e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENERAPAN METODE BERMAIN OUTDOOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK I Gst Ayu Dwi Gunayanti1, Ni Ketut Suarni2, Luh Ayu Tirtayani3 1,3 Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail:[email protected], [email protected] , [email protected] Abstrak Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Aisyiyah Singaraja pada anak kelompok A, menunjukkan kemampuan kognitif anak masih rendah. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna setelah diterapkannya metode bermain outdoor pada anak kelompok A semester II di TK Aisyiyah Singaraja. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A semester II tahun ajaran 2014/2015 di TK Aisyiyah Singaraja dengan jumlah subjek 20 orang. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan menggunakan lembar observasi. Data yang dikumpulkan menggunakan metode analisis data statistic deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep, bentuk, ukuran dan warna pada anak setelah penerapan metode bermain outdoor. Pada siklus I rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada anak adalah 68,00% yang berada pada kriteria sedang dan pada siklus II ratarata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada anak menjadi 84,6% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi dapat disimpulkan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada anak meningkat dari siklus I kesiklus II. Kata kunci: metode bermain outdoor, kemampuan kognitif, PTK Abstract Based on the result of observation done on group A students of Aisyiyah Singaraja kindergarden, it showed that students’ cognitive ability was still low. So that this study aimed to determine the improvement of students’ cognitive abities on recognizing the concept of shapes, sizes, and colour after the outdoor play method was implemented on group A students on second semester of the academic year 2014/2015 in Aisyiyah Singaraja kindergarden. This research was a classroom action research (PTK). The subjects in this study were students of group A on the second semester of the academic year 2014/2015 in Aisyiyah Singaraja kindergarten with number of subjects 20 students. The research was conducted in two cycles. The data collection used in this research was the observation method. Data analysis methods used were descriptive statistics analysis and quantitative descriptive statistic methods. The data analysis showed that the average percentage of cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors on students increased after outdoor play method was applied to the subjects. In the first cycle the average percentage of cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors in children was 68.00%, which the result was categorized on the average criteria and the second cycle the average percentage of cognitive abilities in recognizing the concept of shape, size and color on the students was 84.6%, which was categorized on high criteria. So the increase e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) in cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors on students from the first cycle to the second cycle. Keywords: outdoor play method, cognitive ability, classroom action research e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang kepada anak anak sejak lahir sampai usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk mambantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Satuan pendidikan anak usia dini menyelenggarakan berbagai layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak, baik jalur pendidikan formal maupun informal. Salah satu program jalur pendidikan formal bagi anak usia empat sampai enam tahun yaitu pendidikan taman kanak-kanak (TK). Pendidikan di TK merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Dalam perkembangan diri anak didik di TK diperlukan dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana, seperti media, ruang kelas, ruang bermain, program-program yang memadai serta suasana pendidikan TK. Fasilitas dan media tersebut harus sesuai dengan karakteristik anak agar pelayanan pendidikan bagi peserta didik di TK yang bersangkutan dapat berjalan dengan optimal. Keterampilan sosok guru atau pengasuh sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di TK agar bisa berjalan dengan efektif, menarik dan menyenangkan. Pemberian stimulus dan latihan-latihan sebaiknya diberikan sejak dini agar dapat merangsang dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Anak usia dini merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai semua aspek perkembangan yang optimal, baik perkembangan fisik maupun psikis, seperti kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional serta moral dan agama. Terutama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak, perkembangan kognitif anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada aspek yang lain. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan dan menemukan hubungan sebab-akibat. Nugraha (Hartati, 2014:2). Kemampuan kognitif merupakan salah satu bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kognitif ini bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir anak untuk mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berfikir teliti. Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Menurut Witherington (Sujiono, 2007:16), juga mengemukakan bahwa kognitif adalah fikiran, melalui fikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah. Selanjutnya perkembangan kognitif adalah perkembangan fikiran. Fikiran adalah bagian dari proses berfikir dari otak. Fikiran yang digunakan untuk mengenali, mengetahui dan memahami. Menurut Jean Piaget (dalam Mutiah, 2010:101) berpendapat bahwa kognitif adalah cara berfikir anak untuk menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka. Mereka berlatih menggunakan informasi-informasi yang sudah mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan informasi baru dengan keterampilan yang sudah dikenal, mereka juga menguji pengalamannya dengan gagasan-gagasan baru. Saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) tetapi mereka belajar mempraktikkan dan mengonsolidasikan keterampilan yang baru di peroleh. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah kemampuan berpikir logis untuk menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi dan mampu memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Piaget (Dewi, 2005:11) juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif di bagi menjadi lima tahap yaitu: tahap sensori motorik (usia 0-24 bulan), tahap pra-operasional (2tahun-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7 – 11tahun), tahap operasional formal (usia 11 tahun). Pada tahap pra-operasional anak usia 2 sampai 7 tahun perkembangan kognitifnya adalah Menyebutkan urutan bilangan dari 1-20, Menyebut, menunjuk dan mengelompokan 5 warna, menyusun kembali kepingan/ puzzle sehingga menjadi bentuk utuh, memasangkan benda sesuai pasangannya, mengelompokan benda dengan berbagai cara yang di ketahui anak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelompok A TK Aisyiyah Singaraja pada masa PPL Real menunjukan bahwa, kemampuan kognitif anak masih kurang. Hal ini disebabkan kurangnya pemanfaatan media yang ada di lingkungan sekolah, dilihat dalam kegiatan anak nampak sulit membedakan konsep warna dan mengurutkan ukuran dari kecil ke besar atau sebaliknya. Hasil ini terbukti dari hasil pengumpulan data yang berupa narasi atau rapor semester I tahun 2014 di kelompok A dari jumlah anak 20 orang, anak yang memperoleh bintang tiga (***) yaitu 11 orang dan anak yang memperoleh bintang dua (**) yaitu 9 orang. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan kognitif pada anak kelompok A di TK Aisyiyah Singaraja perlu ditingkatkan. Kesulitan guru dalam menerapkan metode yang tepat adalah salah satu kendala dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak. Hal ini dipersulit dengan kurangnya memanfaatan media yang ada di luar kelas yang mampu menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkatan kemampuan kognitif. Pengelola dan guru TK Aisyiyah Singaraja telah melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Prinsip utama pada pembelajaran anak usia dini yaitu menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar serta menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran seperti metode yang mampu melibatkan anak untuk ikut melakukan langsung pembelajaran yang hendak di sampaikan guru. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar, serta dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Kemampuan kognitif anak juga dapat dilihat dalam kegiatan bermain. Metode bermain merupakan metode yang sering dipergunakan di TK. Menurut Moeslichatoen 2004:31 menyatakan, “ bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak”. Bermain akan memuaskan tuntutan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial, nilai- nilai dan sikap hidup. Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulang-ulang dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna dalam memahami tahap perkembangan anak yang kompleks. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Masalah tersebut dapat diatasi dengan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mengadakan kegiatan yang mampu menstimulasi kemampuan kognitif anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kegiatan tersebut seperti bermain outdoor yang di lakukan diluar kelas sesuai dengan tema kegiatan. Bermain outdoor atau lingkungan sekitar merupakan sumber e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Bermain outdoor dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hal ini sejalan dengan Graham (Simatupang, 2005) mendifinisikan bermain sebagai tingkah laku motivasi instrinsik yang dipilih secara bebas, berorientasi pada proses yang disenangi. bermain merupakan wadah bagi anak untuk merasakan berbagai pengalaman seperti emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif dan bermain pasif. Tedjasaputra (dalam digilib.unimus, 2001:50). Bermain aktif biasanya dikaitkan dengan adanya aktivitas fisik yang dilakukan anak. Permainan Aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Sedangkan bermain pasif biasanya minim melibatkan aktivitas fisik. Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri. Menurut Suryani (2008:1) karyawisata dapat dirancang sedemikian rupa sehingga memuat nilai-nilai pendidikan. Artinya ketika melakukan outdoor metode bermain outdoor bisa digunakan, karena dengan metode bermain outdoor dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak, yaitu kemampuan dasar yang terdiri dari fisik, kognitif, bahasa, seni dan prilaku yang terdiri dari moral-agama dan sosial emosional. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode bermain outdoor merupakan salah satu kegiatan bagi anak TK dengan mengadakan proses pembelajaran di luar kelas dengan mengamati langsung yang melibatkan pengalaman anak untuk mengikuti tantangan pertualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti permainan, olahraga, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya, yang mampu mengembangkan kemampuan anak. Adelia 2012:21, menyampaikan secara umum tujuan yang ingin dicapai melalui aktivitas bermain outdoor yaitu Mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka dengan seluas-luasnya di alam terbuka, mengenalkan berbagai kegiatan di luar kelas yang dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunikasi sekitar untuk pendidikan. Metode belajar ini lebih banyak menggunakan aktivitas belajar (action learning), yaitu anak belajar melalui pengalaman (mengalami dan melakukan langsung). Dengan mengalami langsung, peserta didik diharapkan lebih semangat belajar, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar ini diharapkan agar kelak anak jadi lebih peduli dengan lingkungan dan mengetahui aplikasi pengetahuan yang dipelajarinya. Sehingga, tidak sebatas teori belaka. METODE Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 April 2015 sampai dengan 6 Juni 2015 pada anak kelompok A semester II TK Aisyiyah Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok A semester II berjumlah 20 orang yaitu 12 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Variabel dalam penelitian ada dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bermain outdoor. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi. Menurut Dimyati (2013:92) metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti. Observasi di lakukan untuk mengamati aktivitas anak selama kegiatan pembelajaran berlangsung, melalui observasi tersebut dapat dilihat peningkatan aktivitas belajar yang meliputi perkembangan kemampuan kognitif anak dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini, e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan kognitif anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode bermain outdoor. Setiap kegiatan diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.50 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai harapan, (****) berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, observasi, tindakan dan refleksi Suyanto, (2007). Selain metode tersebut di atas, penelitian ini juga menggunakan instrument penelitian. Instrument dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Dimyati, 2013:100) “instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan peneliti agar kegiatan penelitiannya dapat memperoleh data secara efektif dan efisien”. Sehingga dari pendapat tersebut di simpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang di gunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini data yang di perlukan dari hasil adalah kemampuan kognitif anak. Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran, melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan masalah Witherington, (dalam Sujiono, 2007:16). Aspek-aspek yang di ukur dalam perkembangan kognitif di sesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun yang di kemukakan oleh Piaget (dalam Dewi, 2005:11) yaitu, 1) Menyebut, menunjuk dan mengelompokan 5 warna, 2) Mengelompokan benda dengan berbagai cara yang di ketaui anak, misalnya mengelompokan menurut warna, bentuk, dan ukuran, 3) mengenal perbedaan kasar halus, berat ringan, panjang pendek, besar kecil, jauh dekat. Suharsimi Arikunto (dalam Dimyati, 2013:101) juga menyatakan agar peneliti dapat menyusun instrument penelitian dengan baik, maka harus terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrument. Tujuan penyusunan kisi-kisi instrumen ini adalah merumuskan ruang lingkup bagian-bagian yang di amati, sehingga perumusan ini dapat menjadi petunjuk bagi penyusun lembar aspek observasi. Instrumen kemampuan kognitif anak dapat di kembangkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak berdasarkan Permendiknas No 58 th 2009. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pertama menyamakan persepsi metode bermain, kedua menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM), ketiga menyususun rencana kegiatan harian (RKH), keempat menyiapkan media atau alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu media yang ada di lingkungan sekolah, kelima mengatur anak dalam melaksanakan kegiatan dan keenam menyiapkan instrument penelitian tentang kemampuan kognitif anak. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan bahasa lisan anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Tingkatan perkembangan kognitif melalui metode bermain outdoor, dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut. outdoor pada anak kelompok A di TK Aisyiyah Singaraja diperoleh rata-rata persentase kemampuan kognitif anak pada siklus I sebesar 68% berada pada kriteria sedang. Berikut adalah grafik kemampuan kognitif pada siklus I. Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima Presentase Kreteria Kemampuan 90-100 80-89 65-79 55-64 0-54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Gambar 1. Grafik Kemampuan kognitif Siklus I Berdasarkan pedoman PAP Skala Lima mengenai peningkatan kemampuan kognitif anak dengan penerapan metode bermain outdoor maka penelitian ini dianggap berhasil jika mampu menjawab tujuan dalam penelitian ini yaitu terjadi peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II. Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo<Me<M (9<10<10,9). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus Mo=9 I cenderung rendah dan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 68%, apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 65-79 % yang berarti bahwa hasil kemampuan kognitif pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode bermain outdoor untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kendala yang ditemukan tersebut menyebabkan hasil kemampuan kognitif anak kelompok A di TK Aisyiyah Singaraja berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pembelajaran siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 April 2015 sampai 15 mei 2015. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat minggu. Tiap minggu pada masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pada minggu pertama sampai minggu ketiga dilakukan tindakan pembelajaran dan minggu keempat melaksanakan evaluasi penilaian. Data hasil belajar anak pada kemampuan kognitif disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak dengan penerapan metode bermain e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) peneliti, sehingga kemampuan kognitif anak dapat meningkat. Peningkatan kemampuan kognitif anak dapat dilihat melalui grafik berikut. seperti emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Kegiatan bermain outdoor merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di luar kelas/luar ruangan dengan cara mengamati lingkungan secara langsung sesuai dengan kenyataannya. Bermain outdoor dilakukan di lingkungan sekolah, dengan mengamati lingkungan sekitar, seperti anak diarahkan untuk mengamati benda-benda sesuai dengan jenis warnanya, mengamati benda berdasarkan ukurannya. Sependapat dengan Patmonodewo (dalam Novitri 2014:65) kegiatan bermain outdoor melatih anakanak untuk dapat mengamati lingkungannya secara nyata. Seperti mengamati tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah, anak mampu membedakan warna bunga dan daunnya sesuai dengan yang mereka lihat. Selain itu Soetjiningsih (dalam Erlina: 2011) bermain merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Sama halnya dalam metode bermain outdoor, anak belajar mengenal lingkungan sekitarnya secara langsung dari mengamati apa yang ada di sekitar, bagaimana suasana di sekolah. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan dan cinta kasih. Melalui metode bermain outdoor dapat merangsang minat anak terhadap sesuatu, menambah wawasan serta memepercepat perkembangan kognitif anak dalam kemampuan berfikir dan membuat penilaian. Menurut Piaget (dalam Fridani, dkk 2010:3.5) mengatakan salah satu prinsip mendasar dalam teorinya adalah bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan/aksi pembelajaran. Dalam hal ini kegiatan bermain outdoor dapat menambah pengetahuan anak dalam kegiatan mengamati dan menggali pengetahuannya melalui pengamalan secara langsung dan nyata. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan teori menurut para ahli yang mendukung penelitian ini. Menurut Nugraha (2005:36) mengatakan bahwa, kemampuan kognitif adalah kemampuan M=13,5 Me=14 Mo=15 Gambar 2. Grafik Kemampuan kognitif Siklus II Grafik polygon di atas menunjukan bahwa bahwa Mo>Me>M (15>14>13,5), Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 84,6% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89% yang berarti bahwa hasil kemampuan bahasa lisan pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan kognitif pada anak kelompok A semester II TK Aisyiyah Singaraja sebesar 16% yaitu dari kategori sedang menjadi kategoi tinggi. Pembahasan Hasil analisis data membuktikan pemberian tindakan bermain outdoor meningkatkan kognitif anak dalam proses pembelajaran. Graham (dalam Simatupang, 2005) mendefinisikan bermain sebagai tingkah laku motivasi instrinsik yang dipilih secara bebas, berorientasi pada proses yang disenangi. Bermain merupakan wadah bagi anak untuk merasakan berbagai pengalaman e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) berpirik logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab-akibat. Montalalu (Siti, 2014) mengatakan bahwa kognitif yaitu anak mampu untuk berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat seperti contohnya mengelompokkan, menyebutkan, dan membedeakan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah kemampuan berpikir logis untuk mencciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang duniannya melalui intraksi dan mampu memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. Metode bermain outdoor, merupakan pendidikan luar kelas yang aktivitasnya dilaksanakan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya” seperti bermain di lingkungan sekolah, taman sekolah, perkampungan nelayan, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan serta perkembangan aspek pengetahuan yang mendukung. Hal ini terlihat dari anak bermain di lingkungan sekolah saat penerapan metode bermain outdoor anak terlihat aktif dan antusias ketika guru memberikan kegiatan untuk mengati lingkungan sekolah. Anak mampu mencari dan mengati di sekitar sekolah tentang apa saja yang terdapat di sekolah, anak mengati tetang jenis tanaman apa saja yang ada di lingkungan sekolah dan anakanak mampu menyelaskannya sesuai dengan keadannya yang sebenarnya. Menurut Wulandari (2013: 12), out door learning “merupakan suatu kegiatan di luar kelas yang menjadikan pembelajaran di luar kelas menarik dan menyenangkan, serta lebih menyatu dengan alam”, berarti anak memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi atau mengkaji segala sesuatu secara langsung. Pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas dan juga memberi kesempatan anak untuk mengalami sendiri dari dekat. Seperti ketika guru menayakan jenis tanaman apa saja yang ada di lingkungan mu? Anak anak mengati lingkungan sekitarnya dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Tedjasaputra (dalam digilib.unimus, 2001:50) bermain aktif biasannya dikaitkan dengan adanya aktivitas fisik yang dilakukan anak. permainan aktif yaitu jenis permainan yang banyak melibatkan aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Sedangkan bermain pasif biasannya minim melibatkan aktivitas fisik. Permainan pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasrkan kegiatan yang dilakukannya sendiri. Bermain outdoor merupakan proses pembelajaran di luar kelas ke tempat yang luas dan memiliki sarana untuk perkembangan anak melalui metode bermain, menerapkan strategi yang tepat untuk menerapkan pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini. Permainan dan aktivitas di luar memberikan rangsangan yang berbeda pada anak. Aktivitas pembelajaran di luar kelas dapat membantu anak melatih kemampuan kognitif terutama dalam konsep bentuk, ukuran dan warna. Dalam mengembangkan kemampuan anak konsep bermain tidak akan mendukung perkembangan kognitif saja, akan tetapi bermain akan mengasah seluruh aspek dalam diri anak. Menurut Jannah (2013:163), mengungkapkan begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan, anak memperoleh pengalaman lebih banyak. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut, guru dapat membawa berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruang kelas ke alam terbuka. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka menunjukan bahwa penerapan metode bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Aisyiyah Singaraja. e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Metode bermain outdoor dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Aisyiyah Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan kognitif anak sebesar 68% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan kognitif anak sebesar 84,6% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi peningkatan kemampuan bahasa lisan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 16%. Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Predana Media Group. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI. Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas. Saran Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah yaitu agar dapat menciptakan kondisi belajar yang memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang khususnya dalam bermain. Kepada guru kelas agar mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK khususnya untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan menerapkan metode bermain outdoor dengan menarik dan kreatif agar dapat lebih menarik perhatian anak. Keterbatasan waktu menjadi permasalahan sehingga penelitian ini tidak mencapai kreteria sangat tinggi. Kepada peneliti lain juga diharapkan agar bisa meneruskan penelitian ini sehingga mencapai hasil yang optimal. Hartati, N.P.E. 2014. Penerapan Metode Bermain Berbantuan Pancing Mangnet Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Santa Maria Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan PG PAUD FIP Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Jannah, Alfiyatul. 2013. Kesalahankesalahan guru PAUD yang sering dianggap sepele. Jogyakarta: Diva Press. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana DAFTAR PUSTAKA Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Adelia, Vera.. 2012. Metode mengajar di luar kelas (outdoor study). Jogyakarta: DIVA Press Montalalu, B.E.F, dkk. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Agung, A.A.G. 2012, Metodologi Penelitian Pendidikan. Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.Jakarta: Depdiknas. Pradnya, N.M.S. 2014. Penerapan Metode Drill Berbantuan Media Kotak Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015) Pancing Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan PG PAUD FIP Universitas Pendidikan Hanesha, Singaraja Sujiono, Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks. Sujiono, Yuliani. 2010. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Suryani, Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak. Suyanto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan dan Reflksi dosen dan guru. Makalah Disajikan Pada Kegiatan Semblok PTK Dan Inovasi Pembelajaran Yang Mendidik Di SD. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Vera. Adelia. 2012. Metode mengajar di luar kelas (outdoor study). Jogyakarta: DIVA Press Wulandari. 2015. Pengertian outdoor learning. http://www.definisipengertian.com/2015/04/pengertianout-door-konsep-pendidikan.html (diaskes pada jumat, 29 Mei 2015