jurnal ika 0911311006 - Fakultas Kedokteran Hewan

advertisement
Pengaruh Terapi Water Soluble Extract (WSE) Yogurt Susu Kambing Terhadap Kadar
Malondialdehyde (MDA) dan Gambaran Histopatologi Jantung Tikus (Rattus
norvegicus) Model Hipertensi Induksi Deoxycorticosterone Acetate
(DOCA)-Salt
Effect Water Soluble Extract (WSE) of Goat Milk Yogurt to Malondialdehyde (MDA)
Levels and Heart Histopathology Hypertensive Rat (Rattus norvegicus)
Induced by Deoxycorticosterone Acetate (DOCA)-Salt
Ika Kusnia Widyanti, Masdiana C. Padaga, Dyah Kinasih Wuragil
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
[email protected]
ABSTRAK
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg, dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, stroke dan gagal ginjal.
Hipertensi diinduksi dengan deoxycorticosterone acetate (DOCA)-salt, menyebabkan retensi
natrium dan air yang berujung terjadinya stres oksidatif yang berdampak pada kerusakan
jantung. Water soluble extract (WSE) yogurt susu kambing diketahui mengandung peptida
bioaktif dengan aktivitas antihipertensi dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh terapi WSE yogurt susu kambing terhadap kadar MDA dan gambaran
histopatologi jantung. Parameter yang diukur
adalah kadar MDA dengan metode
thiobarbituric acid (TBA) dan gambaran histopatologi jantung dengan pewarnaan
hematoxylin eosin. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus wistar jantan yang dibagi dalam
5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, kelompok hipertensi, kelompok terapi
captopril 5 mg/kg BB, kelompok WSE yogurt susu kambing 300 mg/kg BB dan 600 mg/kg
BB. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA kelompok hipertensi (0,651±0,049 µg/mL)
berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan kontrol (0,306±0,069 µg/mL). Kadar MDA terapi WSE
yogurt susu kambing 300 mg/kg BB (0,436±0,065 µg/mL) tidak berbeda nyata dibandingkan
terapi captopril 5 mg/kg BB (0,524±0,047 µg/mL) dan terapi WSE yogurt susu kambing
dosis 600 mg/kg BB (0,377±0,045 µg/mL) tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol.
Gambaran histopatologi jantung menunjukkan perbaikan myosit dan struktur myofibril. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dosis terapi WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg
BB menunjukkan dosis yang paling efektif menurunkan kadar MDA dan perbaikan gambaran
histopatologi jantung.
Kata kunci : hipertensi, DOCA-salt, WSE yogurt susu kambing, MDA, histopatologi
jantung.
ABSTRACT
Hypertension is characterized with a systolic blood pressure over 140 mmHg and
diastolic blood pressure over 90 mmHg. It leads to left ventricle hypertrophy, stroke and renal
failure. Hypertension induced by deoxycorticosterone acetate (DOCA)-salt caused sodium
and water retention which lead to oxidative stress, that impact the heart damage. Water
soluble extract (WSE) of goat milk yogurt containing bioactive peptides which have
antihypertensive and antioxidant activities. The aim of this study was to study effect WSE of
goat milk yogurt therapy to malondialdehyde (MDA) levels and histopathology of the heart.
1
Parameters measured were the MDA levels with thiobarbituric acid method (TBA) and
histopathology of the heart with hematoxylin eosin staining. This study used 20 male wistar
rats that were divided into 5 groups, namely control group, hypertension group, captopril 5
mg/kg BW therapy group, WSE of goat milk yogurt 300 mg/kg BW and 600 mg/kg BW
therapy group. The results showed MDA levels of hypertension group (0.651±0.049 µg/mL)
was significantly different (p<0.05) compare to control group (0.306±0.069 µg/mL). MDA
levels of WSE goat milk yogurt 300 mg/kg BW therapy group (0.436±0.065 µg/mL) was not
significantly different compare to captopril 5 mg/kg BW therapy group (0.524±0.047 µg/mL)
and WSE of goat milk yogurt 600 mg/kg BW therapy group (0.377±0.045 µg/mL) was not
significantly different compare to control group. Histopathology observation of the heart
showed repairing of myocyte and myofibrile structure. Therapeutic dose of 600 mg/kg BW of
WSE goat milk yogurt was the most effective dose to decrease levels of MDA and repair
heart histopathology.
Key words : hypertension, DOCA-salt, WSE of goat milk yogurt, MDA and heart
hystopathology.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan keadaan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik diatas normal (Yusuf,
2008). Pada manusia terjadi hipertensi jika
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Groziak
& Miller, 2000) sedangkan tekanan darah
normal adalah tekanan darah sistolik < 120
mmHg dan tekan darah diastolik < 80 mmHg
(Nafrialdi, 2007).
Pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi
dunia atau sekitar 1 milyar orang mengalami
hipertensi (Tedjasukmana, 2012) dan 80%
kasus terjadi di negara berkembang
(Gaziano, 2007). Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8-28,6% atau lebih kurang
35 juta penduduk yang berusia di atas 20
tahun adalah penderita hipertensi (Hapsari,
2010; Zuhir, 2011). Selain pada manusia
hipertensi dapat terjadi pada hewan
peliharaan anjing dan kucing dengan
prevalensi 0,5-10% pada anjing dan 2% pada
kucing (Braslasu et al., 2008).
Hipertensi
dapat
menyebabkan
komplikasi berupa kerusakan organ pada
jantung, otak, ginjal dan pembuluh darah
(Nadar & Lip, 2009; Nafrialdi, 2007).
Kerusakan pada jantung menyebabkan
terjadinya hipertrofi ventrikel kiri hingga
gagal jantung (Nadar & Lip, 2009),
kerusakan pada otak menyebabkan terjadinya
stroke, kerusakan pada ginjal menyebabkan
penyakit ginjal kronik hingga gagal ginjal
dan pada aorta dapat menyebabkan
aneurisma serta robeknya lapisan intima
(Nafrialdi, 2007).
Untuk memahami patogenesis dan
mempelajari pengobatan penyakit hipertensi
perlu menggunakan hewan model, salah satu
hewan model hipertensi yaitu dengan induksi
deoxycorticosterone acetate (DOCA)-salt.
Induksi
DOCA-salt
dipilih
karena
menghasilkan waktu paling cepat untuk
menimbulkan hipertensi, yaitu 43 hari
setelah induksi (Badyal et al., 2003; Sharma
et al., 2010). Hipertensi induksi DOCA-salt
menyebabkan
terjadinya
peningkatan
aldosteron yang memicu terjadinya retensi
natrium dan air dalam tubuh sehingga
menyebabkan kenaikan volume dan tekanan
darah (Hemalatha, 2013; Prahalatan et al.,
2012). Hipertensi induksi DOCA-salt juga
menyebabkan
stres
oksidatif
akibat
meningkatnya superoksida yang bersifat
radikal bebas (Jimenez et al., 2007). Stres
oksidatif dalam tubuh dapat diukur melalui
kadar malondialdehyde (MDA) (Arkhaesi,
2008).
Obat penurun tekanan darah yang sudah
beredar di pasar bebas cukup banyak, akan
tetapi masalah yang ada adalah efektivitas
terapi dan efek samping (Aziza, 2008). Pada
umumnya
pengobatan
hipertensi
2
membutuhkan jangka waktu yang lama
dengan mengkonsumsi obat penurun tekanan
darah secara teratur sepanjang hidup yang
disertai dengan efek samping (Armenia dkk.,
2007). Salah satu obat penurun tekanan
darah
adalah
captopril.
Penggunaan
captopril menimbulkan efek samping gejala
reaksi hipersensitivitas berupa gatal-gatal
dan gejala infeksi saluran pernapasan atas
berupa batuk (Ikawati dkk., 2008).
Susu kambing memiliki kandungan gizi
yang lebih unggul, globula lemak lebih kecil
hal ini membuat lemak susu tersebar dan
homogen sehingga lebih mudah dicerna,
kandungan laktosa yang lebih rendah
sehingga dapat dikonsumsi bagi orang-orang
yang mengalami gangguan pencernaan
(lactose intolerance) dan sifat alergi yang
lebih rendah karena kandungan αs1-casein
yang rendah dibandingkan susu sapi
(Haenlein, 2004; Selee et al., 2009;
Silanikove et al., 2010; Tomotake et al.,
2006). Selain itu protein susu kambing
merupakan sumber peptida bioaktif yang
memiliki
berbagai
efek
fisiologi
menguntungkan,
antara
lain
sebagai
imunomodulator, antimikroba, antioksidan
dan antihipertensi yang bekerja sebagai
ACE-inhibitor (Park, 2009). Salah satu
metode untuk mendapatkan peptida bioaktif
yaitu melalui fermentasi dengan bantuan
bakteri asam laktat (Korhonen & Pihlanto,
2006). Penelitian yang dilakukan Silva et al.
(2006) menyebutkan bahwa water soluble
extract (WSE) susu kambing menghasilkan
peptida bioaktif dengan aktivitas ACEinhibitor dan antioksidan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terapi WSE yogurt susu kambing
dapat
mengobati
hipertensi
melalui
pengukuran kadar MDA organ jantung dan
pengamatan gambaran histopatologi jantung
tikus (Rattus norvegicus) model hipertensi
induksi DOCA-salt.
MATERI DAN METODE
Peralatan yang digunakan
yaitu
:
inkubator (Memmert Ine500), freeze dryer
(Christ
Beta
1-8
K),
sentrifus
(Thermoscientific Sorvall Biofuge Primo R
Centriffuge),
sentrifus
dingin
(Thermoscientific Sorvall Legend Micro 17),
blood pressure analyzer (IITC, Model 179,
Woodland Hills-USA), spektrofotometer
(Thermoscientific Genesys 20), mikroskop
cahaya (Olympus BX 51) yang dilengkapi
dengan program Olympus Viewer for
Imaging Applications (OlyVIA), kamera
(Olympus XC 10), autoclave, refrigerator,
pH meter (Eutech Instrument Cyberscan pH
310), timbangan digital (Precisa 3000 D),
kompor gas, kandang besi ukuran 41 cm x 31
cm x 27 cm yang dilengkapi botol minum &
box pakan, microtome, tissue processor,
tissue embedding, water bath, paraffin
cassette, vortex, botol schott (Duran), gelas
ukur (Pyrex Iwaki), tabung erlemeyer
(Pyrex Iwaki), gelas beker (Pyrex Iwaki),
pipet ukur (Pyrex Iwaki), karet bulb,
termometer, pengaduk kaca, microtube, alat
sonde dan penyaring minyak jagung
(Sartorius Minisart).
Bahan
yang digunakan adalah tikus
(Rattus norvegicus) jantan strain Wistar
berumur 10-12 minggu dengan berat badan
200-250 gram sebanyak 20 ekor, pakan
komersial AD II (Comfeed, Indonesia), air
minum reverse osmosis (RO), susu kambing
Peranakan Etawa (Balai Besar Pelatihan
Peternakan-Batu),
starter
yogurt
mengandung bakteri L. bulgaricus, S.
thermophilus
dan
L.
acidophilus
(Yogourmet, Lyo San Inc 500 Aeroparc, C.P
598, Lachute, Qc, Canada, J8H 4G4),
deoxycorticosterone acetate (DOCA) (Sigma
Pcode 1001376001, USA), minyak jagung
(Sigma Pcode 1000925370, USA), NaCl
(Merck, Denmark), phospat buffer saline
(PBS), aquades, formaldehid 10%, kloroform
10%, standar MDA (Sigma, USA), TCA
10%, HCl 1 N, Na-Thio 1%, etanol, parafin,
xilol dan captopril 25 mg (Indofarma,
Indonesia).
Hewan coba yang digunakan yaitu tikus
(Rattus novergicus) jantan strain Wistar yang
diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan
Pengujian
Terpadu
(LPPT)
UGM
Yogyakarta. Pengunaan hewan coba telah
3
• Pembuatan Water Soluble Extract (WSE)
Water soluble extract (WSE) yogurt susu
kambing diperoleh dengan cara sentrifugasi
yogurt pada kecepatan 12.000 rpm selama 10
menit pada suhu 5oC, kemudian supernatan
dipisahkan. WSE yang dihasilkan dikering
bekukan (freeze dry) dan selanjutnya
disimpan ke dalam refrigerator suhu 4-5oC
(Modifikasi Ledesma et al., 2005 & Aloglu
et al., 2011).
mendapatkan persetujuan laik etik oleh
Komisi Ethical Clearence Penelitian
Praklinik Universitas Gadjah Mada. Tikus
diadaptasikan selama 3 hari di laboratorium
dengan diberi pakan komersial AD II dan air
minum RO secara ad libitum. Tikus dibagi
menjadi lima kelompok perlakuan yaitu
kelompok kontrol (A), kelompok hipertensi
(B), kelompok hipertensi terapi captopril 5
mg/kg BB (C), kelompok hipertensi terapi
WSE yogurt susu kambing 300 mg/kg BB
(D) dan kelompok hipertensi terapi WSE
yogurt susu kambing 600 mg/kg BB (E).
Pembagian Kelompok Perlakuan
Kelompok A (kontrol), tikus diberi pakan
komersial dan minum RO secara ad libitum.
Kelompok hipertensi (B), tikus diinduksi
DOCA+NaCl 2% adlibitum selama 5
minggu. Kelompok
hipertensi terapi
captopril 5 mg/kg BB (C), tikus diinduksi
DOCA+NaCl 2% ad libitum selama 5
minggu setelah itu diterapi captopril dosis 5
mg/kg BB yang dilarutkan dalam air minum
RO 1 ml (Contreras et al., 2009). Kelompok
hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing
300 mg/kg BB (D), tikus diinduksi
DOCA+NaCl 2% ad libitum selama 5
minggu setelah itu diterapi WSE yogurt susu
kambing 300 mg/kg yang dilarutkan dalam
air minum RO 1,5 ml. Kelompok hipertensi
terapi WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg
BB (E), tikus diinduksi DOCA+NaCl 2% ad
libitum selama 5 minggu setelah itu diterapi
WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg BB
(Contreras et al., 2011). Pemberian terapi
dilakukan secara sonde lambung 1 kali sehari
selama 4 minggu.
Persiapan Tikus Hipertensi
Tikus kelompok B, C, D dan E diinjeksi
dengan DOCA yang dilarutkan pada minyak
jagung 0,5 ml secara subkutan pada bagian
cervical dengan dosis 20 mg/kg 5 kali injeksi
pertama dan dosis 10 mg/kg BB 5 kali
injeksi selanjutnya (Modifikasi Khorshid et
al., 2012 & Badyal et al., 2003).
Pembuatan WSE Yogurt Susu Kambing
• Pembuatan Starter
Susu kambing 100 ml dipasteurisasi pada
suhu 72oC selama 5 menit, kemudian
didinginkan hingga suhu mencapai 40–45oC,
inokulasi starter yogurt kering beku 0,5 gram
dalam 100 ml susu kambing (w/v),
dihomogenkan dengan cara menggoyangkan
secara perlahan, inkubasi pada suhu 40–45oC
selama 4–8 jam hingga pH starter yogurt cair
4,5-5. Pada penelitian ini didapatkan pH
starter yogurt cair 4,63 dan selanjutnya
starter yogurt cair disimpan dalam
refrigerator
suhu
4-5oC
(www.yogourmet.com/usage).
• Pembuatan Yogurt
Susu kambing 1.000 ml dipasteurisasi
pada suhu 72oC selama 5 menit, kemudian
didinginkan hingga suhu mencapai 40–45oC,
inokulasi dengan starter yogurt cair 3% (v/v),
dihomogenkan dengan cara menggoyangkan
secara perlahan, inkubasi pada suhu 40–45oC
selama 4–8 jam hingga pH yogurt 4,5–5.
Pada penelitian ini didapatkan pH yogurt
4,52 dan selanjutnya yogurt disimpan dalam
refrigerator suhu 4-5oC (Posecion et al.,
2005).
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah tikus dengan
cara metode tail cuff menggunakan alat
blood pressure analyzer. Pengukuran
tekanan darah pada tikus yaitu tikus
dimasukkan ke dalam holder dengan
memegang ekornya, hewan coba harus dalam
keadaan tenang dalam holder sebelum
pengukuran dilakukan dan tanpa stres karena
dingin maupun panas, ekor dimasukkan ke
lubang ekor pada manset, manset
dikencangkan dan tikus siap diukur
(Prahalatan et al., 2012). Tekanan darah
sistolik normal adalah 116 - 145 mmHg dan
4
• Pengukuran Kadar MDA Organ Jantung
Metode Thiobarbituric Acid (TBA)
Penentuan kadar MDA dilakukan dengan
metode TBA. Jantung bagian kanan
ditimbang 0,5 gram, digerus hingga halus,
ditambahkan 1 mL NaCl 0,9 %, homogenat
dipindahkan ke microtube, disentrifus 8.000
rpm selama 20 menit, supernatan 100 µL
dimasukkan microtube baru, ditambahkan
550 µL aquades, 100 µL TCA 10%, 250 µL
HCl 1 N dan 100 µL Na-Thio 1%. Setelah
itu dihomogenkan dan disentrifus 500 rpm
selama 10 menit. Supernatan dipindahkan ke
microtube baru dan direndam dalam water
bath pada suhu 100oC selama 30 menit.
Supernatan didinginkan pada suhu ruang 2627oC, kemudian diukur absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer
pada
panjang gelombang maksimum 530 nm.
Absorbansi yang diperoleh kemudian
diplotkan pada persamaan linear sehingga
diperoleh nilai kadar MDA (Aulanni’am
dkk., 2011).
tekanan darah sistolik hipertensi adalah >
145 sampai ≤ 200 mmHg (Krinke, 2000).
Pengambilan Organ Jantung Tikus
Pengambilan
organ
jantung
tikus
dilakukan setelah 4 minggu pemberian
terapi. Pengambilan organ jantung dilakukan
dengan nekropsi. Sebelum nekropsi, tikus
dieuthanasi menggunakan kloroform 10%.
Nekropsi dilakukan pada rongga abdomen,
dimana tikus diletakan dengan posisi rebah
dorsal di atas papan pembedahan. Organ
jantung diambil dan dibagi menjadi dua
bagian. Bagian kanan jantung dimasukkan ke
dalam PBS untuk pengukuran kadar MDA
dan bagian kiri jantung dimasukkan ke
dalam formaldehid 10% untuk pembuatan
preparat histopatologi (Wati dkk., 2013).
Pengukuran Kadar MDA
• Penentuan
Panjang
Gelombang
Maksimum
Larutan standar MDA 4 ppm 100 µL,
ditambahkan aquades 550 µL, 100 µL TCA
10%, 250 µL HCl 1 N, 100 µL Na-Thio 1%
dan dihomogenkan. Setelah itu direndam
dalam water bath pada suhu 100oC selama
30 menit, kemudian didiamkan pada suhu
ruang (26-27oC) dan selanjutnya diukur
absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer pada λ 500-600 nm
(Aulanni’am dkk., 2011).
• Pembuatan Kurva Standar
Larutan stok kit MDA dengan konsentrasi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 µg/mL diambil
masing-masing 100 µL, dimasukkan dalam
microtube yang berbeda, ditambahkan 550
µL aquades, 100 µL TCA 10%, 250 µL HCl
1 N dan 100 µL Na-Thio 1%. Setelah itu
dihomogenkan. Kemudian disentrifus 500
rpm selama 10 menit. Supernatan diambil,
dipanaskan dalam water bath suhu 100°C
selama 30 menit. Kemudian didiamkan pada
suhu ruang 26-27oC dan selanjutnya diukur
absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang
maksimum 530 nm. Hasil absorbansi
kemudian dibuat kurva standar MDA dan
dihasilkan persamaan linear (Aulanni’am
dkk., 2011).
Pembuatan Preparat Histopatologi Jantung
Tahap pembuatan preparat histopatologi
dimulai dengan fiksasi jantung yaitu
merendam dalam formaldehid 10% selama
24 jam, kemudian diiris (trimming) dengan
ukuran 2 x 1 x 0,5 cm agar dapat
dimasukkan ke dalam kotak untuk diproses
dalam tissue processor. Tahap selanjutnya,
jantung dimasukkan ke dalam etanol 70%,
etanol 80%, etanol 90%, etanol 95%, xilol I
dan II masing-masing selama 2 jam.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam parafin
cair dengan suhu 56oC selama 2 jam.
Jaringan kemudian diambil dengan pinset,
dilanjutkan dengan pemblokan menggunakan
parafin blok yang berukuran sesuai dengan
ukuran tempat blok microtome. Pemotongan
(cutting) dilakukan dengan menggunakan
microtome dengan ketebalan 4-5 µm.
Jaringan yang terpotong direndam pada
water bath bersuhu 40oC, kemudian diambil
dengan object glass. Selanjutnya dikeringkan
dalam suhu kamar 26-27oC (Wati dkk.,
2013).
5
Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE)
Tahapan pewarnaan HE dimulai dengan
tahapan deparafinasi, preparat dimasukkan
dalam xilol bertingkat I-III masing-masing
selama lima menit. Berikutnya dilakukan
tahapan rehidrasi preparat dimasukkan dalam
etanol dimulai dari etanol absolut I-III,
etanol 95, 90, 80 dan 70% masing-masing
selama lima menit. Lalu direndam dalam
aquades selama lima menit. Setelah itu
dilakukan tahapan pewarnaan, preparat
dimasukkan dalam pewarnaan hematoxylin
selama kurang lebih 10 menit. Kemudian
dicuci dengan air mengalir selama 30 menit,
dibilas dengan aquades dan dimasukkan
dalam pewarnaan eosin selama 5 menit. Lalu
preparat direndam dalam aquades untuk
menghilangkan kelebihan eosin. Berikutnya
dilakukan
tahapan
dehidrasi
dengan
memasukkan
preparat
dalam
etanol
bertingkat dari 80, 90 dan 95% hingga etanol
absolut I-III. Selanjutnya dilakukan clearing
yaitu dengan memasukkan preparat pada
xilol I-II dan dikeringkan. Setelah itu
dilakukan mounting dengan entellan (Wati
dkk., 2013). Perubahan yang diamati adalah
myosit dan myofibril pada bagian
myokardium ventrikel kiri.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Analisa kadar MDA
menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau
Tukey (p<0,05) meggunakan SPSS version
16.0 for windows dan analisa gambaran
histopatologi jantung dilakukan secara
deskriptif (Kusriningrum, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Water Soluble Extract (WSE)
Yogurt Susu Kambing Terhadap Kadar
Malondialdehyde (MDA) Tikus Model
Hipertensi Induksi Deoxycorticosterone
Acetate (DOCA)-Salt
Hasil penelitian pengaruh terapi WSE
yogurt susu kambing terhadap kadar MDA
organ jantung tikus model hipertensi induksi
DOCA-salt menunjukkan perbedaan nyata
dari masing-masing kelompok perlakuan
(Tabel 1.)
Tabel 1. Nilai Kadar MDA Organ Jantung Berbagai Kelompok Perlakuan
Rata-rata Kadar MDA
Perlakuan
(µg/mL)
Kelompok kontrol (A)
0,306±0,069a
Kelompok hipertensi (B)
0,651±0,049d
Kelompok hipertensi terapi captopril 5 mg/kg BB (C)
0,524±0,047c
Kelompok hipertensi terapi WSE yogurt 300 mg/kg BB (D)
0,436±0,065bc
Kelompok hipertensi terapi WSE yogurt 600 mg/kg BB (E)
0,377±0,045ab
Keterangan : nilai kadar MDA dengan notasi berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
antara kelompok perlakuan.
Berdasarkan Tabel 1. diketahui nilai kadar
MDA organ jantung pada kelompok kontrol
(A) adalah 0,306±0,069 µg/mL. Nilai
tersebut menunjukkan standar nilai kadar
MDA tikus dalam keadaan normal. Kadar
MDA organ jantung kelompok hipertensi (B)
adalah 0,651±0,049 µg/mL, menunjukkan
perbedaan yang nyata (p<0,05) dibandingkan
kelompok kontrol (A), hal ini berarti induksi
DOCA-salt pada kelompok hipertensi (B)
telah mengakibatkan stres oksidatif pada
organ jantung. Iyer et al. (2010) dan Jiménez
et al. (2007) menyebutkan bahwa induksi
DOCA-salt melalui aktifasi oksidasi
NADPH meningkatkan produksi superoksida
(O2-)
yang
bersifat
radikal
bebas.
Peningkatan radikal bebas mengakibatkan
stres oksidatif yaitu ketidakseimbangan
antara radikal bebas dengan antioksidan
endogen.
Stres
oksidatif
menyerang
6
kontrol (A), namun kelompok hipertensi
terapi WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg
BB (E) adalah 0,377±0,045 µg/mL,
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
dibandingkan kelompok kontrol (A). Hal
tersebut menunjukkan bahwa kelompok
hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing
300 mg/kg BB (D) memiliki efek penurunan
kadar MDA organ jantung yang berbeda
dibandingkan dengan kelompok kontrol (A)
sedangkan kelompok hipertensi terapi WSE
yogurt susu kambing 600 mg/kg BB (E)
memiliki efek penurunan kadar MDA organ
jantung
mendekati
normal
sehingga
merupakan kelompok dengan dosis terapi
yang paling efektif.
Kelompok hipertensi terapi WSE yogurt
susu kambing 300 mg/kg BB (D) dan 600
mg/kg BB (E) menunjukkan penurunan
kadar MDA organ jantung dikarenakan WSE
yogurt susu kambing mengandung peptida
bioaktif yang bekerja sebagai antioksidan
melalui penghambatan peroksidasi lipid
dengan scavenger (penangkap) radikal
bebas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Korhonen & Pihlanto (2006) bahwa peptida
bioaktif WSE susu kambing dapat
menurunkan
kadar
MDA
melalui
penghambatan peroksidasi lipid secara
enzimatik dan nonenzimatik.
Mekanisme penghambatan radikal bebas
WSE yogurt susu kambing adalah dengan
menghambat proses oksidasi melalui
penghambatan inisiasi dan propagasi reaksi
oksidasi radikal bebas. Peptida bioaktif
dalam WSE yogurt susu kambing
menangkap radikal superoksida (O2-)
sehingga menjadi produk yang stabil. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kullisaar et al.
(2003) & Liu et al. (2005) bahwa peptida
bioaktif susu kambing terfermentasi akan
menghambat formasi superoksida. Radikal
superoksida yang ditangkap oleh peptida
bioaktif WSE yogurt susu kambing akan
mencegah inisiasi pembentukan radikal lipid
yang bersifat tidak stabil karena hilangnya
satu atom hidrogen (H) dari molekul lipid
dan menghambat transfer elektron molekul
oksigen pada radikal peroksil serta mencegah
proses propagasi sehingga radikal bebas
komponen berbagai tubuh termasuk lipid
sehingga
menyebabkan
terjadinya
peroksidasi lipid yang ditandai dengan
meningkatanya kadar MDA (Arkhaesi, 2008;
Hemalatha et al., 2013; Jiménez et al.,
2007). MDA merupakan produk akhir
peroksidasi lipid sehingga secara tidak
langsung pengukuran kadar MDA organ
jantung menunjukkan kadar radikal bebas
(Arkhaesi., 2008).
Kadar MDA organ jantung kelompok
hipertensi terapi captopril 5 mg/kg BB (C)
adalah 0,524±0,047 µg/mL, menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata dibandingkan
kelompok hipertensi terapi WSE yogurt susu
kambing 300 mg/kg BB (D) dan
menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
dibandingkan kelompok hipertensi terapi
WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg BB
(E). Hal tersebut menununjukkan bahwa
pengaruh terapi captopril 5 mg/kg BB
memiliki efek penurunan kadar MDA yang
sama dengan WSE yogurt susu kambing 300
mg/kg BB (D) dan efek penurunan kadar
MDA yang berbeda dengan WSE yogurt
susu kambing 600 mg/kg BB (E). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Bolterman et
al. (2005) bahwa captopril menurunkan
sedikit kadar MDA pada tikus hipertensi.
Captopril kurang efektif sebagai antioksidan
pada hipertensi dimungkinkan karena tingkat
stres oksidatif yang ditimbulkan oleh induksi
DOCA-salt dan penggunaan dosis terapi
captopril yang rendah dalam penelitian ini
yaitu dosis 5 mg/kg BB. Hasil penelitian
Pechanova (2007) menunjukkan bahwa dosis
captopril 50 mg/kg/hari memiliki efek
antioksidan pada tikus. Captopril memiliki
aktivitas antioksidan golongan sulfhydryl,
antioksidan
tersebut
bekerja
dengan
meningkatkan penangkapan radikal bebas
melalui oksidan endogen serta menetralkan
radikal oksigen melalui donasi hidrogen atau
mekanisme transfer elektron (Kojšová et al.,
2006; Rao et al., 2011).
Kadar MDA organ jantung kelompok
hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing
300 mg/kg BB (D) adalah 0,436±0,065
µg/mL, menunjukkan perbedaan yang nyata
(p<0,05) dibandingkan dengan kelompok
7
tidak akan bereaksi dengan oksigen (Liu et
al., 2005).
induksi DOCA-salt sehingga menyebabkan
remodeling ventrikel dengan kompensasi
hipertrofi dalam mempertahankan perfusi
jaringan akibat beban jantung yang
meningkat karena peningkatan tekanan darah
(Fantinelli et al., 2012).
Gambaran
histopatologi
kelompok
hipertensi terapi captopril 5 mg/kg BB
(Gambar 1. C) menunjukkan inti myosit
piknotik, struktur myofibril yang tidak
teratur dan myosit tidak berbatas jelas serta
adanya
hipertrofi
myosit.
Aktivitas
antioksidan captopril kurang efektif dalam
perbaikan
histopatologi
dimungkinkan
karena penggunaan dosis captopril yang
rendah dalam penelitian ini yaitu 5 mg/kg
BB. Hasil penelitian Pechanova (2007)
menunjukkan bahwa dosis captopril 50
mg/kg/hari memiliki efek antioksidan pada
tikus dan hasil penelitian Kojšová et al.
(2006) & Sládková et al. (2007) bahwa
penggunaan captopril dosis 10 mg/kg/hari
dapat menurunkan tekanan darah tetapi tidak
menunjukkan peningkatan aktivitas sintesis
NO sehingga kurang efektif dalam
menurunkan hipertrofi jantung. Dosis
captopril untuk
mencegah terjadinya
hipertrofi ventrikel kiri adalah 100
mg/kg/hari.
Kelompok hipertensi terapi WSE yogurt
susu kambing 300 mg/kg BB (Gambar 1. D)
menunjukkan perbaikan myosit dengan
penurunan inti myosit piknotik dan
perbaikan myofibril namun masih terdapat
hipertrofi myosit sedangkan kelompok
hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing
600 mg/kg BB (Gambar 1. E) mengalami
perbaikan
yang
ditunjukkan
dengan
banyaknya inti myosit normal, struktur
myofibril dan ketebalan myosit mendekati
normal sehingga gambaran histopatologi
kelompok terapi WSE yogurt susu kambing
600 mg/kg BB lebih baik dibandingkan
terapi WSE yogurt susu kambing 300 mg/kg
BB. Perbaikan gambaran histopatologi
kelompok hipertensi terapi WSE yogurt susu
kambing 300 mg/kg BB dan 600 mg/kg BB
karena adanya pengaruh antioksidan dalam
WSE yogurt susu kambing.
Pengaruh Water Soluble Extract (WSE)
Yogurt
Susu
Kambing
Terhadap
Histopatologi Jantung Tikus Model
Hipertensi Induksi Deoxycorticosterone
Acetate (DOCA)-Salt
Hasil penelitian pengaruh WSE yogurt
susu
kambing
terhadap
gambaran
histopatologi
organ
jantung
dengan
pewarnaan HE disajikan pada Gambar 1.
Gambaran histopatologi organ jantung pada
masing-masing
kelompok
perlakuan
menunjukkan
perbedaan
myosit
dan
myofibril pada bagian myokardium ventrikel
kiri.
Hasil penelitian pada kelompok kontrol
(Gambar 1. A) menunjukkan bentuk normal
myosit dan myofibril. Gambaran ini sesuai
dengan Kuehnel (2003) dan Mescher (2010)
bahwa gambaran histologi organ jantung
adalah batas antara sel-sel jelas, myosit
memiliki satu inti yang terletak di tengah dan
myofibril atau serabut otot jantung yang
teratur.
Pada kelompok hipertensi (Gambar 1. B)
terdapat kerusakan myosit yang ditandai
dengan perubahan inti myosit menjadi inti
piknotik yang ditandai dengan inti myosit
berwarna biru gelap dan pengerutan inti atau
disebut proses piknosis yang merupakan
tahapan awal nekrosis, kerusakan struktur
myofibril yang tidak teratur dan hipertrofi
yang ditandai dengan penebalan myosit. Hal
ini sesuai dengan penelitian Rocha et al.
(2000) bahwa terjadi piknosis pada tikus
induksi
aldosteron,
hasil
penelitian
Yudomustopo (2006) & Martinez et al.
(2002) bahwa terjadi nekrosis myokardium
yang ditandai dengan myofibril yang tidak
teratur akibat radikal bebas pada keadaan
hipertensi diet tinggi garam dan penelitian
Khorshid et al. (2012) bahwa terjadi
hipertrofi myokardium yang ditandai dengan
penebalan myosit. Mekanisme hipertrofi
menurut Fenning et al. (2010) yaitu
terjadinya inaktivasi NO yang disebabkan
8
Gambar 1.
Histopatologi myokardium organ jantung dengan perbesaran 400x. Keterangan : Tikus
kontrol (A), Tikus hipertensi (B), Tikus hipertensi terapi captopril 5 mg/kg BB (C),
Tikus hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing 300 mg/kg BB (D) dan Tikus
hipertensi terapi WSE yogurt susu kambing 600 mg/kg BB (E). Pewarnaan HE. Inti
myosit normal (IN), inti myosit piknotik (IP), myofibril (MF) dan Hipertrofi (H).
Gambar insert A: inti myosit normal, B, C, D: inti myosit piknotik dan E: inti myosit
normal.
Mekanisme
perbaikan
gambaran
histopatologi myosit dan myofibril yaitu
aktivitas antioksidan WSE yogurt susu
kambing menghambat peroksidasi lipid
dengan menangkap radikal bebas sehingga
menekan
pembentukan
ROS
yang
merupakan penyebab kerusakan jaringan dan
mencegah reaksi autokatalitik sel jantung
berupa nekrosis dan kerusakan struktur
myofibril. Kullisaar et al. (2003) &
Palaniswamy et al. (2012) mengatakan
bahwa peptida bioaktif susu kambing
terfermentasi dapat mengurangi stres
oksidatif melalui proteksi seluler dan proses
perbaikan. Pengaruh aktivitas antioksidan
terhadap hipertrofi menurut Alvarez et al.
(2008) bahwa penangkapan radikal bebas O2dan donasi hidrogen menghasilkan produk
yang stabil seperti H2O2 yang berfungsi
sebagai vasodilatasi yang akan menurunkan
ritme sistem pembuluh darah sehingga beban
jantung berkurang. Selain itu aktivitas
9
peptida
biaoktif
dengan
aktivitas
antihipertensi bekerja dengan menurunkan
tekanan darah melalui peningkatan aktivitas
NO yang merupakan substansi vasodilator
dalam mekanisme ACE-inhibitor (Erdmann
et al., 2008).
KESIMPULAN
Pemberian terapi WSE yogurt susu
kambing dapat menurunkan kadar MDA
organ jantung dan memperbaiki gambaran
histopatologi organ jantung tikus model
hipertensi induksi DOCA-salt. Dosis 600
mg/kg BB merupakan dosis terapi paling
efektif dalam penurunan kadar MDA dan
perbaikan gambaran histopatologi organ
jantung dibandingkan dosis 300 mg/kg BB
terapi captopril 5 mg/kg BB.
Armenia., Welmidayani., Y. Yuliandra dan
Rusdi. 2007. Daun Tanaman Akar
Mambu (Connarus grandis jack.) Sebagai
Obat Antihipertensi : Efektivitas Ekstrak
Etanolnya Pada Tikus Hipertensi 2k1c
Goldblatt. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi 12(2): 100-107.
Aulanni’am, A. Rosdiana dan N. L. Rahma.
2011. Potensi Fraksi Etanol dan Etil
Asetat Rumput Laut Coklat (Sargassum
duplicatum Borry) Terhadap Penurunan
Kadar Malondialdehid dan Perbaikan
Gambaran Histologis Jejunum Usus Halus
Tikus IBD (Inflammatory Bowel Disease).
Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan 4 (1):
57-64.
Aziza, L. 2007. Peran Antagonis Kalsium
Dalam
Penatalaksanaan
Hipertensi.
Majalah Kedokteran Indonesia 57(8)
Agustus 2007.
Badyal D. K., H. Lata and A. P. Dadhich.
2003. Animal Model of Hypertension and
Effect of Drugs. Indian Journal of
Pharmacology 35: 349-362.
Bolterman, R. J., M. C. Manriquez., M. C. O.
Ruiz., L. A. Juncos and J. C. Romero.
2005. Effects of Captopril on the Renin
Angiotensin System, Oxidative Stress,
and Endothelin in Normal and
Hypertensive Rats. Hypertension 46: 943947.
Braslasu, M. C., D. E Braslasu and S. Joita.
2008. Aspects Regarding Arterial
Hypertension in Dog and Cat. Lucrari
Stiintifice Medicina Veterinara XLI.
Contreras, M. del Mar., R. Caron., M. J.
Montero., M. Ramos and I. Recio. 2009.
Novel Casein-Derived Peptides with
Antihypertensive Activity. International
Dairy Journal 19:566-573.
Contreras, M. del Mar., M. A. Sevilla., J. M.
Ruiz., L. Amigo., B. G. Sala., E. Molina.,
M. Ramos and I. Recio. 2011. Food-grade
Production of an Antihypertensive Casein
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Veteriner PKH UB, Laboratorium Biokimia
FMIPA UB, Laboratorium Biosains UB,
Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi
UNAIR, Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi FK UGM, Laboratorium
Patologi Anatomi FK UGM dan LPPT UGM
serta staf laboratorium yang telah membantu
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aloglu, H. S. and Z. Oner. 2011.
Determination Of Antioxidant Activity Of
Bioactive Peptide Fractions Obtained
From Yogurt. Journal Dairy Science 94:
5305-5314.
Álvarez, M. C., C. Caldiz., J. C. Fantinelli.,
C. D. Garciarena., G. M. Console., G. E.
C. De Cingolani and S. M. Mosca. 2008.
Is Cardiac Hypertrophy in Spontaneously
Hypertensive Rats the Cause or the
Consequence of Oxidative Stress?.
Hypertension Research 31(7): 1465-1476.
Arkhaesi, N. 2008. Kadar Malondialdehyde
(MDA)
Serum
Sebagai
Indikator
Prognosis
Keluaran
Pada
Sepsis
Neonatorum
[Tesis].
Program
Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik
dan
Program
Pendidikan
Dokter
Spesialis-I Ilmu Kesehatan Anak.
Universitas Diponegoro. Semarang.
10
Ikawati, Z., S. Djumiani dan I Dewa Putu P.
S. 2008. Kajian Keamanan Pemakaian
Obat Anti-Hipertensi Di Poliklinik Usia
Lanjut Instalasai Rawat Jalan Rs. Dr.
Sardjito. Majalah Ilmu Kefarmasian V(3):
150-169.
Iyer, A., V. Chan and L. Brown. 2010. The
DOCA-Salt Hypertensive Rat as a Model
of
Cardiovascular
Oxidative
and
Inflammatory Stress. Current Cardiology
Reviews 6: 291-297.
Jiménez, R., R. L. Sepúlveda., M. Kadmiri.,
M. Romero., R. Vera., M. Sánchez., F.
Vargas., F. O'Valle., A. Zarzuelo., M.
Dueñas., C. S. Buelga and J. Duarte.
2007. Polyphenols Restore Endothelial
Function in DOCA-salt Hypertension:
Role of Endothelin-1 and NADPH
Oxidase. Free Radical Biology &
Medicine 43: 462–473.
Khorshid, O., E. Abdel-Ghaffar., A.
Mishriki., A. Galal1 and A. Hareedy.
2012. Possible Cardiovascular Protective
Effect of Some Ppar Activators in
Experimentally-Induced
Hypertensive
Model in Rats. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research
5(3): 67-72.
Kojšová, S., L. Jendeková., J. Zicha., J.
Kuneš., R. Andriantsitohaina and O.
Pecháňová. 2006. The Effect of Different
Antioxidants on Nitric Oxide Production
in Hypertensive Rats. Physiological.
Research 55 (1): S3-S16.
Korhonen, H and A. Pihlanto. 2006.
Bioactive Peptides : Production and
Functionality.
International
Dairy
Journal 16: 945-960.
Krinke, G. J. 2000. The Hand Book of
Laboratory Animal. The Laboratory Rat.
Midas Printing Ltd., Scotland 349-353.
Kuehnel, W. 2003. Color Atlas of Cytology,
Histology, and Microscopic Anatomy 4th
edition, revised and enlarged. Georg
Thieme Verlag. Stuttgart-Germany.
Kullisaar, T., E. Songisepp., M. Mikelsaar.,
K. Zilmer., T. Vihalemm and M. Zilmer.
2003. Antioxidative Probiotic Fermentef
Hydrolysate and Resistance of Active
Peptides to Drying and Storage.
International Dairy Journal 21: 470-476.
Erdmann, Kati., B. W. Y. Cheung and H.
Schröder. 2008. The Possible Roles of
Food-Derived Bioactive Peptides in
Reducing The Risk Of Cardiovascular
Disease.
Journal
of
Nutritional
Biochemistry 19: 643–654.
Fantinelli, J. C., C. Caldiz., M. C. Álvarez.,
C. D. Garciarena, G. E. C. de Cingolani
and Susana M. Mosca. 2012. Oxidative
Damage in Cardiac Tissue from
Normotensive
and
Spontaneously
Hypertensive Rats: Effect of Ageing,
Oxidative Stress and Diseases. InTech
141-156.
Fenning, A., G. Harrison., R. Rose’meyer.,
A. Hoey and L. Brown. 2005. L -Arginine
Attenuates Cardiovascular Impairment in
DOCA-Salt Hypertensive Rats. AJP Heart and Circulatory Physiology 289:
1408-1416.
Gaziano, T.A. 2007. Reducing The Growing
Burden of Cardiovascular Disease in The
Developing World. Health Aff (Millwood)
26:13-24.
Groziak, S. M and G. D. Miller. 2000.
Natural Bioactive Substances in Milk and
Colostrum : Effects on The Arterial Blood
Pressure System. British Journal of
Nutrition 84(1): S119-S125.
Haenlein, G. F. W. 2004. Goat Milk In
Human Nutrition. Journal
Small
Ruminant Research 51: 155-163.
Hapsari, B. D. A. 2010. Pengaruh Hipertensi
Primer Terhadap Timbulnya Premenstrual
Syndrome Pada Wanita Di Kelurahan Jati
Kecamatan Jaten Karanganyar [Skripsi].
Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Hemalatha, G., K. V. Pugalendi and R.
Saravanan. 2013. Modulatory Effect of
Sesamol on Doca-Salt Induced Oxidative
Stress
in
Uninephrectomized
Hypertensive Rats. Mol Cell Biochem.
DOI 10.1007/s11010-013-1647-1.
11
of
Spontaneous
Hypertension.
Physiological Research 56(2): S41-8
(Abstract).
Posecion, N. C., N. L. Crowe., A. R.
Robinson and S. K. Asiedu. 2005. The
Development of A Goat’s Milk Yogurt.
Journal of The Science of Food and
Agriculture 85: 1909-1913.
Prahalatan, P., S. Kumar and B. Raha. 2012.
Effect Of Morin, A Flavanoid Against
Doca-Salt Hypertensive Rats : A Dose
Dependent Study. Asian Pacific Journal
of Tropical Biomedicine 443-448
Rao, Y. M., I. A. Lakshmi., C. H. Bhargavi
and S. Umavenkatesh. 2011. Effect of
Ace Inhibitors on Antioxidant Status in
Streptozotocin Induced Diabetic Rats.
Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research 4(1): 134-137.
Rocha, R., C. T. Stier, Jr., I. Kifor., M. R.
Ochoa-Maya., H. G. Rennke., G. H.
Williams and G. K. Adler. 2000.
Aldosterone: A Mediator of Myocardial
Necrosis and Renal Arteriopathy.
Endocrinology 141 (10): 3871-3878.
Seelee,W,. W. Tungjaroenchai and M.
Natvaratat. 2009. Development of Low
Fat Set-type Probiotic Yoghurt From Goat
Milk. Asian Journal of Food and AgroIndustry 2(04): 771-779.
Sharma, P. K., N. S. Vyawahare and A.
Ladhha. 2010. Preclinical Screening
Models For Hypertension in Rodents : A
Review. Phamacology 3: 458-472.
Silanikove, N., G. Leitner., U. Merin., C. G.
Prosser. 2010. Recent Advances in
Exploiting Goat’s Milk: Quality, Safety
and Production Aspects. Small Ruminant
Research 89: 110–124.
Silva, S. V., A. Pihlanto and F. X. Malcata.
2006. Bioactive Peptides in Ovine and
Caprine Cheeselike Systems Prepared
with Proteases from Cynara cardunculus.
Journal Dairy Science 89: 3336–3344.
Sládková, M., S. Kojšová., L. Jendeková and
O. Pecháňová. 2007. Chronic and Acute
Effects of Different Antihypertensive
Drugs on Femoral Artery Relaxation of L-
Goats’ Milk Decreases Oxidative-StressMediated Atherogenicity in Human
Subjects. British Journal of Nutrition
90:449-456.
Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan
Percobaan : Untuk Penelitian Bidang
Biologi,
Pertanian,
Peternakan,
Peikanan,
Kedokteran,
Kedokteran
Hewan, Farmasi. Cetakan Pertama.
Airlangga University Press. Surabaya.
Ledesma, B. H., B. Miralles., L. Amigo and
M. Ramos. 2005. Identification of
Antioxidant and Ace-Inhibitory Peptides
in Fermented Milk. Journal of The
Science of Food and Agriculture 85:
1041-1048.
Liu, J. R., Y. Y. Lin., M. J. Chen., L. J. Chen
and C. W. Lin. 2005. Antioxidative
Activities of Kefir. Asian-Australia
Journal Animal Science 18(4): 567-573.
Martinez, D. V., R. Rocha., M. Matsumura.,
E. Oestreicher., M. Ochoa-Maya., W.
Roubsanthisuk., G. H. Williams and G. K.
Adler. 2002. Cardiac Damage Prevention
by Eplerenone: Comparison With Low
Sodium Diet or Potassium Loading.
Hypertension 39: 614-618.
Mescher, A. L. 2010. Junqueira's Basic
Histology. The McGraw-Hill Companies,
Inc.United States of America.
Nadar, S and G. Lip. 2009. Hypertension.
Oxford University Press Inc., New York
53-63.
Nafrialdi. 2007. Antihipertensi. Farmakologi
dan Terapi. Edisi Kelima. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Palaniswamy, M., B. Nandhini. and J.
Angayarkanni.
2012.
Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitory Activity
and Antioxidant Properties of Goat Milk
Hydrolysates. International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 4
(4) ISSN-0975-1491.
Park, Y. W. 2009. Bioactive Components In
Goat Milk. Willey-Blackwell. ISBN 9780-8138-198202. Singapore
Pechanova, O. 2007. Contribution of
Captopril Thiol Group to The Prevention
12
NAME Hypertensive Rats. Physiological.
Research 56 (2): S85-S91.
Tedjasukmana, P. 2012. Tata Laksana
Hipertensi. CDK-192 39(4): 251-255.
Tidona, F., A. Criscione., A. M. Guastella.,
A. Zuccaro., S. Bordonaro and D.
Marletta. 2009. Bioactive Peptides in
Dairy Products. Italian Journal Animal
Science 8: 315-340.
Tomotake, H., R. Okuyama., M. Katagiri.,
M. Fuzita M. Yamato and F. Ota. 2006.
Comparison Between Holstein Cow's
Milk and Japanese Saanen Goat's Milk in
Fatty
Acid
Composition,
Lipid
Digestibility
and
Protein
Profile.
Biotechnology and Biochemistry 70:
2771-2774.
Wati, I. P., Aulanni’am dan C. Mahdi. 2013.
Aktivitas Protease dan Gambaran
Histologi Ginjal Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Pasca Induksi CyclosporineA. Kimia.Studentjournal 1(2): 257-263.
Yudomustopo, B. 2006. Abstrak Peroksida
Lipid dan Glutation Peroksidase Jantung
Akibat Diet Makanan Tinggi Garam:
Penelitian Eksperimental pada Model
Hewan Coba Tikus Sprague Dawley
Bunting. Penelitian Kesehatan Seri 24
(Abstrak).
Yusuf, I. 2008. Hipertensi Sekunder.
Medical Review 21(3) Edisi Juli.
Zuhir, E. 2011. Hubungan Gangguan Fungsi
Kognitif Dengan Hipertensi Ditinjau Dari
Aspek Il-6 Dan Tnf-Αlfa [Thesis].
Program
Pascasarjana.
Universitas
Andalas. Padang.
13
Download