BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 1. Kesimpulan Kondisi curah hujan di Jawa Tengah dan DIY dapat diketahui dengan perhitungan hujan wilayah isohyet. Setiap tahun memiliki pola kecenderungan yang hampir sama dengan nilai curah hujan yang berbeda. Selama sepuluh tahun, hujan wilayah yang tertinggi berada di wilayah Jawa Tengah bagian barat seperti Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Tegal. Daerah bayangan hujan di berada di timur seperti Boyolali dan Rembang karena selama sepuluh tahun memiliki curah hujan yang lebih rendah daripada wilayah lainnya. 2. Pemodelan Kagan-Rodda digunakan untuk mengetahui penempatan dan jumlah stasiun yang efektif. Hasil perhitungan yang dipakai adalah jumlah 118 stasiun dengan jarak antar simpul 17,27 km2, kesalahan perataan 0,2% dan kesalahan interpolasi 2,3%. Terdapat beberapa stasiun yang efektif karena jumlahnya sedikit dan dapat mewakili curah hujan disekitarnya, tetapi ada beberapa daerah yang kurang efektif karena terlalu banyak stasiun hujan untuk curah hujan yang homogen. Semakin banyak stasiun yang terpasang maka kualitas data semakin baik, tetapi perlu ditelaah kembali efisiensinya. Untuk penentuan hujan tahunan, jumlah stasiun yang terpasang sebaiknya tidak terlalu banyak. Kelemahan dari model Kagan Rodda adalah hanya memperhatikan parameter hujan dan luas wilayahnya. Untuk wilayah yang memiliki variasi topografi yang beragam seperti Jawa Tengah dan DIY pemanfaatan model Kagan Rodda-Rodda kurang maksimal. 5.2 Saran 1. Penelitian mengenai penempatan stasiun hujan perlu dilakukan lebih mendalam. Metode-metode lain untuk mengevaluasi stasiun sebaiknya dikembangkan terutama untuk daerah yang memiliki topografi tinggi 2. Rekapitulasi data terkait curah hujan sangat penting untuk dilakukan, sehingga perlu ada perhatian khusus terkait penataan data curah hujan. 78