BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah (klien). Dalam proses konseling tersebut, klien mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada konselor, kemudian konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara sehingga masalah klien dapat terjelajahi. Menurut Hariastuti (2007) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu layanan professional yang terjadi atas dasar hubungan konselor dengan klien. Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari knselor tidak semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh konseli. Menurut McLeod (2008) mengemukakan bahwa konseling adalah bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan seseorang. Adapun tujan konseling. Sedangkan menurut Walgito (1983) konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Tujuan dari konseling menurut Walgito (1983) adalah pemecahan suatu persoalan atau masalah yang dihadapi oleh konseli. Sedangkan menurut Willis (2007) konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh konseli, mampu mengatasi masalah dan menyesuaikan diri secara positif. Tujuan dari konseling adalah membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konselor. 2.2. Ketrampilan Dasar Konseling 2.2.1. Pengertian Menurut Willis (2007) ketrampilan konseling adalah cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu konseli agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama. Bagi seorang konselor, menguasai ketrampilan konseling adalah mutlak. Karena dalam proses konseling ketrampilan yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Menjalin hubungan dengan klien adalah sangat penting, karena hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses konseling serta sangat dibutuhkan dalam mempelajari teknik konseling sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses konseling. Konseling juga merupakan proses suatu proses komunikasi antara konselor dengan konseli. Sebagai suatu proses komunikasi agar proses konseling berjalan dengan baik maka diperlukan ketrampilan-ketrampilan konselor dalam menangkap atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada konseli. Agar proses konseling berjalan efektif dan efisien maka konselor perlu memiliki kemampuan dalam membantu konselinya. Salah satu kemampuan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan konseling. Ketrampilan dasar konseling merupakan ketrampilan yang perlu dimiliki oleh konselor. Ketrampilan dasar konseling ini akan membantu berjalannya komunikasi antara konselor dan konseli dalam proses konseling. 2.2.2. Jenis-jenis ketrampilan dasar konseling Menurut Willis (2007) terdapat beberapa macam ketrampilan dalam konseling yang perlu dikuasai oleh konselor yaitu, Attending, Opening, Acceptance, Restatemen, Reflection of felling, Clarification, paraprashing,structuring, lead, silent, Reassurance, rejection, advice, summary,konfrontasi, interpretasi, termination. 1. Attending Attending adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada konseli agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga konseli bebas dalam mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Ketrampilan attending meliputi: 1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) a. Duduk dengan badan menghadap klien b. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjuk gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal. c. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau menggunakan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti. d. Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke arah konseli untuk menunjukkan kebersamaan. 2. Kontak mata a. Melihat konseli pada waktu bicara b. Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan merespon 3. Mendengarkan Mendengarkan dalam ketrampilan dasar konseling adalah mendengarkan dengan tepat dan mengingat apa yang konseli katakan dan bagaimana mengatakannya. Dengan mendengarkan yang tepat kemungkinan merumuskan tanggapan yg dapat menangkap dengan tepat perasaan dan pikiran konseli. a. Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada konseli b. Mendengarkan apapun yang dikatakan konseli, mendengarkan keseluruhan pribadi konseli , kata dan perilaku konseli. c. Mendengarkan keseluruhan pribadi konseli (katakatanya, perasaannya dan perilakunya) d. 4. Memahami keseluruhan pesannya Hal-hal tidak baik dilakukan oleh konselor a. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap konseli b. Duduk dengan sangat kaku c. Penampilan badan dan ekspresi muka gelisah atau resah. d. Mempermainkan tangan, kertas, dan kuku tangan e. Tangan tidak memperlihatkan gerakan-gerakan gerakan-gerakan isyarat menyertai tangan sendiri f. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak berarti g. Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan dan kaku h. Tidak pernah memandang konseli i. Memandang konseli secara konstan dan tidak memberi kesempatan konseli untuk membalas tatapan j. Perhatian pendengaran terbagi. k. Merumuskan respon konseli terhadap pesan konseli sebelum konseli mengakhiri pesan l. 2. Melompat dari topik yang satu ke topik yang lain. Opening (pembukaan) Opening adalah ketrampilan atau teknik untuk membuka atau memulai hubungan konseling. Beberapa hal yang perlu diprhatikan oleh konselor antara lain adalah menyembut kehadiran klien, membicarakan topic netral dan memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan konseling. 1. Penyambutan a. Verbal Konselor memberi atau menjawab salam, menyebut nama konseli, mempersilahkan duduk. b. Non verbal Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat tangan, senyum dengan ceria, mendampingi atau mengiringi konseli saat menuju tepat duduk, menempatkan klien pada tempat duduk yang lebih baik, konselor duduk setelah konselinya duduk. 2. Pembicaraan topik netral a. Topik netral adalah bahan pembicraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan konseli. b. Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian hangat di lingkungan konseli, hobi konseli, bahanbahan atau gamar-gambar yang ada di ruang konseling, ptensi lingkungan asal konseli. 3. Pemindahan topik netral ke permualaan konseling. a. Cara 1. Menggunakan kalimat “jembatan”, misalnya “ setelah kita membicarakan …………..(isi topic netral) barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini”. 2. Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya “ itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasimu dalam perkuliahan?” 3. Acceptance Acceptance digunakan (penerimaan) konselor untuk adalah menunjukkan teknik minat yang dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. 1. Verbal a. Bentuk pendek: teruskan………, oh…ya; lalu/ kemudian; ya….ya…..;hem…..hem b. Bentuk panjang: saya memahami……..;saya menghayati……;saya dapat merasakan…….;saya dapat mengerti. 2. Non verbal: anggukan kepala, posisi duduk condong ke depan, perubahan mimic, memelihara kontak mata. 4. Restatement( Pengulangan) Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan konseli yang dianggap penting. Dengan cara 1). Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan konseli, tidak boleh menambah ataupun mengurangi. 2)intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan konseli. 5. Reflection of Felling Reflection Of Felling (pemantukan perasaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan konseli. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya, kedengarannya, nada-nadanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konselor adalah sebagai berikut: 1. Hindari stereotype 2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien. 3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan atau sikap konseli secara tepat. 4. Sesuai bahasa yang digunakan dengan kondidi konseli. 6. Clarification Clarification (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan misalnya: pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dsb. 7. Paraprashing Paraprashing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli. Paraphrase yang efektif adalah sbb: 1. Konseli menjadi merasakan kebersamaan dengan pembimbing. 2. Lebih mengarahkan pembicaraan konseli berikutnya. 3. Dapat mengecek ketepatan atau kecermatan pembiming dalam menangani konseli. Paraphrase yang efektif akan sering diikuti dengan kata-kaya “ya” atau “benar” secara spontan dari kata-kata konseli. 1. Paraphrase hanya menyatakan kembali secara lebih esensial, bantuan untukmemperoleh klasifikasi tambahan yang cermat. 2. Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas dibenak konseli atau pemikiran konselor terhadap ucapan konseli 3. Paraphrase biasanya diikuti dengan “pernyataan mengundang pembicaraan terbuka” 8. Structuring (pembatasan) Structuring (pembatasan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Jenis-jenis structuring terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut: 1. 9. Time limit (pembatasan waktu) a. Time limit dari konseli b. Time limit dari konselor 2. Role limit (pembatasan peran) 3. Problem limit (pembatasan masalah) 4. Action limit (pembatasan tindakan) Lead (Pengarahan) Lead adalah teknik atau ketrampilan yang digunakan konselor untuk mengarahkan pembicaraan konseli dari satu hal ke hal yang lain secara langsung. Ketrampilan ni dering disebut ketrampilan bertanya, karena dalam penggunaannya hanya menggunakan kalimat-kalimat tanya. Tujuan dari lead ini adalah mendorong konseli untuk merespon pembicaraan terutama pada awal-awal pertemuan. Secara umum ada dua jenis pengarahan(Lead) yaitu lead umum dan lead khusus. 1. Lead umum Adalah teknik pengarahan atau pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada konseli untuk bebas mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan reaksi atau jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai denagn keinginan konseli. 2. Lead khusus Lead khusus adakah tejnik pengarahan atau pertanyaan untuk memberikan suatu rekasi atau jawaban yang tertentu 10. Silence (diam) Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan konseli dalam proses konseling. Tujuan dari teknik ini adalah: 1. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk istiahat atau mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorgansasi kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya. 2. Mendorong konseli atau memotivasi konseli untuk mencapai tujuan konseling. Ada 2 jenis silence yaitu silence dari onselor dan silence dari konseli. 1. Silence dari konselor Jenis silence ini terjadi saat pusat komunikasi berada pada konselor. Pada waktu tertentu, konselor merespon dengan silence. 2. Silence dari konseli Terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada klien, yaitu setelah konseli bercakap-cakap dan menerima tanggng jawab. 11. Reassurance (penguatan atau dukungan) Reassurance adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan atau penguatan terhadap pernyataan positif konseli agar konseli tersebut menjadi lebih yakin dan percaya diri. Ketrampilan reassurance juga dapat digunakan untuk mendorong diri konseli agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam mengahadapi situasi atau hal-hal yang tidak menyenangkan bagi konseli tersebut. Ada tiga jenis reassurance yaitu prediction reassurance, posdiction reassurance, factual reassurance. 1. prediction reassurance (penguatan predikssi) adalah penguatan yang dilakukan oleh konselor terhadap pernyataan atau rencana positif yang akan dilakukan konselor. 2. Penguatan postdiksi adalah pngumpulan atau dukungan konselo terhadap tingkah laku positif yang telah dilakukan klien dan tampak berhasil yang diperoleh dari apa yang dilakukan oleh klien tersebut. 3. factual reassurance digunakan konselor merupakan untuk penguatan mengurangi yang beban penderitaan secara psikis konselidengan cara mengumpulkan bukti-bukti atau fakta bahwa kejadian kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa konseli bila dialami oleh orang lain akan membuat dampak yang sama atau relative sama dengan apa yang dialami oleh konseli. 12. Rejection (penolakan) Rejection adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk melarang konseli melakukan rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya atau orang lain. Secara umum ada dua jenis penolakan yaitu secara halus dan penolakan secara terang-terang terangan. 13. Advice (saran atau nasehat) Advice adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran bagi konseli agar konseli dapat lebih jelas, pasti, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. Secara umum ada tiga bentuk advise Yaitu advice langsung, advice persuasive dan advice alternative. 1. Advice langsung Advice langsung adalah saran atau nasehat yang diberikan langsung pada konseli. Berupa fakta jika klien sama sekali tidak mempunyai informasi tentang fakta yang konseli. 2. Advice persuasive adalah saran atau nasehat yang diberikan konselor bilamana konseli telah mengemukakan alas an-alasan yang logis dan dapat diterima dari rencana yang dilakukan. 3. Advice alternative Advice alternative adalah nasihat atau saran yang diberikan konselor setelah konseli mengetahui kelebihan dan kelemahan setiap alternative. 14. Summary (ringkasan atau kesimpulan) Summary (kesimpulan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenal apa yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi konseling.summary terdiri dari dua jenis yaitu summary bagian dan summari akhir. 1. Summary bagian Merupakan kesimpulan yang dibuat setiap saat dari percakapan konseli dengan konselor yang dipandang penting . untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata pendahuluan, sperti misalnya: sementara ini,,,,,,,.sampai saat ini………, sejauh ini,……., selama ini. 2. Summary akhir Summaru akhir merupakan kesimpulan yang dibuat pada akhir omunkasi konseling, sbagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk esimpulan yang dibuat pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir itu misalnya : sebagai puncak pembicaraan………..,sebagai penutup pembicaraan kita……., dari awal hingga akhir pembicaraan kita…….. 15. Konfrontasi (pertentangan) Konfrontasi adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, deskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada konseli. Kesenjangan itu terjadi: 16. Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor dimana berarti atau karena tingkah laku konseli ditafsirkan atau diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada konseli. Dalam interpretasi konselor menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan atau tidaknya yang telah diceritakannya. Tujuan dari interpretasi adalah membantu klien lebih memahami diri sendiri bilamana konseli bila mana bersedia mempertimbangannya dengan pikiran terbuka. 17. Termination (pengakhiran) Termination (pengakhiran) adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah “berakhir”. Cara pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya konselor merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan, membuat kesimpulan akhir, membicarakan tugas-tugas yang hendak dilakukan sebelum pertemuan yang akan datang, dan dapat dilakukan secara langsung, misalnya konselor menunukkan pembatasan waktu (time limid) konseling yang telah disepakati pada awal pertemuan. 2.3. Latar Belakang Pendidikan Guru BK Konselor di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan BK, (Bimbingan Konseling). Dengan program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya bekerja sebagai konselor pendidikan formal dan non formal. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bkwajib-konselor) Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Dengan mengikuti program akta IV bisa menjadi guru BK di sekolah. www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bk-wajib-konselor) Persyaratan Konselor Sekolah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor adalah (1). Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling, dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) (2). Berpendidikan profesi konselor (Kons.) Sekarang ini di beberapa sekolah banyak yang mempekerjakan guru BK yang berlatar belakang pendidikan S1 Psikologi yang mengikuti program akta IV untuk bisa menjadi guru dan masa kerja juga sudah bertahun-tahun. Menurut Reni ( 2012) sarjana S1 Psikologi hanya mampu melakukan assesment dan alat pengukuran psikologi, mampu mengembangkan dan melakukan intervensi psikologis pada siswa, mampu melakukan pelatihan yang diperlukan untuk pengembangan guru dalam menangani siswa, mampu melakukan konsultasi yang berkaitan dengan institusi sekolah dan sistem pendidikan yang ada di sekolah, mampu mengembangakan komunikasi yang baik dengan siswa dan orang tua siswa, mampu mengembangkan relasi sosial dan keterampilan sosial, mampu melakukan penelitian terapan psikologi. Sedangkan guru BK itu mempunyai keahlihan dalam melakukan konseling di pendidikan formal maupun non formal. Dengan demikian sangat jelas sekali jika sarjana S1 psikologi tidak bisa menjadi guru BK di sekolah-sekolah dikarenakan hanya ahli dalam penguasaan ahli ukur psikologis dan tidak bisa melakukan konseling. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK mereka bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal, guru BK tahu bagaimana dia mengajar, mendidik dan membimbing para peserta didiknya untuk mengoptimalkan potensi para peserta didik yang berguna untuk dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat umum baik bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Menurut Reni (2012) para lulusan sarjana S1 Psikologi harus membuka tempat praktek kerja sendiri dan paling terpenting lagi background guru yang berlatar belakang S1 Psikologi bukan dari pendidikan, jadi kurang berpengalaman dalam cara mendididik, mengajar dan memberikan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir kepada para peserta didik. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal, karena background S1 Bimbingan konseling adalah pendidikan. 2.4. Penelitian Yang Relevan Hasil kompetensi guru yang telah tersertifikasi terhadap kinerja guru menyatakn bahwa ada hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi guru yang tersertifikasi terhadap kinerja guru BK SMP di sekitar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang sudah tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 39% dan 60,4% ditentukan oleh faktor lain. Untuk kompetensi guru yang belum tersertifikasi ada hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi sertifikasi guru yang belum tersertifikasi terhadap kinerja guru SMP di sekotar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang belum tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 62% dan 38% ditentukan oleh faktor lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Endang Kusmaryani (2010) yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru BK (47%) yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru BK yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar guru BK bekerja sebagai guru BK lebih dari 10 tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrowi (2010) di Solo bahwa penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling secara rinci juga dijelaskan sebagai berikut: (1) keterampilan penyambutan dan memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1 orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2) keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi 9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan merefleksi konseli , nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai ratarata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara, nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75, nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan mengintrepretasi , nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai ratarata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28. 2.5. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan secara signifikan dalam penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan latar belakang pendidikan pada guru BK SMP di Kota Salatiga”