Kejadian Bencana (Februari 2015)

advertisement
Masyarakat
di
sekitar
bantaran
Sungai
Ciliwung
yang langganan terkena banjir
adalah Kampung Pulo, Gang
Arus, dan Pengadegan. Di Kali
Krukut wilayah yang terkena
banjir adalah Pondok Raya,
Pasar Mampang, Pulau Raya, Jati
Padang, Cipete Selatan, Pondok
Labu, Benhil dan RS Mintoharjo.
Di bantaran Kali Pesanggarahan
adalah
Cirendeu
Indah,
Sepolwan, Deplu, IKPN, Ulujami,
Perdatam, Tanah Kusir, Cipulir,
Cidodol, Kedoya, Perum Kelapa
Dua, Pos Pengumben.
Banjir yang hampir setiap
tahun melanda Ibukota Jakarta,
menjadi tantangan tersendiri
bagi pemerintah. Banjir di
wilayah ini sangat dipengaruhi
oleh intensitas curah hujan dan
hujan yang terjadi di wilayah
hulu seperti di kawasan Bogor
dan Depok. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah
banyak melakukan upaya pencegahan seperti
normalisasi kali. Upaya yang berkelanjutan dan
didukung oleh masyarakat yang sadar bencana
diharapkan mampu untuk menanggulangi banjir
yang sudah menjadi bencana tahunan ini.
wordpress.com)
Awal Bulan Banjir Landa Ibukota Jakarta
Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta dan
sekitarnya telah menyebabkan banjir di beberapa
wilayah Ibukota. Berdasarkan data Senin (9-2-2015)
pukul 16.00 WIB, ada 93 titik genangan di Jakarta.
Banjir tersebar di 35 titik di Jakarta Pusat, 28 titik
di Jakarta Barat, 17 titik di Jakarta Utara, 8 titik di
Jakarta Timur, dan 5 titik di Jakarta Selatan. Tinggi
banjir bervariasi antara 10-80 cm. Dampaknya
kemacetan parah terjadi di banyak tempat.
Masalah akan banjir bukan hanya persoalan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun
juga dari seluruh pihak yang harus turut serta
menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu,
maka beberapa masalah harus diantisipasi dan juga
dijaga kelestarian alamnya.
Banyaknya genangan banjir yang terjadi di Jakarta
Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara ini sesuai
dengan konsentrasi sebaran hujan yang berada di
Jakarta bagian utara. Hujan sangat lebat terjadi di
Kemayoran (177 mm per hari). Jika dibandingkan
dengan hujan pada banjir Jakarta 2013 dan 2014
lalu, curah hujan pada 2015 tercatat lebih rendah.
Namun demikian, buruknya drainase perkotaan dan
kurangnya kawasan resapan air menyebab pasokan
air permukaan melimpah sehingga drainase tidak
mampu mengatuskan limpasan permukaan.
Berikut 12 ragam masalah banjir jakarta :
1.
2.
Hambatan sepanjang sungai.
Urbanisasi dan Peningkatan Property/
permukiman.
3. Pembuangan limbah pada saluran.
4. Institusional.
5. Delta Area, tanah lunak.
6. Sebagian wilayah di bawah muka air laut/muka
air sungai.
7. Kondisi 13 sungai.
8. Penyedotan air dan amblesan.
9. Pemanasan global dan Kenaikan Muka Air Laut.
10. Luas Badan Air ( Waterbody ratio ).
11. Hidrologi.
12. Kondisi Hidrogeologi.
Sementara itu, pada hari yang sama tinggi muka air
sebagian besar sistem sungai di Jakarta telah naik
Siaga III, yaitu Bendung Katulampa 80 cm (Siaga
III), pintu air Depok (210 cm (Siaga III), Manggarai
820 cm (Siaga III), Krukut Hulu 165 cm (Siaga III),
Pesanggarahan 190 cm (Siaga III), Angke Hulu
190 cm (Siaga III), Pulo Gadung 675 cm (Siaga III).
Sedangkan pintu air Karet 650 (Siaga I). Kondisi
ini menyebabkan daerah-daerah bantaran sungai
terendam banjir.
(Sumber : Penanganan banjir scr madani di Jakarta, diakses
melalui http://bpbd.jakarta.go.id/article/detail/71)
2
Gempa 7,1 SR termasuk gempa berintensitas cukup
besar, namun pusat gempa yang dalam yaitu 572
km maka tidak memberikan dampak yang merusak.
Gempabumi 7,1 SR dirasakan di Flores Timur
Indonesia menempati zona tektonik yang sangat
aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan
lempeng kecil saling bertemu di wilayah Indonesia
dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng
yang kompleks. Keberadaan interaksi antar lempeng
ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai
wilayah sangat rawan terhadap gempabumi.
Lokasi gempa merupakan zona sesar aktif yang
berada di sebelah utara Pulau Flores. Sesar tersebut
mengalami perpanjangan hingga di sebelah
timur laut Bali yang dikenal sebagai
Flores back
arc thrust (sesar naik belakang busur kepulauan
Flores). Aktivitas dari sesar ini juga menyebabkan
gempabumi banyak terjadi di utara kepulauan
Sumbawa hingga Flores.
BMKG telah melaporkan terjadi gempabumi 7,1 SR
pada Ju’mat (27-2-2015) pukul 20.45 WIB. Pusat
gempa di laut dengan kedalaman 572 km berada
104 km barat laut Flores Timur atau 129 km Timur
Laut Sikka, Nusa Tenggara Timur. Gempa tersebut
tidak berpotensi tsunami.
Ancaman gempabumi di selatan maupun
utara wilayah Nusa Tenggara Timur. Distribusi
gempabumi yang terjadi di selatan Sumbawa dan
sekitarnya merupakan akibat aktivitas di zona
subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam
di bawah lempeng Eurasia. Sedangkan di bagian
utara adalah gempa dari aktivitas sesar aktif
Flores
back arc thrust . Melihat ancaman gempa tersebut,
masyarakat dihimbau untuk selalu meningkatkan
kewaspadaannya sebab gempabumi tidak dapat
diprediksi kapan dan di mana akan terjadi.
kepada BPBD. Berdasarkan peta guncangan, gempa
dirasakan di beberapa wilayah Flores Timur bagian
utara dengan intensitas IV-V (sedang). Guncangan
gempa juga dirasakan sedang di Sikka dan Kupang.
Masyarakat di Kabupaten Flores Timur, Kota
Mataram dan sebagian Bali merasakan guncangan
gempa lemah.
Berdasarkan peta bahaya gempabumi
tahun
2010
wilayah
bahaya
gempabumi kelas sedang dan tinggi
memiliki luasan hampir 50% dari
seluruh luas wilayah Indonesia.
Sebanyak 148,4 juta jiwa atau 62,8%
penduduk Indonesia terpapar bahaya
gempabumi. Jumlah ini terdiri dari 6,6
juta terpapar bahaya kelas tinggi dan
141,8 juta jiwa terpapar kelas bahaya
sedang.
Berdasarkan hasil perhitungan Kajian
Risiko Bencana BNPB tahun 2011
jumlah penduduk kelompok rentan
yang terpapar bahaya gempabumi
kelas tinggi sejumlah 1,1 juta jiwa
(2,82% dari total jumlah penduduk
terpapar). Dari jumlah tersebut
kelompok balita (0-4) tahun memiliki
proporsi yang paling besar yaitu
sejumlah 740 ribu jiwa, kemudian
kelompok lansia sejumlah 398
ribu jiwa, dan kelompok disabilitas
sejumlah 49 ribu jiwa.
Penyusun :
Pusdatinmas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Jl. Pramuka Kav. 38 Lt. 12 Jakarta 13120
www.bnpb.go.id
[email protected]
3
Info Bencana: Kejadian Bencana (Februari 2015)
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat adalah provinsi yang paling sering mengalami kejadian bencana. Bulan ini
bencana hidrometeorologi, yaitu puting beliung, banjir, dan tanah longsor, mendominasi kejadian bencana yang tersebar di
Indonesia. Berdasarkan laporan dari berbagai wilayah, bencana puting beliung menjadi bencana paling banyak menimbulkan
korban jiwa dan mengakibatkan kerusakan rumah. Bencana banjir menyebabkan banyak jiwa yang menderita.
Rekapitulasi kejadian bencana
Periode: 1 Januari - 28 Februari 2015
472
kejadian bencana
Menderita dan Mengungsi
409.069 jiwa
Peta Kejadian Bencana Bulan Februari 2015
4.841 Rumah rusak
1
1
1
1
1
1
Rumah Rusak Berat
702 unit
5
1
1
3
1
Rumah Rusak Sedang
1
3.510 unit
1
1
4
629 unit
1
3
Rumah Rusak Ringan
1
3
4
Perbandingan Jumlah Kejadian Bencana
Bulan Januari & Februari
Periode Tahun 2006 - 2015
1
7
Jumlah kejadian
29
78
57
6
< 15
1
2
249
2
16 - 30
> 31
223
Jan
Feb
Data Kejadian Bencana Bulan Februari 2015
Jumlah Kejadian Bencana
223 kejadian
Puting Beliung
68
Tanah Longsor
Banjir & Tnh. Longsor
18 jiwa
88
Banjir
6
5
61
5
2
Gempabumi 1
Tanggal Pembuatan: 03/09/2015
Puting
Beliung
Banjir
Tanah
Longsor
Persentase Korban yang
Menderita dan Mengungsi
Persentase Kerusakan Rumah
Tanah Longsor
Banjir
Gempabumi
90%
4
Kebakaran Hutan & Lahan 1
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Korban Meninggal & Hilang
korban
yang menderita dan
mengungsi diakibatkan
oleh banjir
Banjir
& Tnh. Longsor
Sumber: www.dibi.bnpb.go.id per tanggal 1 Maret 2015
Puting Beliung
Website: www.bnpb.go.id
FB: infoBNPB
Twitter: @BNPB_Indonesia
87%
kerusakan rumah
disebabkan oleh
puting beliung.
Lainnya
disebabkan oleh
tanah longsor
(11%), gempabumi
(1%), dan banjir
(1%).
Perbandingan Kejadian Bencana Banjir, Tanah Longsor
dan Puting Beliung
Bulan Januari & Februari Tahun 2014 - 2015
Banjir
Tanah Longsor
Puting Beliung
130
90 93
60
66
88
68
60
49 52
61
35
Jan
Feb
2014
Jan
Feb
2015
Download