BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) di bidang barang maupun jasa yang sifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau komplek (www.petra.ac.id). Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa tetapi dapat juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli, tempat bersantai dan bersosialisasi. Kegiatan berbelanja merupakan aktivitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia akan melakukannya. Pusat perbelanjaan juga mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi. Pusat perbelanjaan saat ini telah berevolusi dari asalnya sebagai pusat konsumsi beralih menjadi aspirasi dan gaya hidup konsumen, bukan hanya tempat untuk melakukan pembelian produk saja, akan tetapi telah berubah fungsi menjadi tempat rekreasi yang menarik, menyenangkan, aman, nyaman (Neo & Wing, 2005: 143). 1 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017 Pasar tradisional merupakan tempat orang berjual beli yang berlangsung di suatu tempat berdasarkan kebiasaan. Keberadaan pasar tradisional bukan semata-mata untuk kebutuhan ekonomi tetapi lebih jauh kepada norma, ranah budaya sekaligus peradaban yang berlangsung sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. Pasar tradisional mempunyai fungsi dan peranan yang tidak hanya sebagai tempat perdagangan tetapi juga sebagai peninggalan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu. Saat ini perlu disadari, bahwa pasar tradisional bukan satu-satunya pusat perdaganggan. Semakin banyaknya pusat perdagangan lain seperti pasar modern, baik dalam bentuk mini market, hypermart maupun mall yang pada gilirannya dapat membuat pasar tradisional harus mampu bertahan dalam persaingan agar tidak tergilas oleh arus modernisasi (Rahadi Wasi Bintaro, 2010: 201). Toko Modern (modern store) adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri atau swalayan clan sistem harga pasti (tanpa tawar-menawar) yang menjual berbagai jenis produk secara ritel/ eceran. Toko Modern dapat berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket, Specialty Store, dan Perkulakan/ Grosir. Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan merupakan bagian dari Pasar Modern (Modern Ritel). Pusat Perbelanjaan adalah bangunan gedung yang terdiri atas beberapa toko modern yang dapat berbentuk Pertokoan, Mall, Plaza, Square, Trade Center. Toko modern dan pusat perbelanjaan diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Pasar Modern. Perpres 112/ 2007 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI 2 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017 Nomor 53/M-DAG/PER/ 12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Perizinan toko modern dan pusat perbelanjaan juga diatur dalam sejumlah Peraturan Daerah (http://memulaibisnisproperty.com/pengertian-dan-ruang-lingkup-tokomodern). Keberadaan toko modern telah menjadi magnet tersendiri dengan menawarkan banyak hal yang mampu menarik perhatian masyarakat. Selain karena toko modern yang letaknya cenderung strategis, juga menyediakan cukup lengkap kebutuhan sehari-hari. Toko ini menyediakan tempat yang nyaman, bersih, serta ber-AC, dengan pelayanaan mandiri, pembelipun dapat dengan leluasa memilih barang-barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhn mereka. Sebagian Toko Modern juga menyediakan fasilitas ATM untuk menarik pembeli dengan keamanaan yang cukup sehingga terhindar dari copet atau tindak kejahatan lainnya. Beberapa di antaranya memberlakukan sistem operasional selama 24 jam yang menjadi nilai plus tersendiri bagi Toko Modern di mata masyarakat luas. Dalam hal ini ada suatu permasalahan yang berada di tengah-tengah perekonomian masyarakat khususnya di Kabupaten Banyumas yaitu gesekan yang terjadi antara Pasar Tradisional dengan Toko modern (Indomaret). Keberadaan Toko Modern yang berdekatan dengan Pasar Tradisional menjadi ancaman tersendiri bagi para pedagang pasar tradisional, karena masyarakat lebih memilih datang ke Toko Modern untuk memenuhi kebutuhannya dibandingkan datang ke Pasar Tradisional. 3 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017 Berkaitan dengan pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern telah diatur dalam Perda Banyumas No. 3 Tahun 2010 ini, harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota, termasuk peraturan zonasinya. Lebih lanjut berkaitan dengan zonasi pasar tradisional, Pasal 9 huruf (b),dan (c), dan juga disebutkan pada pasal 22 ayat 1 huruf (c) Perda Banyumas No. 3 Tahun 2010. Berdasarkan pasal tersebut tampak bahwa pengelolaan zonasi pasar tradisional dengan toko modern menjadi kewenangan pemerintah daerah. Hal ini tentu saja kontradiktif dengan fakta yang ada, dimana dibeberapa daerah, khususnya di wilayah Kabupaten Banyumas terdapat minimarket dalam format toko modern yang terletak relatif berdekatan dengan pasar tradisional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul sekripsi tentang “IMPLEMENTASI PERDA BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN (STUDI KASUS INDOMART)”. 4 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Implementasi Perda Banyumas No. 3 Tahun 2010 dalam Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Studi Kasus Indomart)? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam Penatan dan Pembinan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Studi Kasus Indomart)? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Implementasi Perda Banyumas No. 3 Tahun 2010 dalam Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Indomart). 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Indomart). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis b. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikann sumbangan pikiran bagi pengembangan pengatahuan ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya berkenaan dengan masalah terkait. 5 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017 2. Manfaat Praktis a. Sebagai suatu ketentuan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana S-1. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau masukan bagi pemeritah maupun lembaga yang terkait, khususnya Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk merumuskan strategi dalam rangka penanganan masalah lokasi pendirian toko modern. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau masukan bagi pemerintah maupun lembaga yang terkait, khususnya Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam merumuskan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dalam rangka penanganan masalah lokasi pendirian toko modern serta cara mengimplementasikan rencana tersebut. 6 Implementasi Perda Banyumas…, Amad Supardi, Fakultas Hukum UMP, 2017