Masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung yang langganan terkena banjir adalah Kampung Pulo, Gang Arus, dan Pengadegan. Di Kali Krukut wilayah yang terkena banjir adalah Pondok Raya, Pasar Mampang, Pulau Raya, Jati Padang, Cipete Selatan, Pondok Labu, Benhil dan RS Mintoharjo. Di bantaran Kali Pesanggarahan adalah Cirendeu Indah, Sepolwan, Deplu, IKPN, Ulujami, Perdatam, Tanah Kusir, Cipulir, Cidodol, Kedoya, Perum Kelapa Dua, Pos Pengumben. Banjir yang hampir setiap tahun melanda Ibukota Jakarta, menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Banjir di wilayah ini sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan dan hujan yang terjadi di wilayah hulu seperti di kawasan Bogor dan Depok. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah banyak melakukan upaya pencegahan seperti normalisasi kali. Upaya yang berkelanjutan dan didukung oleh masyarakat yang sadar bencana diharapkan mampu untuk menanggulangi banjir yang sudah menjadi bencana tahunan ini. wordpress.com) Awal Bulan Banjir Landa Ibukota Jakarta Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya telah menyebabkan banjir di beberapa wilayah Ibukota. Berdasarkan data Senin (9-2-2015) pukul 16.00 WIB, ada 93 titik genangan di Jakarta. Banjir tersebar di 35 titik di Jakarta Pusat, 28 titik di Jakarta Barat, 17 titik di Jakarta Utara, 8 titik di Jakarta Timur, dan 5 titik di Jakarta Selatan. Tinggi banjir bervariasi antara 10-80 cm. Dampaknya kemacetan parah terjadi di banyak tempat. Masalah akan banjir bukan hanya persoalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun juga dari seluruh pihak yang harus turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, maka beberapa masalah harus diantisipasi dan juga dijaga kelestarian alamnya. Banyaknya genangan banjir yang terjadi di Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara ini sesuai dengan konsentrasi sebaran hujan yang berada di Jakarta bagian utara. Hujan sangat lebat terjadi di Kemayoran (177 mm per hari). Jika dibandingkan dengan hujan pada banjir Jakarta 2013 dan 2014 lalu, curah hujan pada 2015 tercatat lebih rendah. Namun demikian, buruknya drainase perkotaan dan kurangnya kawasan resapan air menyebab pasokan air permukaan melimpah sehingga drainase tidak mampu mengatuskan limpasan permukaan. Berikut 12 ragam masalah banjir jakarta : 1. 2. Hambatan sepanjang sungai. Urbanisasi dan Peningkatan Property/ permukiman. 3. Pembuangan limbah pada saluran. 4. Institusional. 5. Delta Area, tanah lunak. 6. Sebagian wilayah di bawah muka air laut/muka air sungai. 7. Kondisi 13 sungai. 8. Penyedotan air dan amblesan. 9. Pemanasan global dan Kenaikan Muka Air Laut. 10. Luas Badan Air ( Waterbody ratio ). 11. Hidrologi. 12. Kondisi Hidrogeologi. Sementara itu, pada hari yang sama tinggi muka air sebagian besar sistem sungai di Jakarta telah naik Siaga III, yaitu Bendung Katulampa 80 cm (Siaga III), pintu air Depok (210 cm (Siaga III), Manggarai 820 cm (Siaga III), Krukut Hulu 165 cm (Siaga III), Pesanggarahan 190 cm (Siaga III), Angke Hulu 190 cm (Siaga III), Pulo Gadung 675 cm (Siaga III). Sedangkan pintu air Karet 650 (Siaga I). Kondisi ini menyebabkan daerah-daerah bantaran sungai terendam banjir. (Sumber : Penanganan banjir scr madani di Jakarta, diakses melalui http://bpbd.jakarta.go.id/article/detail/71) 2 Gempa 7,1 SR termasuk gempa berintensitas cukup besar, namun pusat gempa yang dalam yaitu 572 km maka tidak memberikan dampak yang merusak. Gempabumi 7,1 SR dirasakan di Flores Timur Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil saling bertemu di wilayah Indonesia dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks. Keberadaan interaksi antar lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah sangat rawan terhadap gempabumi. Lokasi gempa merupakan zona sesar aktif yang berada di sebelah utara Pulau Flores. Sesar tersebut mengalami perpanjangan hingga di sebelah timur laut Bali yang dikenal sebagai Flores back arc thrust (sesar naik belakang busur kepulauan Flores). Aktivitas dari sesar ini juga menyebabkan gempabumi banyak terjadi di utara kepulauan Sumbawa hingga Flores. BMKG telah melaporkan terjadi gempabumi 7,1 SR pada Ju’mat (27-2-2015) pukul 20.45 WIB. Pusat gempa di laut dengan kedalaman 572 km berada 104 km barat laut Flores Timur atau 129 km Timur Laut Sikka, Nusa Tenggara Timur. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Ancaman gempabumi di selatan maupun utara wilayah Nusa Tenggara Timur. Distribusi gempabumi yang terjadi di selatan Sumbawa dan sekitarnya merupakan akibat aktivitas di zona subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia. Sedangkan di bagian utara adalah gempa dari aktivitas sesar aktif Flores back arc thrust . Melihat ancaman gempa tersebut, masyarakat dihimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya sebab gempabumi tidak dapat diprediksi kapan dan di mana akan terjadi. kepada BPBD. Berdasarkan peta guncangan, gempa dirasakan di beberapa wilayah Flores Timur bagian utara dengan intensitas IV-V (sedang). Guncangan gempa juga dirasakan sedang di Sikka dan Kupang. Masyarakat di Kabupaten Flores Timur, Kota Mataram dan sebagian Bali merasakan guncangan gempa lemah. Berdasarkan peta bahaya gempabumi tahun 2010 wilayah bahaya gempabumi kelas sedang dan tinggi memiliki luasan hampir 50% dari seluruh luas wilayah Indonesia. Sebanyak 148,4 juta jiwa atau 62,8% penduduk Indonesia terpapar bahaya gempabumi. Jumlah ini terdiri dari 6,6 juta terpapar bahaya kelas tinggi dan 141,8 juta jiwa terpapar kelas bahaya sedang. Berdasarkan hasil perhitungan Kajian Risiko Bencana BNPB tahun 2011 jumlah penduduk kelompok rentan yang terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi sejumlah 1,1 juta jiwa (2,82% dari total jumlah penduduk terpapar). Dari jumlah tersebut kelompok balita (0-4) tahun memiliki proporsi yang paling besar yaitu sejumlah 740 ribu jiwa, kemudian kelompok lansia sejumlah 398 ribu jiwa, dan kelompok disabilitas sejumlah 49 ribu jiwa. Penyusun : Pusdatinmas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jl. Pramuka Kav. 38 Lt. 12 Jakarta 13120 www.bnpb.go.id [email protected] 3 Info Bencana: Kejadian Bencana (Februari 2015) Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat adalah provinsi yang paling sering mengalami kejadian bencana. Bulan ini bencana hidrometeorologi, yaitu puting beliung, banjir, dan tanah longsor, mendominasi kejadian bencana yang tersebar di Indonesia. Berdasarkan laporan dari berbagai wilayah, bencana puting beliung menjadi bencana paling banyak menimbulkan korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan rumah. Bencana banjir menyebabkan banyak jiwa yang menderita. Rekapitulasi kejadian bencana Periode: 1 Januari - 28 Februari 2015 472 kejadian bencana Menderita dan Mengungsi 409.069 jiwa Peta Kejadian Bencana Bulan Februari 2015 4.841 Rumah rusak 1 1 1 1 1 1 Rumah Rusak Berat 702 unit 5 1 1 3 1 Rumah Rusak Sedang 1 3.510 unit 1 1 4 629 unit 1 3 Rumah Rusak Ringan 1 3 4 Perbandingan Jumlah Kejadian Bencana Bulan Januari & Februari Periode Tahun 2006 - 2015 1 7 Jumlah kejadian 29 78 57 6 < 15 1 2 249 2 16 - 30 > 31 223 Jan Feb Data Kejadian Bencana Bulan Februari 2015 Jumlah Kejadian Bencana 223 kejadian Puting Beliung 68 Tanah Longsor Banjir & Tnh. Longsor 18 jiwa 88 Banjir 6 5 61 5 2 Gempabumi 1 Tanggal Pembuatan: 03/09/2015 Puting Beliung Banjir Tanah Longsor Persentase Korban yang Menderita dan Mengungsi Persentase Kerusakan Rumah Tanah Longsor Banjir Gempabumi 90% 4 Kebakaran Hutan & Lahan 1 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah Korban Meninggal & Hilang korban yang menderita dan mengungsi diakibatkan oleh banjir Banjir & Tnh. Longsor Sumber: www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 Maret 2015 Puting Beliung Website: www.bnpb.go.id FB: infoBNPB Twitter: @BNPB_Indonesia 87% kerusakan rumah disebabkan oleh puting beliung. Lainnya disebabkan oleh tanah longsor (11%), gempabumi (1%), dan banjir (1%). Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor dan Puting Beliung Bulan Januari & Februari Tahun 2014 - 2015 Banjir Tanah Longsor Puting Beliung 130 90 93 60 66 88 68 60 49 52 61 35 Jan Feb 2014 Jan Feb 2015