PERAN TIM KREATIF DALAM PEMBUATAN ACARA TELEVISI

advertisement
PERAN TIM KREATIF DALAM PEMBUATAN
ACARA TELEVISI MASTERPIECE di RCTI
SATRIO BAYUAJI
Komunikasi dan Pemasaran Universitas Bina Nusantara, Jakarta, [email protected]
Rahmat Edi Irawan
ABSTRACT
THE PURPOSE of this research is to understand about the role of creative team at the production of
television program MASTERPIECE. Qualitative research method are used as RESEARCH METHOD to
describe creative team activities at pre production, production, post production process. Observation,
semi-standarized interview, and library references are used as DATA GATHERING METHOD.
Observation are performed directly at production process stage, while open interview are conducted by
interviewing anyone that involved with the MASTERPIECE production process, which is operational
manager, producer, and lead creative. THE CONCLUSION is that creative team has an important role
on every stage of production process, especially on pre production stage. Their task is to gather ideas,
which developed a concept that will be used on production stage. It is mandatory for creative team to
develop their communication abilities so the output are identical to what they want and also to smooth
the production process. Any SUGGESTION that proposed is to change the MASTERPIECE air time
schedule earlier and maximize social media network as medium of advertisement.
Keyword : Creative Team Role, Developing Idea Process, MASTERPIECE, RCTI
ABSTRAK
TUJUAN PENELITIAN, adalah untuk mengetahui peran tim kreatif dalam proses pembuatan acara
televisi MASTERPIECE. METODE PENELITIAN yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
untuk mendeskripsikan aktivitas tim kreatif pada tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
METODE PENGUMPULAN DATA yang digunakan adalah metode observasi, wawancara semistandarized, serta studi kepustakaan. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung dalam tahap
pembuatan acara. Wawancara mendalam dilakukan kepada pihak-pihak yang terlibat dengan pembuatan
acara MASTERPIECE, yaitu manajer operasional, produser, dan lead creative. SIMPULAN yang
diperoleh adalah bahwa tim kreatif memiliki peranan penting dalam seluruh proses produksi acara,
terutama pada tahap pra produksi, dimana tim kreatif bertugas untuk mengumpulkan ide-ide yang
kemudian dikembangkan menjadi sebuah konsep yang nantinya akan dipakai pada tahap produksi. Tim
kreatif juga diharuskan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka agar apa
yangdisampaikan sesuai dengan apa yang mereka ingingkan, serta memperlancar jalannya proses
produksi. SARAN yang dikemukakan adalah mengganti jadwal tayang MASTERPIECE sehingga tidak
terlalu malam, serta membuat akun di media jejaring sosial sebagai salah satu langkah promosi acara.
Kata Kunci : Peran Tim Kreatif, Mengembangkan ide, MASTERPIECE, RCTI
PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi yang dilakukan baik secara perorangan
maupun antar kelompok. Komunikasi juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi antar individu dan
komunikasi massa. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus komunikasi massa merupakan sebuah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Televisi merupakan salah satu jenis media massa modern yang memiliki jenis penyebaran informasi
melalui baik audio, maupun visual. Dari banyaknya stasiun televisi lokal yang ada di negeri Indonesia,
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) merupakan salah satu stasiun televisi swasta terbesar yang
Menayangkan berbagai program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas dengan menarik
MASTERPIECE merupakan salah satu dari program hiburan berjenis musik yang ditayangkan oleh RCTI.
MASTERPIECE mendatangkan artis-artis ternama seperti Bebi Romeo, Ari Lasso, dan Band Noah,
dimana mereka akan membawakan lagu-lagu dalam, maupun luar negri. MASTERPIECE terdiri dari dua
jenis segmen, yaitu segmen menyanyikan lagu dengan treatment yang telah disediakan, dan chit-chat
antara host dengan artis setelah membawakan lagu. Acara ini dibawakan oleh personil Dewa, Ahmad
Dhani dan memiliki durasi 105 menit serta jeda jadwal tayang hampir satu bulan setiap episodenya.
Dalam proses pembuatan acara MASTERPIECE, setiap divisi tim produksi memiliki tugasnya masingmasing. Tim kreatif dalam hal ini memiliki tugas untuk membuat konsep acara, mulai dari properti yang
digunakan, sampai treatment yang akan digunakan pada setiap segmen acara. Sebuah konsep tidak hanya
harus dikembangkan dengan baik agar menarik perhatian serta mendapat hasil positif dari penonton,
namun konsep tersebut juga harus dapat dikomunikasikan secara efektif kepada setiap anggota tim
produksi dimana dalam teori komunikasi, kualitas sebuah pesan dapat berubah-ubah tergantung dari
bagaimana cara pembuat pesan menyampaikan pesannya kepada penerima.
Alasan peneliti membuat laporan penelitian ini karena ketika peneliti melakukan kerja praktek di RCTI
sebagai anggota tim kreatif dalam acara MASTERPIECE, peneliti juga memiliki tugas dalam proses
produksi dan pasca-produksi dimana pengertian dari tim kreatif sebagai pembuat konsep berarti hanya
sebatas pra-produksi. Hal ini menunjukkan bahwa peran tim kreatif memiliki peran yang lebih besar dari
dalam sebuah proses proses produksi sebuah acara. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti sejauh
manakah peran tim kreatif dalam tim produksi dalam mebuat sebuah acara, dimana acara dalam penelitian
ini adalah acara televisi MASTERPIECE.
Pembatasan Masalah
Penelitian dibatasi oleh permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran tim kreatif dalam proses pasca-produksi, produksi, dan pra-produksi acara
MASTERPIECE ?
2. Bagaimana langkah-langkah, serta strategi yang akan digunakan tim kreatif untuk membuat
MASTERPIECE sebagai sebuah program unggulan?
3. Bagaimana cara tim kreatif menggunakan komunikasi dam organisasi kepada seluruh anggota
tim produksi yang lain dalam proses pembuatan dan pengeksekusian acara MASTERPIECE ?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peran tim kreatif dalam proses pembuatan acara MASTERPIECE.
2. Mengetahui strategi tim kreatif untuk membuat program MASTERPIECE sebagai sebuah
program musik unggulan.
3. Mengetahui cara tim kreatif membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan divisi tim
produksi yang lainnya dalam membuat dan mengeksekusi sebuah konsep dalam acara
MASTERPIECE.
METODE PENELITIAN
Peneliti akan menggunakan metode kualitatif karena metode tersebut dianggap relevan untuk menjelaskan
secara terperinci mengenai kewajiban yang dimiliki oleh tim kreatif dalam tahap produksi acara televisi
MASTERPIECE, dimana permasalahan yang akan dibahas membutuhkan metode pengumpulan data
jenis wawancara untuk mendapatkan data (kode) untuk dianalisis dan dikembangkan. Metode kualitatif
merupakan metode penelitian yang mempelajari hubungan sosial yang dikarenakan oleh kehidupan
masyarakat yang bersifat plural. Simbol utama dari kehidupan yang bersifat plural tersebut adalah:
a. Sesuatu yang bersifat baru, namun belum dapat dimengerti
b. berkembangnya gaya hidup dan pola biologis yang bersifat individualistis.
c. meleburnya kesenjagan sosial pada era yang lama dengan keragaman lingkungan sekitar,
subkultur, serta gaya hidup.
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian Deksriptif. deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung saat studi. Metode ini memberikan informasi
yang terbaru sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat
diterapkan pada berbagai masalah.
Objek yang akan diteliti adalah program acara MASTERPIECE di stasiun televisi RCTI, dimana elemen
dari tim produksi program ini, yaitu tim kreatif akan menjadi fokus utama peneliti untuk mengetahui
peran mereka dalam proses proses produksi acara tersebut.
Informan adalah subyek penelitian yang memahami, atau memiliki informasi yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang berjalan. Ruang lingkup informan yang akan dipilih peneliti adalah orang-orang
dari bagian tim produksi yang terlibat dalam kegiatan produksi acara MASTERPIECE, yaitu tim produksi
dibawah manajer operasional Bapak Untung Pranoto.
Tehnik pengumpulan data dibagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Observasi merupakan keahlian dasar yang mengandalkan seluruh indera yang dimiliki oleh manusia.
Tehnik ini biasa dipakai dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan merupakan metode valid untuk
mengumpulkan data untuk penelitian kualitatif. Posisi peneliti dalam tehnik observasi bisa berupa
pengawas (tidak terlibat didalam aktifitas yang dijadikan fokus penelitian) atau peserta dalam ruang
lingkup yang akan diteliti.
Wawancara merupakan suatu metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seseorang yang bersangkutan. Tehnik yang digunakan adalah dengan cara bertatap muka dengan
mengajukan berbagai pertanyaan. Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah metode wawancara
semi-¬standarized. Menuru Uwe Flick (2009) Metode ini berasumsi bahwa informan memiliki
pengetahuan mendalam mengenai topik yang akan ditanyakan, dimana pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat peneliti bertujuan untuk merekonstruksi teori subyektif mengenai masalah yang sedang diteliti.
Tehnik analisis data adalah suatu kegiatan mengatur, mengurutkan, mengkategorikan data sehingga dapat
ditentukan dan dirumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Grounded theory coding atau
teori berdasarkan coding merupakan sebuah prosedur untuk menganalisa data yang telah didapat untuk
membetuk sebuah kesimpulan. Strauss dan Corbin, mengkarakteristikkan jumlah prosedur penulisan
dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Open Coding, Axial Coding, dan Selective Coding.
Tahap open coding bertujuan untuk membahas sebuah data, maupun fenomena kedalam sebuah bentuk
konsep. Untuk tujuan ini, data tersebut disegmentasi dimana unit yang memiliki makna diklasifi
mengkalisifikasikan dengan tujuan untuk melampirkan sebuah penjalasan dan konsep (code).
Axial coding merupakan sebuah proses menghubungkan subkategori dengan kategori. Tahap ini dapat
diselesaikan dengan data dari open coding, dengan cara membuat perbandingan dan memberikan
pertanyaan. Namun, axial codin dalam prosedur tersebut lebih terfokus, dan diarahkan kepada penemuan
dan menghubungkan kategori yang menggunakan prinsip model paradigma.
Selective coding merupakan lanjutan dari axial coding dalam tingkatan abstrak yang lebih tinggi. Tahap
ini mengembangkan kode tersebut dan membandingkan dengan grup yang lain, serta fokus pada konsep
inti, maupun variabel yang memiliki potensi. Dalam tahap ini, peneliti akan menelaah data yang ada lebih
dalam untuk mencari bukti-bukti yang relevan dalam kategori yang telah disiapkan. Hal ini mengarah
kepada elaborasi, atau formulasi dari sebuah fenomena lebih mengarah kepada masalah yang akan
dibahas, tidak lagi berupa sebuah wawancara.
Teori triangulasi digunakan peneliti untuk mengabsahkan data-data yang ada. Menurut Uwe Flick (2009),
triangulasi penelitian merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dari
penelitian kualitatif dengan cara memperluas pendekatan permasalahan yang akan dibahas. Triangulasi
data dapat dilakukan dengan cara mewawancarai lebih dari satu narasumber yang dianggap memiliki
sudut pandang yang berbeda (dalam hal ini bisa berbeda profesi), namun memiliki keterikatan dengan
konteks permasalahn yang sama dengan subjek yang sedang diteliti. Berikut adalah tahap-tahap analisis
triangulasi menurut Buhler-Niederberger (19485)
1. Memasukkan data kasar dari sebuah permasalahan yang akan dibahas.
2. Membuat penjelasan hipotesis berbasis teori yang didapat sebelumnya untuk menganalisis
permasalahan tersebut
3. Dalam hipotesis ini, sebuah kasus diteliti untuk mencari tahu apakah hipotesis yang ada
berhubungan dengan fakta yang ada dalam permasalahan tersebut.
4. Apabila hipotesis yang dipakai tidak sesuai, maka teori-teori yang ada harus dibuat ulang, atau
permasalahan yang dijelaskan didefinisikan ulang dengan cara diluar kasus yang sedang diteliti.
5. Hasil analisis didapat setelah beberapa dipelajari
6. Kasus tersebut dipelajari lebih dalam, hingga menemukan jawaban dari permasalahan yang
diankat, dan hipotesis dijabarkan hingga mendapatkan jawaban yang bersifat universal dari datadata yang ada.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Caswell metode
penelitian kualitatif menekankan suatu gamabaran yang kompleks dan holistic, suatu rujukan pada naratif
yang kompleks yang mengajak pembaca ke dalam dimensi jamak dari sebuah masalah atau isu dan
menyajikannya dalam semua kompleksitasnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
Jenis Studi Kasus (case studied). Metode studi kasus adalah metode dengan riset yang menggunakan
berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara
komprehensif dari berbagai aspek individu, kelompok, program, organisasi atau peristiwa secara
sistematis. Hal itu juga alasan kenapa penulis menggunakan studi kasus.
Observasi partisipasi adalah kegiatan mengamati yang melibatkan diri atau terjun langsung ke lapangan
dan ikut berpartisipasi kedalam acara tersebut. Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dimana
manusi menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, Observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra
lainnya.
Adapun observasi yang dilakukan adalah berupa peneliti terjun langsung selama 3 bulan dalam proses
produksi dari program ASIANBEAT itu sendiri. Data dari observasi tentang kegiatan yang dilakukan
seperti foto pada saat melakukan editing, rapat penentuan konsep dan hasil wawancara mendalam.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya.Wawancara juga merupakan suatu percakapan, Tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.Tujuan
wawancara pada metode kualitatif dipakai untuk memastikan dan mengecek informasi yang diperoleh
bukan dengan teknik interelasi personal, tetapi melalui face to face association. (Kartini, 1996).
Adapun narasumber untuk wawancara adalah narasumber yang kompeten untuk diwawancarai dan
dimintai informasi sehubungan dengan penelitian ini yaitu Produser program Asianbeat, Tim kreatif
program dan executive produser. Menitik Beratkan pada Produser dari program Asianbeat.
Dokumentasi dianggap sebagai metode pengumpulan data yang biasanya terjadi dalam riset-riset
historis, yaitu bertujuan untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif.Tujuan
dari dokumentasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan intrepretasi data.
Dokumen bisa berbentuk dokumen public atau dokumen privat.
Tekni Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah dengan caraopen coding, axial coding, selective
coding.Open Coding adalah menerima dan mengumpulkan semua data-data yang diperoleh baik dari
Binus Tv dan hasil wawancara. Axial coding adalah menyusun data-data yang pernah diperoleh, dan
selective coding adalah memilih data-data yang berguna dan berhubungan dengan penelitian, selain itu
juga memilih/memperbaiki kata-kata yang salah.Penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam (In-depth Interview).
Menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
utuh.Jadi, dalam hal ini, tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.(Moleong, 2006)
Uji keabsahan dan triangulasi dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan kemungkinan melakukan
terobosan metodologis terhadap masalah-masalah tertentu.
Analisis Triangulasi, yaitu menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data
empiris (sumber data lainnya) yang tersedia. Di sini jawaban subjek di cross-check dengan dokumen
yang ada.
Menurut (Dwidjowinoto, 2002) ada bermacam-macam tringulasi :
− Tringulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh dari sumber yang berbeda.
−
Tringulasi Waktu
Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku
manusia dapat berubah setiap waktu.
− Tringulasi Teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu.Untuk itu diperlukan
rancangan riset, Pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap supaya hasilnya
komprehensif.
− Teori Periset
Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara.
Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda
dalam mengamati fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski
fenomenanya sama.
− Tringulasi Metode
Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Tringulasi
metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari suatu teknik pengumpulan
data untuk mendapatkan yang sama.
Peneliti akan menggunakan tringulasi karena peneliti menggunakan observasi partisipasi yang berarti
langsung terjun kedalam permasalahan dan juga dapat mempertangungjawabkan validalitas pada saat
pengumpulan data dan analisis data hingga peneliti merasa sudah yakin bahwa tidak adalagi perbedaanperbedaaan, dan tidak adalagi konfirmasi kepada informan.
HASIL DAN BAHASAN
Hasil Penelitian
Peran tim kreatif dalam tahap pra produksi
Dalam tahap pra produksi, ketiga narasumber menyebutkan bahwa alat komuniasi seperti Black Berry
Messenger, Intramail memiliki peranan penting dalam memberikan informasi terkini kepada setiap
anggota tim produksi.
“Makanya ada gunanya yang namanya intramail, sarana komputer intramail. Kemudian yang
paling penting adalah kita ada sistem komunikasi Blackberry, semua orang tahu Blackberry,
kita punya group di Blackberry. Ada perubahan apapun, artis, ada perubahan set panggung,
ada perubahan masalah, bahkan rundown sekalipun itu pun sudah kita update semuanya di
grup BBM, di chat BBM. Selalu kita update sih.”
(Mas Abrar)
Selain alat komunikasi, banyak mendengar percakapan orang lain juga memberikan informasi mengenai
materi-materi yang akan dimasukkan tim kreatif kedalam konten acara MASTERPIECE.
“Kalau untuk terus up to date itu, kalau saya selalu punya tips yang saya selalu share sama
temen-temen adalah, “banyak-banyak buka mata, dan telinga di luar sana.”. Bukan buat
dengerin, walaupun kadang gosip itu bukan baik tapi sedikit bermanfaat lah.”
(Mbak Pristi)
Dari data diatas, bisa disimpulkan bahwa tim produksi MASTERPIECE memiliki banyak sarana dan cara
agar bisa mengetahui informasi terkini. Solusi untuk permasalahan ini sebenarnya adalah rajin-rajin
mengecek media informasi seperti yang dikatakan oleh salah satu informan peneliti.
“Jadi kalo engga rajin-rajin baca intramail ya engga ke update, kalo engga rajin-rajin ngecek
email ya engga ke update.”
(Mbak Pristi)
Dalam membuat sebuah konsep, Metode Brainstorming sudahlah tidak asing bagi tim kreatif. Berikut
adalah kejelasan mengenai contoh Metode Brainstorming berupa kutipan data yang didapat dari informan.
“Jadi tim kreatif saja kita brainstorming, “kita mau bikin apa bulan ini, kita mau ngundang
siapa bulan ini.”. Terus kalau kita sudah punya draft, kita ngobrol sama tim produser, assisten
produser, PA. Kita share, kita minta mereka juga untuk menambahkan, atau memperbaiki,
kalau ada ide yang mau ditambahin.”
(Mbak Pristi)
Mencari referensi melalui media-media lain juga diperlukan untuk memperluas ruang berpikir seorang
anggota tim kreatif, dimana setiap orang memiliki penilaian tersendiri yang akan mempengaruhi hasil
Brainstorming pada nantinya.
“Kalau saya baca buku, baca artikel di majalah, kita browsing. Course googling sekarang
semuanya, “at the touch of your fingertips.”, kan tinggal kamu rajin-rajin cari informasi aja.”
“Brainstorming, kita brainstorm, kita cari reference konsep itu bisa diapain, kita ngobrol
sama produser, apa yang bisa di explore dari satu konsep. Nah kita brainstorming.”
(Mbak Pristi)
Namun, sebuah ide tidak hanya datang dari tim kreatif, maupun produser. Setiap cabang tim produksi
boleh memberikan masukan.
“Yang pasti semuanya sih, ga hanya produser dan kreatif yang menentukan segmen acara.
Bisa jadi manajer juga, bisa jadi EP juga. Kalau dalam hal ini kita semuanya rame-rame
nggak hanya produser dan tim kreatif aja, tapi kita rame-rame.”
(Mas Abrar)
Tidak hanya tim produksi, tim kreatif juga bisa menggunakan masukan yang didapat dari
masyarakat melalui media sosial.
Kita juga melibatkan followers kita di twitter untuk memilih bintang tamu. Jadi kita tanya,
“mau melihat siapa di MASTERPIECE.”
(Mbak Pristi)
Pada dasarnya selain tidak boleh terlalu idealis, tim kreatif juga tidak mengetahui secara pasti bahwa
konsep yang dipikirkan akan diterima masyarakat. Akan tetapi mereka bisa membuat prediksi mengenai
apa yang sedang disukai masyarakat saat ini.
“Misalnya Tio, Tio sukanya musik grunge jadi kamu bikin nih misalnya satu konser musik
grunge. Bisa aja ada yang suka, kan sesama penyuka musik grunge, tapi pasti ada aja yang
tidak suka. Jadi kita tidak bisa cuman mengandalkan selera sendiri untuk mengukur bahwa
pemirsa pasti suka. Tapi, kita bisa membuat prediksi itu adalah dengan cara melihat trend
saat ini.“
(Mbak Pristi)
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa tim kreatif memiliki banyak cara untuk mendapat ide-ide
dengan batasan yang pasti, dimana nantinya akan direalisasikan kedalam sebuah segmen acara. Ide-ide
tersebut nantinya akan dimatangkan didalam sebuah proses yang bernama Brainstorming.
Setiap tahap sudah pasti memiliki kendalanya masing-masing. Kendala utama dari tahap pra produksi
adalah waktu, dimana jadwal artis dan host acara yang padat semakin mempersulit jalannya proses
pembuatan acara.
“Jadwal artis, jadwal artis yang tidak bisa mix dengan jadwal produksi itu yang paling pr buat
kita. Jadi kita kepingin artis siapa itu ga dapet. Itu yang paling pr.”
(Pak Untung)
“Misalnya episode ini kita sama ungu gitu. Kita harus meeting kan sama Ungu untuk
ngomongin kalau mereka mau bawain lagu apa, dan aransemennya mau dibuat seperti apa.
Nah, buat nemuin jadwalnya Ungu sama Dhani itu susahnya setengah mati gitu, dan itu
kejadian sama semua pengisi acara, karena artis-artis itu sibuknya setengah mati.”
(Mbak Pristi)
Peran tim kreatif dalam tahap produksi
Dalam tahap ini, tim kreatif sudah mengetahui job desc mereka masing-masing melalui briefing di tahap
pra produksi.
“Itu sudah dibagi sesuai job descnya masing-masing. Jadi ada yang in charge di wardrobe,
ada yang in charge di properti ada yang in charge di grafis dan lighting. Terus karena kita
juga brief, dan perlu guidance untuk lirik, kadang-kadang ada beberapa artis yang tidak hafal
lirik lagu yang dibawakan, kita juga ada yang in charge untuk matador. Lalu ada satu orang
yang in charge untuk syuting VT di hari H, gitu. Oh ada juga yang in charge untuk
marketing.”
(Mbak Pristi)
Pada masa produksi, tim kreatif juga melakukan rolling tugas yang sudah sebelumnya sudah dibriefing
pada saat tahap pra produksi.
“Itu proses yang saya lewati untuk job desc assignment itu ngelihat skill sama potensi skill
masing-masing kreatif. Jadi tiap kreatif itu berbeda, mereka bisa maksimal dimana itu saya
coba dari situ.”
(Mbak Pristi)
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa tim kreatif dalam tahap produksi juga memiliki job description
yang sudah diberitahukan terlebih dahulu pada tahap pra produksi. Seperti tahap pra produksi, tahap
produksi juga memiliki kendala tersendiri seperti perubahan konten. Kuncinyan adalah tidak panik dan
langsung mencari solusi dari masalah tersebut.
“Langsung dilakuin, pertama kita kan ngecek perubahan itu datang darimana, kenapa bisa
datang perubahan itu. Kalau memang perubahannya sudah confirm bahwa perubahan itu
harus dilakukan, maka diakomodir”
(Mbak Pristi)
Peran tim kreatif dalam tahap pasca produksi
Tugas tim kreatif dalam tahap pasca produksi adalah untuk memberikan instruksi editing kepada editor
agar flow acara berjalan sesuai yang diinginkan.
“Di editing kita ngerapihin apa yang sudah direcord saat kita tapping, lalu kita nambahin
kaya buat template, terus kita ngecheck audio, check mixing audio yang dibuat sama tim
musik, terus kita ngecheck ada item-item yang marketing yang masuk dari tim marketing.
Misalnya, mau ada build in, atau ada special creative moment yang mau dimasukin.”
(Mbak Pristi)
Setelah acara MASTERPIECE on air, maka dari sini seluruh tim produksi dapat menyaksikan dan
mengevaluasi masing-masing tim, maupun konten yang ada agar episode berikut lebih baik lagi.
“Ada, biasanya itu evaluasi internal dulu sama manajer produksi. Pertama evaluasinya akan
langsung dilakukan saat tayang, kita selalu nonton sama-sama tayangannya, terus nanti disitu
tuh baru akan ada lah celetukan satu dua yang, “wah kayaknya ini kurang gini, kurang gini,
buat nextnya bisa lebih bagus”, itu kayak evaluasi informal lah.”
(Mbak Pristi)
“Ada, biasanya kita lakukan kok. Setiap program kita lihat datanya, terus lihat kurangnya.
Kita pelajari apa yang harus diperbaiki lagi. Jadi, kalau nyari yang salah, kita tidak pernah
ketemu solusi, tapi kalau kita gimana way outnya biasanya kita ketemu solusi. Jadi
kekurangannya itu yang harus kita pelajari dan kita tingkatin lagi kedepannya.
(Pak Untung).”
Evaluasi formal biasanya dilakukan ketika akan membuat episode berikutnya.
“Entar pas kita mau persiapan buat next episode, disitu pasti dibahas yang kurang-kurang dari
episode sebelumya apa gitu yang bisa kita lakuin. Setelah itu kita juga ngundang tim dari
divisi lain production services, dari temen-temen kameramen, audio, lighting, director, terus
temen-temen talent itu kita undang juga untuk kita kasih tahu.”
(Mbak Pristi)
Komunikasi Organisasi
Selain membuat sebuah konsep, tim kreatif juga diharuskan untuk memiliki skill dalam berkomunikasi,
baik secara internal (dengan sesama anggota tim produksi), maupun external (diluar tim produksi, dalam
hal ini host acara).
Dalam proses pra produksi, tim kreatif pada umumnya menggunakan tools seperti intramail untuk
menyebarkan informasi ke seluruh tim produksi. Namun, ketika membicarakan konsep dengan host acara,
yaitu Ahmad Dhani. Diperlukan tehnik komunikasi persuasi dengan tujuan mencari solusi ketika sedang
melakukan negosiasi.
“Dibujukin, tentu persuasi karena disini kita ngomongin tentang host, berarti ngomongin
tentang Ahmad Dhani. Ahmad Dhani itu kan bukan anak kemarin sore yang bisa dibrief A B
C lalu dia akan melakukan A B C. Sering sekali kita ngebrief dia A B C, dia dari A sudah
bener, B sudah bener, pas tau-tau harusnya C dia ke Z, gitu. Itu bisa banget terjadi, kalau itu
terjadi sebelumnya. maksudnya kalau itu terjadi saat kita propose konsep, terus sudah gitu dia
menolak, kita persuasi dulu, kita kasih creative reasonnya apa ni, kenapa kita mengajukan
konsep ini, kita kasih tahu, “gini loh Pakde, gini gini gini, makanya kita minta Pakde untuk
gini gini.”.
(Mbak Pristi)
Dimana Ahmad Dhani merupakan seseorang yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru.
“Ahmad Dhani itu adalah orang yang sangat idealis yah, tapi tidak kaku dan yang pasti dia
itu orangnya selalu mencoba sesuatu yang baru, tapi tidak lupa musik-musik yang sedang
diminati juga dia buat.”
Sedangkan proses komunikasi persuasifnya tidak hanya bermula dan berakhir di tim kreatif. Ketika tim
kreatif gagal mencapai kesepakatan dengan Ahmad Dhani, mereka bisa menyerahkan tugas ini ke posisi
yang lebih tinggi dan berpengalaman.
“Kalo kita sanggup bisa ngomong, berarti ada beberapa jalur dari kita tim produksi, kreatif,
produser bilang oke, terus dia mau, oke ga apa apa yang kita tawarin dia mau. Kalau dia
enggak mau, ya pak Saptono. Sampai pak Saptono, atau EP mau ya berhenti sampai situ.
Cuman, kalau tidak mau lagi ya naik keatas. Secara hierarkisnya ada.”
(Mas Abrar)
Ujung tombak atau posisi teratas dalam melakukan negosiasi dengan Ahmad Dhani adalah Manajer
Operasional tim produksi, yaitu Bapak Untung Pranoto. Pada tahap ini, proses negosiasi biasanya
berakhir dengan lancar.
“Manajer Operasional, yaitu bapak Untung Pranoto yang which is temen baik dengan Ahmad
Dhani. Kalau sudah sampai pak Untung biasanya dia mau nego lagi, dan itu acapkali terjadi.”
(Mas Abrar)
Dalam komunikasi internal, kemampuan komunikasi persuasi yang baik juga akan mempermudah
jalannya aktivitas produksi, terutama pada saat berkomunikasi dengan editor, seperti yang dikatakan oleh
informan peneliti
“Editor itu punya sifat yang berbeda-beda, ya kan. Mereka punya pendapat yang berbedabeda, gimana caranya biar pendapat. Misalnya mereka ada usulan terus nyatu sama kita.
Caranya gimana nih? Ada komunikasi yang namanya komunikasi persuasi. Komunikasi yang
dimana kita ngebujuk, ya kan. Bahkan kalau ada kesempatan, kadang kita suka kasih makan
juga, “Ayo makan yuk, makan bareng yuk.”. Intinya itu bukan sogokan, bukan pelicin juga
sebenernya. Intinya itu supaya editor merasa nyaman sama kita”
(Mas Abrar)
Analisis Penelitian
Analisis Peran dan Strategi Tim Kreatif dalam tahap Produksi MASTERPIECE
Dalam tahap pra produksi, tim kreatif memiliki tugas untuk mencari dan mengembangkan ide-ide yang
ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim kreatif memiliki berbagai metode dalam membuat dan
mengembangkan ide-ide, seperti Brainstorming, referensi, bahkan dengan mendengarkan kabar-kabar
yang berhubungan dengan calon artis yang akan ditampilkan dalam episode MASTERPIECE.
Dalam membuat dan mengembangkan ide-ide tersebut, tim kreatif MASTERPIECE pada dasarnya harus
memiliki pengentahuan mengenai teori Media Massa, dan Konsep produksi televisi, terutama pada tahap
perencanaan. Kegunaan teori Media Massa, terletak pada salah satu fungsinya, yaitu “Sebagai
penghibur.” Merupakan tujuan utama dari ide-ide yang nantinya akan direalisasikan kedalam segmen
acara, sedangkan konsep produksi telvisi dalam hal metode Brainstorming merupakan metode yang sering
digunakan oleh tim kreatif dalam mengembangkan ide-ide yang telah dikumpulkan.
Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan cara-cara agar tim kreatif mendapatkan banyak
masukan yang nantinya akan memperkaya ide-ide mereka. Cara-cara tersebut adalah bersifat terbuka,
dimana tidak hanya sebatas tim produksi, namun juga menerima masukan dari audiens. Mengetahui apa
yang sedang digemari oleh target audiens juga dapat mempermudah tim kreatif untuk memprediksi ideide manakah yang nantinya akan disukai oleh mayoritas audiens.
Namun dari penglaman yang dialami oleh peneliti ketika terlibat didalam proses produksi
MASTERPIECE, waktu juga merupakan kendala utama tim kreatif dalam tahap pra produksi, walaupun
tim kreatif memiliki waktu sekitar satu bulan untuk menyusun, serta merealisasikan sebuah konsep. Hal
tersebut dikarenakan kesulitan untuk mempertemukan artis dengan host MASTERPIECE, yaitu Ahmad
Dhani karena pada dasarnya semua musik yang dibawakan akan diaransemen ulang, dimana pertemuan
ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Faktor utama dari permasalahan ini adalah jadwal masing-masing
artis yang sangat padat, dimana sangat sulit mencari jadwal kosong disaat yang bersamaan.
Dalam tahap produksi, tim kreatif bertugas di posisi masing-masing sesuai dengan instruksi yang
diberikan dalam tahap pra produksi. Dari pengalaman peneliti, peran utama tim kreatif dalam tahap
produksi adalah mengawasi konten, serta membantu tim produksi yang lainnya di pos-pos yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Selain posisi lead creative, rolling tugas kerap diberikan kepada anggota tim kreatif yang lain. Hal ini
dilakukan selain untuk mencegah kebosanan. Juga ditujukan agar melihat skill dan potensi dari masingmasing anggota tim kreatif.
Peneliti dalam melakukan aktivitasnya di tahap produksi menemukan bahwa miskomunikasi, maupun
perubahan konten kadang tidak bisa dihindarkan ketika masa produksi. Solusi utama untuk hal ini adalah
tidak panik dan langsung mencari solusi, dibanding mencari seseorang karena hal tersebut hanya
memperburuk keadaan.
Setelah memasuki tahap pasca produksi. hasil wawancara serta observasi yang dilakukan oleh peneliti
menyimpulkan bahwatim kreatif lebih fokus terhadap editing acara, dimana mereka memberikan
instruksi, serta mengawasi Editor dalam melakukan tugasnya. Tujuan utama dari peran tim kreatif pada
tahap ini sama dengan tahap produksi, yaitu memastikan bahwa hasil akhir dari editing sesuai dengan
yang diinginkan.
Ketika acara MASTERPIECE on air, evaluasi secara informal sudah terjadi pada saat ini dimana semua
tim produksi secara bersama-sama menonton acara ini. Berbagai macam feedback ringan bisa dibilang
saling bersautan di saat ini, dimana momen-momen ini merupakan momen yang paling ditunggu oleh
peneliti, yaitu sebuah momen dimana hasil kerja keras dari seluruh tim produksi telah disiarkan dan
dinikmati bersama.
Evaluasi yang bersifat formal nantinya dilakukan ketika akan membuat episode selanjutnya, dimana
seluruh divisi tim produksi hadir yang nantinya akan membicarakan mengenai performa, baik dari acara
MASTERPIECE itu sendiri, serta performa dari masing-masing anggota tim produksi. Tujuan dari
evaluasi ini adalah untuk mencari solusi agar episode berikutnya bisa lebih ditingkatkan lagi kualitasnya.
Analisis Sistem Komunikasi yang Digunakan Tim Kreatif Ketika Terlibat Proses Produksi Acara
MASTERPIECE
Alasan kenapa peneliti tidak menambahkan kata “Organisasi” pada judul sub bab dikarenakan peneliti
ingin memperjelas seluas manakah ruang lingkup komunikasi tim kreatif pada acara MASTERPIECE.
Tim kreatif selain harus mengerti konsep dari teori Komunikasi Organisasi, juga harus mengerti konsep
dari teori Komunikasi Massa dan Media Massa agar output (pesan yang akan disampaikan) sesuai dengan
input (apa yang dimaksudkan) kepada pihak internal (seluruh tim produksi yang terlibat), maupun pihak
external (tidak hanya host MASTERPIECE, namun juga kepada audiens maupun marketing).
Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh tim kreatif terhadap audiens melewati jejaring sosial seperti
twitter, dalam rangka mempromosikan acara MASTERPIECE maupun meminta feedback dari audiens
mengenai siapakah yang akan hadir pada episode selanjutnya. Menurut pendapat peneliti, Wujud dari
komunikasi kepada marketing adalah momen yang tepat untuk membuktikan bahwa teori Komunikasi
Massa dan Media Massa memiliki peranan penting dalam hal ini. Dalam episode pertama
MASTERPIECE, tim produksi menghadirkan dua orang, yaitu Ahmad Dhani dan Maia Ahmad yang
sebelumnya pernah dikontrak oleh TELKOM untuk menjadi bintang iklan produk mereka. Dengan
hadirnya kedua orang tersebut, maka perusahaan TELKOM dapat menemukan momentum untuk menjadi
sponsor acara MASTERPIECE yang akhirnya menempatkan produk mereka, broadband SPEEDY di
sela-sela acara (upcoming show), dimana selingan tersebut ditonton oleh audiens. Hal tersebut
membuktikan bahwa audiens secara sadar, maupun tidak sadar menerima pesan komunikasi berupa
promosi sebuah produk yang disampaikan dalam sebuah media massa, yaitu televisi.
Lain halnya dengan audiens dan marketing, ketika berbicara dengan host acara MASTERPIECE, yaitu
Ahmad Dhani. Diperlukan juga tehnik persuasi dalam bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mencari
kesepakatan ketika sedang melakukan negosiasi. Hal ini bisa dikatakan sebagai salah satu faktor untuk
mencegah adanya groupthink pada kedua belah pihak seperti apa yang dikatakan oleh Janis dalam
teorinya, yaitu “Menganalisa rencana yang sebelumnya ditolak, ketika ada informasi baru yang muncul.”,
dan “Membuat rencana cadangan untuk usulan yang ditolak, maupun rencana yang gagal.”. Analisa
rencana yang sebelumnya ditolak bisa diartikan sebagai mencari celah, atau memberikan creative reason
kepada Ahmad Dhani bahwa konsep yang diberikan adalah ide yang bagus, sedangkan rencana cadangan
bisa berarti menyerahkan keputusan kepada pihak yang lebih berpengalaman.
Persuasi dalam konteks ini tidak hanya sebatas membuat pihak lain setuju, tapi juga bisa digunakan agar
pihak lain tidak merasa mereka merasa sebagai satu kesatuan. Contohnya adalah berkomunikasi secara
baik-baik dengan editor. Hal tersebut tidak hanya ditujukan agar dia bisa menerima input, namun juga
mengeluarkan pendapat dengan tujuan hasil akhir yang lebih baik bagi semua pihak.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
SIMPULAN
1. Sama seperti tim produksi lainnya, Tim kreatif memiliki peranan dalam seluruh proses produksi
program televisi MASTERPIECE. Akan tetapi, job desc utama tim kreatif lebih kepada tahap
pra produksi, dimana tugas utama dari tim kreatif adalah untuk mencari dan mengembangkan
ide-ide yang nantinya dapat direalisasikan menjadi sebuah konsep yang diapakai pada tahap
produksi. Tugas utama tim kreatif dalam proses produksi adalah untuk membantu tim produksi
lainnya di pos-pos yang sudah ditentukan. Sementara dalam tahap pasca produksi, tugas tim
kreatif adalah memberi pengarahan bagi editor agar hasil program tersebut sesuai dengan yang
diinginkan. Ada pun tahap evaluasi setelah acara MASTERPIECE tayang, baik secara informal,
maupun formal yang memiliki tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada
episode selanjutnya.
2. Jika dilihat dari job desc utama tim kreatif, strategi dan langkah-langkah yang bisa dilakukan
dari tim kreatif untuk menjadikan MASTERPIECE sebagai sebuah program unggulan adalah
dengan cara membuat dan mengembangkan ide-ide melalui metode brainstorming, dimana ideide tersebut didapat dari refrensi-refrensi yang ada, maupun bersikap terbuka kepada pendapat
yang datang dari dalam, maupun dari luar tim produksi. Ide-ide tersebut pada dasarnya sudah
memiliki batasan-batasan yang sudah ada dengan cara mengetahui konsep dan ciri khas dari
acara MASTERPIECE itu sendiri, MASTERPIECE adalah sebuah acara musik yang memiliki
ciri khas musik yang diaransemen ulang sehingga berkesan megah, namun tetap kekini-kinian
yang memiliki host Ahmad Dhani yang juga bertugas mengaransemen musik-musik tersebut
bersama Oni n Friends. Dalam mengembangkan ide tersebut, tim kreatif pada dasarnya tidak
boleh bersikap idealis karena tujuan utama dari dibuatnya acara MASTERPIECE adalah untuk
menghibur para audiens.
3. Pada dasarnya, tim kreatif memiliki tools seperti intramail, maupun Blackberry Messenger dan
whatsapp untuk terus memberi atau menerima informasi terbaru dari tim produksi lainnya. Tim
kreatif juga dituntut untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka. Selain untuk
meminimalisir terjadinya miskomunikasi. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi juga
bertujuan agar apa yang mereka inginkan dapat tersampaikan sepenuhnya. Tidak hanya itu, alur
dan strategi komunikasi yang efektif juga memiliki tujuan untuk mendapatkan feedback yang
bersifat positif, serta memperlancar aktivitas produksi.
SARAN
1. Mengganti jam tayang MASTERPIECE menjadi lebih awal (waktu prime time) karena faktor
weakness dari acara MASTERPIECE yang didapatkan dari sesi wawancara adalah jam tayang
yang terlalu malam.
2. Memiliki akun khusus untuk program MASTERPIECE di media sosial internet seperti
youtube.com yang dimana selain menampilkan episode-episode MASTERPIECE, juga
menampilkan adegan-adegan behind the scene yang tidak bersifat rahasia, namun memiliki value
yang membuat audiens semakin tertarik untuk menonton acara ini.
REFERENSI
Ardianto, Elvinaro. Komala, Lukiati. Karlinah, Siti (2012). Komunikasi Massa, suatu pengantar, Edisi
revisi.Bandung: Reifika Offset.
Baran, Stanley J & Davis, Dennis K (2010). Mass Communication Theory, Foundations, Ferment, and
Future. Boston: Wadsworth Cengage Learning
Campbell Richard, Martin Christopher R, Fabos Bettina (2012). Media & Culture, An Introduction to
Mass Communication. Bedford: St. Martin
Chris, Livesey (2011). Defining The Mass Media. Sociology Central, Retrieved November 20 2013 from
www.sociology.co.uk
Scott, Karen Wilson & Howell, Dana (2008). International Institute For Qualitative Methodology.
Retrieved November 18 2013 from
http://ejournals.library.ualberta.ca/index.php/IJQM/article/download/1940/1363.
Hart, Paul’t (1991). Irving L. Janis’ Victims of Groupthink. Retrieved November 15 2013 from
http://www.jstor.org.wwwproxy0.library.unsw.edu.au/stable/3791464?seq=2
Miller, Katherine (2011). Organizational Communication: Approaches and Processes. Boston:
Wadsworth Cengage Learning
Maxwell, John C (2013) . 17 Hukum Mutlak untuk Membangun Kerja Sama. Surabaya: PT. Menuju
Insan Cemerlang.
N, Muhammadali (2011), Introduction to Mass Communication. University of Calicut. Retrieved
Desember 10 2013 from http://www.universityofcalicut.info/SDE/SMMassCommunication.pdf
West, Richard & Turner, H. (2010). Introducing Communication Theory, Analysis and Aplication..
Asia: Mcgraw-Hill.
Rivai, Veithzal & Mulyadi, Deddy (2012). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Severin, Werner J & Tankard Jr, James W. (2010). Communication Theories, Origins, Method, and Uses
in the Mass Media.
Scott, Karen Wilson & Howell, Dana (2008) Clarigying Analysis and Interpretation in Ground Theory:
Using a Conditional Relationship Guideand Reflective Flick,
Team FME (2013). SWOT Analysis: Strategy Skills. Retrieved Desember 08 2013 from http://www.freemanagement-ebooks.com/dldebk-pdf/fme-swot-analysis.pdf .
Flick, Uwe (2009). An Introduction to Qualitative Research. London: Sage Publication Ltd
Zettl, Herbert (2009). Television Production Handbook. San Fransisco: Wadsworth Cengage Learning
RIWAYAT PENULIS
Satrio Bayuaji lahir di kota Jakarta pada tanggal 5 Juni 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu komunikasi dan pemasaran jurusan broadcasting pada
tahun 2014.
Download