perbedaan penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian konseling
Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa
konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan melalui
wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu-individu yang
sedang mengalami masalah (klien). Dalam proses konseling tersebut, klien
mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada konselor,
kemudian konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan
menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara sehingga
masalah klien dapat terjelajahi.
Menurut Hariastuti (2007) mengemukakan bahwa konseling adalah
suatu layanan professional yang terjadi atas dasar hubungan konselor
dengan klien. Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang
membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari knselor tidak
semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya
hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh konseli.
Menurut McLeod (2008) mengemukakan bahwa konseling adalah
bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan seseorang.
Adapun tujan konseling. Sedangkan menurut Walgito (1983) konseling
adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan
masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai
dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya. Tujuan dari konseling menurut Walgito (1983) adalah
pemecahan suatu persoalan atau masalah yang dihadapi oleh konseli.
Sedangkan menurut Willis (2007) konseling adalah bantuan yang
diberikan
oleh
konselor
kepada
konseli
dengan
tujuan
untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh konseli, mampu mengatasi
masalah dan menyesuaikan diri secara positif. Tujuan dari konseling
adalah membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konselor.
2.2. Ketrampilan Dasar Konseling
2.2.1. Pengertian
Menurut Willis (2007) ketrampilan konseling adalah cara
yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling
untuk membantu konseli agar berkembang potensinya serta mampu
mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan
agama. Bagi seorang konselor, menguasai ketrampilan konseling
adalah mutlak. Karena dalam proses konseling ketrampilan yang
baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
konseling.
Menjalin hubungan dengan klien adalah sangat penting,
karena hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses
konseling serta sangat dibutuhkan dalam mempelajari teknik
konseling
sebagai
upaya
meningkatkan
efektivitas
proses
konseling. Konseling juga merupakan proses suatu proses
komunikasi antara konselor dengan konseli. Sebagai suatu proses
komunikasi agar proses konseling berjalan dengan baik maka
diperlukan ketrampilan-ketrampilan konselor dalam menangkap
atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya
kembali kepada konseli. Agar proses konseling berjalan efektif dan
efisien maka konselor perlu memiliki kemampuan dalam
membantu konselinya. Salah satu kemampuan tersebut adalah
ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan konseling.
Ketrampilan dasar konseling merupakan ketrampilan yang
perlu dimiliki oleh konselor. Ketrampilan dasar konseling ini akan
membantu berjalannya komunikasi antara konselor dan konseli
dalam proses konseling.
2.2.2. Jenis-jenis ketrampilan dasar konseling
Menurut
Willis
(2007)
terdapat
beberapa
macam
ketrampilan dalam konseling yang perlu dikuasai oleh konselor
yaitu, Attending, Opening, Acceptance, Restatemen, Reflection of
felling,
Clarification,
paraprashing,structuring,
lead,
silent,
Reassurance, rejection, advice, summary,konfrontasi, interpretasi,
termination.
1. Attending
Attending adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan
konselor untuk memusatkan perhatian kepada konseli agar konseli
merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga
konseli bebas dalam mengekspresikan atau mengungkapkan
tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah
lakunya. Ketrampilan attending meliputi:
1.
Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
a.
Duduk dengan badan menghadap klien
b.
Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau
kadang-kadang digunakan untuk menunjuk gerak
isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
c.
Responsif
dengan
menggunakan
bagian
wajah,
umpamanya senyum spontan atau menggunakan kepala
sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi
tanda tidak mengerti.
d.
Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala
diperlukan bisa condong ke arah konseli untuk
menunjukkan kebersamaan.
2.
Kontak mata
a.
Melihat konseli pada waktu bicara
b.
Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan
ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan
merespon
3.
Mendengarkan
Mendengarkan dalam ketrampilan dasar konseling
adalah mendengarkan dengan tepat dan mengingat apa yang
konseli katakan dan bagaimana mengatakannya. Dengan
mendengarkan
yang
tepat
kemungkinan
merumuskan
tanggapan yg dapat menangkap dengan tepat perasaan dan
pikiran konseli.
a.
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada konseli
b.
Mendengarkan
apapun
yang
dikatakan
konseli,
mendengarkan keseluruhan pribadi konseli , kata dan
perilaku konseli.
c.
Mendengarkan keseluruhan pribadi konseli (katakatanya, perasaannya dan perilakunya)
d.
4.
Memahami keseluruhan pesannya
Hal-hal tidak baik dilakukan oleh konselor
a.
Duduk dengan badan dan kepala membungkuk
menghadap konseli
b.
Duduk dengan sangat kaku
c.
Penampilan badan dan ekspresi muka gelisah atau
resah.
d.
Mempermainkan tangan, kertas, dan kuku tangan
e.
Tangan
tidak
memperlihatkan
gerakan-gerakan
gerakan-gerakan isyarat menyertai tangan sendiri
f.
Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan
kepala yang tidak berarti
g.
Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan dan kaku
h.
Tidak pernah memandang konseli
i.
Memandang konseli secara konstan dan tidak memberi
kesempatan konseli untuk membalas tatapan
j.
Perhatian pendengaran terbagi.
k.
Merumuskan respon konseli terhadap pesan konseli
sebelum konseli mengakhiri pesan
l.
2.
Melompat dari topik yang satu ke topik yang lain.
Opening (pembukaan)
Opening adalah ketrampilan atau teknik untuk
membuka atau memulai hubungan konseling. Beberapa hal
yang perlu diprhatikan oleh konselor antara lain adalah
menyembut kehadiran klien, membicarakan topic netral dan
memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan
konseling.
1. Penyambutan
a. Verbal
Konselor memberi atau menjawab salam, menyebut
nama konseli, mempersilahkan duduk.
b. Non verbal
Konselor segera membuka pintu ruang konseling,
jabat tangan, senyum dengan ceria, mendampingi atau
mengiringi konseli saat menuju tepat duduk, menempatkan
klien pada tempat duduk yang lebih baik, konselor duduk
setelah konselinya duduk.
2. Pembicaraan topik netral
a.
Topik netral adalah bahan pembicraan yang sifatnya
umum dan tidak menyinggung perasaan konseli.
b.
Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian
hangat di lingkungan konseli, hobi konseli, bahanbahan atau gamar-gambar yang ada di ruang
konseling, ptensi lingkungan asal konseli.
3. Pemindahan topik netral ke permualaan konseling.
a.
Cara
1. Menggunakan kalimat “jembatan”, misalnya “ setelah
kita
membicarakan …………..(isi
topic
netral)
barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan
bersama dalam pertemuan ini”.
2. Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya “
itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana
dengan prestasimu dalam perkuliahan?”
3.
Acceptance
Acceptance
digunakan
(penerimaan)
konselor
untuk
adalah
menunjukkan
teknik
minat
yang
dan
pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli.
1.
Verbal
a.
Bentuk pendek: teruskan………, oh…ya; lalu/
kemudian; ya….ya…..;hem…..hem
b.
Bentuk
panjang:
saya
memahami……..;saya
menghayati……;saya dapat merasakan…….;saya
dapat mengerti.
2.
Non verbal: anggukan kepala, posisi duduk condong ke
depan, perubahan mimic, memelihara kontak mata.
4.
Restatement( Pengulangan)
Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik
yang digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan
kembali pernyataan konseli yang dianggap penting. Dengan
cara 1). Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan
konseli,
tidak
boleh
menambah
ataupun
mengurangi.
2)intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan
pernyataan konseli.
5.
Reflection of Felling
Reflection Of Felling (pemantukan perasaan) adalah
teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan
atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan konseli. Respon
konselor
didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti
agaknya,
sepertinya,
tampaknya,
rupa-rupanya,
kedengarannya, nada-nadanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan
oleh konselor adalah sebagai berikut:
1. Hindari stereotype
2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien.
3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan
atau sikap konseli secara tepat.
4. Sesuai bahasa yang digunakan dengan kondidi konseli.
6.
Clarification
Clarification (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan
menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor
didahului
oleh
kata-kata
pendahuluan
misalnya:
pada
pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dsb.
7. Paraprashing
Paraprashing
adalah
kata-kata
konselor
untuk
menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli.
Paraphrase yang efektif adalah sbb:
1.
Konseli
menjadi
merasakan
kebersamaan
dengan
pembimbing.
2.
Lebih mengarahkan pembicaraan konseli berikutnya.
3.
Dapat mengecek ketepatan atau kecermatan pembiming
dalam menangani konseli.
Paraphrase yang efektif akan sering diikuti dengan
kata-kaya “ya” atau “benar” secara spontan dari kata-kata
konseli.
1. Paraphrase hanya menyatakan kembali secara lebih
esensial, bantuan untukmemperoleh klasifikasi tambahan
yang cermat.
2. Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas
dibenak konseli atau pemikiran konselor terhadap ucapan
konseli
3. Paraphrase
biasanya
diikuti
dengan
“pernyataan
mengundang pembicaraan terbuka”
8.
Structuring (pembatasan)
Structuring
(pembatasan)
adalah
teknik
yang
digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau
pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dalam konseling. Jenis-jenis structuring
terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
1.
9.
Time limit (pembatasan waktu)
a.
Time limit dari konseli
b.
Time limit dari konselor
2.
Role limit (pembatasan peran)
3.
Problem limit (pembatasan masalah)
4.
Action limit (pembatasan tindakan)
Lead (Pengarahan)
Lead adalah teknik atau ketrampilan yang digunakan
konselor untuk mengarahkan pembicaraan konseli dari satu
hal ke hal yang lain secara langsung. Ketrampilan ni dering
disebut ketrampilan bertanya, karena dalam penggunaannya
hanya menggunakan kalimat-kalimat tanya. Tujuan dari lead
ini adalah mendorong konseli untuk merespon pembicaraan
terutama pada awal-awal pertemuan. Secara umum ada dua
jenis pengarahan(Lead) yaitu lead umum dan lead khusus.
1.
Lead umum
Adalah teknik pengarahan atau pertanyaan yang
memberikan kesempatan kepada konseli untuk bebas
mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan reaksi
atau jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai denagn
keinginan konseli.
2.
Lead khusus
Lead khusus adakah tejnik pengarahan atau
pertanyaan untuk memberikan suatu rekasi atau jawaban
yang tertentu
10.
Silence (diam)
Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi
verbal antara konselor dan konseli dalam proses konseling.
Tujuan dari teknik ini adalah: 1. Memberikan kesempatan
kepada konseli untuk istiahat atau mereorganisasi pikiran dan
perasaannya
atau
mereorgansasi
kalimat
yang
akan
dikemukakan selanjutnya. 2. Mendorong konseli atau
memotivasi konseli untuk mencapai tujuan konseling. Ada 2
jenis silence yaitu silence dari onselor dan silence dari
konseli.
1.
Silence dari konselor
Jenis silence ini terjadi saat pusat komunikasi
berada pada konselor. Pada waktu tertentu, konselor
merespon dengan silence.
2.
Silence dari konseli
Terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada
klien,
yaitu
setelah
konseli
bercakap-cakap
dan
menerima tanggng jawab.
11.
Reassurance (penguatan atau dukungan)
Reassurance adalah ketrampilan atau teknik yang
digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan atau
penguatan terhadap pernyataan positif konseli agar konseli
tersebut menjadi lebih yakin dan percaya diri. Ketrampilan
reassurance juga dapat digunakan untuk mendorong diri
konseli agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam
mengahadapi situasi atau hal-hal yang tidak menyenangkan
bagi konseli tersebut. Ada tiga jenis reassurance yaitu
prediction reassurance, posdiction reassurance, factual
reassurance.
1.
prediction reassurance (penguatan predikssi) adalah
penguatan yang dilakukan oleh konselor terhadap
pernyataan atau rencana positif yang akan dilakukan
konselor.
2.
Penguatan postdiksi adalah pngumpulan atau dukungan
konselo terhadap tingkah laku positif yang telah
dilakukan klien dan tampak berhasil yang diperoleh
dari apa yang dilakukan oleh klien tersebut.
3.
factual
reassurance
digunakan
konselor
merupakan
untuk
penguatan
mengurangi
yang
beban
penderitaan
secara
psikis
konselidengan
cara
mengumpulkan bukti-bukti atau fakta bahwa kejadian
kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa konseli
bila dialami oleh orang lain akan membuat dampak
yang sama atau relative sama dengan apa yang dialami
oleh konseli.
12.
Rejection (penolakan)
Rejection adalah ketrampilan atau teknik yang
digunakan konselor untuk melarang konseli melakukan
rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya
atau orang lain. Secara umum ada dua jenis penolakan yaitu
secara halus dan penolakan secara terang-terang terangan.
13.
Advice (saran atau nasehat)
Advice
adalah
ketrampilan
atau
teknik
yang
digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran
bagi konseli agar konseli dapat lebih jelas, pasti, pasti
mengenai apa yang akan dikerjakan. Secara umum ada tiga
bentuk advise Yaitu advice langsung, advice persuasive dan
advice alternative.
1.
Advice langsung
Advice langsung adalah saran atau nasehat yang
diberikan langsung pada konseli. Berupa fakta jika klien
sama sekali tidak mempunyai informasi tentang fakta
yang konseli.
2.
Advice persuasive adalah saran atau nasehat yang
diberikan
konselor
bilamana
konseli
telah
mengemukakan alas an-alasan yang logis dan dapat
diterima dari rencana yang dilakukan.
3.
Advice alternative
Advice alternative adalah nasihat atau saran yang
diberikan konselor setelah konseli mengetahui kelebihan
dan kelemahan setiap alternative.
14.
Summary (ringkasan atau kesimpulan)
Summary (kesimpulan) adalah teknik yang digunakan
konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenal apa
yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi
konseling.summary terdiri dari dua jenis yaitu summary
bagian dan summari akhir.
1. Summary bagian
Merupakan kesimpulan yang dibuat setiap saat dari
percakapan konseli dengan konselor yang dipandang
penting . untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata
pendahuluan, sperti misalnya: sementara ini,,,,,,,.sampai
saat ini………, sejauh ini,……., selama ini.
2. Summary akhir
Summaru akhir merupakan kesimpulan yang dibuat
pada akhir omunkasi konseling, sbagai kesimpulan
keseluruhan pembicaraan. Bentuk esimpulan yang dibuat
pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan
keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir itu
misalnya : sebagai puncak pembicaraan………..,sebagai
penutup pembicaraan kita……., dari awal hingga akhir
pembicaraan kita……..
15.
Konfrontasi (pertentangan)
Konfrontasi adalah ketrampilan atau teknik yang
digunakan oleh konselor untuk menunjukkan adanya
kesenjangan, deskrepansi atau inkronguensi dalam diri
konseli dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada
konseli. Kesenjangan itu terjadi:
16.
Interpretasi (Penafsiran)
Interpretasi adalah ketrampilan atau teknik yang
digunakan oleh konselor dimana berarti atau karena tingkah
laku konseli ditafsirkan atau diduga dan dimengerti dengan
dikomunikasikan pada konseli. Dalam interpretasi konselor
menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata
klien atau dibelakang perbuatan atau tidaknya yang telah
diceritakannya. Tujuan dari interpretasi adalah membantu
klien lebih memahami diri sendiri bilamana konseli bila mana
bersedia mempertimbangannya dengan pikiran terbuka.
17.
Termination (pengakhiran)
Termination (pengakhiran) adalah ketrampilan atau
teknik
yang
digunakan
konselor
untuk
mengakhiri
komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan
pada pertemuan berikutnya maupun mengakhiri karena
komunikasi konseling betul-betul telah “berakhir”. Cara
pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya
konselor merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan,
membuat kesimpulan akhir, membicarakan tugas-tugas
yang hendak dilakukan sebelum pertemuan yang akan
datang, dan dapat dilakukan secara langsung, misalnya
konselor menunukkan pembatasan waktu (time limid)
konseling yang telah disepakati pada awal pertemuan.
2.3. Latar Belakang Pendidikan Guru BK
Konselor di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan
BK, (Bimbingan Konseling). Dengan
program sertifikasi BK
dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling
Indonesia. Umumnya bekerja sebagai konselor pendidikan formal
dan non formal. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK
bagi siswanya. www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bkwajib-konselor)
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada
seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Dengan mengikuti
program
akta
IV
bisa
menjadi
guru
BK
di
sekolah.
www.wordpress.com(ketentuan-baru-untuk-guru-bk-wajib-konselor)
Persyaratan Konselor Sekolah sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi
Konselor adalah (1). Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling, dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
(2). Berpendidikan profesi konselor (Kons.) Sekarang ini di beberapa
sekolah banyak yang mempekerjakan guru BK yang berlatar
belakang pendidikan S1 Psikologi yang mengikuti program akta IV
untuk bisa menjadi guru dan masa kerja juga sudah bertahun-tahun.
Menurut Reni ( 2012) sarjana S1 Psikologi hanya mampu
melakukan assesment dan alat pengukuran psikologi, mampu
mengembangkan dan melakukan intervensi psikologis pada siswa,
mampu melakukan pelatihan yang diperlukan untuk pengembangan
guru dalam menangani siswa, mampu melakukan konsultasi yang
berkaitan dengan institusi sekolah dan sistem pendidikan yang ada di
sekolah, mampu mengembangakan komunikasi yang baik dengan
siswa dan orang tua siswa, mampu mengembangkan relasi sosial dan
keterampilan sosial, mampu melakukan penelitian terapan psikologi.
Sedangkan guru BK itu mempunyai keahlihan dalam melakukan
konseling di pendidikan formal maupun non formal. Dengan
demikian sangat jelas sekali jika sarjana S1 psikologi tidak bisa
menjadi guru BK di sekolah-sekolah dikarenakan hanya ahli dalam
penguasaan ahli ukur psikologis dan tidak bisa melakukan konseling.
Sedangkan lulusan sarjana S1 BK mereka bisa bekerja di lingkup
pendidikan baik formal maupun non formal, guru BK tahu
bagaimana dia mengajar, mendidik dan membimbing para peserta
didiknya untuk mengoptimalkan potensi para peserta didik yang
berguna untuk dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat umum
baik bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.
Menurut Reni (2012) para lulusan sarjana S1 Psikologi harus
membuka tempat praktek kerja sendiri dan paling terpenting lagi
background guru yang berlatar belakang S1 Psikologi bukan dari
pendidikan, jadi kurang berpengalaman dalam cara mendididik,
mengajar dan memberikan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan
karir kepada para peserta didik. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK
bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal,
karena background S1 Bimbingan konseling adalah pendidikan.
2.4. Penelitian Yang Relevan
Hasil kompetensi guru yang telah tersertifikasi terhadap
kinerja guru menyatakn bahwa ada hubungan yang relevan dengan
arah positif 0,62 antara kompetensi guru yang tersertifikasi terhadap
kinerja guru BK SMP di sekitar Kota Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru
yang sudah tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan
Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru
adalah 39% dan 60,4% ditentukan oleh faktor lain.
Untuk kompetensi guru yang belum tersertifikasi ada
hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi
sertifikasi guru yang belum tersertifikasi terhadap kinerja guru SMP
di sekotar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang belum tersertifikasi
SMP N di sekitar Kota Kecamatan Lembang kabupaten Bandung
barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 62% dan 38% ditentukan
oleh faktor lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Endang Kusmaryani
(2010) yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan konseling
selama ini hanya sebagian guru BK (47%) yang menggunakan
keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru BK yang lain
(53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara
optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian,
sebagian besar guru BK bekerja sebagai guru BK lebih dari 10
tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang
pendidikan BK.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrowi (2010) di
Solo
bahwa penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling
secara rinci juga dijelaskan sebagai berikut: (1) keterampilan
penyambutan dan memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1
orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2)
keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi
9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan
merefleksi konseli , nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai ratarata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara,
nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang
diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75,
nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan
mengintrepretasi , nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai ratarata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai
tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5,28.
2.5. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Ada perbedaan secara
signifikan dalam penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan
latar belakang pendidikan pada guru BK SMP di Kota Salatiga”
Download