perencanaan pola komunikasi pemasaran terpadu untuk festival

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERENCANAAN POLA KOMUNIKASI PEMASARAN
TERPADU UNTUK FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh
Marselinus
152222115
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERENCANAAN POLA KOMUNIKASI PEMASARAN
TERPADU UNTUK FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA DALAM MENINGKATKAN
KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
TESIS
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN
MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan oleh
Marselinus
152222115
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan kasih-Nya sehingga proses penulisan tesis dengan judul “Perencanaan
Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Festival dan Acara Budaya dan
Kesenian di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Meningkatkan Jumlah
Wisatawan Mancanegara” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan
tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar
strata dua (S-2) pada Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma.
Mulai dari awal proses kuliah sampai pada selesainya penyusunan tesis ini,
penulis mendapatkan begitu banyak bantuan, dorongan, dan bimbingan dari
berbagai pihak dalam bentuk moril dan materil. Maka dari itu, pada kesempatan
yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D, selaku Kepala Prodi MM USD
yang sudah banyak memberikan ilmu dan motivasi mulai sejak komunikasi
melalui telepon sebelum sebelum penulis mendaftar di MM USD, dalam proses
belajar hampir dua tahun, dan sampai pada selesainya penyusunan tesis ini.
2.
Ibu Ike Janita Dewi, MBA, Ph.D., selaku dosen pembimbing tesis yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Selain
materil, penulis juga mendapat banyak pengalaman melalui keterlibatan kerja
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
praktis di lapangan, dan diberi kesempatan berinteraksi langsung dengan pihak
pemerintah, pelaku industri pariwisata dan penyelenggara events internasional di
DIY, baik sebelum maupun sepanjang proses penelitian tesis ini.
3.
Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran pada saat
seminar proposal dan ujian kolokium hasil tesis.
4.
Bapak/Ibu Dosen MM USD Drs. A. Triwanggono, MS., Dr. C. Wahyu Estining
Rahayu, M.Si., Dr. Titus Odong Kusumajati, MA., Dr. Lukas Purwoto, M.Si., Dr.
Fransisca Ninik Yudianti, M.Acc., QIA., Dr. J. Haryatmoko, SJ., YB Cahya
Widianto, M.Si., Ph.D., dan semua dosen MM USD yang telah memberikan
banyak ilmu dengan pendekatan humanis selama proses belajar mengajar di MM
USD. Serta segenap staf MM USD yang sudah banyak membantu dan kerjasama
dalam berbagai keperluan dan kegiatan yang penulis lakukan.
5.
Ayahanda Buntu Paillin, Ibu Tudang, Ibu angkat/tante Hadinah, S.Sos., adik
Wirdiana, Drisna Lestari, dan Herlina Limbong Bamba, serta semua keluarga
besar yang selalu mendoakan dan terus memberikan dukungan materil, motivasi,
dan inspirasi tanpa henti.
6.
Dinas Pariwisata DIY hususnya Bapak Drs. Imam Pratanadi, MT., Ibu Dra. Putu
Kertiyasa, dan Bapak Jufri, S.Pt.; Pengurus ASITA DIY khususnya Bapak Herry
Rudyanto; dan Pelaku Events di DIY yaitu Bapak Heri Pemad dan Bapak
Bambang Paningron yang telah membantu memberikan informasi selama proses
penelitian di lapangan.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7.
Frater Kongregasi HHK khusunya Frater Bernadus Raba, Rui Da Costa, Rino
Mauk, dan Wempirius Mauk yang telah mengisinkan tinggal di biara Frater HHK
Yogyakarta selama proses belajar.
8.
Rekan-rekan mahasiswa MM USD angkatan IV tanpa terkecuali yang telah
menemani dalam berjuang dengan berbagai dinamika dan proses kebersamaan
sebagai suatu keluarga yang akan selalu melekat di hati penulis.
9.
Evangelinus Trimono, Jeremi Jonathan Joenan dan semua rekan-rekan tanpa
terkecuali yang telah memberikan banyak bantuan secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis dalam proses kuliah sampai selesainya tesis ini.
Tesis ini dan gelar yang akan diraih dari proses kuliah di MM USD, penulis
persembahkan untuk almarhum Arruan Magrita (Ibu kandung penulis) yang telah
dipanggil Tuhan sejak penulis masih kecil. Penulis ingin memotivasi semua
generasi muda yang ditinggal orang tua sejak dini, bahwa kesuksesan dalam
pendidikan dan kehidupan diraih dengan bermodal minat, nekat, kerja dan doa.
Melalui penulisan tesis ini, diharapkan dapat memberikan informasi,
referensi, dan rekomendasi implikasi manajerial. Dengan segala keterbatasan,
penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang dan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Mei 2017
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...............................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................
iii
PERNYATAAN ORIGINALITAS ...............................................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .....
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
ABSTRAK ......................................................................................................
xv
ABSTRACT ....................................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................
8
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................
8
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ....................................................
10
1.4. Sistematika Penulisan ...............................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................
12
2.1. Teori ..........................................................................................................
12
2.1.1. Pengertian Pariwisata dan Event ............................................................
13
2.1.2. Pengertian Branding...............................................................................
14
2.1.3. Pengertian Product .................................................................................
18
2.1.4. Pengertian Price .....................................................................................
19
2.1.5. Pengertian Place.....................................................................................
21
2.1.6. Pengertian Komunikasi Pemasaran Terpadu .........................................
24
2.1.7. Pengertian Pemasaran Internet (Internet Marketing) .............................
34
2.1.8. Pengertian Efektivitas ............................................................................
38
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.9. Komunikasi Pemasaran Berdsarkan DOT, BAS, dan POSE .................
40
2.2. Penelian Terdahulu....................................................................................
42
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
45
3.1. Desain Penelitian .......................................................................................
45
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................
46
3.3. Pemilihan Narasumber ..............................................................................
47
3.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................................
48
3.4.1. Observasi Dokumen ...............................................................................
49
3.2.. Wawancara Mendalam .............................................................................
49
3.5. Metode Analisis Data ................................................................................
50
3.5.1. Analisis Wawancara dan Observasi Dokumen ......................................
51
3.5.2. Evaluasi Efektivitas Pola Komunikasi Pemasaran Events di DIY ........
52
3.5.3. Perancangan Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu
untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian di DIY .................................
53
BAB IV POLA KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL DAN
ACARA BUDAYA DAN KESENIAN DI DIY SAAT INI .........................
54
4.1. Visi, Misi dan Pemilihan Target Pasar Pariwisata DIY ............................
54
4.2. Promosi Festival dan Acara Budaya dan Kesenian (Events) di DIY ........
60
4.2.1. Promosi Produk Events DIY secara langsung di Events
Internasional .....................................................................................................
60
4.2.2. Promosi Produk Events DIY melalui Media Komunikasi .....................
68
4.3. Dinas Pariwisata DIY melakukan Monitoring dan Evaluating.................
78
BAB V EVALUASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
PEMASARAN FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DIY ............................................................................
81
5.1. Evaluasi Keselarasan Target Pasar dengan Pemilihan Tempat Promosi ..
81
5.2. Evaluasi Penggunaan Frame DOT, BAS, POSE, dan POP untuk
Festival dan Acara Budaya dan Kesenian di DIY ............................................
86
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2.1. Evaluasi Strategi DOT (Destination, Origin, Time) untuk
Events di DIY ...................................................................................................
87
5.2.2. Evaluasi Strategi BAS (Branding, Advertising, Selling) untuk
Events di DIY ...................................................................................................
90
5.2.3. Evaluasi Strategi POSE (Paid Media, Owned Media,
Social Media, Endorser) Events di DIY ..........................................................
92
5.2.4. Evaluasi Strategi POP (Pre Event, On Events, Post Events)
Events di DIY ...................................................................................................
95
5.3. Evaluasi Penggunaan dan Keterpaduan Antar Media Komunikasi
untuk Komunikasi Pemasaran Events di DIY. .................................................
96
5.3.1. Evaluasi berdasarkan Media Komunikasi yang Digunakan...................
96
5.3.2. Evaluasi Kesamaan Konten Antar Media Komunikasi ..........................
110
5.3.3 Evaluasi Keselarasan Pemilihan Media Komunikasi dengan
Media Populer pada Target Pasar Wisatawan Mancanegara ...........................
112
5.3. Evaluasi Keberadaan Monitoring dan Evaluating untuk Events di DIY ..
123
BAB VI PERENCANAAN POLA KOMUNIKASI PEMASARAN
TERPADU UNTUK FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA DAN
KESENIAN DI DIY .......................................................................................
128
6.1. Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Festival dan
Acara Budaya dan Kesenian dengan Strategi DOT, BAS, POSE dan POP ....
128
6.1.1. Strategi DOT (Destination, Origin, dan Time) ......................................
129
6.1.2. Strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling) ...............................
133
6.1.3. Strategi POSE (Paid Media, Owned Media, Social Media,
dan Endorser) ...................................................................................................
145
6.1.4. Strategi POP (Pre Event, On Event, dan Post Event). ...........................
156
6.2. Kesimpulan ...............................................................................................
160
6.3. Implikasi Hasil Penelitian .........................................................................
163
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
164
LAMPIRAN: Transkip Wawancara Narasumber dan Izin Penelitian ....
169
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Grafik Jumlah Wisatawan Mancanegara ke DIY ...................
4
Gambar 1.2. Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara ke DIY ........................
4
Gambar 1.3. Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara DIY
4
Gambar 1.4. Grafik Jumlah PAD dari Sektor Pariwisata............................
5
Gambar 4.1. Grafik Pringkat Wisatawan Mancanegara DIY 2015 ............
59
Gambar 4.2. Tampilan Website Dinas Pariwisata DIY ..............................
69
Gambar 4.3. Kalender events DIY tahun 2016 ...........................................
70
Gambar 4.4. Akun Instagram Visitingjogja ................................................
71
Gambar 4.5. Akun Twitter Visitingjogja ....................................................
72
Gambar 4.6. Akun Facebook Visitingjogja.................................................
73
Gambar 4.7. Akun Youtube Visitingjogja ..................................................
74
Gambar 4.8. Aplikasi Mobile Visiting Jogja ..............................................
75
Gambar 4.9. Ilustrasi Majalah Kabare, Lionmag, Travelounge, Colours ...
77
Gambar 5.1. Hasil Analisis Kinerja Web Dinas Pariwisata DIY ................
98
Gambar 5.2. Hasil Analisis Web Dinas Pariwisata DIY Berdasarkan
Jumlah Pengunjung .....................................................................................
99
Gambar 5.3. Jumlah Pencarian Events melalui Google ..............................
101
Gambar 5.4. Jumlah Pencarian Events melalui TripAdvisor ......................
102
Gambar 5.5. Jumlah Pencarian Events melalui Youtube ............................
103
Gambar 5.6. Akun Semua Media Sosial Dinas Pariwisata DIY .................
105
Gambar 5.7. Jumlah Jumlah Pengunduh dan Reting Aplikasi Mobile
Pariwisata DIY ...........................................................................................
108
Gambar 5.8. Konten Promosi Media Facebook Milik Dispar DIY ............
111
Gambar 5.9. Konten Promosi Media Twitter Milik Dispar DIY ................
111
Gambar 5.10. Konten Promosi Media Instagram Milik Dispar DIY ..........
111
Gambar 5.11. Konten Promosi Events Media Website Milik Dispar DIY .
112
Gambar 5.12. Total Populasi Dunia dan Pengguna Media Internert ..........
112
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 5.13. Populasi dan platforms media yang digunakan di Belanda..
116
Gambar 5.14. Populasi dan platforms media yang digunakan di Jepang....
117
Gambar 5.15. Populasi dan platforms media yang digunakan di
Malaysia.. ....................................................................................................
119
Gambar 5.16. Populasi dan platforms media yang digunakan di Perancis .
120
Gambar 5.17. Populasi dan platforms media yang digunakan di
Singapura ....................................................................................................
122
Gambar 6.1. Strategi Destination, Origin dan Time ...................................
129
Gambar 6.2. Identifikasi Pasar berdasarkan Origin ....................................
131
Gambar 6.3. Contoh Waktu Pelaksanaan Events Internasional Kemenpar
132
Gambar 6.4. Strategi Promosi dengan Konsep BAS ..................................
134
Gambar 6.5. Branding Jogja Istimewa ........................................................
135
Gambar 6.6. Jogja International Street Performance 2016 .........................
138
Gambar 6.7. Jogja Fashion Week 2016 ......................................................
139
Gambar 6.8. Art Jog 2016 ...........................................................................
139
Gambar 6.9. Jogja Air Show 2016 ..............................................................
140
Gambar 6.10. Jogja International Heritage Walk 2016...............................
140
Gambar 6.11. Jogja International Batik Biennale 2016 ..............................
141
Gambar 6.12. Maliboro Night Festival 2016 ..............................................
141
Gambar 6.13. Jogja Asia Tri Jogja 2016 .....................................................
142
Gambar 6.14. Peran Pemangku Kepentingan Secara Sinergi .....................
144
Gambar 6.15 Implementasi Media denga Konsep POSE ...........................
146
Gambar 6.16. Endorser asal Belanda ..........................................................
152
Gambar 6.17. Endorser asal Jepang ............................................................
153
Gambar 6.18. Endorser asal Malaysia ........................................................
154
Gambar 6.19. Endorser asal Perancis ..........................................................
155
Gambar 6.20. Endorser asal Singapura .......................................................
156
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Promosi Luar Negeri yang diikuti DIY pada Tahun 2016 .........
61
Tabel 4.2. Media Iklan Berbayar untuk Promosi Events DIY tahun 2016 .
76
Tabel 5.1. Evaluasi Keselarasan Target Pasar dengan Pemilihan Tempat
Promosi .......................................................................................................
82
Tabel 6.1. Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu untuk Festival dan
Acara Budaya dan Kesenian atau Events di DIY........................................
161
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Tujuan pertama adalah untuk
mengetahui pola komunikasi pemasaran untuk festival dan acara budaya dan
kesenian (events) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tujuan kedua adalah
untuk mengevaluasi efektivitas pola komunikasi pemasaran untuk events di DIY.
Tujuan ketiga adalah untuk merancang pola komunikasi pemasaran baru yang
lebih efektif untuk events di DIY. Rancangan Pola komunikasi pemasaran baru
yang lebih efektif untuk events diharapkan dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan mancanegara ke DIY.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
studi kasus pada Dinas Pariwisata DIY. Pemilihan narasumber menggunakan
metode Purposive Sampling. Teknik analisis data menggunakan Content Analysis,
Common Theme Approach, dan Emic Approach.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada pola khusus yang
digunakan oleh Dinas Pariwisata DIY untuk komunikasi pemasaran untuk events
di DIY. Komunikasi pemasaran untuk events di DIY masih digabungkan dalam
kegiatan komunikasi pemasaran produk-produk pariwisata DIY lainnya. Pola
komunikasi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY selama ini yaitu
melakukan promosi langsung pameran internasional secara langsung di dalam
negeri dan luar negeri, memasang iklan di media cetak majalah dan TV Bandara,
dan melakukan komunikasi melalui media internet yaitu website, media sosial,
dan aplikasi mobile. Evaluasi efektivitas menunjukkan bahwa komunikasi
pemasaran untuk events di DIY belum efektif karena dipengaruhi beberapa faktor
yaitu pemilihan beberapa tempat promosi tidak sesuai dengan target pasar
pariwisata DIY; konten mengenai events yang ditampilkan dalam pameran
internasional dan iklan berbayar yang dipilih jumlahnya sangat sedikit; konten
mengenai events yang dikomunikasikan belum terpadu atau belum sesuai antara
satu media dengan media yang lain; dan konten komunikasi events di DIY juga
belum informatif terutama untuk target pasar wisatawan mancanegara.
Berdasarkan hasil analisis, peneliti merekomendasikan pola baru untuk
komunikasi pemasaran yang efektif untuk events di DIY yaitu dengan melakukan
integrasi pemasaran antara pemerintah, komunitas atau pelaku events, dan pelaku
industri pariwisata. Dinas Pariwisata DIY sebaiknya menggunakan pola
komunikasi pemasaran terpadu dengan strategi DOT (Destination, Origin, Time),
BAS (Branding, Advertising, Selling), POSE (Paid Media, Owned Media, Social
Media, Endorsers), dan POP (Pre Event, On Event, Post Events). Strategi-strategi
pada pola baru ini memiliki penjelasan dan rincian masing-masing yang sebaiknya
dilakukan oleh pihak pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan pemasaran
events di DIY yang lebih efektif, bersinergi, dan terintegrasi dalam upaya
meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY.
Kata kunci: pola, komunikasi pemasaran terpadu, events, efektif
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
There were three aims of this research. The first was to find marketing
communication pattern for festivals and culture and art events in Yogyakarta
Special Region (DIY). The second was to evaluate marketing communication
pattern effectiveness for events in DIY. The third was to design a new marketing
communication pattern which is more effective for events in DIY. The more
effective new marketing communication pattern is expected to increase the
number of foreign visitors to DIY.
This research was descriptive qualitative research with case study approach
at Government Tourism Office in DIY. The resource people selection used
Purposive Sampling Method. Data analysis technique used Content Analysis,
Common Theme Approach, and Emic Approach.
Research result showed that there had not been any special pattern used by
Government Tourism Office in DIY for marketing communication for events in
DIY. Marketing communication for events in DIY was still combined with other
tourism product marketing communication events in DIY. Marketing
communication pattern carried out by Government Tourism Office in DIY so far
has been by direct promotion by international exhibition, be it in Indonesia or
abroad, magazine advertising and Airport TV, and by internet communication i.e.
websites, social media, and mobile applications. Effectiveness evaluation showed
that marketing communication in DIY was not effective due to some factors
namely: the advertising spots which were not suitable with the marketing targets
of tourism in DIY, event contents displayed in the international exhibition and
paid advertising which were far from sufficient, communicated event contents
which were not integrated or did not match among the media, and event
communication contents in DIY which were not informative especially for foreign
visitors market target.
Based on analysis result, researcher suggests a new pattern for effective
marketing communication for events in DIY that is by doing marketing integration
between government, communities or event organizers, and tourism industry
business people. Government Tourism Office in DIY should use integrated
marketing communication pattern with the strategies of DOT (Destination,
Origin, Time), BAS (Branding, Advertising, Selling), POSE (Paid Media, Owned
Media, Social Media, Endorsers), and POP (Pre Event, On Event, Post Events).
Those new pattern strategies possess clarification and details which should be
expounded by government and private sectors to create marketing events in DIY
which is more effective, synergized, and integrated to boost the number of foreign
visitors to DIY.
Keyword: Pattern, Integrated marketing Communication, Events, Effective
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Event atau festival merupakan salah satu jenis wisata yang dapat dikelola
dengan baik untuk menjadi tujuan berwisata individu atau kelompok wisatawan.
Portofolio produk wisata dalam buku Laporan Kinerja Kementrian Pariwisata
Tahun 2015, dipetakan menjadi tiga bagian utama yaitu produk wisata alam
(nature), budaya (culture), dan buatan manusia (man made). Events tourism
adalah salah satu bentuk dari produk wisata buatan manusia, yang ada juga
memiliki unsur seni dan budaya. Noor (2009), mendefinisikan event sebagai
kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati hal-hal penting sepanjang
hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat,
budaya, tradisi dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta
melibatkan lingkungan masyarakat yang dilaksanakan pada waktu tertentu.
Sugianto (2014), menyimpulkan bahwa event adalah sebuah kegiatan yang
dirancang dengan tema tertentu yang bertujuan untuk menarik perhatian para
pengunjung agar dapat memahami pesan yang ingin ditampilkan oleh
penyelenggara. Getz (1997) dalam Aesthetika (2012) menyatakan bahwa event
memberikan nilai tambah pada masyarakat sebuah daerah
dan menarik
wisatawan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki 271 festival dan acara budaya
dan kesenian yang terdaftar dalam Calender of Events 2016. Jumlah tersebut
dapat dikelompokkan berdasarkan waktu pelaksanaannya, yaitu Januari 4 events,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Februari 9 events, Maret 16 events, April 16 events, Mei 39 events, Juni 19 events,
Juli 23 events, Agustus 26 events, September 26 events, Oktober 49 events,
November 24 events, dan Desember 20 events. Sejumlah 197 events telah
memiliki tanggal dan tempat pelaksanaannya dan 74 events belum memiliki
tanggal dan tempat pelaksanaan. Events tersebut ada yang bertaraf internasional,
regional, dan lokal. Selain dari jumlah di atas, tentu masih banyak acara-acara lain
yang belum masuk kordinasi Dinas Pariwisata sehingga belum terdaftar dalam
kalender event tahunan DIY.
Banyaknya jumlah events yang dilaksanakan setiap tahunnya di DIY,
diharapkan bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang bisa dikembangkan
untuk mendatangkan sejumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Namun
pada kenyataannya, sejumlah acara tersebut belum memberikan hasil yang
optimal, yaitu menjadi tujuan berkunjung wisatawan nusantara maupun
mancanegara ke DIY.
Dinas
Pariwisata
DIY
selaku
pelaksana
dan
penanggungjawab
kepariwisataan, menyadari bahwa kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke
DIY masih memprioritaskan destinasi-destinasi wisata lainnya, sehingga objek
wisata berbentuk event hanya menjadi persinggahan untuk dihadiri jika
pelaksanaannya bertepatan dengan kunjungan wisatawan ke DIY. Selain itu,
banyak festival dan acara budaya dan kesenian yang informasinya disebarluaskan
melalui media setelah pelaksanaannya. Tidak sedikit festival dan acara budaya
dan kesenian di DIY yang beritanya dimuat di koran lokal atau nasional setelah
pelaksaannya, sehingga masyarakat sebagai calon wisatawan mungkin saja
memiliki ketertarikan mengikutinya, namun informasinya tinggal hasil kegiatan.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pelaksanaan events di DIY, juga belum bisa mendatangkan wisatawan
mancanegara secara signifikan. Hal ini terlihat dari sejumlah events yang masih
didominasi oleh wisatawan nusantara, bahkan wisatawan mancanegara dapat
dihitung secara kasat mata. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang
mempengaruhi belum tercapainya semua hal yang diharapkan. Faktor tersebut
bisa berasal dari internal yaitu pemerintah selaku leading sector kepariwisataan,
maupun faktor eksternal yaitu komunitas, industri wisata, masyarakat umum, dan
wisatawan sebagai konsumen produk wisata.
Visi Dinas Pariwisata DIY yaitu “Terwujudnya Yogyakarta sebagai salah
satu destinasi terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025 berdasarkan
keunggulan produk wisata yang berkualitas, berwawasan budaya, berwawasan
lingkungan, berkelanjutan dan menjadi salah satu pendorong tumbuhnya ekonomi
kerakyatan”. Maka untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas Pariwisata DIY
konsisten membenahi pengembangan berbagai produk wisata, baik yang
berbentuk budaya, alam, maupun yang tergolong sebagai wisata buatan manusia.
Hasil pencapaian pemerintah DIY dalam upaya mendatangkan wisatawan
nusantara dan mancanegara menunjukkan pencapaian positif melalui peningkatan
jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY selama lima tahun terakhir (2011 –
2015), yang disajikan melalui data statistik sebagai berikut:
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1.1: Grafik Jumlah Wisatawan Mancanegara ke DIY
Sumber: Statistik Pariwisata DIY 2015
Gambar 1.2: Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara ke DIY
Sumber: Statistik Pariwisata DIY 2015
Gambar 1.3: Grafik Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke DIY
Sumber: Statistik Pariwisata DIY 2015
Peningkatan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara DIY di atas,
juga berpengaruh terhadap jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat
dihitung secara langsung melalui hitungan nominal, serta memberikan manfaat
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap masyarakat umum dalam upaya peningkatan kesejahteraan yang
jumlahnya belum dikuantitaskan secara nominal.
Gambar 1.4: Grafik Jumlah Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata
Sumber: Statistik Pariwisata DIY 2015
Meskipun terjadi peningkatan jumlah wisatawan setiap tahunnya dan terjadi
peningkatan PAD dari sektor pariwisata dua tahun terakhir, namun belum semua
destinasi wisata memberikan kontribusi yang besar termasuk diantaranya adalah
destinasi berbentuk event. Berdasarkan Top Rank Jumlah Kunjungan Wisatawan
setiap daerah, DIY berada pada peringkat 6 untuk wisatawan nusantara dan
peringkat 8 untuk wisatawan mancanegara tahun 2015, pada keseluruhan provinsi
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Pariwisata DIY berada pada persaingan
yang ketat jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu,
percepatan pengembanagan produk wisata harus terus disemarakkan baik dalam
bentuk kualitas maupun kuantitas, termasuk diantaranya adalah yang berhubungan
dengan penelitian ini yaitu festival dan acara budaya dan kesenian sebagai tujuan
berwisata ke DIY.
Salah satu hal yang juga mempengaruhi kesuksesan suatu events adalah
strategi komunikasi pemasarannya. Namun dalam hal ini, bukan memasarkan satu
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persatu dari festival atau acara yang akan dilaksanakan, tetapi bahagaimana
memasarkannya secara terintegrasi dan tersistematis. Suryadana & Vanny (2015),
mengartikan pemasaran pariwisata sebagai suatu sistem yang saling berkordinasi
melakukan berbagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan kelompok
industri pariwisata, baik milik individu atau swasta maupun instansi pemerintah,
baik lokal, regional, nasional dan internasional untuk mencapai kepuasan
wisatawan. Keseluruhan aktivitas yang diarahkan untuk memberikan informasi
kepada konsumen yang bertujuan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai
konsumen. Kotler & Keller (2012), mengartikan pemasaran sebagai sebuah proses
kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Jumlah 271
festival dan acara budaya yang ada pada Calender of Events 2016 merupakan
kekayaan yang dimiliki DIY, yang jika dikelola dengan baik dan pendekatan
strategi yang tepat, maka diharapkan dapat menjadi tujuan utama berkunjung ke
DIY.
Berdasarkan beberapa latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang berhubungan
dengan perencanaan promosi atau komunikasi pemasaran terpadu untuk festival
dan acara budaya dan kesenian (events) di DIY. Oleh karena itu, penulis memilih
judul tesis sebagai berikut: “Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu
untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian di Daerah Instimewa Yogyakarta
dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara”.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.2. Rumusan Masalah
Pelaksanaan setiap festival dan acara budaya di Daerah Istimewa
Yogyakarta tentu memiliki tujuan dengan nilai-nilai, budaya, dan sejarah yang
terkandung didalamnya, tetapi terlepas dari semua itu, festival dan acara budaya
dan kesenian (events) diharapkan dapat dijadikan sebagai sebagai produk wisata
unggulan. Dinas Pariwisata DIY memiliki 271 events yang yang terdaftar dalam
Calender of Events 2016. Jumlah yang besar ini yang diharapkan dapat menjadi
salah satu tujuan utama wisatawan nusantara maupun mancanegara berkunjung ke
DIY.
Namun
pada
kenyataannya,
sebagian
besar
wisatawan
belum
memprioritaskan tujuannya kunjungannya ke DIY untuk mengadiri suatu event,
baik yang berbentuk festival ataupun acara budaya dan kesenian, sehingga
wisatawan hanya menjadikan suatu kegiatan tersebut sebagai persingahan atau
sekedar ikut karena bertepatan sedang di DIY untuk tujuan lain. Selain itu,
kegiatan festival atau acara budaya dan kesenian diberitakan secara meluas
melalui berbagai media cetak dan elektronik terutama koran harian setelah
pelaksanaanya selesai satu atau beberapa hari kemudian. Ini menandakan bahwa
sistem pemasaran yang digunakan belum terkelola dengan baik secara sinergis
dan strategis pada semua pihak yang terkait di dalamnya.
Banyaknya destinasi wisata budaya, alam, dan kreativitas manusia di DIY,
termasuk sejumlah events diharapkan dapat lebih menambah peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan ke DIY, dan bisa merubah posisi sementara saat penelitian
ini dilakukan yaitu peringkat 6 jumlah wisatawan nusantara dan peringkat 8
jumlah wisatawan mancanegara se Indonesia berdasarkan statistik Kementrian
Pariwisata tahun 2015. Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi belum
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
optimalnya hasil dari produk wisata berbentuk events. Salah satunya adalah faktor
pemasaran khususnya promosi atau komunikasi pemasaran events yang
kemungkinan belum begitu efektif, sehingga dapat dirumuskan perencanaan pola
komunikasi pemasaran yang lebih terpadu.
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
pertanyaan penelitian yang paling cocok, yaitu:
1.
Bagaimana pola komunikasi pemasaran untuk festival dan acara budaya dan
kesenian di DIY saat ini?
2.
Bagaimana evaluasi efektivitas pola komunikasi pemasaran untuk festival
dan acara budaya dan kesenian di DIY saat ini?
3.
Bagaimana perencanaan pola komunikasi pemasaran terpadu yang lebih
efektif untuk festival dan acara budaya dan kesenian di DIY?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola komunikasi pemasaran
festival dan acara budaya dan kesenian di DIY yang dilakukan selama ini dan
mengevaluasi efektivitas dari pola tersebut. Selain itu, peneliti ingin merancang
pola komunikasi pemasaran terpadu agar produk wisata berbentuk festival dan
acara budaya dan kesenian yang dimiliki oleh DIY lebih efektif dan dapat
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan DIY beserta komunitas atau pelaku events, industri pariwisata, dan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat umum. Diharapkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pengambilan keputusan bagi manajerial dalam rangka menilai evaluasi
strategi komunikasi pemasaran festival dan acara budaya dan kesenian di DIY
yang ada saat ini dan mengikuti pola baru yang disarankan. Manfaat secara
spesifiknya, yaitu sebagai berikut:
1. Dinas Pariwisata sebagai penanggung jawab dan pelaksana dari segala
kegiatan kepariwisataan DIY, dapat melihat hasil evaluasi efektivitas pola
komunikasi pemasaran untuk festival dan acara budaya dan kesenian
(events)
di DIY yang digunakan saat ini. Setelah melihat evaluasi
efektivitas tersebut, diharapkan mempertimbangkan untuk mengikuti pola
komunikasi pemasaran terpadu yang dirancang dan disarankan oleh peneliti,
sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan, terutama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY.
2. Mendorong motivasi komunitas atau pelaku events dan industri wisata untuk
menyediakan berbagai fasilitas dan produk events yang menarik, kreatif, dan
berkualitas, serta dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah dalam
melakukan komunikasi pemasaran yang sinergis dan strategis karena sudah
ada pola terpadu yang dapat diikuti oleh semua pihak yang terkait.
3. Strategi pemasaran yang efektif akan meningkatkan jumlah wisatawan
sehingga masyarakat
umum memperoleh manfaat melalui belanja
wisatawan dan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat
dialokasikan untuk pembangunan di DIY.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada analisis pola komunikasi pemasaran pariwisata
DIY khususnya produk wisata berbentuk festival dan acara budaya dan kesenian
dan dilakukan perencanaan pola komunikasi pemasaran terpadu yang sasarannya
untuk wisatawan mancanegara. Data yang digunakan adalah semua kegiatan
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY selama tahun
2015 sampai 2017.
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian dan penulisan ini memiliki sistematika, yaitu BAB I
Pendahuluan, yang menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
Landasan Teori, yang menguraikan mengenai landasan teori yang mendasari
penelitian dan penelitian terdahulu. BAB III Metode Penelitian, yang
menguraikan mengenai desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, pemilihan
narasumber, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV Pola Komunikasi Pemasaran untuk Festival dan Acara Budaya Dan
Kesenian di DIY Saat Ini, yang menguraikan mengenai pemilihan target pasar
pariwisata DIY, promosi festival dan acara budaya dan kesenian (events) di DIY,
dan monitoring dan evaluating. BAB V Evaluasi Efektivitas Pola Komunikasi
Pemasaran untuk Festival dan Acara Budaya Dan Kesenian di DIY Saat Ini, yang
menguraikan mengenai evaluasi keselarasan target pasar dengan pemilihan tempat
promosi, evaluasi penggunaan frame strategi DOT, BAS, POSE untuk festival dan
acara budaya dan kesenian di DIY, evaluasi penggunaan media komunikasi dan
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keterpaduan antar media komunikasi untuk festival dan acara budaya dan
kesenian di DIY, evaluasi keberadaan monitoring dan evaluating untuk events di
DIY, dan ringkasan evaluasi efektivitas. BAB V: Perencanaan Pola Komunikasi
Pemasaran Terpadau yang Lebih Efektif untuk Festival dan Acara Budaya dan
Kesenian Di DIY, yang menguraikan mengenai perencanaan pola komunikasi
terpadu yang lebih efektif dengan strategi DOT, BAS, POSE, dan POP, serta
kesimpulan dan implementasi manajerial.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori
2.1.1. Pengertian Pariwisata dan Event
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, menjelaskan beberapa hal mendasar, yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah,
dan pengusaha.
5. Industri pariwisata kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
penyelenggara pariwisata.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang di luar tempat
tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk
berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang
dikunjungi tersebut (Suryadana & Vanny, 2015). Sedangkan menurut Hasan
(2015), Pariwisata adalah bisnis manusia, budaya dan hospitality, memerlukan
SDM dengan posisi, keahlian, dan pekerjaan yang tepat. Pariwisata memerlukan
network
(jaringan
pariwisata)
dengan
tingkat
ketertatan
yang
mampu
menampilkan karakter zona.
Noor (2009), mendefinisikan event sebagai kegiatan yang diselenggarakan
untuk memperingati hal-hal penting sepanjang hidup manusia baik secara individu
atau kelompok yang terikat secara adat, budaya, tradisi dan agama yang
diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta melibatkan lingkungan masyarakat
yang dilaksanakan pada waktu tertentu.
Pemasaran events bertujuan untuk mendapatkan profit dari acara tersebut,
memenuhi
kebutuhan
penonton
dan
dalam
kebanyakan
kasus,
untuk
menghasilkan pendapatan daerah atau negara. Beberapa festival yang sepenuhnya
didanai oleh pemerintah, bukan sekedar untuk meningkatkan pendapatan, tetapi
events diharapkan dapat mengundang dan meningkatkan kunjungan wisatawan
(Wagen, 2005).
Yoeti (2006), menjelaskan bahwa festival yang digelar memiliki fungsi
sosial dan makna simbolik yaitu berhubungan erat dengan serangkaian nilai-nilai
yang diakui oleh masyarakat sebagai ideologi yang dapat dipandang oleh
masyarakat luas, identitas sosial, kesinambungan historis, dan untuk kelangsungan
fisik daerah itu sendiri yang nantinya akan menjadi sebuah perayaan masyarakat.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kartajaya (2005), menyatakan bahwa dalam mempromosikan produknya,
daerah bisa memilih salah satu atau lebih dari bauran promosi (promotion mix).
Dalam konteks pemasaran daerah, bauran promosi biasaya mencakup alat-alat
promosi diantaranya adalah iklan (advertising), sales promotion, public relation
dan publicity, personal selling, dan direct selling.
2.1.2. Pengertian Branding
Menurut Kotler & Keller (2009), brand (merek) adalah suatu nama, istilah,
tanda, lambang, atau
desain,
atau
gabungan semua
yang diharapkan
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang, penjual atau sekelompok
penjual, dan diharapkan akan membedakan barang dan jasa dari produk pesaing.
Merek adalah entitas konseptual yang berada dalam suatu kenyataan, tetapi
mencerminkan persepsi dan bahkan pikiran dan perasaaan konsumen. Sedangkan
branding merupakan upaya meliputi suatu produk atau jasa dengan kekuatan
suatu brand. Penetapan merek (branding) adalah memberikan kekuatan merek
kepada produk dan jasa. Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaan
antar produk. Penetapan merek menciptakan struktur mental yang membantu
konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara
menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan, dalam prosesnya memberikan
nilai bagi perusahaan.
Agar strategi penetapan merek berhasil dan nilai merek dapat tercipta,
konsumen harus diyakinkan bahwa ada perbedaan berarti antara merek dalam
kategori produk dan jasa. Pemasar dapat menerapklan penetapan merek hampir di
setiap tempat di mana konsumen mempunyai pilihan.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dewi (2011) menjelaskan bahwa upaya branding bisa dilakukan dengan
banyak cara, akan tetapi yang umum dilakukan adalah dengan menentukan brand
personality, brand positioning, dan brand identifiers (brand drivers). Brand
personality adalah bauran spesifik dari sifat manusia yang dimiliki oleh suatu
produk atau jasa. Merek yang memiliki personalitas akan disukai konsumen
karena manusia cenderung memilih merek yang mempunyai personalitas yang
cocok dengan personalitas mereka, yaitu ketulusan, kegembiraan, kompeten, dan
tangguh. Brand positioning menunjukkan bagaimana suatu barang ditempatkan
dalam benak konsumen. Positioning merupakan citra dan gambaran produk yang
menunjukkan keunikan personalitas suatu merek dibandingkan produk lain yang
sejenis. Sedangkan brand identifiers adalah elemen merek yang bisa
mengidentifikasi dan membedakan suatu produk. Brand identifier bisa
digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu elemen merek itu sendiri (nama, logo,
simbol, karakter, slogan, tanda, dan juru bicara), produk (jasa dan seluruh
aktivitas pemasaran dan program pemasaran pendukung), dan asosiasi-asosiasi
lainnya yang maknanya terkait dengan merek tersebut.
Ricthie (2005) dalam Dewi (2011), memberikan beberapa definisi tentang
branding untuk destinasi wisata, yaitu:
1. Mengandung penciptaan nama, simbol, logo, tulisan, atau gambar grafis
lainnya yang secara langsung bisa mengidentifikasi dan membedakan
suatu destinasi di tengah destinasi-destinasi lainnya;
2. Secara konsisten mengkomunikasikan harapan atas pengalaman perjalanan
yang berkesan de destinasi tersebut:
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Menyatukan dan memperkuat hubungan emosional antara pengunjung
dengan destinasi tersebut;
4. Mengurangi biaya pencarian calon wisatawan (search-cost) dan risiko
(perceived risk).
Branding merupakan keharusan dalam era persaingan sekarang ini di mana
konsumen menghadapi banyak pilihan dan kualitas produk yang tersedia sudah
sulit dibedakan. Suatu merek bisa menjadi semacam a contract of trust antara
produsen dan konsumen karena ia menjamin konsistensi nilai yang disampaikan
kepada konsumen. Nilai ini bisa merupakan kualitas utilitarian (functional brand),
daya tarik emosional dan makna simbolis (image brand), maupun ekspektasi atas
pengalaman yang akan dialami oleh konsumen saat mengkonsumsi merek tersebut
(experimential brand). Karena nilai tambah yang dimiliki oleh suatu brand yang
inilah konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu merek yang dipersepsikan
akan memberikan kepuasan. Harga premium yang dibayar konsumen untuk suatu
brand berarti sumber keuntungan bagi perusahaan (Dewi, 2009).
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam proses branding adalah dengan
menggunakan strategi brand architecture (arsitektur merek). Brand architecture
menurut Rajagopal & Romulo (2004) adalah suatu proses yang terintegrasi dari
membangun merek melalui pembentukan hubungan-hubungan merek diantara
pilihan-pilihan penetapan merek dalam lingkungan yang kompetitif. Aaker &
Joachimstshaler (2008), mengartikan brand architecture sebagai struktur
pengorganisasian dari portofolio merek yang menentukan peran merek dan sifat
hubungan antara merek. Arsitektur merek merupakan urutan dari beberapa merek
yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya, yang seringkali diawali
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan master brand, kemudian dijelaskan hubungannya dengan sub-brand. Subbrand atau subsidiary, yaitu skenario sebuah brand yang menggunakan master
brand digabungkan dengan merek lainnya yang berfungsi dengan nama dan jenis
produk dan jasa.
Menurut Aaker (2013), merek adalah wajah strategi bisnis, dan
mendapatkan strategi merek yang tepat sekali adalah jalur untuk membuat
keputusan strategi bisnis yang tepat. Satu elemen dari strategi merek adalah untuk
menentukan prioritas dalam portofolio merek, mengidentifikasi merek-merek
strategis yang kuat, merek-merek lain yang memainkan peranan penting untuk
sementara, merek-merek yang seharusnya tidak menerima investasi, dan merekmerek yang segarusnya dihapuskan. Salah satu alasan untuk membuat prioritas
merek dan merampingkan portofolio merek adalah bahwa praktik ini memberikan
cara yang bagus untuk memprioritaskan portofolio bisnis karena merek biasanya
akan mewakili bisnis. Alasan kedua adalah bahwa memprioritaskan dan
merampingkan portofolio merek dapat
memperbaiki
kebingungan
yang
melemahkan terkait dengan promosi merek yang berlebihan. Alasan ketiga adalah
untuk menjawab kelumpuhan strategis yang diciptakan oleh promosi merek yang
berlebihan, yaitu portofolio merek membingungkan tanpa prioritas.
Brand architecture merupakan suatu struktur dari sebuah merek yang dapat
dipakai jika brand tersebut memiliki banyak varian dan dan kategori. Produk
pariwisata berbentuk events juga memungkinkan untuk menggunakan pendekatan
brand architecture dalam proses penetapan produk dan merek yang akan
dijadikan produk unggulan atau berbentuk master brand dari wisata events pada
suatu daerah atau negara tertentu.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.3. Pengertian Product (Produk)
Produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa,
pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan ide (Kotler
& Keller, 2009). Produk bukan hanya barang berwujud tetapi produk memiliki
arti yang lebih luas sebagai segala sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan atau
organisasi untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Kotler &
Armstrong (2010) memberikan istilah produk untuk semua entitas baik yang
berwujud maupun tidak berwujud dan memberikan perhatian khusus kepada jasa
sebagai salah satu yang begitu penting dalam ekonomi dunia. Jasa (service) adalah
bentuk produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual dan pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan
kepemilikan akan sesuatu. Produk adalah elemen kunci dalam keseluruhan
penawaran pasar.
Produk dalam konteks pemasaran pariwisata menurut Morrison (2010),
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan
bentuk penawaran secara fisik, mereknya, pembungkus, garansi dan servis
sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisis
kebutuhan dan keinginan pasarnya. Jika masalah ini telah diselesaikan, maka
keputussan-keputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil.
Sedangkan Middleton (1989) dalam Dewi (2011), dalam industri pariwisata,
produk dapat dipahami dalam dua tingkatan sebagai berikut:
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Produk wisata secara keseluruhan (total tourist products) yang meliputi
kombinasi dari keseluruhan produk dan jasa yang dikonsumsi oleh
wisatawan mulai dari dia meninggalkan rumah sampai pada dia kembali.
Dalam hal ini, produk meliputi ide, suatu harapan atau gambaran mental
dalam benak konsumen saat penjualan produk wisata.
2. Produk secara spesifik, yang meliputi produk komersial yang merupakan
bagian dari produk wisata keseluruhan, seperti akomodasi, transportasi,
atraksi, daya tarik wisata, dan fasilitas pendukung lainnya seperti
persewaan mobil dan penukaran uang asing.
2.1.4. Pengertian Price (Harga)
Menurut Kotler & Armstrong (2010), harga (price) adalah jumlah yang
ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Pengertian harga yang lebih luas adalah
jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan
keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Pada saat
penetapan harga, perencana harus mempertimbangkan sejumlah faktor internal
dan eksternal serta faktor lainnya, termasuk strategi dan bauran pemasaran secara
keseluruhan, kondisi pasar dan permintaan, dan strategi serta harga dari para
pesaing.
Terdapat dua dasar penetapan harga, yaitu: penetapan harga berdasarkan
biaya dan penetapan harga berdasakan nilai.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.4.1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya
Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing) digerakkan oleh
produk. Perusahaan mendesain sesuatu yang dianggap merupakan produk yang
bagus, menjumlahkan biaya untuk membuat produk tersebut, dan kemudian
menetapkan suatu harga yang dapat menutup biaya dan ditambah dengan target
laba.
2.1.4.2. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai
Penetapan harga berdasarkan nilai (value-based pricing) merupakan
persepsi nilai dari pembeli, bukan dari biaya penjual, sebagai kunci penetapan
harga. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti bahwa pemasar tidak dapat
mendesain suatu produk atau program pemasaran kemudian menetapkan harga,
melainkan harga dihitung bersama-sama dengan bauran pemasaran lainnya
sebelum program pemasaran ditetapkan.
Harga merupakan elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja
menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk mengkomunikasikan
proporsi nilai suatu produk. Pemahaman produk perlu memahami aspek
psikologis dari informasi yang meliputi harga referensi, referensi kualitas
berdasarkan harga, dan petunjuk harga. Pada setiap produk atau jasa yang
ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan produk tersebut antara lain biaya,
keuntungan, praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga
ini menyangkut pula penetapan tujuan potongan, mark-up, mark-down, dan
sebagainya (Morrison , 2010).
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.5. Pengertian Place (Tempat/Distribusi)
Saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah serangkaian organisasi
yang terkait dalam semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk
dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen (Laksana, 2008).
Pengertian ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan atau organisasi dapat
menggunakan lembaga atau perantara untuk dapat menyalurkan produknya
kepada konsumen akhir.
Kotler & Keller (2009) mengartikan saluran pemasaran sebagai sekelompok
organisasi yang saling bergantung atau terlibat dalam proses pembuatan produk
atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam mengelola
perantaranya, organisasi dapat melakukan dua strategi pemasaran yaitu strategi
dorong atau strategi tarik.
Strategi dorong (push stratgy) adalah menggunakan tenaga penjualan, uang
promosi dagang, atau sarana lain produsen untuk mendorong perantara membawa,
mempromosikan, dan menjual produk ke pengguna akhir. Stratrgi dorong tepat
digunakan jika loyalitas merek dalam suatu kategori rendah, pilihan merek
dilakukan di toko atau perantara, produk menjadi barang implus, dan manfaat
produk dipahami dengan baik. Sedangkan strategi tarik (pull strategy) adalah
produsen menggunakan iklan, promosi, dan bentuk komunikasi lain untuk
meyakinkan konsumen agar meminta produk dari perantara sehingga mendorong
perantara memesan produuk tersebut. Strategi tarik dapat diterapkan ketika ada
loyalitas merek yang tinggi dan keterlibatan yang tinggi dalam kategori tersebut,
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsumen mampu menerima perbedaan antar merek, dan konsumen sudah
memilih merek sebelum pergi ke toko atau perantara.
Kotler & Armstrong (2008), merumuskan beberapa fungsi saluran
pemasaran, yaitu sebagai:
1. Informasi, adalah mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran
dan informasi intelijen tentang perilaku dan kekuatan dalam lingkungan
pemasaran yang diperlukan untuk perencanaan dan membantu terjadinya
pertukaran.
2. Promosi, adalah mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif
tentang suatu penawaran.
3. Kontak, adalah menemukan dan berkomunikasi dengan pembeli
prospektif.
4. Mencocokkan, adalah membentuk dan menyesuaikan penawaran dengan
kebutuhan pembeli, termasuk kegiatan seperti manufaktur, pemilahan,
perakitan, dan pengemasan.
5.
Negosiasi, adalah mencari kesepakatan harga dan syarat penawaran lain
sehingga kepemilikan dapat dialihkan.
6. Distribusi fisik, adalah mengirim dan menyimpan barang.
7. Pendanaan, adalah mendapatkan dan menggunakan dana untuk mencakup
biaya kerja saluran.
8. Pengambilan risiko, adalah mengasumsikan risiko pelaksanaan kerja
saluran.
Pendistribusian produk dan jasa memiliki beberapa tingkat saluran
distrubusi. Tingkat saluran distribusi merupakan lapisan perantara pemasaran
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang melakukan sejumlah pekerjaan dalam membawa produk dan kepemilikannya
lebih dekat dengan pembeli akhir.
Secara umum, saluran pemasaran dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu
saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung. Saluran
pemasaran langsung adalah saluran pemasaran yang tidak mempunyai tingkat
perantara, yaitu perusahaan menjual langsung kepada konsumen. Saluran
pemasaran tidak langsung adalah saluran yang mengandung satu atau lebih
perantara.
Menurut Kotler & Keller (2012), tingkatan dalam saluran pemasaran terdiri
dari:
1. Saluran nol tingkat (a zero-level channel) adalah saluran pemasaran
langsung, yaitu produsen yang menjual langsung ke pelanggan akhir.
2. Saluran satu tingkat (a one-level channel), saluran pemasaran yang
memiliki satu perantara, yaitu pengecer.
3. Saluran dua tingkat (a two-level channel), adalah saluran pemasaran yang
mempunyai dua perantara, yaitu pedagang grosir dan pengecer.
4. Saluran tiga tingkat (a three-level channel), adalah saluran pemasaran
yang terdiri dari tiga perantara yang menghubungkan antara produsen
dengan konsumen, yaitu pedagang grosir, pedagang besar, dan pengecer.
Menurut Morrison (2010), pengambilan keputusan berdasarkan diastribusi,
ada tiga aspek utama yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini antra lain
keputusan tentang pemilihan alat transportasi (pesawat udara, kereta api,
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kapal, truk, pipa,), penentu jadwal pengiriman, penentuan rute yang harus
ditempuh, dan seterusnya.
2. Sistem penyimpanan, dalam sistem ini bagian pemasaran harus
menentukan letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk memahami
letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material
maupun peralatan lainnya.
3. Pemilihan saluran distribusi, menyangkut keputusan-keputusan tentang
penggunaan penyalur (pedangan besar , pengecer, agen, makelar), dan
bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan para penyalur tersebut.
Sedangkan menurut Dewi (2011), pemasaran perlu memahami karakteristik
pendistribusian produk wisata. Dengan karakteristik produk wisata yang kaya
nuansa jasa, tidak ada ditribusi fisik dalam industri pariwisata. Untuk produk
pariwisata, menyediakan produknya langsung kepada wisatawan atau melalui jasa
perantara perdagangan produk wisata, baik secara online maupun offline.
Sehingga dapat disimpulkan bawa tempat atau saluran distribusi adalah
sarana yang dapat mempertemukan produsen dengan konsumen untuk
menawarkan produk yang dimiliknya baik secara langsung maupun tidak
langsung menggunakan media perantara.
2.1.6. Definisi Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing
Communication)
Komunikasi pemasaran (marketing communication) adalah sarana dimana
perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen
secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Kotler & Keller, 2009). Menurut Kotler & Armstrong (2010), komunikasi
pemasaran terpadu adalah mengkordinasikan dan mengintegrasikan berbagai
saluran komunikasi perusahaan untuk menghantarkan pesan yang jelas, konsisten,
dan menarik tentang organisasi dan peroduknya.
Menurut Terence (2014), komunikasi pemasaran terpadu (integrated
marketing communication) merupakan suatu proses komunikasi yang memerlukan
perencanaan, penciptaan, integrasi, dari berbagai bentuk komunikasi pemasaran
yang disampaikan dari waktu ke waktu kepada pelanggan target merek dan calon
pelanngan. Tujuan dari komunikasi pemasaran terpadu pada akhirnya adalah
untuk memengaruhi secara tidak langsung atau secara langsung perilaku dari
audiens yang menjadi target komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran
terpadu mempertimbangkan semua titik sentuhan, ataupun sumber kontak, yang
dimiliki pelanggan/calon pelanggan dengan merek sebagai saluran penyampaian
pesan dan menggunakan semua metode komunikasi yang relevan bagi
pelanggan/calon pelanggan. Komunikasi pemasaran terpadu mensyaratkan bahwa
semua media komunikasi merek menyampaikan pesan yang konsisten. Proses
komunikasi
pemasaran
terpadu
selanjutnya
mengharuskan
bahwa
pel;anggan/calon pelanggan adalah titik awal untuk menentukan jenis pesan dan
media terbaik yang mampu menginformasikan, membujuk, dan mendorong
tindakan yang diharapkan.
The American of Adverticing Agency (Hermawan, 2012), mengartikan
manajemen pemasaran terpadu sebagai konsep perencanaan komunikasi
pemasaran yang mengakui nilai tambah dari perencanaan komperensif yang
mengkaji peran stratetgis masing-masing bentuk komunikasi, misalnya iklan,
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
respon
langsung,
promosi
penjualan,
dan
hubungan
masyarakat,
serta
memadukannya untuk meraih kejelasan pesan, konsistensi, dan dampak
komunikasi maksimal melalui keterintegrasian pesan.
Hermawan (2012), menjelaskan bahwa komunikasi pemasaran terpadu
adalah menyatukan perencanaan, tindakan dan koordinasi pada wilayah
komunikasi pemasaran dan juga memahami konsumen menyangkut apa
sesungguhnya tanggapan konsumen. Pendekatan komunikasi pemasaran terpadu
membantu perusahaan mengidentifikasi metode yang paling tepat dan efektif
dalam berkomunikasi dan membangun hubungan dengan baik dengan konsumen
mereka, begitu juga dengan para pemegang kepentingan lain seperti pegawai,
pemasok, investor, kelompok kepentingan dan publik pada umumnya.
Menurut Schultz (1993) dalam Percy (2014), komunikasi pemasaran terpadu
(integrated marketing communication) adalah proses mengembangkan dan
menerapkan berbagai bentuk program komunikasi persuasif dengan pelanggan
dan calon pelanggan dari waktu ke waktu.
Sedangkan menurut Percy (2014), komunikasi pemasaran terpadu
digunakan untuk mempengaruhi atau langsung mengarahkan perilaku audience
yang dipilih. Komunikasi pemasaran terpadu menggunakan semua bentuk
komunikasi yang relevan untuk pelanggan dan calon pelanggan, atau semua yang
mungkin menerimanya. Proses Komunikasi pemasaran terpadu berawal dari
pelanggan atau calon pelanggan dan kemudian dianalisis kembali untuk
menentukan dan mendefenisikan bentuk dan metode yang cocok mengembangkan
komunikasi persuasif.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Morissan (2010), berpendapat bahwa saat ini sudah mulai disadari bahwa
berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini terpisah-pisah, perlu
diintegrasikan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan komunikasi pemasaran
yaitu mencakup: memasang iklan (beriklan) di media massa (media advertising);
pemasaran langsung (direct marketing); promosi penjualan (sales promotion);
penjualan personal (personal selling); pemasaran interaktif; dan hubungan
masyarakat (public relations) untuk mencapai komunikasi yang lebih efektif.
Menurut Morrison (2010), komunikasi pemasaran terpadu merupakan upaya
untuk menjadikan seluruh kegiatan pemasaran dan promosi perusahaan dapat
menghasilkan citra yang bersifat satu dan konsisten bagi konsumen. Upaya ini
menuntut agar setiap pesan yang keluar harus berasal dari sumber yang
samasehingga segala informasi yang diumumkan perusahaan memiliki kesamaan
teman serta positioning yang sama di mata konsumen.
Menurut Hermawan (2012), konsep komunikasi pemasaran terpadu telah
diperluas dari yang sebelumnya ditujukan untuk kepantingan pemasaran secara
sempit, menjadi lebih komprehensif dan menyentuh berbagai aspek terkait
perusahaan. komunikasi pemasaran terpadu mencakup empat jenjang, yaitu:
1. Aspek filosofis, yaitu mulai dari visi yang dijabarkan menjadi misi, hingga
dirumuskan menjadi sasaran korporat yang menjadi pedoman semua
semua fungsi dalam perusahaan.
2. Menyangkut keterkaitan kerja antar fungsi, yakni operasi, sumber daya
manusia, litbang (R&D), pemasaran, distribusi, dan penjualan.
3. Jangka keterpaduan atau integrasi berbagai fungsi tersebut untuk
mewujudkan tiga hal: konsisten positioning untuk meraih reputasi yang
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diharapkan, memelihara interaksi sehingga terjadi ikatan hubungan yang
kokoh, menerapkan pemasaran berbasis misi untuk mendongkrak nilai
tambah di mata para pemegang kepentingan.
4. Memantapkan jalinan hubungan untuk membina loyalitas dan memperkuat
ekuitas merek (produk & korporat) terhadap para pemegang kepentingan.
Beberapa pengertian diatas
dapat
disimpulkan bahwa komunikasi
pemasaran terpadu adalah suatu penyatuan komunikasi yang terencana dan
terintegrasi dalam berbagai bentuk komunikasi pemasaran untuk memberikan
pesan secara tersistematis kepada konsumen (wisatawan) dan semua pihak yang
memiliki kepentingan terhadap produk yang ditawarkan. Hal pokok yang
terkandung di dalam komunikasi pemasaran terpadu adalah promosi. Promosi
memiliki beberapa variable yang dapat dikelola secara terpadu menjadi sebuah
strategi untuk memasarkan produk atau jasa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi pemasaran terpadu adalah
bahasa lain dari promosi karena keduanya memiliki beberapa unsur yang sama,
yaitu mencakup periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan, penjualan
personal, hubungan masyarakat, dan lain-lain. Komunikasi pemasaran terpadu
bukan hanya unsur-unsur promosi yang terintegrasi, namun juga para pelaku
promosi dapat terpadu satu dengan yang lain untuk menciptakan komunikasi
pemasaran yang terpadu antar semua pihak.
Promosi adalah kegiatan untuk mengkomunikasikan atau menawarkan
produk dan jasa dengan tujuan mempengaruhi atau mendorong konsumen untuk
membeli dan mengkonsumsinya. Assauri (2014), mengemukakan kebijakan
promosi tidak terlepas dari kebijakan terpadu acuan/bauran pemasaran, sehingga
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keberhasilan atau keefektifannya sangat tergantung pada kebijakan pemasaran
lainnya sebagai satu kesatuan. Kegiatan promosi yang dilakukan merupakan
penggunaan kombinasi yang terdapat dari unsur-unsur atau peralatan promosi,
yang mencerminkan pelaksanaan kebijakan promosi dari perusahaan.
Menurut Kotler & Armstrong (2008) bauran promosi (promotion mix) atau
bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix) merupakan
paduan spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan
personal
dan
sarana
pemasaran
langsung
yang
digunakan
untuk
mengomunikasikan nilai pelanggan secara persuasif dan membangun hubungan
pelanggan.
2.1.6.1. Periklanan
Periklanan (advertising) adalah semua bentuk terbayar presentasi non
pribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu. Iklan bisa
menjangkau massa pembeli yang tersebar secara geografis dan iklan
memungkinkan penjual mengulangi pesan berkali-kali. Iklan dapat memaparkan
sesuatu yang positif tentang ukuran, popularitas, dan keberhasilan penjualan.
Meskipun iklan dapat dijangkau banyak orang dengan cepat, iklan juga memiliki
beberapa kekurangan yaitu tidak bersifat personal dan tidak membujuk orang
secara langsung. Kebanyakan, iklan hanya dapat melakukan komunikasi satu arah
dengan pemirsa, dan pemirsa tidak merasa bahwa ia harus memperhatikan atau
merespon iklan tersebut.
Tujuan/sasaran iklan (advertising goal) adalah tugas komunikasi khusus dan
tingkat pencapaian yang harus dicxapai dengan pemirsa tertentu dalam jengka
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waktu tertentu (Kotler & Keller, 2009). Tujuan iklan dapat diklasifikasikan dalam
beberapa bagian sebagai berikut:
1) Iklan informatif, yaitu iklan yang bertujuan menciptakan kesadaran merek
dan pengetahuan tentang produk atau fitur baru produk yang ada.
2) Iklan persuasif, yaitu iklan yang bertujuan menciptakan kesukaan,
preferensi, keyakinan dan pembelian produk dan jasa.
3) Iklan pengingat, yaitu iklan yeng bertujuan menstimulasikan pembelian
berulang produk dan jasa.
4) Iklan penguat, yaitu iklan yang bertujuan meyakinkan pembeli saat ini
bahwa mereka melakukan pemilihan tepat.
Iklan yang muncul di berbagai media komunikasi semakin banyak dari
berbagai ragam merek dan produk, sehingga dalam merancang sebuah iklan
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip iklan yang efektif agar bisa menarik
perhatian calon konsumen. Hermawan (2012), menyebutkan 10 prinsip iklan yang
efektif namun penerapannya harus disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan
periklanan. Prinsip-prinsip efektivitas iklan tersebut, yaitu:
1.
Buatlah khalayak tertarik (grab people). Iklan yang baik harus mampu
membuat khalayak tertarik dengan segera atau mampu meraih perhatian
sesegera mungkin dalam sedetik. Semakin spesifik iklan akan semakin
baik mengamodasi pelanggan potensial.
2.
Jadilah cerdas dan kreatif (be clever and creative). Kecerdasan dan
kreativitas diperlukan untuk menarik khalayak dan mewujudkan merek
dengan cara yang positif. Melakukan studi mendalam untuk menciptakan
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iklan yang kreatif, karena iklan yang kreatif mencerminkan perusahaan
atau organisasi yang cerdas.
3.
Bicaralah dengan lantang (speak loudly). Semakin lantang kita bicara
semakin banyak oarang mendengarnya, konsep ini juga dapat diterapkan
dalam iklan. Cara yang terbaik adalah meningkatkan intensitas frekuensi
iklan, ukuran, besar, warna, latar belakang iklan, dan keunikannya.
4.
Jangan membuat mereka berpikir terlalu banyak (don’t make them think
too much). Jangan membuat orang berpikir tetapi sederhanakan pesan
penting agar orang mengetahui bahwa iklan sudah memberikan gambaran
utuh dalam otak konsumen ketika mereka melihatnya.
5.
Warna yang menarik tetapi tetap masuk akal (colors that pop but make
sense). Pilihan warna sangatlah penting sebagai aspek periklanan, yaitu
warna yang trendi dan tidak ketinggalan zaman. Pilihan warna harus sesuai
dengan cita rasa merek. Jika membuat ilustrasi iklan yang mereknya
“menyenangkan”, maka menggunakan berbagai warna cerah bisa jadi
pilihan. Jika iklannya lebih serius, penggunaan skema warna yang
digunakan biasanya lebih sederhana.
6.
Informatif (be informative). Iklan harus menyatakan suatu pesan karena
iklan merupakan visualisasi pesan.
7.
Buatlah agar menonjol dan mudah diingat (stand out and be morable).
Iklan komersial harus unik dan secara keseluruhan berbeda dari iklan lain,
dengan tetap menjaga prinsip keaslian kreasi (orisinal).
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
Berikanlah cita rasa (give off a feeling). Perusahaan harus menunjukkan
perasaan atau nada melalui iklan, sehingga orang-orang mampu
memahami cita rasa yang dimiliki perusahaan hanya dengan melihat iklan.
9.
Tunjukkan, bukan ceritakan (show, not tell). Iklan yang baik adalah
menunjukkan sesuatu alih-alih menceritakan sesuatu. Caranya adalah
dengan memvisualisasikannya sebagai perwujudan dari konsep yang ada
pada teks.
10. Gunakan humor: gunakan pengandaian (use humor: use a metaphor).
Homor merupakan teknik yang berguna untuk menarik orang terhadap
suatu iklan. Pengandaian/metafora dapat menjadi cara yang bagus untuk
menambah humor, akan tetapi humor terkadang tidak dapat digunakan
dalam iklan merek tertentu.
Iklan wisata biasanya dipasang di media khusus yang mengulas wisata atau
perjalanan. Untuk menyasar calon wisatawan secara lebih baik, seringkali media
khusus wisata dipilih daripada media umm. Akan tetapi untuk menyasar audience
yang lebih luas atau untuk membangkitkan awereness, media umum biasanya
lebih disukai (Dewi 2011).
2.1.6.2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong uji coba
(trial) atau pembelian produk. Promosi penjualan bisa berupa diskon atau subsidi
untuk memberikan insenitif bagi calon wisatawan untuk mengunjungi destinasi
baru. Beberapa program untuk mendorong kunjungan ke destinasi baru sering
memberikan diskon untuk tiket penerbangan atau akomodasi. Jika insentif
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut disalurkan ke biro perjalanan, maka program promosi penjualan disebut
trade promotion (Dewi, 2011).
Sedangkan Morrison (2010), mengartikannya sebagai pendekatan lain di
mana wisatawan diberikan bujukan jangka singkat untuk membuat pembelian
dengan segera.
2.1.6.3. Hubungan Masyarakat (public relationship)
Kehumasan dan publisitas berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan atau melindungi citra perusahaan, destinasi, atau taktik wisata.
Taktik yang efektif untuk menciptakan publisitas dalam promosi produk wisata
adalah dengan menawarkan perjalanan gratis bagi jurnalis wisatawan. Untuk
meningkatkan nilai positif dari suatu destinasi wisata, jurnalis wisata harus
mendapatkan kesan baik, misalnya ketersediaan pemandu profesional bahasa
asing (Dewi, 2011).
Morrison (2010), menjelaskan bahwa yang termasuk dalam hubungan
masyarakat adalah semua aktivitas yang digunakan oleh sebuah hotel atau travel
untuk menjaga atau meningkatkan hubungannya dengan organisasi-organisasi
yang lain atau individu-individu.
2.1.6.4. Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung diartikan sebagai penggunaan surat, telepon, atau
internet yang dirancang untuk mengkomunikasiakan secara langsung atau
memastikan respons dan dialog dari wisatawan atau calon wisatawan tertentu
(Dewi, 2011).
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.6.5. Penjualan secara personal (Personal Selling)
Penjualan personal adalah interaksi langsung dengan satu atau lebih calon
wisatawan prospektif untuk memberikan presentasi, menjawab pertanyaan, atau
menghasilkan penjualan.
Penjualan personal biasanya dilakukan oleh
biro
perjalanan. (Dewi, 2011). Personal selling merupakan pembicaraan langsung
yang dilakukan baik melalui telepon maupun tatap muka antara penjual dengan
calon wisatawan (Morrison, 2010).
2.1.7. Pengertian Pemasaran Internet (Internet Marketing)
Pemasaran elektronik merupakan keseluruhan aktivitas online atau berbasis
elektronik yang memfasilitasi proses manufaktur barang dan jasa oleh produsen
untuk ditawarkan guna memuaskan pelanggan (Reedy, Shauna, dan Kenneth,
2000). Sedangkan menurut Kienan (2001), pemasaran elektronik adalah
mengelola pemasaran suatu bisnis melalui online, yaitu menginformasikan dan
menjual produk kepada konsumen secara online.
Kotler & Armstrong (2008), menyatakan, pemasaran secara online
dilakukan melalui sistem computer online interaktif, yang menghubungkan para
pelanggan dengan penjual secara elektronis. Terdapat dua saluran pemasaran
online, yaitu layanan online komersial dan Internet. Layanan Online Komersial,
yaitu menawarkan informasi dan layanan pemasaran online kepada pelanggan
yang membayar bulanan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman,
layanan online komersial kini sudah disalip oleh Internet dalam fungsinya sebagai
saluran pemasaran online utama. Internet, adalah web global jejaring computer
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang luas dan berkembang pesat yang tidak mempunyai manajemen dan
kepemilikian sentral.
Perdagangan elektronik adalah istilah umum untuk proses pembelian dan
penjualan yang didukung oleh sarana elektronik. Pasar elektronik adalah “ruang
pasar (marketspace)” bukannya “tempat pasar (marketplace)” dalam pengertian
fisik, di mana penjual menawarkan produk-produk dan jasa mereka secara
elektronis, dan pembeli mencari informasi, mengidentifikasi apa yang mereka
inginkan, dan memesan dengan menggunakan sarana pembayaran elektronik
(Kotler & Armstrong, 2008).
Menurut Shimp (2014), internet melakukan fungsi pemasaran multifaset,
sebagai mekanisme untuk membangun permintaan, melakukan transaksi,
memasukkan pesan, menyediakan layanan pelanggan, dan menjadi media
periklanan serba guna. Peran internet yang tepat sebagai media periklanan adalah
dalam keadaan yang terus berubah: teknologi terus muncul, dan pemasar terus
bereksperimen dengan penggunaan yang bervariasi dari komunikasi online. Media
periklanan tradisional seperti televisi, radio, majalah, dan surat kabar, telah telah
melayani kebutuhan bagi pengiklan selama ini, namun dalam beberapa tahun
terakhir telah terjadi peningkatan upaya pada pengiklanan dan agensi periklanan
untuk menemukan media baru yang lebih murah, tidak berantakan, dan
berkompetensi lebih efektif daripada media mapan yang telah ada. Internet
diklaim sebagai media komunikasi yang lebih baik karena memiliki fleksibilitas
dan keunggulan pada penargetan konsumen. Internet merupakan elemen penting
yang potensial dalam komunikasi pemasaran terpadu.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hermawan (2012), mengartikan pemasaran internet (internet marketing)
sebagai pemasaran yang menggunakan teknologi Internet sebagai saluran
penyampaian isi pesan kepada banyak orang secara bersamaan dan seketika dalam
suatu kurun waktu tertentu. Pemasaran internet telah menjadi tren karena ruang
lingkupnya luas dan tidak hanya merujuk pada pemasaran di Internet, tetapi juga
mencakup pemasaran yang dilakukan melalui e-mail madia nirkabel. Model
pemasaran internet terdiri dari tiga kategori, yaitu perdagangan elektronik,
pemasaran Internet local, dan pendekatan orang per orang.
2.1.7.1. Perdagangan Elektronik
Perdagangan elektronik (E-commerce) adalah model bisnis dimana produk
dijual langsug ke konsumen (B2C) atau kepada bisnis lainnya (B2B).
Perdagangan elektronik terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Perusahaan berbasis website adalah sebuah organisasi (perusahaan) yang
memang mendesain web dengan tujuan utama memasarkan penjualan dari
situs webnya. Amazone.com, Tokobagus.com, Blibli.com merupakan
contoh pelaku bisnis yang orientasinya memasarkan produk dengan
mendesain web.
2. Afiliasi Pemasaran adalah proses di mana suatu produk atau layanan yang
dikembangkan dalam suatu kesatuan (bisnis e-commerce, orang per orang,
atau kombinasi) yang dijual oleh penjual aktif lainnya dengan pembagian
keuntungan. Entitas produk dapat memeberikan beberapa materi
pemasaran (surat penjualan, link afiliasi, dan faslitas pelacakan).
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.7.2. Pemasaran Internet Lokal
Rayner (2010) dalam Hermawan (2012) mengartikan pemasaran Internet
local sebagai proses di mana suatu perusahaan kecil menggunakan internet untuk
mencari dan membina hubungan, yang akan digunakan untuk keuntungan di dunia
maya. Pemasaran Internet local menggunakan perangkat seperti pemasaran media
social, listing direktori local, dan target penjualan promosi online.
2.1.7.3. Pendekatan Orang Per Orang
Merupakan pendekatan independen yang memang berasal dari pencari dan
pengguna (user) dengan tujuan untuk menemukan produk atau data lain yang
diperlukan pengguna. Pengguna yang ditargetkan biasanya menggunakan internet
untuk mencari sesuatu (produk/penawaran tertentu atau hal lainnya) sehingga
pesan pemasaran dapat mencapai mereka secara langsung. Pendekatan ini
digunakan dalam iklan pencarian, di mana iklan didasarkan pada kata kunci mesin
pencari yang dimasukkan oleh pengguna. Di sini pemasar harus cermat untuk
menetapkan kata kunci yang mudah dan praktis serta dikenal secara umum agar
aktivitas browsing yang dilakukan calon konsumen akan sampai ke produk yang
ditawarkan mengingat kata kunci produk akan menjadi jalur masuknya penawaran
produk kepada konsumen.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa memasaran berbasis
elektronik mencakup semua proses pemasaran menggunakan media elektronik
(termasuk radio dan televisi), namun lebih mengutamakan penggunaan internet
sebagai pilihan prioritas seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Internet memiliki keunggulan dari segi efektivitas dan efisiensi karena dapat
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjangkau wilayah geografis yang luas antar negara dengan biaya yang relatif
murah untuk memasarkan produk atau jasa. Keunggulan lain dari pemasaran
berbasis internet dibandingkan media elektronik lainnya, yaitu media internet
memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara konsumen dan pemasar.
Pemasaran internet juga merupakan salah satu pilihan yang tepat dalam
melakukan pemasaran pariwisata untuk menjangkau wisatawan nusantara dan
mancanegara, termasuk pemasaran produk wisata berbentuk events.
2.1.8. Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas (Starbuck, 2012), adalah buah dari segala daya upaya
yang dibuat berdasarkan keputusan terbaik dari bagian sumber informasi yang
tersedia. Efektivitas berdasar pada kerjasama tim dan hubungan yang baik para
orang-orang yang berkembang maju.
Gibson dalam Raska (2016) mengemukakan beberapa kriteria yntuk dapat
menilai efektivitas dengan menggunkan pendekatan sistem, yaitu (1) seluruh
siklus hidup input-proses-output, tidak hanya output; (2) hubungan timbal balik
antara organisasi dan lingkungannya.
Daft (2016) berpendapat bahwa terdapat empat pendekatan dalam mengukur
efektivitas, yaitu:
1. Pendekatan tujuan, mengemukakan bahwa efektivitas organisasi dinilai
berdasarkan pencapaian atau hasil akhir. Misalnya produktivitas dapat
diukur berdasarkan output
dibagi input, dan lain sebagainya. Pada
pendekatan ini, indikator yang biasa digunakan antara lain profitabiulitas,
pertumbuhan, market share, social responsibility serta kualitas produk.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Pendekatan sumber daya sistem menilai efektivitas dengan melihat titik
permulaan dari proses dan memeriksa apakah organisasi mendapatkan
sumber daya secara efektif untuk mencapai kinerja tinggi.
3. Pendekatan proses internal yaitu melihat aktivitas internal dan memberi
indikator efisiensi atau “kesehatan” internal. Indikator ukurannya misalnya
kultur koperasi, tingkat kepercayaan antara manajemen dan pegawai, dan
kordinasi antar bagian dalam organisasi.
4. Pendekatan sasaran strategis yaitu memeriksa secara mendalam efektivitas
dan menguji berbagai faktor di lapangan berbagai lapangan, termasuk di
dalam organisasi itu sendiri. Pendekatan ini membantu secara simultan
input, proses internal, dan output dengan pertimbangan bahwa efektivitas
tidak dapat diukur dari satu aspek saja.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat
diukur
melalui
perbandingan
antara
masukan
dan
keluaran,
dengan
mempertimbangkan proses yang dilakukan. Selain dari itu, efektivitas juga dapat
dinilai dari adanya hubungan yang baik dan kepuasan secara internal suatu
organisasi, khususnya pada penciptaan hubungan kerja yang harmonis dan saling
memiliki diantara semua anggota kelompok. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi hasil yang efektivitas yaitu kepuasan, tingkat kesulitan, kecepatan,
ukuran, dan hasil yang diperoleh, serta keadaan lingkungan dan budaya organisasi
dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.9. Komunikasi Pemasaran Terpadu Berdasarkan Strategi DOT, BAS,
POSE, dan POP
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Kementerian Priwisata Tahun 2015 yang diterbitkan pada Tahun 2016,
menjelaskan strategi dan pola komunikasi pemasaran terpadu yang efektif untuk
pemasaran pariwisata. Pola komunikasi pemasaran terpadu yang dimiliki
Kementerian Pariwisata disebut sebagai Strategi DOT (Destination, Origin,
Time), Strategi BAS (Branding, Advertising, Selling), Strategi POSE (Paid Media,
Owned Media, Social Media, Endorser), dan Strategi POP (Pre Event, On Event,
Post Event)
Destination, yaitu memilih destinasi mana yang menjadi prioritas utama
atau yang paling diminati para wisatawan, melalui persentase demografi dari
wisatawan. Origin yaitu menilai asal negara dari masing-masing wisatawan.
Negara mana yang dominan serta apa kegemaran, tipe, kapan waktu liburannya,
ciri-ciri, dan sebagainya. Time, yaitu strategi untuk menyesuaikan antara masa
liburan dari masing-masing negara asal wisatawan dengan kegiatan events yang
akan dilaksanakan di Indonesia.
Branding yaitu cara dalam mempromosikan pariwisata dengan memberikan
merek yang dapat diiklankan melalui website, media ruang, TV, media cetak,
kegaiatan festival di mancanegara, dan mengadakan perjalanan wisata unggulan
yang mendatangkan sekelompok wisatawan mancanegara sesuai dengan paket
yang diberikan. Branding pariwisata misalkan “Wonderful Indonesia” yang
digunakan Kementerian Pariwisata untuk wisatawan mancanegara dan “Pesona
Indonesia” untuk wisatawan dalam negeri. Advertising, yaitu strategi promosi atau
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komunikasi pemasaran pariwisata dengan menggunakan iklan di media cetak
(koran dan majelah), event-event mancanegara, penjualan langsung di televisi,
pembuatan bahan-bahan promosi, dan kerja sama dengan pelaku industri
pariwisata. Selling, yaitu upaya menjual paket wisata melalui pameran , misi
penjualan, dan paket wisata yang dijual oleh pelaku industri pariwisata.
Paid Media, yaitu menggunakan media-media berbayar di mancanegara
atau negara sasaran, seperti media online, media cetak, media elektronik, dan
media ruang. Owned Media, yaitu memiliki media yang dimiliki sendiri, yang
berbentuk website dan bentuk media lainnya. Social Media, yaitu akun media
sosial yang digunakan untuk mempromosikan atau mengkomuniksikan produk
pariwisata yang dimiliki. Endorser, yaitu mengiklankan produk pariwisata dengan
menggunakan brand ambasador atau tokoh populer seperti artis, model,
olahragawan, jurnalis, lembaga media dan lainnya, untuk memberikan testimoni
positif mengenai produk wisata di media sosial milik mereka atau media lainnya.
Pre Event, yaitu segala kegiatan atau persiapan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan suatu event besar. Kegiatan dalam rangka persiapan sifatnya
menyediakan segala hal
yang mendukung terselengaranya event
yang
direncanakan, termasuk promosi dan kegiatan event-event kecil sebelumnya yang
mendukung acara utama. On Event, yaitu kegiatan pada hari pelaksanaan acara.
Segala fasilitas, sistem, dan aktivitas yang mendukung kelancaran acara pada hari
pelaksanaan event. Sedangkan Post Events, yaitu segala kegiatan yang dilakukan
setelah penyelenggaraan suatu event sampai pada perencanaan kembali acara
berikutnya.
Strategi
POP
merupakan
lingkaran
siklus
keberlanjutan
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyelengaraan event dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, kegiatan setelah
pelaksanaan, evaluasi, dan kembali ke perencanaan untuk acara selanjutnya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam beberapa penelitian terdahulu, menemukan bahwa komunikasi
pemasaran yang baik dari suatu destinasi wisata dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan suatu negara atau daerah tertentu. Jumlah wisatawan yang
berkunjung ke suatu negara akan mempengaruhi tingkat pendapatan negara
tersebut dalam sektor pariwisata, serta secara tidak langsung berpengaruh
terhadap perekonomian masyarakat dimana pariwisata berkembang. Beberapa
hasil penelitian menemukan bahwa salah satu cara untuk menarik minat
berkunjunag wisatawan adalah dengan membuat events yang bernuansa budaya,
kesenian, dan sebagainya. Namun yang menjadi hambatan adalah kuarangya
informasi yang didapatkan oleh calon wisatawan sehingga dibutuhkan pemasaran
yang efektif untuk mengatasi beberapa hambatan yang dihadapi.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengkomunikasiaknan dan
memasarkan pariwisata di suatu daerah tertentu. Sari (2015) dalam penelitiannya
berjudul Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Sleman (Analisis Deskriptif Desa Wisata di Kabupaten Sleman dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Periode 2010-2012), menemukan bahwa
pemasaran destinasi wisata dalam rangka meningkatkan kunjunmgan wisatawan,
dilakukan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi hasil. Salah satu media komunikasi pemasaran yang dilakukan
adalah dengan memiliki website resmi yaitu www.tourismsleman.com, facebook,
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
email, dan media sosial lainya. Dengan menggunakan media online, maka
diharapkan agar informasi mengenai objek wisata yang ada di Kabupaten Sleman,
secara khusus desa wisata akan lebih mudah diakses oleh konsumen (wisatawan),
sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sleman
secara khusus dan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum.
Pada penelitian Aesthetika (2012), yang berjudul Strategi Promosi Wisata
Pulau Bawean Melalui Event Festival Molod Bawean, menemukan bahwa untuk
mencapai tujuan dari penyelenggaraan acara pada suatu daerah maka harus
menggunakan event marketing process. Akan tetapi sistem tidak berjalan dengan
sempurna karena keterbatasan SDM dan event yang diselenggarakan secara
mandiri oleh lembaga yang lahir dari masyarakat tanpa kerjasama dengan
pemerintah daerah. Meskipun demikian, tujuan mengundang wisatawan di
berbagai daerah dan negara lain dapat tercapai. Tercapainya penyelenggaraan
event ini, merupakan penjelasan bahwa event dapat dijadikan alat promosi efektif
wisata Pulau Bawean. Memasarkan suatu event daerah tidak hanya tergantung
oleh pemerintah daerah dan keinginan masyarakat memajukan daerahnya secara
mandiri, akan tetapi kemungkinan untuk lebih efektif jika masyarakat dan
komunitas bersinergi dengan pemerintah daerah dalam upaya bersama memajukan
daerahnya.
Hasil penelitian Raska (2016), yang berjudul Perencanaan Model Promosi
Wisata Kuliner (Wisata Gastronomi) di DKI Jakarta dalam Meningkatkan Citra
Destinasi dan Kunjungan Wisatawan Mancanegara, menemukan bahwa pola
promosi wisata kuliner belum menjadi fokus. Pola promosi wisata DKI Jakarta
untuk wisatawan mancanegara dilakukan hanya berdasarkan partisipasi Dinas
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pariwisata dan DKI Jakarta dalam mengikuti pameran di luar negeri dan menjadi
bagian dari organisasi internasional. Berdasarkan hasil analisis didapatkan pola
pemasaran yang efektif yakni dengan melakukan integrasi pemasaran melalui
Kementrian Pariwisata sampai dengan seluruh pelaku industri pariwisata di DKI
Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta harus menerapkan strategi DOT BAS dan POSE
untuk mempromosikan wisata kuliner dan mengajak seluruh pelaku industri
pariwisata dan masyarakat untuk mempromosikannya juga. Bersama-sama secara
sinergi memberikan informasi yang memberikan informasi yang baik dengan
penampilan yang menarik sehingga wisatawan mancanegara mengetahui produk
wisata kuliner yang menyebabkan rasa ingin datang dan ingin mencicipi produk
tersebut. Dengan melakukan pola promosi yang efektif, terintegrasi dan bersinergi
menjadi tindakan perbaikan berkelanjutan pada pola promosi mancanegara yang
saat ini dilakukan.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari solusi atau pemecahan
masalah terhadap suatu permasalahan yang terjadi (Nasir, 2009).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena
dalam setting dan konteks naturalnya di mana peneliti tidak berusaha untuk
memanipulasi fenomena yang yang diamati. Penelitian kualitatif menganggap
bahwa realitas adalah bentuk pikiran manusia. Serta proses penelitian kualitatif
lebih fleksibel dan dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan
selama proses penelitian (Sarosa, 2012).
Sugiyono (2014), menjelaskan
metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih menekankan
pada makna. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menentukan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Studi
Kasus merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelah sebuah
“kasus” tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Creswell, 2015). Myres (2009), mendefenisikan studi kasus (case study) sebagai
penelitian yang menggunakan bukti empiris dari satu atau lebih organisasi dan
peneliti berusaha mempelajari permasalahan dalam konteksnya. Penelitian studi
kasus digunakan untuk meneliti kejadian nyata di masa kini (kontemporer) di
mana peneliti tidak dapat mengendalikannya dan mungkin saja semua kejadian
yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan. Fokus studi kasus adalah
menjawab permasalahan penelitian yang dimulai dengan kata tanya bagaimana
atau mengapa.
Berhubungan dengan pendekatan ini, maka peneliti akan mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan data yang berkaitan dengan situasi yang terjadi
pada tempat peneltian.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi
beberapa tempat penelitian, yaitu:
1. Dinas Parawisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
2. Penyelenggara events, yaitu: Penyelenggara ArtJog dan Penyelenggara
Jogja International Street Performance (JISP)
3. Kantor ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies)
Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada kebutuhan perolehan data
yang mendukung penelitian, sehingga yang dipilih di atas dianggap sebagai
tempat yang paling tepat untuk memperoleh data penelitian ini. Waktu penelitian
adalah Januari sampai dengan April 2017.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.3. Pemilihan Narasumber
Pemilihan narasumber dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pemilihan narasumber dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu yang dimaksudkan adalah narasumber dianggap paling
mengetahui banyak hal yang berhubungan dengan penelitian. Pemilihan
narasumber didasarkan pada analisis latar belakang dan posisinya pada dinas,
kantor dan komunitas tertentu, dengan harapan bahwa narasumber yang dipilih
dapat membantu menjawab pertanyaan penelitian dan memberikan data yang
dibutuhkan. Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini merupakan informaninforman yang menguasai tentang pariwisata DIY secara umum dan
produk
wisata events secara khusus. Peneliti memilih narasumber sebagai beriku:
1. Tiga orang dari Dinas Pariwisata DIY, yaitu: Bapak Drs. Imam Pratanadi,
MT. (Kepala Bidang Pemasaran), Ibu Dra. Putu Kertiyasa (Kepala Seksi
Promosi), dan Bapak Jufri, S.Pt. (Kepala Seksi Standarisasi Produk) Dinas
Pariwisata DIY, yang dapat menjelaskan pola strategi pemasaran destinasi
pariwisata secara umum dan juga strategi pamasaran events secara khusus
di DIY. Peneliti mengharapkan bahwa informan dari Dinas Pariwisata DIY
dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang pemasaran
pariwisata di Kabupaten Sleman secara khusus pemasaran events. Peneliti
menggali informasi seputar strategi pemasaran yang digunakan dan
efektivitas dari pemasaran events yang sudah dilaksanakan. Dinas
Pariwisata DIY sebagai penanggung jawab dari semua kegiatan pariwisata
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di DIY tentu mengetahui banyak dan secara mendalam tentang keadaan
dan pelaksanaan komunikasi pemasaran pariwisata events di DIY.
2. Masing-masing satu orang dari kepanitiaan/penyelenggara events, yaitu:
Bapak Heri Pemad (Penyelenggara ArtJog), dan Bapak Bambang
Paningron (Penyelenggara Jogja International Street Performance).
Masing-masing dari informan akan diwawancarai secara mendalam
tentang pola pemasaran yang dilakukaan selama ini terutama menggali
informasi bagaimana bentuk kerjasama dengan pihak pemerintah dan
pelaku industri pariwisata.
3. Satu orang dari Kantor ASITA (Association of the Indonesian Tours and
Travel Agencies) yaitu Bapak Herry Rudyanto (Kepala Bidang Sumber
Daya Manusia). Wawancara yang dilakukan pada pengurus ASITA
bertujuan untuk menggali informasi bagaimana bentuk-bentuk kerjasama
pelaku industri pariwisata DIY dengan para komunitas atau pelaku events
di DIY, serta bentuk kerjasama dengan Dinas Pariwisata.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang dijadikan sebagai data pendukung. Maka untuk mendapatkan
berbagai data yang dibutuhkan, ada tiga jenis pendekatan yang digunakan, yaitu
observasi dokumen dan wawancara.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.4.1. Observasi Dokumen
Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data melalui pengamatan
secara langsung dan melihat fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang.
Sugiyono (2014), menyatakan bahwa dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data
secara terbuka kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian.
Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
peneliti. Maka hal yang akan di observasi dalam penelitian ini adalah berbagai
dokumen melalui online atau langsung yaitu berupa data statistik, media sosial,
website resmi, brosur, booklet, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
komunikasi pemasaran untuk festival dan acara budaya dan kesenian di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3.4.2. Wawancara Mendalam (In Depth Individual Interview)
Melalui wawancara mendalam, peneliti mengumpulkan data yang beragam
dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks (Sarosa, 2012). Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur. Jenis wawancara
ini sudah termasuk dalam kategoti wawancara mendalam (in dept interview) di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diwawancarai diminta pendapat, dan ideidenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2014). Wawancara
mendalam (In dept interview) merupakan salah satu cara yang tepat untuk
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengumpulkan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung dengan
informan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY, komunitas penyelenggara,
dan lembaga lainnya yang dipilih sebagai tempat penelitian.
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya guna
disesuikan dengan hasil observasi dokumen terutama konten-konten promosi yang
dianalisis. Hasil wawancara dan observasi konten dokumen dianalisis untuk
mengetahui pola-pola komunikasi pemasaran yang dilakukan selama ini dan
evaluasi efektivitas dari setiap strategi yang dilakukan.
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu
(Sugiyono, 2014). Model analisis data mengacu pada konsep yang dikemukakan
Raska (2016), yaitu aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
serta berlangsung secara terus menerus dalam setiap tahapan penelitian sampai
tuntas, yang dapat dibagi dalam beberapa sub bab. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis konten (Content Analysis), analisis berdasarkan kesamaan konteks
(Common Theme Approach) dari semua wawancara dan observasi dokumen, dan
analisis data didasarkan pada teori yang telah dijelaskan (Emic Approach) yang
berhubungan dengan kegiatan promosi atau komunikasi pemasaran untuk events
yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.1. Analisis Wawancara dan Observasi Dokumen
Dalam tahap ini dirumuskan permasalahan yang terjadi pada Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu menganalisa bagaimana pola komunikasi
pemasaran yang yang dilakukan selama ini untuk produk berupa festival dan acara
budaya dan kesenian atau events yang ada di DIY. Analisa dilakukan berdasarkan
konten dan hasil wawancara dari narasumber dan melihat fakta-fakta dokumen
yang diobservasi.
Tahapan analisis adalah sebuah kerangka penelitian yang berisi langkahlangkah yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dengan
metode penelitian, yaitu:
1. Content Analysis. Metode Content Analysis merupakan analisis ilmiah
tentang isi pesan suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis
mencakup: klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi,
menggunakan kriteria dasar klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis
tertentu sebagai pembuat prediksi. Content Analysis menampilkan tiga
syarat, yaitu objektivitas, dengan menggunakan prosedur secara aturan
ilmiah; generalisasai, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi
teoritis tertentu; dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam
kategorisasi data.
2. Common Theme Approach. Metode ini merupakan cara menganalisis
dengan mengaitkan seluruh hasil wawancara dengan mengambil kesamaan
konteks hasil wawancara. Setelah penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi dokumen, kemudian data
dari hasil penelitian itu digabungkan sehingga saling melengkapi.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Emic Approach, yaitu menganalisis data dari hasil wawancara dan
observasi dokumen disesuaikan dengan teori relevan yang telah dijelaskan
pada landasan teori.
3.5.2. Evaluasi efektivitas Pola Komunikasi Pemasaran Events di DIY
Sebelum memulai proses evaluasi efektivitas, perlu dipahami bahwa fokus
pada pola komunikasi pemasaran dimulai dari input, throughput dan output.
Setelah mendapat data berdasarkan hasil wawancara, dilakukan analisis data
untuk evaluasi efektivitas dengan metode “content analysis” yang mengambil
intisari dari hasil wawancara dan observasi dokumen, “common theme approach”
yakni mengambil kesamaan dari seluruh hasil wawancara dan observasi dokumen,
dan “Emic Approach” yaitu menyesuaikan hasil wawancara dan observasi
dokumen dengan teori-teori yang sudah ada.
Dalam menilai efektivitas, ada tiga indikator yang dijadikan ukuran
penilaian tingkat efektivitas komunikasi pemasaran events yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata DIY selama ini, yaitu:
1. Kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan selama ini sesuai dengan
Visi/Misi/Target Pasar yang telah ditentukan, serta konten dan kinerja dari
semua kegiatan komunikasi yang dilakukan.
2. Penyelengaraan events dapat mendatangkan wisatawan dalam jumlah yang
besar.
3. Penyelengaraan events bisa menjadi motivasi utama wisatawan untuk
berkunjung ke DIY.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.3. Perancangan Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu
untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian di DIY
Pola komunikasi pemasaran terpadu didesain dengan konsep dan teori
pemasaran dan dikaitkan dengan data serta analisis hasil wawancara dan observasi
dokumen. Sehingga dapat dirancang pola komunikasi pemasaran terpadu yang
lebih efektif untuk festival dan acara budaya dan kesenian berdasarkan teori
komunikasi pemasaran terpadu (intergrated marketing communication) dan teori
pendukung lainnya yang telah dijelaskan di Bab II, untuk diaplikasikan secara
efektif oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini diharapkan
menjadi solusi untuk mencapai tujuan penelitian, yakni menyusun perencanaan
pola komunikasi pemasaran terpadu untuk festival dan acara budaya dan kesenian
dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah wisatawan
mancanegara berkunjung ke Indonesia, khususnya yang datang ke DIY.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
POLA KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA
DAN KESENIAN DI DIY SAAT INI
4.1. Visi, Misi dan Pemilihan Target Pasar Pariwisata DIY
Visi pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rencana Jangka Panjang
dan Menengah 2005-2025 yaitu “Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025
sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Tekemuka di Asia
Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera”.
Kemudian, semakin diperkuat oleh visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam RIPPARDA Tahun 2012-2025, yaitu “Terwujudnya
Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia
Tenggara, Berkelas Dunia, Berdaya Saing, Berkelanjutan, dan Mampu
Mendorong Pembangunan Daerah Untuk Kesejahteraan Masyarakat”.
Sedangkan Misi Dinas Pariwisata DIY dalam mencapai Visi yang telah
dirumuskan, yaitu:
1. Mewujudkan kualitas dan kuantitas Daya Tarik Wisata DIY dan
pendukungnya yang berdaya saing tinggi berdasarkan Sapta Pesona dan
keterpaduan antara pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pemasaran Pariwisata DIY yang
didukung kapabilitas/kredibilitas kapasitas SDM dan kelembagaan seluruh
pemangku kepentingan kepariwisataan DIY.
Guna mencapai visinya, Dinas pariwisata DIY terus berkomitmen
melaksanakan misinya dalam membagun sektor pariwisata baik berbentuk
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
destinasi, alam, budaya, maupun buatan manusia termasuk event. Selain
peningkatan kuantitas dan kualitas Daya Tarik Wisata yang harus dilakukan, misi
utama lain yang harus ditingkatkan adalah kualitas dan kuantitas pemasaran dari
semua produk wisata yang dimiliki agar tujuan menjadi Destinasi Wisata
Terkemuka di Asia Tenggara dapat terwujud.
Pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY selama ini dilakukan
dengan mengikuti kegiatan berskala internasional secara langsung yang diadakan
di negara lain maupun yang diadakan di Indonesia, serta melalui promosi
menggunakan berbagai macam media. Namun masih menemui beberapa kendala
yang membuatnya belum optimal, baik berupa konten yang belum semenarik
produk-produk wisata negara lain, maupun persoalan SDM yang belum mumpuni
khususnya penguasaan bahasa dari personal pegawai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pemerintah melalui Dinas
Pariwisata DIY, festival dan acara budaya atau events di Yogyakarta merupakan
salah satu produk wisata DIY yang menjadi prioritas utama dikembangkan saat
ini. Namun dalam pemasarannya terutama dalam hal promosi belum ada pola
atau struktur khusus untuk memasarkan produk berbentuk events. Dinas
Pariwisata DIY dalam melakukan pemasaran dan promosi, produk wisata berupa
festival dan acara budaya atau kesenian masih digabungkan dengan produk wisata
lainnya. Kepala Bagian Pemasaran Dinas Pariwisata DIY Bapak Imam Pratanadi,
menjelaskan mengenai produk berbentuk events yang dimiliki DIY, yaitu:
“Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki lebih dari 200 event yang
diselenggarakan setiap tahunnya, namun kita setidaknya memiliki 7 event
berskala internasional. Berdasarkan intruksi dari gubernur dan analisis
internal, maka produk wisata berupa events ini kita jadikan sebagai
prioritas utama untuk dijadikan daya tarik pengunjung wisatawan
mancanegara maupun nusantara. Hanya saja kita belum merumuskan pola
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tepat seperti apa agar lebih tersistematis terutama bersinergi antar
sektor pemerintah, pelaku event, dan semua masyarakat untuk memiliki
arah tujuan yang sama”.
Dalam memasarkan pariwisata yang ada di DIY, Dinas Pariwisata
menyediakan informasi tentang produk-produk wisata yang dimiliki di website
resminya yaitu visitingjogja.com. Termasuk produk berupa event ada dalam
bentuk kalender of events setiap tahunnya, baik yang sudah terjadwal tempat dan
waktu pelaksanaannya maupun yang belum. Selain melalui website resmi,
promosi juga dilakukan melalui media massa berupa koran dan majalah-majalah
travel namun masih lebih kepada memperkenalkan Daya Tarik Wisata yang
dimiliki DIY dan masih dalam lingkup nasional. Dinas Pariwisata DIY juga sering
mengundang media online dan para bloger dengan tujuan menyampaikan potensipotensi yang ada di DIY agar mereka menerbitkan di media yang dimilikinya.
Menurut Bapak Imam Pratanadi, pemerintah mengupayakan efisiensi
anggaran sehingga ada keterbatasan dalam melakukan promosi secara besarbesaran, namun pihaknya tetap mengupayakan kreatifitas guna melakukan
promosi yang memadai tahun ini.
“Meski harus memperhatikan efisiensi anggaran, namun kita tetap berusaha
mengikuti beberapa pameran berskala internasional sesuai kebutuhan. Kita
akan mengupayakan pemasaran menggunakan sell mission melalui
kerjasama dengan biro perjalanan untuk menjual paket-paket perjalanan
wisata, berpromosi melalui media massa baik cetak maupun online dengan
menggandeng beberapa majalah travel seperti majalah Travelounge dan
majalah maskapai penerbangan seperti Majalah Inflight Garuda dan
Majalah Inflight Lion Air. Untuk tahun 2016 kita melakukan promosi
melalui TV Bandara Seokarno-Hatta periode Mei sampai November 2016”.
Promosi dalam bentuk pameran yang diikuti di luar negeri maupun dalam
negeri ada yang sifatnya memenuhi undangan Kementerian Pariwisata pusat, ada
juga yang memang kerjasama secara Government to Government antara
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemerintah DIY dengan negara tujuan. Promosi Pariwisata DIY juga ada yang
dilakukan melalui penjualan Business to Business dengan melibatkan industri
pariwisata terutama yang dikelola biro perjalanan. Pengusha biro perjalanan di
DIY melakukan kerjasama dengan biro perjalanan di negara lain untuk menjual
paket-paket wisata yang dimiliki DIY. Komunitas event juga melakukan promosi
tersendiri dengan memperkuat kerjasama community to community antar sesama
pelaku event internasional. Adanya kerjasama internasional antar komunitas,
memudahkan bagi komunitas penyelenggara event berskala besar di DIY untuk
mengikuti kegiatan di beberapa negara. Sebaliknya, pelaku event di negara lain
relatif lebih mudah didatangkan ke DIY tanpa harus membayar biaya yang besar
karena ikatan komunitas antar sesama penyelenggara event internasional.
Bapak Heri Pemad salah satu penyelenggara event internasional di DIY
(ArtJog) menyatakan tidak sulit untuk mendatangkan wisatawan nusantara
maupun mancanegara pada suatu event besar, namun yang menjadi masalah
adalah tempat yang belum representatif dan dukungan dari semua pihak termasuk
pemerintah masih sangat dibutuhkan komunitas pelaku event.
“Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan pelaku event dalam
memprioritaskan pembangunan wisata pada sektor event, khususnya
menyediakan tempat yang representatif untuk suatu acara yang besar. Kita
kewalahan dalam mencari panggung yang pas dengan didukung fasilitas
yang memadai. Terselenggaranya suatu event yang memiliki kualitas dan
memberikan kesan baik juga dipengaruhi oleh tempatnya. Sehingga baik
jika ini diperhatikan oleh pemerintah”.
Hal senada juga disampaikan penyelenggara event internasional lain yaitu
Bapak Bambang Paningron (Jogja International Street Performance, Java
International Festival, dan Asia Tri), yang menyatakan tempat yang representatif
harus terus dioptimalkan didukung fasilitas yang dibutuhkan.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Ada event pesanan yang memang hampir semuanya dibiayai oleh
pemerintah, ada juga event internasional di DIY yang dibuat secara
mandiri oleh pengelola dan komunitas. Nah keduanya harus menjadi
perhatian lebih oleh pemerintah. Baik dari segi penyediaan tempat
penyelenggaraan yang baik maupun dari segi peningkatan kualitas dan
keahlian para pelaku event. Termasuk menjamin biaya hidup dari
stakeholder pelaku event agar lebih profesional dan fakus dalam
menciptakan produk-produk yang memuaskan pengunjung sehingga
pariwisata bisa hidup secara berkelanjutan. Semua hal ini tidak cukup
dibebankan kepada pelaku events, namun harus ada kerjasama yang baik
antar semua pihak terutama partisipasi pemerintah”.
Dengan mengikuti banyak event besar di negara lain dan menampilkan
beberapa seni dan budaya ciri khas DIY maka hal itu menarik minat pelaku dan
penikmat event untuk berkunjung ke Indonesia dan DIY. Hubungan baik yang
dibangun antar pelaku event dapat menjadi faktor para pelaku event internasional
dapat tampil di beberapa acara di DIY dan hal itu menambah daya tarik
penyelenggaraan kegiatan, yang tujuannya menghadirkan wisatawan lebih
banyak.
Kepala Bidang Sumber Daya Manusia ASITA, Bapak Herry Rudyanto
mengakui bahwa belum banyak hubungan kerjasama yang dilakukan antara
pihaknya dengan para pelaku events.
“Selama ini para anggota ASITA belum banyak mempromosikan atau
membuat paket wisata untuk tujuan event karena memang tidak banyak
jalinan kerjasama yang dilakukan antara pihak komunitas event dengan
pihak pelaku industri pariwisata. Events sangat menarik untuk dijual
menjadi paket wisata disamping produk wisata berbentuk destinasi lainnya.
Kerjasama yang baik antar sektor pemerintah, pelaku industri pariwisata,
dan komunitas event akan membantu untuk membuat paket wisata ke DIY
yang menarik minat wisatawan dengan disesuaikan dengan target pasar”.
Pola strategi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY selama ini
yaitu dimulai dengan penentuan target pasar, kemudian melakukan promosi.
Dalam mencapai tujuan visinya menjadi daerah tujuan wisata terkemuka di Asia
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tenggara, Dinas Pariwisata menargetkan wisatawan mancanegara sebagai
prioritas utama dan ditambah dengan wisatawan nusantara. Penentuan target pasar
didasarkan pada statistik 10 besar jumlah wisatawan mancanegara berdasarkan
asal negaranya. Berikut grafik 10 besar wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke DIY pada tahun 2015 berdasarkan asal negara: (gambar di halaman berikut)
Gambar 4.1: Grafik Peringkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara di DIY 2015.
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, 2016.
Dari grafik di atas, sebanyak 60,1% wisatawan mancanegara DIY berasal
dari 10 negara, sedangkan sisanya sebanyak 39,9% berasal dari gabungan
berbagai negara lain yang pernah berkunjung ke DIY sepanjang tahun 2015.
Berdasarkan grafik tersebut, maka terdapat sepuluh negara yang dapat dipilih
Dinas Pariwisata DIY sebagai negara target pasar pariwisata
DIY untuk
melakukan promosi, yaitu Belanda (10,8%), Jepang (9,6%), Malaysia (9,1%),
Perancis (6,2%), Singapura (6,0%), Australia (5,4%), Amerika Serikat
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5,3%), Korea Selatan (3,0%), Republik Rakyat China (2,5%), dan Italia
(2,3%).
Negara-negara di Asia yang dijadikan target pasar akan relatif lebih mudah
karena memiliki kesamaan budaya, etnis, dan jarak lebih dekat. Sedangkan
negara-negara yang letaknya di benua Eropa, Amerika, dan Australia memiliki
perbedaan budaya yang mencolok dengan Yogyakarta serta jarak yang cukup
jauh, sehingga tentu membutuhkan strategi berbeda dan biaya yang relatif lebih
besar. Perbedaan latar belakang masing-masing negara menjadi pertimbangan
Dinas Pariwisata dalam menentukan target pasar wisatawan mancanegara dan
pemilihan cara promosi produk wisata yang dimiliki ke negara tujuan. Dari total
10 negara target pasar, 5 negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar
menjadi prioritas utama pemasaran pariwisata DIY.
Hal ini senada dengan penjelasan Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata
DIY, Ibu Putu Kertiyasa, mengenai kebutuhan target pasar masing-masing negara.
“Kita selalu mengupayakan mengenali setiap negara yang menjadi target
pasar yang akan dipilih karena wisatawan di masing-masing negara
memiliki budaya, perilaku dan keinginan yang berbeda-beda. Ada fenomena
dimana wisatawan suatu negara cenderung menyukai tempat-tempat
destinasi tertentu atau produk wisata tertentu yang difavoritkan. Misalnya
wisatawan dari Eropa dan Amerika pada umumnya menyukai produk
wisata yang berhubungan dengan budaya atau peninggalan-peninggalan
bersejarah, namun hal itu berbeda dengan wisatawan dari Asia Tenggara
misalnya Wisatawan dari Malaysia cenderung lebih menyukai belanja
pakaian dan souvenir lainnya”.
4.2. Promosi Festival dan Acara Budaya dan Kesenian (Events) di DIY
4.2.1. Promosi Produk Events DIY secara langsung di Events Internasional
Produk wisata berupa events tidak pernah dipromosikan atau dibawa secara
khusus dalam kegiatan internasional di dalam atau luar negeri yang diikuti oleh
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dinas Pariwisata DIY. Produk wisata events selalu digabungkan dengan produk
wisata lainnya dalam promosi langsung yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY,
serta porsinya pun masih sangat sedikit dibanding produk yang lain karena hanya
sebatas pembagian kalender of events. Hal ini didasarkan pada penjelasan Kepala
Bidang Promosi Dinas Pariwisata, Imam Pratanadi yang menyatakan bahwa
belum banyak hal yang dilakukan untuk promosi produk events pada beberapa
pameran internasional yang diikuti di luar negeri, selain hanya membagikan
jadwal yang ada dalam kalender event kepada pengunjung outlet. Sementara isi
kalender event itu sendiri berisi dengan ratusan jadwal penyelenggaraan event
kecil-kecil dengan tempat dan waktu yang berbeda-beda.
Berikut beberapa events di luar negeri yang diikuti oleh Dinas Pariwisata
DIY selama tahun 2016, yaitu:
Tabel 4.1. : Pameran di Dalam Negeri dan Luar Negeri yang Diikuti Dinas
Pariwisata DIY pada Tahun 2016
No Nama Kegiatan
Tempat
Waktu
1
Thai International
2016
Fair Bangkok, Thailand
2
ITB Berlin 2016
3
Table Top Pariwisata DIY Bangkok, Thailand
di Thailand
4
Matta Fair 2016
Johor
Malaysia
5
Pameran di Vietnam
Ho Chi Minh City, 8-10 September 2016
Vietnam
6
JATA Tourism Expo 2016 Tokyo, Jepang
Berlin, Jerman
17-21 Februari 2016
8-13 Maret 2016
3-6 Agustus 2016
Bahru, 29-31 Agustus 2016
22-25 September 2016
Sumber : Dinas Pariwisata DIY, data diolah.
Berikut keterangan dari enam events internasional yang diikuti oleh Dinas
Pariwisata DIY sepanjang tahun 2016, yaitu:
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Thai International Travel Fair (TITF) 2016.
Pameran yang diselenggarakan tiap tahun di Queen Sirikit National
Convention Center, Bangkok Thailand ini diikuti oleh Dinas Pariwisata
DIY 2 tahun belakangan yaitu Thai International Fair 2015 pada 25
Februari-1 Maret 2015 dan pada 12-21 Februari 2016. Pemerintah DIY
menggunakan dana APBD dengan membuka booth untuk mempromosikan
produk wisata yang dimiliki DIY dan menjual beberapa paket-paket wisata
ke DIY melalui kerjasama dengan pihak industri pariwisata.
Dinas Pariwisata DIY juga mempromosikan produk events dengan
membagikan kalender events kepada pengunjung yang mampir ke booth
disertai penjelasan dari penjaga yang ditugaskan. Pada pameran Tahun
2016 ini, tidak ada keterangan jumlah pengunjung. Namun laporan panitia
pada penyelenggaraan tahun sebelumnya yang juga dihadiri Dinas
Pariwisata DIY, melaporkan Thai International Travel Fair (TITF) 2015
diikuti oleh pelaku industri pariwisata dari berbagai belahan dunia, turis
mancanegara, jurnalis Internasional, produser televisi dari beberapa
negara, dan agen-agen travel yang terdiri dari 743 booths dengan jumlah
pengunjung untuk tahun 2015 mencapai 300.000 orang selama 5 hari
pelaksanaan acara.
2. Internationale Tourism Bourse (ITB Berlin 2016)
Event internasional tertua di dunia ini diselenggarakan di Berlin,
Jerman pada 3-6 Maret 2016. Keikutsertaan Dinas Pariwisata DIY
menggunakan dana APBN dan ikut dalam rombongan Kementerian
Pariwisata dan daerah lain di Indonesia dengan menggunakan branding
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pariwisata Indonesia yaitu ‘Wonderful Indonesia’. Indonesia merupakan
negara yang aktif mengikuti bursa pariwisata internasional di ITB Berlin.
Pameran pariwisata dunia tertua ini setiap tahun diikuti sekitar 285 negara,
850 qualified top buyers, 10 ribu eksibitor, dan ratusan ribu pengunjung
dari berbagai belahan dunia.
Dilansir dari beberapa media nasional (kompas.com, liputan6.com,
dan republika.co.id) capaian transaksi dari semua produk wisata yang
dimiliki Kementerian Pariwisata bersama tim melampaui target Rp 5
Triliun, menjadi Rp 6,5 Triliun, naik dibandingkan tahun 2015 lalu
mencapai yang hanya mencapai 4,3 Triliun. Paviliun Indonesia pada acara
tersebut seluas 410 meter persegi menampilkan perahu tradisional pinisi.
Pilihan pinisi agar dapat menunjukkan identitas Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 13.000 pulau terbentang di 3
zona waktu serta mempunyai 1.128 kelompok etnis dengan berbagai
tradisi dan budaya yang beranekaragam, akan mengikat wisatawan dari
berbagai belahan dunia. Pada pameran tersebut ‘Wonderful Indonesia’
sangat dikenal sebagai destinasi wisata dunia yang menarik.
Rombongan Kementrian Pariwisata membawa sekitar 100 delegasi
dari kalangan pelaku usaha pariwisata seperti tour agents, hotel dan
restoran, serta dinas pariwisata beberapa provinsi. Beberapa paket wisata
yang berhasil dijual diantaranya liburan ke Bali, situs warisan budaya
dunia UNESCO yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan
(Yogyakarta), Raja Ampat, dan berbagai produk wisata bahari, wisata
ekologi, wisata petualangan, wisata heritage dan religi, wisata kuliner dan
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belanja, wisata kota dan desa, dan wisata event serta berbagai bentuk
wisata lainnya baik yang dimiliki Kementerian Pariwisata maupun yang
dimiliki daerah provinsi dan kabupaten/kota.
3. Table Top Pariwisata DIY di Thailand 2016
Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY pada 3-6 Agustus
2016 di Bangkok, Thailand. Dinas Pariwisata DIY menggandeng para
pelaku industri pariwisata yaitu Travel Agents dan Perusahaan Perhotelan
di DIY sebagai Seller. Sedangkan yang menjadi Buyer adalah para pelaku
industri pariwisata di Thailand terutama Travel Agents, untuk melakukan
Business to Business (B2B) antar pelaku industri pariwisata kedua negara.
Selain itu, ada juga yang langsung dijual oleh pelaku industri pariwisata
DIY ke konsumen atau wisatawan mancanegara Thailand yang saat itu
ingin berkunjung ke DIY.
Sayangnya, dalam promosi ini tidak banyak hal yang dapat dilakukan
untuk promosi berbasis events yang dimiliki DIY karena orientasinya lebih
besar kepada kerjasama antar industri pariwisata melalui campur tangan
pemerintah sebagai leading sector Pariwisata di DIY.
4. The Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA Fair
2016).
Pameran ini diselenggarakan di Putra World Trade Center, Kuala
Lumpur, Malaysia untuk pelaksanaan 13-15 Maret 2015 dan di Danga City
Mall, Johor Bahru, Malaysia untuk pelaksanaan 29-31 Agustus 2016.
Kegiatan internasional yang diikuti Dinas Pariwisata DIY 2 tahun berturutturut ini menggunakan sumber dana APBD DIY dan membawa identitas
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan produk-produk wisata yang dimiliki
termasuk kalender event 2016 dalam bentuk brosur yang dibagikan ke
pengunjung stand.
Dalam laporan Dinas Pariwisata, maksud dan tujuan mengikuti
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan volume kunjungan wisatawan
yang datang ke DIY, meningkatkan lama tinggal wisatawan, serta
mempertahankan citra positif kepariwisataan DIY di mata wisatawan, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan sasaran kegiatan adalah
(1) Wisatawan domestik maupun mancanegara yang sedang berada di
destinasi tempat penyelenggaraan ajang promosi pariwisata secara
langsung; (2) Wisatawan domestik maupun mancanegara pembaca media
cetak atau pemirsa media elektronik; (3) Jurnalis pariwisata, pelaku wisata,
serta beberapa pihak lain yang turut mendukung perkembangan
kepariwisataan, khususnya di lokasi pameran tersebut.
5. Pameran di Vietnam
Festival Wonderful Indonesia yang disebut sebagai “Indonesia Mini”
di Ho Chi Minh City (Saigon), Vietnam ini diselenggarakan oleh
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Kementerian Pariwisata
melibatkan daerah-daerah dalam mengikuti kegiatan khusus yang dibuat
Indonesia ini, termasuk diantaranya adalah Dinas Pariwisata DIY. Acara
ini diselenggarakan di lantai satu Sc Vivo City Mall dengan luas 26.000
m2, dengan menampilkan beberapa tarian daerah, lagu-lagu klasik, musik
Sasandu Rote, Kendang Sunda, Batik Karnaval, Wayang Kulit dan
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai pameran seni budaya lainnya seperti Tari Remo, Tari Kecak, Tari
Topeng, Tari Sajojo, dan sebagainya.
Pameran ini terbilang sukses dengan mengkalaborasikan berbagai
kekayaan budaya berbagai daerah di Indonesia dan strategi kementerian
pariwisata dalam memanfaatkan SDM lokal di Vietnam. Setidaknya ada
10 orang pemuda Vietnam yang sudah menguasai Bahasa Indonesia dan
sudah sering berkunjung ke Indonesia yang dijadikan sebagai panitia
penyelenggara bersama tim kementerian pariwisata. Dengan strategi ini,
membuahkan hasil yang positif dengan dihadiri oleh ribuan pengunjung
yang khusus untuk menyaksikan kegiatan promosi Pariwisata Indonesia
ini.
Dalam festival ini, Kementerian Pariwisata juga ikut memperkenalkan
destinasi
Joglosemar
(Jogjakarta,
Solo
dan
Semarang)
dengan
mempromosikan Candi Borobudur sebagai kuil Budha terbesar di dunia
yang selalu dikunjungi wisatawan mancanegara setiap tahunnya. Meski
letaknya di Jawa Tengah, namun masih banyak yang mempersepsikannya
sebagai milik DIY sehingga wisatawan menginapnya di Kota Yogyakarta
saat berwisata. Candi Prambanan juga ikut diperkenalkan sebagai tempat
beribadah umat Hindu yang letaknya di Yogyakarta. Untuk produk wisata
berbentuk events, tidak banyak dipromosikan disini, namun dengan
penyelenggaraan Batik Karnaval dan Wayang di acara ini, event DIY ikut
dipromosikan secara tidak langsung karena Yogyakarta sudah dikenal
sebagai salah satu Kota Batik dunia melalui pengakuan UNESCO.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Japan Association of Travel Agent (JATA Tourism Expo Japan 2016).
Pameran yang diikuti Dinas Pariwisata DIY 2 tahun belakangan ini
selalu diselenggarakan di Tokyo Big Sight, Tokyo, Jepang pada 24-27
September 2015 dan 22-25 September 2016. Pameran ini merupakan salah
satu event promosi pariwisata dunia terbesar dengan berbagai rangkaian
acara. Diantara rangkaian acaranya adalah Travel Expo Business Meeting,
Japan Tourism Award, Seminar dan Travel Showcase. Peserta kegiatan ini
diantaranya instansi pemerintah, BUMN/BUMD, dan industri pariwisata
seperti biro perjalanan, hotel dan restoran, maskapai penerbangan, dan
industri transportasi yang berasal dari seluruh dunia.
Event ini disejajarkan dengan Pameran ITB Berlin dan WTM London
untuk menggambarkan betapa penting dan strategisnya event ini bagi
dunia pariwisata. Keikut sertaan DIY sangat penting untuk menjaga dan
meningkatkan citra yang selama ini telah dimiliki DIY sebagai daerah
kunjungan wisata yang menarik, aman, dan nyaman untuk dikunjungi.
Berdasarakan laporan pelaksanaan 24-27 September 2015, pengunjung
pameran berjumlah 173.602 orang berdasarkan jumlah tiket yang terjual.
Jumlah ini belum temasuk peserta acara lain yang masuk arena pameran
dengan gratis dan para mahasiswa sekolah tinggi pariwisata yang
menggunakan tanda pengenal khusus. Pameran ini diikuti oleh berbagai
instansi dari 141 negara yang menempati 1650 booths.
Pada pelaksanaan pameran ini, banyak pengunjung yang menanyakan
informasi mengenai objek dan daya tarik wisata di DIY, baik yang sudah
dikenal maupun yang relatif baru dan belum banyak dikenal seperti pantai-
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pantai yang baru dibuka di Kabupaten Gunung Kidul, dan objek-objek
destinasi wisata lainnya.. Khusus untuk objek wisata yang belum begitu
dikenal, pengunjung banyak yang menanyakan brosur dan bahan promosi
lainnya yang terkait dengan objek tersebut sebagai pegangan mereka
dalam merencanakan kunjungan wisata ke DIY. Transaksi langsung di
pameran ini
terjadi sebanyak 50 grup/paket
yang menyepakati
mendatangkan wisatawan ke DIY.
Adapun kegiatan berskala nasional dan internasional di Indonesia yang
diikuti sepanjang tahun 2016, yaitu East Asia Inter-Regional Tourism Forum
(EATOF) General Assembly di Yogyakarta, Deep & Extreme Indonesia di
Jakarta, Majapahit Travel Fair di Surabaya, Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) di
Bali, dan Table Top Pariwisata DIY di Bali. Events nasional dan internasional
yang diikuti oleh Dinas Pariwisata DIY di Indonesia ini bisa juga untuk menyasar
wisatawan mancanegara yang ikut dalam acara tersebut, namun hal ini lebih
mengutamakan promosi kepada target wisatawan nusantara.
4.2.2. Promosi Produk Events DIY melalui Media Komunikasi
Beberapa media promosi yang digunakan oleh Dinas Pariwisata DIY dalam
mengkomunikasikan produk-produk wisata yang dimilikinya, yaitu sebagai
berikut:
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2.1. Website Resmi Dinas Pariwisata DIY (www.visitingjogja.com)
Gambar 4.2: Tampilan Website Dinas Pariwisata DIY
Sumber : Dinas Pariwisata DIY
Pada situs resmi yang dimiliki Dinas Pariwisata DIY ini menyediakan
berbagai konten yang berhubungan dengan informasi dan berita mengenai Dinas
Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota, portal promosi destinasi wisata, agenda
events, peta wisata, bank data yang dipublikasikan, serta beberapa aplikasi sosial
media termasuk video yang diunggah secara berkala. (Gambar kalender events
DIY di halaman berikut).
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.3: Kalender events tahun 2016 dan 2017
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
Informasi mengenai agenda event, ada yang sifatnya akan dilaksanakan
pada jadwal yang telah ditentukan berdasarkan tempat dan waktunya dan ada pula
laporan yang telah dilaksanakan. Terdapat kalender of event setiap tahunnya yang
berisi jadwal pelaksanaan event selama setahun dari Januari sampai Desember
dalam tahun. Ada informasi mengenai masing-masing event sesuai dengan
gambar
promosinya
disertai
dengan
keterangan
waktu
dan
tempat
pelaksanaannya, namun tidak terdapat penjelasan lebih mengenai event itu
terutama dalam hal konten yang menceritakan atau sinopsis dari jenis event itu.
Konten atau isi dari website resmi Dinas Pariwisata DIY masih didominasi
penggunaan Bahasa Indonesia. Nama-nama atau branding dan sub-branding dari
event sudah banyak yang menggunakan Bahasa Inggris namun banyak juga yang
menggunakan Bahasa Indonesia yang memang penamannya tidak bisa
menggunakan bahasa asing, namun mayoritas konten penjelasan dari setiap event
masih menggunakan Bahasa Indonesia.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2.2. Media Sosial milik Dinas Pariwisata DIY
Media sosial merupakan alat komunikasi secara massal yang banyak
digunakan untuk mempromosikan produk barang atau jasa. Fenomena masyarakat
menggunakan media sosial menjadi suatu peluang untuk semakin mendekatkan
informasi yang terkini kepada calon konsumen atau wisatawan dalam hal
pariwisata. Dinas Pariwisata DIY juga memanfaatkan beberapa media sosial
untuk mempromosikan produk-produk wisata yang dimilikinya. Berikut beberapa
contoh media sosial yang digunakan oleh Dinas Pariwisata DIY:
4.2.2.2.1. Instagram
Gambar 4.4. : Akun Instagram Visitingjogja
Sumber: Akun Media Sosial Instagram Dispar DIY (Diakses 20 Februari 2017)
Instagram Visitingjogja merupakan akun resmi Dinas Pariwisata DIY yang
memiliki cukup banyak followers namun kirimannya belum begitu intens. Pada
kiriman di instagram ini juga masih didominasi oleh destinasi wisata, bahkan
sangat sedikit untuk gambar atau promisi berupa event.
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2.2.2. Twitter
Gambar 4.5. : Akun Twitter Visiting Jogja
Sumber: Akun Media Sosial Twitter Dispar DIY (Diakses 20 Februari 2017)
Akun Twitter Visiting Jogja milik Dinas Pariwisata DIY ini juga memiliki
followers yang cukup banyak dan informasi yang dibagikan lebih terkini. Gambar
atau informasi mengenai event di akun ini juga belum begitu banyak, namun
masih didominasi oleh produk wisata destinasi dan kegiatan-kegiatan seputar
pariwisata DIY.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2.2.2.3. Media Facebook
Gambar 4.6. : Akun Facebook Visiting Jogja
Sumber: Akun Media Sosial Facebook (Diakses 20 Februari 2017)
Facebook Visiting Jogja milik Dinas Pariwisata tidak berbentuk akun
pribadi tapi menggunakan akun komunitas. Berbeda dengan Istagram dan Twitter
Visiting Jogja, konten yang diinformasikan di Facebook ini lebih banyak memuat
tentang jadwal penyelenggaraan events di DIY baik yang diselenggarakan
pemerintah daerah maupun yang dikelola oleh komunitas dan penyelenggara
events. Informasi yang diberikan cukup terkini, namun pengikut atau yang
menyukai akun berbentuk komunitas ini sangat sedikit jumlahnya.
4.2.2.2.4. Media Youtube
Banyak video di Youtube yang mengandung konten Pariwisata DIY, baik
yang menggunakan Visiting Jogja maupun Wonderful Indonesia untuk
Yogyakarta. Salah satu video yang paling hits dengan judul Wonderful Indonesia:
Yogyakarta merupakan video buatan Kementerian Pariwisata yang ada di website
resmi Kementerian pariwisata, tetapi juga ada di website Visitingjogja milik Dinas
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pariwisata DIY. Video yang dapat diakses di youtube dengan pencarian
visitingjogja, jumlahnya hanya sedikit. Hal ini menandakan bahwa Dinas
Pariwisata DIY tidak banyak menyebarkan informasi pariwisata melalui youtube.
Konten yang berhubungan dengan event pun jumlahnya sangat sedikit.
Gambar 4.7. : Akun Youtube Visiting Jogja
Sumber: Media Youtube Dispar DIY (Diakses 20 Februari 2017)
4.2.2.3. Aplikasi Mobile Milik Dinas Pariwisata DIY
Dinas pariwisata memiliki aplikasi mobile di Google Play Store yang
dapat diinstal di komputer atau gadget wisatawan. Aplikasi ini memuat layanan
informasi Pariwisata DIY yang menampilkan informasi wisata, akomodasi,
kuliner, berita, agenda event, dan berbagai kepariwisataan lainnya yang
diselenggarakan Dinas
Pariwisata DIY. Wisatawan mancanegara
selalu
menggunakan smartphone dalam kesehariannya, sehingga adanya aplikasi yang
memuat banyak informasi tentang Pariwisata DIY akan membantu mereka.
Namun aplikasi ini masih menggunakan bahasa Indonesia sehingga belum dapat
digunakan secara optimal oleh wisatawan mancanegara.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.8. : Aplikasi Mobile Visiting Jogja
Sumber: Sumber: Media Aplikasi Mobile Dispar DIY (Diakses 20 Februari 2017)
4.2.2.4. Promosi Pariwisata DIY di Media Berbayar Tahun 2016
Selain melakukan promosi secara langsung di kegiatan internasional dan melalui
media internet, Dinas Pariwisata DIY juga menggunakan promosi melalui media
cetak dan elektronik berbayar pada beberapa majalah dan TV Bandara. Kepala
Bagian Pemasaran Dinas Pariwisata DIY, Imam Pratanadi menjelaskan strategi
promosi ini digunakan untuk menyasar wisatawan yang menggunakan akomodasi
perjalanan melalui maskapai penerbangan. Berikut pernyataannya:
“Kita berpromosi pada beberapa media cetak seperti majalah Inflight
Lionmag milik maskapai penerbangan Lion Air dan majalah Inflight
Garuda, serta majalah travel seperti Travelounge dan majalah lokal DIY
yaitu Kabare. Kita belum pernah menggunakan media televisi di negara
sasaran namun kita telah melakukan promosi melalui TV bandara di
Bandara Soekarno-Hatta. Namun baik promosi melalui majalah maupun TV
bandara, masih lebih memprioritaskan produk wisata destinasi baik yang
baru maupun yang sudah terkenal, yang semestinya kita juga banyak
mencantumkan banyak produk berupa event yang dimiliki, tetapi belum
dilakukan seperti itu”.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.2.: Media Iklan Berbayar untuk Promosi Pariwisata DIY Tahun 2016
No Jenis Media
Tempat
Waktu
1
Iklan Melalui TV
Soekarno -Hatta
Bandara Cengkareng, Jakarta
Mei
–
November 2016
2
Iklan
Pariwisata
Majalah Kabare
Melalui DIY
Agustus
dan
September 2016
3
Iklan
Pariwisata
Melalui Inflight Lion Air
Majalah Inflight Lionmag
September 2016
4
Iklan
Pariwisata
Majalah Travelounge
Melalui Jakarta, DIY, dll.
Oktober 2016
5
Promosi Pariwisata
Majalah
Inflight
(Colours)
Melalui Inflight Garuda
Garuda
Oktober dan
Desember 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, data diolah.
Berdasarkan data yang diperoleh, Dinas Pariwisata DIY melakukan promosi
di TV Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng periode bulan Mei sampai November
2016 dengan menggunakan dana APBD DIY. Promosi melalui majalah Inflight
Lionmag (Lion Air) pada bulan September 2016. Promosi pada majalah Kabare
periode Agustus dan September 2016. Pada majalah Travelounge untuk terbitan
Oktober 2016. Sedangkan promosi di majalah Inflight Garuda atau Colours pada
terbitan Oktober dan Desember 2016. Baik promosi melalui TV Bandara maupun
media cetak majalah, semuanya menggunakan dana yang bersumber dari APBD
DIY yang dikelola oleh Dinas Pariwisata DIY. (gambar di halaman berikut).
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.9. : Ilustrasi majalah Kabare, Lionmag, Travelounge dan Colours
Sumber: Google (jenis majalah).
Pada beberapa majalah yang digunakan sebagai media promosi Pariwisata
DIY pada bulan tertentu yang disebutkan di atas, penulis hanya menggunakan
ilustrasi cover majalah yang dimaksudkan karena tidak menemukan cover majalah
pada bulan yang disebuatkan dimana Dinas Pariwisata DIY brpromosi di majalahmajalah ini. Meski hanya sebagai ilustrasi saja namun penjelasan narasumber dan
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data bulan yang diberikan Dinas Pariwisata DIY sudah menggambarkan bahwa
keempat majalah tersebut yang digunakan sebagai media promosi produk wisata
DIY pada tahun 2016. Konten promosi berupa video dan gambar yang digunakan
pada TV Bandara tidak dapat diakses namun kebaradaannya cukup jelas didukung
oleh pernyataan narasumber bagian pariwisata DIY dan berdasarkan data laporan
promosi menggunakan dana APBD untuk media TV Bandara Soekarno-Hatta
pada Mei sampai November 2016 dengan konten destinasi wisata yang dimiliki
DIY. Pemilihan media cetak berupa majalah yang berbasis maskapai penerbangan
memiliki tujuan dan harapan bahwa para penumpang dapat membaca dan
mengetahui tentang destinasi wisata yang ada Yogyakarta, guna menarik minat
calon wisatawan berkunjung ke DIY.
4.3. Dinas Pariwisata DIY Melakukan Monitoring dan Evaluating
Salah satu pola terakhir yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY adalah
melakukan evaluasi di akhir tahun untuk mengukur pencapain atau kinerja
tahunan dari kegiatan pariwisata, yang dirangkum dalam Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah Dinas Pariwisata Yogyakarta setiap tahunnya. Kegiatan pengawasan
dan evaluasi (monitoring and evaluating) yang dilakukan untuk mengawasi proses
pelaksanaan dan hasil kinerja dari semua aktivitas kepariwisataan yang telah
dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY sepanjang periode satu tahun.
Adapun indikator sasaran yang ditentukan lebih awal untuk melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja dan evaluasi hasil kinerja setiap
tahunnya, yaitu:
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Terwujudnya pemasaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan.
Tolok ukur capaian sasaran I ini terdiri dari dua indikator, yaitu (1)
Jumlah Wisatawan Nusantara, dengan formulasi: jumlah wisatawan
nusantara yang berkunjung ke DIY selama satu tahun; (2) Jumlah
Wisatawan Manbanegara, dengan formulasi: Jumlah Wisatawan Nusantara
yang berkunjung ke DIY selama satu tahun.
2. Terwujudnya destinasi wisata yang berdaya saing.
Sasaran ini ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa dalam
mewujudkan sedtinasi wisata DIY yang berdaya saing di lingkup Asia
Tenggara maka diperlukan sasaran yang mampu dijadikan suatu acuan
dalam mencapai taraf destinasi wisata yang berdaya saing
Tolok ukur capaian sasaran II ini, terdiri dari dua indikator, yaitu (1)
Lama Tinggal Wisatawan Nusantara, dengan formulasi: Rata-rata lama
tinggal wisatawan nusantara di DIY; (2) Lama Tinggal Wisatawan
Mancanegara, dengan formulasi: Rata-rata lama tinggal wisatawan
Mancanegara di DIY.
Selain kedua indikator sasaran utama diatas yang dipantau dan dievaluasi
Dinas Pariwisata DIY, ada juga indikator kinerja pendukung yang ikut dievaluasi
setiap tahunnya, yaitu:
1. Tolok ukur capaian indikator kinerja pendukung pertama adalah Jumlah
Kunjungan Wisatawan di Daya Tarik Wisata (DTW), dengan formulasi:
jumlah pengunjung DTW di kabupaten/kota.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tolok ukur capaian indikator kinerja pendukung kedua adalah Jumlah
Daya Tarik Baru, dengan formulasi: jumlah kumulatif daya tarik wisata.
3. Tolok ukur capaian indikator kinerja pendukung ketiga, terdiri dari dua
sub indikator, yaitu (1) Jumlah Desa Wisata, dengan formulasi: kumulatif
desa wisata yang dibina oleh dinas pengampu urusan pariwisata; (2)
Jumlah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dengan formulasi: jumlah
kumulatif pokdarwis yang tercatat di dinas pengampu urusan pariwisata.
Indikator terakhir yang dievaluasi oleh dinas pariwisata yaitu Akuntabilitas
Anggaran. Indikator ini memiliki dua tolok ukur capaian indikator, yaitu:
1. Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung Sasaran selama satu tahun;
2. Tingkat Efisiensi dari Capaian Kinerja dan Penyerapan Anggaran selama
satu tahun.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
EVALUASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN FESTIVAL
DAN ACARA BUDAYA DAN KESENIAN DI DIY
5.1. Evaluasi Keselarasan Target Pasar dengan Pemilihan Tempat Promosi
Evaluasi pemilihan tempat promosi langsung pada events internasional ada
yang sudah efektif bedasarkan target pasar mancanegara, namun ada pula yang
belum efektif atau tidak sesuai dengan negara pasar sasaran. Terdapat 10 negara
target pasar wisatawan mancanegara Dinas Pariwisata DIY, yaitu: Belanda,
Jepang, Malaysia, Perancis, Singapura, Australia, Amerika Serikat, Korea
Selatan, Republik Rakyat China (RRC), dan Italia. Dari 10 negara target pasar
pariwisata DIY, 5 besar menjadi negara target pasar utama karena menjadi
penyumbang terbanyak wisatawan mancanegara ke DIY pada tahun 2015, yaitu:
Belanda (10,8%), Jepang (9,6%), Malaysia (9,1%), Perancis (6,2%),
Singapura (6,0%).
Sepanjang tahun 2016, Dinas Pariwisata DIY setidaknya melakukan enam
kali melakukan promosi langsung di luar negeri yaitu dua kali di Thailand dan
masing-masing satu kali di Jerman, Malaysia, Vietnam, dan Jepang. Jika
disesuaikan keselarasan antara target pasar dengan pemilihan tempat promosi
yang sudah dilakukan Dinas Pariwisata DIY sepanjang tahun 2016, maka hanya
dua negara yang cukup efektif yaitu promosi di Jepang dan Malaysia. Promosi
yang dilakukan di Jerman, Vietnam, dan Thailand memiliki alasan tersendiri,
namun jika disesuaikan dengan target pasar mancanegara berdasarkan 10 besar
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wisatawan mancenegara yang berkunjung ke DIY, maka promosi yang dilakukan
pada tiga negara ini belum efektif karena tidak masuk dalam daftar target pasar.
Berikut tabel evaluasi keselarasan antara negara target pasar berdasarkan 10
besar wisatawan mancanegara DIY tahun 2016 dengan pemilihan negara tempat
promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata sepanjang tahun 2016, yaitu:
Tabel 5.1. : Evaluasi Keselarasan Target Pasar dengan Pemilihan Tempat Promosi
No
Nama Kegiatan
International
Tempat
Fair Bangkok,
Thailand
Evaluasi
1
Thai
2016
2
ITB Berlin 2016
3
Table Top Pariwisata DIY Bangkok,
di Thailand
Thailand
4
Matta Fair 2016
Johor
Bahru,
Malaysia
Sesuai Target Pasar
5
Pameran di Vietnam
Ho Chi Minh
City, Vietnam
Tidak Sesuai Target Pasar
6
JATA Tourism Expo 2016
Tokyo, Jepang
Berlin, Jerman
Tidak Sesuai Target Pasar
Tidak Sesuai Target Pasar
Tidak Sesuai Target Pasar
Sesuai Target Pasar
Sumber: Dinas Pariwisata DIY, data diolah.
Dari data tabel di atas, terlihat bahwa kegiatan promosi secara langsung
melalui keikutsertaan Dinas Pariwisata DIY pada events internasional di luar
negeri sepanjang tahun 2016 masih lebih banyak yang kurang efektif karena tidak
sesuai dengan target pasar. Hanya dua kegiatan yang sesuai dengan target pasar
wisatawan mancanegara DIY yaitu Matta Fair di Malaysia dan JATA Tourism
Expo di Jepang. Jepang dan Malaysia masuk dalam daftar 5 besar jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY, sehingga sangat efektif
melakukan promosi langsung yang dapat berinteraksi dengan masyarakat di kedua
negara ini.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Negara lain yang dipilih sebagai tempat promosi yaitu Thailand sebanyak
dua kali, Jerman dan Vietnam. Ketiga negara ini tidak masuk dalam 10 jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY, sehingga pemilihan tempat
promosi ini belum efektif jika didasarkan pada target pasar. Meskipun demikian
pemilihan negara tempat promosi langsung ini, didasari oleh beberapa
pertimbangan internal Dinas Pariwata DIY yang dikemukakan oleh Bapak Imam
Pratanadi. Berikut alasan dan evaluasi dari empat promosi internasional yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY yang tidak sesuai dengan target pasar, yaitu:
1. Thailand dipilih sebagai tempat promosi sebanyak dua kali karena dinilai
banyak wisatawan mancanegara dari Timur Tengah, Eropa, Amerika, dan
Australia memfavoritkan Thailand sebagai negara tujuan berwisata
mereka. Sehingga, dengan melakukan promosi di Thailand maka
Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke negara itu, bisa melanjutkan
perjalanannya ke DIY.
Alasan Dinas Pariwisata DIY di atas, dalam memilih Thailand sebagai
tempat promosi, tentu ada benarnya dengan berbagai pertimbangan.
Namun perlu juga diingat bahwa penyelengaraan event pada negara
tersebut tentu didominasi oleh penduduk setempat dibandingkan
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Thailand untuk menikmati
liburan. Sehingga belum begitu efektif jika menyasar wisatawan
mancanegara dari negara lain melalui keikutsertaan events di negara
Thailand. Kalau sasaran utamanya adalah penduduk Thailand, maka
langkah ini tentu akan sangat efektif. Namun kenyataannya penduduk
Thailand tidak memfavoritkan DIY sebagai tujuan berwisata mereka,
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan analisis jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
DIY.
2. Pemilihan Jerman sebagai tempat promosi langsung didasari oleh
pertimbangan bahwa ITB Berlin merupakan pameran tertua dan salah satu
pameran besar di dunia. Peserta dan wisatawan yang berkunjung ke ITB
Berlin pun bukan hanya dari Jerman saja, namun dari berbagai belahan
dunia terutama wisatawan di Eropa karena Jerman berada di tengah-tengah
dari negara lainnya. Lalu hal ini juga dapat mengifisiensi anggaran APBD
karena biaya selama kegiatan berasal dari APBN melalui Kementerian
Pariwisata.
Mengikuti event ITB di Berlin ini tentu memiliki nilai positif bagi
Dinas Pariwisata DIY dalam mempromosikan produk-produk wisata yang
dimilikinya, namun Jerman pun bahkan tidak masuk dalam 10 besar
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY. Sehingga untuk
promosi dengan target sasarannya adalah penduduk Jerman, maka hal itu
juga tidak sesuai dengan negara target wisatawan mancanegara Dinas
Pariwisata DIY berdasarkan analisis jumlah wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke DIY. Kalau sasarannya adalah wisatawan mancanegara
Eropa atau negara tetangga Jerman yang berkunjung ke ITB Berlin, maka
target pasarnya terlalu luas, artinya tidak fokus pada negara terget pasar.
Selain itu, mengikuti event internasional sekelas ITB Berlin tentu
membutuhkan biaya yang sangat besar. Meskipun hal ini ditanggulangi
oleh Kementerian Pariwisata melalui dana APBN, namun tentu ini sudah
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dihitung
sebagai
anggaran
yang
dikucurkan
pemerintah
pusat
(Kementerian Pariwisata) untuk Pemerintah DIY (Dinas Pariwisata).
Seandainya dana ini digunakan untuk melakukan promosi ke negara target
pasar pariwisata DIY, tentu akan jauh lebih efektif dan hasilnya pun lebih
besar dari segi jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY. Meski hal ini
tidak sesederhana yang dipikirkan karena ada banyak ketentuan dan
prosedur yang mesti diikuti oleh Dinas Pariwisata dalam menggunakan
dana APBN.
3. Keikutsertaan Dinas Pariwisata DIY dalam Pameran di Vietnam juga sama
halnya dengan di ITB Berlin, bahwa kegiatan ini diselenggarakan oleh
Kementerian Pariwisata. Kehadiran Dinas Pariwisata DIY sebagai
partisipasi mendukung promosi pariwisata secara nasional sekaligus juga
menampilkan produk-produk wisata yang dimiliki DIY, termasuk
mempromosikan events dalam bentuk pembagian brosur dan kalender
event yang ada di DIY. Dinas Pariwisata DIY kembali menggunakan dana
APBN dari Kementerian Pariwisata.
Sama halnya dengan kegiatan yang dilakukan di Thailand dan Jerman,
bahwa tentu hal ini memberikan nilai yang baik bagi Pariwisata DIY.
Namun untuk kesesuaian dengan terget pasar, Vietnam juga bukan negara
sasaran Pariwisata DIY jika didasarkan pada jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke DIY.
Pada dasarnya pemilihan tempat promosi di Thailand, Jerman, dan Vietnam
tentu memiliki dampak yang baik bagi Pariwisata DIY dan hal ini masih dapat
dilakukan kembali di tahun-tahun berikutnya. Akan tetapi, selain memilih
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beberapa negara tersebut, Dinas Pariwisata DIY juga harus melakukan promosi
terutama pada negara-negara yang masuk dalam target pasar wisatawan
mancanegara, minimal lima negara target utama dari total sepuluh negara target
pasar Pariwisata DIY. Dengan konsisten melakukan promosi secara langsung atau
tidak langsuk sesuai dengan target pasar, maka tentu promosi atau komunikasi
pemasaran yang dilakukan akan lebih efektif dalam mencapai tujuan yang hendak
dicapai yaitu mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan mancanegara
melalui produk wisata events dan produk-produk wisata lainnya.
Dengan melakukan promosi pada negara-negara target pasar (minimal yang
masuk daftar 5 besar) ditambah dengan promosi di negara-negara lain yang tidak
masuk sebagai target pasar namun memiliki alasan dan pertimbangan tertentu,
maka diharapkan komunikasi pemasaran yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY
bersama pihak penyelengara event, dan pelaku industri pariwisata bisa lebih
efektif dan mencapai hasil yang diharapkan, yaitu mencapai visi yang telah
ditetapkan.
5.2. Evaluasi Penggunaan Frame DOT, BAS, POSE, dan POP untuk Festival
dan Acara Budaya dan Kesenian di DIY.
Frame strategi DOT, BAS, POSE, dan POP sebagai strategi pemasaran
pariwisata yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata belum digunakan oleh
Dinas Pariwisata DIY. Akan tetapi dalam praktisnya, sudah ada beberapa yang
sudah digunakan meski penamaannya berbeda. Maka frame ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi efektivitas dari kegiatan komunikasi pemasaran yang
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY selama ini, terutama yang memiliki
hubungan terhadap promosi events. Berikut valuasi efektivitas promosi events
DIY berdasarkan frame strategi DOT, BAS, POSE, dan POP.
5.2.1. Evaluasi Strategi DOT (Destination, Origin, Time) untuk Events di DIY
5.2.1.1. Evaluasi Strategi Destination
Destinasi tidak hanya pada objek berbentuk tempat saja, namun bisa juga
dalam bentuk non fisik, termasuk produk kegiatan-kegiatan berbentuk festival
atau acara budaya dan kesenian yang dapat menjadi salah satu tujuan berwisata.
Maka pola komunikasi pemasaran atau promosi events yang dilakukan Dinas
Pariwisata dapat dievaluasi menggunakan frame DOT untuk melihat efektifitas
dari strategi yang telah dilakukan.
Strategi destination berhubungan dengan tempat pelaksanaan, infrastruktur
dan fasilitas kelengkapan, lingkungan yang memadai, gedung, dan keterkaitan
penyelenggaraan event dengan Daya Tarik Wisata (DTW) dan isi dari acara itu
sendiri. Pada dasarnya strategi
destination sudah dilakukan dan ikut
dikomunikasikan dalam setiap promosi tentang tempat atau gedung pelaksanaan
acara, baik yang terdaftar dalam kalender events maupun dmelalui media
komunikasi. Namun kualitas dari destination yang belum begitu efektif karena
masih adanya fasilitas, infrastruktur dan maupun ketersediaan gedung yang tidak
representatif untuk melakukan suatu acara besar. Infrastruktur jalan atau lalu lintas
biasanya masih ada macet akibat penyelenggaraan event.
Kesiapan berbagai infrastruktur dan fasilitas pendukung inilah yang
dikeluhkan oleh pelaku events, yang diwakili oleh Bapak Bambang Paningron dan
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapak Heri Pemad. Mereka menyatakan bahwa pemerintah harus memberikan
dukungan kepada wisata events melalui penyediaan berbagai fasilitas pendukung,
infrastruktur (lalu lintas dan gedung layak), kemudahan berbagai izin yang
berhubungan dengan events, serta peningkatan kesejahteraan setiap individu
pengisi acara events agar mereka fokus berkarya dan berdampak pada peningkatan
kualitas isi setiap acara secara profesional.
Kepala Seksi Standarisasi Produk, Bidang Destinasi dan Pengembangan
Dinas Pariwisata DIY, Bapak Jufri menyatakan hal yang sama bahwa pemerintah
sedang
mengupayakan
penyediaan
tempat-tempat
yang
layak
untuk
menyelenggarakan events besar serta mengupayakan dukungan penuh kepada
komunitas atau penyelenggara events.
“Kami terus berkomitmen untuk mendukung berbagai penyelenggaraan
events di DIY dengan cara peningkatan kelengkapan fasilitas dan
infrastruktur di tempat-tempat lama yang sudah biasa ditempati melakukan
suatu acara. Kemudia kami juga pembangunan tempat-tempat baru yang
cocok untuk penyelenggaraan events seperti di sekitaran pantai dan Tebing
Breksi yang terus diupayakan percepatan pembangunannya guna dapat
digunakan sebagai tempat penyelenggaraan events sekaligus menjadi DTW
baru DIY. Kami juga mendukung events melalui pemberian dana secara
langsung kepada komunitas yang memiliki kerjasama dengan pemerintah
dan hal itu sudah dianggarkan jauh hari sebelum pelaksanaan acara. Untuk
events yang dadakan, ada yang kami berikan dana secara langsung melalui
prosedur, ada juga yang kami dukung melalui pemberian izin menggunakan
tempat-tempat yang dimiliki pemerintah. Kami berusaha mengoptimalkan
dukungan terhadap events terutama pada pemberian izin-izin yang
mendukung terselenggaranya suatu kegiatan yang dapat mendatangkan
wisatawan ke DIY”.
5.2.1.2. Evaluasi Strategi Origin
Strategi origin yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY sudah ada namun
sifatnya masih umum untuk keseluruhan Pariwisata DIY, disesuaikan dengan asal
negara masing-masing wisatawan. Dinas Pariwisata DIY melakukan kerjasama
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan industri pariwisata untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing
negara target pasar. Namun strategi origin belum dilakukan secara spesifik untuk
penyelenggaraan events di DIY. Baik Dinas Pariwisata maupun pelaku events
belum melakukan analisis secara mendalam tentang karakteristik setiap negara
target pasar dan events berbentuk seperti apa yang sesuai dengan target pasar ini.
Pada dasarnya ada beberapa events yang sudah memperhatikan karakteristik dan
waktu liburan wisatawan mancanegara target pasar yang ingin dimasuki, namun
hal ini belum semua disadari oleh pelaku maupun komunitas. Sebagian masih
berorientasi pada apa yang ingin mereka tampilkan, yang seharusnya mengarah
pada apa yang konsumen atau wisatawan mancanegara inginkan dan negara mana
yang menjadi sasaran utama produk event ini.
5.2.1.3.Evaluasi Strategi Time
Strategi time didasarkan pada waktu liburan masing-masing negara dan
waktu penyelenggaraan event di DIY. Pada dasarnya strategi Time ini sudah
digunakan oleh Dinas Pariwisata DIY dan penyelenggara events, namun belum
sepenuhnya optimal karena di dalam kalender events DIY menunjukkan
penyelenggaraan events masih terlalu menumpuk di bulan Oktober, sedangkan
bulan yang lainnya ada yang sepi. Akan lebih efektif jika events yang berskala
internasional dilaksanakan pada bulan yang berbeda sehingga ada daya tarik
berupa event besar pada setiap bulannya. Meskipun ada events kecil yang
memang tidak dapat dirubah jadwalnya karena berhubungan dengan budaya atau
ritual khusus. Sehingga jadwal penyelenggaraan events yang masih dapat dirubah
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tempat dan waktu pelaksanaannya sebaiknya dikelola dengan baik sehingga
menjadi salah satu objek wisata yang menarik minat wisatawan mancanegara.
5.2.2. Evaluasi Strategi BAS (Branding, Advertising, Selling) untuk Events di
DIY
5.2.2.1. Evaluasi Strategi Branding
Strategi branding pada Pariwisata DIY secara umum dan produk wisata
events secara khusus sudah ada namun belum efektif untuk wisatawan
mancanegara. Dinas Pariwisata DIY menggunakan “Jogja Istimewa” sebagai
branding pariwisata DIY dalam setiap promosi yang dilakukan baik secara
langsung maupun melalui media komunikasi. Brand Jogja Istimewa sudah efefktif
untuk wisatawan nusantara namun belum efektif untuk wisatawan mancanegara
karena mereka tidak tahu apa artinya atau makna keistimewaan yang dimiliki
DIY. Sehingga dibutuhkan branding lain yang cocok untuk pasar wisatawan
mancanegara.
Strategi branding produk wisata events di DIY ada yang sudah efektif
dengan menggunakan nama-nama yang menarik dan sesuai dengan DTW secara
internasional di DIY. Tetapi banyaknya jumlah events di DIY membuat strategi
branding tidak efektif karena sulit untuk mengenali satu-persatu atau mana yang
menjadi unggulan. Maka dibutuhkan beberapa “Master Events” yang dipilih dari
events yang sudah besar dan mendunia untuk memayungi events-events kecil
yang ada di DIY. Dalam hal pendanaan dari pemerintah pun tidak diberikan
kepada masing-masing event yang kecil-kecil, tapi kepada master brand yang
dimiliki. Demikian juga untuk promosi yang dilakukan pemerintah pelaku industri
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pariwisata dan komunitas atau pelaku event, tidak lagi mempromosikan ratusan
events yang dimiliki namun hanya master events atau master brand yang dimiliki
DIY.
5.2.2.2. Evaluasi Strategi Advertising
Sudah ada strategi advertising yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY dalam
mempromosikan pariwisata DIY. Strategi advertising dilakukan di media
berbayar.
Advertising
merupakan
strategi
yang
paling
cocok
untuk
memperkenalkan pariwisata DIY, termasuk produk wisata berbentuk events. Pada
dasarnya iklan yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY ada yang sifatnya sudah
efektif dan ada juga yang belum. Iklan yang belum terlalu efektif utamanya yang
berhubungan dengan wisatawan mancanegara atau secara khusus terhadap target
pasar. Hal ini dipengaruhi oleh pemilihan media komunikasi dan pemilihan
tempat promosi yang masih belum sesuai dengan target pasar wisatawan
mancanegara. Sehingga dibutuhkan analisis masing-masing negara target pasar
untuk melakukan iklan yang lebih efektif. Kesesuaian antara satu media dengan
media yang lainnya pun belum ada keterpaduan sehingga belum ada kesamaan
iklan events di semua media pilihan.
5.2.2.3. Evaluasi Strategi Selling
Strategi selling sudah dilakukan melalui kerjasama pemerintah dan industri
pariwisata saat mengikuti kegiatan internasional di luar negeri. Namun kegiatan
selling yang dilakukan lebih banyak untuk paket perjalanan wisata ke DTW yang
ada di DIY, sedangkan untuk events belum banyak dilakukan karena memang
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belum banyak bentuk kerjasama antara pelaku industri pariwisata dengan pelaku
events di DIY. Produk wisata berbentuk events akan sangat efektif pemasaarannya
jika komunitas pelaku events membuat kerjasama dengan pelaku industri
pariwisata seperti penjualan tiket atau pembuatan paket wisata oleh travel agents,
kerjasama dengan pelaku usaha perhotelan, dan industri perbankan untuk proses
pembelian tiket secara langsung dari negara calon wisatawan mancanegara atau
dimana saja tempatnya. Kemudian, strategi selling terutama yang dilakukan
secara langsung di luar negeri melalui pameran internasional atau berbentuk table
top pariwisata dan events DIY, harus selaras dengan target pasar.
5.2.3. Evaluasi Strategi POSE (Paid Media, Owned Media, Social Media,
Endorser) Events di DIY
5.2.3.1. Evaluasi Strategi Paid Media
Strategi Paid Media yang dilakukan yaitu iklan pada bulan tertentu di TV
Bandara Soekarno-Hatta, majalah Kabare, majalah Inflight Lion Air (Lionmag),
majalah Travelounge, dan majalah Inflight Garuda Indonesia (Colours), sudah
efektif untuk wisatawa nusantara namun belum terlalu efektif untuk wisatawan
mancanegara jika didasarkan pada negara target pasar. Dari lima media berbayar
yang dipilih ini, tiga diantaranya sudah strategi yang baik untuk menyasar
wisatawan mancanegara yaitu TV Bandara Soekarno Hatta dan majalah maskapai
penerbangan Garudan Indonesia dan Lion Air.
Iklan di TV Bandara Soekarno Hatta sudah baik karena merupakan pusat
kedatangan dan kepergian wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Namun akan lebih efektif jika melakukan iklan di TV bandara internasional
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
negara target pasar seperti Bandara Changi, Singapura dan bandara lainnya dari
semua target pasar wisatawan mancanegara pariwisata DIY. Iklan berbayar di
majalah maskapai penerbangan Lion Air (bulan Septembar) juga sudah baik untuk
wisatawan mancanegara namun akan lebih baik jika lebih dari 1 bulan dan
mengutamakan penerbangan internasional terutama yang menuju ke negara target
pasar. Iklan di media berbayar yang paling efektif dilakukan Dinas Pariwisata
adalah melalui majalah maskapai penerbangan Garuda Indonesia (bulan Oktober
dan Desember) karena maskapai penerbangan ini memiliki banyak rute
internasional terutama ke negara target pasar pariwisata DIY.
Semua
media
berbayar
yang
dipilih
untuk
menyasar
wisatawan
mancanegara, harus tetap menampilkan lebih banyak produk events karena
promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY di semua media berbayar ini masih
didominasi oleh DTW, bahkan sangat sedikit tempat untuk produk berbentuk
events.
Selain
beberapa
media
yang
sudah
dipilih,
sebaiknya
juga
memperhitungkan untuk menggunakan media berbayar lainnya yang ada di
negara target pasar seperti TV komersial, bilboard, dan sebagainya.
5.2.3.2. Evaluasi Strategi Owned Media
Dinas Pariwisata sudah efektif dalam memiliki media sendiri berbasis
website
dengan
nama
www.visitingjogja.com.
Strategi
Owned
Media
menggunakan website ini sangat efektif dalam mengkomunikasikan berbagai
pariwisata DIY termasuk produk wisata berbentuk events. Langkah ini sudah
efektif, namun harus dilengkapi dengan isi yang lebih menarik, terkini dan
informatif dari konten berita atau iklan yang ada di media ini. Semua konten
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informasi terutama promosi produk wisata sebaiknya menggunakan bahasa
internasional yaitu Bahasa Inggris karena orientasi pemasaran pariwisata DIY saat
ini lebih diutamakan ke target pasar wisatawan mancanegara.
Selain media berbentuk website, Dinas Pariwisata juga memiliki aplikasi
mobile resmi yang bernama “Visiting Jogja”. Aplikasi mobile ini berisi berbagai
promosi dan berita mengenai pariwisata DIY dan events, namun penggunaannya
belum terlalu optimal baik dari segi konten yang menarik dan informatif, maupun
dari segi penggunaannya yang belum banyak dipasang oleh wisatawan. Aplikasi
mobile sangat cocok untuk wisatawan mancanegara mengingat mereka lebih
banyak menggunakan alat komunikasi berbasis smartphone dan internet dalam
kesahariannya. Menggunakan aplikasi mobile tentu akan lebih efektif dibanding
harus membuka situs berbentuk website atau melakukan pencarian melalui mesin
pencari.
5.2.3.3. Evaluasi Strategi Social Media
Dinas Pariwisata DIY sudah menggunakan strategi Social Media dalam
mempromosikan pariwisata DIY. Media sosial yang digunakan yaitu Facebook,
Twitter, Instagram dan media berbasis video yang banyak digemari yaitu
Youtube. Penggunaan media sosial ini merupakan strategi yang efektif karena
platforms pengunaan media di seluruh dunia termasuk beberapa negara target
pasar juga menggunakan menggunakan sosial media sama seperti yang digunakan
Dinas Pariwisata DIY. Hal yang belum efektif dari penggunaan beberapa media
sosial ini adalah belum digunakan secara aktif sehingga berita atau promosi yang
diinformasikan tidak terkini. Selain itu konten dan penggunaan bahasa juga harus
lebih informatif bagi target pasar wisatawan mancanegara.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2.3.4. Evaluasi Strategi Endorser
Dinas Pariwisata DIY belum menggunakan strategi Endorser yaitu
menggunakan brand ambasador atau tokoh populer seperti artis, model, youtuber,
dan sebagainya dalam mempromosikan Pariwisata DIY kepada target wisatawan
mancanegara.
5.2.4. Evaluasi Strategi POP (Pre Event, On Event, Post Event) Events di DIY
5.2.4.1. Evaluasi Strategi Pre Event
Berdasarkan keterangan dari pelaku events yaitu Bapak Heri Pemad dan
Bambang Paningron, kebanyakan events yang ada di DIY tidak melakukan
kegiatan pre event sebelum penyelengaraan acara. Promosi yang dilakukan oleh
komunitas atau penyelenggara events sifatnya masih sebatas menyampaikan
informasi pada waktu yang sangat dekat dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.
Hanya ada beberapa event berskala besar yang sudah melakukan kegiatan pre
event namun juga belum optimal dari yang seharusnya dilakukan manajemen
event. Contohnya adalah penyelengaraan ArtJog melakukan pre event dengan
tema ArtWeek yang tujuannya mendukung kegiatan ArtJog yang akan
dilaksanakan beberapa bulan kedepan.
5.2.4.2. Evaluasi Strategi On Event
Pada hari pelaksanaan suatu events di DIY rata-rata sudah berjalan baik
dilihat dari kelancaran acara, kualitas acara, dan beberapa fasilitas pendukung
yang ikut disediakan. Namun hal yang belum efektif adalah belum tersedianya
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sistem untuk menghitung jumlah dan asal wisatawan yang menghadiri suatu event
yang dapat dijadikan sebagai dasar analisis untuk kegiatan pemasaran atau acara
berikutnya.
Meskipun sebagian acara sudah terselenggara dengan baik, namun para
komunitas atau pelaku events masih mengeluhkan tempat atau gedung yang
representatif untuk events dan fasilitas pendukung lainnya yang dapat disediakan
oleh pemerintah.
5.2.4.3. Evaluasi Strategi Post Event
Penyelenggara events belum melakukan kegiatan post event. Hanya satu hal
yang selalu dilakukan dan menjadi hal umum yaitu evaluasi dari kegiatan yang
telah dilakukan. Namun kegitan-kegiatan yang sifatnya untuk menahan wisatawan
lebih lama tinggal di DIY setelah mengikuti event utama belum dilakukan secara
efektif. Bahkan belum ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menunjang
pelaksanaan event di tahun berikutnya. Sehingga strategi post events bisa
dikatakan belum efektif dilakukan oleh penyelenggara maupun Dinas Pariwisata
DIY.
5.3. Evaluasi Penggunaan Media dan Keterpaduan Konten Antar Media
Komunikasi untuk Komunikasi Pemasaran Events di DIY.
5.3.1. Evaluasi berdasarkan Media Komunikasi yang Digunakan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pemasaran
pariwisata suatu daerah atau negara adalah penggunaan media dalam
mempromosikan produk wisata yang dimiliki secara terus menerus. Baik
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemerintah, pelaku industri pariwisata, maupun komunitas harus menggunakan
media untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan pariwisata yang dimiliki
agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke DIY. Media yang dapat
digunakan bisa berupa media elektronik, cetak, atau online. Belakangan ini, media
yang paling banyak digunakan di dunia adalah media online. Media internet
berupa website atau situs, media sosial, maupun aplikasi mobile khusus.
Fenomena
masyarakat
dunia
menggunakan
smartphone
menjadi
dasar
meningkatnya penggunaan media berbasis online secara signifikan dari tahun ke
tahun. Mempromosikan suatu produk menggunakan media online dinilai lebih
efektif dan efisien karena tidak membutuhkan biaya yang begitu mahal, hanya
saja pemasaran berbasis online memang membutuhkan strategi khusus terutama
promosi yang gencar harus dilakukan.
Media elektronik seperti televisi dan radio juga merupakan media yang
dapat digunakan untuk melakukan iklan pariwisata secara luas, namun
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan perlu disesuaikan dengan target pasar
yang akan dipilih. Jika wisatawan mancanegara menjadi target utama maka iklan
menggunakan media elektronik seharusnya dilakukan di negara yang menjadi
target pasar. Sehingga memperhitungkan semua biaya dan manfaat dari
penggunaan media, Dinas Pariwisata lebih banyak menggunakan media online
berbasis situs atau website, media sosial, dan aplikasi baik yang dimiliki
pemerintah daerah maupun pihak swasta. Selain media online, media cetak berupa
majalah juga menjadi pilihan untuk dijadikan media promosi Pariwisata DIY
dengan target utama adalah wisatawan mancanegara. Meski demikian, baik
pemerintah yang diwakili Dinas Pariwisata DIY sebagai penanggung jawab,
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun pelaku industri pariwisata yang diwakili ASITA, serta beberapa
komunitas dan pengelola events menyadari bahwa belum melakukan promosi
secara besar-besaran karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi
kendala. Salah satu faktor yang menjadi kendala adalah belum adanya sinergi atau
keterpaduan antara semua pihak yang terkait untuk mengembangkan produk yang
sama dan memasarkan produk yang sama dengan menggunkan media yang sama
secara terpadu.
Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi terhadap pola promosi kegiatan
festival dan acara budaya dan kesenian (events) yang dilakukan Dinas Pariwisata
DIY berdasarkan media yang digunakan yaitu media cetak, elektronik, dan online.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat evektivitas pola
promosi yang sudah dilakukan, serta hal apa yang sekiranya perlu dibenahi jika
terdapat kekurangan didalamnya.
5.3.1.1. Evaluasi Penggunaan Website Resmi Dinas Pariwisata DIY
Gambar 5.1.: Hasil Analisis Kinerja Web Dinas Pariwisata DIY
Sumber: Similar Web (diakses 22 Februari 2017)
Hasil analisis menggunakan sistem analisis website “Similar Web”
ditemukan tingkat kinerja dari website resmi Dinas Pariwisata berdasarkan
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peringkat dunia dan negara. Secara peringkat dunia, situs Dinas Pariwisata DIY
berada pada rangking 2.077.443 dunia. Sedangkan peringkat secara nasional, situs
visitingjogja.com berada pada rangking 51.747 se Indonesia. Hasil analisis
peringkat ini didasarkan pada keaktifan website atau pengguna dalam
menampilkan informasi atau konten dan berdasarkan jumlah pengunjung pada
waktu tertentu dan asal negara yang mengunjungi website. Semakin mendekati
peringkat rangking 1 (satu) maka situs itu semakin lebih baik dibanding rangking
yang angkanya lebih tinggi. Berada pada rangking 2.077.443 dunia menunjukkan
bahwa situs resmi Dinas Pariwisata belum begitu efektif penggunaannya, baik
disebabkan konten yang dimuat maupun jumlah pengunjung yang belum begitu
banyak. Rangking 51.747 secara nasional pun merupakan peringkat yang cukup
besar mengingat Pariwisata Yogyakarta sudah cukup terkenal di Indonesia.
Artinya secara nasional juga menunjukkan situs resmi Dinas Pariwisata DIY
ini tidak begitu sering dikunjungi oleh pencari informasi. Banyak atau sedikitnya
pengunjung suatu website dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pemberian
judul suatu konten yang dipublikasikan, pemberian tag atau kata kunci yang tepat
untuk memudahkan pencarian informasi, tampilan website, dan sebagainya.
Gambar 5.2. : Hasil Analisis Kinerja Web Berdasarkan Jumlah Pengunjung
Sumber: Similar Web (diakses 22 Februari 2017)
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah pengunjung swebsite Dinas Pariwisata DIY untuk bulan 22 Februari
2017 mencapai kurang lebih 6.700 pengunjung. Jumlah 6.700 pengunjung
merupakan suatu jumlah yang masih relatif sedikit untuk perhitungan total
pengunjung website selama satu bulan atau hanya kurang lebih 240 pengunjung
dalam satu hari. Pengunjung situs ini juga masih didominasi dari dalam negeri
dengan persentase 96,88%, selebihnya dari dua negara tetangga yaitu Singapura
2,07% dan Malaysia 1,05%. Persentase total dan lalulintas pengunjung situs di
atas tentu belum begitu efektif untuk mencapai cita-cita menjadi tujuan wisata
terkemuka di Asia Tenggara, terutama karena masih terlalu tinggi jumlah
pengunjung dari dalam negeri dibandingkan dari luar negeri yang hanya mencapai
3,12%.
Salah satu faktor utama yang paling mempengaruhi sedikitnya pengunjung
website dari luar negeri adalah penggunaan bahasa di website Dinas Pariwisata
DIY yang masih didominasi penggunaan Bahasa Indonesia. Hal ini menyulitkan
pengunjung atau calon wisatawan mancanegara untuk mengakses informasi
seputar Yogyakarta baik dalam bentuk pariwisata destinasi, alam, ataupun event
yang akan dilaksanakan. Hal ini juga disadari oleh pihak pengelola, sehingga
menurut wawancara dengan Bapak Imam Pratanadi, Dinas Pariwisata DIY sedang
melakukan kursus Bahasa Inggris kepada semua pegawai atau staf guna lebih
menguasai bahasa internasional ini baik dalam pelayanan sehari-hari maupun pada
keikutsertaan dalam kegitan-kegiatan internasional di luar atau dalam negeri.
Untuk situs resmi pariwisata setingkat Yogyakarta, sudah seharusnya
menggunakan bahasa internasional yaitu minimal Bahasa Inggris, atau sebaiknya
terdapat beberapa pilihan bahasa seperti Bahasa Indonesia (untuk target
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wisatawan nusantara), Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Spanyol, Bahasa
Arab, dan Bahasa Jerman, Bahasa Francis, dan sebagainya. Dengan menggunakan
bahasa internasional seperti Bahasa Inggris, maka akan semakin memudahkan
calon wisatawan mancanegara membuka dan melihat produk-produk wisata dan
informasi yang dimuat dalam situs resmi Dinas Pariwisata DIY.
5.3.1.2. Evaluasi melalui pencarian Google, TripAdvisor dan Youtube untuk
Events DIY
Gambar 5.3. : Jumlah Pencarian “Events” melalui Google
Sumber: Google (Diakses 22 Februari 2016)
Mesin pencari terbesar berbasis online yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia adalah Google. Meskipun di beberapa negara tertentu tidak
menggunakan Google sebagai media favorit, namun rata-rata negara yang masuk
daftar 10 besar target pasar Pariwisata DIY menggunakan Google sebagai situs
paling terkenal. Calon wisatawan mencanegara yang melakukan pencarian
menggunakan Google dengan kata kunci “Events in Yogyakarata” akan
menemukan data sekitar 884.000 yang ada kaitannya dengan kegiatan berbentuk
event di Yogyakarta. Jumlah yang sangat banyak ini merupakan hal yang baik
untuk
memudahkan
wisatawan
menemukan
informasi
berkaitan
dengan
penyelenggaraan events yang ada di DIY.
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Namun disisi lain, jumlah yang banyak juga belum tentu efektif karena
dipengaruhi oleh isi atau konten dari artikel atau informasi yang dapat ditemukan
melalui penggunaan mesin pencari seperti Google. Seperti halnya pencarian
menggunakan kata kunci “Events in Yogyakarta” ini berhasil menemukan jumlah
yang sangat banyak namun kegiatan festival atau acara budaya yang menjadi
andalan Dinas Pariwisata sulit ditemukan pada halaman-halaman awal karena di
halaman depan lebih banyak didominasi oleh website atau blog-blog swasta yang
retingnya lebih tinggi dan kontennya berupa promosi atau paket wisata dalam
bentuk tour dan sebagainya. Hal ini tentu tidak lepas dari keaktifan website resmi
yang digunakan oleh Dinas Pariwisata dan para pelaku events di DIY untuk
membuat strategi yang bisa menempatkan events unggulan DIY berada pada
halaman awal pencarian melalui Google.
Gambar 5.4. : Jumlah Pencarian “Events” melalui TripAdvisor
Sumber: TripAdvisor (Diakses 22 Februari 2017)
TripAdvisor adalah salah satu situs berbentuk website dan aplikasi mobile
terbesar di dunia yang khusus memuat berbagai informasi tentang pariwisata atau
kegiatan wisata. Situs TripAdvisor memuat informasi mengenai produk-produk
wisata dari berbagai negara dan dilengkapi dengan pendukung pariwisata seperti
akomodasi hotel, restoran, peta, transportasi, dan lain sebagainya. Pihak
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemerintah dan pelaku industri pariwisata di beberapa negara bekerjasama dengan
TripAdvisor untuk memasarkan dan mempromosikan produk wisata dan paket
wisata yang dimilikinya. TripAdvisor juga cukup terkenal di Indonesia terutama
di kalangan masyarakat yang suka berwisata. Produk-produk wisata dan paket
wisata di DIY juga banyak dimuat dalam situs ini.
Jika menggunakan kata kunci pencarian “events” pada wilayah Yogyakarta,
Indonesia maka ditemukan kurang lebih 160 informasi hasil pencarian. Secara
jumlah, hasil pencarian ini masih sangat kurang dan konten informasi mengenai
events yang dimuat di situs ini belum begitu bagus dan krang informatif. Selain
itu, tidak banyak ditemukan produk festival dan acara budaya dan kesenian atau
events unggulan bertaraf internasional yang dimiliki DIY.
Gambar 5.5. : Jumlah Pencarian “Events” melalui Youtube
Sumber: Media Youtube (Diakses 22 Februari 2017)
Youtube merupakan media informasi berbasis video yang banyak digunakan
untuk mempromosikan berbagai produk di seluruh dunia, termasuk Pariwisata
DIY. Pencarian events di Yogyakarta menggunakan situs dan aplikasi ini
menemukan banyak hasil namun viewer masing-masing video jumlahnya belum
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
begitu banyak. Ada juga beberapa video yang jumlah penontonnya sudah cukup
banyak
namun
tidak
dapat
diidentifikasi
asal
negara
viewer
untuk
mengklasifikasikan apakah lebih banyak didominasi penonton dari luar negeri
atau dalam negeri. Hanya beberapa video yang kontennya sudah dibuat secara
profesional, namun selebihnya masih lebih banyak didominasi video berbentuk
dokumenter dari pelaksanaan suatu acara baik berbentuk festival, pameran atau
acara-acara yang masih amatiran.
5.3.1.3. Evaluasi Penggunaan Akun Media Sosial Dinas Pariwisata DIY
Evaluasi efektivitas penggunaan sosial media yang dipakai Dinas Pariwisata
DIY untuk mempromosikan produk wisata sampai pada periode 20 Februari 2017,
yaitu Instagram, Twitter, dan Facebook dengan nama “Visisting Jogja”. Ketiga
akun resmi ini memiliki sistem berhubungan langsung dengan website resmi
Dinas Pariwisata DIY. Penggunaan sosial media merupakan suatu strategi yang
baik untuk pasar wisatawan mancanegara karena mereka rata-rata menggunakan
smartphone yang memungkinkan untuk mengakses informasi melalui sosial
media yang tren di negaranya.
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 5.6. : Akun Media Sosial Instagram, Twitter, dan Facebook Dispar DIY
Sumber: Akun Media Sosial Dinas Pariwisata (Diakses 20 Februari 2017)
Meski demikian, penggunaan sosial media Dinas Pariwisata DIY yang
masih didominasi oleh Bahasa Indonesia tentu tidak efektif untuk target
wisatawan mancanegara. Selain harus menggunakan bahasa internasional atau
Bahasa Inggris, kiriman berupa gambar yang diunggah di sosial media juga
sebaiknya seimbang antara produk destinasi dan produk wisata berbentuk events
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jika pemerintah daerah sedang memprioritaskan pengembangan wisata berbentuk
events di DIY. Guna mewujudkan promosi atau komunikasi pemasaran yang
terpadu maka harus ada sinergi atau kesamaan konten antara semua media yang
digunakan termasuk beberapa akun sosial media ini. Hal yang sama juga berlaku
terhadap pelaku industri pariwisata dan komunitas penyelenggara events harus
memiliki konten yang sama atau bersinergi dengan yang akan ditampilkan di
media pemerintah sehingga ada keterpaduan antara semua unsur yang
bersangkutan agar promosi atau pemasaran lebih efektif.
Evaluasi media instagram di atas terlihat belum begitu efektif meski
pengikutnya mencapai 2.514 untuk periode 20 Februari 2017. Hal ini dikarenakan
kiriman di media ini tidak begitu intens atau terkini dengan hanya berjumlah 42
kiriman. Selain itu akun instagram visitingjogja hanya mengikuti 30 akun lainnya,
yang seharunya lebih dari itu mengingat ada ribuan akun instagram di dunia yang
berbasis wisata. Tren penggunaan instagram harus disertai dengan pemilihan tags
atau kata kunci yang tepat untuk setiap kiriman agar dapat menjangkau lebih
banyak pengguna yang lain, namun hal ini belum dilakukan di Instagram milik
Dinas Pariwisata DIY ini. Maka penggunaan media sosial harus lebih aktif lagi,
bahkan sebaiknya ada staf di bagian komunikasi atau promosi yang khusus
berkecimpung di internet marketing mengoperasikan website dan media online
secara terus menerus.
Sama halnya dengan penggunaan instagram, jumlah pengikut di Twitter
“Visiting Jogja” juga cukup banyak dengan jumlah 3.322 pengikut pada periode
20 Februari 2017, namun tentu jumlah ini belum begitu banyak dibandingkan
akun-akun pariwisata lain di berbagai belahan dunia yang bisa mencapai jutaan
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengikut. Akun Twitter ini juga hanya mengikuti 14 akun lainnya sehingga bisa
dikatakan belum begitu efektif untuk menjadi media promosi berbasis sosial
media atau online dengan sasaran pasar mencanegara.
Dari ketiga akun resmi yang digunakan ini, Facebook sebagai media sosial
terbesar nomor satu di dunia, justru yang paling tidak efektif penggunaannya oleh
Dinas Pariwisata DIY. Akun Facebok ini berbentuk komunitas dengan jumlah
pengikut hanya 260 orang pada periode 20 Februari 2017 saat dilakukan evaluasi
ini. Konten kiriman dalam akun ini belum begitu menarik dan tidak informatif.
Akun yang berbentuk komunitas yang dimiliki Facebook merupakan suatu sistem
yang sangat baik karena pengikutnya bisa diundang secara manual untuk melihat
dan
mengikuti
akaun
ini
atau
menggunakan
promosi
berbayar
yang
memungkinkan dapat menjangkau lebih banyak pengguna Facebook lain. Akun
Facebook berbentuk komunitas ini juga banyak digunakan untuk mempromosikan
pariwisata, misalnya akun facebook “YourSingapore”, “Wonderful Indonesia”
dan sebagainya, yang pengikutnya bisa mencapai ribuan atau jutaan orang. Intinya
bahwa semakin aktif pengoperasian akun media sosial dan semakin baik isi yang
ditampilkan, maka pengikutnyapun akan semakin banyak.
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3.1.4. Evaluasi Penggunaan Aplikas Mobile untuk Pariwisata di DIY
Gambar 6.7. : Jumlah pengunduh dan reting aplikasi mobile informasi pariwisata
Sumber: Akun Media Sosial Instagram (Diakses 20 Februari2017)
Pada era digital saat ini, hampir semua orang menggunakan “smartphone”
terutama di negara-negara maju, sehingga penggunaan aplikasi mobile sangat
efisien untuk memasarkan produk wisata. Penggunaan aplikasi lebih praktis dan
memudahkan wisatawan untuk menemukan informasi produk dan lokasinya.
Kegiatan events yang selalu berubah-ubah waktu dan tempat pelaksanaannya
dapat diakses secara terkini oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara dengan menggunakan aplikasi mobile namun harus dilengkapi
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan fitur-fitur yang sesuai dan bahasa internasional terutama bahasa Inggris
yang paling banyak dipakai di dunia.
Pada tiga gambar aplikasi di atas yang diakses pada 20 Februari 2017,
semuanya sudah memiliki fitur yang baik namun jumlah yang mengunduh atau
menggunakan belum begitu banyak. Aplikasi mobile yang resmi dimiliki khusus
Dinas Pariwisata DIY “Visiting Jogja” memiliki reting yang masih rendah dan
pengunduh aplikasi ini belum banyak. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kinerja dari
aplikasi ini, baik dari segi konten yang disajikan maupun aktivitas untuk
memperkenalkan salah satu media yang dimiliki Dinas Pariwisata ini, agar
wisatawan mengunduh atau menggunakannya. Media aplikasi mobile yang
dimiliki oleh Pemda DIY sudah lebih baik dengan reting atau penilaian kinerja
dari pengguna sudah mencapai bintang 4,4 dari skala 5 bintang. Artinya, baik fitur
maupun konten yang disajikan dalam aplikasi ini sudah lebih baik dan mendapat
penilaian bagus dari para pengguna karena dapat membantu atau melayani
kebutuhan mereka. Jumlah yang mengunduh aplikasi miliki Pemerintah Daerah
DIY sudah mencapai 10 ribu orang.
Adapun konten atau isi yang disajikan seputar informasi destinasi wisata,
events, peta lokasi, dan informasi lainnya yang tidak pada lingkup dinas
pariwisata tapi informasi dari semua sektor pemerintahan DIY yang sesuai untuk
diterbitkan di aplikasi mobile ini. Sedangkan aplikasi mobile milik swasta dengan
nama “Event Jogja”, yang dibuat hanya untuk mempromosikan events saja,
memiliki reting yang sudah cukup bagus namun belum terlalu efisien karena yang
mengunduh masih sekitar 500 orang pengguna. Konten yang disajikan dalam
aplikasi ini juga belum sesuai dengan event-event besar berskala internasional
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dimiliki DIY, sehingga hal ini ini belum begitu efektif. Sehingga
kedepannya, pengelola aplikasi mobile “Event Jogja” ini sebaiknya menjalin
kerjasama yang baik dengan Dinas Pariwisata, pelaku industri pariwisata dan
Komunitas-komunitas pengelola event agar iklan atau informasi yang diberikan
bisa lebih terkini dan informatif.
Penggunaan aplikasi mobile baik yang dikelola swasta maupun pemerintah
sebagai media pemasaran pariwisata, harus didukung dan bersinergi dari semua
pihak yaitu Dinas Pariwisata DIY sebagai wakil pemerintah, kemuadian pelaku
industri pariwisata seperti pengusaha perhotelan dan biro perjalanan, dan
komunitas atau pengelola events baik yang sifatnya tradisional maupun
kontemporer, semua pihak bersinergi dan membangun kerjasama yang baik maka
promosi atau komunikasi pemasaran yang dilakukan dapat terpadu, yang hasilnya
menguntungkan semua pihak.
5.3.2. Evaluasi Kesamaan Konten Antar Media Komunikasi
Keselarasan antar media komunikasi yang digunakan ada yang sudah
efektif, yaitu kesamaan konten antara antar media, namun ada juga yang belum
sesuai. Penggunaan tiga akun resmi media sosial milik Dinas Pariwisata DIY
memiliki konten-konten sama, meskipun masih ada juga yang berbeda. Perbedaan
mencolok di media sosial Instagram sangat sedikit promosi berbentuk events yang
ditampilkan. Sedangkan media sosial Facebook dan Twitter memiliki kontenkonten promosi yang hampir sama, tapi juga masih ada beberapa yang berbeda.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3.2.1. Konten Media Facebook
Gambar 5.8. : Konten Promosi Media Facebook milik Dispar DIY
Sumber: Akun Facebook Visiting Jogja (Diakses 12 April 2017)
5.3.2.2. Konten Media Twitter
Gambar 5.9. : Konten Promosi Media Sosial Twitter milik Dispar DIY
Sumber: Akun Twitter Visiting Jogja (Diakses 12 April 2017)
5.3.2.3. Konten Media Instagram
Gambar 5.10.: Konten Promosi Media Sosial Instgram milik Dispar DIY
Sumber: Akun TwitterInstagram Visiting Jogja (Diakses 12 April 2017)
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3.2.3. Konten Media Website
Gambar 511.: Konten Promosi Media Website milik Dispar DIY
Sumber: Website www.visitingjogja.com (Diakses 12 April 2017)
Dari data di atas menunjukkan bahwa masih banyak ketidak selarasan atau
ketidak samaan promosi antara satu media dengan media lainnya. Namun ada juga
yang sudah sama kontennya tetapi berbeda waktu publikasinya. Kesamaan konten
dari semua media yang digunakan akan membuat komunikasi pemasaran produk
events di DIY semakin efektif.
5.3.3 Evaluasi Keselarasan Pemilihan Media Komunikasi dengan Media
Populer pada Target Pasar Wisatawan Mancanegara
Gambar 5.12.: Total populasi dunia dan penggunaan media.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perubahan dunia terutama teknologi digital mengalami perkembangan pesat
di seluruh dunia. Canggihnya teknologi membuat sebagian besar populasi di dunia
menggunakan alat komunikasi berupa smartphone yang berbasis internet dan
berbagai kelengkapan fitur media komunikasi. Fenomena ini dapat dimanfaatkan
untuk memasarkan berbagai produk secara lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan strategi-strategi yang tepat, termasuk dalam hal pemasaran atau
promosi pariwisata. Wisatawan saat ini sangat dipengaruhi oleh informasi dari
internet, sehingga produk yang hendak dipublikasikan melalui media ini juga
harus dikemas sedemikian rupa agar bisa tepat sasaran dan menarik bagi para
komunikan.
Dari total 7,476 populasi dunia berdasarkan hasil survei “We Are Social”,
ada sekitar 50% pengguna internet dan sekitar 37% atau 2,789 miliar orang
pengguna aktif sosial media. Jumlah pengguna internet dan sosial media yang
besar ini dapat menjadi peluang untuk mengkomunikasikan produk-produk wisata
di DIY termasuk yang berbentuk festival dan acara budaya dan kesenia yang
menjadi prioritas utama sedang dikembangkan menjadi tujuan berwisata ke
Yogyakarta.
Dari hasil survei internasional di atas, ternyata masing-masing negara
mempunyai platforrm penggunaan sosial media yang berbeda-beda sesuai dengan
tren dan banyaknya pengguna di negara tersebut. Sehingga pemerintah DIY ber
sama pihak swasta perlu untuk mengetahui bentuk media apa yang populer di
negara target pasar. Suatu komunikasi tidak akan efektif jika pemerintah DIY
melakukan promosi di beberapa sosial media yang ternyata tidak banyak
digunakan di negara target pasar utama Parisiwata DIY.
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maka perencanaan komunikasi pemasaran terpadu untuk festival atau acara
budaya dan kesenian (events) di media berbasis internet harus didasarkan pada
flatform media yang tren atau banyak digunakan di negara sasaran. Dengan
memiliki pola promosi penggunaan media yang tepat, maka hendaknya
pemerintah, pelaku industri, dan komunitas-komunitas pengelola events di DIY
melakukan promosi yang sama atau bersinergi, baik dalam bentuk konten maupun
penggunaan media yang telah ditentukan berdasarkan hasil analisis. Pesan yang
disampaikan akan lebih efektif untuk sampai ke calon wisatawan mancanegara
jika disesuaikan dengan media komunikasi populer yang mereka gunakan di
negaranya.
Pemilihan lima negara sebagai target pasar utama wisatawan mancanegara
merupakan strtrategi yang efektif agar promosi yang dilakukan lebih mendalam
dan fokus pada pasar sasaran, serta adanya efisiensi anggaran yang dilakukan
pemerintah DIY. Adapun jika memiliki sumber daya yang lebih banyak maka
masih bisa memilih negara lainnya, namun harus yang masuk dalam 10 besar
target pasar pariwisata DIY agar lebih efektif promosi yang dilakukan. Dari total
10 negara target pasar, peneliti memilih lima diantaranya yang merupakan masuk
dalam daftar 5 besar penyumbang wisatawan mancanegara ke DIY. Kelima
negara target pasar utama yang akan dievaluasi penggunaan media poluler pada
negaranya, yaitu Belanda, Jepang, Malaysia, Perancis, dan Singapura. Pada
lima negara target pasar utama pariwisata DIY, masing-masing memiliki media
habit yang berbeda berdasarkan jumlah persentase dan jenis media internet yang
paling banyak digunakan.
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut persentase dan jenis media yang paling banyak digunakan di target
pasar Belanda, Jepang, Malaysia, Perancis, dan Singapura:
5.3.3.1. Evaluasi Media Target Pasar Wisatawan Mancanegara No. 1:
Belanda
Belanda bukanlah suatu negara yang besar, baik dalam hal luas wilayah
maupun populasi jumlah penduduk yang hanya mencapai 17,01 juta orang.
Namun latar belakang sejarah dimana Belanda pernah menjajah Indonesia,
membuat Yogyakarta memiliki hubungan emosional yang kuat dengan Belanda,
terutama dalam hal budaya, sejarah, dan destinasi-destinasi wisata peninggalan
Belanda di Yogyakarta. Kedekatan ini terbukti melalui jumlah wisatawan
mancanegara Yogyakarta nomor satu terbanyak berasal dari Belanda. Sebagai
salah satu negara maju di Eropa, mayoritas penduduk Belanda menggunakan
internet dalam kesehariannya yaitu sekitar 95% atau 16,20 juta pengguna internet
dan ada sekitar 65% dari total populasi yang secara aktif menggunakan sosial
media dalam aktivitasnya.
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 5.13. : Populasi dan platform media yang digunakan di Belanda.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
Media berbasis internet yang paling banyak digunakan di Belanda adalah
Facebook, Youtube, dan Instagram, yaitu masing-masing 73%, 70%, dan 28%.
Sedangkan komunikasi berbasis pesan pribadi lebih banyak menggunakan
WhatsApp sebanyak 65% dan Facebook Messager 38% namun hal ini tidak dapat
dipakai untuk promosi karena sifatnya berbentuk media personal. Strategi promosi
menggunakan media Facebook, Youtube, dan Instagram yang dilakukan Dinas
Pariwisata sudah tepat untuk pasar Belanda, namun harus tetap memperhatikan
konten promosi yang berkualitas, informatif dan aktif menggunakan media. Dinas
Pariwisata juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak perusahaan media
terkait untuk mengakses database guna melakukan pemasaran secara intensif ke
negara terget pasar.
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3.3.2. Evaluasi Media Target Pasar Wisatawan Mancanegara No. 2: Jepang
Jepang masuk dalam 10 besar negara penduduk terbanyak seluruh dunia
dengan jumlah penduduk sekitar 126,2 juta jiwa. Jepang merupakan salah satu
negara maju di Asia dengan sebagian besar wilayahnya merupakan area
perkotaan. Sebagai negara maju, hampir semua penduduk Jepang menggunakan
internet dalam kesehariannya yaitu mencapai 93%. Sedangkan pengguna aktif
sosial media mencapai 51% atau sekitar 64,0 juta jiwa.
Gambar 5.14.: Populasi dan media platform media yang digunakan di Jepang.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
Media yang paling populer di Jepang adalah Youtube. Maka sangat cocok
jika Dinas Pariwisata DIY melakukan promosi events dan produk wisata lainnya
melalui video di Youtube yang juga dapat share melalui Facebook atau Twitter.
Promosi juga dapat dilakukan secara terus menerus melalui Twitter dan Facebook
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara terus menerus dengan konten-konten yang menarik dan informatif. Salah
satu media chat milik Jepang yang banyak digunakan di Indonesia yaitu aplikasi
Line.
Line merupakan media komunikasi personal dan grup, namun juga dapat
digunakan sebagai media promosi pariwisata, baik dengan cara memiliki akun
sendiri atau berbentuk grup maupun melalui iklan berbayar melalui kerjasama
dengan pihak perusahaan media ini. Kantor Line di Indonesia berada di Jakarta
Selatan dan Jakarta Pusat yang dapat didatangi untuk melakukan kontrak
kerjasama yang saling menguntungkan atau konsultasi cara penggunaan aplikasi
Line, sehingga dapat mencapai calon wisatawan mancanegara terutama pada
negara target pasar. Line juga merupakan salah satu media populer di Indonesia
sehingga kesamaan media platform dengan target pasar ini dapat dimanfaatkan
Dinas Pariwisata DIY untuk mempromosikan events produk wisata lainnya.
5.3.3.3. Evaluasi Media Target Pasar Wisatawan Mancanegara No. 3:
Malaysia
Negara tetangga terdekat dengan Indonesia adalah Malaysia, bahkan
sebagian dari wilayah Malaysia satu pulau dengan Pulau Kalimantan. Sebagai
negara tetangga, kedua negara memiliki banyak hubungan kerjasama internasional
terutama dalam hubungannya sebagai anggota ASEAN. Kebijakan pemerintah
bebas visa kedua negara membuat banyaknya wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Indonesia, dan sebaliknya jumlah wisatawan dari Indonesia ke
Malaysia mengalami peningkatan dari setiap tahunnya. Wisatawan Malaysia lebih
dominan menyukai wisata yang berbentuk belanja pakaian, budaya dan pantai,
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang semuanya dimiliki oleh DIY sehingga mereka menjadikan Yogyakarta
sebagai salah satu tujuan berkunjung, terutama didukung adanya jalur
penerbangan langsung dari Malaysia ke Yogyakarta dan sebaliknya.
Gambar 5.15: Populasi dan platform media yang digunakan di Jepang.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
Negara dengan berpenduduk 30,96 juta jiwa, sebagian besar penduduk
Malaysia menggunakan internet dalam aktivitas kesehariannya, yaitu mencapai
71% atau sekitar 22,00 juta pengguna dan pengguna aktif sosial media juga
memiliki jimlah yang sama. Tiga media sosial utama yang paling banyak
digunakan di Malaysia yaitu Youtube (68%), Facebook (67%), dan Instagram
(47%). Media komunikasi personal seperti Whatsapp dan Facebook Messenger
tidak efektif digunakan. Data ini menunjukkan bahwa sangat efektif jika Dinas
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pariwisata DIY bersama semua pihak yang terkait mempromosikan produk wisata
events dan lainnya melalui media berbasis video atau Youtube yang juga bisa
dibagikan
menggunakan
Facebook,
dan
promosi
yang
terus
menerus
menggunakan media Facebook secara menarik dan informatif, serta melalui media
berbasis gambar yaitu Instagram.
5.3.3.4. Evaluasi Media Target Pasar Wisatawan Mancanegara No. 4:
Perancis
Gambar 5.16. : Populasi dan platform media yang digunakan di Perancis.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
Perancis adalah salah satu negara tujuan wisata dunia karena memiliki
banyak Daya Tarik Wisata, salah satunya adalah menara Eiffel yang selalu
diimpikan banyak wisatawan di berbagai belahan dunia. Perancis juga termasuk
salah satu negara maju di Eropa dan merupakan sekutu dekat Amerika Serikat.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Negara ini memiliki penduduk sekitar 64,80 juta jiwa dan sebagian besar
penduduknya berada di wilayah perkotaan atau sekitar 80% dari total jumlah
penduduk. Sebagai negara maju, penggunaan internet aktif mencapai 88% total
penduduk atau sekitar 56,80 juta jiwa. Namun penggunaan media sosial di negara
ini hanya mencapai 56% dari total penduduk.
Media sosial yang paling populer di Perancis adalah Facebook dan Youtube
yang keduanya mencapai 60% dari total pengguna media sosial. Sedangkan media
lainnya juga digunakan yaitu Facebook Meesenger (35%) dan Twitter (24%). Hal
ini menandakan bahwa untuk target pasar Perancis, media yang paling efektif
digunakan adalah Facebook dan Youtube. Sehingga penggunaan media sosial
Facebook dan Youtube untuk promosi events di DIY sudah efektif. Akan tetapi
penggunaan media ini harus lebih informatif yang berorientasi pada wisatawan
mancanegara yaitu penggunaan bahasa inggris.
Produk wisata berbentuk events yang akan dipromosikan untuk wisatawan
mancanegara harus juh-jauh hari mengingat jarak antara Perancis dan Yogyakarta
sangat jauh, sehingga perlu diperhitungkan waktu liburan di negarahnya dan
perencanaan kunjungan mereka ke DIY.
5.3.3.5. Evaluasi Media Target Pasar Wisatawan Mancanegara No. 5:
Singapura
Singapura merupakan satu-satunya negara maju dari Asia Tenggara yang
penduduknya 100% berada pada perkotaan dari total penduduk sekitar 5,74 juta
jiwa. Sebagai negara maju, penduduk Singapura menggunakan internet dalam
kesehariannya sekitar 82% dan pengguna aktif media sosial sekitar 77% atau 4,40
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
juta jiwa. Sebagai negara tetangga dan sesama anggota organisasi ASEAN.
Indonesia dengan Singapura memiliki hubungan yang sangat baik dan kemudahan
akses keluar masuk kedua negara melalui perjanjian bebas visa dan penerbangan
langsung ke beberapa daerah strategis di indonesia, termasuk bandara Adi
Sucipto, Yogyakarta. Kebijakan pemerintah kedua negara ini memberikan
dampak yang positif yaitu dengan meningkatnya wisatawan mancanegara dari
Singapura yang berkunjung ke DIY. Oleh karena itu, sangat efektif jika Singapura
dijadikan sebagai salah satu negara target pasar pariwisata DIY karena selain
penduduknya dijadikan sebagai sasaran promosi, juga wisatawan dari berbagai
belahan dunia yang mengunjungi Singapura.
Gambar 5.17.: Populasi dan platform media yang digunakan di Singapura.
Sumber: We Are Social (Diakses 10 Maret 2017)
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tingginya penggunaan media berbasis internet di Singapura terutama
Youtube (79%), Facebook (72%), dan Instagram (43%) dari total penduduk, dapat
menjadi media efektif untuk mempromosikan pariwisata DIY. Produk wisata
berupa events dan lainnya harus memiliki konten yang menarik dan informatif
terutama disesuaikan dengan pengunaan bahasa di target pasar yaitu Bahasa
Inggris sebagai bahasa nasional Singapura. Kesamaan media populer yang
digunakan Singapura dengan Indonesia memudahkan untuk memanfaatkan
media-media ini secara efektif dalam mempromosikan Pariwisata DIY dengan
berbagai strategi teknis, baik dari segi keaktifan berpromosi, kerjasama dengan
media terkait di negara terget pasar, maupun konten yang menarik, berkualitas dan
brkelanjutan. Agar dapat berkelanjutan, maka baik dari segi promosi maupun
kualitas events yang akan ditampilkan, harus dapat memuaskan wisatawan
mancanegara yang berkunjung sehingga mereka memiliki kesan yang baik untuk
berpromosi positif tentang Pariwisata Yogyakarta setelah kembali ke negaranya.
5.3. Evaluasi Keberadaan Monitoring dan Evaluating untuk Events di DIY
Evaluasi kinerja tahunan yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY sifatnya
masih sangat umum dan indikatornya tidak cocok untuk monitoring dana
evaluating produk wisata berbentu events. Dua Indikator utama yang menjadi
tolok ukur evaluasi kinerja Dinas Pariwisata DIY, yaitu:
1. Terwujudnya pemasaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan. Indikator-indikatornya yaitu:
-
Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY selama satu
tahun.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
Jumlah Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke DIY selama satu
tahun.
2. Terwujudnya destinasi wisata yang berdaya saing.
-
Rata-rata lama tinggal wisatawan nusantara di DIY.
-
Rata-rata lama tinggal wisatawan Mancanegara di DIY.
3. Indikator Kinerja Pendukung:
-
Jumlah pengunjung DTW di kabupaten/kota.
-
Jumlah kumulatif daya tarik wisata.
-
Kumulatif desa wisata yang dibina oleh dinas pengampu urusan
pariwisata
-
Jumlah kumulatif Kelompok Sadar Wisata yang tercatat di dinas
pengampu urusan pariwisata
4. Indikator Kinerja Akuntabilitas Anggaran:
-
Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung Sasaran selama satu tahun
-
Tingkat Efisiensi dari Capaian Kinerja dan Penyerapan Anggaran
selama satu tahun.
Semua indikator pengukuran evaluasi akhir tahun di atas, tidak ada yang
spesifik untuk mengukur kinerja dari produk wisata berbentuk events. Sehingga
indikator evaluasi di atas tidak efektif untuk mengevaluasi kinerja dari events
dalam suatu periode bulanan atau tahunan. Maka untuk lebih efektifnya,
sebaiknya Dinas Pariwisata DIY bersama jajaran pemerintah yang terkait lainnya
membuat pola pengukuran kinerja dari produk wisata events. Dengan adanya
indikator-indikator capaian kinerja khusus untuk produk wisata events maka akan
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mudah untuk melakukan monitoring dan evaluating karena sudah ada patokan
yang akan dinilai.
Dalam mengelola, memonitor, dan mengevaluasi perkembangan dan kinerja
dari produk wisata events tidak akan berhasil jika hanya dilakukan Dinas
Pariwisata DIY saja, namun harus ada kerjasama antar sektor pemerintahan yang
terkait seperti Dinas Kebudayaan DIY, Dinas Perhubungan DIY, dan sebagainya.
Kemudian Dinas Pariwisata DIY selaku representatif pemerintah dalam
pengelolaan pariwisata harus menjalin kerjasama yang baik dengan komunitas
atau pengelola events dan pelaku industri pariwisata untuk mendapatkan data-data
yang akurat. Database yang diperoleh dari berbagai sumber terkait jumlah, asal
dan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke DIY dalam rangka mengikuti
events akan sangat membantu dalam mengevaluasi kinerja dan penyusunan
rencana dan strategi di tahun berikutnya.
Pelaksanaan kegiatan memantau dan mengevaluasi kinerja dari produk
wisata berbentuk events, harus ada indikator-indikator yang cocok untuk hal ini
yang dijadikan sebagai ukuran tingkat keberhasilan pemasaran yang dilakukan.
Monitoring dan evaluating produk wisata events harus selalu berdasar pada visi,
misi, dan sasaran utama Dinas Pariwisata DIY, namun penjabarannya lebih
spesifik pada events. Adapun indikator-indikator yang dapat dipantau atau
dievaluasi, yaitu:
1. Keselarasan target pasar wisatawan mancanegara dengan proses
pemasaran:
ï‚·
Penentuan negara target pasar berdasarkan jumlah 10 besar atau 5 besar
jumlah wisatawan mancanegara.
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ï‚·
Kesesuaian target pasar dengan kegiatan promosi yang dilakukan.
ï‚·
Kesesuaian pemilihan media promosi yang digunakan dengan media
populer di negara target pasar.
ï‚·
Kesesuaian karakteristik target pasar dengan master event yang akan
diselenggarakan.
2. Capaian kinerja wisata berbentuk events berdasarkan jumlah kunjungan:
ï‚·
Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke DIY untuk
mengikuti events dalam periode satu tahun.
ï‚·
Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY untuk
mengikuti events dalam periode satu tahun.
ï‚·
Asal negara wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DIY untuk
mengikuti events.
ï‚·
Karakteristik dan minat event wisatawan mancanegara berdasarkan
asal negara.
3. Peningkatan Citra Positif Pariwisata DIY dari pelaksanaan events.
4. Events menjadi motivasi utama berkunjung ke DIY.
5. Dampak positif produk wisata events bagi masyarakat DIY.
Berbagai indikator di atas harus didukung oleh sistem monitoring dan
evaluating, untuk mengukurnya, yaitu:
1. Melakukan survei secara terstruktur saat events diselenggarakan untuk
mengetahui asal wisatawan, karakteristik, dan minat mereka.
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Membuat sistem untuk menghitung jumlah wisatawan ke setiap event dan
kalkulasi keseluruhan events pada suatu periode tahunan.
3. Membuat sistem atau melakukan analisis untuk mengukur dampak
ekonomi bagi masyarakat dari penyelenggaraan events.
4. Melakukan wawancara terstruktur ke ahli apakah events tersebut
meningkatkan citra positif destinasi pariwisata DIY.
Beberapa indikator dan sistem di atas dapat dijadikan pedoman atau tolok
ukur dalam melakukan monitoring dan evaluating produk wisata berbentuk events
yang ada di DIY. Dengan adanya indikator maka dalam proses pemantauan
(monitoring) dapat dilakukan jika terdapat program atau pengambilan keputusan
yang tidak sesuai dengan indikator untuk mencapai visi, misi, dan sasaran utama
dari Dinas Pariwisata DIY. Indikator-indikator ini masih dapat ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan pada pengambilan keputusan Pemerintah DIY.
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB VI
PERENCANAAN POLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU
UNTUK FESTIVAL DAN ACARA BUDAYA DAN KESENIAN DI DIY
6.1. Perencanaan Pola Komunikasi Pemasaran Terpadu yang Lebih Efektif
untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian dengan Strategi DOT, BAS,
POSE dan POP.
Strategi DOT, BAS, dan POSE adalah suatu kerangka strategi pemasaran
yang sinergi untuk produk wisata yang akan dipasarkan, sehingga dinilai cocok
untuk dijadikan sebagai model perencanaan komunikasi pemasaran terpadu untuk
festival dan acara budaya dan kesenian atau events yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara. Mengingat
bahwa event merupakan suatu kegiatan berbentuk pertunjukan yang berada pada
tempat dan waktu yang bisa berubah-ubah, maka strategi DOT, BAS, dan POSE
ini akan lebih lengkap jika ditambah dengan strategi POP (Pre Event, On Event,
dan Post Event). Partofolio produk wisata yang dimiliki DIY saling melengkapi
satu dengan yang lain, namun dalam analisis penelitian ini lebih ditekankan pada
komunikasi pemasaran terpadu khusus events agar dapat menjadi salah satu tujuan
atau alasan utama wisatawan berkunjung ke DIY.
Maka dengan adanya pola komunikasi pemasaran yang terpadu untuk
festival dan acara budaya dan kesenian (events) ini, tidak menutup kemungkinan
untuk diaplikasikan juga pada produk wisata lainnya atau digabungkan dengan
produk events, yang penting pola atau kerangkanya yang lebih efektif sudah ada.
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penjualan events dapat dipaketkan dengan produk wisata lainnya, namun events
harus tetap menjadi prioritas utama yang dipasarkan.
Perencanaan pola komunikasi pemasaran terpadu untuk festival dan acara
budaya dan kesenian (events) di Daerah Istimewa Yagyakarta dalam
meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dengan menggunakan kerangka
strategi DOT, BAS, POSE, dan POP, sebagai berikut:
6.1.1. Strategi DOT (Destination, Origin, dan Time)
Gambar 6.1.: Destination, Origin, dan Time
Sumber: Kementerian Pariwisata
6.1.1.1. Strategi Destination
Kekayaan budaya, sejarah, dan seni di DIY dapat dikalaborasikan menjadi
beberapa events mendunia yang dapat dipasarkan untuk mendatangkan wisatawan
mancanegara sebanyak-banyaknya ke DIY. Untuk dapat menjadi suatu bentuk
destinasi wisata yang menarik dan dan berkelanjutan, manajemen events harus
ditingkatkan serta kelengkapan berbagai infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.
Infrastruktur yang yang paling efektif untuk penyelenggaraan event di DIY
adalah penyediaan tempat yang cocok untuk penyelenggaraan events. Events juga
dapat diselenggarakan di sekitar Daya Tarik Wisata (DTW) seperti Candi
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Prambanan, Kraton Kesultanan, Tebing Breksi, Pantai Parangkritis, dan
sebagainya namun harus ada kemudahan izin dan kerjasama dari pemerintah.
Pemerintah juga harus memikirkan pembangunan gedung yang cocok untuk
events besar atau berbentuk audiotorium untuk penyelenggaraan acara yang lebih
modern. Penyediaan fasilitas pendukung disekitar penyelenggaraan events seperti
toilet, parkiran yang memadai, dan keamanan setiap acara. Pengalihan jalur lalu
lintas juga menjadi pendukung untuk menghindari kemacetan pada suatu
penyelenggaraan acara, sehingga tidak menimbulkan kesan negatif dari wisatawan
maupun masyarakat setempat.
Kerjasama antar sektor bidang pemerintah, pelaku events, dan induastri
pariwisata sangat dibutuhkan dalam pengelolaan events menjadi suatu destinasi
wisata utama tujuan berwisata wisatawan. Dengan adanya kerjasama dan
dukungan semua pihak termasuk masyarakat DIY, maka events dapat menjadi
suatu destinasi mendunia yang mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya
dari tahun ketahun dalam mencapai visi, misi, dan sasaran Pariwisata DIY.
6.1.1.2. Strategi Origin
Berdasarkan origin dari tiga negara target pasar wisatawan mancanegara
yang telah ditetapkan yaitu Jepang, Malaysia, dan Singapura di atas sudah sesuai
karena daerah atau destinasi yang mereka ingin kunjungi salah satunya adalah
Yogyakarta dan minat atau motivasi meraka berkunjung sudah sesuai dengan
produk-produk wisata yang ada di DIY. Parisiwata DIY banyak yang berbentuk
budaya, destinasi peninggalan bersejarah, pantai, belanja pakaian terutama batik,
dan yang tidak kalah pentingnya adalah masyarakat Yogyakarta sangat ramah,
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sopan, dan lembut dalam berbicara yang menjadi salah satu alasan wisatawan
mencanegara selalu ingin berkunjung ke DIY.
Tabel 6.2.: Identifikasi Pasar Berdasarkan Origin
Sumber: Kementerian Pariwisata
Pada terget wisatawan mancanegara dari Belanda dan Perancis dapat
diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan wisatawan dari Eropa pada umumnya
yaitu mereka menyukai produk wisata budaya, hal-hal yang unik, dan terutama
wisata alam berupa gunung, destinasi buatan, dan yang utama adalah wisata
pantai yang eksotis. Rata-rata wisatawan Eropa termasuk kedua negara terget
pasar Pariwisata DIY ini menginginkan mengikuti pertunjukan-pertunjukan yang
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bernuansa budaya atau seni baik yang dilakukan secara amatiran maupun yang
sudah profesional, yang tradisional atau yang kontemporer dari berbagai events
yang ada di DIY. Khusus untuk Belanda, tidak sulit untuk mengidentifikasi hal
yang mereka inginkan mengingat Indonesia merupakan bekas jajahannya selama
lebih dari 200 tahun lamanya. Kebanyakan wisatawan dari Belanda akan
mengunjungi bangunanan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda, Museum,
Kraton Kesultanan, dan kegiatan-kegiatan budaya di DIY.
Produk wisata berupa events di DIY sebaiknya menyesuaikan kegemaran,
ciri-ciri, atau motivasi berkunjung dari target pasar wisatawan mancanegara yang
telah dipilih. Penyesuaian ini bisa berdasarkan events budaya dan seni yang akan
ditampilkan, serta sesuai dengan waktu yang tepat, dan tempat pelaksanaan
strategis yang juga memiliki nuansa budaya atau sejarah. Promosi events yang
akan dilakukan Dinas Pariwisata DIY bekerjasama dengan komunitas
penyelenggara, dan industri pariwisata akan berhasil jika disesuaikan dengan
perilaku dan minat berkunjung target pasar wisatawan mancanegara.
6.1.1.3. Strategi Time
Gambar 6.3.: Contoh Waktu Pelaksanaan Events Internasional Kemenpar
Sumber: Kementerian Pariwisata
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh pada gambar 6.3. pelaksanaan events internasional yang dimiliki
Kementerian Pariwisata tidak menumpuk pada suatu bulan tertentu tetapi terbagibagi setiap bulannya. Sehingga pelaksanaan events di DIY khususnya yang
berskala besar atau master brand harus dibagi dalam beberapa bulan. Tidak bisa
dilaksanakan dua atau lebih Master event dalam suatu bulan tertentu, melainkan
sebaiknya hanya satu event besar untuk satu bulan tertentu. Misalnya event ArtJog
saja yang dilaksanakan di bulan Mei sedangkan bulan lainnya adalah
penyelenggaraan event yang berbeda. Menjadi tidak efektif ketika dua event
mendunia yang dilaksanakan bersamaan di bulan Mei.
Penentuan tanggal waktu pelaksanaan event juga harus memperhatikan
strategi origin untuk menilai karakteristik dan waktu liburan dari masing-masing
negara target pasar wisatawan mancanegara. Kemudian waktu dan tempat
pelaksanaan suatu master events sebaiknya jauh-jauh hari sekitar satu satu tahun
atau minimal senam bulan sebelum pelaksanaan agar wisatawan mancanegara
dapat menyesuaikan jadwal kunjungan mereka dengan acara yang akan
diikutinya. Demikian juga halnya dengan promosi, sebaiknya tidak dilakukan satu
atau dua bulan saja sebelum pelaksanaan acara, namun sebaiknya dilakukan setiap
saat bahkan setelah penyelenggaraan master event dan evaluasinya, langsung
kembali melakukan promosi untuk acara tahun berikutnya.
6.1.2. Strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling)
Strategi promosi berkaitan dengan Branding, Advertising, dan Selling
(BAS). Strategi branding bukan hanya pada masing-masing produk wisata yang
dimiliki namun juga suatu wilayah yang menjadi identitas, baik dalam hal negara
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun wilayah provinsi atau kabupaten kota. Secara keseluruhan dalam negara,
branding “Pesona Indonesia” untuk wisatawan
Indonesia menggunakan
nusantara dan dan “Wonderful Indonesia” untuk wisatawan mancanegara.
Indonesia sangat terkenal di mata wisatawan internasional dengan memakai brand
ini dan bahkan berhasil memberikan keuntungan yang sangat besar dari
kunjungan
wisatawan
mancanegara
yang
setiuap
tahunnya
mengalami
peningkatan yang signifikan. Sistem advertising dilakukan melalui beberapa
media dan kerjasama dengan pelaku industri pariwisata, sedangkan selling
dilakukan dengan mengadakan pameran, misi penjualan, dan fasilitas penjualan
paket wisata oleh pemerintah dan pelaku industri pariwisata.
Gambar 6.4. : Strategi Promosi dengan Konsep BAS
Sumber: Kementerian Pariwisata
6.1.2.1. Strategi Branding
Pemerintah DIY memiliki branding “Jogja Istimewa” untuk semua sektor
pemerintahan termasuk Dinas Pariwisata DIY. “Jogja Istimewa” sudah cukup
terkenal bagi wisatawan nusantara di Indonesia karena sebagian besar masyarakat
mengetahui bahwa Yogyakarta adalah kota istimewa yang memiliki berbagai
budaya, keunikan, dan destinasi wisata mendunia, namun strategi branding ini
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang efektif bagi pasar wisatawan mancanegara. Wisatawan mancanegara
belum begitu mengenal keistimewaan Yogyakarta serta kata “Istimewa” sulit
untuk diterjemahkan atau dijabarkan dalam Bahasa Inggris secara singkat dan
menarik. Ada nama dan daerah di Indonesia yang sangat terkenal di dunia
wisatawan internasional, yaitu Bali dan Jawa atau Java. Branding yang diberikan
Kementerian Pariwisata untuk wisata regional dengan nama JOGJOSEMAR
(Jogja, Solo, Semarang) adalah “Java Cultural Wonders”. Namun brand regional
ini juga masih belum efektif karena terlalu bersifat umum, apalagi menaungi tiga
wilayah.
Gambar 6.5.: Branding Jogja Istimewa
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
Yogyakarta merupakan bagian dari “JAVA”, sehingga akan lebih terkenal
di dunia internasional jika menggunakan nama atau identitas ini digabung dengan
nama Yogyakarta atau Jogja. Sama halnya dengan Solo yang selangkah lebih
maju dengan menggunakan branding “Solo: The Spirit of Java”. Pengembangan
brand seperti ini juga yang dapat dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY untuk
lebih terkenal di dunia internasional. Berikut beberapa contoh pilihan brand yang
dapat digunakan oleh Pemerintah DIY bersama pelaku industri dan semua pihak
yang terkait dalam membangun branding yang kuat dan spesifik untuk
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yogyakarta, yaitu: “Jogja: The Capital of Java” atau “Jogja: The Core of
Java”
Dua branding Pariwisata DIY yang diusulkan di atas merupakan contoh
yang dapat dipilih oleh Dinas Pariwisata atau dicari nama lain yang lebih menarik
dengan tetap menggunakan nama “Jogja” sebagai titik pusat yang akan
diperkenalkan dan nama “Java” sebagai daerah di Indonesia yang sudah sangat
terkenal di dunia. Desain logo dari branding yang dipilih ini, sebaiknya bersinergi
dengan logo “Wonderful Indonesia”, terutama penggunaan warna yang serupa,
atau jika tetap menggunakan logo dan warna Joja Istimewa, bisa digabung dengan
kata “By Wonderful Indonesia” karena brand Pariwisata Indonesia ini sudah
sangat terkenal di dunia internasional.
Jika Dinas Pariwisata DIY tidak mengganti atau tetap akan menggunakan
logo “Jogja Istimewa” untuk setiap promosi events pada target wisatawan
mancanegara, maka sebaiknya logo “Jogja Istimewa” ini ditambah dengan slogan
“The Capital of Java” dengan desain menarik. Brand atau Slogan “The Capital of
Java” memiliki arti yang sangat mendalam yaitu sebagai kota atau pusat utama
dari Jawa. Sehingga dengan menggunakan brand ini, maka wisatawan
mancanegara diharapkan dapat mempersepsikan bahwa pusat dari Jawa (Java) itu
letaknya di Jogja, sehingga akan memiliki ketertarikan untuk mengunjungi DIY.
Setelah Dinas Pariwisata memiliki brand yang tetap untuk wisatawan
mancanegara, maka untuk pemasaran berbagai kegiatan festival dan acara budaya
dan kesenian yang akan diselenggarakan di DIY sebaiknya menggunakan brand
yang sama di setiap tampilan promosinya, selain nama dari event itu sendiri.
Dengan demikian, akan tercipta pemasaran yang bersinergi antar semua pihak jika
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pemerintah, pelaku industri wisata, komunitas atau penyelenggara kegiatan, dan
seluruh masyarakat ikut ambil bagian dalam mempromosikan produk wisata
berbentuk events dengan menggunakan brand yang sama.
Beberapa events besar yang dipilih pemerintah bekerjasama dengan
komunitas atau pihak penyelenggara dapat dijadikan sebagai “Master Event” atau
Master Brands. Master Event ini yang akan memayungi beberapa events lain yang
berskala kecil yang memiliki kesamaan tema atau bentuk kegiatan misalnya
kategori sport, event bernuansa pantai, pertunjukan budaya, dan sebagainya.
Selain itu, “Master Event” juga bisa memayungi events kecil yang memiliki
kedekatan
tanggal
penyelenggaraan
atau
kedekatan
jarak
geografis
penyelenggaraannya dijadikan satu dengan menggunakan nama besar sebagai
master event atau master brand tersebut. Master event yang memayungi banyak
event-event kecil, juga dapat diselenggarakan pada tempat yang berbeda pada
wilayah Kabupaten/Kota di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya tahun
ini diselenggarakan di Kota DIY, tahun berikutnya di Kabupaten Sleman, dan
seterusnya. Namun tentu tidak semua master event dapat dipindahkan, tetapi ada
sebagian yang bisa dilakukan demikian.
Sama halnya dalam hal pendanaan untuk kegiatan acara dan promosi yang
dilakukan Dinas Pariwisata atau Pemerintah DIY, tidak lagi memberikan dana
kepada banya events kecil-kecil dengan pembagian yang sangat sedikit, namun
dana langsung diprioritaskan kepada beberapa master events untuk melakukan
pengelolaan yang baik dan melibatkan events kecil yang dipayunginya. Sama
halnya dengan promosi yang dilakukan penerintah dan pelaku industri pariwisata,
hanya akan mengkomunikasikan atau menjual master events yang dimiliki DIY.
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil penelitian Ike Janita Dewi (dokumen pemerintah/belum
dipublikasikan) yang sudah dipresentasikan dalam forum Instansi Pemerintah
Provinsi DIY, Dinas Pariwisata DIY, Pelaku Industri Pariwisata, dan
Penyelenggara
Events
DIY
dengan
judul
“Peningkatan
Daya
Saing
Kepariwisataan DIY melalui Festival dan Event Tradisi dan Seni Budaya” pada
13 Desember 2016 di Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, ada beberapa event
berskala besar di DIY yang dapat dijadikan calon master event dengan beberapa
pertimbangan tema, jenis, karakteristik, dan letak geografis penyelenggaraan.
Berikut beberapa calon master events di DIY menurut Ike Janita Dewi
(sumber: Dinas Pariwisata DIY), yaitu:
1. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International
Street Performance
Gambar 6.6. : Jogja International Street Performance 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja Fashion Week
Gambar 6.7. : Jogja Jogja Fashion Week 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
3. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: ArtJog
Gambar 6.8.: ArtJog 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja Air Show
Gambar 6.9. : Jogja Air Show 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
5. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International
Heritage Walk
Gambar 6.10.: Jogja International Heritage Walk 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Jogja International Batik
Biennale
Gambar 6.11.: Jogja International Batik Biennale 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
7. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Maliboro Night Festival
Gambar 6.12.: Maliboro Night Festival 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Calon Master Events Dinas Pariwisata DIY: Asia Tri Jogja
Gambar 6.13.: Asia Tri Jogja 2016
Sumber: Dinas Pariwisata DIY
9. Master Events lainnya, dapat ditambahkan atau dipilih oleh Dinas
Pariwisata DIY.
6.1.2.2. Strategi Advertising
Iklan yang dilakukan Dinas Pariwisata DIY harus mengutamakan produk
wisata berbentuk events, namun juga bisa ditambah dengan produk-produk wisata
lainnya sebagai pelengkap dan penambah daya tarik berkunjung ke Yogyakarta.
Dalam mengiklankan produk wisata DIY, semua pihak harus mengutamakan
penggunaan brand yang sama antara iklan yang dilakukan pemerintah, pelaku
industri pariwista, dan juga komunitas atau pelaku events, serta mengajak
masyarakat umum di DIY dan wisatawan yang pernah berkunjung ke Yogyakarta
untuk ikut ambil bagian mempromosikan events yang akan dilaksanakan.
Pemasangan iklan di media cetak khususnya majalah, harus disesuaikan
dengan target pasar yang menjadi prioritas utama. Dinas Pariwisata sudah
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan langkah yang tepat dengan memasang iklan di majalah penerbangan
maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air pada bulan-bulan tertentu, namun hal itu
juga harus disesuaikan dengan rute penerbangan yang sesuai dengan negara target
pasar yang akan disasar serta berisi konten events yang menarik dan informatif.
Dinas Pariwisata juga dapat memilih media cetak atau media televisi di Belanda,
Jepang, Malaysia, Perancis, dan Singapura yang sesuai untuk mengiklankan
produk-produk wisata. Dinas Pariwisata DIY sebagai representatif pemerintah
harus memberi ruang dan menjembatani para pelaku industri pariwisata
berhubungan dengan pelaku industri pariwisata dan antar komunitas events
internasional di target pasar agar tercipta kerjasama yang lebih mendalam pada
tiga unsur yaitu goventment to Goventment (G2G), Business to Business (G2G),
dan Community to Community (C2C).
6.1.2.3. Strategi Selling
Strategi ini sangat cocok dilakukan oleh semua pihak dalam perannya
masing-masing. Dinas Pariwisata setiap tahunnya selalu mengikuti pameran di
beberapa negara termasuk negara target pasar, sehingga pihak pemerintah dapat
mengajak pelaku industri pariwisata dan pelaku event internasional untuk menjual
paket-paket perjalanan dan produk wisata di DIY.
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.14.: Peran Pemangku Kepentingan secara Sinergi.
Sumber: Kementerian Pariwisata
Secara umum, penjualan produk wisata berbentuk events dilakukan melalui
penjualan tiket masuk acara. Hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai
kerjasama dengan pelaku atau penyelenggara event, dapat juga dilakukan oleh
pelaku industri pariwisata terutama biro perjalanan dalam membuat paket wisata
yang memperioritaskan kunjungan terhadap events internasional di DIY ditambah
bonus produk destinasi lainnya, agen-agen penjualan tiket dan acara internasional,
dan dilakukan sendiri oleh pihak penyelenggara baik secara langsung melalui
pameran atau misi penjualan, maupun penjualan berbasis internet.
Hal yang paling penting sebelum melakukan penjualan, adalah adanya
Master Event yang akan di jual, yang didalamnya sudah jelas tempat tempat dan
waktu pelaksanaannya, serta konten yang informatif dan menarik minat calon
wisatawan mancanegara yang akan membeli tiket atau paket event tersebut. Akan
lebih efektif jika informasi mengenai tempat, waktu, dan isi dari ‘Master Event’
sudah ada satu tahun atau minimal enam bulan sebelum waktu pelaksanaan agar
calon wisatawan mancanegara dapat menyesuaikan jadwal liburan mereka dengan
jenis events internasional di DIY atau paket wisata yang akan mereka ikuti.
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan adanya sistem manajemen dari ‘Master Event’ yang ada dan
kerjasama yang sinergis antara semua pihak dalam mengiklankan dan menjual
produk wisata ini, maka diharapkan penjualan tiket atau paket perjalanan wisata
events sudah laku terjual jauh hari sebelum waktu pelaksanaan. Namun yang tidak
kalah pentingnya adalah pemerintah dan manajemen penyelenggara harus
memperhatikan semua kondisi yang turut mendukung, baik dari segi tempat yang
mendukung, akomodasi perjalanan dan penginapan, pelayanan, kreatifitas dan
kualitas dari acara, dan berbagai fasilitas yang dibutuhkan agar wisata berupa
festival dan acara budaya dan kesenian (events) dapat memuaskan, dan memberi
makna positif bagi wisatawan agar dapat berkelanjutan.
6.1.3. Strategi POSE (Paid Media, Owned Media, Social Media, dan Endorser)
Pemasaran produk pariwisata selalu berkaitan dengan publikasi atau
mengiklankan, sehingga dibutuhkan strategi penguasanaan media, yaitu dengan
cara Paid Media, Owned Media, Social Media, dan Endorser (POSE). Metode
strategi media ini diaplikasikan pada berbagai jenis media untuk pengiklanan,
yaitu media online, media cetak, media ruang, dan media elektronik. Hal ini
didukung oleh masyarakat dunia yang sebagian besar menggunakan media dalam
kesehariannya, terutama penggunaan internet dan sosial media, termasuk di lima
negara target pasar utama wisatawan mancanegara DIY.
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
www.visitingjogja.com
Gambar 6.15.: Implementasi Media dengan Konsep POSE
Sumber: Kementerian Pariwisata, gambar diolah
6.1.3.1. Strategi Paid Media
Penggunaan media harus disesuaikan dengan platform media yang cocok
untuk iklan pariwisata di negara tujuan. Sehingga sebelum membuat desain iklan
atau bekerjasama dengan media berbayar, Dinas Pariwisata DIY harus memiliki
data mengenai media yang cocok dan database mengenai minat atau keinginan
dari mayoritas wisatawan mancanegara di negara target pasar utama. Data dapat
diperoleh dari BPS secara lengkap, melakukan penelitian atau survei internal, atau
data berbayar yang bisa didapatkan dari kerjasama pemerintah atau agen-agen
industri pariwisata yang khusus memiliki data menegnai wisatawan masingmasing negara.
Dengan mengetahui karakteristik individu dari masing-masing wisatawan,
maka akan mudah untuk menyesuaikan media berbayar apa yang cocok atau
sesuai untuk wisatawan mencanegara yang akan disasar untuk didatangkan ke
DIY.
Berikut beberapa media yang dapat digunakan oleh Dinas Pariwisata DIY
untuk mengiklankan produk wisata berbentuk festival dan acara budaya dan
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesenian (events) berdasarkan platform media pada lima negara target pasar
utama, yaitu:
1. Media Outdoo & Indoorr: Taxi or Bus Shelter Advertising, Billboard,
LCD Screen Advertising, dan Lightbox Advertising, yang tersedia di
negara Belanda, Jepang, Malaysia, Perancis, dan Singapura. Dinas
Pariwisata DIY masih dapat memilih media dalam dan luar ruangan yang
lebih efektif sesuai dengan kondisi lapangan di negara masing-masing.
2. Media Cetak: Majalah maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air,
dan Air Asia, majalah travelounge, dan majalah biro perjalanan terkenal di
negara sasaran. Dapat juga menyediakan brosur dan booklet sebanyakbanyaknya terutama mengenai jadwal ’Master Events’ yang dimiliki
ditambah dengan pesona wisata lainnya, yang disebar di biro perjalanan di
Belanda, Malaysia, Singapura, Jepang, dan Perancis.
3. Media Elektronik: Stasiun televisi internasional yang ada di Indonesia dan
juga negara target pasar atau TV komersial seperti CNN, MetroTv, MNC,
National Geographic, TV Series serta TV Commercials lain yang terkenal
di masing-masing negara yang menjadi fokus utama pasar pariwisata DIY.
4. Media Online: Youtube, Facebook, Instagram, Twitter, ditambah dengan
Google untuk wisatawan di Belanda, Perancis, Malaysia, Singapura dan
Jepang. Namun untuk wisatawan Jepang, harus ditambah dengan iklan
menggunakan Line. Dua media yang paling dominan atau harus
diutamakan yaitu Youtube dan Facebook karena retingnya tertinggi pada
platform media di lima negara target pasar pilihan.
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.1.3.2. Strategi Owned Media
Dinas Pariwisata DIY sudah tepat dalam strategi memiliki situs sendiri
berupa website yang berisi informasi seputar pariwisata di Yogyakarta. Namun
media berbasis website ini masih harus diperbaiki atau dilengkapi terutama dalam
hal konten yang harus lebih menarik dan informatif. Prioritas utama Dinas
Pariwisata DIY saat ini adalah mendatangkan wisatawan mancanegara sebanyakbanyaknya, sehingga situs media yang dimiliki juga harus berorientasi kepada
wisatawan mancanegara khususnya penggunaan bahasa internasional atau
minimal Bahasa Inggris jika belum bisa menyediakan beberapa pilihan bahasa.
Penggunaan bahasa Inggris, desain web yang lebih menarik, dan konten yang
lebih terkini akan memberikan informasi kepada calon wisatawan mancanegara.
Beberapa Master Event yang dimiliki harus memiliki tempat atau format
tersendiri dalam situs, serta events kecil yang ikut ditampilkan pada acara yang
besar ini. Situs juga sebaiknya memiliki format konektivitas terhadap komunitas
atau pelaku event, khususnya yang berskala internasional atau Master Events yang
dipilih, sehingga segala informasi terutama promosi dapat terkoneksi antara
pemerintah dan komunitas atau pelaku kegiatan. Sama halnya dengan pelaku
industri pariwisata yang memiliki kerjasama khusus terhadap pemerintah dan
pelaku event, sebaiknya diberi ruang untuk bebas mengirim paket-paket wisata
yang mereka miliki di situs resmi pemerintah.
Aplikasi sosial media di situs Dinas Periwisata DIY sudah terkoneksi
dengan baik meski penggunaannya belum terlalu aktif. Aplikasi mobile di situs ini
belum terkoneksi, maka sebaiknya sistemnya diatur untuk dihubungkan antara
tiga unsur media internet yaitu situs atau website, aplikasi mobile, dan semua
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aplikasi sosial media yang dimiliki, supaya promosi atau komunikasi pemasaran
yang dilakukan dapat terpadu pada media yang dimiliki.
Media berbentuk situs yang dimiliki ini juga sebaiknya dilengkapi dengan
online dan offline Electronic Maps (eMaps), Electronic Brosures (eBrosures), dan
Electronic Books (eBooks) tentang Pariwisata di DIY khususnya berbentuk events
dengan berbasis Bahasa Inggris atau tersedia beberapa pilihan bahasa. Dengan
menyesuaikan
berbagai
fasilitas
yang
sesuai
dengan
calon
wisatawan
mancanegara, maka strategi ini dapat lebih efektif untuk menggugah minat
mereka untuk berwisata ke DIY.
6.1.3.3. Strategi Social Media
Media sosial yang umum dan banyak digunakan di dunia, yaitu Youtube,
Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya, meskipun dibeberapa negara
tertentu menggunakan media sosial nasional atau khusus. Berdasarkan platform
media sosial di lima negara target pasar wisatawan DIY, jenis sosial media yang
digunakan rata-rata hampir sama. Jenis media sosial yang sudah digunakan oleh
Dinas Pariwisata DIY selama ini juga ada yang sudah sama dengan platform
media sosial yang banyak digunakan di negara target pasar, meski strategi
penggunaannya belum optimal.
Media sosial milik Dinas Pariwisata DIY harus diisi dengan konten events
yang lebih menarik dan dilengkapi dengan produk wisata lainnya. Penggunaan
media berbasis Youtube yang dimiliki Dinas Pariwisata tidak banyak
menyediakan video mengenai events, bahkan produk wisata lainnya pun hanya
sedikit yang tidak terkini. Sama halnya dengan media berbasis gambar berupa
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Instagram yang masih sangat sedikit mempromosikan mengenai events. Istagram
memiliki koneksi atau akses otomatis dengan Facebook karena berada dibawah
manajemen perusahaan yang sama. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membuat
promosi yang terpadu, yaitu foto-foto yang ditampilkan di Instagram dapat secara
otomatis ditampilkan di media sosial Facebook, mengingat akun Facebook Dinas
Pariwisata DIY tidak efektif dilihat dari jumlah pengunjung dan keaktifan
penggunaan media. Padahal harus diingat bahwa dari lima negara target pasar
wisatawan mancanegara DIY, semuanya lebih didominasi penggunaan media
sosial Facebook, lalu disusul Youtube. Begitu juga untuk menggunaan media
sosial seluruh dunia, Facebook berada pada angka tertinggi seluruh dunia
berdasarkan Active Users of Key Global Social Platforms.
Penggunaan media sosial tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi,
namun dampaknya bisa sangat besar jika dikelola dengan baik karena dapat
menghubungkan seluruh pengguna yang lain di berbagai belahan dunia. Maka
akan sangat efektif jika Dinas Pariwisata membentuk tim atau memilih staf yang
khusus menangani media terutama media sosial. Staf yang dipilih tentu harus
menguasai tentang teknologi informasi untuk dapat mengoptimalkan internet
marketing secara lebih aktif, kreatif, dan menarik.
Penggunaan media sosial akan lebih lengkap jika Dinas Pariwisata DIY
menggandeng tiga unsur lainnya, yaitu pihak komunitas atau pelaku events,
pelaku industri pariwisata, dan masyarakat umum termasuk lembaga pendidikan
untuk ikut serta dalam mempromosikan Master Events yang dimiliki DIY. Selain
dikenal sebagai kota budaya dan kota wisata, DIY juga terkenal dengan kota
pendidikan karena memiliki ratusan perguruan tinggi dan jutaan mahasiswa dari
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai daerah. Dengan melibatkan masyarakat umum, khususnya dunia
pendidikan dan generasi muda atau mahasiswa, maka diharapkan merekalah yang
ikut membantu kengkomunikasikan produk wisata unggulan DIY. Namun Dinas
Pariwisata DIY harus membuat pola atau sistem kerjasama yang baik agar baik
pemerintah, swasta (industri pariwisata dan komunitas atau pelaku events),
maupun masyarakat umum memiliki visi dan tujuan yang sama, terutama konten
atau pesan yang akan dikomunikasikan secara massal harus terpadu.
6.1.3.4. Strategi Endorser
Strategi endorser ini belum dilakukan oleh Dinas Pariwisata DIY, terutama
untuk wisatawan mancanegara. Dalam memilih endorser yang akan diajak
kerjasama, Dinas Pariwisata DIY juga harus memperhatikan peringkat
atau
kategori kelas dari masing-masing calon endorser di negara target pasar. Para
endorsers yang dipilih untuk kerjasama mempromosikan produk wisata di DIY
berbentuk events dan juga dapat ditambah dengan menampilkan Daya Tarik
Wisata (DTW) lainnya yang dimiliki oleh DIY. Bentuk kerjasama tersebut tentu
membutuhkan biaya, sehingga Dinas Pariwisata harus mengalokasikan sejumlah
biaya untuk endorsers.
Berikut peringkat atau kategori kelas endorsers di masing-masing negara
target pasar yang sebaiknya dipilih oleh Dinas Pariwisata DIY pada 5 negara
target pasar utama, yaitu:
1. Endorser Target Pasar Belanda
Endorser yang paling efektif untuk diajak kerjasama di target pasar
negara Belanda, adalah Martin Garrix. Youtuber ini berada pada peringkat
ranking pertama dan termasuk kategori kelas A atau terbaik.
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.16.: Endorser Populer Negara Belanda (Martin Garrix)
Sumber: Top Youtuber Channels
2. Endorser Target Pasar Jepang
Endorser yang paling efektif untuk diajak kerjasama di target pasar
negara Jepang ada tiga yang dapat dipilih salah satunya, yaitu HikakinTV,
Hajime atau Avex. Ketiga Youtuber ini dinilai cocok untuk produk
wisaata events dan semuanya masuk dalam kategori kelas A. Adapun
Youtuber lainnya tidak dipilih karena kontennya tidak sesuai dengan
pariwisata, yaitu kontennya film coartoon, game, dan lainnya.
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.17.: Endorser Populer Negara Jepang
Sumber: Top Youtuber Channels
3. Endorser Target Pasar Malaysia
Endorser yang paling efektif untuk diajak kerjasama di target pasar
negara Malaysia, adalah Astro Gempak. Kategori Youtuber ini masih
kelas B+ namun dinilai yang paling cocok untuk kerjasama promosi wisata
events. Youtuber yang masuk kelas A adalah kategori film cartoon Upin
Ipin dan sebagainya, sehingga dinilai kurang efektif untuk dipilih.
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.18.: Endorser Populer Negara Malaysia
Sumber: Top Youtuber Channels
4. Endorser Target Pasar Perancis
Endorser yang paling efektif untuk diajak kerjasama di target pasar
negara Perancis adalah Cyprien dan Norman Fait Des Vidéos. Keduanya
masuk dalam kategori kelas A, memiliki langganan dan penonton
terbanyak. Kontennya juga cocok untuk promosi wisata berbentuk events.
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.19. : Endorser Populer Negara Perancis
Sumber: Top Youtuber Channels
5. Endorser Target Pasar Singapura
Endorser yang paling efektif untuk diajak kerjasama di target pasar
negara Singapura, yaitu dipilih salah satu dari JianHao Tan atau
Clicknetwork karena keduanya dibawah manajemen dari Makers Studio.
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 6.20.: Endorser Populer Negara Singapura
Sumber: Top Youtuber Channels
6.1.4. Strategi POP (Pre Event, On Event, dan Post Event).
Strategi lain yang harus diperhatikan sebagai pelengkap dari strategi DOT,
BAS, dan POSE, adalah strategi POP (Pre Event, On Event, dan Post Event).
Strategi ini berhubungan dengan manajemen master events yang akan
dipromosikan sebagai produk Pariwisata DIY. Pengelola master events harus
memperhatikan semua persiapan menjelang pelaksanaan acara, saat pelaksanaan
acara, dan setelah pelaksanaan acara.
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.1.4.1. Strategi Pre Event
Strategi pre event yaitu semua persiapan yang dilakukan oleh manajemen
master events, bersama pemerintah dan juga dapat melibatkan industri pariwisata.
Adapun ahal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Melakukan promosi secara besar-besaran dengan menggunakan pola
strategi komunikasi POSE di atas sejak satu tahun atau minimal 6 bulan
sebelum pelaksanaan acara.
2. Melaksanakan beberapa events kecil yang tujuannya untuk mendukung
master event yang akan dilaksanakan atau acara pre event.
3. Mengundang wartawan atau bloger pada acara pre event agar mereka
membantu dalam mempromosikan acara besar yang akan dilaksanakan
tanpa membutuhkan pengeluaran biaya yang besar.
4. Penjualan merchandise yang berhubungan dengan master event beberapa
bulan sebelum acara.
5. Membuat kerjasama dengan travel agents di dalam negeri dan di negara
target pasar untuk menjual paket wisata perjalanan dengan tujuan
menghadiri master event tersebut.
6. Membangun kerjasama dengan industri wisata perhotelan untuk
penyediaan kamar khusus untuk wisatawan yang menghadiri master event.
7. Kerjasama dengan agent penjualan tiket dan perbankan, sehingga
wisatawan mancanegara dapat membali tiket langsung dari negaranya.
8. Kerjasama dengan maskapai penerbangan terutama yang memiliki rute ke
negara terget pasar untuk melakukan promosi melalui majalah dan
kerjasama akomodasi perjalanan.
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. pembuatan paket perjalanan yang komplit mulai dari Tiket Pesawat,
Akomodasi Penginapan dan Transportasi Darat, Tiket Masuk Master
Events, dan perjalanan ke Daya Tarik Wisata lainnya setelah atau sebelum
mengikuti event yang menjadi tujuan utama.
10. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan penyediaan pengisi
acara yang profesional, kreatif, dan menarik dari berbagai komunitas
events di DIY untuk memberikan hasil yang memuaskan di hari
pelaksanaan acara.
6.1.4.2. Strategi On Event
Strategi On Event di hari pelaksanaan acara yaitu berhubungan dengan
berbagai kesiapan sistem dan prosedur yang harus diikuti untuk kelancaran acara.
Berikut beberapa hal yang dapat diperhatikan peda pelaksanaan master event yang
dimiliki, yaitu:
1. Pemilihan gedung atau tempat yang tepat.
2. Kerjasama dengan pihak kepolisian untuk keamanan area sepanjang
pelaksanaan acara.
3. Kerjasama dengan pihak perhubungan untuk pengalihan lalu lintas jika
dibutuhkan.
4. Penyediaan tempat parkir yang cocok.
5. Mengundang wartawan, bloger, dan penulis untuk melakukan peliputan.
6. Kerjasama dengan pengelola wisata kuliner untuk ketersediaan berbagai
macam kuliner DIY disekitar acara yang dilakukan.
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Penyediaan sistem untuk menginput data dengan cepat bagi yang tidak
membeli tiket secara online. Dengan adanya sistem pendataan wisatawan
yang mengunjungi master events maka akan mudah untuk mengevaluasi
dan melakukan strategi di tahun-tahun berikutnya.
6.1.4.3. Strategi Post Event
Strategi post event adalah hal-hal yang dapat dilakukan setelah suatu master
events dilakukan. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan yaitu:
1. Menyediakan acara-acara kecil atau kerjasama dengan pengelola DTW
disekitaran wilayah DIY sehingga setelah selesai event yang mereka
hadiri, tidak langsung pulang atau ke daerah lain tetapi masih bisa ditahan
lebih lama di DIY. Bahkan program berkeliling secara gratis pun dapat
diberikan kepada wisatawan yang telah mengikuti penyelengaraan master
event.
2. Memberikan merchandise atau diskon (tiket tahun berikutnya) kepada
pengunjung yang berminat kembali mengikuti acara master event ini di
tahun berikutnya.
3. Mengevaluasi semua proses penyelenggaraan event.
4. Mulai kembali memikirkan kembali perencanaan event tahun berikutnya
dan mulai kembali mempromosikan atau kembali ke acara pre event untuk
acara master event tahun berikutnya.
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.2. Kesimpulan
Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu DOT BAS POSE dan POP bukan
hanya dapat dilakukan oleh Kementerian Pariwisata tetapi dapat juga digunakan
oleh Pemerintah DIY untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian (events) di
DIY. Keberhasilan strategi ini harus didukung oleh keterpaduan antar semua
pihak yang terkait yaitu pemerintah, pelaku industri pariwisata, komunitas atau
pelaku events, dan masyarakat umum DIY dalam melakukan kerjasama kordinasi
yang sinergis dan melakukan promosi secara terpadu.
Dengan adanya kerjasama dan sinergi dari semua pihak, maka kontenkonten promosi yang diinformasikan melalui berbagai bentuk promosi dan
berbagai media dapat terpadu atau memiliki kesamaan. Sesuai dengan komunikasi
pemasaran terpadu, maka baik promosi yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung dari berbagai unsur promotion mix dengan menggunakan berbagai
media, harus menggunakan konten yang sama.
(Tabel pola komunikasi pemasaran yang baru di halaman berikut)
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6.1. : Pola Komunikasi Pemasaran Tepadu untuk Festival dan Acara Budaya dan Kesenian ( Events) di DIY
Contoh Produk
Wisata Events
Paid
Negara target
pasar
Wisata Events dengan
Daya Tarik Wisata
DIY
Jogja International
Street Performance
Jogja
Fashion
Show
Art Jog
Jogja
International
Batik Biennale
Master
Events
Lainnya
Belanda
Taxi atau Bus Shelter Advertising, Bilboard, Lightbox Advertising, LCD/LED Screen Advertising, Majalah
Travel Populer di Belanda, TV KomersialYoutube Advertising dan Facebook Advertising.
Jepang
Taxi atau Bus Shelter Advertising, Bilboard, Lightbox Advertising, LCD/LED Screen Advertising, Majalah
Travel Populer di Jepang, dan TV Komersial yang sesuai untuk Pariwisata, serta Youtube Advertising,
Twitter Advertising, dan Line Advertising.
Malaysia
TV Komersial, Radio Komersial, Taxi atau Bus Shelter Advertising, Bilboard, Lightbox Advertising,
LCD/LED Screen Advertising, Majalah Travel Populer di Malaysia, Youtube Advertising dan Facebook
Advertising.
Perancis
Taxi atau Bus Shelter Advertising, Bilboard, Lightbox Advertising, LCD/LED Screen Advertising, Majalah
Travel Populer di Perancis, TV Komersial Youtube Advertising dan Facebook Advertising.
Media
Singapura
TV Komersial, Taxi atau Bus Shelter Advertising, Bilboard, Lightbox Advertising, LCD/LED Screen
Advertising, Majalah Travel Populer Singapura, Youtube Advertising dan Facebook Advertising.
Belanda
Situs www.visitingjogja.com, online dan offline eMaps, eBook, eBrosure, aplikasi mobile, semuanya
menggunakan bahasa Inggris
Jepang
Situs www.visitingjogja.com, online dan offline eMaps, eBook, eBrosure, aplikasi mobile, semuanya
menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Jepang
Malaysia
Situs www.visitingjogja.com, online dan offline eMaps, eBook, eBrosure, aplikasi mobile, semuanya
menggunakan bahasa Inggris
Owned
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh Produk
Wisata Events
Owned
Negara target
pasar
Perancis
Singapura
Social
Media
Jogja International
Street Performance
Jogja
Fashion
Show
Art Jog
Jogja
International
Batik Biennale
Situs www.visitingjogja.com, online dan offline eMaps, eBook, eBrosure, aplikasi mobile, semuanya
menggunakan bahasa Inggris
Promosi konten produk wisata events di Facebook, Youtube dan Instagram
Jepang
Promosi konten produk wisata events di Youtube, Twitter, Line dan Facebook
Malaysia
Promosi konten produk wisata events di Youtube, Facebook, dan Instagram
Perancis
Promosi konten produk wisata events di Facebook, Youtube dan Twitter
Promosi konten produk wisata events di Youtube, Facebook, dan Instagram.
Belanda
Martin Garrix
Jepang
HikakinTV, hajime, atau Avex
Malaysia
Astro Gempak
Perancis
Cyprien atau Norman Fait Des Vidéos
Singapura
Master
Events
Lainnya
Situs www.visitingjogja.com, online dan offline eMaps, eBook, eBrosure, aplikasi mobile, semuanya
menggunakan bahasa Inggris
Belanda
Singapura
Endorser
Wisata Events dengan
Daya Tarik Wisata
DIY
JianHao Tan atau Clicknetwork
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.3. Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan dua implikasi yang menjadi saran kepada Dinas
Pariwisata DIY dan peneliti selajutnya, yaitu:
1. Implikasi pengambilan keputusan:
Model promosi atau komunikasi pemasaran terpadu ini perlu diadobsi
oleh Dinas Pariwisata DIY sebagai leading sector atau kordinator seluruh
kepariwisataan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka sebaiknya dibuatkan
suatu fungsi khusus pada strutuktur kepengurusan Dinas Pariwisata DIY
untuk menangani event. Jika tidak membuat suatu fungsi baru maka dapat
juga memberikan tugas tambahan kepada struktur yang sudah ada untuk
menangani event, karena produk wisata ini merupakan prioritas utama yang
sadang dikembangkan Dinas Pariwisata DIY.
2. Implikasi untuk penelitian lanjutan:
Penelitian ini lebih fokus kepada promosi (promotion) atau komunikasi
pemasaran terpadu (integrated marketing communication), sehingga tidak
banyak membahas mengenai product, place, dan price dari total 4P. Sehingga
disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian secara
mendalam pada salah satu atau keseluruhan dari 3P (product, price, place)
lainnya untuk wisata berbentuk events di DIY.
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. & Joachimsthaler E. A. 2000. The brand relationship spectrum:
The key to the brand architecture challenge. California Management
Review. 42, 4: 8-23.
Aaker, David A. 2013. Manajemen Pemasaran Strategis. Terjemahan Edisi 8.
Jakarta: Salemba Empat.
Aesthetika, Nur Maghfira. 2012. Strategi Promosi Wisata Pulau Bawean Melalui
Event Festival Molod Bawean. KANAL, Vol. 1, No. 1 September 2012, Hal.
1-101.
Akselerasi Program Kegiatan Menuju 12 Juta Wisman Tahun 2016, Deputi
Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara. Diakses di
www.kemenpar.go.id pada 27 Januari 2017.
Assauri, Sofjan. (2014). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Calender of Events 2016 Yogyakarta. Diakses pada tanggal 3 Desember 2016 dari
http://visitingjogja.web.id/assets/uploads/files/bank_data/Calender_of_Even
ts_2016_19012016043120_01092016024941.pdf
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih di antara
Lima Pendekatan. Terjemahan Edisi 3.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daft, Richard L. 2016. Organization Theory & Design. Boston: Cengage
Learning.
Dewi, Ike Janita. 2009. Creating & Sustaining Brand Equity: Aspek Manajerial
dan Akademis dari Branding. Yogyakarta: Amara Books.
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dewi, Ike Janita. 2011. Implementasi dan Impikasi Kelembagaan Pemasaran
Pariwisata yang Bertanggung Jawab (Responsible Tourism Marketing).
Jakarta: Pinus Publisher untuk Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Republik Indonesia.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Hasan, Ali. 2015. Tourism Marketing. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic
Publishing Service).
Kartajaya, Hermawan. 2005. Attracting Tourist Traders Investors. Jakarta:
Gramedia Utama.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. (2012). Marketing Management. 14th
Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
. (2009). Manajemen Pemasaran. Terjemahan Edisi 13, Jilid 1 &
2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip & Gary Armstrong. (2010). Principles of Marketing. 13th Edition.
New Jersey: Pearson Educadion, Inc.
. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Terjemahan Edisi 12 Jilid 1
& 2. Jakarta: Erlangga.
Kienan, Brenda. 2001. Small Business Solution E-Commerce. Jakarta: Gramedia.
Laksana,
Fajar.
(2008).
Manajemen
Pemasaran:
Pendekatan
Praktisi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pariwisata Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2015. Diakses di www.visitingjogja.com pada 20
Oktober 2016.
Laporan Kinerja Kementerian Pariwisata tahun 2015. Kementerian Periwisata
Republik Indonesia. Diakses di www.kemepar.go.id pada 10 November
2016.
Nasir, Muhammad. (2009). Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Noor, Any. 2009. Management Event. Jakarta: Alfabeta.
Morissan. 2010. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenada Media Grup.
Morrison, A. 2010. Hospitality and Travel Marketing. Fourth Edition. Albany,
New York: Delmar Cengage Learning.
Myres, M. D. 2009. Qualitative Research in Business and Management. Los
Angeles: Sage Publications.
Percy, Lary. 2014. Strategic Integrated Marketing Communications. New York:
Routledge.
Rajagopal & Romulo Sanchez. 2004. Conceptual analysis of brand architecture
and relationships within product categories. Brand Management Vol. 11,
NO. 3, 233–247 February 2004.
Raska, Prita. 2016. Perencanaan Model Promosi Wisata Kuliner (Wisata
Gastronomi) di DJI Jakarta dalam Meningkatkan Citra Destinasi dan
Kunjungan
Wisatawan
Mancanegara.
Tesis.
Yogyakarta:
Magister
Manajemen, Universitas Gadjah Mada.
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reedy, Joel, Shauna Schullo, and Kenneth Zimmerman. 2000. Electronic
Marketing Integrating Electronic Resource into The Marketing Process.
United States Of America: The Dryden Press, Hancourt College Publishers.
Sari, Hervita. 2015. Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Sleman (Analisis Deskriptif Desa Wisata di
Kabupaten Sleman dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Periode
2010-2012). Tesis. Yogyakarta: Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah
Mada.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta: Indeks.
Shimp, Terence A. 2014. Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan dan
Promosi. Jakarta: Salemba Empat.
Starbuck, Peter. 2015. Peter F. Drucker: The Landmarks of His Ideas. North
Californis: Lulu.com
Statistik Kepariwisataan 2015. Diakses tanggal 03 Desember 2016. Dari
http://visitingjogja.web.id/assets/uploads/files/bank_data/Buku_Statistik_Ke
pariwisataan_DIY_2015_05092016040516.pdf
Sugianto. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Event JAKCLOTH
SUMMER 2014 Hores of Our Time. Jurnal KOMUNIKATOR. Vol. 6 No. 2
November 2014.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Suryadana, M. Liga dan Vanny Octavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.
Bandung: Alfabeta.
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
10
tahun
2009
tentang
kepariwisataan.
Visi dan Misi Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2016 dari website resmi Dinas Pariwisata DIY:
http://visitingjogja.web.id/profile/display/Visi+%26+Misi#
Yoeti, Oka A., 2006. Pemasaran Budaya, Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradya
Paramitha.
Wagen, Lynn Van Der. 2005. Event Management. Australia: Pearson Education.
Tambahan Hasil Analisis di Internet:
Hasil analisis analisis kinerja dari website resmi yang digunakan Dinas Pariwisata
DIY. Diakses dari www.similarweb.com pada 22 Februari 2017.
Hasil analisis platforms media sosial internasional sesuai masing-masing negara.
Diakses melalui https://wearesocial.com pada 10 Maret 2017.
Hasil analisis youtuber populer (Top Youtuber Channels) pada masing-masing
negara. Diakses melalui https://socialblade.com pada 15 Maret 2017.
168
Download