PENGARUH BANTUAN LAYANAN PROFESIONAL TERHADAP KREATIVITAS GURU PAUD DI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA H. Mumu Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi email: [email protected] H. Adjid Madjid Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi email: [email protected] Abstract Help professional services by principals who are responsible for promoting and improving the quality of education, teachers are expected to acquire a complete knowledge as a basis in their duties. Likewise, its knowledge can improve and develop their creativity in learning. creative teacher is a teacher who is able to actualize and express optimally all the capabilities they have in order to nurture and educate their students well, including having the attitude of sensitivity, initiative, new ways of teaching, leadership and responsibility are high on the job and duties as an educator. This study aims to determine: (1) the implementation of professional service support to teachers in the early childhood education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City; (2) creativity of teachers in the early childhood education programs in the Castle District of Tasikmalaya City; and (3) the impact of professional services to support the creativity teachers in the early childhood education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City. This study is "ex post facto". The subjects of this study were teachers in the early childhood education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City numbering 35 people. The technique of collecting data using questionnaires. Analyzed using quantitative deskiptif. Furthermore, the presentation of data using techniques tabulation or the percentage of the total respondents. The results showed: (1) Implementation of professional service support to teachers in the early childhood education programs goals include professional services support, the principles used in providing professional support services, and techniques used in carrying out the assistance of professional services, intensity included in the category of "good"; (2) The creativity of teachers that includes learning initiative, creative attitude of teachers and learning competencies, intensitasnyatermasuk in the category "high"; and (3) the implementation of professional services help provide effective contribution for 92% of teachers' creativity. Keywords: help professional services, the creativity of teachers. 1. PENDAHULUAN Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia pada tahun 2002 di Dakar Senegal, telah mendeklarasikan konsep tentang “pendidikan untuk semua (education for all)”. Pada pertemuan ini, dihasilkan sejumlah komitmen sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar Framework for Action) yang disahkan dan diterima Forum Pendidikan Dunia (The World Education Forum). Salah satu agenda yang telah dideklarasikan dan menjadi perhatian masyarakat seluruh dunia adalah PAUD. Usia dini merupakan periode emas dalam tumbuh kembang anak yang tidak hanya menanamkan kecerdasan intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual anak. Anak yang dididik dengan benar pada usia emasnya akan menstimulasi masa depan yang baik (Republika: 2016). PAUD sangat penting sekali, karena dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dapat dilakukan mulai dari rumah atau dalam keluarga, dimana perkembangan anak pada tahun-tahun pertama penting dan akan menentukan kualitas serta memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Guru PAUD merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang berperan sentral dalam proses pembentukan lulusan pendidikan yang bermutu. Sekaitan dengan posisi strategis keberadaan guru dalam sistem pendidikan, sebagaimana ketenagaan lainnya, maka guru memposisikan dirinya sebagai tenaga profesional. Sebagai seorang profesional dalam bidang PAUD, menurut Janice Beaty (1996), seorang guru harus: (a) memiliki komitmen terhadap profesi; (b) berperilaku etis; (c) memiliki pengetahuan di bidang PAUD; (d) telah menyelesaikan beberapa jenis pelatihan; dan (e) telah menyelesaikan berbagai kegiatan pelayanan. Peran terberat pemerintah dan lembaga-lembaga PAUD saat ini adalah melatih guru-guru PAUD dan memastikan guru yang menyentuh anak-anak memiliki kemampuan minimal, sehingga dimanapun dia melakukan, apapun bentuk satuan pendidikannya, guru tersebut harus menguasai prinsip-prinsip dasarnya. Peran guru dapat menentukan kualitas anak di periode emasnya, karena jika terjadi kesalahan mendidik, yang hancur adalah satu bangsa (Kompas: 2016:5). Kualitas pembelajaran di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurikulum, manajemen sekolah, lingkungan belajar, interasi siswa dan guru sebagai pemegang kunci proses pembelajaran. Karena itu guru dituntut untuk selalu kreatif dalam implementasi pembelajaran. Salah satu kreativitas guru dapat dilihat bagaimana guru mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai alat dan sumber belajar di lingkungannya. Guru tidak hanya dituntut dapat memanfaatkan media pembelajaran, tetapi juga harus dapat mengembangkan media pembelajaran dari tingkat sederhana sampai dengan canggih. Terkait dengan banyaknya jumlah guru PAUD saat ini, dengan latar belakang dan tingkat pendidikan yang berbeda, termasuk pengalaman dan kemampuan juga berbeda pula. Kondisi-kondisi ini sangat dirasakan juga oleh para pengelola PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Berdasarkan pemantauan di lapangan, ternyata masih terdapat permasalahan yang berkaitan dengan guru PAUD, misalnya: (1) latar belakang pendidikan guru; (2) pelatihanpelatihan guru dan organisasi keguruan; (3) pengalaman mengajar guru; dan (4) faktor kesejahteraan guru atau sistem insentif yang belum layak. Semua hal tersebut sangat berkaitan dengan upaya membangun kreativitas guru yang lebih inovatif dalam pembelajarnnya. Dalam kondisi seperti ini para guru PAUD seharusnya mendapat bantuan layanan profesional dari para pembina, baik dari para pengawas maupun pengelola lembaga PAUD. Pengembangan melalui layanan bantuan profesional dapat menjembatani kesenjangan tersebut agar para guru PAUD dapat memberikan layanan maksimal kepada peserta didiknya. Banyak guru PAUD yang kurang memahami tentang pengembangan kurikulum PAUD, administrasi guru PAUD, serta metode pembelajaran PAUD. Oleh sebab itu, diperlukan adanya pembinaan bagi para guru untuk menunjang kompetensinya. Peranan guru harus didasari atas komitmen mendidik dengan tujuan mulia yaitu melahirkan generasi-generasi masa depan yang unggul dan cerah. Memiliki guru yang profesional merupakan kunci keberhasilan bagi kegiatan belajar mengajar disekolah. John Goodlad (Suyanto, 2013:4), telah melakukan penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran karena ketika guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Salah satu strategi peningkatan mutu guru PAUD adalah melalui upaya pengembangan dan peningkatan mutu guru seperti dipersyaratkan dalam UndangUndang Nomor 14 tahun 2005 tentang Dosen dan Guru, dan menjadikan peran supervisor sebagai pintu masuk pertama (starting gate) yang strategis. Hal ini didasari oleh dua pemikiran, pertama: (1) supervisor merupakan individu yang dengan kualifikasinya memiliki kewenangan melakasanakan layanan profesional kepada para guru yang memungkinkan dapat berinteraksi dan berdiskusi secara cepat dalam mencari solusi terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi disekolahnya; dan (2) Supervisor dapat meningkatkan peran dan fungsinya sebagai pembina yang memberikan layanan profesional bagi para guru. Dalam bantuan layanan profesional yang diberikan para pembina, baik para pengawas maupun kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan, diharapkan guru PAUD memperoleh pengetahuan yang lengkap sebagai landasan dalam melaksanakan tugasnya. Demikian juga pengetahuan yang dimilikinya dapat meningkatkan dan mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Guru dapat melakukannya kegiatan pembelajaran secara utuh untuk pengembangan aspek kognitif yang dipadukan dengan pengembangan aspek yang lainnya seperti aspek moral agama, sosial emosional, fisik motorik, dan bahasa. Selain itu, guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang dimilikinya dalam rangka membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggung jawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik. Melihat permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Pengaruh bantuan layanan profesional terhadap kreativitas guru pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya”. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode korelasional. Metode deskriptif disebut juga metode analisis, karena data yang sudah dikumpulkan kemudian disusun dan dijelaskan untuk kemudian dianalisis. Sedangkan metode korelasional, berkaitan dengan dua variabel yang dikorelasikan, yaitu variabel layanan profesional dan kreativitas guru. Penelitian korelasional sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi, E.T. (2005:35), adalah penelitian yang benarbenar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang tergabung dalam 10 Kelompok Belajar Pendidikan Anak Usia Dini (KOBER PAUD) di wilayah Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, yang jumlahnya sekitar 78 orang guru. Sedangkan untuk menentukan sampelnya, penulis menggunakan teknik quota sampling dengan cara langsung mencatat jumlah guru yang dijadikan sebagai sampel dengan pertimbangan mereka yang dipilih adalah guru-guru yang secara formal telah memenuhi kualifikasi akademik minimal ijazah S-1, dan ternyata jumlahnya sebanyak 35 orang. Dari jumlah sampel ini diharapkan penelitian dapat membuat generalisasi dengan kekeliruan yang relatif kecil. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengungkap data tentang pengaruh bantuan layanan profesional dan kreativitas guru, maka peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner dan dokumentasi. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2010:71). Tujuan dari angket ini adalah memperoleh data mengenai pengaruh variabel X yaitu bantuan layanan profesional dan variabel Y yaitu kreativitas guru. Angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda checklist (√). Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati, sehingga checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting dengan menggunakan lima alternatif jawaban, dimana nantinya responden dapat langsung memilih salah satu jawaban yang menurutnya sesuai dengan kondisi atau keadaan yang dihadapi responden, yakni pendapat guru sendiri. Sedangkan pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu upaya untuk mendapatkan data sekunder, seperti data jumlah sekolah, jumlah guru dan sebagainya, termasuk dokumen atau arsip lain yang diperlukan. Teknik Analisis Data Untuk melaporkan hasil penelitian maka data yang telah diperoleh terlebih dahulu harus dilakukan analisis, agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif kuantitatif. a. Analisis Deskriptif Persentase Metode analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan setiap indikator pada masing-masing variabel, yaitu variabel bantun layanan profesional dan kreativitas guru. Dalam analisis ini semua skor dari masing-masing variabel maupun dari setiap sub variabelnya dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor idealnya sehingga akan diperoleh presentase skor. Dari deskriptif presentase inilah selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dan diketahui tingkatannya. Rumus yang digunakan sebagai berikut: n % = X 100 % N Keterangan: % = Persentase n = Nilai yang diperoleh N = Jumlah total responden (Ali, 1994:104). Masing-masing variabel dimana pengumpulannya dengan menggunakan angket dapat diketahui apabila setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu diklasifikasikan dan diberi skor yaitu: a. jawaban Selalu (SL), skor 5 b. jawaban Sering (SR), skor 4 c. jawaban Kadang - kadang (KD), skor 3 d. jawaban Jarang (JR), skor 2 e. jawaban Tidak Pernah (TP), skor 1. Karena skor tertinggi masing-masing item adalah 5 dan skor terendahnya 1, maka menurut Sudjana (2005:47), untuk menentukan kategori Deskriptif Persentase (DP) yang diperoleh, dibuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut: 5 a. Persentase maksimal: 5 X 100 = 100% 1 b. Persentase minimal: 5 X 100 = 20 % c. Rentang Persentase: 100 % - 20 % = 80 % d. Interval Kelas Persentase : e. Menetapkan jenjang kriteria 80 % 5 = 16 Dengan interval kelas presentase 16% dan presentase minimal 20%, maka tabel kriteria masing-masing variabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Kriteria Persentase Variabel Bantuan Layanan Profesional No. Interval Persentase Kriteria 1. 84% < % ≤ 100% Sangat Baik 2. 68% < % ≤ 84% Baik 3. 52% < % ≤ 68% Cukup Baik 4. 36% < % ≤ 52% Kurang Baik 5. 20% ≤ % ≤ 36% Tidak Baik Tabel 1.2 Kriteria Persentase Variabel Kreaivitas Guru No. Interval Persentase Kriteria 1. 84% < % ≤ 100% Sangat Tinggi 2. 68% < % ≤ 84% Tinggi 3. 52% < % ≤ 68% Sedang 4. 36% < % ≤ 52% Rendah 5. 20% ≤ % ≤ 36% Sangat Rendah Dengan statistik deskriptif ini disajikan ajian data dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang disajikan cukup banyak sehingga jika disajikan dalam tabel biasa menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif (Sugiyono, 2007:32). Tabel distribusi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi relatif, dimana penyajian datanya lebih mudah dipahami bila dinyatakan dalam persen (%), (Sugiyono, 2007:39). Analisis kuantitatif 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Profesional Bantuan Layanan Setelah data di olah sehingga hasil angket dinyatakan sah, maka selanjutnya melakukan analisa data dengan deskriptif kuantitatif, yaitu menggunakan analisis regresi sederhana. a. Analisis Regresi Sederhana Analisis hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sewon Yogyakarta, dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan formula sebagai berikut: Ŷ=a+bX Keterangan : Ŷ = Prediksi Pengaruh Bantuan Layanan Profesional a = Konstanta b = Koefesien regresi. X = Kreativitas Guru PAUD se-Kecamatan Tamansari (Sugiyono, 1994; 52) 2 Selanjutnya ditentukan koefesien (r ) dan koefesien korelasi (r) koefesien determinasi digunakan untuk menunjukan persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen, sedangkan koefesien korelasi menunjukan hubungan yang terjadi dari semua variabel independen terhadap variabel dependen. b. Pengujian Hipotesis Berdasarkan asumsi-asumsi dan paparan diatas, maka penyusun merumuskan hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut: Ho: Koefisien regresi variabel bebas (bantuan layanan profesional) tidak ada pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (kreativitas guru). Ha: Koefesien regresi variabel bebas (bantuan layanan profesional) ada pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (kreativitas guru). Hasil analisis deskriptif yang telah dipaparkan di atas menunjukkan gambaran keadaan pelaksanaan bantuan layanan profesional guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya intensitasnya tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil perhitungan pencapaian dari indikator pada variabel pelaksanaan bantuan layanan profesional yakni objek yang menjadi sasaran pembinaan, prinsip dan teknik pembinaan yang dilaksanakan tergolong dalam kategori “tinggi” dengan pencapaian rata-rata sebesar 73,47. Bantuan layanan profesional kaitannya dengan objek sasaran pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas, menunjukkan kategori yang baik yaitu 76,92. Pembinaan yng diberikan pembinaan kepada para guru meliputi penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, memberikan pembinaan dalam merumuskan tujuan pembelajaran, membimbing para guru dalam pemilihan materi sesuai dengan kompetensi dasar, memberikan pengarahan kepada guru terkait metode dalam penyajian materi yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pembinaan dalam mengembangkan perangkat atau media pembelajaran, memberikan bimbingan dalam mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar mauun proses belajar mengajar, membantu memberikan bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar, termasuk memotivasi sikap guru yang posiif dalam menjalankan profesinya. Pembuatan rencana pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut disesuaikan dengan kemampuan anak. Materi silabus yang akan disampaikan juga selalu dikaitkan dengan materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, dengan pembuatan rencana program pengajaran tersebut dibuat setiap akan mengajar. Dengan demikian akan dicapai arah dan tujuan pembelajaran yang maksimal. Kepala sekolah dan guru mengoreksi dan mengevaluasi silabus yang telah dibuat secara bersama-sama. Evaluasi silabus ini meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian (Permendiknas, 2008). Semua guru harus membuat dan mempunyai silabus masing-masing pelajaran. Kepala sekolah akan selalu melihat silabus yang di buat oleh guru dan memberikan evaluasi setiap mengadakan supervisi kepada guru yang bersangkutan. Jjadi silabus ini sifatnya wajib dan harus dibuat oleh semua guru sebagai gambaran ketercapaian tujuan pembelajaran, persiapan secara kesuluruhan didalam materi, silabus ini boleh di fotocopy dan juga menjadi dokumen sekolah. Menurut Moh. Uzer Usman (2008:17-18), kualitas guru ditunjukkan dalam pelaksanaan dan penyelesaian tugas keguruan secara profesional sesuai perencanaan dan prosedur yang berlaku dan mencapai target dalam tujuan pembelajaran. Perencanaan dan prosedur tersebut meliputi: (1) mengkaji tujuan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam pembuatan silabus dan RPP yang harus disetujui dan disyahkan oleh kepala sekolah sebelum diterapkan di kelas bersama siswa. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar, (2) mengkaji dan menerapkan prinsip-prinsip belajar mengajar dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan tertulis dalam silabus dan RPP, (3) butir-butir soal dalam evaluasi normatif dan sumatif siswa sesuai dengan kisi-kisi evaluasi dan telah dibuat validasi atas butir-butir soal tersebut, (4) semua siswa mencapai ketuntasan minimal yang dterapkan di sekolah. Rencana program yang telah disusun baik kurikulum, silabus, dan rencana program pengajaran yang di buat oleh setiap guru tersebut harus di sahkan oleh kepala sekolah setiap minggu guru harus menyerahkan rencana program pengajaran untuk di tandatangani kepala sekolah dan dievaluasi bersamaan dengan rapat rutin yang diselenggarakan 2-3 bulan sekali atau rapat sekolah secara insendental yang sangat perlu untuk segera diselesaikan. Indikator yang selanjutnya yakni membuka atau memulai proses pembelajaran. Dalam tahapan ini para guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya memahami betul akan tuntutan berusaha untuk selalu berpenampilan menarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan guna menunjang rasa percaya diri guru itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar. Selain itu, dalam membuka proses pembelajaran, seorang guru juga diwajibkan untuk selalu memotivasi para siswa saat akan memulai membuka proses pembelajaran agar siswa menjadi bersemangat saat akan mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Guru memiliki status dan tugas yang paling sulit, karena pekerjaannya adalah membuat peserta didik memahami. Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar serta kemampuannya secara optimal. Menurut Suparlan (2006:29), guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif yang tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Dengan kemampuan yang dimiliki ini nantinya akan menunjang pencapaian kinerja seorang guru. Selain itu, yang dilakukan oleh para guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya antara lain melakukan apersepsi aneka sumber, menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan yang ingin dicapai, menunjukkan perhatian terhadap kebersihan ruang kelas saat KBM berlangsung, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lainya, memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa dan siswa antar guru, lingkungan dan sumber belajar lainya, melibatkan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran, memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan, membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, memberikan kesempatan siswa untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertidak tanpa rasa takut, guru memfasilitasi siswa berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Selain itu, bantuan layanan profesional dilakukan denga memberikan arahan kepada guru dalam penentuan aspek hasil belajar siswa yang dievaluasi agar sesuai dengan tujuan, pembinaan pengembangan instrumen evaluasi yang sesuai dengan indikator, pembinaan dalam penentuan prosedur evaluasi belajar, bimbingan kepada para guru dalam mengadministrasikan setiap evaluasi hasil belajar siswa, pembinaan dalam melakukan analisis evaluasi hasil belajar siswa dan pembinaan dalam pemanfaatan hasil evaluasi guna mencari metode belajar yang lebih efektif. Dengan adanya pembinaan dari kepala sekolah terkait evaluasi pembelajaran diharapkan nantinya para guru mampu melakukan analisis atas hasil belajar siswa, kemudian memanfaatkan hasil evaluasi guna mencari atau mendapatkan metode belajar yang efektif. Dengan melakukan evaluasi, para guru dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan (Permendiknas, 2008). Hal ini senada dengan pendapat Ngalim Purwanto (2008:81) yang menjelaskan bahwa bantuan layanan profesional dilakukan adalah untuk melatih dan memberi pembinaan kepada guru-guru terutama pada para guru yang baru mulai mengajar. Jadi, bantuan layanan profesional bantuan yang diberikan kepada guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan besaran frekuensi yang diperoleh menunjukkan bahwa menurut asumsi guru, bantuan layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas kepada guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya terkait perencanaan pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru, pembinaannya telah dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan bantuan layanan profesional yang dilakukan kepala sekolah terkait prinsip-prinsip bantuan layanan yang digunakan menunjukkan pencapaian rata-rata sebesar 73,71 atau masuk dalam kategori “baik”. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya bantuan layanan profesional kepada guru terkait prinsip-prinsip yang dlakukan, para guru merasakan bantuan layanan profesional tersebut sesuai dengan hal-hal yang sangat dibutuhkan guru, hubngan guru dengan para pembina sangat komunikatif, para pembina menurut guru-guru dalam memberikan bantuan layanan profesional menunjukkan sikap keteladanan, bantuan layanan profesional dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkelanjutan, termasuk menggunakan berbagai media dalam memberikan bantuan layanan profesional. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2004:119), pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dapat berupa membina hubungan kerjasama antara sekolah, komite sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa. Kepala sekolah selalu berusaha melibatkan seluruh tenaga guru untuk mencapai tujuan dengan cara menggerakkan, mengarahkan dan mempengaruhi guru bahkan seluruh anggota sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seorang guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang wajib dimiliki seorang guru sesuai standar akademik dan kompetensi guru dengan Permendiknas nomor 16 tahun 2007. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Kompetensi sosial meliputi : (1) bersikap inklusif, objektif, serta tidak diskriminatif terhadap jenis kelamin, ras, agama, kondisi fisik, latar belakang keluarga, serta status sosial ekonomi; (2) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun kepada sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat; (3) beradaptasi diseluruh wilayah Republik Indonesia; (4) berkomunikasi dengan sesama profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru sehingg kreativitas seorang guru sangat didukung oleh kompetensi yang dimiliki. Dengan adanya bantuan layanan profesional dari kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kreativitas guru secara lebih optimal sehingga kualitas pembelajaran dapat lebih meningkat pula. Penampilan guru saat berada didepan kelaspun tak luput dari pemberian arahan dari kepala sekolah. Pembinaan yang dilakukan diantaranya dapat berupa arahan dari kepala sekolah kepada guru untuk berpenampilan menarik dalam mengajar, membimbing dan memotivasi para guru agar selalu percaya diri dengan kemampuan profesionalisme yang dimiliki, arahan untuk selalu menciptakan iklim yang kondusif dalam proses belajar mengajar, serta pemberian arahan terkait penggunaan waktu agar sesuai dengan rencana di RPP. Dengan adanya bantuan layanan profesional dari kepala sekolah diharapkan para guru selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan kepada para siswa (Permendiknas, 2008). Guru dituntut memiliki kompetensi profesional guna mengembangkan potensi dirinya. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional meliputi: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran; (3) mengembangkan materi pembelajaran; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri (Permendiknas RI no.16 tahun 2007). Dalam aspek bantuan layanan profesional yang dilakukan kepala sekolah kaitannya dengan teknik-teknik yang digunakan kepala sekolah atau pengawas di PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, pelaksanaannya telah dilakukan dengan tepat. Hal ini sesuai dengan pencapaian yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam kategori “baik” dengan rata-rata nilai sebesar 69,79. Pemberian bantuan layanan profesional oleh kepala sekolah dalam hal ini dilakukan melalui berbagai teknik pembinaan, meliputi: (1) kegiatan kunjungan kelas untuk melihat bagaimana para guru melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar; (2) pertemuan pribadi untuk berkomunikasi secara terbuka membicarakan tentang kekurangan dan kelemahan guru dalam proses belajar mengajar; (3) rapat dewan guru dalam upaya membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru; (4) kunjungan kelas maupun kunjungan antar sekolah untuk melihat kegiatan proses belajar mengajar terutama melihat kelebihankelebihannya dalam rangka meningkatkan kometensi guru; (5) keterlibatan melalui pertemuan dalam kelompok kerja untuk memperkaya kompetensi guru; dan (6) pembinaan melalui penerbitan bulletin profesional dalam rangka memperkaya wawasan para guru. Berkaitan dengan hasil temuan tersebut, mengindikasikan bahwasannya secara keseluruhan dapat disimpulkan bantuan bantuan layanan profesional terhadap guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya termasuk dalam kategori “baik” dimana rata-rata sebesar 73,47. Kreativitas Guru Hasil analisis yang telah dikemukakan di atas menunjukkan gambaran kreativitas guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, dengan ratarata nilai tiap-tiap indikator yang meliputi: 1) inisiatif yang memacu kreativitas yang dimiliki para guru tergolong dalam klasifikasi “tinggi” dengan pencapaian rata-rata nilai sebesar 76,31; 2) sikap berkomitmen terhadap terhadap pekerjaan yang dimiliki guru tergolong dalam klasifikasi “tinggi”dengan pencapaian rata-rata nilai sebesar 74,07; dan 3) kompetensi yang dimiliki guru dalam pembelajaran tergolong dalam klasifikasi “tinggi” dengan pencapaian rata-rata nilai sebesar 68,48. Secara keseluruhan kreativitas guru termasuk dalam klasifikasi “tinggi” dengan nilai rata-rata nilai sebesar 72,95. Berdasarkan penjelasan diatas, kreativitas guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya masuk dalam kategori tinggi. Dalam aspek inisiatif pembelajaran yang dalam hal ini mencakup: hasrat keingintahuan, bersikap terbuka terhadap siswa, mengatasi permasalahan yang dihadapi, keingintahuan menemukan sesuatu yang bersifat inovatif, keinginan untuk melakukan penelitian, menyukai tantangan yang berat, berusaha memperoleh pengetahuan yang luas, dedikasi yang dimiliki, reson terhadap tugas, keaktifan dalam melaksanakan tugas, dan kemampuan berfikir yang fleksibel, menunjukkan klasifikasi yang tergolong “tinggi” dengan pencapaian rata-rata nilai yang mencapai 76,31. Hal ini di perkuat oleh hasil dokumentasi yang berupa kajian wawancara tidak terstruktur dengan beberapa guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, menunjukkan bahwa menurut asumsi guru, dalam hal ini setiap guru diharuskan memiliki inisiatif yang positif dalam pengajaran demi terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang baik. Apabila terdapat berbagai kekurangan terkait inisiatif yang dimiliki para guru tersebut, kepala sekolah memberikan bantuan layanan profesional kepada guru yang bersangkutan. Selain itu dukungan dari kepala sekolah di wujudkan dalam bentuk reward kepada guru yang berprestasi, dan kepala sekolah senantiasa memberikan himbauan kepada guru untuk mengikuti lomba karya akademik, berpartisipasi dalam kegiatan KKG/ MGMP yang bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan guru. Sehingga dengan adanya keikutsertaan guru dalam peningkatan kemampuan guru tersebut (lomba karya akedemik, KKG/MGMP) diharapkan dapat terjadi peningkatan kinerja guru dalam hal kegitan belajar mengajar. Kepala sekolah juga memfasilitasi para guru dengan menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan peningkatan kinerja guru dalam proses belajar mengajar. Diharapkan dengan membaca buku terbaru yang sesuai perkembangan para guru dapat mengikuti perkembangan ilmu yang akan diajarkan kepada siswa, berusaha menggunakan media pembelajaran di dalam mengajar, baik media yang sudah disediakan oleh sekolah atau memuat media yang sederhana sekali yang membutuhkan biaya sedikit dalam pembuatanya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperjelas dan terlihat lebih menarik dalam penyajian materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Mulyasa (2009: 32) menyatakan bahwa pemberdayaan guru dilakukan dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada guru dan melibatkan guru dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab. Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan guru melalui pemberian kesempatan kepada guru untuk mengembangkan profesinya, mendorong keterlibatan seluruh guru dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah, mengikutsertakan guru dalam pelatihan, seminar, penulisan karya ilmiah ataupun memberikan kesempatan kepada mereka untuk secara maksimal meningkatkan pelayanan kepada peserta didik. Pemberdayaan dimaksudkan agar guru dapat bertanggung jawab secara penuh dengan tugas yang diemban dan memiliki kepercayaan diri. Oleh sebab itu, para guru perlu dibekali ketrampilan serta kemampuan akademik melalui pendidikan dan pelatihan guna menunjang peningkatan kinerja yang dilakukan melalui proses pembelajaran. Indikator selanjutnya yakni sikap inovatif yang dimilki guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Hal yang dilakukan mengenai sikap yang dimilki para guru terkait dengan sikap yang positif dalam hal: menanggapi berbagai pertanyaan ketika berlangsungnya proses pembelajaran, kemampuan menganalisis peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam pembelajaran, semangat menyampaikan pelajaran yang tepat dan menarik, menghargai keragaman kreativitas yang dimiliki peserta didiknya, terbuka terhadap gagasan-gagasan yang konstruktif. Selain itu, para guru menunjukkan sikap positif dalam menghargai adanya perbedaan individual para peserta didik, sikap keinginan menerima dan membantu peserta didik, memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam mengambil bagian, serta para guru tidak memposisikan dirinya sebagai tokoh tetapi sebagai pembimbing di hadapan para pesera didiknya. Hal ini sesuai dengan pencapaian yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan termasuk dalam kategori “tinggi” dengan rata-rata nilai sebesar 74,07. Indikator selanjutnya yakni kompetensi profesional dalam proses belajar mengajar guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Kompetensi ini mulai dari: (1) keterampilan merencanakan program pembelajaran; (2) penguasaan materi pelajaran; (3) melaksanakan prosedur pembelajaran; (4) melaksanakan penilaian hasil belajar; melaksanakan pencatatan hasil belajar; (5) mendiagnosis kesulian belajar siswa; dan (6) melaksanakan administrasi. Terkait komepetensi pembelajaran guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya termasuk dalam kategori “baik” dengan ratarata nilai sebesar 68,48. Pengaruh Bantuan Layanan Profesional Terhadap Kreativitas Guru Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, temuan penelitian menunjukkan bahwa ternyata faktor pengaruh bantuan layanan profesional memberikan sumbangan efektif sebesar 0,92 sehingga dapat diartikan bahwa 92 % kinerja guru di tentukan oleh pengaruh bantuan layanan profesional. Sisanya sebesar 8 % merupakan pengaruh dari variabel yang tidak diteliti. Kepala sekolah merupakan orang terpenting disuatu sekolah, sebab merupakan kunci bagi pengembang dan peningkatan suatu sekolah. Indikator dari dari keberhasilan sekolah jika sekolah itu berfungsi dengan baik, terutama jika prestasi belajar murid dapat mencapai maksimal. Menurut Carter dalam Sahertian (2000:17), supervisi adalah bantuan layanan profesional melalui usaha-usaha dari petugas sekolah dalam memimpin para guru dan pegawai lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan para guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode serta evaluasi pengajaran. Proses pendidikan akan berjalan efektif dan efisien apabila guru memiliki kompetensi yang memadai. Namun apabila kita pahami kembali tentang isi yang terkandung dalam setiap jenis kompetensi, seperti yang telah banyak disampaikan oleh para ahli pendidikan untuk menjadi seorang guru yang berkompeten bukan sesuatu yang mudah. Selain dipengaruhi oleh kompetensi, kinerja guru juga dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Peranan dari kepala sekolah yang berperan memberikan bantuan layanan profesional dalam meningkatkan kompetensi guru yang pada nantinya akan meningkatkan kreativitas guru sangat diperlukan. Mengikutsertakan guru secara rutin dalam program diklat, memberdayakan guru, memberi semangat dan arahan merupakan tanggung jawab kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi guru. Begitupun dengan penyediaan fasilitas yang mendukung peningkatan kinerja guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan usaha yang sungguh-sungguh baik yang berasal dari guru itu sendiri, kepala sekolah, pengawas maupun dari pemerintah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara bantuan layanan profesional dengan kreativitas guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,92. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diupayakan dengan cermat dan teliti, namun bagaimanapun juga memiliki kelemahan dan keterbatasan yakni untuk memperoleh gambaran yang luas dan mendalam tentang pengaruh bantuan layanan profesional terhadap kreativitas guru serta kenyataankenyataan yang relevan dengan obyek penelitian. Informasi yang didapat masih banyak yang menggunakan angket tertutup sehingga informasi yang diperoleh masih terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu dilengkapi dengan metode wawancara, pengamatan secara langsung secara mendalam, triangulasi data serta kroscek dokumen untuk lebih mengungkap data yang lebih spesifik. Penelitian yang dilakukan selama tiga bulan belum mampu mengungkap secara lebih mendalam gambaran dari pengaruh supervisi terhadap kinerja guru. Keterbatasan waktu tersebut juga terkait pada keterbatasan perhatian peneliti terhadap faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru. Penelitian ini hanya mengungkap pengaruh bantuan layanan profesional terhadap kreativitas guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya yang orientasinya pada kreativitas guru. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaannya, peneliti memiliki keterbatasan untuk dapat memperoleh pemecahan dari faktor-faktor penghambat tersebut. Disamping itu, peneliti juga memiliki keterbatasan untuk mengungkap faktor-faktor pendukung pelaksanaannya. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Pelaksanaan bantuan layanan profesional kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya yang mencakup sasaran pembinaan, prinsip-prinsip pembinaan dan teknik pembinaan yang digunakan, termasuk dalam kategori “baik” dengan rata-rata nilai sebesar 73,47. b. Kreativitas guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya yang mencakup inisiatif dalam pembelajaran, sikap dalam pembelajarn dan kompetensi pembelajaran, termasuk dalam kategori “tinggi” dengan rerata nilai sebesar 72,95. c. Terdapat hubungan positif yang dignifikan dengan koefisien korelasi (r) = 0,92, antara bantuan layanan profesional dengan kreativitas guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya . Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: a. Penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan layanan profesional sangat penting dalam meningkatkan kreativitas guru di sekolah. Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pembina harus meningkatkan efektifitas DAFTAR KEPUSTAKAAN Alfonso, R.J., Firth, G.R., dan Nevile, R.F. 1981. Instructional Supervision, A Behavior System. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Ametembun. 2006. Supervisi Pendidikan (Disusun Berdasarkan Berprograma). IKIP Bandung. Anik Kusrini. 2010. Pengaruh Kreatifitas Guru Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs. Sudirman Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang” (Skripsi). 2010) Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. ----------------------- . 1993. Manajemen Penelitian. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. pelaksanaan pembinaan supaya kreativitas guru lebih meningkat. b. Untuk mewujudkan dan meningkatkan kreativitas guru diperlukan usaha yang sungguh-sungguh baik yang berasal dari guru itu sendiri maupun dari kepala sekolah sebagai pembina, misalnya peningkatan peran kepala sekolah, pemberian kompensasi, peningkatan disiplin guru dan pengembangan sumber daya guru. Peran dari pemerintah juga sangat diperlukan dalam hal ini guna peningkatan kinerja guru. c. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menggali lebih dalam mengenai gambaran yang luas dan mendalam tentang pengaruh bantuan layanan profesional terhadap peningkatan kreativitas guru. ----------------------- .1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pres. ----------------------.2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rajawali Pres. Burhanuddin. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep Pendekatan dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Firdaus Anwar. 2016. Kualitas Guru Masih Kurang, Masalah Utama PAUD di Indonesia. Jakarta: Detik Health Glickman, C.D. 1995. Supervision of Instruction. Boston: Allyn and Bacon Inc. Karnadi. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Cipta Jaya Kunandar.2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mugianto.2013. Pengaruh Pembinaan Kepala Sekolah Dan Pelatihan Guru Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Di SMAN Pakel, Kabupaten Tulungagung Tahun 2013(Skripsi). STKIP PGRI Tulungagung. Moh.Uzer Usman. (2000). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Neng Yulianti. 2013. Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ips Siswa Kelas VIII Di SMPN 2 Tapung Hilir Kabupaten Kampar (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. STAIN Salatiga. Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Republika. 2016. “Standar Guru PAUD Terus Ditingkatkan” . Selasa 12 April 2016. Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.