Chapter II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Susu Ibu (ASI)
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) segera
setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari
pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi
yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi,
susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh
ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat
menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh
dari susu kolostrum (Diah dan Rina, 2002).
2.2 Pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya.
ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digestif bayi, karena
bayi dapat menyerapnya dengan baik, tidak pernah sembelit, dan merasa puas. ASI
juga bebas dari kuman. Pada kenyatannya ASI mengandung anti bodi
sehingga bayi
yang mendapatkan ASI umumnya jarang sakit dan jarang menderita alergi jika
dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula
(Farrer, 2001).
Pemberian ASI memberikan kepuasan emosional dengan timbulnya perasaan
berhasil dalam pemenuhan tugas sebagai ibu. Menyusui sendiri merupakan pekerjaan
yang menyenangkan dan tidak terlalu memberatkan begitu pekerjaan menyusui
Universitas Sumatera Utara
berhasil dilaksanakan, disamping itu menyusui sendiri akan menghemat waktu dan
uang (Farrer, 2001).
2.2.1 Pemberian ASI Pertama
Pemberian ASI pertama di mulai di ruang persalinan yaitu :
1. Saat terbaik bagi bayi untuk belajar menghisap pada 20-30 menit, refleks isap
bayi sangat kuat.
2. Isapan pertama merangsang produksi oksitosin yang membantu menghentikan
perdarahan setelah persalinan
3. Bayi mendapatkan susu jolong yang berharga
4. Jam-jam pertama adalah saat terpenting menjalin ikatan antara ibu dan bayi.
5. Menyusui segera setelah melahirkan membuat ibu mencintai dan merawat
bayinya.
6. Pemberian ASI pertama bagi bayi tidak dimaksudkan untuk pemberian
makanan
awal, tetapi lebih pada pengenalan (Roesli, 2001).
2.2.2 Komposisi ASI dari Hari ke hari
Menurut Roesli (2001), komposisi ASI dari hari ke hari, yaitu :
1. Kolostrum (susu jolong) - Merupakan cairan pertama yang keluar dari
kelanjar payudara, dan keluar pada hari ke satu sampai hari ke empat dan
ketujuh.
a) Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari.
b) Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning
dibandingkan susu matur.
Universitas Sumatera Utara
c) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
d) Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemanya lebih rendah dibandingkan ASI matur.
e) Mengandung zat anti infeksi sepuluh sampai tujuh belas kali lebih banyak
dari ASI matur.
f) Volume ASI 150-300 ml/24 jam.
2. ASI Transisi (Peralihan) adalah ASI yang diproduksi pada hari keempat
sampai ke tujuh, sampai hari ke sepuluh dan empat belas. Kadar protein
berkurang, sedangkan kadar karbohidrat, lemak, dan volume ASI semakin
meningkat
3. ASI Mature adalah ASI yang diproduksi sejak hari keempat belas dan
seterusnya, komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki
jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang
paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan.
2.2.3 Kandungan yang terdapat dalam ASI
Menurut Proverawati dan Rahmawati (2010), Kandungan yang terdapat dalam
ASI yaitu:
1. Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi
dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak
ASI
mudah
dicerna
dan
diserap.
Sekitar
80%
lemak
ASI
long
Universitas Sumatera Utara
chainpolyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3
(EPA dan DHA), omega 6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk
pertumbuhan otak.
2. Kolesterol
Manfaat kolesterol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan
otak. Selain itu kolesterol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme
kolesterol. Metabolisme itu akan mengendalikan kadar kolesterol dikemudian
hari sehingga mencegah serangan jantung.
3. Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh usus
bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk
pertumbuhan otak.
4. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa, barmanfaat untuk pertumbuhan otak,
meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus
yang baik yaitu lactobacillus bifidus, dan menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya.
5. Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap. Hampir semua vitamin dan
mineral dalam ASI diserap tubuh bayi. Perlu juga disadari bahwa masih banyak
zat yang terkandung dalam ASI namun belum diketahui kegunaannya.
2.3 Manfaat ASI
Universitas Sumatera Utara
1. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan sel-sel
otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein
utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama
dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini menyebabkan ASI mudah
diserap oleh bayi (Rulina, 2008).
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang
didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat
ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin
dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin
bawaan menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa
muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa
menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin
timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan
pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali
lebih banyak dari ASI (Rulina, 2008).
3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Menurut Albert 2007 dalam Winda 2010, Fakta-fakta ilmiah
membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila diberi air susu
ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. Di dalam
Universitas Sumatera Utara
ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya
taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang
utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang,
antara lain DHA dan AA
yang merupakan asam lemak utama dari ASI. Hasil penelitian tahun 1993
terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi-bayi prematur yang
mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3
poin lebih tinggi dibanding bayi premature yang tidak
diberi ASI. Pada
penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika
bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin
lebih
tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak mendapatkan
ASI.
4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Menurut Danuatmaja (2003) dalam Wijayanti , Jalinan kasih sayang
yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut secure
attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang
berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai
menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering
dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan
pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan
situasi seperti saat dalam kandungan; terlindung, aman dan tentram.
2.4 ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi usia antara 0-6
bulan tanpa ada pemberian makanan lain (Roesli,2001). Setelah enam bulan, bayi
Universitas Sumatera Utara
mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur
dua tahun. Bayi sehat umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6
bulan. Pada keadaan – keadaan khusus dibenarkan untuk memberi obat, dan mulai
memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6
bulan. Misalnya karena terjadi berat badan kurang atau didapatkan tanda - tanda lain
yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik
(Sri,2004).
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menyepakati Innocenti
Declaration di Italia Tahun 1992 tentang perlindungan, promosi dan dukungan
terhadap penggunaan ASI. Disepakati pula pencapaian pemberian ASI Eksklusif
sebesar 80% pada tahun 2000. Depkes kemudian mencanangkan GNPP ASI
(Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu) sebagai program nasional.
Pelaksanaan Innocenti Declaration ini bertujuan untuk melindungi, meningkatkan,
dan mendukung pemberian ASI. Indonesia juga ikut dalam gerakan Millenium
Development Goals (MDGs) yang merupakan agenda dunia internasional untuk
mengurangi kesenjangan/disparitas antara negara kaya dan negara miskin dengan cara
meningkatkan derajat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Gerakan ini
diluncurkan tahun 2000 dan target waktunya adalah pada tahun 2015. Dari 8
(delapan) tujuan MDGs, 2 (dua) diantaranya menyangkut bidang kesehatan ibu dan
anak yaitu pada tujuan ke-4 (mengurangi kematian balita) dan tujuan ke-5
(memperbaiki Kesehatan Ibu). Lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang
gizi. Pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu usaha untuk mendukung
Universitas Sumatera Utara
tercapainya kesehatan ibu dan anak yang lebih baik sehingga AKB dapat dikurangi
(Fikawanti dan syafiq, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian UNICEF di Indonesia Tahun 2003, setelah krisis
ekonomi dilaporkan bahwa hanya 14% bayi yang disusui dalam 12 jam pertama
setelah kelahiran. Kolostrum dibuang oleh kebanyakan ibu karena dianggap kotor dan
tidak baik bagi bayi. UNICEF juga mencatat penurunan yang tajam dalam
pemberian ASI berdasarkan tingkat umur si bayi. Dari hasil penelitian ini diketahui
bahwa 63% bayi disusui hanya pada bulan pertama, 45% bulan kedua, 30% bulan
ketiga, 19% bulan keempat, 12% bulan kelima, dan hanya 6% yang bertahan hingga
bulan keenam. Bahkan lebih dari 5% dari total populasi bayi di Indonesia saat itu
tidak disusui sama sekali.
Menurut Sulistriani (2004) dalam Sibuea (2012), Kenyataan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh 2 (dua)
faktor, yakni
1. faktor internal yang meliputi rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang
kesehatan secara umum dan ASI Eksklusif secara khususnya
2. faktor eksternal yang meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat,
petugas kesehatan maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap
pemberian ASI Eksklusif, gencarnya promosi susu formula, adanya faktor
sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu
dan anak.
Universitas Sumatera Utara
Amiruddin dalam Rulina (2008) , menyatakan bahwa pemberian ASI masih
rendah, disebabkan pelaksanaan tatalaksana pelayanan kesehatan yang salah.
Beberapa pelayanan kesehatan memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir
sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal itu menyebabkan bayi tidak terbiasa
mendapatkan ASI dari ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi ASI.
Hal lain yang lebih memengaruhi dalam pemberian ASI pada bayi adalah adanya
anggapan yang salah dari para ibu yang menggangap bahwa dengan pemberian ASI
maka akan menyebabkan bayi mereka tidak mandiri, bayi cepat lapar, dan
pertumbuhan bayi kurang cepat. Kurangnya dukungan dari keluarga juga merupakan
faktor terhambatnya pemberian ASI.
Menurut Proverawati dan Rahmawati(2010), Kendala yang muncul dalam
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi seringkali dihadapi baik oleh ibu sendiri,
bayinya dan juga petugas yang membantu bayi dan ibu dalam masa perawatan.
1. Ibu Menyusui
a. Kebutuhan zat gizi dan cairan kurang
b. Kondisi kesehatan yang tidak mendukung
c. Kesulitan fisik, misal puting terbenam/ datar, puting lecet (infeksi
payudara)
d. Kurang pengetahuan
e. Merasa ASI-nya kurang, sehingga tidak percaya diri.
f. Mempunyai waktu yang terbatas
g. Tidak mendapat dukungan dari keluarga
h. Banyaknya bantuan susu formula yyang ditawarkan
Universitas Sumatera Utara
2. Bayi
a. Tidak dapat menghisap dengan baik karena bayi bibir sumbing, lidah
pendek, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
b. Pemberian MP-ASI local yang tidak sesuai umur
3. Petugas KIA
a. Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya pemberian ASI yang pertama
kali keluar (kolostrum) walaupun jumlahnya sedikit.
b. Pengetahuan yang kurang tentang komposisi ASI
c. Belum dilatih tentang konseling menyusui dan kurangnya promosi ASI
Eksklusif.
2.5 Pengertian Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama setelah
kelahiran bayi, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, karena mengandung
banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi
dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung vitamin A, E dan K serta
beberapa mineral seperti natrium dan Zn (Depkes RI, 2005).
2.5.1 Manfaat Kolostrum
Menurut Depkes RI (2005), manfaat kolostrum adalah :
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama (IgA) untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare.
2. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari
pertama setelah kelahiran.
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah kolostrum yang diproduksi, bervariasi tergantung dari hisapan bayi
pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi.
4. Kolostrum membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
2.6 Pengertian Menyusui
Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan
bayi (http://WHO.org).
2.6.1 Tindakan Menyusui
Menurut Sri (2004), kegiatan ibu menyusui meliputi :
1. Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti
kapas, air hangat, handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk
penompang bayi, selimut kecil.
2. Baringkan bayi diatas bantal dengan baik, sehingga posisi bayi saling
berhadapan dengan ibu. Perut ibu berhadapan dan bersentuhan dengan perut
bayi, perhatikan kepala agar tidak terjadi pemuntiran leher dan punggung bayi
harus tidak membungkuk.
3. Mula-mula massase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi
puting susu, tujuannya menjaga kelembapan puting, kemudian oleskan puting
susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang refleksi hisap bayi.
Universitas Sumatera Utara
4. Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari
menahan bagian bawah areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.
5. Setelah bayi siap menyusu, masukkan puting susu sampai daerah areola
mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan
biarkan bayi bersandar ke arah ibu, jaga agar posisi kepala tidak
menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusui
dengan benar. Saat menghisap akan sering terlepas karena tidak ada tahanan
pada kepala, mulut bayi tidak tertekan pada payudara ibu.
6. Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman, sehingga memungkinkan
bayi dapat menghisap dengan benar. ASI keluar dengan lancar dan puting
susu ibu tidak lecet. Bila posisi tidak benar dan puting susu ibu lecet akan
menjadi pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.
7. Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua
payudara, sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada
kedua payudara.
8. Bila menghadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang memahami
tatalaksana ASI, sehingga segera mendapatkan pemecahannya karena bila
produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti dan
sulit untuk dirangsang kembali.
9. Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan
bayi telungkup kemudian punggungnya di tepuk-tepuk secara perlahan atau
bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuk punggung bayi.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Kebaikan ASI dan Menyusui.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
1) ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2) ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermafaat
untuk:
a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
3) ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan
C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4) ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada
bayi.
5) Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga
dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Suatu
rasa
kebanggaan dari ibu,
bahwa
ia dapat
memberikan
kehidupan kepada bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil.
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa
bulan (menjarangkan kehamilan).
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
2.6.3 Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin
disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk diketahui,
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang
diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut,
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan
menyusui,
4. Membantu ibu-ibu untuk mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit
setelah melahirkan,
5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu cara menyusui dan mempertahankannya
sekalipun saat ibu berpisah dengan bayinya,
6. Tidak memberikan makanan ataupun minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir, kecuali bila ada indikasi medis,
Universitas Sumatera Utara
7. Melaksanakan rawat gabung memungkinkan/mengizinkan ibu dan anak untuk
selalu bersama selama 24 jam,
8. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI
sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan bayi (on-demand),
9. Tidak memberikan dot atau kempeng pada bayi yang sedang menyusui,
10. Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu-ibu yang
pulang dari rumah sakit atau klinik selalu berhubungan ke kelompok tersebut
( Rina, 2012)
2.7 Kebijakan-kebijakan sehubungan penggunaan ASI Eksklusif
1. Inpres No.14/1975 Menko Kesra selaku koordinator pelaksana menetapkan
bahwa salah satu program dalam usaha perbaikan gizi adalah peningkatan
penggunaan
2. Permenkes
ASI.
No.240/1985
Melarang
produsen
susu
formula
untuk
mencantumkan kalimat- kalimat promosi produknya yang memberikan kesan
bahwa produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI.
3. Permenkes No.76/1975 Mengharuskan produsen susu kental manis (SKM)
untuk mencantumkan pada label produknya bahwa SKM tidak cocok untuk
bayi, dengan warna tulisan merah dan cukup mencolok.
4. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
mengenai Pemberian ASI Eksklusif
5. Melarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua
sarana pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
6. Menganjurkan menyusui secara eksklusif sampai bayi berumur 4-6 bulan dan
menganjurkan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun.
7. Melaksanakan rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun
swasta.
8. Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP-ASI sehingga
petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat
luas.
9. Pencanangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh Bapak Presiden secara
nasional pada peringatan Hari Ibu ke-62 22Desember1990.
10. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya menyusui di semua rumah
sakit,rumah bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur (Fikawanti dan
syafiq, 2010).
2.8 Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).
Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas kesehatan
kabupaten/kota, yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.8.1 Visi dan Misi Puskesmas
A. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat yaitu:
a. lingkungan sehat
b. perilaku sehat
c. cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. derajat kesehatan penduduk kecamatan
B. Misi
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayahkerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
2.8.2 Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Program ASI Ekslusif di Puskesmas
Dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipal adalah
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung, sehingga
menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses,
ditambah lagi pada umumnya para ibu mau patuh dan menurut nasehat petugas
kesehatan sehingga nasehat yang diberikan oleh petugas akan diikuti oleh ibu-ibu
untuk menyusui sendiri bayinya.
Sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991 Tugas ini hanya akan berdampak
positif bila petugas kesehatan berpengetahuan cukup. mengenai cara memberikan
informasi yang diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi masalah yang timbul
serta didukung oleh kebijakan yang sesuai dengan permenkes nomor 240 tahun 1985
tentang larangan susu formula dan pengetahuan petugas sangat tergantung pada
pengetahuan yang diterima selama pendidikan, ditambah pengetahuan selama
bekerja melalui kontak dengan petugas kesehatan lainnya.
Program ASI ekslusif di puskesmas merupakan salah satu pelaksanaan
program pembangunan kesehatan yang bertujuan menurunkan angka kematian bayi
dan anak di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional
peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) yang dicanangkan oleh presiden RI
pada tanggal 22 Desember 1990. Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan
PP-ASI perlu dilaksanakan lebih intensif lagi agar persentase ibu-ibu yang menyusui
ekslusif dapat meningkat.
Dalam pelaksanaan program ASI ekslusif di puskesmas selalu berpedoman
pada pelaksanaan Permenkes RI no 240/men.Kes/Per/v/1995 tentang pengganti ASI,
Universitas Sumatera Utara
dimana tertuang didalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan penggunaan
ASI secara ekslusif.
1. Dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu seluruh aparat baik pemerintah
maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat
yang berpedoman pada kebijaksanaan PP-ASI yang meliputi:
a. Menyusui ekslusif,
b. ASI diberikan sampai 2 tahun,
c. Larangan
promosi/penggunaan pengganti ASI,
d.Melaksanakan sepuluh langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10
langkah MKM),
e. Peningkatan penyuluhan ASI.
2. Sasaran meliputi:
1.) Penentu kebijakan termasuk para pengambil keputusan dan
administrator (legislatif, eksekutif dan judikatif),
2.) Institusi pendidikan kesehatan,
3) Petugas kesehatan,
4) petugas non kesehatan formal dan non formal,
5) Masyarakat umum.
3) Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu:
1) Memanfaatkan dan memasyarakatkan peraturan dan perundang undangan yang mendukung program PP-ASI,
Universitas Sumatera Utara
2) Melaksanakan orientasi kepada penentu kebijakan, pengambil
keputusan dan administrator baik disektor pemerintah, swasta dan
masyarakat,
3) melaksanakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan non kesehatan, 4)
Menigkatkan penyuluhan PP-ASI,
5) Menyediakan sarana dan memberikan pelayanan yang kegiatan
PP-ASI sesuai kebijakan PP-ASI,
6) pemantauan dan evaluasi program PP-ASI berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya,
7) Petugas kesehatan memberikan nasihat secara khusus pada ibu-ibu
yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI.
2.9
Implementasi Program
Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan
implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi dalam proses implementasi
program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program,
sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan
dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan
manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal
dilaksnakan. Berhasil atau tidaknya suatu program di implementasikan tergantung
dari unsur pelaksanaannya (eksekutif ). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur
ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun
perorangan bertanggunujawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses
implementasi.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah
tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat
terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan
(Jones, 1991).
2.10 Kerangka Berfikir
Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, maka kerangka konsep
penelitian ini adalah :
Program ASI Eksklusif di
puskesmas
Keberhasilan Program
ASI Eksklusif
Definisi Konsep : yaitu melihat bagaimana program ASI Eksklusif di puskesmas dan
peran petugas KIA serta keikutsertaan ibu nifas dan ibu yang mempunyai bayi usia 06 bulan terhadap keberhasilan program ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Download