10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Kematian Maternal Kematian maternal merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan), hal ini sesuai dengan definisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD) (Padraig O Luanaigh and Cindy Carlson, 2009). Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD) mendefinisikan kematian maternal yaitu kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian. Penulis menyimpulkan bahwa kematian maternal yaitu kematian wanita selama proses persalinan dari kehamilan hingga berakhirnya masa nifas yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dan atau hal-hal yang dapat memperberat dengan segala intervensinya tetapi bukan karena faktor kecelakaan ataupun faktor isidental (kebetulan). 10 Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 11 2. Faktor-faktor Penyebab Kematian Maternal Menurut Andryansyah A, Angkasawati TJ, Asribudisuari M, Turniani, Astridya BW, Heny, et al (2005), dalam journalnya mengatakan bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu adalah : a. Faktor medis (langsung dan tidak langsung), b. Faktor sistem pelayanan (sistem pelayanan antenatal, sistem pelayanan persalinan dan sistem pelayanan pasca persalinan dan pelayanan kesehatan anak), c. Faktor ekonomi, sosial budaya dan peran serta masyarakat (kurangnya pengenalan masalah, terlambatnya proses pengambilan keputusan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, pengarusutamaan gender, dan peran masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak). Menurut Prawirohardjo S (2008) dan Fibriana AI (2007), dalam journalnya mengatakan Kematian maternal dibagi menjadi dua kelompok : a. Kematian obstetri langsung yaitu kematian yang timbul karena adanya komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas dikarenakan intervensi medis. Komplikasi – komplikasi tersebut yaitu perdarahan, baik perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia/eklamsia, sepsis, persalinan macet, abortus dan emboli air ketuban. b. Kematian obstetri tidak langsung yaitu kematian yang timbul akibat adanya penyakit penyerta yang sudah diderita sebelum kehamilan dan persalinan atau penyakit yang timbul pada saat kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung, tetapi dapat diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan. Kematian obstetri tidak langsung ini yang paling berkontribusi dalam peningkatan angka Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 12 kematian maternal disebabkan oleh karena penyakit jantung, anemia, malaria, dan HIV / AIDS. Selain faktor-faktor diatas yang telah disebutkan, Dwinata Indra (2009), mengatakan bahwa faktor reproduksi dan faktor non medis ibu (faktor determinan jauh) turut berkontribusi pada risiko kematian maternal diantaranya yaitu : a. Faktor Reproduksi 1). Jumlah paritas satu dan paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3, 2). Selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, 3). Sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi sebagai 4T (4 terlalu: terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak). b. Faktor non medis (determinan jauh) Selain faktor medis dan reproduksi, faktor non medis atau determinan jauh turut menambah parah risiko kematian maternal, faktor non medis tersebut yaitu kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi, ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T). Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu (Indra Dwinata, 2009). Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 13 Dari berbagai penjabaran diatas, peneliti hanya meneliti faktor medis penyebab kematian maternal diantaranya yaitu kematian maternal langsung dan kematian maternal tidak langsung adalah sebagai berikut : a. Penyebab langsung kematian maternal 1). Perdarahan Terdapat dua macam perdarahan yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. a). Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Perdarahan antepartum merupakan komplikasi persalinan dengan frekuensi sekitar 3 – 4% (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC, 2010). Perdarahan antepartum merupakan keadaan gawat darurat obstetrik yang dapat mengakibatkan kematian maternal maupun fetal dalam waktu singkat. Penyebab perdarahan antepartum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan plasenta, yaitu plasenta previa dan solusio plasenta (Prawirohardjo S, 2008). b). Perdarahan postpartum Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah anak lahir dan jumlahnya melebihi 500 ml. Perdarahan dapat terjadi sebelum, saat atau setelah plasenta keluar. Hal - hal yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 14 tertinggalnya sebagian dari plasenta, dan kadang - kadang perdarahan juga disebabkan oleh kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia yang terjadi akibat solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus dan emboli air ketuban (Prawirohardjo S, 2008). 2). Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo S, 2008). Dari hasil laporan WHO, angka kematian maternal karena abortus di seluruh dunia adalah 15%, terdapat 20 juta kasus abortus tak aman/berisiko (unsafe abortion) di seluruh dunia pertahun. Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi uterus, infeksi, syok hemoragik dan syok septik. Komplikasi fatal juga dapat terjadi akibat bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah, gelembung udara atau cairan, gangguan mekanisme pembekuan darah yang berat (koagulasi intravaskuler diseminata) dan keracunan obat - obat abortif yang menimbulkan gagal ginjal (Fibriana AI,2007). 3). Hipertensi (Preeklamsia/eklamsia) Hipertensi pada kehamilan merupakan keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan terjadinya kenaikan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg dan atau diastolik lebih dari 15 mmHg. Hipertensi pada Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 15 kehamilan yang sering dijumpai adalah preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia berat dan khususnya eklamsia merupakan keadaan gawat karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.. Tanda khas preeklamsia adalah tekanan darah yang tinggi, ditemukannya protein dalam urin dan pembengkakan jaringan (edema) selama trimester kedua kehamilan, dan akan menjadi eklampsi dengan timbulnya kejang. Menurut Depkes RI tahun 2004, kematian maternal akibat hipertensi pada kehamilan sebesar 14,5% - 24%, sedangkan hipertensi dalam kehamilan itu sendiri merupakan 5 – 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Prawirohardjo S, 2008). 4). Infeksi Infeksi dibagi menjadi dua yaitu infeksi kehamilan dan infeksi nifas. a). Infeksi pada saat kehamilan Infeksi pada kehamilan muda adalah infeksi jalan lahir yang terjadi pada kehamilan kurang dari 20 – 22 minggu. Penyebab yang paling sering terjadi adalah abortus yang terinfeksi. Infeksi jalan lahir pada kehamilan tua, infeksi jalan lahir ini dapat terjadi akibat ketuban pecah sebelum waktunya, infeksi saluran kencing (ISK), yaitu sistitis, nefritis atau akibat penyakit sistemik, seperti malaria, demam tifoid, hepatitis. Infeksi jalan lahir dapat juga terjadi selama persalinan (intrapartum) atau sesudah persalinan (postpartum). Keadaan ini berbahaya karena dapat mengakibatkan sepsis, yang mungkin menyebabkan kematian ibu (Mansjoer AM, Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 16 Triyanti K, Savitri K, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD,et al, 2007). b). Infeksi nifas Infeksi nifas merupakan keadaan yang mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman - kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Mula - mula infeksi terbatas pada uterus, dimana terdapat rasa nyeri dan nyeri tekan pada perut bagian bawah, dengan cairan vagina yang berbau busuk. Demam, nyeri perut yang bertambah, muntah, nyeri kepala dan kehilangan nafsu makan menandakan terjadinya penyebaran infeksi ke tempat lain. Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke dalam aliran darah (septikemia), menimbulkan abses dalam otak, otot dan ginjal. Jika infeksi tidak dikendalikan, selanjutnya dapat terjadi gangguan mental dan koma. Infeksi nifas menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca persalinan (Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gregor volume 2 tahun 2008). 5). Partus Lama Partus lama dapat membahayakan jiwa janin dan ibu. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam sejak in partu. Partus lama ataupun partus macet menyebabkan 8% kematian maternal. Keadaan ini sering disebabkan oleh disproporsi sefalopelvik (bila kepala janin tidak dapat melewati rongga pelvis) atau pada letak tak normal (bila terjadi kesalahan letak janin untuk melewati jalan lahir). Pada keadaan disproporsi sefalopelvik, persalinan yang dipaksakan Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 17 dapat mengakibatkan ruptura uteri. Ruptura uteri menyebabkan kematian maternal sebesar 10 - 40%. Kematian dapat timbul dalam 24 jam sebagai akibat perdarahan dan syok, atau akibat infeksi yang timbul kemudian (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC,2010). 6). Emboli air ketuban Emboli air ketuban adalah keadaan dimana masuknya cairan ketuban yang menyumbat kapiler paru sehingga menyebabkan hipertensi arteri pulmonum, edema paru, dan gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Waktu terjadinya pada persalinan spontan, persalinan dengan seksio sesaria, atau ketika terjadi ruptur uteri. Gambaran klinis komplikasi ini adalah trias gejala (ketuban pecah, diikuti sesak napas, dan syok serta dapat diikuti perdarahan). Emboli air ketuban menyebabkan komplikasi dan gejala klinis yang bersumber dari kolaps kardiovaskular, gangguan pembekuan darah, atau koagulasi intravaskular (Manuaba IBG, Manuaba IBGF, Manuaba IAC, 2010). b. Penyebab tidak langsung kematian maternal 1). Anemia Anemia merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian maternal. Wanita hamil atau dalam masa nifasnya dinyatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya di bawah 10 g/dl. Penurunan kadar Hb pada wanita sehat yang hamil disebabkan ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua. Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 18 sementara hemoglobin terus meningkat (Mansjoer AM, Triyanti K, Savitri K, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD,et al,2007). 2). Malaria Pada kehamilan, malaria adalah penyakit infeksi. Morbiditas dan mortalitas ibu hamil yang menderita malaria tinggi, terutama pada primigravida, akan menimbulkan anemia. Infeksi akan lebih berat jika disebabkan oleh P.Falsiparum dan P.Vivaks (Prawirohardjo S, 2008). Malaria Ibu Hamil Parasitemia Splen rates Morbiditas anemia ever illnes malaria serebral hipoglikemia sepsis puerpural Mortalitas penyakit berat perdarahan Janin Abortus Lahir mati Infeksi kongenital BBL BBLR Prematuritas IUGR Penyakit malaria Mortalitas Bagan 2.1 Masalah yang ditimbulkan oleh infeksi pada malaria 3). HIV/AIDS Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Prawirohardjo S, 2008). Selama Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 19 kehamilan, banyak perubahan “peraturan” dalam pengobatan penyakit HIV (Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gregor volume 1 tahun 2007). 4). Penyakit Kardiovaskular Perubahan fisiologis normal pada masa hamil meningkatkan curah jantung wanita hingga mencapai 40% melebihi curah jantungnya ketika tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat. Diketahui pula, terjadi fluktuasi curah jantung yang mencolok ketika terjadi perubahan posisi tubuh. Curah jantung meningkat lebih lanjut pada saat persalinan, mencapai 50% ketika timbul kontraksi, dan jumlah tertinggi dicapai beberapa saat setelah melahirkan. Peningkatan curah jantung selama meningkatkan kehamilan, risiko persalinan, dekompensasi dan jantung pelahiran pada wanita akan yang mempunyai riwayat penyakit jantung. Seorang wanita dapat menderita penyakit jantung kelas I di awal kehamilannya dan berkembang menjadi kelas II, bahkan kelas III, seiring stress fisiologis akibat kehamilan dan pelahiran yang dialaminya (Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gregor volume 1 tahun 2007). Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013 20 B. Kerangka teori Normal Proses Persalinan Persalinan patologis Penyebab Langsung (komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas) : 1. Perdarahan 2. Hipertensi 3. Infeksi 4. Abortus 5. Partus lama 6. Emboli air ketuban persalinan normal Kematian Maternal Penyebab tidak langsung (penyakit penyerta): 1. Malaria 2. Anemia 3. HIV/AIDS 4. penyakit kardiovaskular Bagan 2.2 Kerangka Teori Keterangan : : diteliti : tidak diteliti (Prawirohardjo S, 2008) Gambaran Faktor-Faktor..., Putri Sitronela Dewi, Kebidanan DIII UMP, 2013