peningkatan kompetensi guru membuat media

advertisement
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21(1): 1 -11, 2015
ISSN 0852-0151
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT MEDIA
PEMBELAJARAN PEMUAIAN MELALUI WORKSHOP MODEL
TMK
Rasmin Simbolon
Pengawas SMP pada Dinas Pendidikan Kota Medan
Diterima 15 Oktober 2014, disetujui untuk publikasi 5 Desember 2014
Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya
meningkatkan kompetensi guru membuat media pembelajaran IPA, khususnya
pemuaian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 23 Medan dan subjek
penelitian adalah guru IPA SMP Sub Rayon 23 Kota Medan sebanyak 9 orang.
Objek penelitian adalah media pembelajaran khususnya pemuaian. Media
pembelajaran IPA adalah Pemuaian Zat Padat, Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian
Gas dari barang bekas atau bahan yang harganya murah sehingga dapat terjangkau.
Hasil analisis data membuat media pembelajaran Pemuaian Zat Padat pada siklus
1 pertemuan 1 sebesar 29,33 (kurang), pertemuan 2 sebesar 33,33 (kurang), dan
pertemuan 3 sebesar 38,67 (kurang). Pemuaian Zat Cair pada siklus 2 pertemuan 1
sebesar 44,44 (cukup), pertemuan 2 sebesar 58,22 (cukup), dan pertemuan 3 sebesar
64,00 (baik). Pemuaian Gas pada siklus 3 pertemuan 1 sebesar 67,56 (baik),
pertemuan 2 sebesar 74,67 (baik), dan pertemuan 3 sebesar 84,89 (sangat baik).
Nilai rata-rata kompetensi guru IPA membuat media pembelajaran Pemuaian Zat
Padat, Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian Gas meningkat dari siklus 1 sampai ke
siklus 3 yaitu: 29,33% menjadi 84,89%. Peningkatan nilai rata-rata kompetensi
guru adalah 55,56%. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa 95,00% guru IPA
SMP Sub Rayon 23 Kota Medan sangat setuju membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat, Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian Gas melalui workshop
yang dilakukan oleh peneliti karena kompetensi mereka meningkat.
Kata kunci:
Kompetensi guru,
media pembelajaran,
workshop.
Pendahuluan
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SMP
bertujuan untuk mengembangkan berbagai
keterampilan
sains,
misalnya
:
(1)
mengidentifikasi dan menentukan variabel
tetap/bebas dan variabel berubah/tergayut, (2)
menentukan apa yang diukur dan diamati, (3)
keterampilan
mengamati
menggunakan
sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera
penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan,
mencari
kesamaan
dan
perbedaan,
mengklasifikasikan, (4) keterampilan dalam
menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat
secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan
dapat
menghubung-hubungkan
hasil
Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Medan
pengamatan, (5) keterampilan menemukan
suatu pola dalam seri pengamatan, dan
keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil
pengamatan,
(6)
keterampilan
dalam
meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan
hasil-hasil pengamatan, dan (7) keterampilan
menggunakan
media
pembelajaran
(Depdiknas, 2006).
Sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di
SMP maka guru-guru IPA harus menggunakan
media pembelajaran agar keterampilan sains
siswa dapat berkembang. Belajar dengan
menggunakan media pembelajaran dapat
mengaktifkan siswa melakukan pengamatan,
1
Rasmin Simbolon
eksperimen, sehingga dapat menghasilkan
pengalaman langsung bagi siswa tersebut. Hal
ini sesuai bila merujuk pada kerucut
pengalaman Dale (1969) yang mengatakan
bahwa hasil belajar yang baik akan diperoleh
jika siswa mampu memanifestasikan ilmu yang
diperolehnya dengan cara pengamatan dan
pengalaman
langsung.
Untuk
dapat
membelajarkan siswa dengan pengamatan dan
pengalaman langsung maka guru dituntut
harus mampu membuat media pembelajaran
sehingga materi pelajaran dapat dengan mudah
dikuasai oleh siswa. Arsyad (2005) mengatakan
guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan
alat yang murah, sederhana dan bersahaja
tetapi merupakan keharusan dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Berdasarkan
hasil
supervisi
yang
dilakukan oleh peneliti selaku pengawas
sekolah terhadap guru IPA di SMP Sub. Rayon
23 Medan diperoleh data awal: 66,67%
labortorium IPA tidak berfungsi dengan baik
hal ini disebabkan alat/bahan tidak lengkap.
88,89% guru-guru IPA melakukan proses
belajar mengajar secara konvensional, materi
pelajaran disampaikan secara verbal padahal
materi pelajaran IPA dituntut menggunakan
media pembelajaran. 100% guru-guru IPA
belum mampu membuat media pembelajaran.
Dari data awal hasil supervisi tersebut ternyata
bahwa guru IPA kurang mampu menganalisis
dan mendeskripsikan konsep-konsep IPA
dalam membelajarkan IPA. Untuk materi
pokok pemuaian, pendeskripsiannya secara
verbal atau hanya dengan menuliskan proses
pemuaian di papan tulis bahkan didiktekan.
Siswa dipaksa untuk membayangkan dalam
pikirannya, bahwa sebuah benda akan memuai
jika dipanaskan. Kondisi yang terjadi dalam
penerapan konsep IPA adalah kurang
difungsikannya laboratorium IPA dalam
pembelajaran IPA karena guru kurang mampu
membuat media pembelajaran pemuaian dan
juga alat/bahan tidak lengkap, sedangkan
penyediaan alat/bahan jarang dilakukan oleh
kepala sekolah.
Berdasarkan hasil data awal hasil supervisi
yang didapat oleh peneliti maka peneliti
bekerja sama dengan kepala sekolah SMP Sub.
2
Rayon 23 Medan menghadirkan guru IPA SMP
Sub. Rayon 23 Medan untuk mengadakan
workshop. Peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan diadakan workshop adalah untuk
membuat media pembelajaran pemuaian.
Media pembelajaran yang dibuat adalah
Pemuaian Zat Padat, Pemuaian Zat Cair, dan
Pemuaian Gas karena materi pelajaran ini
adalah materi Kelas VII semester ganjil sesuai
dengan waktu pelaksanaan workshop dan
materi pelajaran ini adalah materi pelajaran
yang abstrak sehingga guru didalam proses
belajar mengajar dituntut harus menggunakan
media pembelajaran. Peneliti menyuruh guru
IPA SMP Sub. Rayon 23 Medan masing-masing
secara bebas berkreasi untuk membuat media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat, Pemuaian
Zat Cair, dan Pemuaian Gas dengan harapan
agar muncul ide kreatif guru IPA tersebut.
Kenyataannya ide kreatif dari guru IPA
tersebut tidak muncul, pemahaman guru
membuat media pembelajaran pemuaian masih
minim, guru tidak punya motivasi membuat
media, rasa ingin tahu tentang media masih
rendah. Guru pada umumnya merenung,
saling
bertanya
dengan
guru
yang
disampingnya, membuka-buka buku paket dan
buku pegangan lainnya.
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini
adalah upaya meningkatkan kompetensi guru
membuat media pembelajaran pemuaian
melalui Workshop Model TMK (Tiru,
Modifikasi, Kreativitas) di SMP Sub. Rayon 23
Medan.
Menurut Aqib (2008) bahwa kompetensi
guru mata pelajaran IPA pada SMP adalah: (1)
memahami konsep-konsep, hukum-hukum,
dan teori-teori IPA serta penerapannya secara
fleksibel, (2) memahami proses berpikir IPA
dalam mempelajari proses dan gejala alam, (3)
menggunakan
bahasa
simbolik
dalam
mendeskripsikan proses dan gejala alam, (4)
memahami hubungan antar berbagai cabang
IPA, dan hubungan IPA dengan matematika
maupun teknologi, (5) bernalar secara kualitatif
maupun kuantitatif tentang proses dan hukum
alam sederhana, (6) menerapkan konsep,
hukum, dan teori IPA untuk menjelaskan
berbagai fenomena alam, (7) menjelaskan
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Melalui Workshop Model TMK
penerapan hukum-hukum IPA dalam teknologi
terutama yang dapat ditemukan di dalam
kehidupan sehari-hari, (8) memahami lingkup
dan keadaan sekolah, (9) kreatif dan inovatif
dalam menerapkan dan mengembangkan IPA,
(10) menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori
pengelolaan dan keselamatan kerja/belajar di
laboratorium IPA sekolah, (11) menggunakan
alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung dan
piranti lunak komputer untuk meningkatkan
pembelajaran IPA di dalam kelas, dan di dalam
laboratorium, (12) merancang eksperimen IPA
untuk keperluan pembelajaran ataupun
penelitian, (13) melaksanakan eksperimen IPA
dengan cara yang benar, dan (14) memahami
sejarah perkembangan IPA dan pikiran-pikiran
yang mendasari perkembangan tersebut.
Menurut
Miarso
(2005)
media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan si pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali. Menurut
Aqib (2008) media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya
proses belajar pada si pembelajar.
Berbagai manfaat media pembelajaran
telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp
and Dayton dalam Sanjaya (2008) meskipun
telah lama disadari bahwa banyak keuntungan
pengguna media pembelajaran, penerimaannya
serta pengintegrasiannya ke dalam programprogram pengajaran berjalan amat lambat.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan
media pembelajaran pemuaian adalah media
yang menggunakan barang bekas ataupun
barang yang harganya murah. Barang bekas
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
dari barang yang tersisa setelah dipakai oleh
pemiliknya untuk menyampaikan materi
pelajaran di dalam proses belajar mengajar.
Barang yang harganya murah adalah
barang
yang
dapat
terjangkau
untuk
membelinya bahkan mudah didapat di sekitar
sekolah.
Dalam
pembelajaran
IPA
sangat
diperlukan alat peraga sebagai alat bantu siswa
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21
Nomor 1
memahami fenomena alam yang ada di
sekitarnya. Menurut Mariana (2005) fungsi alat
peraga/media
pembelajaran
dalam
pembelajaran sains adalah memperagakan
berbagai fenomena alam karena secara alamiah
fenomena tersebut dapat berlangsung sangat
lama atau sangat cepat, atau memang tidak
terobservasi dengan mata telanjang sehingga
hanya mengobservasi tanda-tandanya saja.
Menurut Suprijanto (2008) workshop
adalah pertemuan orang yang bekerja sama
dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada
masalah yang berasal dari mereka sendiri.
Peran
serta
diharapkan
untuk
dapat
menghasilkan produk tertentu. Sedangkan
menurut Soeharto (2005) bahwa workshop
adalah pertemuan khusus yang dihadiri
sekelompok manusia yang bergerak dalam
lingkungan bidang kerja yang sejenis.
Ciri-ciri workshop yaitu: (1) Masalah yang
dibahas bersifat life centred dan muncul dari
masalah peserta sendiri. (2) Selalu berusaha
menggunakan secara maksimal aktivitas
mental dan fisik dalam kegiatannya sehingga
tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih
tinggi dan lebih baik dari semula. Terjadi
perubahan yang berarti pada diri mereka
setelah mengikuti kegiatan workshop. (3)
Metode yang digunakan dalam bekerja adalah
metode pemecahan masalah, musyawarah, dan
penyelidikan. (4) Diadakan dalam kebutuhan
bersama. (5) Menggunakan narasumber
resource person dan resource material yang
memberi bantuan yang besar dalam mencapai
hasil. (6) Senantiasa memelihara kehidupan
yang seimbang disamping mengembangkan
pengetahuan, kecakapan, dan perubahan
tingkah laku. Tujuan workshop adalah
memberikan pengetahuan dan pengalaman
kepada guru agar meningkat kompetensinya
membuat media pembelajaran.
Berbagai pengalaman yang digali dari
para peserta akan dijadikan sumber inspirasi,
manakala para peserta diajak untuk berdiskusi
berdasarkan
pada
pengalaman.
Proses
workshop dibentuk sedemikian rupa, seperti
yang terlihat pada Gambar 1.
Maret 2015
3
Rasmin Simbolon
PENGETAHUAN
+
PENGALAMAN
AKTIVITAS
PRAKTIK/APLIKASI
REFLEKSI/EVALUASI
Gambar 1. Proses Pembelajaran Dalam Workshop
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam
workshop
yang
dilaksanakan
adalah
mamadukan
antara
pengetahuan
dan
pengalaman, baik yang dimiliki oleh peserta
maupun peneliti. Dari perpaduan antara
kedua itu, peserta diminta untuk merefleksi
atau menimbang-nimbang perihal apa yang
mereka dapatkan ketika mengikuti workshop.
Oleh sebab itu, untuk menerima atau menolak
semua yang diberikan selama workshop,
dilakukan setelah melalui pemikiran dan
perenungan. Sebagai konsekuensi logis dari
pendekatan yang dilakukan dalam workshop,
metode ceramah digunakan seminimal
mungkin. Membuat Media pembelajaran
Pemuaian Melalui Workshop Model TMK.
Pada tahap kegiatan awal, guru IPA Sub.
Rayon 23
Medan bersama-sama dengan
peneliti
mengawali
kegiatan
dengan
melakukan uji coba workshop untuk
pengambilan data awal kompetensi guru
membuat
media
pembelajaran.
Mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru
dan mencari solusi terhadap masalah tersebut.
Kemudian secara bersama menetapkan
masalah terbesar yang dialami guru tersebut.
Pada tahap perencanaan, guru IPA Sub. Rayon
23 Medan akan dibina oleh peneliti membuat
media pembelajaran Pemuaian Zat Padat,
Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian Gas dengan
mengadakan workshop Model TMK agar guru
4
dapat praktek langsung membuat media
pembelajaran tersebut. Workshop ini
dilakukan membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat 1(satu) siklus terdiri
dari 3 (tiga) kali pertemuan yaitu
pertemuan 1 (meniru), pertemuan 2
(memodifikasi),
dan
pertemuan
3
(kreativitas).
Pada
tahap
observasi
dilakukan pengamatan oleh observer yaitu
peneliti dan pengawas sekolah yang
bertugas di SMP Sub. Rayon 23 Medan.
Pada tahap refleksi, peneliti merefleksi
pembuatan media pembelajaran tersebut.
Kemudian peneliti mempertimbangkan
tanggapan
dan
saran-saran
untuk
perbaikan proses membuat prangkat
pembelajaran
tersebut
pada
siklus
berikutnya dari pengawas sekolah selaku
observer.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri 23 Medan yang beralamat di Jl.
Raya Menteng Ujung Medan. Subyek
penelitian adalah guru-guru IPA SMP Sub.
Rayon 23 Medan sebanyak 9 (sembilan)
orang, terdiri dari 1 (satu) orang dari SMP
Negeri 23 Medan, 1 (satu) orang dari SMP
Terbuka Negeri 23 Medan, 1 (satu) orang
dari Swasta Advent 3 Medan, 1 (satu)
orang dari SMP Swasta Parulian 2 Medan, 1
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Melalui Workshop Model TMK
(satu) orang dari SMP Swasta Al Washliyah 1
Medan, 1 (satu) orang dari SMP Swasta Al
Washliyah 29 Medan, 1 (satu) orang dari SMP
Swasta Muhammadiyah 05 Medan, 1 (satu)
orang dari SMP Swasta Kebangsaan Medan, 1
(satu) orang dari SMP Swasta Tri Jaya Medan,
dan 1 (satu) orang dari SMP Swasta An Nizam
Medan.
Obyek
penelitian
adalah
media
pembelajaran pemuaian. Media pembelajaran
yang dibuat adalah dari barang bekas atau
dari bahan yang harganya murah sehingga
dapat terjangkau. Untuk membuat media
pembelajaran pemuaian dilakukan melalui
Workshop Model TMK.
Model
yang
digunakan
dalam
workshop ini adalah Model Kemmis yang
dirancang dengan proses siklus (cylical)
yang terdiri dati 4 (empat) fase kegiatan
yaitu: merencanakan (planning), melakukan
tindakan (action), mengamati (observatian),
dan merefleksi (reflektif). Tahap-tahapan ini
terus berulang sampai permasalahan
dianggap telah teratasi.
Gambar 2. Siklus Model Kemmis (Sukardi, 2005)
Pada tahap perencanaan siklus 1
pertemuan 1 workshop ini, peneliti menyuruh
guru-guru IPA peserta workshop membuat
media pembelajaran Pemuaian Zat Padat
dengan cara meniru contoh yang telah
disiapkan oleh peneliti.
Pada tahap perencanaan siklus 1
pertemuan
2
workshop
ini,
peneliti
merencanakan
pembuatan
media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat. Media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat yang akan
dibuat oleh masing-masing guru adalah dari
barang bekas atau harga murah dengan cara
memodifikasi media pembelajaran sesuai
dengan media pembelajaran yang ada pada
buku paket atau buku-buku pegangan lainnya
maupun memodifikasi media yang sudah ada.
Peneliti berkolaborasi dengan pengawas
sekolah yang bertugas di SMP Sub. Rayon 23
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21
Nomor 1
Medan.
Peneliti
membimbing
guru
membuat media pembelajaran Pemuaian
Zat Padat sesuai dengan alat/bahan yang
disediakan oleh masing-masing guru.
Pada tahap perencanaan siklus 1
pertemuan 3 workshop ini, peneliti
merencanakan
pembuatan
media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat. Media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat yang
akan dibuat oleh masing-masing guru
adalah media dari barang bekas atau harga
murah sesuai dengan kreativitas guru
tersebut. Dengan pengalaman membuat
media pembelajaran dari yang tadinya
hanya meniru yang dibuat oleh peneliti,
dan memodifikasi media pembelajaran
sesuai dengan yang ada di buku paket atau
buku-buku pegangan lainnya maupun
memodifikasi media yang sudah ada maka
Maret 2015
5
Rasmin Simbolon
diharapkan telah muncul ide kreatif masingmasing guru membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat.
Pada siklus 1 pertemuan 1 ini guru
dibimbing oleh peneliti untuk membuat media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat dengan cara
meniru media pembelajaran yang dibuat oleh
peneliti.
Pada tahap pelaksanaan siklus 1
pertemuan 2 workshop ini, peneliti menyuruh
guru membuat media pembelajaran Pemuaian
Zat Padat dari barang bekas atau harga murah
dengan
cara
memodifikasi
media
pembelajaran
sesuai
dengan
media
pembelajaran yang ada pada buku paket atau
buku-buku pegangan lainnya maupun
memodifikasi media yang sudah ada.
Pada tahap pelaksanaan siklus 1
pertemuan 3 workshop ini, peneliti menyuruh
dan membimbing guru membuat media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat dari barang
bekas atau harga murah sesuai dengan
kreativitas guru dan menggunakan alat/bahan
yang disediakan oleh masing-masing guru.
Pada tahap observasi siklus 1 pertemuan
1 workshop ini, peneliti bersama pengawas
sekolah melakukan observasi mengamati
guru-guru IPA membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat sesuai dengan petunjuk
kerja yang ada di dalam LKS (Lembaran Kerja
Siswa).
Mencatat
semua
pelaksanaan
pembuatan media pembelajaran tersebut dan
hasil presentasi cara menggunakan media
pembelajaran pemuaian. Pada tahap observasi
siklus 1 pertemuan 2 workshop ini, peneliti
bersama pengawas sekolah melakukan
observasi mengamati guru-guru IPA membuat
media pembelajaran Pemuaian Zat Padat.
Pada tahap observasi siklus 1 pertemuan 3
workshop ini, peneliti bersama pengawas
sekolah melakukan observasi mengamati
guru-guru IPA membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat.
Melakukan observasi pada siklus 1, 2 dan
3 ini tentang: (a) kesiapan guru menyiapkan
alat/bahan,
(b)
kemampuan
guru
memunculkan ide kreatif, (c) kemampuan
guru membuat media, (d) kesesuaian media,
6
(e) ketepatan waktu membuat media
pembelajaran Pemuaian Zat Padat. Hasil
observasi dianalisis oleh peneliti bersama
pengawas sekolah sehingga didapat nilai
masing-masing guru pada pertemuan 1 ini.
Pada tahap refleksi siklus 1 pertemuan
1 workshop ini, peneliti bersama pengawas
sekolah melakukan refleksi terhadap hasil
observasi pelaksanaan guru-guru IPA
membuat media pembelajaran. Workshop
ini berhasil apabila minimal: (a) 75% guru
dapat menyiapkan alat/bahan, (b) 75% guru
telah muncul ide kreatifnya, (c) 75% guru
telah mempunyai kompetensi membuat
media, (d) 75% media yang dibuat guru
telah sesuai, dan (e) 75% guru telah tepat
waktu siap membuat media pembelajaran
pemuaian.
Indikator yang digunakan sebagai
ukuran keberhasilan terhadap tindakan
yang dilakukan dalam setiap siklus
penelitian menggunakan dua indikator,
yaitu :
Indikator pertama yang digunakan
untuk menunjukkan suksesnya proses
membuat media pembelajaran adalah hasil
kompetensi guru. Rencana tindakan
dianggap sukses untuk meningkatkan
kompetensi guru apabila nilai rata-rata
guru IPA SMP Sub. Rayon 23 Medan
membuat media pembelajaran Pemuaian
Zat Padat, Pemuaian Zat Cair, dan
Pemuaian Gas minimal 75. Hal ini mengacu
kepada kriteria ketuntasan minimal
sebagaimana yang dikatakan Arikunto
(2007).
Indikator kedua yang digunakan
untuk menunjukkan keberhasilan proses
pembuatan media adalah suksesnya
seorang guru dalam melaksanakan proses
membuat media pembelajaran pemuaian.
Suksesnya guru dalam melaksanakan
kegiatan membuat media pembelajaran
pemuaian dilihat dari terlaksananya
rencana tindakan. Rencana tindakan
dianggap terlaksana, apabila pelaksanaan
guru selama kegiatan dengan lancar. Guru
tidak menjumpai problem yang serius
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Melalui Workshop Model TMK
berkaitan dengan fasilitas, materi, dan
prosedur. Suksesnya guru dalam mengikuti
kegiatan membuat media pembelajaran
tersebut dilihat dari senang tidaknya guru
dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Di dalam workshop yang dilaksanakan
tidak dikenal istilah lulus dan tidak lulus.
Untuk mengetahui apakah peserta telah
mengikuti kegiatan dengan baik atau tidak,
digunakan evaluasi atas hasil kerja peserta
dalam
mengerjakan
tugas-tugas
yang
diberikan oleh peneliti. Agar evaluasi ini dapat
dipahami dengan baik oleh peserta, semua
penjelasan disampaikan di awal pertemuan,
yaitu semua peserta diharuskan membuat
media pembelajaran pemuaian sehingga dapat
dilihat tingkat kompetensinya.
Penilaian membuat media pembelajaran
pada workshop ini ada dua macam, yaitu: (1)
Penilaian
kompetensi
membuat
media
pembelajaran pemuaian. Penilaian kompetensi
membuat media pembelajaran pemuaian ada 5
(lima) aspek, masing-masing aspek skornya 5
(lima). Maka skor maksimal adalah 25 (dua
puluh lima). Sedangkan skor perolehan
bergantung kepada jumlah jawaban dari
kelima komponen tersebut. Nilai dapat
dihitung dengan menggunakan rumus.
Skor perolehan
Nilai =
X 100 %
Skor maksimal
Skor perolehan
Nilai =
X 100 %
25
Penilaian membuat media pembelajaran
pemuaian adalah :
Aspek:
Mempersiapkan alat/bahan
Kemampuan memunculkan ide kreatif
Kemampuan membuat media
Kesesuaian media
Ketepatan waktu
Skor:
Nilai
5 = Sangat baik
= 81 - 100
4 = Baik
= 61 - 80
3 = Cukup
= 41 – 60
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21
Nomor 1
2 = Kurang
= 21 - 40
1 = Sangat Kurang
= 1 - 20
Dengan cara penggunaan rumus yang
sama dapat dihitung nilai kompetensi guru
membuat media pembelajaran Pemuaian
Zat Padat, Pemuaian Zat Cair, dan
Pemuaian Gas. Nilai kompetensi masingmasing guru membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat, adalah nilai pada
siklus 1, 2 dan 3 yaitu nilai pertemuan 1
(meniru), pertemuan 2 (memodifikasi), dan
pertemuan 3 (hasil kreativitas). Penilaian
sikap guru membuat media pembelajaran
pemuaian. Penilaian sikap guru membuat
media pembelajaran pemuaian ada 4
(empat) aspek, masing-masing aspek
skornya 5 (lima). Maka skor maksimal
adalah 20 (dua puluh). Sedangkan skor
perolehan bergantung kepada jumlah
jawaban dari kelima komponen tersebut.
Nilai dapat dihitung dengan menggunakan
rumus yang sama.
Penilaian sikap guru IPA membuat media
pembelajaran pemuaian:
Aspek:
Menarik untuk dilakukan
Mudah melakukannya
Menyenangkan
Termotivasi untuk membuat berbagai
media pembelajaran IPA
Skor:
5 = SS = Sangat Setuju
4 = S = Setuju
3 = KS = Kurang Setuju
2 = TS = Tidak Setuju
1 = STS = Sangat Tidak Setuju
Banyaknya guru yang ikut workshop
pada SMP Sub. Rayon 23 Medan SMP seSub. Rayon 23 Medan ada 9 (sembilan)
orang, maka nilai sikap adalah rata-rata
nilai dari sembilan orang guru tersebut.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil observasi kompetensi
guru IPA membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat, pada pertemuan 1 s.d
3 dari 9 (sembilan) orang guru IPA SMP
Sub. Rayon 23 Medan peserta workshop
adalah seperti tabel 1. berikut ini:
Maret 2015
7
Rasmin Simbolon
Tabel 1. Data Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Zat Padat
Melalui Workshop Model TMK Di SMP Sub. Rayon 23 Medan Pada Siklus 1
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jlh
N
Pemuaian Zat Padat
Pertemuan 1
Pertemuan 2
(Meniru)
(Memodifikasi)
40
48
24
24
24
24
28
28
24
24
32
40
40
48
24
24
28
40
Pertemuan 3
(Kreativitas)
48
28
28
44
28
44
52
28
48
264
300
348
29,33
33,33
38,67
Keterangan
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 3. Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Zat Padat
Melalui Workshop Model TMK Di SMP Sub. Rayon 23 Medan Pada Siklus 1
Data hasil observasi kompetensi
guru
IPA
membuat
media
pembelajaran Pemuaian Zat Cair, pada
pertemuan 1,2, dan 3 dari 9 (sembilan)
8
orang guru IPA SMP Sub. Rayon 23
Medan peserta workshop adalah seperti
Tabel 2 berikut ini:
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Melalui Workshop Model TMK
Tabel 2. Data Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian
Zat Cair.
Pemuaian Zat Cair
No.
Keterangan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
(Meniru)
(Memodifikasi)
(Kreativitas)
1
52
68
76
Tuntas
2
36
44
48
Belum Tuntas
3
36
56
60
Belum Tuntas
4
48
64
64
Belum Tuntas
5
36
44
48
Belum Tuntas
6
48
64
72
Tuntas
7
56
68
76
Tuntas
8
36
48
52
Belum Tuntas
9
52
68
80
Tuntas
Jlh
400
524
576
N
44,44
58,22
64,00
Belum Tuntas
100
Nilai
80
60
40
20
0
1
2
3
Aspek
Gambar 4. Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Zat Cair
Melalui Workshop Model TMK Di SMP Sub. Rayon 23 Medan Pada Siklus 2
Data hasil observasi kompetensi guru IPA membuat media pembelajaran Pemuaian Gas,
pada pertemuan 3 dari 9 (sembilan) orang guru IPA SMP Sub. Rayon 23 Medan peserta
workshop adalah seperti Tabel 3 berikut ini:
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21
Nomor 1
Maret 2015
9
Rasmin Simbolon
Tabel 3. Data Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Gas
Melalui Workshop Model TMK Di SMP Sub. Rayon 23 Medan Pada Siklus 3.
No.
Pertemuan 2
(Memodifikasi)
80
64
64
68
64
88
88
72
84
672
74,67
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jlh
N
Pemuaian Gas
Pertemuan 1
(Meniru)
76
48
60
64
52
80
80
68
80
608
67,56
Pertemuan 3
(Kreativitas)
92
76
76
80
76
92
96
80
96
764
84,89
Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
100
80
60
40
20
0
1
Aspek
2
3
Gambar 5. Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Gas
Melalui Workshop Model TMK Di SMP Sub. Rayon 23 Medan Pada Siklus 3
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian, ada
beberapa temuan dalam penelitian tindakan
sekolah ini yaitu: Kompetensi guru membuat
media pembelajaran pemuaian meningkat
setelah mengikuti Workshop Model TMK.
Untuk dapat mengetahui upaya meningkatkan
kompetensi
guru
membuat
media
pembelajaran
pemuaian,
maka
dapat
dilakukan Workshop Model TMK dengan
strategi T = Tiru, M = Modifikasi, dan K =
Kreativitas. Nilai rata-rata kompetensi guru
10
dalam membuat media pembelajaran
Pemuaian Zat Padat, siklus 1 pertemuan 1
(Meniru) adalah 29,33, pertemuan 2
(Modifikasi) adalah 33,33, dan pertemuan 3
(Kreativitas) adalah 38,67. Nilai rata-rata
kompetensi guru dalam membuat media
pembelajaran Pemuaian Zat Cair, siklus 1
pertemuan 1 (Meniru) adalah 44,44,
pertemuan 2 (Modifikasi) adalah 58,22, dan
pertemuan 3 (Kreativitas) adalah 64,00.
Nilai rata-rata kompetensi guru dalam
membuat media pembelajaran Pemuaian
Gas, siklus 1 pertemuan 1 (Meniru) adalah
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21 Nomor 1
Maret 2015
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Media Pembelajaran Pemuaian Melalui Workshop Model TMK
67,56, pertemuan 2 (Modifikasi) adalah 74,67,
dan pertemuan 3 (Kreativitas) adalah 84,89.
Nilai rata-rata kompetensi guru dalam
membuat media pembelajaran Pemuaian Zat
Padat, Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian Gas
meningkat dari pertemuan 1 Pemuaian Zat
Padat ke pertemuan 3 Pemuaian Gas yaitu:
29,33 menjadi 84,89. Peningkatan nilai rata-rata
kompetensi guru adalah 55,56%. Guru IPA
SMP se-Sub. Rayon 23 Medan mempunyai
pendapat 95,00% sangat setuju membuat
media pembelajaran Pemuaian Zat Padat,
Pemuaian Zat Cair, dan Pemuaian Gas melalui
workshop yang dilakukan oleh peneliti,
karena kompetensi mereka meningkat.
Saran dari hasil penelitian ini adalah agar
semua guru IPA dapat membuat media
pembelajaran yang akan digunakan dalam
mengajar, baik dari barang bekas maupun
barang yang harganya murah sehingga dapat
terjangkau. Kepada kepala SMP dapat
memfasilitasi guru IPA membuat media
pembelajaran melalui workshop bekerja sama
dengan Pengawas Sekolah.
Daftar Pustaka
Aqib
Zainal. 2008. Standar KualifikasiKompetensi- Sertifikasi Guru- Kepala
Sekolah- Pengawas. Bandung: CV.
Yrama Widya.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Azhar, L.M. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola
CBSA. Surabaya: Usaha Naional.
Dale, E. 1969. Audiovisual Methods in
Teaching, 3 rd edition. New York: The
Dryden Press.
Depdiknas. 2006. Pedoman Supervisi Pengajaran.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
----------- 2007. Materi Sosialisasi dan Pelatihan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakara: Dirjen Dikdasmen.
Guza Afnil. 2008. Himpunan Permendiknas
Tentang Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan. Jakart: Penerbit
Asa Mandiri.
Heinich, Robert, Michael Molenda, James D
Russell, Sharon E Smaldino. 1996.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 21
Nomor 1
Intructional Media and Technologies for
Learning.5th
edition.
Englewood
Cliffs, NJ: Prentice- Hall, Inc.
Miarso Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan. Jakara: Prenada
Media.
Sadiman, Arief S. 2007. Media Pendidikan,
Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta: Predana
Media Group.
Subagio, Djoko. 2004. Alat Peraga Untuk
Menjelaskan Hukum Lorentz Pada
Prinsip Kerja Motor Liustrik Bagi
Siswa SMK Negeri 5 Surakarta
Jurusan Listrik. Jakarta: Depdikbud.
Sucipto, Wasis. 2004. Pemanfaatan Limbah
Kulit Pisang dan Jeruk Untuk
Pembelajaran
Materi
Sel
Elektrokimia
Beriorentasi
Lingkungan
Siswa.
Jakarta:
Depdikbud.
Sudjana, N. dan Riva’i, A. 1992. Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Bandung.
Suherman. 2007. Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Konsep Dasar
Dinamika Gerak Lurus Dengan
Menggunakan
Alat
Peraga
Sederhana di Kelas X-A SMA Negeri
1 Stabat Kabupaten Langkat. Medan:
Lembaga Penelitian Unimed.
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian
Pendidikan
Kompetensi
dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Surya Dharma. 2007. Penyusunan Karya
Tulis
Ilmiah
dan
Kegiatan
Pengembangan Profesi Pengawas
Sekolah. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Zaini, dkk. 2002. Desain Pembelajaran di
Perguruan Tinggi.Yogyakarta: CYDS
IAIN Sunan Kali Jaga.
Maret 2015
11
Download