PENGARUH BANTUAN LAYANAN PROFESIONAL

advertisement
PENGARUH BANTUAN LAYANAN PROFESIONAL TERHADAP
KREATIVITAS GURU PAUD DI KECAMATAN TAMANSARI
KOTA TASIKMALAYA
H. Mumu
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
email: [email protected]
H. Adjid Madjid
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
email: [email protected]
Abstract
Help professional services by principals who are responsible for promoting and improving
the quality of education, teachers are expected to acquire a complete knowledge as a basis in their
duties. Likewise, its knowledge can improve and develop their creativity in learning. creative
teacher is a teacher who is able to actualize and express optimally all the capabilities they have in
order to nurture and educate their students well, including having the attitude of sensitivity,
initiative, new ways of teaching, leadership and responsibility are high on the job and duties as an
educator.
This study aims to determine: (1) the implementation of professional service support to teachers in
the early childhood education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City; (2)
creativity of teachers in the early childhood education programs in the Castle District of
Tasikmalaya City; and (3) the impact of professional services to support the creativity teachers in
the early childhood education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City.
This study is "ex post facto". The subjects of this study were teachers in the early childhood
education programs in the Tamansari District of Tasikmalaya City numbering 35 people. The
technique of collecting data using questionnaires. Analyzed using quantitative deskiptif.
Furthermore, the presentation of data using techniques tabulation or the percentage of the total
respondents.
The results showed: (1) Implementation of professional service support to teachers in the
early childhood education programs goals include professional services support, the principles
used in providing professional support services, and techniques used in carrying out the assistance
of professional services, intensity included in the category of "good"; (2) The creativity of teachers
that includes learning initiative, creative attitude of teachers and learning competencies,
intensitasnyatermasuk in the category "high"; and (3) the implementation of professional services
help provide effective contribution for 92% of teachers' creativity.
Keywords: help professional services, the creativity of teachers.
1. PENDAHULUAN
Dalam pertemuan Forum Pendidikan
Dunia pada tahun 2002 di Dakar Senegal,
telah mendeklarasikan konsep tentang
“pendidikan untuk semua (education for
all)”. Pada pertemuan ini, dihasilkan
sejumlah komitmen sebagai kerangka aksi
pendidikan untuk semua (The Dakar
Framework for Action) yang disahkan dan
diterima Forum Pendidikan Dunia (The
World Education Forum). Salah satu agenda
yang telah dideklarasikan dan menjadi
perhatian masyarakat seluruh dunia adalah
PAUD.
Usia dini merupakan periode emas
dalam tumbuh kembang anak yang tidak
hanya menanamkan kecerdasan intelektual,
tetapi juga emosional dan spiritual anak.
Anak yang dididik dengan benar pada usia
emasnya akan menstimulasi masa depan yang
baik (Republika: 2016). PAUD sangat
penting sekali, karena dilaksanakan sebagai
dasar bagi pembentukan kepribadian manusia
secara utuh, yaitu pembentukan karakter,
budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang dapat dilakukan mulai dari rumah atau
dalam keluarga, dimana perkembangan anak
pada tahun-tahun pertama penting dan akan
menentukan kualitas serta memiliki peran
penting dalam pembentukan sumber daya
manusia ke depan.
Guru PAUD merupakan salah satu
komponen masukan instrumental yang
berperan sentral dalam proses pembentukan
lulusan pendidikan yang bermutu. Sekaitan
dengan posisi strategis keberadaan guru
dalam sistem pendidikan, sebagaimana
ketenagaan
lainnya,
maka
guru
memposisikan dirinya sebagai tenaga
profesional. Sebagai seorang profesional
dalam bidang PAUD, menurut Janice Beaty
(1996), seorang guru harus: (a) memiliki
komitmen terhadap profesi; (b) berperilaku
etis; (c) memiliki pengetahuan di bidang
PAUD; (d) telah menyelesaikan beberapa
jenis pelatihan; dan (e) telah menyelesaikan
berbagai kegiatan pelayanan.
Peran terberat pemerintah dan
lembaga-lembaga PAUD saat ini adalah
melatih guru-guru PAUD dan memastikan
guru yang menyentuh anak-anak memiliki
kemampuan minimal, sehingga dimanapun
dia melakukan, apapun bentuk satuan
pendidikannya,
guru
tersebut
harus
menguasai prinsip-prinsip dasarnya. Peran
guru dapat menentukan kualitas anak di
periode emasnya, karena jika terjadi
kesalahan mendidik, yang hancur adalah satu
bangsa (Kompas: 2016:5).
Kualitas pembelajaran di sekolah
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
kurikulum, manajemen sekolah, lingkungan
belajar, interasi siswa dan guru sebagai
pemegang kunci proses pembelajaran.
Karena itu guru dituntut untuk selalu kreatif
dalam implementasi pembelajaran. Salah satu
kreativitas guru dapat dilihat bagaimana guru
mengembangkan media pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai alat dan sumber
belajar di lingkungannya. Guru tidak hanya
dituntut
dapat
memanfaatkan
media
pembelajaran, tetapi juga harus dapat
mengembangkan media pembelajaran dari
tingkat sederhana sampai dengan canggih.
Terkait dengan banyaknya jumlah
guru PAUD saat ini, dengan latar belakang
dan tingkat pendidikan yang berbeda,
termasuk pengalaman dan kemampuan juga
berbeda pula. Kondisi-kondisi ini sangat
dirasakan juga oleh para pengelola PAUD di
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan pemantauan di lapangan,
ternyata masih terdapat permasalahan yang
berkaitan dengan guru PAUD, misalnya: (1)
latar belakang pendidikan guru; (2) pelatihanpelatihan guru dan organisasi keguruan; (3)
pengalaman mengajar guru; dan (4) faktor
kesejahteraan guru atau sistem insentif yang
belum layak. Semua hal tersebut sangat
berkaitan dengan upaya membangun
kreativitas guru yang lebih inovatif dalam
pembelajarnnya.
Dalam kondisi seperti ini para guru
PAUD seharusnya mendapat bantuan layanan
profesional dari para pembina, baik dari para
pengawas maupun pengelola lembaga
PAUD. Pengembangan melalui layanan
bantuan profesional dapat menjembatani
kesenjangan tersebut agar para guru PAUD
dapat memberikan layanan maksimal kepada
peserta didiknya. Banyak guru PAUD yang
kurang memahami tentang pengembangan
kurikulum PAUD, administrasi guru PAUD,
serta metode pembelajaran PAUD. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya pembinaan bagi
para guru untuk menunjang kompetensinya.
Peranan guru harus didasari atas
komitmen mendidik dengan tujuan mulia
yaitu melahirkan generasi-generasi masa
depan yang unggul dan cerah. Memiliki guru
yang
profesional
merupakan
kunci
keberhasilan bagi kegiatan belajar mengajar
disekolah. John Goodlad (Suyanto, 2013:4),
telah melakukan penelitian yang hasilnya
menunjukan bahwa peran guru amat
signifikan bagi setiap keberhasilan proses
pembelajaran karena ketika guru telah
memasuki ruang kelas dan menutup pintu
kelas maka kualitas pembelajaran akan lebih
banyak ditentukan oleh guru.
Salah satu strategi peningkatan mutu
guru PAUD adalah melalui upaya
pengembangan dan peningkatan mutu guru
seperti dipersyaratkan dalam UndangUndang Nomor 14 tahun 2005 tentang Dosen
dan Guru, dan menjadikan peran supervisor
sebagai pintu masuk pertama (starting gate)
yang strategis. Hal ini didasari oleh dua
pemikiran,
pertama:
(1)
supervisor
merupakan
individu
yang
dengan
kualifikasinya
memiliki
kewenangan
melakasanakan layanan profesional kepada
para guru yang memungkinkan dapat
berinteraksi dan berdiskusi secara cepat
dalam mencari solusi terhadap permasalahan
keseharian yang dihadapi disekolahnya; dan
(2) Supervisor dapat meningkatkan peran dan
fungsinya sebagai pembina yang memberikan
layanan profesional bagi para guru.
Dalam bantuan layanan profesional
yang diberikan para pembina, baik para
pengawas maupun kepala sekolah yang
bertanggung jawab dalam memajukan dan
meningkatkan
kualitas
pendidikan,
diharapkan guru PAUD memperoleh
pengetahuan yang lengkap sebagai landasan
dalam melaksanakan tugasnya. Demikian
juga pengetahuan yang dimilikinya dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan
kreativitasnya dalam pembelajaran. Guru
dapat melakukannya kegiatan pembelajaran
secara utuh untuk pengembangan aspek
kognitif
yang
dipadukan
dengan
pengembangan aspek yang lainnya seperti
aspek moral agama, sosial emosional, fisik
motorik, dan bahasa. Selain itu, guru yang
kreatif
adalah
guru
yang
mampu
mengaktualisasikan dan mengekspresikan
secara optimal segala kemampuan yang
dimilikinya dalam rangka membina dan
mendidik anak didik dengan baik. Seorang
guru yang kreatif akan memiliki sikap
kepekaan, inisiatif, cara baru dalam
mengajar, kepemimpinan serta tanggung
jawab yang tinggi dalam pekerjaan dan
tugasnya sebagai seorang pendidik.
Melihat permasalahan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang:
Pengaruh bantuan layanan profesional
terhadap kreativitas guru pada Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan
Tamansari, Kota Tasikmalaya”.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode korelasional. Metode deskriptif
disebut juga metode analisis, karena data
yang sudah dikumpulkan kemudian disusun
dan dijelaskan untuk kemudian dianalisis.
Sedangkan metode korelasional, berkaitan
dengan dua variabel yang dikorelasikan,
yaitu variabel layanan profesional dan
kreativitas guru. Penelitian korelasional
sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi,
E.T. (2005:35), adalah penelitian yang benarbenar untuk melihat hubungan sebab-akibat.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
para guru yang tergabung dalam 10
Kelompok Belajar Pendidikan Anak Usia
Dini (KOBER PAUD) di wilayah Kecamatan
Tamansari,
Kota
Tasikmalaya,
yang
jumlahnya sekitar 78 orang guru. Sedangkan
untuk menentukan sampelnya, penulis
menggunakan teknik quota sampling dengan
cara langsung mencatat jumlah guru yang
dijadikan
sebagai
sampel
dengan
pertimbangan mereka yang dipilih adalah
guru-guru yang secara formal telah
memenuhi kualifikasi akademik minimal
ijazah S-1, dan ternyata jumlahnya sebanyak
35 orang. Dari jumlah sampel ini diharapkan
penelitian dapat membuat generalisasi
dengan kekeliruan yang relatif kecil.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengungkap data tentang
pengaruh bantuan layanan profesional dan
kreativitas guru, maka peneliti menggunakan
instrumen penelitian berupa angket atau
kuesioner dan dokumentasi.
Angket adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain bersedia
memberikan respons (responden) sesuai
dengan permintaan pengguna (Riduwan,
2010:71). Tujuan dari angket ini adalah
memperoleh data mengenai pengaruh
variabel X yaitu bantuan layanan profesional
dan variabel Y yaitu kreativitas guru. Angket
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
tertutup yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden hanya
memilih satu jawaban yang sesuai dengan
karakteristik
dirinya
dengan
cara
memberikan tanda checklist (√). Checklist
atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati,
sehingga checklist dapat menjamin bahwa
peneliti mencatat tiap-tiap kejadian sekecil
apapun yang dianggap penting dengan
menggunakan lima alternatif jawaban,
dimana nantinya responden dapat langsung
memilih salah satu jawaban yang menurutnya
sesuai dengan kondisi atau keadaan yang
dihadapi responden, yakni pendapat guru
sendiri.
Sedangkan pengumpulan data dengan
dokumentasi yaitu upaya untuk mendapatkan
data sekunder, seperti data jumlah sekolah,
jumlah guru dan sebagainya, termasuk
dokumen atau arsip lain yang diperlukan.
Teknik Analisis Data
Untuk melaporkan hasil penelitian
maka data yang telah diperoleh terlebih
dahulu harus dilakukan analisis, agar data
yang diperoleh dapat digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang ada.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa analisis deskriptif kuantitatif.
a. Analisis Deskriptif Persentase
Metode analisis ini digunakan untuk
mendeskripsikan setiap indikator pada
masing-masing variabel, yaitu variabel
bantun layanan profesional dan kreativitas
guru. Dalam analisis ini semua skor dari
masing-masing variabel maupun dari setiap
sub
variabelnya
dijumlahkan
dan
dibandingkan dengan skor idealnya sehingga
akan diperoleh presentase skor. Dari
deskriptif presentase inilah selanjutnya
dibandingkan dengan kriteria yang digunakan
dan diketahui tingkatannya. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
n
% =
X 100 %
N
Keterangan:
% = Persentase
n = Nilai yang diperoleh
N
= Jumlah total responden (Ali,
1994:104).
Masing-masing variabel dimana
pengumpulannya dengan menggunakan
angket dapat diketahui apabila setiap
indikator dari data yang dikumpulkan terlebih
dahulu diklasifikasikan dan diberi skor yaitu:
a. jawaban Selalu (SL), skor 5
b. jawaban Sering (SR), skor 4
c. jawaban Kadang - kadang (KD), skor 3
d. jawaban Jarang (JR), skor 2
e. jawaban Tidak Pernah (TP), skor 1.
Karena skor tertinggi masing-masing
item adalah 5 dan skor terendahnya 1, maka
menurut
Sudjana
(2005:47),
untuk
menentukan kategori Deskriptif Persentase
(DP) yang diperoleh, dibuat tabel kategori
yang disusun dengan perhitungan sebagai
berikut:
5
a. Persentase maksimal: 5 X 100 = 100%
1
b. Persentase minimal: 5 X 100 = 20 %
c. Rentang Persentase: 100 % - 20 % = 80 %
d. Interval Kelas Persentase
:
e. Menetapkan jenjang kriteria
80 %
5
= 16
Dengan interval kelas presentase
16% dan presentase minimal 20%, maka
tabel kriteria masing-masing variabel sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Kriteria Persentase Variabel Bantuan
Layanan Profesional
No. Interval Persentase
Kriteria
1.
84% < % ≤ 100%
Sangat Baik
2.
68% < % ≤ 84%
Baik
3.
52% < % ≤ 68%
Cukup Baik
4.
36% < % ≤ 52%
Kurang Baik
5.
20% ≤ % ≤ 36%
Tidak Baik
Tabel 1.2
Kriteria Persentase Variabel Kreaivitas
Guru
No. Interval Persentase
Kriteria
1.
84% < % ≤ 100%
Sangat Tinggi
2.
68% < % ≤ 84%
Tinggi
3.
52% < % ≤ 68%
Sedang
4.
36% < % ≤ 52%
Rendah
5.
20% ≤ % ≤ 36%
Sangat Rendah
Dengan statistik deskriptif ini
disajikan ajian data dengan menggunakan
tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi
frekuensi disusun bila jumlah data yang
disajikan cukup banyak sehingga jika
disajikan dalam tabel biasa menjadi tidak
efisien dan kurang komunikatif (Sugiyono,
2007:32). Tabel distribusi yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan tabel
distribusi frekuensi relatif, dimana penyajian
datanya lebih mudah dipahami bila
dinyatakan dalam persen (%), (Sugiyono,
2007:39).
Analisis kuantitatif
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan
Profesional
Bantuan
Layanan
Setelah data di olah sehingga hasil
angket dinyatakan sah, maka selanjutnya
melakukan analisa data dengan deskriptif
kuantitatif, yaitu menggunakan analisis
regresi sederhana.
a. Analisis Regresi Sederhana
Analisis hipotesis dilakukan untuk
mengetahui pengaruh supervisi kepala
sekolah terhadap kinerja guru di Sekolah
Dasar
Negeri
se-Kecamatan
Sewon
Yogyakarta, dengan menggunakan analisis
regresi linear sederhana dengan formula
sebagai berikut:
Ŷ=a+bX
Keterangan :
Ŷ = Prediksi Pengaruh Bantuan Layanan
Profesional
a = Konstanta
b = Koefesien regresi.
X = Kreativitas Guru PAUD se-Kecamatan
Tamansari (Sugiyono, 1994; 52)
2
Selanjutnya ditentukan koefesien (r )
dan koefesien korelasi (r) koefesien
determinasi digunakan untuk menunjukan
persentase
pengaruh
semua
variabel
independen terhadap nilai variabel dependen,
sedangkan koefesien korelasi menunjukan
hubungan yang terjadi dari semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan asumsi-asumsi dan
paparan diatas, maka penyusun merumuskan
hipotesis untuk penelitian ini sebagai berikut:
Ho: Koefisien regresi variabel bebas (bantuan
layanan profesional) tidak ada pengaruh
signifikan
terhadap
variabel
terikat
(kreativitas guru).
Ha: Koefesien regresi variabel bebas
(bantuan layanan profesional) ada pengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat
(kreativitas guru).
Hasil analisis deskriptif yang telah
dipaparkan di atas menunjukkan gambaran
keadaan pelaksanaan bantuan layanan
profesional guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya intensitasnya
tinggi. Hal tersebut terlihat dari hasil
perhitungan pencapaian dari indikator pada
variabel pelaksanaan bantuan layanan
profesional yakni objek yang menjadi sasaran
pembinaan, prinsip dan teknik pembinaan
yang dilaksanakan tergolong dalam kategori
“tinggi” dengan pencapaian rata-rata sebesar
73,47.
Bantuan
layanan
profesional
kaitannya dengan objek sasaran pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah atau
pengawas, menunjukkan kategori yang baik
yaitu 76,92. Pembinaan yng diberikan
pembinaan kepada para guru meliputi
penyusunan silabus sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, memberikan pembinaan dalam
merumuskan
tujuan
pembelajaran,
membimbing para guru dalam pemilihan
materi sesuai dengan kompetensi dasar,
memberikan pengarahan kepada guru terkait
metode dalam penyajian materi yang menarik
dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
pembinaan dalam mengembangkan perangkat
atau media pembelajaran, memberikan
bimbingan dalam mengembangkan instrumen
penilaian hasil belajar mauun proses belajar
mengajar, membantu memberikan bimbingan
dalam mengatasi kesulitan belajar, termasuk
memotivasi sikap guru yang posiif dalam
menjalankan profesinya.
Pembuatan rencana pembelajaran
yang dilakukan oleh guru tersebut
disesuaikan dengan kemampuan anak. Materi
silabus yang akan disampaikan juga selalu
dikaitkan dengan materi yang telah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya,
dengan
pembuatan
rencana
program
pengajaran tersebut dibuat setiap akan
mengajar. Dengan demikian akan dicapai
arah dan tujuan pembelajaran yang
maksimal. Kepala sekolah dan guru
mengoreksi dan mengevaluasi silabus yang
telah dibuat secara bersama-sama. Evaluasi
silabus ini meliputi Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, materi pelajaran, kegiatan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian (Permendiknas, 2008).
Semua guru harus membuat dan mempunyai
silabus masing-masing pelajaran. Kepala
sekolah akan selalu melihat silabus yang di
buat oleh guru dan memberikan evaluasi
setiap mengadakan supervisi kepada guru
yang bersangkutan. Jjadi silabus ini sifatnya
wajib dan harus dibuat oleh semua guru
sebagai gambaran ketercapaian tujuan
pembelajaran, persiapan secara kesuluruhan
didalam materi, silabus ini boleh di fotocopy
dan juga menjadi dokumen sekolah.
Menurut
Moh.
Uzer
Usman
(2008:17-18), kualitas guru ditunjukkan
dalam pelaksanaan dan penyelesaian tugas
keguruan
secara
profesional
sesuai
perencanaan dan prosedur yang berlaku dan
mencapai target dalam tujuan pembelajaran.
Perencanaan dan prosedur tersebut meliputi:
(1) mengkaji tujuan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dalam pembuatan silabus dan RPP yang
harus disetujui dan disyahkan oleh kepala
sekolah sebelum diterapkan di kelas bersama
siswa. Silabus sebagai acuan pengembangan
RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema
pelajaran,
SK,
KD,
materi
pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar, (2)
mengkaji dan menerapkan prinsip-prinsip
belajar mengajar dalam proses pembelajaran
di kelas sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan tertulis dalam silabus dan
RPP, (3) butir-butir soal dalam evaluasi
normatif dan sumatif siswa sesuai dengan
kisi-kisi evaluasi dan telah dibuat validasi
atas butir-butir soal tersebut, (4) semua siswa
mencapai ketuntasan minimal yang dterapkan
di sekolah.
Rencana program yang telah disusun
baik kurikulum, silabus, dan rencana program
pengajaran yang di buat oleh setiap guru
tersebut harus di sahkan oleh kepala sekolah
setiap minggu guru harus menyerahkan
rencana program pengajaran untuk di
tandatangani kepala sekolah dan dievaluasi
bersamaan dengan rapat rutin yang
diselenggarakan 2-3 bulan sekali atau rapat
sekolah secara insendental yang sangat perlu
untuk segera diselesaikan.
Indikator yang selanjutnya yakni
membuka atau memulai proses pembelajaran.
Dalam tahapan ini para guru PAUD di
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
memahami betul akan tuntutan berusaha
untuk selalu berpenampilan menarik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dilakukan guna menunjang rasa
percaya diri guru itu sendiri dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pengajar. Selain itu, dalam membuka proses
pembelajaran, seorang guru juga diwajibkan
untuk selalu memotivasi para siswa saat akan
memulai membuka proses pembelajaran agar
siswa menjadi bersemangat saat akan
mengikuti kegiatan proses pembelajaran.
Guru memiliki status dan tugas yang paling
sulit, karena pekerjaannya adalah membuat
peserta didik memahami. Guru adalah
seseorang yang memiliki tugas sebagai
fasilitator agar siswa dapat belajar dan
mengembangkan
potensi
dasar
serta
kemampuannya secara optimal. Menurut
Suparlan (2006:29), guru memiliki satu
kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik,
membimbing, mengajar, dan melatih.
Keempat kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integratif yang tidak dapat
dipisahkan satu sama yang lain. Dengan
kemampuan yang dimiliki ini nantinya akan
menunjang pencapaian kinerja seorang guru.
Selain itu, yang dilakukan oleh para
guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya antara lain melakukan apersepsi
aneka sumber, menjelaskan kompetensi dasar
dan tujuan yang ingin dicapai, menunjukkan
perhatian terhadap kebersihan ruang kelas
saat KBM berlangsung, menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran dan sumber belajar lainya,
memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa
dan siswa antar guru, lingkungan dan sumber
belajar lainya, melibatkan siswa secara aktif
dalam berbagai kegiatan pembelajaran,
memfasilitasi siswa melakukan percobaan di
laboratorium,
studio
atau
lapangan,
membiasakan siswa membaca dan menulis
yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna, memfasilitasi siswa melalui
pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis, memberikan kesempatan siswa untuk
berfikir,
menganalisis,
menyelesaikan
masalah dan bertidak tanpa rasa takut, guru
memfasilitasi siswa berkompetensi secara
sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.
Selain
itu,
bantuan
layanan
profesional dilakukan denga memberikan
arahan kepada guru dalam penentuan aspek
hasil belajar siswa yang dievaluasi agar
sesuai
dengan
tujuan,
pembinaan
pengembangan instrumen evaluasi yang
sesuai dengan indikator, pembinaan dalam
penentuan prosedur evaluasi belajar,
bimbingan kepada para guru dalam
mengadministrasikan setiap evaluasi hasil
belajar siswa, pembinaan dalam melakukan
analisis evaluasi hasil belajar siswa dan
pembinaan dalam pemanfaatan hasil evaluasi
guna mencari metode belajar yang lebih
efektif.
Dengan adanya pembinaan dari
kepala sekolah terkait evaluasi pembelajaran
diharapkan nantinya para guru mampu
melakukan analisis atas hasil belajar siswa,
kemudian memanfaatkan hasil evaluasi guna
mencari atau mendapatkan metode belajar
yang efektif. Dengan melakukan evaluasi,
para guru dapat mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran
yang
telah
dilakukan
(Permendiknas, 2008).
Hal ini senada dengan pendapat
Ngalim
Purwanto
(2008:81)
yang
menjelaskan bahwa bantuan layanan
profesional dilakukan adalah untuk melatih
dan memberi pembinaan kepada guru-guru
terutama pada para guru yang baru mulai
mengajar. Jadi, bantuan layanan profesional
bantuan yang diberikan kepada guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dengan besaran frekuensi yang diperoleh
menunjukkan bahwa menurut asumsi guru,
bantuan layanan profesional yang dilakukan
oleh kepala sekolah atau pengawas kepada
guru PAUD di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya
terkait
perencanaan
pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru,
pembinaannya telah dilaksanakan dengan
baik.
Pelaksanaan
bantuan
layanan
profesional yang dilakukan kepala sekolah
terkait prinsip-prinsip bantuan layanan yang
digunakan menunjukkan pencapaian rata-rata
sebesar 73,71 atau masuk dalam kategori
“baik”. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya
bantuan layanan profesional kepada guru
terkait prinsip-prinsip yang dlakukan, para
guru merasakan bantuan layanan profesional
tersebut sesuai dengan hal-hal yang sangat
dibutuhkan guru, hubngan guru dengan para
pembina sangat komunikatif, para pembina
menurut guru-guru dalam memberikan
bantuan layanan profesional menunjukkan
sikap
keteladanan,
bantuan
layanan
profesional
dilaksanakan
secara
berkesinambungan
dan
berkelanjutan,
termasuk menggunakan berbagai media
dalam
memberikan
bantuan
layanan
profesional.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Purwanto (2004:119), pembinaan yang
dilakukan kepala sekolah dapat berupa
membina hubungan kerjasama antara
sekolah, komite sekolah dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan para siswa.
Kepala sekolah selalu berusaha melibatkan
seluruh tenaga guru untuk mencapai tujuan
dengan cara menggerakkan, mengarahkan
dan mempengaruhi guru bahkan seluruh
anggota sekolah untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Seorang guru dituntut
memiliki kompetensi sosial yang wajib
dimiliki seorang guru sesuai standar
akademik dan kompetensi guru dengan
Permendiknas nomor 16 tahun 2007.
Kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik. Kompetensi
sosial meliputi : (1) bersikap inklusif,
objektif, serta tidak diskriminatif terhadap
jenis kelamin, ras, agama, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, serta status sosial
ekonomi; (2) berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun kepada sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan
masyarakat; (3) beradaptasi diseluruh
wilayah
Republik
Indonesia;
(4)
berkomunikasi dengan sesama profesi sendiri
dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain. Kompetensi tersebut akan
terwujud
dalam
bentuk
penguasaan
pengetahuan
dan
perbuatan
secara
profesional dalam menjalankan fungsinya
sebagai guru sehingg kreativitas seorang
guru sangat didukung oleh kompetensi yang
dimiliki. Dengan adanya bantuan layanan
profesional dari kepala sekolah dalam
pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas guru secara lebih
optimal sehingga kualitas pembelajaran dapat
lebih meningkat pula.
Penampilan guru saat berada didepan
kelaspun tak luput dari pemberian arahan dari
kepala sekolah. Pembinaan yang dilakukan
diantaranya dapat berupa arahan dari kepala
sekolah kepada guru untuk berpenampilan
menarik dalam mengajar, membimbing dan
memotivasi para guru agar selalu percaya diri
dengan kemampuan profesionalisme yang
dimiliki, arahan untuk selalu menciptakan
iklim yang kondusif dalam proses belajar
mengajar, serta pemberian arahan terkait
penggunaan waktu agar sesuai dengan
rencana di RPP. Dengan adanya bantuan
layanan profesional dari kepala sekolah
diharapkan para guru selalu memperbaharui
dan menguasai materi pelajaran yang
disajikan kepada para siswa (Permendiknas,
2008). Guru dituntut memiliki kompetensi
profesional guna mengembangkan potensi
dirinya. Kompetensi
profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam. Kompetensi
profesional meliputi: (1) menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan; (2)
menguasai
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar mata pelajaran; (3)
mengembangkan materi pembelajaran; (4)
mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan; (5) memanfaatkan teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
mengembangkan diri (Permendiknas RI
no.16 tahun 2007).
Dalam aspek bantuan layanan
profesional yang dilakukan kepala sekolah
kaitannya dengan teknik-teknik yang
digunakan kepala sekolah atau pengawas di
PAUD di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya, pelaksanaannya telah dilakukan
dengan tepat. Hal ini sesuai dengan
pencapaian yang diperoleh berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan termasuk
dalam kategori “baik” dengan rata-rata nilai
sebesar 69,79. Pemberian bantuan layanan
profesional oleh kepala sekolah dalam hal ini
dilakukan
melalui
berbagai
teknik
pembinaan, meliputi: (1) kegiatan kunjungan
kelas untuk melihat bagaimana para guru
melaksanakan kegiatan proses belajar
mengajar; (2) pertemuan pribadi untuk
berkomunikasi secara terbuka membicarakan
tentang kekurangan dan kelemahan guru
dalam proses belajar mengajar; (3) rapat
dewan guru dalam upaya membantu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
guru; (4) kunjungan kelas maupun kunjungan
antar sekolah untuk melihat kegiatan proses
belajar mengajar terutama melihat kelebihankelebihannya dalam rangka meningkatkan
kometensi guru; (5) keterlibatan melalui
pertemuan dalam kelompok kerja untuk
memperkaya kompetensi guru; dan (6)
pembinaan melalui penerbitan bulletin
profesional dalam rangka memperkaya
wawasan para guru.
Berkaitan dengan hasil temuan
tersebut, mengindikasikan bahwasannya
secara keseluruhan dapat disimpulkan
bantuan bantuan layanan profesional
terhadap guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya
termasuk
dalam kategori “baik” dimana rata-rata
sebesar 73,47.
Kreativitas Guru
Hasil
analisis
yang
telah
dikemukakan di atas menunjukkan gambaran
kreativitas guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya, dengan ratarata nilai tiap-tiap indikator yang meliputi: 1)
inisiatif yang memacu kreativitas yang
dimiliki para guru tergolong dalam klasifikasi
“tinggi” dengan pencapaian rata-rata nilai
sebesar 76,31; 2) sikap berkomitmen
terhadap terhadap pekerjaan yang dimiliki
guru
tergolong
dalam
klasifikasi
“tinggi”dengan pencapaian rata-rata nilai
sebesar 74,07; dan 3) kompetensi yang
dimiliki guru dalam pembelajaran tergolong
dalam klasifikasi “tinggi” dengan pencapaian
rata-rata nilai sebesar 68,48. Secara
keseluruhan kreativitas guru termasuk dalam
klasifikasi “tinggi” dengan nilai rata-rata nilai
sebesar 72,95.
Berdasarkan
penjelasan
diatas,
kreativitas guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya masuk dalam
kategori tinggi. Dalam aspek inisiatif
pembelajaran yang dalam hal ini mencakup:
hasrat keingintahuan, bersikap terbuka
terhadap siswa, mengatasi permasalahan
yang dihadapi, keingintahuan menemukan
sesuatu yang bersifat inovatif, keinginan
untuk melakukan penelitian, menyukai
tantangan yang berat, berusaha memperoleh
pengetahuan yang luas, dedikasi yang
dimiliki, reson terhadap tugas, keaktifan
dalam melaksanakan tugas, dan kemampuan
berfikir yang fleksibel, menunjukkan
klasifikasi yang tergolong “tinggi” dengan
pencapaian rata-rata nilai yang mencapai
76,31. Hal ini di perkuat oleh hasil
dokumentasi yang berupa kajian wawancara
tidak terstruktur dengan beberapa guru
PAUD di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya, menunjukkan bahwa menurut
asumsi guru, dalam hal ini setiap guru
diharuskan memiliki inisiatif yang positif
dalam
pengajaran demi terlaksananya
kegiatan belajar mengajar yang baik. Apabila
terdapat berbagai kekurangan terkait inisiatif
yang dimiliki para guru tersebut, kepala
sekolah memberikan bantuan layanan
profesional kepada guru yang bersangkutan.
Selain itu dukungan dari kepala
sekolah di wujudkan dalam bentuk reward
kepada guru yang berprestasi, dan kepala
sekolah senantiasa memberikan himbauan
kepada guru untuk mengikuti lomba karya
akademik, berpartisipasi dalam kegiatan
KKG/ MGMP yang bermanfaat bagi
peningkatan pengetahuan guru. Sehingga
dengan adanya keikutsertaan guru dalam
peningkatan kemampuan guru tersebut
(lomba karya akedemik, KKG/MGMP)
diharapkan dapat terjadi peningkatan kinerja
guru dalam hal kegitan belajar mengajar.
Kepala sekolah juga memfasilitasi
para guru dengan menyediakan buku-buku
yang berkaitan dengan peningkatan kinerja
guru dalam proses belajar mengajar.
Diharapkan dengan membaca buku terbaru
yang sesuai perkembangan para guru dapat
mengikuti perkembangan ilmu yang akan
diajarkan
kepada
siswa,
berusaha
menggunakan media pembelajaran di dalam
mengajar, baik media yang sudah disediakan
oleh sekolah atau memuat media yang
sederhana sekali yang membutuhkan biaya
sedikit dalam pembuatanya. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperjelas dan
terlihat lebih menarik dalam penyajian materi
pelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
Mulyasa (2009: 32) menyatakan bahwa
pemberdayaan guru dilakukan dengan
membagi
tanggung
jawab
secara
proporsional kepada guru dan melibatkan
guru dalam pengambilan keputusan dan
tanggung jawab. Kepala sekolah harus
memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan guru melalui pemberian
kesempatan
kepada
guru
untuk
mengembangkan profesinya, mendorong
keterlibatan seluruh guru dalam berbagai
kegiatan yang menunjang program sekolah,
mengikutsertakan guru dalam pelatihan,
seminar, penulisan karya ilmiah ataupun
memberikan kesempatan kepada mereka
untuk secara maksimal meningkatkan
pelayanan
kepada
peserta
didik.
Pemberdayaan dimaksudkan agar guru dapat
bertanggung jawab secara penuh dengan
tugas yang diemban dan memiliki
kepercayaan diri.
Oleh sebab itu, para guru perlu
dibekali ketrampilan serta kemampuan
akademik melalui pendidikan dan pelatihan
guna menunjang peningkatan kinerja yang
dilakukan melalui proses pembelajaran.
Indikator selanjutnya yakni sikap
inovatif yang dimilki guru PAUD di
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.
Hal yang dilakukan mengenai sikap yang
dimilki para guru terkait dengan sikap yang
positif dalam hal: menanggapi berbagai
pertanyaan ketika berlangsungnya proses
pembelajaran, kemampuan menganalisis
peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam
pembelajaran, semangat menyampaikan
pelajaran yang tepat dan menarik,
menghargai keragaman kreativitas yang
dimiliki peserta didiknya, terbuka terhadap
gagasan-gagasan yang konstruktif.
Selain itu, para guru menunjukkan
sikap positif dalam menghargai adanya
perbedaan individual para peserta didik,
sikap keinginan menerima dan membantu
peserta didik, memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam mengambil
bagian, serta para guru tidak memposisikan
dirinya sebagai tokoh tetapi sebagai
pembimbing di hadapan para pesera
didiknya. Hal ini sesuai dengan pencapaian
yang diperoleh berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan termasuk dalam kategori
“tinggi” dengan rata-rata nilai sebesar 74,07.
Indikator
selanjutnya
yakni
kompetensi profesional dalam proses belajar
mengajar guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya. Kompetensi
ini
mulai
dari:
(1)
keterampilan
merencanakan program pembelajaran; (2)
penguasaan materi
pelajaran;
(3)
melaksanakan prosedur pembelajaran; (4)
melaksanakan penilaian hasil belajar;
melaksanakan pencatatan hasil belajar; (5)
mendiagnosis kesulian belajar siswa; dan (6)
melaksanakan
administrasi.
Terkait
komepetensi pembelajaran guru PAUD di
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
termasuk dalam kategori “baik” dengan ratarata nilai sebesar 68,48.
Pengaruh Bantuan Layanan Profesional
Terhadap Kreativitas Guru
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis, temuan penelitian menunjukkan
bahwa ternyata faktor pengaruh bantuan
layanan profesional memberikan sumbangan
efektif sebesar 0,92 sehingga dapat diartikan
bahwa 92 % kinerja guru di tentukan oleh
pengaruh bantuan layanan profesional.
Sisanya sebesar 8 % merupakan pengaruh
dari variabel yang tidak diteliti. Kepala
sekolah merupakan orang terpenting disuatu
sekolah, sebab merupakan kunci bagi
pengembang dan peningkatan suatu sekolah.
Indikator dari dari keberhasilan sekolah jika
sekolah itu berfungsi dengan baik, terutama
jika prestasi belajar murid dapat mencapai
maksimal. Menurut Carter dalam Sahertian
(2000:17), supervisi adalah bantuan layanan
profesional melalui usaha-usaha dari petugas
sekolah dalam memimpin para guru dan
pegawai lainnya dalam memperbaiki
pengajaran
termasuk
menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan
perkembangan para guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran,
dan metode serta evaluasi pengajaran.
Proses pendidikan akan berjalan
efektif dan efisien apabila guru memiliki
kompetensi yang memadai. Namun apabila
kita pahami kembali tentang isi yang
terkandung dalam setiap jenis kompetensi,
seperti yang telah banyak disampaikan oleh
para ahli pendidikan untuk menjadi seorang
guru yang berkompeten bukan sesuatu yang
mudah. Selain dipengaruhi oleh kompetensi,
kinerja guru juga dipengaruhi oleh
kepemimpinan kepala sekolah.
Peranan dari kepala sekolah yang
berperan memberikan bantuan layanan
profesional dalam meningkatkan kompetensi
guru yang pada nantinya akan meningkatkan
kreativitas
guru
sangat
diperlukan.
Mengikutsertakan guru secara rutin dalam
program diklat, memberdayakan guru,
memberi semangat dan arahan merupakan
tanggung jawab kepala sekolah dalam
mengembangkan
kompetensi
guru.
Begitupun dengan penyediaan fasilitas yang
mendukung peningkatan kinerja guru
menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Untuk mewujudkan dan meningkatkan
kompetensi guru diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh baik yang berasal dari guru
itu sendiri, kepala sekolah, pengawas maupun
dari pemerintah.
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat
pengaruh positif yang
signifikan antara bantuan layanan profesional
dengan kreativitas guru PAUD di Kecamatan
Tamansari Kota Tasikmalaya, dengan
koefisien korelasi (r) sebesar 0,92.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diupayakan
dengan
cermat
dan
teliti,
namun
bagaimanapun juga memiliki kelemahan dan
keterbatasan yakni untuk memperoleh
gambaran yang luas dan mendalam tentang
pengaruh bantuan layanan profesional
terhadap kreativitas guru serta kenyataankenyataan yang relevan dengan obyek
penelitian. Informasi yang didapat masih
banyak yang menggunakan angket tertutup
sehingga informasi yang diperoleh masih
terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini perlu
dilengkapi dengan metode wawancara,
pengamatan
secara
langsung
secara
mendalam, triangulasi data serta kroscek
dokumen untuk lebih mengungkap data yang
lebih spesifik. Penelitian yang dilakukan
selama
tiga
bulan
belum
mampu
mengungkap
secara
lebih mendalam
gambaran dari pengaruh supervisi terhadap
kinerja guru. Keterbatasan waktu tersebut
juga terkait pada keterbatasan perhatian
peneliti terhadap faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap kinerja guru.
Penelitian ini hanya mengungkap
pengaruh bantuan layanan profesional
terhadap kreativitas guru PAUD di
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
yang orientasinya pada kreativitas guru.
Faktor-faktor
yang
menghambat
pelaksanaannya,
peneliti
memiliki
keterbatasan untuk dapat memperoleh
pemecahan dari faktor-faktor penghambat
tersebut. Disamping itu, peneliti juga
memiliki keterbatasan untuk mengungkap
faktor-faktor pendukung pelaksanaannya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan bantuan layanan profesional
kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya yang mencakup sasaran
pembinaan, prinsip-prinsip pembinaan dan
teknik pembinaan yang digunakan, termasuk
dalam kategori “baik” dengan rata-rata nilai
sebesar 73,47.
b. Kreativitas guru-guru Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Tamansari
Kota Tasikmalaya yang mencakup inisiatif
dalam
pembelajaran,
sikap
dalam
pembelajarn dan kompetensi pembelajaran,
termasuk dalam kategori “tinggi” dengan
rerata nilai sebesar 72,95.
c. Terdapat hubungan positif yang dignifikan
dengan koefisien korelasi (r) = 0,92, antara
bantuan
layanan
profesional
dengan
kreativitas guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) di Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya .
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka
peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut:
a. Penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan
layanan profesional sangat penting dalam
meningkatkan kreativitas guru di sekolah.
Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai
pembina harus meningkatkan efektifitas
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alfonso, R.J., Firth, G.R., dan Nevile, R.F.
1981. Instructional Supervision, A
Behavior System. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.
Ametembun. 2006. Supervisi Pendidikan
(Disusun
Berdasarkan
Berprograma). IKIP Bandung.
Anik Kusrini. 2010. Pengaruh Kreatifitas
Guru Terhadap Minat Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Fiqih Siswa
Kelas VIII MTs. Sudirman Kopeng
Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang” (Skripsi). 2010)
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar
Supervisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
----------------------- . 1993. Manajemen
Penelitian. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
pelaksanaan pembinaan supaya kreativitas
guru lebih meningkat.
b. Untuk mewujudkan dan meningkatkan
kreativitas guru diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh baik yang berasal dari guru
itu sendiri maupun dari kepala sekolah
sebagai pembina, misalnya peningkatan
peran kepala sekolah, pemberian kompensasi,
peningkatan disiplin guru dan pengembangan
sumber daya guru. Peran dari pemerintah
juga sangat diperlukan dalam hal ini guna
peningkatan kinerja guru.
c. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan
mampu menggali lebih dalam mengenai
gambaran yang luas dan mendalam tentang
pengaruh bantuan layanan profesional
terhadap peningkatan kreativitas guru.
----------------------- .1986. Pengelolaan Kelas
dan Siswa: Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pres.
----------------------.2006.
Prosedur
Penelitian
(Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rajawali Pres.
Burhanuddin. 2007. Supervisi Pendidikan
dan Pengajaran: Konsep Pendekatan
dan
Penerapan
Pembinaan
Profesional. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas
Negeri
Malang.
E.
Mulyasa.
2005.
Menjadi
Guru
Profesional:
Menciptakan
Pembelajaran
Kreatif
dan
Menyenangkan.
Bandung:
PT.
Remaja Rosdakarya.
Firdaus Anwar. 2016. Kualitas Guru Masih
Kurang, Masalah Utama PAUD di
Indonesia. Jakarta: Detik Health
Glickman, C.D. 1995. Supervision of
Instruction. Boston: Allyn and Bacon Inc.
Karnadi. 2005. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 14 Tahun 2005,
Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Cipta Jaya
Kunandar.2007.
Guru
Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mugianto.2013.
Pengaruh
Pembinaan
Kepala Sekolah Dan Pelatihan Guru
Terhadap Peningkatan Kinerja Guru
Di
SMAN
Pakel,
Kabupaten
Tulungagung Tahun 2013(Skripsi).
STKIP PGRI Tulungagung.
Moh.Uzer Usman. (2000). Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Neng Yulianti. 2013. Pengaruh Kreativitas
Guru Dalam Proses Pembelajaran
Dan Fasilitas Belajar Terhadap
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran
Ips Siswa Kelas VIII Di SMPN 2
Tapung Hilir Kabupaten Kampar
(Skripsi). Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
STAIN Salatiga.
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan
Kontekstual. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.
Republika. 2016. “Standar Guru PAUD
Terus Ditingkatkan” . Selasa 12 April 2016.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan
Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Download