BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengertian

advertisement
167
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis terdiri dari tiga kata yaitu
kemampuan, komunikasi dan matematis. Menurut kamus besar bahasa
indonesia (KBBI, 2003), kemampuan adalah kesanggupan, komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita yang dilakukan oleh
dua orang tau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan
matematis adalah hal yang bersangkutan dengan matematika atau bersifat
matematika.
Jadi,
kemampuan
komunikasi
matematis
adalah
kesanggupan seseorang dalam menyampaikan pesan sehingga pesan
tersebut dapat dipahami dan pesan tersebut bersifat matematika atau
bersangkutan dengan matematika.
Secara umum komunikasi (Susanto, 2013) dapat diartikan sebagai
suatu cara menyampaikan pesan ke penerima pesan untuk memberitahu
suatu pendapat atau perilaku baik secara konvensional atau tidak
konvensional. Secara konvensional yaitu dalam bentuk lisan dan secara
tidak konvensional melalui media, seperti : koran, majalah, dll. Makna
lain dari komunikasi sendiri adalah berbagi, bertukar pendapat atau ide
dan gagsaan, perasaan, informasi dan sebagainya.
6
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
Everett M Rogers (Majid, 2013), mendefinisikan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima
dengan maksud mengubah tingkah lakunya. Dalam penyampaian ide
tersebut, proses pengalihan infomasi seseorang tersebut dengan yang
lainnya berbeda-beda. Penyampaian ide tersebut dapat dinyatakan secara
jelas, maupun implisit dengan simbol-simbol, notasi-notasi ataupun
lambang-lambang yang memerlukan interprestasi yang lebih dalam.
Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk
mempelajari matematika karena melalui komunikasi siswa dapat
memperjelas, memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario
Ministry of Education, 2010).Sejalan dengan yang diungkapkan
Yudhanegara dan Lestari (2015: 83) kemampuan komunikasi matematis
adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan suatu gagasan/ide
matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta dalam memahami dan
menerima gagasan/ide matematis orang lain dilakukan secara cermat,
analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat pemahaman.
Kegiatan-kegiatan dalam proses berkomunikasi hendaknya perlu
diperhatikan sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis. Apek penting tersebut yaitu koneksi,
represntasi, membaca, menulis, mendengar. Susanto (2013) menuturkan
lebih lanjut kelima aspek tersebut dalam komunikasi yaitu:
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
a. Representasi (representing) adalah suatu bentuk transformasi dari
suatu gagasan atau dalam penyelesaian masalah dari suatu bagan,
grafik atau tabel kedalam simbol atau kata-kata.
b. Mendengar (listening), siswa dapat menangkap maksud serta mampu
memberikan respon apabila ia mendengar secara seksama ide-ide
yang diutarakan oleh temannya.
c. Membaca (reading), merupakan sebuah kemampuan yang kompleks,
dimana
didalamnya
terdapat
aspek
mengingat,
memahami,
membandingkan, menemukan, menganalisis, mngorganisasikan, dan
akhirnya menjelaskan atri yang terkandung dari apa yang ia baca.
d. Diskusi (discussing), merupakan kegiatan bertukar pikiran mengenai
suatu masalah. Diskusi merupakan langkah lebih lanjut dari
membaca
dan
mendengar.
Siswa
akan
mampu
berdiskusi
menyampaikan ide-idenya ataupun mengevaluasi hasil ide dari
temannya dengan baik apabila ia telah mampu membaca dan
mendengar sebagai prasyarat diskusi.
e. Menulis (writing) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengungkapkan dan merefleksikan ide ataupun ide ataupun gagasan
yang dituangkan melalui tulisan.
Menurut Umar (2012) upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat berkembang, yaitu : (a) pemberian
sebuah soal yang berbentuk open-ended task, dengan menggunakan tipe
soal seperti ini memungkinkan siswa untuk menunjukan proses dan
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
mejelaskan alasan pengerjaannya (Cai,1996), (b) melalui model
pembelajaran cooperative learning, (Nodding dalam Baroody, 1993;
Artzt, 1996), (c) dan melalui penggunaan metode proyek (Wanda, 1997).
Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan
ide-ide dan pemahaman matematika secara tulisan maupun lisan
menggunakan bilangan, simbol, gambar, maupun grafik serta kemampuan
siswa dalam memberikan suatu argumentasi untuk memecahkan masalah
secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat
pemahaman. Guna mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa,
perlu adanya indikator untuk mengukurnya. Sesuai dengan definisi
kemampuan
komuikasi
matematis,
maka
indikator
kemampuan
komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menyatakan simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik kedalam
ide matematika.
b. Menyatakan dan mengilustrasikan dari ide matematika kedalam
bentuk simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
2. Model Kooperatif Tipe Structured Numbered Heads (SNH)
Model kooperratif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah
suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru
kepada siswa secara terstruktur. Dalam SNH, siswa belajar melaksanakan
tanggung jawab pribadinya dalam hubungan dengan rekan-rekan
kelompoknya. Model kooperatif SNH ini turunan atau modifikasi dari
model
kooperatif
tipe
NHT(Numbered
Head
Together)
yang
dipopulerkan oleh Spencer Kagan(Lie, 2008:60).
Menurut Lie (2008:60) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe kepala bernomor struktur yaitu:
a. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapatkan nomor.
b. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas masing-masing
sesuai nomornya. Misalnya, siswa denagn nomor 1 bertugas
membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data yang
mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2
bertugas mencari penyelesaian soal dan siswa dengan nomor 3
mencatat dan melaporkan hasil dari kerja kelompoknya.
c. Jika diperlukan, untuk soal-soal yang lebih sulit, guru juga bisa
mengadakan kerjasama antar kelompok. Siswa bisa keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama kelompok yang lain yang
bernomor sama untuk saling membantu atau mencocokan hasil kerja
mereka.
Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dengan membagi peran siswa dalam
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat, pemecah masalah, dan
penyampai hasil diskusi. Tipe ini menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam penugasan materi, walaupun setiap siswa
memiliki tugasnya masing-masing. Langkah-langkah pembelajaran model
kooperatif tipe SNH sebagai berikut (Huda, 2013):
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa dengan karakteristik heterogen.
b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut.
c. Guru menjelaskan peraturan dalam pembelajaran yang akan
dilakukan. Dalam mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya.
Misalnya, siswa nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan
benar dan mengumpulkan data dan mengumpulkan data yang ada
kaitanya dengan penyelesaian soal, siswa nomor urut 2 bertugas
mencari penyelesaian soal, dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan
melaporkan hasil kerja kelompok.
d. Guru membagikan tugas kelompok kepada setiap kelompok.
e. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan dari kelompok lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian Structured Numbered
Heads adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam
kelompok belajar dengan memberikan penugasan tugas pada setiap
nomor yang didapatkan siswa, dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4
orang siswa secara heterogen.
b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut.
c. Guru menjelaskan peraturan dalam proses berdiskusi. Dalam
mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya. Misalnya, siswa
nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan
mengumpulkan data yang ada kaitanya dengan penyelesaian soal,
siswa nomor urut 2 bertugas mencari penyelesaian soal, dan siswa
dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
d. Pemberian LKK (Lembar kerja kelompok) kepada setiap kelompok.
e. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok
lain yang tidak presentasi memberikan tanggapan.
3. Model Lasswell Communication
Menurut Per (2009) model Lasswell Communication merupakan
model yang cukup tua dan salah satu model yang dianggap sebagai “salah
satu model komunikasi yang paling awal dan paling berpengaruh” tandas
Shoemaker,dkk(Wenxiu, 2015). Namun, walaupun model ini sudah
cukup tua model ini diakui cukup baik. Model Lasswell lebih difokuskan
pada apa yang dikomunikasikan dan pada proses komunikasi. Menurut
Lasswell (Lasswell,1948) cara yang terbaik dalam menerangkan proses
komunikasi melalui menjawab pernyataan: “Who, Says What, In Which
Channel, To Whom, and Whit What Effect”.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
Analsis dari kelima unsur Lasswel tersebut adalah :
a. Who? (siapa/sumber)
Sumber atau komunikator adalah pelaku untama/pihak yang
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai
suatu komunikasi. Model komunikasi ini dalam proses pembelajaran
who? (siapa?) disini adalah guru.
b. Says what?(pesan)
Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada
penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi
informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal
yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud dari sumber.
Maksudnya aadalah materi yang disampaikan oleh guru kepada
peserta didik.
c.
In which channel? (saluran/media)
Media/alat
untuk
menyampaikan
pesan
dari
komunikator(sumber) kepada komunikan (penerima). In whit
channel disini adalah media yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi kepada peserta didik.
d. To whom? (untuk siapa/penerima)
Orang/kelompok yang menerima pesan dari sumber. Peserta
didiklah yang berperan sebagai penerima pesan.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
e. With what effect?(dampak/efek)
Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah
menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya
pengetahuan dll. With what effect yaitu pengaruh yang ditimbulkan
oleh guru kepada peserta didik setelah menyampaikan materi yang
disampaikan. Yaitu dengan mengevaluasi hasil belajar yang telah
disampaikan dengan pemberian soal kuis.
Sedangkan menurut Per (2009) unsur-unsur pada model Lasswell
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Unsur-Unsur Model Lasswell Menurut Per(2009)
Who ?
Says
what?
Communicator
In the what To
channel?
Whom?
With
what
effect?
Channel
Effect
Messages
Receiver
Berikut penjelasan unsur-unsur dari tabel diatas :
Tabel 2.2 Penjelasan Unsur-Unsur Lasswell Menurut Per(2009)
Komponen
Siapa
Mengatakan apa
Dimanakah saluran
Kepada siapa
Dengan efek apa
Arti
Komunikator atau pengirim atau sumber
pesan
Isi dari pesan
Media
yang
digunakan
untuk
mengkomunikasikan
Penerima pesan atau penonton
Umpan dari penerima ke pengirim.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
4. Model Kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan
strategi Lasswell Communication
Structured Numbered Heads (SNH) merupakan model kooperatif
yang dimodifikasi dari Numbered Head Together (NHT). Dalam SNH,
siswa dituntut untuk belajar melaksanakan tanggungjawab pribadinya
dalam hubungan dengan rekan-rekan kelompoknya (Lie, 2008: 60).
Sejalan dengan yang diungkapkan Jannah, dkk (2013) menyatakan bahwa
model pembelajaran SNH merupakan suatu model pembelajaran yang
membuat siswa tidak hanya bergantung dengan teman kelompok dalam
meyelesaikan tugasnya.
Model kooperatif tipe SNH strategi Lasswell Communication
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah
SNH dengan dikombinasi menggunakan unsur-unsur dari Lasswell
Communication,
adapun
tahap-tahap
SNH
strategi
Lasswell
Communication adalah sebagai berikut :
a. Guru melakukan apersepsi.
b. Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari.
c. Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4
siswa sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dengan aturan siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor urut 1-4. Penugasan
diberikan kepada siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangakai. Misalnya: siswa nomor satu bertugas membaca soal
dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari
penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil
kerja kelompok.
d. Guru membagikan alat peraga dan LKK (Lembar Kerja Kelompok)
pada setiap kelompok.
e. Siswa mendiskusikan LKK yang telah disediakan pada kelompok
kecilnya.
f. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
g. Perwakilan dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas dan bagi kelompok yang tidak presentasi memberikan
pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok pemresentasi. Aturan
dalam mempresentasikan adalah memanggil nomor. Siswa dengan
nomor yang bersangkutan melapokan hasil diskusi.
h. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan memberikan penguatan
atas jawaban siswa.
i. Siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri.
j. Guru memberikan sebuah kuis kepada siswa untuk mengetahui
dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan.
Perbedaan yang terlihat dari pembelajaran SNH dengan SNH
berstrategi Lasswell Communication adalah adanya kegiatan guru
menyampaikan pokok bahasan yang dipelajari, penyediaan alat peraga,
guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
mengerjakan tugas mereka, siswa membuat kesimpulan dengan bahasa
mereka sendiri dan pemberikan sebuah kuis kepada siswa untuk
mengetahui dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan.
B. Penelitian Relevan
1. Berdasasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoidah (2013), siswa
sebelum terkena tindakan hanya 14,7% yang mempunyai keberanian
presentasi didepan kelas. Namun, ketika peneliti menerapkan model
Lasswel siswa berangsur-angsur mengalami kenaikan. Berdasarkan
tindakan siklus I, siswa yangberani presentasi di depan kelas sebanyak
50% dan pada siklus ke II, siswa yang berani presentasi didepan kelas
sebanyak 76,47%. Presentasi didepan kelas merupakan bagian dari
indikator kemampuan komunikasi matematis siswa.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shalikhah (2015) bahwa model
SNH dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi belajar lebih baik
dari pada model NHT maupun model klasikal dengan pendekatan
saintifik.
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhaedi (2012), bahwa
dengan mengaitkan permasalahan suatu kejadian atau peristiwa nyata
akan membuat siswa dapat melatih kemampuan komunikasinya. Hal ini
karena permasalahan nyata membuat siswa terbiasa untuk bebas berpikir
dan berani berpendapat, sehingga siswa dapat berdiskusi dan melakukan
refleksi serta dapat memperbaiki pemahaman yang dimilikinya.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
4. Penelitian ini dilakukan oleh Husna, dkk (2013), bahwa secara sigifikan
kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model TPS lebih
baik dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional, ditinjau
dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa.
5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darkasyi, dkk(2014) bahwa,
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan penerapan pendekatan quantum learing lebih baik
dari
pada
siswa
yang
memperoleh
pembelajaran
konvensional.
Pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi positif berupa
pertanyaan-pertanyaan
pemicu
bagi
tumbuhnya
kemauan
dan
kemampuan berkomunikasi siswa sehingga memungkinkan siswa dapat
berkomunikasi dengan baik.
C. Kerangka Pikir
Model kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah tipe
pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan
memberikan penugasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa.
Strategi Lasswell Communication merupakan strategi yang memuat lima
unsur yaitu “Who, Says What, In Which Channel, To Whom, and With What
Effect”. Penerapan SNH akan lebih baik jika dibantu dengan Lasswel dan
diyakini perpaduan antara pebelajaran kooperatif dengan kelima unsur
tersebut dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa.
Yang
pertama,
SNH
adalah
pembelajaran
kooperatif
dengan
pembentukan kelompok kecil dan kegiatan berdiskusi serta presentasi pada
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
model ini dapat menjadikan siswa secara aktif memberikan gagasan-gagasan
yang dimiliki siswa. Model SNH adalah model yang menuntut setiap anggota
kelompok bekerja dan menjadikan kegiatan perkelompokan berjalan dengan
baik tanpa ada satu pun yang pasif. Siswa dapat berinteraksi satu sama lain
karena terjadi kegiatan mendengarkan, berdiskusi dan menulis. Kegiatan
mendengar terjadi ketika salah satu siswa bertugas membaca soal dengan
benar dan pada saat proses berkelompok. Berdiskusi terjadi ketika siswa
mendiskusikan dari hasil penugasan masing-masing siswa dan menulis
adalah bagian dimana siswa bertugas mencatat hasil kerja kelompok. Menulis
juga dilakukan setelah diskusi besar yaitu siswa membuat kesimpulan dengan
bahasa mereka sendiri karena terdapatnya unsur Lasswel yaitu whit what
effect.
Kedua, pemberian tugas secara kelompok (LKK) dan media atau alat
peraga yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Penggunaan alat
peraga diharapkan bisa menjadi sarana pendukung untuk mempermudah
siswa dalam menyelesaiakan soal-soal yang terdapat pada LKK. Soal LKK
yang digunakan adalah soal berbentuk uraian. Media/alat peraga diharapkan
membantu menjembatani atau untuk memodelkan dari benda nyata kedalam
bahasa, simbol, ide atau model matematika. Soal uraian dan penggunaan
proyek merupakan bagian dari upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan
komunikasi matematis siswa dapat berkembang.
Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
merupakan salah suatu penerapan dari materi. Ketika siswa menggunakan
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
alat peraga, siswa akan lebih mudah menyelesaiakan soal yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Alat peraga merupakan contoh yang nyata, dan
merupakan gambaran dari bentuk yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, ketika siswa dihadapkan pada soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa akan lebih mudah memahaminya dan menyelesaikannya
dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan strategi Lasswell Communication
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan dan kerangka pikir
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kemampuan komunikasi matematis
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan
strategi Lasswell Communication dikatakan berpengaruh jika, lebih baik dari
pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
Pengaruh Model Pembelajaran…, Nita Zainatul Faqiroh, FKIP, UMP, 2017
Download