Unduh file PDF ini - Jurnal Ilmiah STKIP PGRI NGAWI

advertisement
Pembelajaran ARIAS Sebagai Alternatif Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Bahasa Indonesia Materi Karya Tulis Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Paron Tahun
Pelajaran 2014/2015
Oleh :
Indrarnanto
Guru SMP Negeri I Paron
ABSTRAK
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran ARIAS? (b)
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran ARIAS. (b) Ingin mengetahui
pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran ARIAS.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IX Semester
2 SMPN 1 paron Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Data
yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%),
siklus III (86,36%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode ARIAS dapat berpengaruh positif
terhadap motivasi belajar Siswa Kelas IX Semester 2 SMPN 1 paron Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015, serta metode pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bahasa Indonesia.
Kata Kunci: bahasa Indonesia, metode ARIAS
A. PENDAHULUAN
Pada hakekatnya kegiatan belajar
mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru
dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam
proses belajar mengajar merupakan
pemegang peran yang sangat penting.
Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat
dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku
dalam proses belajar mengajar, gurulah
yang mengarahkan bagaimana proses
belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena
itu guru harus dapat membuat suatu
pengajaran menjadi lebih efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang
disampaikan akan membuat siswa merasa
senang dan merasa perlu untuk
mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Berhasilnya tujuan pembelajaran
ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi,
membina dan meningkatkan kecerdasan
serta
keterampilan
siswa.
Untuk
mengatasi permasalahan di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
145
mengajar yang baik dan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan.
Salah
satu
masalah
dalam
pembelajaran di sekolah adalah rendahnya
hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap
sejumlah siswa SMP dari berbagai
kabupaten dan propinsi menunjukkan
hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri
1993:12). Nilai siswa SMP dalam
beberapa terakhir (1993/1994 sampai
dengan 1997/1998) menunjukkan hasil
belajar yang kurang menggembirakan
(Depdikbud, 1998).
Metode pembelajaran jenisnya
beragam yang masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan
metode yang sesuai dengan topik atau
pokok bahasan yang akan diajarkan harus
betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan
menyampaikan materi pelajaran.
Sering ditemukan di lapangan
bahwa guru menguasai materi suatu
subjek dengan baik tetapi tidak dapat
melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Hal itu terjadi karena
kegiatan tersebut tidak didasarkan pada
model pembelajaran tertentu sehingga
hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Timbul pertanyaan apakah mungkin
dikembangkan suatu model pembelajaran
yang sederhana, sistematik, bermakna dan
dapat digunakan oleh para guru sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik sehingga dapat
membantu
meningkatkan
motivasi
berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan
dengan
hal
itu,
maka
dengan
memperhatikan berbagai konsep dan teori
belajar dikembangkanlah suatu model
pembelajaran yang disebut dengan model
pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh model pembelajaran
ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan
hasil belajar siswa, telah dicobakan pada
sejumlah siswa di dua sekolah yang
berbeda. Hasil percobaan di lapangan
menunjukkan bahwa model pembelajaran
ARIAS memberi pengaruh yang positif
terhadap motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, model
pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan
oleh
para
guru
sebagai
dasar
melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik, dan sebagai suatu alternatif
dalam usaha meningkatkan motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan
percobaan lapangan ini untuk mengetahui
apakah ada pengaruh model pembelajaran
ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan
hasil belajar.
Dalam
mencapai
Tujuan
Pembelajaran Khusus pada mata pelajaran
bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,
khususnya di SMPN 1 paron Kecamatan
Paron Kabupaten Ngawi masih banyak
mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari
masih rendahnya nilai mata pelajaran
bahasa Indonesia dibandingkan dengan
nilai beberapa mata pelajaran lainnya,
mata pelajaran bahasa Indonesia peringkat
nilainya menempati urutan bawah dari
enam mata pelajaran yang diebtanaskan,
bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu
pemikiran-pemikiran
dan
tindakantindakan yang harus dilalukan agar siswa
dalam mempelajari konsep-konsep nateri
pelajaran
bahasa
Indonesia
tidak
mengalami kesulitan, sehingga tujuan
pembelajaran khusus yang dibuat oleh
guru mata pelajaran bahasa Indonesia
dapat tercapai dengan baik dan hasilnya
dapat memuaskan semua pihak. Oleh
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
146
sebab
itu
penggunaan
metode 2. Meningkatkan
motivasi
pada
pembelajaran dirasa sangat penting untuk
pelajaran bahasa Indonesia
membantu siswa dalam memahami 3. Mengembangkan
metode
konsep-konsep bahasa Indonesia.
pembelajaran yang sesuai dengan
Berdasarkan
uraian
di
atas,
bidang studi bahasa Indonesia.
penelitian
ini
mencoba
untuk
memecahkan suatu masalah sebagai B. KAJIAN PUSTAKA
berikut:
Pengertian Bahasa
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi
Dalam arti luas: Bahasa ialah alat
belajar siwa dengan diterapkannya yang dipakai manusia untuk memberi
pembelajaran ARIAS?
bentuk kepada sesuatu yang hidup di
2. Bagaimanakah pengaruh metode jiwanya, sehingga diketahui orang. Jadi
pembelajaran
ARIAS
terhadap disini termasuk juga mimiek (gerak
motivasi belajar siswa?
muka), pantho mimiek (gerak anggota),
Penelitian ini bertujuan untuk dan menggambar. Dalam arti umum :
mengetahui peningkatan prestasi belajar Bahasa ialah pernyataan perasaan jiwa
siswa
dengan kata yang diisikan atau ditulis.
setelah diterapkannya pembelajaran
Apakah
penguasaan
bahasa?
ARIAS serta untuk mengetahui pengaruh Mengerti apa yang dikatakan orang lain
motivasi belajar siswa setelah diterapkan dan mempergunakan sendiri bahasa itu
pembelajaran ARIAS.
disebut menguasai bahasa. Orang yang
telah menguasai sesuatu bahasa dengan
baik dikatakan orang itu mempunyai
Hipotesis Tindakan
"Jika Proses Belajar Mengajar penguasan bahasa yang baik.
Siswa Kelas IX menggunakan metode
demonstrasi dalam menyampaikan materi Macam – macam Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa itu ada dua
pembelajaran, maka dimungkinkan minat
belajar dan hasil belajar siswa Kelas IX macam, yaitu (1) penguasaan bahasa pasif
akan lebih baik dibandingkan dengan : mengerti apa yang dikatakan orang lain
proses belajar mengajar yang dilakukan kepadanya, dan (2) penguasaan bahasa
aktif: dapat menyatakan isi hati sendiri
oleh guru sebelumnya".
Dengan
hasil
penelitian
ini kepada orang lain.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah,
diharapkan dapat
1. Memberikan
informasi
tentang penguasaan bahasa itu dapat dibagi seperti
metode pembelajaran yang sesuai bagan berikut :
dengan materi bahasa Indonesia.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
147
Mendengarkan
Penguasaan Bahasa Pasif
Membaca
Penguasaan bahasa
Bercakap - cakap
Penguasaan Bahasa Aktif
Mengarang/Menulis
Perbendaharaan Bahasa dan Tujuan Pengajaran Bahasa
Tujuan terpenting ialah mebentuk
pengertian; yang berarti: mengajarkan
perkataan-perkataan baru dengan artinya
sekaligus kepada anak – anak. Oleh
karena itu, pada saat anak belajar
membaca permulaan, jangan mulai dari
menghafal huruf, tetapi mulai dari pola
kalimat sederhana dan lembaga kata.
Biasakan
anak
untuk
mendengar,
membaca,
dan
menuliskan
yang
mempunyai arti ganda.
Sekalian perkataan yang diketahui
artinya oleh anak – anak dikatakan:
perbendaharaan bahasa. Perbendaharan
bahasa itu bertambah terus menerus pada
anak-anak ataupun orang dewasa.
Penambahan perbendaharaan bahasa ini
telah dimulai sejak kelas I, pada saat anak
telah dapat menuliskan apa yang telah
didengarnya. Contoh: Mulai dari huruf a
Abu, aku, anak, asik, aci, acar, api, dan
seterusnya.
Dalam menambah perbendaharaan
bahasa anak-anak ini, yang paling penting
bukanlah isi dan arti, melainkan bentuk
bahasa itu; meskipun sesungguhnya isi
dan bentuk itu sukar diceraikan, karena
bentuk itu menentukan isi. Jadi: Tujuan
pengajaran bahasa ialah:
a. Belajar memahami pikiran dan
perasaan orang lain dengan teliti, jadi
menangkap bahasa: mendengarkan
dan membaca
b. Menyatakan pikiran dan perasaan
sendiri
dengan
teliti,
atau
mempergunakan
bahasa:
berbicara/bercakap cakap dan menulis
(dalam arti mengarang).
Model Pembelajaran ARIAS
Model
pembelajaran
ARIAS
merupakan modifikasi dari model ARCS.
Model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction), dikembangkan
oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai
jawaban
pertanyaan
bagaimana
merancang pembelajaran yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi dan
hasil belajar. Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang
mengandung dua komponen yaitu nilai
(value) dari tujuan yang akan dicapai dan
harapan (expectancy) agar berhasil
mencapai tujuan itu. Dari dua komponen
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
148
tersebut oleh Keller dikembangkan
menjadi empat komponen. Keempat
komponen model pembelajaran itu adalah
attention, relevance, confidence dan
satisfaction dengan akronim ARCS
(Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model pembelajaran ini menarik
karena dikembangkan atas dasar teoriteori belajar dan pengalaman nyata para
instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun
demikian, pada model pembelajaran ini
tidak ada evaluasi (assessment), padahal
evaluasi merupakan komponen yang tidak
dapat
dipisahkan
dalam
kegiatan
pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan
tidak hanya pada akhir kegiatan
pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan
selama proses kegiatan berlangsung.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana kemajuan yang
dicapai atau hasil belajar yang diperoleh
siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi
yang
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran menurut Saunders et al.
seperti yang dikutip Beard dan Senior
(1980: 72) dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Mengingat pentingnya
evaluasi, maka model pembelajaran ini
dimodifikasi
dengan
menambahkan
komponen
evaluasi
pada
model
pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model
pembelajaran
yang
digunakan
mengandung lima komponen yaitu:
attention (minat/perhatian); relevance
(relevansi); confidence (percaya/yakin);
satisfaction
(kepuasan/bangga),
dan
assessment (evaluasi). Modifikasi juga
dilakukan dengan penggantian nama
confidence menjadi assurance, dan
attention menjadi interest. Penggantian
nama confidence (percaya diri) menjadi
assurance, karena kata assurance sinonim
dengan kata self-confidence (Morris,
1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran
guru tidak hanya percaya bahwa siswa
akan mampu dan berhasil, melainkan juga
sangat penting menanamkan rasa percaya
diri siswa bahwa mereka merasa mampu
dan dapat berhasil. Demikian juga
penggantian kata attention menjadi
interest, karena pada kata interest (minat)
sudah terkandung pengertian attention
(perhatian). Dengan kata interest tidak
hanya sekedar menarik minat/perhatian
siswa pada awal kegiatan melainkan tetap
memelihara minat/perhatian tersebut
selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. Untuk memperoleh akronim
yang lebih baik dan lebih bermakna maka
urutannya pun dimodifikasi menjadi
assurance, relevance, interest, assessment
dan satisfaction. Makna dari modifikasi
ini adalah usaha pertama dalam kegiatan
pembelajaran untuk menanamkan rasa
yakin/percaya pada siswa. Kegiatan
pembelajaran ada relevansinya dengan
kehidupan siswa, berusaha menarik dan
memelihara
minat/perhatian
siswa.
Kemudian
diadakan
evaluasi
dan
menumbuhkan rasa bangga pada siswa
dengan
memberikan
penguatan
(reinforcement). Dengan mengambil huruf
awal dari masing-masing komponen
menghasilkan kata ARIAS sebagai
akronim. Oleh karena itu, model
pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini
disebut model pembelajaran ARIAS.
Komponen Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan
model pembelajaran ARIAS terdiri dari
lima komponen (assurance, relevance,
interest, assessment, dan satisfaction)
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
149
yang disusun berdasarkan teori belajar.
Kelima komponen tersebut merupakan
satu kesatuan yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat
masing-masing komponen dan beberapa
contoh yang dapat dilakukan untuk
membangkitkan dan meningkatkannya
kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut.
Komponen
pertama
model
pembelajaran ARIAS adalah assurance
(percaya diri), yaitu berhubungan dengan
sikap percaya, yakin akan berhasil atau
yang berhubungan dengan harapan untuk
berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut
Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan
Driscoll (1988: 70) seseorang yang
memiliki sikap percaya diri tinggi
cenderung akan berhasil bagaimana pun
kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana
seseorang merasa yakin, percaya dapat
berhasil
mencapai
sesuatu
akan
mempengaruhi mereka bertingkah laku
untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual
seseorang, sehingga perbedaan dalam
sikap ini menimbulkan perbedaan dalam
kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan
akan berhasil mendorong individu
bertingkah laku untuk mencapai suatu
keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa
yang memiliki sikap percaya diri memiliki
penilaian
positif
tentang
dirinya
cenderung menampilkan prestasi yang
baik secara terus menerus (Prayitno, 1989:
42). Sikap percaya diri, yakin akan
berhasil ini perlu ditanamkan kepada
siswa untuk mendorong mereka agar
berusaha dengan maksimal guna mencapai
keberhasilan yang optimal. Dengan sikap
yakin, penuh percaya diri dan merasa
mampu dapat melakukan sesuatu dengan
berhasil,
siswa
terdorong
untuk
melakukan sesuatu kegiatan dengan
sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai
hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau
dapat melebihi orang lain.
Komponen
kedua
model
pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu
berhubungan dengan kehidupan siswa
baik berupa pengalaman sekarang atau
yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir
sekarang atau yang akan datang (Keller,
1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan
pembelajaran yang mereka ikuti memiliki
nilai, bermanfaat dan berguna bagi
kehidupan mereka. Siswa akan terdorong
mempelajari sesuatu kalau apa yang akan
dipelajari ada relevansinya dengan
kehidupan mereka, dan memiliki tujuan
yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah
tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada
manfaat dan relevan dengan kehidupan
akan mendorong individu untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas
mereka akan mengetahui kemampuan apa
yang akan dimiliki dan pengalaman apa
yang akan didapat. Mereka juga akan
mengetahui
kesenjangan
antara
kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan
baru
itu
sehingga
kesenjangan tadi dapat dikurangi atau
bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne
dan Driscoll, 1988: 140).
Komponen
ketiga
model
pembelajaran ARIAS, interest, adalah
yang berhubungan dengan minat/perhatian
siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip
oleh Callahan (1966: 23) bahwa
sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa
ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip
Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
150
minat/perhatian tidak hanya harus
dibangkitkan melainkan juga harus
dipelihara selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan berbagai bentuk dan
memfokuskan pada minat/perhatian dalam
kegiatan
pembelajaran.
Herndon
(1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang
diberikan dapat mendorong siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan
kembali mengerjakan sesuatu yang
menarik sesuai dengan minat/perhatian
mereka. Membangkitkan dan memelihara
minat/perhatian
merupakan
usaha
menumbuhkan keingintahuan siswa yang
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Komponen
keempat
model
pembelajaran ARIAS adalah assessment,
yaitu yang berhubungan dengan evaluasi
terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu
bagian pokok dalam pembelajaran yang
memberikan keuntungan bagi guru dan
murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru
menurut Deale seperti dikutip Lefrancois
(1982: 336) evaluasi merupakan alat
untuk mengetahui apakah yang telah
diajarkan sudah dipahami oleh siswa;
untuk memonitor kemajuan siswa sebagai
individu maupun sebagai kelompok; untuk
merekam apa yang telah siswa capai, dan
untuk membantu siswa dalam belajar.
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan
balik tentang kelebihan dan kelemahan
yang dimiliki, dapat mendorong belajar
lebih baik dan meningkatkan motivasi
berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).
Komponen
kelima
model
pembelajaran ARIAS adalah satisfaction
yaitu yang berhubungan dengan rasa
bangga, puas atas hasil yang dicapai.
Dalam teori belajar satisfaction adalah
reinforcement (penguatan). Siswa yang
telah berhasil mengerjakan atau mencapai
sesuatu
merasa
bangga/puas
atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
kebanggaan itu menjadi penguat bagi
siswa
tersebut
untuk
mencapai
keberhasilan berikutnya (Gagne dan
Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau
penguatan yang dapat memberikan rasa
bangga dan puas pada siswa adalah
penting dan perlu dalam kegiatan
pembelajaran (Hilgard dan Bower,
1975:561).
Penggunaan
Model
Pembelajaran
ARIAS
Penggunaan model pembelajaran
ARIAS perlu dilakukan sejak awal,
sebelum guru melakukan kegiatan
pembelajaran
di
kelas.
Model
pembelajaran ini digunakan sejak guru
atau perancang merancang kegiatan
pembelajaran dalam bentuk satuan
pelajaran misalnya. Satuan pelajaran
sebagai pegangan (pedoman) guru kelas
dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi
bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai
pegangan bagi guru disusun sedemikian
rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut
sudah mengandung komponen-komponen
ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran
itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan
yang akan dilakukan untuk menanamkan
rasa percaya diri pada siswa, mengadakan
kegiatan yang relevan, membangkitkan
minat/perhatian
siswa,
melakukan
evaluasi
dan
menumbuhkan
rasa
dihargai/bangga pada siswa.
Guru atau pengembang sudah
merancang urutan semua kegiatan yang
akan dilakukan, strategi atau metode
pembelajaran yang akan digunakan, media
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
151
pembelajaran apa yang akan dipakai, sedemikian
rupa
sehingga
dapat
perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan menimbulkan
keingintahuan
dan
bagaimana
cara
penilaian
akan memungkinkan siswa dapat mengadakan
dilaksanakan.
Meskipun
demikian evaluasi sendiri.
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan C. METODE PENELITIAN
lingkungan siswa.
Penelitian
ini
merupakan
Demikian juga halnya dengan penelitian tindakan (action research),
satuan pelajaran sebagai bahan/materi karena penelitian dilakukan untuk
untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus memecahkan masalah pembelajaran di
disusun berdasarkan model pembelajaran kelas. Dalam penelitian tindakan ini
ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, menggunakan bentuk guru sebagai
gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi peneliti, Tujuan utama dari penelitian
dapat menumbuhkan rasa percaya diri tindakan ini adalah meningkatkan hasil
pada siswa, bahwa mereka mampu, dan pembelajaran di kelas dimana guru secara
apa yang dipelajari ada relevansi dengan penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan perencanaan, tindakan, pengamatan dan
isi bahan/materi dapat membangkitkan refleksi.
minat/perhatian
siswa,
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
mengadakan evaluasi diri dan siswa Tempat Penelitian
merasa dihargai yang dapat menimbulkan
Tempat penelitian adalah tempat
rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau yang digunakan dalam melakukan
pengembang agar menggunakan bahasa penelitian untuk memperoleh data yang
yang mudah dipahami dan dimengerti, diinginkan. Penelitian ini bertempat di
kata-kata yang jelas dan kalimat yang SMPN 1 paron Kecamatan Paron
sederhana tidak berbelit-belit sehingga Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
maksudnya
dapat
dengan
mudah 2014/2015.
ditangkap
dan
dicerna
siswa. Waktu Penelitian
Bahan/materi agar dilengkapi dengan
Waktu penelitian adalah waktu
gambar yang jelas dan menarik dalam berlangsungnya penelitian atau saat
jumlah yang cukup. Gambar dapat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
menimbulkan
berbagai
macam ini dilaksanakan pada bulan Maret
khayalan/fantasi dan dapat membantu Semester 2 2014/2015.
siswa
lebih
mudah
memahami Subyek Penelitian
bahan/materi yang sedang dipelajari.
Subyek penelitian adalah siswaSiswa
dapat siswi Kelas IX Semester 2 SMPN 1 paron
membayangkan/mengkhayalkan apa saja, Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi
bahkan dapat membayangkan dirinya Tahun Pelajaran 2014/2015.
sebagai apa saja (McClelland, 1987: 29).
Bahan/materi disusun sesuai urutan dan Rancangan Penelitian
tahap
kesukarannya
perlu
dibuat
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
152
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Putaran 1
Refleksi
Rencana
awal/rancangan
Putaran 2
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Rencana yang
direvisi
Putaran 3
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Rencana yang
direvisi
Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun
rumusan
masalah,
tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan
dan
pengamatan,
meliputi tindakan yang dilakukan
oleh peneliti sebagai upaya
membangun pemahaman konsep
siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode
pembelajaran model discovery .
3. Refleksi,
peneliti
mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan
hasil atau dampak dari tindakan
yang
dilakukan
berdasarkan
lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
153
yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran,
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu
sub pokok bahasan yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing putaran.
Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan
untuk memperbaiki sistem pengajaran
yang telah dilaksanakan.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan
pembelajaran
ARIAS,
observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes
formatif.
Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu
X
X 
N
Dengan
: X
suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh.
Untuk
mengalisis
tingkat
keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar
setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes
tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis
ini
dihitung
dengan
menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atu tes
formatif
Peneliti
melakukan
penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga diperoleh
rata-rata
tes
formatif
dapat
dirumuskan:
= Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan
belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan
belajar
mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994),
yaitu seorang siswa telah tuntas
belajar bila telah mencapai skor 65%
 Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
P
 Siswa
atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat
85% yang telah mencapai daya serap
lebih dari sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai
berikut:
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
154
D. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Data hasil uji coba item butir soal
digunakan untuk mendapatkan tes yang
betul-betul mewakili apa yang diinginka.
Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda. Data lembar observasi
diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan penglolaan pembelajaran
ARIAS yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran
ARIAS dalam meningkatkan prestasi.
Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran ARIAS.
Sebelum
melaksanakan
pengambilan data melalui instrumen
penelitian berupa tes dan mendapatkan tes
yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa
di luar sasaran penelitian. Analisis tes
yang dilakukan meliputi:
1. Validitas
Validitas
butir
soal
dimaksudkan
untuk
mengetahui
kelayakan tes sehingga dapat
digunakan sebagai instrument dalam
penelitian ini. Dari perhitungan 46
soal diperoleh 16 soal tidak valid dan
30 soal valid. Hasil dari validits soalsoal dirangkum dalam tabel di bawah
ini.
Analisis Item Butir Soal
Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
Soal Tidak Valid
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26,
3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45
31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas
Soal-soal
yang
telah
memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan
diperoleh koefisien reliabilitas r11
sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar
dari harga r product moment. Untuk
jumlah siswa (N = 22) dengan r
(95%) = 0,423. Dengan demikian
soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan
untuk mengetahui tingkat kesukaran
soal. Hasil analisis menunjukkan dari
46 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis
daya
pembeda
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan
siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Dari hasil analisis daya
pembeda diperoleh soal yang
berkriteria jelek sebanyak 14 soal,
berkriteria cukup 20 soal, berkreteria
baik 10 soal, dan yang berkriteria
tidak baik 2 soal. Dengan demikian
soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syara-syarat validitas,
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
155
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
IX dengan jumlah siswa 34 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
Analisis Data Penelitian Persiklus
pelajaran yang telah dipersiapkan.
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
Pada tahap ini peneliti
bersamaan
dengan
pelaksanaan
mempersiapkan
perangkat
belajar mengajar.
pembelajaran yang
Pada akhir proses belajar
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS
mengajar siswa diberi tes formatif I
1, soal tes formatif 1, dan alat-alat
dengan tujuan untuk mengetahui
pengajaran yang mendukung.
tingkat keberhasilan siswa dalam
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
proses belajar mengajar yang telah
Pelaksanaan kegiatan belajar
dilakukan. Adapun data hasil
mengajar untuk siklus I dilaksanakan
penelitian pada siklus I adalah
pada tanggal 4 Maret 2015 di Kelas
sebagai berikut:
Table 2. Nilai Tes Formatif Siklus I
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12
5
1
70
2
70
3
60
4
70
5
60
6
80
7
70
8
60
9
80
10
80
11
80
12
60
13
70
14
70
15
60
16
70
17
80
Jumlah
1190
Jumlah Skor 2400
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 70,58
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah
80
80
60
80
60
80
70
70
60
80
70
60
80
80
60
80
60
1210
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
11
6
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 23
: 11
: Belum tuntas
156
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No
1
2
3
Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode pembelajaran ARIAS diperoleh
nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 69,09 dan ketuntasan belajar
mencapai 68,18% atau ada 23 siswa dari
34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
68,18% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan menerapkan
metode pembelajaran ARIAS.
Hasil Siklus I
70,58
23
67,65
kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus
II.
Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar
mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa selama
proses belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Instrument
yang
digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut.
Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan
perangkat
pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes
formatif II, dan alat-alat pengajaran
yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 12 Maret 2015 di Kelas
IX dengan jumlah siswa 34 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
157
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
14
3
1
80
2
60
3
80
4
80
5
80
6
60
7
70
8
90
9
70
10
80
11
80
12
70
13
80
14
60
15
80
16
80
17
80
Jumlah
1280
Jumlah Skor 2520
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 74,11
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah
80
60
80
70
70
70
60
90
80
60
80
80
80
60
80
70
70
1240
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
13
4
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 27
:7
: Belum tuntas
Tabel 5. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No
1
2
3
Uraian
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah
76,36 dan ketuntasan belajar mencapai
77,27% atau ada 27 siswa dari 34 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah
megalami peningkatan sedikit lebih baik
dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir
Hasil Siklus II
74,11
27
79,41
pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya
siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan
metode pembelajaran ARIAS.
Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan
perangkat
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
158
b.
pembelajaran yang terdiri dari rencana
sehingga kesalahan atau kekurangan
pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif
pada siklus II tidak terulang lagi pada
3, dan alat-alat pengajaran yang
siklus III. Pengamatan (observasi)
mendukung
dilaksanakan
bersamaan
dengan
Tahap kegiatan dan pengamatan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pelaksanaan kegiatan belajar
Pada akhir proses belajar
mengajar
untuk
siklus
III
mengajar siswa diberi tes formatif III
dilaksanakan pada tanggal 19 Maret
dengan tujuan untuk mengetahui
2015 di Kelas IX dengan jumlah
tingkat keberhasilan siswa dalam
siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti
proses belajar mengajar yang telah
bertindak sebagai guru. Adapun
dilakukan. Instrumen yang digunakan
proses belajar mengajar mengacu
adalah tes formatif III. Adapun data
pada rencana pelajaran dengan
hasil peneitian pada siklus III adalah
memperhatikan revisi pada siklus II,
sebagai berikut:
Table 6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
No. Urut
Nilai
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
14
3
1
60
2
80
3
80
4
70
5
70
6
90
7
80
8
60
9
80
10
90
11
70
12
80
13
60
14
80
15
80
16
70
17
70
Jumlah
1270
Jumlah Skor 2600
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 76,47
Keterangan:
No. Urut
Nilai
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jumlah
80
90
80
70
80
60
80
90
80
70
80
70
80
90
80
70
80
1330
T
TT
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang belum tuntas
Klasikal
Keterangan
T
TT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
16
1
: Tuntas
: Tidak Tuntas
: 30
:4
: Tuntas
Tabel 7. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
159
1
Nilai rata-rata tes formatif
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
Berdasarkan tabel diatas
diperoleh nilai rata-rata tes
formatif sebesar 81,82 dan dari 34
siswa yang telah tuntas sebanyak
30 siswa dan 4 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka
secara klasikal ketuntasan belajar
yang telah tercapai sebesar 86,36%
(termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus
II. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus III ini
dipengaruhi
oleh
adanya
peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan pembelajaran
ARIAS sehingga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami materi
yang telah diberikan. Pada siklus
III ini ketuntasan secara klasikal
telah tercapai, sehingga penelitian
ini hanya sampai pada siklus III.
Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa
yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam
proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran ARIAS. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat
duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar
guru telah melaksanakan semua
76,47
30
88,23
pembelajaran
dengan
baik.
Meskipun ada beberapa aspek
yang belum sempurna, tetapi
persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek
cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan
diketahui bahwa siswa aktif selama
proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami
perbaikan
dan
peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus III
mencapai ketuntasan.
Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah
menerapkan pembelajaran ARIAS
dengan baik dan dilihat dari aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mepertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan pembelajaran ARIAS dapat
meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Pembahasan
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
160
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
siswa/antara siswa dengan guru.
Melalui hasil peneilitian ini
Jadi dapat dikatakan bahwa
menunjukkan bahwa pembelajaran
aktivitas siswa dapat dikategorikan
ARIAS memiliki dampak positif
aktif.
dalam meningkatkan
prestasi
Sedangkan untuk aktivitas
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
guru selama pembelajaran telah
dari
semakin
mantapnya
melaksanakan
langah-langkah
pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran ARIAS dengan baik.
yang
disampaikan
guru
Hal ini terlihat dari aktivitas guru
(ketuntasan belajar meningkat dari
yang muncul di antaranya aktivitas
sklus I, II, dan II) yaitu masingmembimbing dan mengamati
masing 68,18%, 77,27%, dan
siswa dalam mengerjakan kegiatan
86,36%. Pada siklus III ketuntasan
LKS/menemukan
konsep,
belajar siswa secara klasikal telah
menjelaskan/melatih menggunakan
tercapai.
alat,
memberi
umpan
2. Kemampuan
Guru
dalam
balik/evaluasi/tanya jawab dimana
Mengelola Pembelajaran
prosentase untuk aktivitas di atas
Berdasarkan analisis data,
cukup besar.
diperoleh aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran ARIAS dalam E. KESIMPULAN DAN SARAN
setiap
siklus
mengalami Kesimpulan
peningkatan. Hal ini berdampak 1. Pembelajaran dengan ARIAS
positif terhadap prestasi belajar
memiliki dampak positif dalam
siswa yaitu dapat ditunjukkan
meningkatkan prestasi belajar
dengan meningkatnya nilai ratasiswa yang ditandai dengan
rata siswa pada setiap siklus yang
peningkatan ketuntasan belajar
terus mengalami peningkatan.
siswa dalam setiap siklus, yaitu
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
siklus I (68,18%), siklus II
Pembelajaran
(77,27%), siklus III (86,36%).
Berdasarkan analisis data, 2. Penerapan metode pembelajaran
diperoleh aktivitas siswa dalam
ARIAS mempunyai pengaruh
proses
pembelajaran
bahasa
positif, yaitu dapat meningkatkan
Indonesia pada pokok bahasan
motivasi belajar siswa yang
memahami pesan pendek dan
ditunjukan
dengan
hasil
dongeng yang dilisankan yang
wawancara dengan sebagian siswa,
paling dominan adalah bekerja
rata-rata
jawaban
siswa
dengan menggunakan alat/media,
menyatakan bahwa siswa tertarik
mendengarkan/
memperhatikan
dan berminat dengan metode
penjelasan guru, dan diskusi antar
pembelajaran ARIAS sehingga
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
161
mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
Saran
1. Untuk
melaksanakan
model
ARIAS memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau
memilih topik yang benar-benar
bisa diterapkan dengan model
ARIAS dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
2. Dalam
rangka
meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru
hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode
pembelajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa
nantinya
dapat
menemukan
pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga
siswa berhasil atau mampu
memecahkan
masalah-masalah
yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih
lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakuakan di SMPN 1
paron
Kecamatan
Paron
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran
2014/2015.
F. DAFTAR PUSTAKA
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi
bahasa Indonesia dan Remidi
Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
dan Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972.
Models of Teaching Model.
Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir
Surabaya: Universitas Press.
Tes.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Panitia
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah
untuk Guru-guru se-Kabupaten
Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa
untuk
Belajar.
Surabaya.
University Press. Universitas
Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan
dan Ujian Skripsi. Surabaya;
Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineksa Cipta.
Usman,
Uzer. 2000. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja
RoSMPakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran
Konsep. Surabaya: Universitas
Negeri
Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
JIPE Vol. 1 No. 1 Edisi Maret 2016 / p-ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
162
Download