TAK BUTUH MAGNITUDE BESAR UNTUK BISA MERASAKAN GEMPABUMI Tri Ratna Rahayu Rahmawati PMG Pelaksana – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Email : [email protected] Senin, 23 Maret 2015 dini hari, ketika masyarakat Tegal dan sekitarnya sedang terlelap dalam tidurnya tiba-tiba merasakan tubuhnya sedikit bergoyang. Saat itu tidak terlalu membuat panik masyarakat sekitar, hanya saja masyarakat sekitar dapat merasakan bahwa tidur lelapnya sedikit terusik. Stasiun Meteorologi Tegal sebagai UPT(Unit Pelayan Teknis) yang berada di wilayah Tegal mencari informasi mengenai parameter gempabumi yang terjadi. Informasi yang pertama kali di dapat dari web resmi BMKG adalah episenter gempabumi berada di 711 km Barat daya Aceh Jaya, kedalaman 10 km, magnitude 5.1 SR dan terjadi pada pukul 01:12:28 WIB. Informasi ini cukup menjawab rasa penasaran masyarakat Tegal yang tidurnya sedikit terbangun karna di lewati oleh gelombang gempabumi senin dinihari itu. Sumber : www.bmkg.go.id Namun ketika pagi harinya, salah satu pegawai Stasiun Meteorologi Tegal menghubungi Stasiun Geofisika Banjarnegara untuk mengkonfirmasi apakah ada gempabumi lain di sekitar wilayah Tegal yang tercatat di alat pencatat gempabumi di Stasiun Geofisika Banjarnegara. Ada hal yang menarik disini, jika melihat parameter yang diberikan oleh web BMKG, rasanya kurang masuk akal, jika episenternya berada jauh di Aceh, namun masyarakat Tegal dapat ikut merasakannya. Apalagi jika dilihat kekuatan magnitudenya yang bernilai 5.1 SR. Ternyata setelah di kroscek ke Stasiun Geofisika Banjarnegara, alat pencatat gempabumi di Stasiun ini mencatat gempabumi lain. Hasil rekaman getaran gempabumi itu pun di analisa oleh pegawai di Stasiun Geofisika Banjarnegara dan menghasilkan informasi bahwa episenter gempabumi berada di 8 km Barat Daya Tegal, dengan waktu terjadinya yaitu pukul 01;05;13 WIB. Parameter gempabumi ini bermagnitude 4,8 SR, berkedalaman 10 km dan terjadinya di darat. Dalam hal ini informasi yang dikeluarkan oleh web resmi BMKG tidak lah lantas mengalami kesalahan analisa. Karna memang kenyataannya dalam waktu yang hampir berdekatan terjadi 2 gempabumi, hanya saja dengan parameter yang berbeda. Sumber : www.bmkg.go.id Lalu mengapa justru gempabumi Aceh yang terpublish di web resmi BMKG…??? Disini perlu diketahui oleh masyarakat bahwa gempabumi yang pertama kali terpublish di web resmi BMKG adalah gempabumi yang memiliki kekuatan magnitude di atas 5 SR. Gempabumi sendiri memiliki klasifikasi gempabumi terasa dan tidak terasa. Bisa saja gempabumi dengan skala kekuatan magnitude besar ( > 5 SR), namun kedalamannya lebih dari 100 km, maka gempabumi ini termasuk gempabumi tidak terasa. Bisa juga gempabumi dengan magnitude kecil (< 5 SR), namun dengan kedalaman kurang dari 60km, dan masyarakat sekitar episenter dapat merasakan getarannya, maka gempabumi ini termasuk dalam klasifikasi gempabumi terasa. Jika kita mengkaji kembali informasi yang diberikan menyangkut gempabumi Tegal 23 maret 2015, gempabumi ini terjadi di darat. Sudah menjadi pengetahuan umum di masyarakat luas bahwa yang menjadi daerah rawan gempabumi hanyalah daerah-daerah yang berada di Selatan Jawa, karna di Selatan Jawa terdapat pertemuan lempeng (zona subduksi). Namun kenyataannya, gempabumi Tegal ini terjadi di Utara Jawa dan di darat. Mari kita lihat keadaan geologi di Tegal dan daerah Jawa tengah bagian utara. Berdasarkan peta sebaran sesar (patahan) yang berada di wilayah Jawa bagian utara, terdapat beberapa sesar. Diantaranya sesar Lasem di Rembang, sesar Pati di Pati, serta sesar Bumiayu di Bumiayu. Sesar- sesar ini lah yang menjadi sumber terjadinya gempabumi di darat. Untuk gempabumi Tegal 23 Maret 2015 lalu, episenter gempabumi berada di Barat Daya Tegal. Sesar Bumiayu berada di Barat Daya Tegal. Sesar Bumiayu ini merupakan segmen patahan dengan skala kecil. Jika terjadi pergesaran pada sesar ini tidak akan menimbulkan gempabumi dengan kekuatan besar, namun tetap berpeluang menjadi gempabumi yang terasa getarannya. Pada Sabtu, 13 Juli 2013, sesar Bumiayu juga pernah menghasilkan gempabumi dengan kekuatan 4.7 SR dan kedalaman 10 km, dengan lokasi episenter 40 km Barat Daya kota Brebes. Gempabumi ini dirasakan di Brebes dengan skala III MMI. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat lebih peduli dan lebih waspada terhadap daerah dimana kita tinggal. Sudah saatnya juga kita mengenal kriteria-kriteria gempabumi. Dari proses terjadinya, penyebab terjadinya, klasifikasinya hingga cara penanganan terhadap gempabumi. Gempabumi memang tidak terjadi setiap hari. Gempabumi memiliki periode ulang yang bernilai tahunan, hal ini yang membuat masyarakat sering melupakan gempabumi. Salah satu cara agar masyarakat tidak melupakan gempabumi adalah dengan memberikan edukasi secara terus menerus di tiap generasi. Sudah saatnya pengetahuan tentang gempabumi secara lebih spesifik di ikutkan dalam kurikulum sekolah, dari mulai tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat menengah atas. Hal ini diharapkan dapat membuat pengetahuan tentang gempabumi tidak lepas dari ingatan masyarakat di tiap generasi. Peran pemerintah dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat juga sangat penting. Pemerintah daerah beserta instansi terkait dapat pula memberikan penyuluhan tentang kesadaran masyarakat terhadap wilayah tempat tinggal yang beresiko gempabumi, meski dengan kekuatan magnitude yang kecil.