ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah63 ANTI BACTERIAL EFFECT OF ALLIUM GROUP FOR MRSA BACTERIA Oleh : Iwan Doddy Dharmawibawa*, Hulyadi**, Baiq Lelly Zainiati***, Santy Pristianingrum*** * Biology Department, IKIP Mataram **Chemistry Department, IKIP Mataram ***Biomedic Research Unit Province General Hospital NTB AbstractMRSA is one of bacteria causing nosokomial infections that require precise handling both prevention and treatment.With 920 species throughout the world, allium has great potential to be developed as an alternative source for the anti-bacterial pathogens such as MRSA. By doing sensitivity test and minimum inhibitory concentration in the filtrate and the ethanol extract of Allium cepa and Allium ascalonicum expected to be known to both the ability of the allium group in inhibiting the growth of bacteria MRSA clinical isolates. This laboratory experiment using Kirby Bauer method that modified into well form and visual observation on minimum inhibitory concentration test with tube dilution method. From the result of sensitivity test is known that A. ascalonicum filtrate has the ability to inhibit the growth of MRSA bacteria at a concentration of 100%, 75%, 50% and 25% respectively - each is 11.8 mm; 11.5 mm; 11.3 mm; and 9.3 mm, whereas the sensitivity test on the filtrate of A. Cepa and ethanol extracts of A. Cepa and A. Ascalonicum showed negative results. Using the dilution method is known that the minimum inhibitory concentration of the filtrate A.ascalonicum MRSA clinical isolates is at a concentration of 25%. Fromthe results of this study,it can be concluded that the group A.ascalonicum in the form of inhibition of the filtrate has entered the intermediate category with the largest inhibition of 11.8 mm at a concentration of100% and the smallest was 9.3mm at concentration of 25%. Key Words: MRSA clinical isolates, sensitivity, Allium cepa, Allium ascalonicum PENDAHULUAN Pengobatan tradisional pertama kali tercatat pada tahun 2800 SM dan telah di praktekkan di seluruh dunia. Masyarakat yang hidup pada zaman itu telah menggunakan bahan alam berupa tanaman di sekitar sebagai obat.1Sejak abad 19 penelitian mengenai khasiat tanaman obat dari beberapa jenis tanaman terutama tanaman golongan bahan tambahan masakan (bumbu) mulai diperkenalkan, dan beberapa dekade belakangan ini mulai dikembangkan pencarian zat antibakterinya untuk penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur, terutama dari golongan bawang putih.2 Perkembangan tekhnologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang pengobatan dan kesehatan dewasa ini mengarah pada pengobatan “back to nature” menggunakan bahan alami . Salah satu kelebihan pemilihan bahan alami ini adalah minimnya efek samping yang ditimbulkan jika dibandingkan obat berbahan dasar zat kimia, disamping dari segi harga dan kemudahan dalam pemakaian serta ketersediaan yang melimpah di sekitar kita. Sayangnya pengujian secara ilmiah akan khasiat obat yang di kandung bahan alam tersebut masih sangat kurang. Diantara senyawa dari tanaman yang mempunyai kandungan antimikroba antara lain adalah senyawa metabolit sekunder seperti tannin, terpenoid, alkaloid dan flavonoid.3 Genus Allium mempunyai 920 spesies diseluruh dunia termasuk bawang putih (Allium sativum), bawang merah (Allium ascalonicum) dan bawang bombay (Allium cepa) merupakan tanaman yang di Indonesia umbinya kerapkali dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan atau bumbu, banyak di laporkan mempunyai berbagai macam khasiat obat. Menurut Jeffrey 20034, Umbi bawang merah mengandung bahan fitokimia, yang paling banyak terkandung adalah golongan hidrokarbon dan turunannya, termasuk dipropyl disulphite (penghasil rasa), aliicin (mempunyai aktivitas anti diabet, anti hipertensi, antibiotic dan antitrombotik), dietil sulphida (bahan insektisida), dimethyl sulphide (kimia _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 6, Oktober 2014 64 Media Bina Ilmiah sintesis), mercaptopropane atau propylmercaptan (bahan penguat rasa). Alicin adalah salah satu zat yang terkandung didalam golongan allium terutama bawang putih yang dipercaya mengandung antibakteri baik terhadap bakteri gram negative maupun gram positif termasuk didalamnya bakteri yang multidrug resisten enterotoxigenic.5 Senyawa Alicin atau disebut juga dengan allylthiosulfinate merupakan golongan senyawa yang tidak stabil dan mudah terurai dalam waktu enam belas jam pada suhu 230C, bersifat minyak liquid, berwarna kuning terang dan mempunyai bau khas bawang.6 Banyaknya penggunaan antibiotic yang tidak sesuai standar menyebabkan timbulnya bakteri multidrug resistant salah satunya MRSA (Meticilin resisten Staphylococcus aureus)yaitujenis bakteri S.aurues yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotic golongan betalaktam, bakteri inibanyak menimbulkaninfeksi nosokomial yaituinfeksi penyertayangdidapatkan pasiensaatdirawatdiRumahSakit.Infeksiinitimbula kibatkegiatan perawatandidalamRumahSakitatausaranakesehata nyangkurang higienis,dapatditularkandari dokterataupetugaskesehatankepadapasienatausebal iknyasecaralangsungmaupuntidaklangsung, dapatmenyebabkanpenyakitinfeksipadaorganvital, menyebabkansepsis,toxicshocksyndromedan pneumonia.Timbulnya MRSA berawal padatahun1940-1950 saat itu S.aureuscenderung mengalamiresistensiterhadappenisilinsehinggamu nculahmetisilin sebagaiantibiotikyangdigunakan dalampenanganan bakteriini,barupadatahun1961seorang ilmuwandariInggrisberhasilmengidentifikasi bakteriS.aureusyangresistenterhadapmetisilindan saatitulahdisebutsebagaikelahiranjenisMRSA. Tahun 1968 Amerikatelahmelaporkan ditemukannyaMRSA yangresistenterhadapmetisilindanantibiotiksejenis nya.7,8 Bakteri MRSA terbagi menjadi dua jenis HAMRSA (Hospital acquired MRSA) dan CAMRSA (Community acquired MRSA), keduanya di bedakan secara genetis dari keberadaan SSCmec (Staphylococcal cassette chromosome mec), sensitivitas terhadap antibiotic dan produksi _____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014 ISSN No. 1978-3787 toksinnya. Secara genetis HA-MRSA mengandung SSCmec tipe I,II atau III dan sudah resisten terhadap beberapa antibiotic, sedangkan CA-MRSA mengandung SSCmec tipe IV dan masih sensitive terhadap banyak antibotik.9,10 Penanganan penularan bakteri penyebab infeksi nosokomial termasuk diantaranya adalah bakteri MRSA baik secara langsung (pemakaian antibiotik) maupun tidak langsung (pencegahan dengan antiseptik) memacu penemuan-penemuan akan zat antibakteri dari bahan-bahan alam, salah satunya yang kami angkat dalam penelitian ini dari golongan Allium ascalonicum dan Allium cepa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari Allium ascalonicum dan Allium cepa baik dalam bentuk mentah (filtrat) dan ekstrak etanol serta konsentrasi hambat minimalnya (KHM). Dengan hasil penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan kita mengenai efek antibakteri dari golongan Allium jenis Allium ascalonicum dan Allium cepa, sehingga dapat bermanfaat dalam penanganan penanggulangan penularan MRSA dilingkungan. METODE PENELITIAN Penelitianiniadalahpenelitianeksperimenlabor atorik dimana hasil penelitian berupa luas zona hambat terhadap pertumbuhan MRSA dan kadar hambat minimum yang akan di bahas secara deskriptif. Bahan uji adalah Allium ascalonicum dan Allium cepa dari pasar tradisional lokal dalam bentuk filtrate (bahan diblender dan disaring tanpa penambahan air) dan ekstrak etanol dengan metode maserasi. Dari empat jenis bahan uji tersebut kemudian dibuatkonsentrasi25, 50,75dan100% menggunakan bahan pengencer aquades steril. Setiap bahan uji dilakukan uji sensitivitas. terhadap bakteri MRSA dengan6 kaliulanganuntuk masing-masing bahan menggunakan metode Kirby bauer yang telah dimodifikasi dalam bentuk sumuran. Uji kadar hambat minimal dilakukan dengan metode dilusi tabung dan diamati secara visual. Bakteri yang digunakan adalah MRSA isolate klinik yang didapatkan dari swab nasofaring koleksi Unit Riset Biomedik RSUP NTB yang telah ditumbuhkan dalama media ORSAB yaitu media selektif MRSA. Dalam uji tersebut digunakan http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 pula kontrol positif berupa Vancomycin 30ul dan control negative aquades steril. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam uji sensitivitas difusi agar padat seperti terlihat pada table 1 hasil penghambatan pertumbuhan bakteri MRSA isolate klinik terjadi pada filtrate Allium ascalonicum dengan rata-rata penghambatan pada konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25% masing-masing adalah 11.8 mm; 11.5 mm; 11.3 mm; dan 9.3 mm, sedangkan control positif Vancomycin rata-rata rata 19.8 mm. Jika dibandingkan dengan penghamabatn oleh vancomycin jelas berbeda jauh namun demikian apabila kita mengacu pada klasifikasi tingkat kepekaan antibakterii bahan alam menurut Mukherjee seperti tertera dalam table 2., hasil pengujian atas filtrate Allium ascalonicum termasuk dalam kategori intermediet atau sensitif lemah. Hal ini menunjukkan bahwa zat antibakteri yang aktif saat diuji dengan bakteri MRSA isolate is klinik hanya ditemukan pada bahan yang tidak melalui proses ekstraksi dan kemungkinan besar zat antibakteri yang berperan adalah golongan allicin. Dusica et all,2011 menyatakan bahwa senyawa antibakteri golongan alicin sangat sulit di dapatkan karena mudah menguap, tidak stabil dan akan terurai dalam waktu 16 jam, menurut penelitiannya senyawa allicin hanya bisa didapatkan dengan cara menggabungkan dengan senyawa yang bersifat hidrofobik dalam bentuk gel.6 Pada uji sensitifitas filtrate A.cepa menunjukkan kkan hasil negatif tidak ditemukan zona bening, zona yang terbentuk hanyalah pendaran zat warna dari bahan begitu pula dengan ekstrak etanol A.ascalonicum dan A.cepa, A.cepa zona bening perlawanan terhadap bakteri MRSA isolate klinik tidak tampak. Penelitian mengenai meng aktivitas antibakteri A.cepa terhadap bakteri yang bersifat multidrug resisten salah satunya terhadap S.aureus yang dilakukan oleh Adhesina dkk, menunjukkan hasil yang sama tidak ditemukan adanya penghambatan, meskipun didalam A.cepa mengandung senyawaa flavonoid dan polifenaol yang bersifat antibakteri berspektrum luas aktivitas antibakteri ini tidak terlihat dan belum diketahui penyebabnya. Penggunaan pelarut adalah salah satu bahan yang paling berperan dalam pembuatan ekstrak, pemilihan etanol sebagai ai pelarut adalah dengan Media Bina Ilmiah65 pertimbangan bahwa etanol relatif lebih aman dan tidak bersifat racun dibandingkan methanol. Menurut tabel 1 tentang hasil uji sensitifitas terlihat bahwa dari ekstrak etanol A.cepa dan A.ascalonicum tidak memiliki daya hambat terhadap adap pertumbuhan MRSA isolate klinik, hal ini bisa terjadi karena hasil ekstraksi dengan pelarut etanol terhadap kedua bahan tersebut masih berupa kumpulan dari beberapa senyawa yang belum bersifat murni sehingga efektivitas masing-masing masing senyawa yang terkandung kandung dalam A.cepa dan A.ascalonicum tidak terlihat. Menurut Hargono dkk, proses ekstraksi dengan metode maserasi mempunyai keunggulan yaitu hasil yang banyak dan dapat menghindari perubahan kimia terhadap senyawa-senyawa senyawa tertentu dari proses pemanasan namun kerugian dari metode ini adalah penyarian yang terjadi kurang sempurna dan memerlukan waktu yang lama.13 Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat sensitivitas bakteri yang digunakan, bakteri yang digunakan adalah MRSA isolate klinik yang didapatkan kan dari swab nasofaring pasien dengan diagnose ispa, secara tidak langsung bakteri ini telah bersinggungan dengan banyak antibiotic sehingga mempunyai daya resistensi yang besar yang tidak mampu di lawan dengan mudah oleh bahan alami. Dari hasil tahap identifikasi id penentuan MRSA dengan disk diffusion susceptibility method bakteri MRSA yang digunakan dalam uji ini menunjukkan resistensinya terhadap oxacilin dengan tidak adanya penampakan zona bening sama sekali. Gambar 1.a. Pertumbuhan bakteri MRSA pada media ORSAB; 1.b. Bakteri MRSA perbesaran 1000x _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 6, Oktober 2014 66 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 1978 Gambar 2. Tabel 1. Hasil uji sensitivitas terhadap MRSA isolate klinik Allium ascalonicum dan Allium cepa Tabel 2. Kategori tingkat kepekaan antibakteri bahan alam, Mukherjee Diameterzonatera ng >12mm 12mm 4-12mm <4mm responhambataanpertumbuh an kuat(sensitif) sedang(sensitif) nsitif) lemah(intermedi diet) Tidakada(resist sisten) Hasil uji Konsentrasi Hambat Minimum filtrate Allium ascalonicum Untuk memperkuat dugaan kemampuan penghambatan filtrate Allium ascalonicum terhadap pertumbuhan bakteri MRSA dilakukan pula uji kadar hambat minimum dengan metode dilusi tabung, dilakukan pada filtrate Allium ascalonicum dimulai dengan konsentrasi terkecil pada uji sensitivitas yaitu 25%, 24,5%, 24%, 23%, 22%,21% dan 20% Uji ini dilakukan dalam tabung reaksi dengan media nutrient broth agar sebanyak 3 ml yang dicampur dengan 1 ml suspense bakteri MRSA 0,5 Mac Farlan dan filtrate Allium ascalonicum masing-masing masing 1 ml. Sebagai control positif dalam media NB dimasukkan vancomycin 30 ug 1 ml dan suspense bakteri MRSA 0,5 McFarlan 1 ml. Setelah diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan secara visual didapatkan hasil semua konsentrasi uji mengalami kekeruhan ruhan yang hampir sama hanya saja kekeruhan tersebut berkurang dari konsentrasi 24,5% hingga 25% (Gambar 3), sehingga disebutkan bahwa konsentrasi hambat minimal filtrate A.ascalonicum terhadap MRSA isolate klinik adalah 25%. Dari pengamatan secara visual terlihat adanya lapisan biofilm yang terbentuk didalam tabung uji. Keberadaan lapisan inilah yang dapat menjadi sebab kurang aktifnya zat--zat yang bersifat antibakteri. Menurut beberapa laporan penelitian lebih dari 65% bakteri penyebab infeksi nosokomial mempunyai kemampuan membentuk biofilm, begitu juga dengan MRSA, biofilm adalah lapisan lendir yang dihasilkan bakteri berupa eksopolisakarida sebagai bentuk pertahanan diri terhadap kondisi lingkungan yang tidak bersahabat bagi kehidupannya. PENUTUP Filtrat Allium ascalonicum memiliki sensitivitas terhadap pertumbuhan bakteri MRSA isolate klinik dan masuk dalam kategori intermediet (sensitive lemah) pada konsentrasi 100%; 75%; 50% dan 25% zona hambat ratarata ratanya sebesar 11.6; 11,5; 11,3 dan 9,3 mm. Hasil uji kadar hambat minimal mal filtrate Allium ascalonicum adalah pada konsentrasi 24,5%. Sedangkan pada filtrate Allium cepa serta ekstrak _____________________________________________ Volume 8, No. 6, Oktober 2014 http://www.lpsdimataram.com ISSN No. 1978-3787 etanol Allium ascalonicum dan Allium cepa tidak ditemukan adanya sensitivitas terhadap bakteri MRSA isolate klinik. DAFTAR PUSTAKA Gerber C, History of herbal medicine,Modified September 30, 2008.[cited2010Oct13].Available from:http://herbs.lovetoknow.com/ History_Herbal_Medicine Zaika LL. Spices and herbs, their antibacterial activity and its determination.J Food Safety. 1988; 9: 97-118. Cowan M M, plant products as antimicrobial agents. Clinical microbiology Reviews. 2001;12 (4):564 582. Jeffrey B H and Herbert B, Photochemical Dictionary. A hand book of bioactive compounds, 2003. 1st edition, Tavlor and Francis London Washington D.C.pp 234245 . Ankri, S. dan Mirelman, D. 1999. Antimikrobia properties of allicin from garlic. Microbes and Infection. 2: 125−129.. Dusica P et.all.2011.Allicin & related compound:biosynthesis, synthesis & pharmacological activity, physics chemistry & technology.Vol9 No.1,2011,pp.920 Anonymous,2006,"MRSA Toxin Acquitted: Study Clears Suspected Key to Severe BacterialIllness".NIHnewsrelease. National InstituteofHealth.200611-06 Media Bina Ilmiah67 topics/antimicrobialResistance/ Examples/mrsa/Pages/history.as px,download5des2013,jam12.00 wita) Ito T, Katayama Y, Asada K et al. Structural comparison of three types of staphylococcal cassette chromosome mec integrated in the chromosome in methicilinresistant Staphylococcus aureus.Antimicrob Agents Chemother 2001 Oliveira DC, de lencastre H. Multiplex PCR strategy for rapid identification of structural types and variants of the mec element in methicllin-resistant Staphylococcus aureus.Antimicrob Agent Chemother 2002 Mukherjee KL., 1998.Medical Laboratory Technology.Vol.II,New Delhi:Tata MC Graw Hill Adhesina G.O, Jibo S, Agu V.E. et all.2011. Antibiotic activity of fresh juices of Allium cepa and Zingiber of officinale against multidrug resistant bacteria. Interntional journal of pharma & Bio sciences.Vol.2/issue 2/April-June 2011 Hargono, D., 1986, Obat tradisional dalam Zaman Teknologi, Majalah Kesehatan Masyarakat No. 56, Hal: 3-5. Gowrishankar S, Duncun Mosioma N, Karutha Pandian S. Coral-Associated Bacteria as a Promising Antibiofilm Agent against Methicillin-Resistant and Susceptible Staphylococcus aureus Biofilms. Evid Based Complement Alternat Med. 2012;2012:862374. Anonymous,2013.http://www.niaid.nih.gov/ _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 6, Oktober 2014