BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Darah merupakan komponen yang sangat penting bagi tubuh manusia yang
berfungsi mengantarkan zat-zat dan oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Persediaan
darah di Indonesia saat ini dikelola oleh Palang Merah Indonesia. Palang Merah
Indonesia (PMI) merupakan salah satu instansi yang menyediakan darah selain
instansi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah no 18 tahun 1980 Bab IV, pasal 6 ayat (1) yaitu “Pengelolaan dan
pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia atau
Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan”. Peraturan Pemerintah No 7
tahun 2011 tentang Pelayanan Darah menyebutkan bahwa “Penyelenggaraan donor
darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Donor Darah (UDD) yang
diselenggarakan oleh organisasi sosial dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang
kepalangmerahan atau dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI)”. Palang Merah
Indonesia (2016) menyebutkan bahwa setiap tahunnya PMI menargetkan hingga
4,5 juta kantong darah sesuai kebutuhan darah nasional disesuaikan dengan standar
Lembaga Kesehatan Internasional (WHO) yaitu 2 % dari jumlah penduduk untuk
setiap harinya. Kegiatan transfusi darah merupakan bagian dari tugas UTD atau
Unit Transfusi Darah yaitu suatu unit di Palang Merah Indonesia yang bertugas
untuk melakukan kegiatan transfusi darah tersebut. Media internal PMI yaitu suara
PMI menjelaskan bahwa transfusi darah adalah pemindahan darah atau komponen
darah dari seorang pendonor ke orang lain yang mempunyai tujuan untuk
menambah volume darah, meningkatkan kemampuan darah membawa oksigen,
menguatkan kekebalan (imunitas) tubuh serta memperbaiki gangguan pembekuan
darah. Pengadaan darah itu sendiri dilakukan secara sukarela tanpa penggantian
apapun melalui program donor darah.
Seiring datangnya musim hujan, banyak wilayah di Indonesia terjangkit
wabah Demam Berdarah Dengue (DBD). Data dari Kementerian Kesehatan
menyebutkan bahwa sebanyak 511 kabupaten/kota di Indonesia berpotensi menjadi
tempat berkembangnya demam berdarah (CNN Indonesia, 2016). Pasien penderita
demam berdarah biasanya akan kehilangan banyak darah merah atau darah putih di
dalam tubuhnya. Untuk memulihkan kondisi tubuh penderita demam berdarah,
maka perlu dilakukan upaya transfusi darah sehingga kadar darah merah dan putih
di dalam tubuh dapat normal kembali.
Wabah demam berdarah yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia
mengakibatkan kebutuhan darah meningkat. Menurut Singgih (2016), Kepala
Bagian Pelayanan Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Kota Pekanbaru,
meningkatnya pasien DBD di Provinsi Riau sejak tiga bulan terakhir memicu
banyaknya permintaan darah untuk jenis trombosit. Menurutnya, permintaan darah
telah meningkat sejak bulan November 2015. Usman (2015), Sekretaris Palang
Merah Indonesia Kota Yogyakarta, mengatakan bahwa persediaan darah untuk
seluruh golongan darah tidak terlalu banyak dan pernah terjadi kekosongan untuk
golongan darah B, padahal permintaan stok darah selalu meningkat. Penyakit DBD
yang mewabah di Gorontalo juga telah menyebabkan kebutuhan darah meningkat
drastis, hal ini menyebabkan ketersediaan darah di PMI kota Gorontalo semakin
menipis (JPNN, 2016). Selain kekurangan darah, kelebihan persediaan darah juga
sering terjadi di PMI. Berdasarkan pada laporan akhir tahun 2015 UDD PMI
Sleman, terdapat 1500 kantong darah yang harus dimusnahkan karena kadaluarsa.
Tabel 1.1 menunjukkan overstock persediaan darah yang terjadi di UDD PMI
Kabupaten Sleman pada tahun 2015. Dari fakta-fakta tersebut dapat diketahui
bahwa Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia harus dapat menyediakan
darah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien sehingga mampu mengurangi
terjadinya kekurangan maupun kelebihan persediaan darah.
Tabel 1.1 Data Darah Overstock di UDD PMI Kabupaten Sleman 2015
Bulan
Jan-15
Overstock
36
Bulan
Jul-15
Overstock
166
Feb-15
23
Agu-15
41
Mar-15
83
Sep-15
170
Apr-15 Mei-15
142
170
Okt-15 Nov-15
132
92
Jun-15
33
Des-15
89
Persediaan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang
keberlanjutan operasional perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2014), tujuan
manajemen persediaan adalah untuk menentukan keseimbangan antara investasi
persediaan dan pelayanan pelanggan. Manajemen persediaan merupakan istilah
umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan dalam
rangka pemenuhan permintaan di masa yang akan datang. Manajemen persediaan
selain digunakan untuk mengatur persediaan bahan baku, juga dapat digunakan
dalam mengatur persediaan barang jadi sehingga perusahaan dapat merespon
dengan cepat apabila terdapat peningkatan permintaan barang dari konsumen.
Pengendalian persediaan darah pada Palang Merah Indonesia merupakan hal
yang penting karena apabila terdapat permintaan darah namun PMI tidak dapat
menyediakan darah tersebut, maka terdapat kemungkinan pasien tersebut tidak
tertolong. Sebaliknya, apabila darah yang tersedia melimpah banyak, maka dapat
menyebabkan kelebihan darah (overstock). Darah merupakan kategori produk
perishable atau
produk dengan lifetime yang singkat, sehingga dibutuhkan
pengelolaan inventori yang baik. Nadandi (dikutip dari Cohen et al 1975)
menyebutkan bahwa masa kadaluarsa darah yaitu kurang lebih 21 hari. Oleh karena
itu, setiap bulannya akan memiliki dua kemungkinan yaitu kelebihan stok darah
(overstock) atau kekurangan stok darah (stockout) di tempat penyimpanan. Dengan
overstock, maka bisa mengakibatkan darah berubah menjadi wastage apabila waktu
penyimpanan melebihi umur penyimpanannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ini untuk mengetahui proses perencanaan dan pengendalian persediaan yang tepat
dengan mengambil objek persediaan darah di Unit Donor Darah Palang Merah
Indonesia Kabupaten Sleman.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dibutuhkan suatu
sistem perencanaan dan pengendalian persediaan darah di Palang Merah Indonesia
Kabupaten Sleman yang nantinya dapat mengurangi terjadinya stockout dan
overstock.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah
Hal – hal yang menjadi asumsi dan batasan pada penelitian ini adalah:
1. Data yang diperoleh merupakan data primer dan sekunder yang berasal dari
UDD PMI Kabupaten Sleman.
2. Data darah yang digunakan adalah data lengkap non komponen (golongan darah
A, B, O, dan AB)
3. Data darah yang dipakai tidak termasuk data darah yang rusak.
4. Tidak mempertimbangkan biaya persediaan.
5. Data darah pendonor dan penerima tidak dibedakan secara umur, kelamin
maupun jenis penyakit yang sedang diderita pasien.
6. Tingkat pelayanan (service level) yang digunakan adalah 95%.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik permintaan dan penerimaan darah di UDD PMI
Kabupaten Sleman.
2. Menentukan metode peramalan yang sesuai untuk membantu proses
perencanaan pengadaan persediaan darah di Palang Merah Indonesia Kabupaten
Sleman.
3. Menentukan nilai besaran-besaran pengendalian persediaan seperti safety stock
dan reorder point.
1.5
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Unit Donor Darah
Palang Merah Indonesia Kabupaten Sleman dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian stok darah untuk memenuhi kebutuhan pasien.
2. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama di
bangku kuliah, seperti teknik peramalan dan pengendalian persediaan. Selain itu
juga dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman baru serta
wawasan dan informasi lainnya.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu
keteknikindustrian terutama di bidang manajemen produksi dan operasi serta
dapat digunakan sebagai data informasi bagi mahasiswa yang membutuhkan.
Download