Medan Tembung ataupun teanaga kesehatan lainnya untuk memberikan
41
41
informasi bahwa kehamilan kembar dapat terjadi pada ibu hamil
dan
memberikan tanda- tanda kehamilan kembar.
3.
Diharapkan kepada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan untuk menambah
referensi dan sumber informasi terutama tentang kehamilan
Kembar.
4.
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai sumber dan perbandingan terhadap
penelitian selanjutnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Feryanto, Ahmad dkk, 2011. Asuhan Kebidanan Patologis, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta
Nugroho, dr. Taufan, 2010. Patologi Kebidanan, Nuha Medica, Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono 2009.
Prawirohardjo, Jakarta
Ilmu
Kandungan,
Bina
Pustaka
Sarwono
Saputra, dr. Lyndon dkk, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan
Patologis, Binampa Aksara, Jakarta.
Pudiastuti, Ratna Dewi, 2011. Kebidanan Komunitas, Nuha Medica, Jakarta.
Hanifa, Winkjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta.
Mochtar, 2011. Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologis, EGC, Jakarta.
Siswono,2003. Stimulasi dan Nutrisi Penting Untuk Bayi, Bina Pustaka,Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono, 2007.
Prawirohardjo, Jakarta.
Ilmu
Kebidanan,
Bina
IBG, Manuaba, 2008. Patologi Obstetri, Arcan, Jakarta.
Verralls, Sylvia, 1997. Anatomi dan Fisiologi, EGC, Jakarta.
Pustaka
Sarwono
Download
Study collections