HUBUNGAN POLIMORFISME GEN TOLL-LIKE RECEPTOR 4 (TLR4) Asp299Gly DENGAN INFEKSI INFLUENZA A DAN B DI MAKASSAR The Correlation Between the Polymorphism of Toll-Like Receptor 4 (Tlr4) Asp299gly Gene and Influenza A And B Virus Infection in Makassar Suhartatik ABSTRACT The objectives of the sutdy are to investigate the risk factor of polymorphism of TLR4 Asp299Gly gene and its correlation with the occurrence of Influenza A and B virus infection. This study is a retrospective research in the form of case control. The population are the patients with Influenza A and B virus infection. Thirty-seven Influenza infected persons were selected as samples for the observed group and 49 persons were selected for the control group. The study identifies polymorphism in 21 subjects (24.4%) of the two groups consisting of 17 (19.8%) of the virus infected group and 4 (4.7%) of the healthy group. Statistical analysis to identify Relative Risk indicates Odds ratio 9.563>1 with a Confidence Interval of 2.852 – 32.063. Therefore, it can be concluded that TLR4 Asp299Gly gene polymorphism is a risk factor of Influenza A and B virus infection in Makassar Key words : polymorphism, TLR4 gene, Asp299Gly, influenza virus infection. ABSTRAK Epidemi Influenza berkontribusi penting terhadap tingkat morbiditas pada populasi secara umum. Influenza menyebabkan infeksi akut pada hospes dan memulai proses berseri aktivasi reaksi imun pada hampir semua bagian sistem pertahanan imun. Toll-like receptors (TLR) telah ditemukan sebagai kelas terpenting dari pattern recognition receptor, terlibat dalam mekanisme pertahanan host terhadap bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly dengan terjadinya infeksi Influenza A dan B di Makassar. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dalam bentuk case control. Populasi penelitian adalah penderita terinfeksi virus Influenza A dan B di Makassar. Sampel penderita yang positif Influenza diambil sebanyak 37 orang sebagai kelompok pengamatan dan 49 orang sebagai kelompok pembanding. Hasil penelitian menunjukkan adanya polimorfisme pada 21 subjek penelitian (24.4%) dari kedua kelompok. Polimorfisme pada kelompok penderita Influenza A dan B sebanyak 17 orang (19.8%) dan kelompok orang sehat 4 orang (4.7%). Hasil analisis statistik untuk melihat Relative risk menunjukkan nilai Odds ratio 9.563 > 1 dengan Confidence Interval 2.852 – 32.063. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly merupakan faktor risiko terhadap Infeksi virus Influenza A dan B di Makassar Kata Kunci : polimorfisme, gen TLR4, Asp299Gly, Infeksi virus Influenza 1 PENDAHULUAN Epidemi Influenza berkontribusi penting terhadap tingkat morbiditas pada populasi secara umum, dan tingkat kematian pada lanjut usia dan pasien lain dengan risiko tinggi. Meskipun ratarata angka kasus fatal kurang dari 0,01%, puluhan ribu kematian terjadi setiap tahun (Gong J, et al, 2007). Penyakit Influenza merupakan penyakit infeksius yang penularannya sangat tinggi, epidemik tahunan terjadi khususnya di belahan bumi utara antara bulan Desember dan April. Perubahan besar pada virus Influenza A telah mengakibatkan pandemik darurat yang terjadi secara periodik selama angka kesakitan dan kematian meningkat (Mari J. M. N, 2004). Selama berabad-abad terdapat spekulasi yang luas terhadap penyebab Influenza. Pandemi tahun 1918 – 1919 menempatkan Influenza pada keadaan dimana dunia melakukan penelitian mendasar untuk menemukan agen pencegahan dan/atau pengobatan terhadap penyakit fatal ini. Virus Influenza pertamakali diisolasi adalah virus dari fowl plaque, tetapi tidak dikenali sebagai virus Influenza sampai 1955. Virus Influenza babi pertama kali diisolasi tahun 1931, dan pada tahun 1933 virus Influenza manusia pertama kali diisolasi yang menandai dimulainya pemahaman yang lebih baik terhadap penyakit ini. Kemudian pada tahun 1940, virus Influenza manusia lainnya diisolasi dan ditemukan secara keseluruhan tidak berhubungan secara serologis terhadap isolat sebelumnya. Virus ini kemudian dikenal sebagai virus Influenza A, dan strain baru sebagai virus Influenza B. (Gong J, 2007). Influenza menyebabkan infeksi akut pada hospes dan memulai proses berseri aktivasi reaksi imun pada hampir semua bagian sistem pertahanan imun. Sebagian besar mulainya respon alami, termasuk pelepasan sitokin, masuknya neutrofil granulosit atau natural killer cells dan sel aktivasi bertanggung jawab atas onset akut gejala-gejala klinis (Mandelboim 2001, Achdount 2003). Sitokin merupakan mediator terlarut yang terbentuk pada respon imunitas tubuh penjamu, baik imunitas spesifik maupun non spesifik. Sitokin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mekanisme efektor yang terlibat dalam menghilangkan antigen asing seperti mikroorganisme. Banyak sitokin yang berbeda dihasilkan selama respon imunitas. Sitokin yang sama dapat diproduksi oleh tipe sel yang berbeda dan dapat mempunyai efek yang berbeda pada sel yang sama serta dapat juga beraksi pada tipe sel yang berbeda. Efek sitokin terjadi melalui pengikatan ke reseptor spesifik pada sel target. Jadi, sitokin menyerupai hormon dalam hal efek yang ditimbulkannya dan diperantarai melalui reseptor yang memberi sinyal kepada sel untuk merespon (Brooks et al, 2005). Toll-like receptors (TLR) telah ditemukan sebagai kelas terpenting dari pattern recognition receptor (PRR), terlibat dalam mekanisme pertahanan host terhadap bakteri, virus, jamur, dan protozoa. TLR merupakan reseptor yang bertahan secara evolusioner terhadap mikroorganisme patogen, awalnya digambarkan pada Drosophila dan dengan homolog pada tumbuhan dan vertebra golongan rendah. Salah satu dari TLR yang paling baik untuk diteliti adalah TLR4, reseptor kunci terhadap komponen LPS dari bakteri Gram-negatif dan terhadap struktur mikobakteria, jamur, dan parasit malaria (Bart F, 2007). Reaksi imunitas bawaan dipicu melalui TLR yang mengenali berbagai produk mikroba, seperti lipopolisakarida (LPS), peptidoglikan, flagellin, dan motif CpG pada DNA bakteri. Pengenalan mengakibatkan produksi berbagai sitokin dan nitrit okside (NO). Keluarga TLR mamalia saat ini sudah berkembang menjadi 11 anggota. Pensignalan TLR bermula dari domain Toll-interleukin-1 receptor (TIR), sebuah motif dari 200 asam amino yang ditemukan pada daerah sitosolik dari semua TLR dan reseptor IL-1. Molekul adaptor, yang juga mengandung domain TIR, berikatan dengan domain TIR dari TLR karena interaksi TIR/TIR pada stimulasi. Saat ini, keluarga adaptor TLR terdiri dari empat anggota; MyD88, Toll/domain IL-1R yang mengandung protein adapter/Mal, TICAM-1/TRIF, dan TICAM-2/TRAM. Penelitian pada tikus dengan menghilangkan 2 masing-masing dari adaptor ini telah dapat menjelaskan peranan khususnya. MyD88 berinteraksi dengan semua TLR kecuali TLR3, sedangkan Toll/domain IL-1R yang mengandung protein adapter/Mal berikatan dengan TLR2 dan TLR4. Demikian juga, TICAM-1/TRIF berikatan dengan TLR3 dan TLR4, dimana TICAM-2/TRAM berikatan hanya dengan TLR4. Keragaman dari molekul adapter dapat diketahui, paling tidak sebagian, khususnya mengenai berbagai respon peradangan pada ligand yang berbeda (Hazeki K, 2005). Selama evolusi, struktur genetik sangat terpengaruh dan berakibat penting terhadap kecenderungan kesehatan dan penyakit. Pada dekade yang lalu, ketertarikan dalam mekanisme genetik dan fisiologi pada kecenderungan terjadinya sakit mengakibatkan telah diidentifikasinya beberapa polimorfisme genetik yang mengembangkan respon terhadap tekanan evolusi spesifik. Beberapa hal yang telah diketahui berhubungan dengan penyakit infeksi : seleksi hemoglobin S, hemoglobin C, dan talasemia α dan β sebagai mekanisme perlindungan terhadap malaria, polimorfisme pada CCR5 yang memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi PES atau H (Bart F, 2007). TLR mamalia, kelompok protein struktural yang erat kaitannya dengan Drosophila Toll protein, diidentifikasi sebagai pengatur penting dari imunitas alami terhadap berbagai mikroba, termasuk bakteri gram-positif dan negatif, mikobakteria, dan jamur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Toll-like receptor 2 (TLR2) adalah reseptor pemberi sinyal untuk bakteri gram positif dan jamur. TLR4 akhir-akhir ini telah diketahui merupakan signal-transducing receptor yang diaktivasi oleh LPS bakteri; dan pada binatang percobaan tikus dimana gen TLR4 bermutasi atau tidak ada, menunjukkan respon yang rendah terhadap LPS dan tidak berespon terhadap syok akibat infeksi bakteri gram negatif. Sifat alami TLR dan peranannya dalam kekebalan alami menunjukkan bahwa patogen infeksius yang lain, seperti virus, mungkin juga mengaktivasi respon immun alami melalui Toll signaling pathway. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respon immun alami merupakan komponen penting dalam kekebalan terhadap respiratory syncytial virus (RSV). Penelitian terbaru invitro menunjukkan bahwa TLR4 dan CD14 terlibat dalam respon immun alami pada glikoprotein F dari RSV (Lia M. H, 2001). Dua polimorfisme yang berbeda dari TLR4 telah diketahui; transisi A/G pada SNP rs4986790 yang menyebabkan polimorfisme Asp299Gly, dan transisi C/T pada SNP rs4986791 yang menyebabkan polimorfisme Thr399Ile. Hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa transisi (G dan T, atau Gly dan Ile, atau sebaliknya) menunjukkan perubahan ligand-binding site dari reseptor. Kedua transisi ini telah banyak ditemukan secara terpisah pada populasi kulit putih. Beberapa penelitian meskipun tidak keseluruhannya menemukan korelasi antara polimorfisme ini dengan kerentanan terhadap penyakit infeksi seperti infeksi gram-negatif atau disseminated candidiasis. Tingkat keterpisahan dari kedua alel ini pada populasi kulit putih sebesar 98%. Berbeda dengan keadaan pada kulit putih, suatu studi di Afrika barat mengidentifikasi haplotipe TLR4 yang berbeda dan hanya ditemukan transisi alel Asp299Gly dan tidak ada individu yang memiliki alel Thr399Ile. Hal ini menunjukkan bahwa populasi manusia di seluruh dunia berbeda dalam prevalensi haplotipe TLR4 yang selanjutnya mencerminkan tekanan infeksi lokal tertentu dan berakibat kerentanan terhadap infeksi tersebut (Bart F, 2007). BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis penelitian non eksperimen dengan observasional study menggunakan retrospektif atau trohoc study. Penelitian menggunakan dua kelompok yang dibagi menjadi kelompok dengan positif Influenza baik A maupun B, dan kelompok kontrol orang normal dengan tidak ada riwayat Influenza dalam 6 (enam) bulan terakhir. Selanjutnya kedua kelompok tersebut akan di lakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya polimorfisme pada gen TLR4 pada NSP rs4986790 yang menyebabkan polimorfisme Asp/Gly pada asam amino 299. Jumlah sampel pada penelitian 3 adalah 86 sampel yang dibagi ke dalam dua kelompok masing-masing kelompok A dengan positif Influenza A dan B sebanyak 37 sampel, kelompok B dengan responden yang sehat dan tidak menderita Influenza 6 bulan terakhir sebanyak 49 sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non random sampling, yaitu dimulai dengan mengidentifikasi data sekunder hasil pemeriksaan sampel nasal swab penderita suspek ILI (Influenza Like Ilness Disease) di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Hasanuddin Makassar. Setelah diidentifikasi sejumlah sampel yang memenuhi syarat (37 sampel), kemudian ditelusuri lokasi keberadaan penderita untuk kemudian dimintai persetujuan menjadi sampel dalam penelitian sampai tercapai jumlah sampel yang ditentukan. Penderita yang bersedia untuk diteliti selanjutnya dimasukkan sebagai sampel dan diberlakukan prosedur penelitian selanjutnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non random sampling. Sampel darah penderita selanjutnya diekstraksi dengan metode Chelex dan dilakukan PCR dengan PCR mix terdiri dari Master Mix Green 22,5 µl, primer forward 0.5 µl, primer reverse 0,5 µl, produk ekstraksi 1,5 µl sehingga total volume 25 µl. Selanjutnya dilakukan PCR dengan kondisi siklus 1 sebanyak 1 kali pada suhu 940C selama 5 menit, siklus 2 sebanyak 37 kali terdiri dari 940C selama 30 detik, 500C selama 30 detik, dan 720C selama 30 detik, dan siklus 3 sebanyak 1 kali pada suhu 720C selama 5 menit. Produk PCR selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 4 jam dengan enzim NcoI dan dielektroforesis untuk deteksi polimorfisme. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur pada tabel 1, terlihat bahwa pada kelompok A (terinfeksi), responden terbanyak berada dalam rentang umur 21 – 30 tahun sebanyak 51 responden (59,3%) dan responden paling sedikit terdapat pada rentang umur 31 – 40 tahun dengan jumlah responden 3 orang (3,5%). Sedangkan pada kelompok B (sehat) seluruh responden berada dalam rentang umur 21 – 30 tahun sebanyak 49 orang (57.0%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel 2, terlihat bahwa bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 73.3 % yang terdiri dari 14 orang (16.3%) pada kelompok A (terinfeksi) dan 49 orang (57.0%) pada kelompok B (sehat). Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden (26.7%) dan kesemuanya merupakan bagian dari kelompok A (terinfeksi). Sedangkan ditinjau dari hasil pemeriksaan polimorfisme, pada tabel 3 diketahui bahwa dari 86 sampel penelitian, yang paling banyak ditemukan adalah yang tidak mengalami mutasi sebanyak 65 responden (75.6%). Dari 65 responden tersebut, 20 responden (23.3%) berada pada kelompok A (terinfeksi) dan 45 responden (52.3%) berada pada kelompok B (sehat). Sedangkan polimorfisme Asp299Gly yang ditemukan hanya pada 21 responden (24.4%) yang berasal dari 17 responden (19.8%) dari kelompok A (terinfeksi) dan 4 responden (4.7) dari kelompok B (sehat). Hasil analisis statistik seperti yang dipaparkan pada tabel 4, diperoleh informasi bahwa hasil uji Odds Ratio untuk polimorfisme Gen TLR4 terhadap terjadinya Influenza A & B adalah 9.563 yang merupakan nilai Ratio prevalensi. Nilai ini bila dibandingkan dengan 1 maka 9.563 > 1. Dengan melihat rentang Confidence Interval 2.852 – 32.063 yang tidak mencakup angka 1 makan dapat dikatakan bahwa polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly merupakan faktor risiko terjadinya Influenza A dan B pada manusia. Hasil uji Phi menunjukkan kontribusi variable independen terhadap variable dependen. Hasil analisis statistik menunjukkan hasil uji Phi 0.435 menunjukkan kontribusi polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly terhadap kejadian Influenza mencapai kisaran 43.5%. 4 PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia khususnya di wilayah Makassar telah ditemukan polimorfisme pada TLR4 sebanyak 21 kasus, 17 kasus (19.8%) diantaranya ditemukan pada mereka yang positif terinfeksi Influenza A dan B sedangkan 4 kasus lainnya ditemukan pada orang sehat. Hasil statistik menunjukkan bahwa polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly ternyata merupakan faktor risiko terjadinya infeksi Influenza virus A dan B dengan prevalensi 9.563 dan Confidence Interval 2.852 – 32.063. Polimorfisme TLR4 pada SNP rs4986790 menyebabkan terjadinya pergantian asam amino 299 dari Asam aspartat (Asp) dengan kode genetik GAU/GAC dengan Glycin dengan kode genetik GGx (x = basa bebas). Polimorfisme TLR4 Asp299Gly merupakan polimorfisme pada single nucleotida protein dengan pergantian basa A dengan G sehingga menyebabkan perubahan struktur asam amino pada TLR4. TLR4 merupakan komponen penting dalam respon kekebalan alami terhadap infeksi bakteri gram negatif. Peranan TLR4 dalam kekebalan antivirus sebagian besar belum dieksplorasi. Penelitian Haynes L. M, 2001 melalui pengamatan terhadap respon kekebalan in vivo terhadap respiratory syncytial virus (RSV) dalah infeksi virus Influenza pada tikus dengan defisient TLR4 (C57BL/10ScNCr) dan tikus yang mengekspresikan TLR4 (C57BL/10Sn) diketahui bahwa tikus dengan defisient TLR4 terserang RSV, tetapi tidak oleh virus Influenza, menunjukkan kegagalan perpindahan pulmonal sel natural killer (NK) dan CD14+, defisient fungsi sel NK, kegagalan ekspresi interleukin-12, dan kegagalan pembersihan virus dibandingkan pada tikus yang mengekpresikan TLR4. TLR4 memegang peranan dalam pengenalan LPS (Gram-negative bacteria), taksol apda tumbuhan, protein fusi pada RSV, protein amplop pada MMTV, HSP60 pada Chlamydia pneumoniae, HSP60 pada host, HSP70 pada host, type III repeat ekstradomain suatu fibronectin pada host, oligosakarida dari asam hyaluronidase (host), dan fragmen polisakarida dari heparan sulfat pada host, serta fibrinogen pada host. Polimorfisme TLR4 akan menyebabkan terjadinya inaktivasi dari reseptor TLR4 dan menyebabkan terjadinya perubahan pada ligand binding site dari reseptor. Hal ini akan menyebabkan kegagalan pensignalan pada TIRAM yang berakibat pada inaktivasi dari TRIF. Seperti diketahui bahwa TRIF bekerja menginduksi IRF3 dalam meningkatkan produksi interferon α. Selain itu, inaktivasi TLR4 reseptor akan menghambat pensignalan protein MyD88 dalam mengaktivasi TIRAP. Sementara diketahui bahwa TIRAP meningkatkan produksi sitokin inflamasi. Interferon α dan sitokin inflamasi adalah dua komponen yang diketahui sangat penting dalam eliminasi virus dan patogen lain pada manusia. Polimorfisme TLR4 memberikan kontribusi 10.5% terhadap infeksi virus Influenza A dan B. Virus Influenza adalah virus yang dibungkus single-stranded RNA dengan rupa pleomorphic, dan diameter rata-rata 120 nm. Penonjolan haemagglutinin dan neuraminidase menutupi permukaan partikel. Genom virus Influenza A dan B terdiri dari 8 segmen terpisah ditutupi oleh protein nukleokapsid. Bersama-sama membuat ribonukleoprotein (RNP), dan tiap segmen memiliki kode untuk protein fungsional yang penting yakni polimerase protein B2 (PB2), polimerase protein B1 (PB1), polimerase protein A (PA), haemagglutinin (HA atau H), protein Nukleokapsid (NP), neuraminidase (NA atau N), protein matriks (M): M1. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim Sun Yeung 2008 yang meneliti hubungan antara polimorfisme gen TLR4 dengan kejadian diabetes dan komplikasinya pada populasi Caucasian. Hasil penelitiannya menunjukkan tidak adanya mutasi pada Asp299Gly dari 378 subjek yang diteliti, begitupula dengan subjek yang sama di Jepang dan China. Data di ketiga Negara tersebut menegaskan bahwa perbedaan ras dapat ditemukan dalam frekuensi dari polimorfisme TLR4. 5 Dengan ditemukannya polimorphisme di Indonesia khususnya di Makassar pada 21 subjek penelitian menunjukkan bahwa pada Ras asia ditemukan polimorfisme pada TLR4 Asp299Gly. Penelitian ini hanya sebatas pada melihat faktor risiko polimorfisme TLR4 Asp299Gly terhadap infeksi Influenza virus A dan B. Komponen yang terkait langsung dengan TLR4 pada virus Influenza masih perlu penelitian yang lebih mendalam untuk menjelaskan hubungannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Ditemukan polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly pada 21 responden yang memberikan data yang baru tentang keberadaan polimorfisme gen TLR4 pada populasi Asia. Polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly memiliki kontribusi 43.5% terhadap infeksi Influenza virus A dan B pada manusia. Polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly merupakan faktor risiko terjadinya infeksi Influenza virus A dan B pada manusia. Saran Perlu dilakukan eksplorasi lebih mendalam tentang keberadaan polimorfisme lokus lainnya pada gen TLR4 serta keterkaitan polimorfisme TLR4 khususnya Asp299Gly dengan penyakit lain pada manusia. Perlunya peningkatan upaya perbaikan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengimbangi ekspresi genetik terhadap timbulnya penyakit akibat polimorfisme gen. Disarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti keterkaitan TLR4 dengan infeksi virus Influenza A dan B untuk mendalami komponen virus yang berkaitan langsung dengan pensignalan TLR4 sehingga dapat mendukung hasil penelitian ini. KEPUSTAKAAN Achdout H, Arnon TI, Markel G, et al. 2003. Enhanced recognition of human NK receptors after Influenza virus infection. J Immunol, http://amedeo.com/lit.php?id=12847262. Akira S. 2003. Toll-like Receptor Signaling. Department of Host Defense, Research for Microbial Diseases. Osaka University and ERATO of Japan Science and Technology Coorporation. Yamada-oka. Suita. Osaka. Japan. Akira S. 2003. Role of adapters in Toll-like receptor signalling. Department of Host Defense, Research for Microbial Diseases. Osaka University and ERATO of Japan Science and Technology Coorporation. Yamada-oka. Suita. Osaka. Japan. Awomoy A. A, 2007, Association of TLR4 Polymorphisms with Symptomatic Respiratory Syncytial Virus Infection in High-Risk Infants and Young Children, The Journal Immunology, Department of Microbiology and Immunology, University of Maryland Baltimore, United States. Balasubramanian S. et al. 2000, Analysis of single nucleotide polymorphisms in human chromosomes 21 and 22. Department of Molecular Biophysics and Biochemistry, Yale University, USA. 6 Bansal Manju. 2003. DNA Structure: Revisiting the Watson –Crick Double Helix. http://www.ias.ac.in/currsci/dec102003/1556.pdf. (online) diakses tanggal 18 Januari 2011. Bart Ferwerda, et all, 2007. TLR4 polymorphisms, infectious diseases, and evolutionary pressure during migration of modern humans. www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.0704828104 Binder A, 1997. Detection of Point Mutations by RFLP of PCR Amplified DNA Sequences. www. uni-graz.at/~binder/ thesis/node64.html Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Pertama, Salemba Medika, Jakarta. DeFranco A. L, et al, 2007. The Toll-Like Receptor Family of Innate Immune Receptors, New Science Press, (online) http://www.sinauer.com/pdf/nsp-immunity-3-10.pdf Department of Biology. 2001. RFLP Method – Restriction Fragment Length Polymorphism. Davidson College. Davidson. New York City. Donald N Cook, 2004, Toll-like receptors in the pathogenesis of human disease, Nature Immunology, Department of Medicine, Duke University Medical Center, North Carolina, USA. Gong Jianzhi, et al. 2007. Structure and Functions of Influenza Virus Neuraminidase. www.bentham.org (online) diakses tanggal 5 Januari 2011. Hazeki Kaoru, et all. 2006. Opposite Effects of Wortmannin and 2-(4-Morpholinyl)-8-phenyl1(4H)-benzopyran-4-one Hydrochloride on Toll-Like Receptor-Mediated Nitric Oxide Production: Negative Regulation of Nuclear Factor-κB by Phosphoinositide 3-Kinase, http://molpharm.aspetjournals.org/content/69/5/ 1717.full Hopkins D, Whitehouse D. 2000. Human Blood Cell; An Intoduction to Genetic Polymorphism. www.icpress.co.uk/ etextbook/p170/ p170_ chap01.pdf IPGRI. 2003. DNA-based technologies; Restriction Fragment Length Polymorphism. Cornell University. Kamps, Hoffmann, Preiser. 2006. Influenza Report, PT. Indeks, Jakarta. Lee Y. C, et al, 2008. Toll-like Receptors 2 and 4 and Their Mutations in Patients with Otitis Media and Middle Ear Effusion. Department of Otolaryngology, College of Medicine, Kyung Hee University, Seoul. Levin A, Shibolet O. 2008. Toll-like receptors in inflammatory bowel disease-stepping into uncharted territory. Liver and Gastroenterology Units, Division of Medicine, HadassahHebrew University Medical Center, Jerussalem. Israel. Lia M. Haynes, et al. 2001. Involvement of Toll-Like Receptor 4 in Innate Immunity to Respiratory Syncytial Virus. http://www.jvi.asm.org. 7 Mandelboim O, Lieberman N, Lev M, et al. 2001. Recognition on haemagglutinins on virusinfected cells by NKp46 activates lysis by human NK cells. http://amedeo.com/lit.php?id=5234016. Mari, J. M. N. 2004. Influenza-like illness criteria were poorly related to laboratory-confirmed Influenza in a sentinel surveillance study. www.ncbi.nlm.nih.gov, diakses tanggal 5 Januari 2011. May Jean King, 2000, Human Blood Cells: Consequences of Genetic Polymorphisms and Variations,http://www.amazon.co.uk/Human-Blood-Cells-ConsequencesPolymorphisms/dp/1860941966/ref=sr_ 1_2?ie=UTF8&qid=1295443546&sr=8-2 (online). Reismann P. et al, 2008, Polymorphisms of the Toll-like receptor 4 gene and their potential role in infectious diseases and chronic inflammatory disorders, Semmelweis Egyetem, Hungaria. Smith K. 2002. Genetic Polymorphism and SNPs; Genotyping, Haplotype, Assembly Problem, Haplotype Map, Functional Genomics and Proteomics. Stitziel, N. O, et al. 2003. Structural Location of Disease-associated Single-nucleotide Polymorphisms. Department of Bioengineering SEO, University of Illionois at Chicago. USA. Takeda K, et al. 2005. Toll-like receptors in innate immunity, International Immunology, Department of Molecular Genetics, Medical Institute of Bioregulation, Kyushu University, Maidashi Japan. Takeda K, Tsuneyasu Kaisho, Shizuo Akira. 2003. Toll-Like Receptors, Annual Review Immunologi. Arjournals.annualreviews.org. Theresa Phillips. 2010. Polymorphism. www.about.com (online) diakses tanggal 5 Maret 2010. Tulick MK, 2007, TLR4 polymorphisms mediate impaired responses to respiratory syncytial virus and lipopolysaccharide, Division of Cell Biology, Telethon Institute for Child Health Research, University of Western Australia. Veilleux C, 1994, PCR PCR_technology.php Technology. http://www.accessexcellence. org/LC/SS/PS/PCR/ Yeun Sun Kim, et al. 2008. Rarity of TLR4 Asp299Gly and Thr399Ile Polymorphisms in the Korean Population. Yonsei Medical Journal, Korea. Yuwono Triwibowo, 2006, Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction, Penerbit Andi Yogyakarta. 8 Tabel 1. No. 1. 2. 3. 4. Umur responden penelitian polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly pada penderita Influenza A dan B di Makassar Kategori Umur 0 – 10 tahun 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun 31 – 40 tahun Kelompok A (terinfeksi) 20 12 2 3 37 Kelompok B (sehat) 49 49 Total % 20 12 51 3 86 23.3 14.0 59.3 3.5 100.0 TLR4 = Toll-like receptor 4 9 Tabel 2. No. 1. 2. Jenis kelamin responden penelitian polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly pada penderita Influenza A dan B di Makassar. Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok A (terinfeksi) 14 23 37 Kelompok B (sehat) 49 49 Total % 63 23 86 73.3 26.7 100.0 TLR4 = Toll-like receptor 4 10 Tabel 3. Polimorfisme yang ditemukan pada responden responden penelitian polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly pada penderita Influenza A dan B di Makassar No. TLR4 1. Polimorfisme Asp299Gly Kelompok A (terinfeksi) 17 (19.8) Kelompok B (sehat) 4 (4.7) 20 (23.3) 37 45 (52.3) 49 Total % 21 24.4 65 75.6 86 100.0 Tidak ada mutasi 2. TLR4 = Toll-like receptor 4 11 Tabel 4. Analisis faktor risiko polimorfisme gen TLR4 Asp299Gly pada penderita Influenza A dan B di Makassar 95% Confidence Interval Value Lower Upper Odds Ratio for Polimorfisme 9.563 2.852 32.063 Gen TLR4 Asp299Gly (Mutasi/Tidak mutasi) Uji Phi .435 N of Valid Cases 86 TLR4 = Toll-like receptor 4 12