pendahuluan

advertisement
Reading assignment
Telah dibacakan,
2013
Divisi Pulmonologi dan Alergi
Imunologi
Dept. Ilmu Penyakit Dalam
FK USU/ RSHAM
SMALL CELL LUNG CANCER
Abdus Somad Harahap
Divisi Pulmonologi dan Alergi Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK USU/ RSHAM
PENDAHULUAN
Kanker paru merupakan penyakit pertumbuhan sel jaringan paru yang tak terkontrol.
Pertumbuhan ini dapat bermetastase yang menyebar kejaringan sekitarnya serta kejaringan
paru yang bersebelahan. Sebahagian besar kanker paru berupa karsinoma paru yang berasal
dari sel epitel. Kanker paru merupakan penyebab kematian paling banyak pada pria dan
kedua pada wanita setelah kanker payudara(1)
Prevalensi Kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002 dilaporkan
terdapat 169.400 kasus baru ( merupakan 13% dari semua kanker baru yang terdiagnosis) dengan
154.900 kematian (merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker), di Inggris Prevalensi
kejadiannya mencapai 40.000/ tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat keempat
kanker terbanyak, di RS kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ketiga setelah
kanker payudara dan kanker leher rahim.
Angka kematian akibat kanker paru diseluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta
penduduk setiap tahunnya. Di Negara berkembang lain dilaporkan insidennya naik dengan
cepat antara lain karena konsumsi rokok berlebihan seperti di China yang mengkonsumsi
30% rokok dunia. Sebahagian besar kanker paru mengenai pria dengan perbandingan 1:13
dan pada wanita 1:20.(2)
Selama 20 tahun terakhir sejumlah percobaan telah dilakukan guna mengurangi angka
kematian pada penderita karsinoma paru, pengunaan terapi pembedahan, radioterapi,
kombinasi kemoterapi ataupun kombinasi seluruhnya, namun perbaikan kelangsungan hidup
masih kecil.(3)
1
Kanker paru merupakan kanker yang paling banyak dijumpai diseluruh dunia,mengenai
hampir satu juta orang setiap tahunnya, penyakit ini penyebab kematian nomor satu. Angka
keberhasilan hidup setelah lima tahun pada penyakit ini kurang dari 15%.(3)
Sebahagian besar kanker paru berupa suatu karsinoma ganas yang berasal dari sel epitel.
Ada dua jenis utama karsinoma paru yang dikategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel
ganas yang terlihat melalui histopatologi dengan mikroskop, non-small cell lung
carcinoma( NSCLC) 80% ,small cell lung carcinoma(SCLC) 16,8%. Klasifikasi ini berdasarkan
pada kriteria histologi yang sangat penting dalam penanganan klinis serta prognosis penyakit.(4)
SMALL CELL LUNG CANCER
Small cell lung cancer (SCLC) juga disebut “oat cell carcinoma” merupakan kanker paru
yang sedikit ditemukan, jenis ini berasal dari saluran napas yang lebih besar (bronkus primer dan
sekunder) dan dapat berkembang dengan cepat menjadi lebih besar.
Sell oat mengandung neurosekret padat (vesikel mengandung hormon neuroendokrin)
yang berhubungan dengan sindrom paraneoplastik/endokrin, yang kurang sensitive dengan
kemoterapi sehingga prognosisnya menjadi jelek dan sering bermetastase. Kanker Small sel
dibagi dalam stage terbatas (limited stage disease) dan stage luas (extended stage disease).
Jenis kanker paru ini diduga kuat berhubungan dengan riwayat perokok. Sekitar 98% pasien
dengan Small Cell Lung Cancer memiliki riwayat merokok.(3)
PATOGENESIS.
Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru dimulai oleh aktivasi onkogen dan
inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen yang diyakini sebagai
penyebab seseorang cenderung terkena kanker. Proto-onkogen berubah menjadi onkogen
apabila terpapar karsinogen spesifik. Mutasi yang terjadi pada proto-onkogen K-ras
menyebabkan adenokarsinoma paru sampai 10-30%. Epidermal growth factor reseptor
(EFGR) mengatur prolifersi sel, apoptosis, angiogenesis, serta invasi tumor. Mutasi serta
berkembangnya EFGR sering dijumpai pada kanker paru non-small sel sehingga menjadikan
dasar terapi menggunakan penghambat EFGR. Kerusakan kromosom menyebabkan
kehilangan sifat keberagaman heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor.
Kerusakan kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan karsinoma paru nonsmall sel. Gen p53 tumor supresor berada di kromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari
kasus. Gen gen lainnya yang sering bermutasi dan berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1,
PIK3CA dan BRAF. (5)
Sejumlah gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik
yang mengkode interleukin-1, sitokrom P450, caspase-8 sebagai pencetus apoptosis serta
XRCC1 sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat gen polimorfik seperti ini
lebih sering terkena kanker paru apabila terpapar zat karsinogenik.(5)
2
ETIOLOGI.(5,6,7,8)
Zat karsinogen pada rokok tembakau memegang peranan penting terhadap kejadian
kanker paru. Kurang lebih 85-90% penderita kanker paru adalah perokok,namun demikian
kanker paru dapat juga mengenai individu yang bukan perokok. Dengan demikian pengaruh
faktor lingkungan perokok tembakau, polusi udara, paparan gas radon dan beberapa virus
dapat juga menyebabkan kanker paru. Namun kurang dari 20% akan mengalami kanker
paru,dengan demikian faktor keturunan memegang peranan penting.
Pertumbuhan kanker paru diperantarai oleh interaksi antara beberapa zat karsinogen.
Rokok sigaret mengandung campuran senyawa dimana telah 4000 senyawa teridentifikasi pada
sebahagian besar rokok. Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi 60-70 karsinogen; polisiklik
aromatic hidrokarbon, (PAHs), heterosiklik hidrokarbon, N-nitrosamin, aromatik amine, Nheterosiklik amine, aldehide, beberapa senyawa organic,senyawa anorganik seperti hydrazine
logam serta radikal bebas. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa gabungan zat karsinogenik
PAH dan tobacco-spesifik carcinogen NNK (4-(methylnirosoamino)-1-3 (phyridyl)-1-(butanone)
memegang peranan penting dalam menginduksi kanker paru pada perokok. kedua-duanya
merupakan karsinogen yang sama kuatnya antara PAH dan N-Nitrosamin, namun demikian
walaupun butadin,aldehid dan benzene suatu potensial karsinogenik yang rendah , tetapi
jumlahnya sangat banyak pada rokok tembakau.
PAH merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari tembakau pada saat merokok. PAH,
terutama benzopyrin mencetuskanterjadinya tumor paru pada hewan percobaan. Disamping itu
dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa jaringan paru manusia dapat memetabolisme PAH
menjadi metabolit reaktif yang berinteraksi dengan DNA membentuk gen DNA yang bermutasi.
DNA ini diduga merupakan pencetus terjadinya karsinogenesis dan mungkin juga prediksi risiko
kanker paru. Pada beberapa penelitian gabungan PAH-DNA telah ditemukan pada sample paru
manusia dan peningkatan kadar PAH-DNA pada jaringan paru perokok dan bekas perokok
dibandingkan dengan tidak perokok.
Beberapa penelitian epidemiologi yang melakukan evaluasi tahun 2004 mendapatkan
peningkatan risiko kanker paru pada orang non perokok yang terpapar oleh lingkungan asap rokok,
terutama pada orang yang mempunyai pasangan perokok aktif,dimana risiko terjadinya kanker paru
meningkat 20% sampai 30%. Individu yang tidak merokok yang terpapar ditempat lingkungan kerja
kemungkinan risiko kanker paru 12% sampai 19%.
Perbedaan insiden kanker paru pada orang non perokok di beberapa Negara berbeda
membuktikan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi resiko. Polusi udara merupakan gabungan
3
komplek gas dan komponen partikel yang berperan sebagai factor resiko sedang terhadap kanker paru.
Polusi udara yang berasal dari lalu lintas padat,pembakaran minyak serta pabrik industri bertanggung
jawab terhadap insiden kanker paru. Termasuk PAH, formaldehide, benzene, ethyleneoxide, uap
minyak serta logam.
Hubungan antara kanker paru dengan polusi udara telah dilaporkan dalam berbagai penelitian
dari berbagai Negara. Penduduk kota yang mengalami paparan yang tinggi mempunyai resiko
kanker paru 1.5 lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk desa. Dalam European perspective
study didapatkan bahwa penduduk disekitar lalu-lintas yang padat atau terpapar kadar NO2 lebih
dari 30 ug/m3 akan meningkatkan risiko kanker paru. Pada kasus NO2 resiko kanker paru
berhubungan dengan respon paparan. Pada penelitian lainnya suatu partikel-partikel kecil, SO2 dan
rokok hitam semuanya berkaitan dengan peningkatan resiko kanker paru. Oleh karena paru
mempunyai vulome respirasi yang besar (500-600 liter oksigen/jam), disertai dengan area yang luas
(75-85 m2) dengan perfusi yang banyak terpapar oleh udara beracun disekitarnya akan mencetuskan
keracunan paru dan pertumbuhan kanker paru walau dengan kadar yang rendah sekalipun.
Gas radon merupakan bahan kimia yang terdapat dimana-mana, yang berupa gas beracun
yang berasal dari lingkungan dan material bangunan yang tercemar, seperti batu,batu bata dan
semen. Paparan gas radon yang tinggi berkaitan dengan pekerjaan terutama tambang uranium.
Peningkatan resiko kanker paru di pertambangan berkaitan dengan akumulasi paparan gas radon.
Didapat bukti yang kuat gas radon pada ruangan tertutup mempunyai kontribusi terhadap resiko
kanker paru. Diperkirakan radon berkontribusi sampai 9% terhadap kejadian kanker paru, dan dari
data yang dapat dipercaya menyimpulkan resiko kanker paru akibat terpapar radon dan rokok akhirakhir ini meningkat.
Paparan dari tempat kerja memegang peranan penting sebagai penyebab kanker paru. Kejadian
kanker paru dicetuskan oleh paparan lingkungan tempat kerja oleh logam seperti beryllium, kromium,
nikel dan arsenik telah ditemukan. Paparan PAH yang tinggi dapat ditemukan pada beberapa pekerja
seperti produksi aluminium, batubara dan proses gasifikasi batubara, besi, pekerja besi baja,supir bus
(oleh karena menghirup gas buang mesin disel), pembuat atap serta pekerja jalan aspal. Paru-paru
merupakan target organ Polisiklik Aromatik Hidrokarbon pada pekerja yang terpapar. Kristal silica
yang terhirup juga diklasifikasikan sebagai zat karsinogen paru . perlu digaris bawahi ialah apabila
menilai etiologi kanker paru yang berhubungan dengan tempat kerja perlu dipertimbangkan adanya
riwayat merokok tembakau.
Virus Onkogen mungkin dapat dimasukkan kedalam etiologi kanker paru. Sejumlah temuan
membuktikan adanya keterlibatan sejumlah human papiloma virus, akan tetapi temuan virus pada
4
karsinoma bronchial sangat beragam. Virus Epstein-Barr,cytomegalovirus, human herpes virus-8 dan
simian virus 40 jarang ditemukan.
Kerentanan genetik berperan pada individu perokok tembakau. Sebagaimana fakta yang
ditemukan dimana hanya satu dari sepuluh perokok semasa hidupnya yang berkembang menjadi kanker
paru. Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan adanya faktor genetik yang mempengaruhi risiko
individu terkena kanker paru. Suatu penelitian melaporkan adanya hubungan chromosom 6q pada
kelompok kanker paru, sehingga dapat diduga adanya pengaruh gen terhadap kanker paru. Kerentanan
pada kanker paru kemungkinan menyesuaikan dengan faktor spesifik penjamu termasuk perbedaan
metabolisme karsinogen dan detoksifikasi,DNA repair, kontrol siklus sel, sel signaling, apoptosis serta
jalur inflamasi. Prokarsinogen pada rokok tembakau mengaktifkan sejumlah sitokrom P450 dan
didetoksifikasi oleh gluthation Stranferase(GST), NADPH, Quinon oksireduktase(NQO), N-asetiltranferase(NAT)
Eliminasi dan perbaikan DNA yang mengalami kerusakan berperan penting dalam memproteksi
serta keutuhan genom dari agen genotoksik seperti PAH dan NNKyang berasal dari rokok tembakau.
Penderita kanker paru dilaporkan mempunyai kapasitas DNA repair yang rendah. Penelitian yang ada
menemukan adanya hubungan antara nukliotida polimorfik tunggal pada sejumlah gen DNA repair
dengan risiko kanker paru.
GEJALA KLINIS. (8,9,10)
Sekitar 25% kanker paru adalah asimptomatik dan ditemukan dengan tidak sengaja melalui
foto toraks. Tanda dan gejala yang timbul dapat berasal dari progresifitas tumor lokal, penyebaran ke
daerah regional atau metastase jauh. Sindrom paraneoplastik dapat terjadi pada semua stage
penyakit. Akan tetapi gejala ini tidak spesifik untuk mengklasifikasi dan histologi kanker.
Tumor dapat mengakibatkan batuk dan terkadang sesak napas yang disertai obstruksi jalan
napas, post obstruksi atelektasis dan penyebaran kekelenjar limfe. Demam dapat terjadi pada
pneumonia post obstruktif, sebahagian penderita dilaporkan mengalami nyeri dada yang tak jelas atau
nyeri yang terlokalisir. Hemoptisis jarang ditemukan, kehilangan darah hanya sedikit kecuali pada
kasus yang dimana tumor mengiritasi pembuluh arteri yang mengakibatkan perdarahan masif bahkan
kematian .
Bekles dkk (2003) mendapati 65% -75% pasien kanker paru menderita batuk, bahkan
lebih dari 25% dengan batuk produktif. Hemoptisis didapati 6% -35% pasien, kurang lebih
20%-30% pasien akan mengalami hemoptisis dan 3% akan mengalami hemoptisis yang
menyebabkan kematian.
5
Penyebaran regional tumor menyebabkan nyeri dada pleuritik ataupun sesak napas
akibat terjadinya efusi plura, suara serak yang disebabkan oleh tumor yang mendesak nervus
laringius, sesak dan hipoksia akibat paralysis diafragma karena keterlibatan nervus phrenikus.
Knop dkk (2005) mendapati sesak napas sekitar 60% dari pasien, penyebab sesak
napas disebabkan akibat penyumbatan jalan napas pada bronkus atau parenkim paru,pleural
efusi, pneumonia dan komplikasi akibat kemoterapi atau radioterapi seperti pneumonitis.
Sindroma vena cava superior diakibatkan oleh penekanan dan invasi ke vena cava
superior yang dapat menyebabkan sakit kepala dan perasaan penuh dikepala, pembengkakan
di wajah dan ekstremitas atas, sesak napas apabila berbaring dan flushing. Tanda tanda fisik
sindroma vena cava superior meliputi edema pada wajah dan ekstremitas, pembengkakan
leher dan vena subcutan pada wajah dan badan bagian atas.
Gift dkk (2004) mendapatkan kurang lebih 50% pasien mengalami rasa tak enak
didada ataupun nyeri pada dinding dada. Bekles dkk (2004) rasa tak enak dan nyeri dada
yang hilang timbul serta nyeri pleuritik akibat penyebaran tumor ke pleura dapat dialami
penderita kanker paru.
Tumor apical, biasanya NSCLC menyerang pleksus brakhialis, pleura, tulang iga
sehingga mengakibatkan nyeri bahu dan ekstremitas bagian atas yang disertai kelemahan atau
atropi tangan ipsilateral (tumor pancoast ). Sindroma Horner (ptosis,miosis,enopthalmos dan
anhidrosis) dapat timbul apabila saraf simpatik paravertebra atau ganglion stellata cervical
terkena. Penyebaran tumor ke pericardium dapat terjadi tanpa gejala atau menimbulkan
kontriktif perikarditis bahkan tamponade jantung. Disfagia dapat terjadi akibat penekanan
namun sangat jarang.
Metastasis pada hati menyebabkan nyeri, gejala gastrointestinal yang akhirnya
menyebabkan kegagalan hati. Metastasis ke otak mengakibatkan perubahan tingkah laku,
kebingungan, afasia, kejang, paresis atau paralysis, mual dan muntah bahkan koma dan
kematian. Metastasis ke tulang menyebabkan nyeri hebat dan fraktur, jarang terjadi
insufisiensi kelenjar adrenal walaupun umumnya kanker paru bermetastasis ke kelenjar
adrenal.
Gejala Sindroma Paraneoplastik terjadi pada tempat yang jauh dari tumornya ataupun
metastasisnya. Sindroma paraneoplastik meliputi hiperkalsemia( pada penderita dengan
squamous sell karsinoma, disebabkan oleh karena tumor menghasilkan hormone paratiroid),
sindrom inappropriate antidiuretik hormon(SIADH), clubbing finger dengan atau tanpa
hipertropik osteoartropathy paru, myasthenia(sindrom Eaton-Lambert) serta beberapa sindroma
neurologist, termasuk neuropathi, encephalopathy,encephalitis, mielophati serta penyakit
6
serebral. Mekanisme ini melibatkan autoantigen tumor yang menghasilkan autoantibody, namun
demikian sebahagian besar penyebabnya tidak diketahui.
Van Cleave dan Cooley (2004) juga mendapati Sindrome paraneoplastik yang mungkin
disertai dengan Sindrom Cushing, Hiperkalsemia, SIADH, Hipertropik Osteoartropati paru,
Sindrom neurologis.
STADIUM KARSINOMA PARU (8,9,10,)
Staging untuk kanker paru berdasarkan tumor(T), penyebaran ke getah bening(N)
dan organ lain(M).
Stage kanker paru jenis karsinoma sel kecil (Small Cell Lung Cancer) terdiri dari
stage terbatas(limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks), stage luas
(extensive) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar ke organ lain.
Pada Limited stage tumor terbatas pada satu sisi dan keterlibatan kelenjar lymphe
node dan supraclavicular pada sisi yang sama (sesuai dengan TNM stage I sampai IIIB)
Pada Extensive stage tumor menyebar pada kedua paru ataupun metastase jauh ke
organ lain, malignan pericardial, efusi pleura, ataupun penyebaran kelenjar lymph node hilar
atau supraclavicular yang kontra lateral.
Pada saat diagnosis ditegakkan sekitar sepertiga pasien dengan small cell lung cancer
merupakan yang limited stage disease dan duapertiga lagi merupakan extensive stage disease.
7
8
DIAGNOSIS (8,9,10,)
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal selain pemeriksaan klinis
adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat
ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan
destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif sehingga
tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada dibagian
sentral atau intrabronkus. Kemajuan dibidang teknologi endoskopi autofloresensi telah
terbukti dapat mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang lokasi sentral. Perubahan
yang dapat ditemukan pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat
dengan bronkoskopi konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskopi autofloresensi
9
karena dapat mendeteksi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskopi
biasa.
Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat diagnosis pasti
(jenis histologi) dan dapat ditentukan stadium penyakit hingga dapat dipikirkan modalitas
terapi yang tepat. Pada pemeriksaan histologi Karsinoma sel kecil(small cell lung cancer)
dijumpai adanya sel-sel ganas kecil berwarna biru dengan ukuran sekitar dua kali ukuran
limfosit, dengan sitoplasma yang jarang, gambaran inti yang halus dengan kromatin tersebar
tanpa nucleolus yang jelas.
Tindakan diagnostik untuk mendapatkan sel kanker dapat dilaksanakan dari cara yang paling
sederhana hingga tindakan invasif tergantung kondisi pasien. Pilihan tindakan antara lain biopsi jarum
halus jika ada masa superfisial, pungsi dan biopsi pleura jika ada efusi pleura, bronkoskopi disertai
dengan bilasan, sikatan, kuretase, biopsi masa intra bronkus sebagai usaha untuk mendapatkan jenis
histologi.
Tindakan diagnostik untuk mendapatkan stadium penyakit antara lain, foto toraks, CT-scan
toraks sampai kelenjar suprarenal dan bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan kepala dan bone scan
dilakukan jika ada keluhan(atas indikasi) atau pasien yang akan dibedah.
Tumor marker tidak dilakukan untuk diagnosis kanker paru tetapi hanya bermanfaat untuk
evaluasi hasil terapi. Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun telah
dilakukan berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi dapat dilakukan.
PET (Positron emission tomography) dengan 18-fluoro-2-deoxy glucose (FDG) adalah
pemeriksaan non invasive untuk menilai adanya metastase mediastinum ataupun metastase jauh .
PENGOBATAN. (8.9,10)
Kemoterapi dan terapi radiasi telah terbukti untuk meningkatkan kelangsungan hidup untuk pasien
dengan Small Cell Lung Cancer( SCLC ) .
Kemoterapi
Kemoterapi meningkatkan kelangsungan hidup pasien dengan Limited Stage Disease ( LD ) atau
Extensive Stage Disease ( ED ) , tetapi bersifat kuratif hanya pada sebagian kecil pasien. Karena
pasien dengan SCLC cenderung untuk berkembang dan bermetastasis jauh. Bentuk pengobatan
lokal , seperti reseksi bedah atau terapi radiasi jarang menghasilkan kelangsungan hidup jangka
panjang . Dengan penggabungan rejimen kemoterapi saat ini menjadi pengobatan , kelangsungan
hidup pasien dapat meningkat 4-5 kali lebih lama dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan
terapi .
10
Kombinasi platinum dan etoposide adalah yang paling banyak digunakan sebagai standar rejimen
kemoterapi .
Persyaratan pasien Kemoterapi. (10)
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan-kelemahan yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi untolerable side efek, sebelum memberikan kemoterapi harus
dipertimbangkan :
1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan < 2.
2. jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
3. jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
4. cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10 gr%.
5. kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
6. bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.
7. elektrolit dalam batas normal.
8. mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana
penyakit kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga
menjadi faktor prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada
pasien sesuai dengan status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG ialah :
Grade 0 : masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan
sehari-hari.
Grade 1 : hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan
rumah yang ringan
Grade 2 : hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran dan hanya
bisa mengurus perawata dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
Grade 3 : hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk
tiduran.
Grade 4 : sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran
terus
kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan umum baik,
skala Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah
finansial dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah : HB >10 gr%,
leukosit > 4000/dl, trombosit > 100000/dl.(10)
11
Tabel.4.Tampilan umum berdasarkan skala Karnofsky dan WHO.( 10)
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa regimen yang terdiri dari lebih satu
obat anti kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya.
Kemoterapi untuk SCLC (small cell lung cancer) diberikan sampai enam siklus
dengan Cisplatin based regimen, yang diberikan ialah Cisplatin dengan Etoposide, Cisplatin
dengan Irinotecan dimana pada keadaan tertentu Cisplatin dapat digantikan dengan
Karboplatin dan Irinotecan digantikan dengan Docetaxel.(10)
Standard Treatment Options for Patients With Small Cell Lung
Cancer
12
Combination Chemotherapy For Extensive-Stage Small Cell Lung
Cancer
Terapi Radiasi Toraks (10)
Terapi radiasi umumnya direkomendasikan bersama dengan kemoterapi. Terapi radiasi
menggunakan energi sinar-X yang tinggi yang difokuskan pada daerah spesifik yang terkena
kanker untuk membunuh sel-sel kanker. Sinar-x berasal dari mesin (linear accelator) dan
pengobatan berlangsung singkat (10-15 menit).
Efek merusak dari radiasi bersifat kumulatif (aditif), dan sejumlah radiasi harus diberikan
sebelum sel-sel kanker rusak dan mati. Untuk mencapai hal ini, dosis radiasi kecil yang
diberikan sehari-hari, lima hari seminggu, selama lima sampai tujuh minggu. Kadang-kadang,
untuk pasien dengan limited stage disease, radiasi diberikan dua kali sehari, lima hari per
minggu, selama tiga minggu. Radiasi diberikan ke daerah tubuh yang terkena kanker. Dengan
demikian, berbeda dengan kemoterapi, yang merupakan pengobatan sistemik, radiasi adalah
pengobatan lokal, dan efek samping umumnya terbatas pada daerah yang terkena radiasi.
Profilaksis Cranial Irradiasi (PCI). (10)
13
Pasien yang telah mencapai remisi lengkap dapat dipertimbangkan untuk pemberian PCI.
Pasien small cell lung cancer memiliki resiko metastasis ke sistem saraf pusat sebesar 60%
dalam 2-3 tahun setelah pengobatan. Mayoritas pasien mengalami relaps hanya pada otak dan
meninggal karena metastasis cranial. Resiko metastase ke sistem saraf pusat dapat dikurangi
sebesar 50% dengan PCI.
Terapi Bedah disertai kemoterapi atau Kemoradiasi.(10)
Karena Small cell lung cancer dapat menyebar secara cepat, maka terapi bedah belum
terbukti memperbaiki probabilitas dan lama kelangsungan hidup pasien. Namun pada kasus
kecil (kurang dari 5 persen) pasien yang didiagnosa secara dini lalu dilakukan terapi bedah
diikuti kemoterapi dapat memperbaiki 5 tahun kelangsungan hidup sebesar 35-40 %.
PROGNOSIS.(7,9,10)
Angka rata-rata kelangsungan hidup dari waktu diagnosis untuk limited stage disease adalah
15-20 bulan, dan untuk extensive stage disease adalah 8-13 bulan.
Angka kelangsungan hidup selama 2 tahun sebesar 20-40% untuk limited stage dan kurang
dari 5% untuk extensive stage.
Angka kelangsungan hidup selama 5 tahun sebesar 10-13% untuk limited stage dan 1-2%
untuk extensive stage.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Zulkifli Amin.Kanker Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Edisi
(2009),Hal2254-2262
2. From Wikipedia ; Lung cancer, http;//en.wikipedia.org.2009.
3. From Wikipedia: Small-cell carcinoma, http;//en.wikipedia.org/wiki/small-cell
carcinoma
4. MedlinePlus: Lung cancer-small cell, http;//www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
article/000122.htm
5. Winston W, Small Cell Lung Cancer, 2012, http;//emedicine.medscape.com/article/
280104-overview
6. Bonnie S, Lauren A, Pathobiology and Staging of Small Cell Carcinoma of the Lung,
2013, http;//www.uptodate.com
7. American Cancer Society, Lung Cancer (Small Cell), 2013, http;//www.cancer.org/
cancer/lung cancer-small cell/ detailed guide/index
8. Henry D Tazelaar, Pathology of lung Malignancies, 2013, http;//www.uptodate.com
9. National Cancer Institute, Small Cell Lung Cancer Treatment, 2013, http;//www.
cancer.gov/cancertopics/PDQ/treatment/small-cell-lung/health professional
10. Glegory P. Kalemkerian, Small cell Lung Cancer Treatment(Beyond The Basics),
2013, http;//www.uptodate.com
15
Download