1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembangunan daerah, kendala keterbatasan dana untuk
melakukan investasi menjadi gejala umum hampir di semua daerah.
Mengandalkan instrumen APBD ataupun APBN jelas tidak memadai untuk
menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah. Apalagi beban anggaran pusat
maupun daerah lebih banyak terserap untuk membiayai belanja aparatur.
Sementara itu, alokasi investasi pembangunan belum mampu disediakan
dalam jumlah yang memadai. Oleh karena itulah upaya untuk menarik
investor baik domestik maupun asing menjadi strategi penting bagi daerah
untuk mempercepat proses pembangunan. Didukung dengan diberlakukannya
sistem otonomi daerah, pemerintahan memiliki kebebasan mengelola segala
potensi daerah secara maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan
daerah.
Otonomi daerah memberikan prospek yang menjanjikan dalam hal
penanaman modal. Investasi merupakan salah satu penggerak utama
pertumbuhan
ekonomi
daerah.
Investasi
membuka
peluang
untuk
mengembangkan potensi daerah sehingga mampu menciptakan persaingan
positif antardaerah dalam rangka meraih peluang ekonomi. Dalam rangka
dinamika ekonomi nasional dan global, serta implementasi otonomi daerah
dan desentralisasi pengelolaan wilayah semakin meningkatkan persaingan
antardaerah
untuk
menarik
investasi
sebagai
bagian
dari
strategi
pembangunan. Persaingan ini akan mendorong daerah untuk mengembangkan
iklim usaha kondusif yang mampu menarik investor agar menanamkan modal
mereka.
Pemerintah daerah dapat merealisasikan visi dan misi serta rencanarencana pembangunan wilayah dengan menggerakkan kehadiran industriindustri andalan maupun kegiatan produksi dan perdagangan. Kegiatan
investasi ini kemudian akan mendorong dan membantu pengembangan
1
kegiatan ekonomi daerah. Penanaman modal yang dilakukan oleh investor
menjadi salah satu faktor yang meningkatkan ekonomi daerah. Peluangpeluang ekonomi yang tersedia kini semakin besar dan ini merupakan
tantangan dalam perubahan-perubahan yang begitu cepat. Namun, semua ini
sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah dalam berpikir,
bersikap, bertindak kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan peluang-peluang
tersebut.
Tidak hanya kota-kota besar yang melakukan upaya pengembangan
investasi, namun kota-kota kecil juga berkompetisi untuk meningkatkan
ekonomi melalui investasi karena dengan datangnya investasi maka daerah
memperoleh pendapatan. Demikian halnya dengan geliat atmosfir investasi di
Kabupaten Banyumas yang semakin kian terasa. Berbagai pembangunan
sudah marak dilakukan di beberapa sektor seperti properti, wisata, perhotelan,
kuliner dan lain sebagainya. Menurut pengamatan, sebelum tahun 2008
pembangunan fisik dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyumas
cenderung statis. Salah satu penyebabnya adalah Pemerintah Daerah
Banyumas di periode sebelum tahun 2008 tidak menjadikan investasi di
daerah sebagai program unggulan. Potensi investasi di Kabupaten Banyumas
pada masa itu bisa dikatakan kurang dikembangkan. Aktivitas bisnis dan
ekonomi hanya dikuasi oleh pihak-pihak atau investor tertentu saja. Padahal
investasi di Kabupaten Banyumas memiliki prospek menguntungkan karena
banyak potensi daerah di berbagai sektor yang dapat diolah dan
dikembangkan.
Oleh karena itu, Mardjoko selaku Bupati Banyumas terpilih di periode
kepemimpinan tahun 2008-2013 memandang perlunya keterbukaan investasi
di Kabupaten Banyumas. Program kebijakan bertajuk “Banyumas Pro
Investasi” inilah yang deras digulirkan pada masa pemerintahannya. Dalam
program kebijakan “Banyumas Pro Investasi”, Pemerintah Daerah Banyumas
membuka peluang seluas-luasnya bagi investor untuk menanamkan dan
mengembangkan modal di wilayah Kabupaten Banyumas. Melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
2
bertekad meningkatkan kualitas pelayanan perizinan yang cepat, sederhana,
transparan dan berkepastian hukum. Demi terwujudnya pelayanan prima
untuk mendukung iklim dan daya tarik penanaman modal di Kabupaten
Banyumas. Terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari realisasi investasi
yang masuk mulai tahun 2008 hingga sekarang dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
Berikut peningkatan realisasi investasi dapat dilihat pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1. Realisasi Investasi di Kabupaten Banyumas (dalam ribuan)
Tahun
Jumlah Investasi
2007
159.338.703
2008
321.336.155
2009
164.762.436
2010
802.168.980
2011
157.261.245
2012
331.254.443
2013
451.223.655
Sumber : BPMPP Kabupaten Banyumas
Dalam tabel realisasi investasi di atas dapat dilihat bahwa nilai
investasi di Kabupaten Banyumas mengalami grafik naik dan turun. Terjadi
interval peningkatan yang cukup signifikan di tahun 2007 ke tahun 2008 yaitu
pada masa peralihan kepemimpinan Bupati Mardjoko.
Proses pelaksanaan kebijakan “Banyumas Pro Investasi” tentunya
mengalami berbagai hambatan. Timbul pro dan kontra dalam pelaksanaan
kebijakan ini. Mengingat kebijakan “Banyumas Pro Investasi” ini merupakan
gebrakan baru yang diusung Bupati Mardjoko sebagai usaha mengembangkan
potensi daerah Banyumas melalui keterbukaan terhadap investasi. Banyak
pihak mengkritisi kebijakan ini dengan berbagai alasan. Berdasarkan survey
yang dimuat harian Suara Merdeka tahun 2010, Bank Indonesia (BI)
Semarang dan Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jawa Tengah
merilis hasil survey iklim investasi dan iklim usaha daerah. Dalam rilisnya,
3
BI dan BPMD Jawa Tengah menempatkan Kabupaten Banyumas sebagai
Kabupaten yang memiliki daya saing investasi tertinggi. Namun ironisnya
Kabupaten Banyumas yang menempati peringkat pertama daerah pro investasi
menghadapi problem kemiskinan yang menurut survey menduduki peringkat
ketiga jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah. Efek berganda dari investasi,
yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja ternyata memerlukan proses yang panjang untuk sampai dinikmati
kembali oleh rakyat dalam proses tersebut.
Beberapa kalangan pun menyoroti kebijakan “Banyumas Pro
Investasi” yang begitu deras digulirkan oleh pemerintahan Bupati Mardjoko
adalah sesuatu hal yang terlalu dipaksakan dan terkesan mengada-ada. Hal ini
dikarenakan batalnya salah satu rencana investasi bernilai besar di sektor
industri, yaitu pendirian pabrik bioetanol. Padahal rencana ini menjadi salah
satu janji program Bupati Mardjoko semasa pemilihan bupati. Kendalanya ada
pada regulasi peraturan daerah yang berkaitan dengan tata ruang lahan yang
kurang memadai. Berbagai pro dan kontra atas kebijakan tersebut menjadi
tantangan khususnya bagi pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Banyumas
melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) sebagai
koordinator di bidang penanaman modal dan pihak yang bertanggung jawab
serta terlibat langsung dalam kebijakan Banyumas Pro Investasi, perlu
menerapkan manajemen komunikasi yang tepat dalam mengembangkan
berbagai potensi daerah yang ada untuk menarik investor di Kabupaten
Banyumas.
Melihat posisi pemerintah yang tidak hanya sebagai regulator, tetapi
juga fund manager yang berfungsi sebagai koordinator, fasilitator dan
stimulator dalam investasi pemerintah daerah dituntut untuk senantiasa
membuat terobosan yang menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya di daerah. Untuk menarik perhatian investor, diperlukan manajemen
komunikasi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP), pemerintah daerah
harus merancang berbagai upaya dalam menerapkan kebijakan “Banyumas
4
Pro Investasi”. Mengingat kebijakan ini merupakan gebrakan baru yang
diterapkan, khususnya terkait terbukanya penanaman modal dan investasi di
Kabupaten Banyumas.
Komunikasi
menentukan
keberhasilan
organisasi
dalam
menyampaikan pesan dan mensosialisikan programnya kepada stakeholder.
Seluruh stakeholder yang berkaitan dengan jalannya kebijakan “Banyumas
Pro Investasi” perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dan BPMPP
Kabupaten Banyumas. Dan keberhasilan komunikasi banyak ditentukan oleh
manajemen komunikasi yang diterapkan dalam sebuah organisasi. Di lain
pihak jika tidak ada manajemen komunikasi yang baik, efek dari proses
komunikasi dapat menimbulkan dampak negatif pada pencapaian tujuan
kebijakan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimana manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Banyumas melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
(BPMPP) terkait implementasi kebijakan “Banyumas Pro Investasi” untuk
menarik investor tahun 2008-2013?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana identifikasi permasalahan yang dilakukan Pemerintah Daerah
Banyumas melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
(BPMPP) terkait komunikasi kebijakan “Banyumas Pro Investasi” tahun
2008-2013?
2. Bagaimana program dan perencanaan komunikasi yang dilakukan terkait
kebijakan “Banyumas Pro Investasi” oleh Pemerintah Daerah Banyumas
tahun 2008-2013?
5
3. Bagaimana strategi komunikasi dalam penerapan kebijakan “Banyumas
Pro Investasi” oleh Pemerintah Daerah Banyumas melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) tahun 2008-2013?
4. Apa saja hambatan dalam penerapan kebijakan “Banyumas Pro Investasi”
tahun 2008-2013 oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP)?
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian maka
tujuan dari penelitian ini yaitu meneliti dan mengetahui manajemen
komunikasi yang dilakukan Pemerintah Daerah Banyumas melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) untuk menarik investor
dalam kebijakan “Banyumas Pro Investasi” tahun 2008-2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
1.5.1
Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengayaan
khasanah ilmu komunikasi khususnya kajian manajemen komunikasi.
Dalam konteks yang spesifik adalah mendapatkan pengetahuan bagaimana
penerapan manajemen komunikasi yang dilakukan pemerintah dalam
sebuah kebijakan.
1.5.2
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas khususnya melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) terkait penerapan
manajemen komunikasi untuk menarik investor di daerah melalui
kebijakan “Banyumas Pro Investasi”.
6
1.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti mencoba menggunakan
konsep manajemen komunikasi sebagai pintu masuk sebagai kerangka
berpikir. Komunikasi dapat mencapai tujuan efektif apabila unsur-unsur yang
ada dalam proses komunikasi dikelola sedemikian rupa dengan mengaitkan
fungsi manajemen. Pendekatan manajemen komunikasi digunakan sebagai
pijakan dalam mengimplementasikan kebijakan untuk menarik investor.
Dalam rangka dinamika ekonomi nasional serta implementasi ekonomi daerah
yang semakin meningkatkan persaingan antardaerah untuk menarik investasi
sebagai bagian dari pembangunan. Untuk sebuah efektifitas pengorganisasian
komunikasi perlu dilakukan manajemen dalam hal ini adalah komunikasi
pemerintahan dengan prinsip terpadu, terarah dan tepat sasaran. Manajemen
komunikasi yang tepat mampu memaksimalkan proses pengelolaan pertukaran
pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi.
1.6.1
Manajemen Komunikasi
Pengertian dasar dari istilah manajemen cukup beragam. Menurut
Mc.Farland (dalam Putra, 2008:19) asal kata manajemen adalah
“maneggiare”, dari bahasa Italia yang berarti manangani atau to handle.
Dalam koteks organisasi, manajemen bisa menjadi kompleks karena bisa
terdapat banyak sumber daya .
Pencapaian tujuan sebuah organisasi membutuhkan proses
komunikasi yang harus dikelola secara efektif. Untuk itu manajemen
dalam komunikasi dinilai penting dan memegang peranan besar dalam
pencapaian tersebut. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan oleh lembaga atau organisasi. Menurut Suprapto
(2011:139)
manajemen
dibutuhkan
oleh
semua
organisasi
guna
mempermudah tujuan, menjaga keseimbangan diantara tujuan yang saling
bertentangan serta mencapai efisiensi dan efektifitas.
Pencapaian tujuan sebuah organisasi membutuhkan pentahapan
dalam proses komunikasi yang dikelola secara efektif. Untuk itu
7
manajemen dalam komunikasi dinilai penting dan memegang peranan
besar dalam pencapaian tersebut. Manajemen akan berperan sebagai
penggerak aktivitas komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan. Senada
dengan yang diungkapkan Keye (dalam Soedarsono, 2009:46) bahwa
manajemen komunikasi menyiratkan penggunaan sumberdaya manusia
dan teknologi secara optimal untuk menjalin hubungan antarmanusia.
Untuk mencapai hal itu harus melalui berbagai tahapan atau proses
komunikasi dengan pendekatan manajerial.
Terdapat empat langkah manajemen komunikasi secara operasional
yang mengacu pada pendekatan Cultip, Center dan Broom’s Planning and
Management Method’s. Proses perumusan manajemen komunikasi secara
umum dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1. Cutlip, Center and Broom’s
Planning and Management Method’s
Defining Public
Problems
Planning and
Programming
Situation
Analysis/Problem
Statement
Taking Action &
Communicating
Strategy
General Context
 Defining terget
public
 Reasoning of
program
implementation
 Budgeting and
time table
Implementation
Evaluating the
Program
Assesment
Method
Communication
 Frequency
 Formality
of
communication
 Content
and
channel
Sumber: Cutlip, Center and Broom (2006)
Cutlip, Center dan Broom (2006:320) merumuskan proses
manajemen komunikasi sebagai berikut:
8
a. Mendefinisikan problem. Langkah pertama ini mencakup penyelidikan
dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak
yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijaksanaan
organisasi.
b. Perencanaan dan pemrograman. Informasi yang dikumpulkan dalam
langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan tentang
program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik dan
sasaran. Langkah ini akan mempertimbangkan temuan dari langkah
dalam membuat kebijakan dalam organisasi.
c. Mengambil tindakan dan berkomunikasi. Mengimplementasikan
program aksi dan komunikasi yang didesain untuk mencapai tujuan
spesifik untuk masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan
program.
d. Mengevaluasi
program.
Melakukan
penelitian
atas
persiapan,
implementasi dan hasil program. Penyesuaian akan dilakukan sembari
program diimplementasikan dan didasarkan pada evaluasi atas umpan
balik tentang bagaimana program itu berhasil atau tidak.
Proses manajemen tidak terlepas dari strategi komunikasi. Strategi
pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mecapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2000:32).
1.6.2
Komunikasi Pemerintahan
Komunikasi pemerintahan terdiri dari dua kata yaitu komunikasi
dan pemerintahan. Objek materiil komunikasi adalah perilaku manusia
yang dapat merangkum perilaku individu, kelompok dan masyarakat.
Sedangkan objek formalnya adalah situasi komunikasi yang mengarah
pada perubahan sosial termasuk pikiran, perasaan, sikap dan perilaku
individu, masyarakat dan pengaturan kelembagaan.
9
Komunikasi
dimaksudkan
untuk
menyampaikan
pesan,
pengetahuan, perasaan dan pengalaman kepada orang lain. Komunikasi
dapat dikatakan efektif apabila ada kesamaan makna dan bahasa. Seperti
yang didefinisikan oleh Effendy (1997:10) bahwa komunikasi adalah
upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas
penyampaian pesan dan informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap.Lebih khusus lagi bahwa komunikasi adalah proses merubah
perilaku orang lain.
Sedangkan ilmu pemerintahan sendiri didefinisikan oleh Musanef
(1989:7) yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki bagaimana sebaiknya
hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah, dapat diukur
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
dihindari
timbulnya
berbagai
pertentangan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dan
mengusahakan agar terdapat keserasian pendapat serta daya tindak efektif
atau efisien dalam pemerintahan.
Berdasarkan gabungan dua pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi pemerintahan adalah proses penyampaian ide-ide,
gagasan-gagasan dan program pemerintah kepada masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat.
Dalam konteks strategi, Baker (dalam Claywood, 1997:454)
menyebutkan terdapat perbedaan mendasar aktivitas komunikasi antara
institusi swasta dengan institusi pemerintah. Pemangku kepentingan dalam
aktivitas komunikasi pemerintah sangat luas dan beragam baik itu internal
maupun eksternal dan masyarakat luas, mereka juga mempunyai agenda
yang berbeda-beda.
Baker (dalam Claywood, 1997:456-457) menyebutkan terdapat
empat
pendekatan
strategis
komunikasi
pemerintahan.
Pertama,
komunikasi politik yang bertujuan untuk mempersuasi dan mendapatkan
legitimasi baik dalam maupun luar negeri mengenai rezim pemerintahan.
Hal ini berimplikasi pada pengajuan anggaran, penegakan hukum dan
kebijakan. Kedua, pelayanan informasi. Memberikan pelayanan informasi
10
kepada publik mengenai informasi penting tentang pemerintahan dan
menyediakan fasilitas agar publik dapat mengakses informasi strategis.
Ketiga, membangun dan mempertahankan citra positif institusi,
tujuannya adalah untuk menginformasikan dan mempengaruhi publik agar
memberikan dukungan positif baik jangka pendek maupun jangka panjang
pada semua tingkat pemerintahan. Keempat, menghasilkan umpan balik
dari masyarakat. Tujuannya untuk memastikan pemerintah mendapatkan
informasi terbaru dan meminta masukan dalam proses pembuatan
kebijakan dari masyarakat.
Dalam hal ini pemerintah diasumsikan sebagai komunikator dan
publik sebagai komunikan. Tetapi apabila merujuk pada komunikasi
model sirkular, masyarakat pun dapat memberikan ide atau gagasan pada
pemerintah atau sering disebut denganh proses umpan balik terhadap
setiap kebijakan atau pesan yang dikeluarkan pemerintah terhadap rakyat.
1.6.3
Sosialisasi sebagai Aktivitas Komunikasi
Sosialisasi merupakan salah satu tindakan nyata dari aktivitas
komunikasi. Sosialisasi mempunyai definisi yang beragam. Sosialisasi
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengertian sebagai
suatu proses interaksi untuk mengantarkan pesan-pesan yang diharapkan
dapat dipahami dan diteraapkan oleh audiensnya. Kaitannya dengan
penelitian ini, sosialisasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses interaksi
yang terjadi antara Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) dengan targetnya
dengan pesan-pesan yang bersangkutan dengan implementasi kebijakan
yang baru diusung sebagai program. Sosialisasi mengacu pada proses
komunikasinya.
Pada dasarnya proses sosialisasi merupakan suatu proses interaksi
antara pihak pengantar pesan dan penerima pesan. Interaksi menjadi unsur
penting dalam suatu aktivitas komunikasi. Oleh karena itu, proses
sosialisasi dapat dipahami sebagai salah satu aktivitas dalam komunikasi.
11
Pada penelitian ini, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
(BPMPP) Kabupaten Banyumas adalah pihak yang melakukan proses
sosialisasi.
Dimana
dikomunikasikan
perannya
kepada
sebagai
targetnya
pengolah
dengan
harapan
pesan
target
untuk
dapat
memahami dan mengadopsi pesan-pesan yang disampaikan.
1.6.4
Investasi Daerah
Investasi daerah yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan
oleh komponen pemerintah, masyarakat dan swasta (dunia usaha).
Investasi merupakan penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan
mengharapkan keuntungan di masa yang akan datang. Investasi ditujukan
untuk memperoleh penghasilan pada jangka waktu tertentu, menambah
nilai modal yang ditempatkan serta menjaga aset terhadap perkembangan
harga-harga (Lipsey, 1995).
Menurut Mankiw (2003) investasi oleh pemerintah dapat dilihat
dari segi investasi fisik dan investasi nonfisik. Investasi fisik antara lain
berupa pembangunan infrastruktur yang bertujuan menyediakan sarana
dan prasarana bagi pertumbuhan perekonomian serta peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan investasi nonfisik adalah
pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah berupa
penyediaan layanan kesehatan dan peningkatan gizi masyarakat,
penyediaan kesempatan pendidikan bagi anak usia sekolah, serta jaminan
sosial lainnya. Disamping kedua bentuk investasi tersebut, bagi daerah
yang mampu juga mengadakan investasi melalui pembentukan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) atau penyertaan modal pada dunia usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang akan digunakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Investasi swasta di daerah sebenarnya diharapkan dapat memacu
pertumbuhan perekonomian daerah sekaligus pemerataan pendapatan
masyarakat. Dengan banyak investasi swasta di daerah diharapkan
12
semakin bertambahnya lapangan kerja yang dapat menampung angkatan
kerja. Peningkatan investasi daerah akan dapat terwujud jika di daerah
terdapat potensi yang dapat “dijual” kepada para investor, baik itu berupa
potensi sumber daya alam maupun potensi SDM. Selanjutnya hal yang
sangat penting lagi adalah kemampuan daerah menjual potensi yang
dimilikinya tersebut.
Tujuan investasi pemerintah daerah adalah untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya.Yang dimaksud dengan
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya adalah:
1. Keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan
yang mendapatkan investasi pemerintah sejumlah tertentu dalam
jangka waktu tertentu
2. Peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi sejumlah
tertentu dalam jangka waktu tertentu
3. Peningkatan pemasukan pajak bagi negara/daerah sejumlah tertentu
dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi
bersangkutan dan/atau
4. Peningkatan penyerapan tenaga kerja sejumlah tertentu dalam jangka
waktu tertentu sebagai akibat langsung dari investasi bersangkutan.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan pasar bebas,
persaingan antar daerah dalam menjual potensinya dan merebut investor
akan semakin terbuka tidak hanya terhadap investor nasional tetapi juga
internasional. Kesiapan daerah terutama SDM pengelola dan infrastuktur
yang tersedia akan sangat mendukung dalam merebut para investor untuk
bersedia menanamkan investasinya di daerah. Persaingan antar daerah
dalam merebut investor harus dikembangkan dalam suasana persaingan
dan kompetisi yang positif dan sehat.
Berikut adalah model penelitian yang dirancang dalam penelitian
ini berdasarkan kerangkat teori penelitian:
13
Gambar 1.2. Model Penelitian
Pemerintah Daerah
Kabupaten
Banyumas
Badan Penanaman
Modal dan
Pelayanan
Perizinan (BPMPP)
Kebijakan “Banyumas
Pro Investasi”
Menarik Investor
Analisis
Situasi
Strategi
Komunikasi
Aksi
Komunikasi
Pemahaman
Institusi Tentang
Kebijakan
Target/Sasaran
Publik
Sosialisasi
kebijakan
Hambatan dalam
Implementasi
1.7 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dan model penelitian yang telah dirancang
sebelumnya, peneliti
menuangkan dalam
kerangka
konsep. Definisi
operasional beberapa konsep yang digunakaan dalam penelitian ini diharapkan
dapat menggali lebih dalam terkait manajemen komunikasi yang dilakukan
Pemda Banyumas melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
(BPMPP). Mulai dari pemahaman dari institusi akan kebijakan yang dapat
digunakan sebagai analisis situasi, siapa yang menjadi target atau sasaran
publik dari kebijakan sebagai strategi komunikasi yang diterapkan untuk
14
mencapai tujuan, sosialisasi sebagai aksi komunikasi dan hambatan yang
ditemui dalam implementasi kebijakan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud peneliti dengan pemahaman
institusi tentang kebijakan adalah menganalis sejauh mana pemahaman pihak
internal penyelenggara kebijakan terkait tujuan, visi dan misi kebijakan. Di
dalam sebuah tujuan terkandung alasan mengapa sebuah kebijakan harus
dijalankan dan solusi yang diharapkan dengan adanya kebijakan tersebut.
Campbell (dalam Cutlip, Center & Broom, 2009) menyatakan bahwa tujuan
adalah idealistik dan inspirasional yang didesain untuk memberi pemahaman
kepada pihak-pihak di dalam organisasi tentang arah organisasi. Tujuan
merupakan
dasar
dalam
menentukan
langkah
selanjutnya
dalam
kebijakan.Termasuk di dalamnya adalah bagaimana identifikasi target publik
dalam kebijakan dan strategi komunikasi yang diterapkan dalam kebijakan.
Yang dimaksud peneliti dengan identifikasi target publik dalam
penelitian ini adalah bagimana pemetaan stakeholders atau publik-publik yang
terkait dalam kebijakan. Hal itu nantinya akan berkaitan dengan strategi
komunikasi. Memetakan target atau sasaran publik dalam sebuah kebijakan
diperlukan dalam menyusun strategi komunikasi untuk mensosialisasikan
kebijakan ini pada target publik dan menarik investor.
Proses manajemen tidak terlepas dari strategi komunikasi. Strategi
pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan. Dalam penelitian ini yang dimaksud peneliti dengan menganalisis
strategi komunikasi adalah paduan perencanaan komunikasi (communication
planning) dengan manajemen komunikasi (communication management)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Elemen dalam penerapan
strategi komunikasi mencakup pemilihan media komunikasi serta pengelolaan
pesan yang tepat dalam kebijakan.
Sementara itu hambatan dalam implementasi kebijakan yang dimaksud
peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui segala kendala yang
dihadapi penyelenggara kebijakan dalam menerapkan kebijakan. Baik itu
hambatan secara umum maupun hambatan dalam komunikasi.
15
1.8 Metode Penelitian
1.8.1
Penelitian Deskriptif Kualitatif
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif. Salah satu
fungsi dari metode kualitatif adalah meneliti sesuatu dari segi prosesnya.
Menurut Creswell (2003:1) penelitian kualitatif adalah sebuah proses
penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia,
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistic lengkap yang dibentuk dengan
kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun
dalam sebuah latar ilmiah.
Jenis deskriptif kualitatif diarahkan untuk mengetahui kondisi suatu
objek pada masa kini sehingga deskripsi kualitatif sesuai digunakan untuk
meneliti
dan
mendeskripsikan
implementasi
manajemen
komunikasi
Pemerintah Daerah Banyumas pada kebijakan “Banyumas Pro Investasi”
dalam upaya menarik investor tahun 2008-2013.
1.8.2
Studi Kasus
Studi kasus dipilih dalam penelitian ini karena mampu menggali
masalah secara lebih mendalam dan mampu dianalisis dengan lebih baik
sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan
studi kasus instrumental karena kasus tidak menjadi minat utama tetapi kasus
memainkan peranan suportif yang memudahkan pemahaman atas sesuatu yang
lain (Stake, 2009:301). Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk
memahami hal lain di luar kasus tersebut, seperti membuktikan suatu teori
yang telah ada sebelumnya (Daymon dan Holloway, 2008).
Demikian halnya dalam penelitian ini bahwa kebijakan “Banyumas
Pro Investasi” dijadikan sebagai sarana untuk memahami bagaimana
penerapan manajemen komunikasi khususnya dalam usaha menarik investor
daerah di Kabupaten Banyumas periode tahun 2008-2013. Oleh karena itu
dianggap sesuai dengan kebutuhan dalam meneliti manajemen komunikasi
terkait kebijakan “Banyumas Pro Investasi” secara khusus untuk menarik
16
investor yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Banyumas melalui BPMPP
tahun 2008-2013.
1.8.3
ObjekPenelitian dan Informan
Objek penelitian ini adalah Pemerintah Daerah khususnya Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
selaku koordinator bidang investasi terkait dengan penerapan manajemen
komunikasi untuk menarik investor olehPemerintah Daerah Banyumas.
Informan dalam penelitian ini antara lain yaitu :
a. Informan Primer
1. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP)
Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2018
2. Mantan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
(BPMPP) Kabupaten Banyumas Tahun 2008-2013
3. Bidang Promosi dan Kerjasama Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
4. Bidang Pengembangan dan Pengendalian Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas
b. Informan sekunder
1. Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas
2. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Banyumas
1.8.4
Teknik Pemilihan Informan
Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive
sampling. Dengan teknik ini pengambilan subjek sebagai informan
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Kepala Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) Kabupaten Banyumas periode 2002013 dan periode 2013-2018 beserta staf di Bidang Promosi dan
Kerjasama, serta Bidang Pengembangan dan Pengendalian dipilih sebagai
informan karena peneliti menganggap bahwa mereka mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan penelitian. Humas Kabupaten
17
Banyumas dan Ketua HIPMI Kabupaten Banyumas menjadi informan
sekunder untuk melengkapi data yang berkaitan dengan penerapan
manajemen komunikasi pemerintah daerah terkait dengan pihak ekternal
yaitu pihak-pihak investor yang diwakilkan oleh Ketua HIPMI Kabupaten
Banyumas.
1.8.5
Teknik Pengumpulan Data
Empat sumber data yang dapat digunakan dalam studi kasus yaitu
observasi/partisipasi, wawancara, dokumentasi dan artefak fisik (Wimmer
dan Dominick, 2011:143). Namun penelitian ini peneliti hanya
menggunakan tiga sumber data atau teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh bukti yang membantu
memahami konteks penelitian. Observasi memerlukan pencatatan,
perekaman yang sistematik terhadap suatu kejadian dan perilaku informan.
Observasi dilakukan untuk memperkaya data. Padapenelitian ini, observasi
dilakukan
dengan
menggunakan
media
internet
melalui
website
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dan website Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan (BPMPP) dalam mensosialisasikan dan
memberi
informasi
program
“Banyumas
Pro
Investasi”
kepada
stakeholders atau publik-publik terkaitnya.
Selain itu observasi dilakukan peneliti dengan berpartisipasi dan ikut
menghadiri kegiatan yang dilaksanakan BPMPP Kabupaten Banyumas
yang terkaitdengan investasi. Dengan ikut serta dalam beberapa kegiatan
tersebut peneliti dapat mengamati lebih dalam elemen-elemen manajemen
komunikasi dilakukan pemerintah daerah dan BPMPP Kabupaten
Banyumas dalam penerapan kebijakan “Banyumas Pro Investasi”.
18
b. Wawancara Mendalam (In-depth interview)
Dalam proses memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti melakukan
wawancara terhadap informan. Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis wawancara mendalam (in-dept interview).
Sebelum wawancara dilakukan, daftar pertanyaan dipersiapkan terlebih
dahulu dengan mengacu pada kerangka teori dan tujuan penelitian. Pada
prakteknya berlangsung wawancara tak terstruktur. Maksudnya adalah
wawancara dengan sendirinya dapat berkembang, tidak terpatok hanya
pada daftar wawancara yang telah disusun. Dengan demikian wawancara
dapat berlangsung lebih luwes dan dapat mengeksplorasi data yang
didapat dari informan.
Peneliti
melakukan
wawancara
selayaknya
mengadakan
perbincangan/obrolan seperti biasanya dengan informan. Hanya saja setiap
perbincangan peneliti mendokumentasikannya dengan perekam suara
(recorder). Wawancara tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan
antara informan satu dengan informan lainnya. Sesuai dengan kesepakatan
jadwal yang dibuat oleh peneliti dan informan.
Sejak awal informan sudah mengetahui bahwa akan diwawancara
mengenai manajemen komunikasi kebijakan “Banyumas Pro Investasi”
yang diterapkan Pemda Banyumas undalam hal ini BPMPP Kabupaten
Banyumas sebagai pelaksananya untuk menarik investor. Sesuai dengan
kerangka konsep dan tujuan penelitian, acuan pertanyaan wawancara yaitu
berkaitan dengan tujuan kebijakan, identifikasi publik yang menjadi
sasaran, strategi komunikasi yang diterapkan dan hambatan yang ditemui
dalam implementasi kebijakan “Banyumas Pro Investasi” Tahun 20082013.
Dalam proses wawancara dengan informan, peneliti menggunakan
pedoman wawancara semi terstruktur di mana susunan pertanyaan dibuat
dan ditanyakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan peneliti. Pertanyaan
yang disusun peneliti sebagai acuan ternyata banyak berkembang saat
terjun di lapangan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
19
menganalisis website Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dan
BPMPP Kabupaten Banyumas berkaitan dengan konten sosialisasi dan
promosi kebijakan “Banyumas Pro Investasi”.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi dalam penelitian ini berupa
dokumen-dokumen yang didapatkan dari subyek penelitian, studi pustaka
melalui literatur yang relevan ataupun melalui surfing internet, arsip, foto,
untuk melengkapi data penelitian. Dalamhalini, dokumentasi yang
digunakanberupajurnalpenelitian, laporanpenelitian, tesis,blogdari internet
yang berkaitandengan data-data yang dibutuhkandalampenelitian.
Selain itu data-data tertulis yang dibutuhkan oleh peneliti yang
digunakan sebagai dokumentasi maupun studi pustaka mengenai investasi
di Kabupaten Banyumas terdapat di BPMPP. Demikian halnya dengan
data-data tertulis yang berkaitan dengan jalannya kebijakan “Banyumas
Pro Investasi” seperti dokumen Masterplan Pengembangan Investasi
Kabupaten
Banyumas
2008-2013
dan
dokumen
Informasi
Penyelenggaraan Investasi Kabupaten Banyumas 2008-2013. Dokumendokumen tersebut sangat membantu peneliti menemukan data dan fakta
mengenai kebijakan “Banyumas Pro Investasi”. Pada akhirnya semua data
yang diperoleh tersebut akan diolah dan saling melengkapi untuk
menjawab permasalahan penelitian.
1.8.6
Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini dipandang perlu untuk melakukan pembatasan
masalah
secara
operasional.
Pembahasan
akan
difokuskan
pada
manajemen komunikasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas melalui
BPMPP dalam kebijakan “Banyumas Pro Investasi”. Adapun manajemen
komunikasi dalam penelitian ini dibatasi sebagai proses pemahaman
kebijakan “Banyumas Pro Investasi” dari internal pihak pemerintah,
identifikasi target publik kebijakan sebagai strategi komunikasi yang
20
diterapkan dalam impementasi kebijakan. Dalam hal ini terkait media yang
dipilih dan pesan yang dikelola sebagai strategi komunikasi. Sosialisasi
kebijakan sebagai aksi komunikasi untuk menarik investor. Serta yang
terakhir adalah hambatan dalam implementasi kebijakan “Banyumas Pro
Investasi”
Topik penelitian yang diambil dan dibahas merupakan kejadian
yang berlangsung dari April 2008 saat kebijakan “Banyumas Pro
Investasi” mulai diluncurkan pada pemerintahan Mardjoko hingga Juni
2013. Peneliti melakukan penelitian mengenai manajemen komunikasi
kebijakan “Banyumas Pro Investasi” dimulai pada bulan Juli 2014 hingga
Oktober 2014.
21
Download