penerapan metode bermain outdoor untuk

advertisement
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENERAPAN METODE BERMAIN OUTDOOR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
I Gst Ayu Dwi Gunayanti1, Ni Ketut Suarni2, Luh Ayu Tirtayani3
1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD, 2Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail:[email protected], [email protected] ,
[email protected]
Abstrak
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Aisyiyah Singaraja pada anak kelompok A,
menunjukkan kemampuan kognitif anak masih rendah. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan
warna setelah diterapkannya metode bermain outdoor pada anak kelompok A semester II di
TK Aisyiyah Singaraja. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek
dalam penelitian ini adalah anak kelompok A semester II tahun ajaran 2014/2015 di TK
Aisyiyah Singaraja dengan jumlah subjek 20 orang. Penelitian dilakukan dalam dua siklus.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan
menggunakan lembar observasi. Data yang dikumpulkan menggunakan metode analisis data
statistic deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep,
bentuk, ukuran dan warna pada anak setelah penerapan metode bermain outdoor. Pada
siklus I rata-rata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan
warna pada anak adalah 68,00% yang berada pada kriteria sedang dan pada siklus II ratarata persentase kemampuan kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada
anak menjadi 84,6% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi dapat disimpulkan kemampuan
kognitif dalam mengenal konsep bentuk, ukuran dan warna pada anak meningkat dari siklus I
kesiklus II.
Kata kunci: metode bermain outdoor, kemampuan kognitif, PTK
Abstract
Based on the result of observation done on group A students of Aisyiyah Singaraja
kindergarden, it showed that students’ cognitive ability was still low. So that this study aimed to
determine the improvement of students’ cognitive abities on recognizing the concept of
shapes, sizes, and colour after the outdoor play method was implemented on group A
students on second semester of the academic year 2014/2015 in Aisyiyah Singaraja
kindergarden. This research was a classroom action research (PTK). The subjects in this
study were students of group A on the second semester of the academic year 2014/2015 in
Aisyiyah Singaraja kindergarten with number of subjects 20 students. The research was
conducted in two cycles. The data collection used in this research was the observation
method. Data analysis methods used were descriptive statistics analysis and quantitative
descriptive statistic methods. The data analysis showed that the average percentage of
cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors on students
increased after outdoor play method was applied to the subjects. In the first cycle the average
percentage of cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors in
children was 68.00%, which the result was categorized on the average criteria and the second
cycle the average percentage of cognitive abilities in recognizing the concept of shape, size
and color on the students was 84.6%, which was categorized on high criteria. So the increase
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
in cognitive abilities in recognizing the concept of shapes, sizes and colors on students from
the first cycle to the second cycle.
Keywords: outdoor play method, cognitive ability, classroom action research
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
PENDAHULUAN
Pendidikan
anak
usia
dini
merupakan jenjang pendidikan sebelum
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia
dini merupakan upaya pembinaan yang
kepada anak anak sejak lahir sampai usia
enam
tahun
melalui
pemberian
rangsangan pendidikan untuk mambantu
pertumbuhan dan perkembangan anak
agar memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Satuan pendidikan
anak
usia
dini
menyelenggarakan
berbagai
layanan
pendidikan
yang
disesuaikan
dengan
kondisi
dan
kemampuan anak, baik jalur pendidikan
formal maupun informal. Salah satu
program jalur pendidikan formal bagi anak
usia empat sampai enam tahun yaitu
pendidikan taman kanak-kanak (TK).
Pendidikan di TK merupakan upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh
dan memberikan kegiatan pembelajaran
yang mampu menghasilkan kemampuan
dan keterampilan anak.
Dalam perkembangan diri anak didik
di TK diperlukan dukungan berbagai
fasilitas, sarana dan prasarana, seperti
media, ruang kelas, ruang bermain,
program-program yang memadai serta
suasana pendidikan TK. Fasilitas dan
media tersebut harus sesuai dengan
karakteristik
anak
agar
pelayanan
pendidikan bagi peserta didik di TK yang
bersangkutan dapat berjalan dengan
optimal. Keterampilan sosok guru atau
pengasuh sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran di TK agar bisa berjalan
dengan
efektif,
menarik
dan
menyenangkan. Pemberian stimulus dan
latihan-latihan sebaiknya diberikan sejak
dini agar dapat merangsang dan
mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
perkembangan pada anak.
Anak usia dini merupakan anak yang
sedang
membutuhkan
upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai semua aspek
perkembangan
yang
optimal,
baik
perkembangan fisik maupun psikis, seperti
kognitif, bahasa, motorik, sosial-emosional
serta moral dan agama. Terutama dalam
hal pertumbuhan dan perkembangan
kognitif anak, perkembangan kognitif anak
sangat
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pada
aspek yang lain.
Kemampuan
kognitif
adalah
kemampuan berfikir logis, kritis, memberi
alasan, memecahkan dan menemukan
hubungan sebab-akibat. Nugraha (Hartati,
2014:2). Kemampuan kognitif merupakan
salah
satu
bidang
pengembangan
kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitas anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Pengembangan
kognitif ini bertujuan mengembangkan
kemampuan berfikir anak untuk mengolah
perolehan belajarnya, dapat menemukan
bermacam-macam alternatif pemecahan
masalah,
membantu
anak
untuk
mengembangkan
kemampuan
logika
matematikanya dan pengetahuan akan
ruang dan waktu, serta mempunyai
kemampuan
untuk
memilah-milah,
mengelompokkan serta mempersiapkan
pengembangan kemampuan berfikir teliti.
Kognitif adalah suatu proses berfikir,
yaitu
kemampuan
individu
untuk
menghubungkan,
menilai
dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau
peristiwa. Menurut Witherington (Sujiono,
2007:16), juga mengemukakan bahwa
kognitif adalah fikiran, melalui fikiran dapat
digunakan dengan cepat dan tepat untuk
mengatasi
suatu
situasi
untuk
memecahkan
masalah.
Selanjutnya
perkembangan
kognitif
adalah
perkembangan fikiran. Fikiran adalah
bagian dari proses berfikir dari otak.
Fikiran yang digunakan untuk mengenali,
mengetahui dan memahami.
Menurut Jean Piaget (dalam Mutiah,
2010:101) berpendapat bahwa kognitif
adalah
cara
berfikir
anak
untuk
menciptakan sendiri pengetahuan mereka
tentang
dunianya
melalui
interaksi
mereka. Mereka berlatih menggunakan
informasi-informasi yang sudah mereka
dengar
sebelumnya
dengan
menggabungkan informasi baru dengan
keterampilan yang sudah dikenal, mereka
juga menguji pengalamannya dengan
gagasan-gagasan baru. Saat bermain
anak tidak belajar sesuatu yang baru,
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
tetapi mereka belajar mempraktikkan dan
mengonsolidasikan keterampilan yang
baru di peroleh.
Berdasarkan
pemaparan
diatas
dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kognitif adalah kemampuan berpikir logis
untuk menciptakan sendiri pengetahuan
mereka tentang dunianya melalui interaksi
dan mampu memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat.
Piaget
(Dewi,
2005:11)
juga
mengemukakan bahwa perkembangan
kognitif di bagi menjadi lima tahap yaitu:
tahap sensori motorik (usia 0-24 bulan),
tahap pra-operasional (2tahun-7 tahun),
tahap operasional konkrit (usia 7 –
11tahun), tahap operasional formal (usia
11 tahun). Pada tahap pra-operasional
anak
usia
2
sampai
7
tahun
perkembangan
kognitifnya
adalah
Menyebutkan urutan bilangan dari 1-20,
Menyebut, menunjuk dan mengelompokan
5 warna, menyusun kembali kepingan/
puzzle sehingga menjadi bentuk utuh,
memasangkan
benda
sesuai
pasangannya, mengelompokan benda
dengan berbagai cara yang di ketahui
anak.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di kelompok A TK Aisyiyah
Singaraja
pada
masa
PPL
Real
menunjukan bahwa, kemampuan kognitif
anak masih kurang. Hal ini disebabkan
kurangnya pemanfaatan media yang ada
di lingkungan sekolah, dilihat dalam
kegiatan anak nampak sulit membedakan
konsep warna dan mengurutkan ukuran
dari kecil ke besar atau sebaliknya. Hasil
ini terbukti dari hasil pengumpulan data
yang berupa narasi atau rapor semester I
tahun 2014 di kelompok A dari jumlah
anak 20 orang, anak yang memperoleh
bintang tiga (***) yaitu 11 orang dan anak
yang memperoleh bintang dua (**) yaitu 9
orang.
Berdasarkan
data-data
tersebut
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan kognitif pada anak kelompok
A di TK Aisyiyah Singaraja perlu
ditingkatkan.
Kesulitan
guru
dalam
menerapkan metode yang tepat adalah
salah satu kendala dalam meningkatkan
kemampuan kognitif pada anak. Hal ini
dipersulit dengan kurangnya memanfaatan
media yang ada di luar kelas yang mampu
menunjang proses kegiatan belajar dalam
meningkatan
kemampuan
kognitif.
Pengelola dan guru TK Aisyiyah Singaraja
telah melakukan diskusi untuk mencari
solusi dari permasalahan tersebut.
Prinsip utama pada pembelajaran
anak usia dini yaitu menggunakan
berbagai media atau permainan edukatif
dan sumber belajar serta menggunakan
metode yang tepat dalam pembelajaran
seperti metode yang mampu melibatkan
anak untuk ikut melakukan langsung
pembelajaran yang hendak di sampaikan
guru. Media dan sumber pembelajaran
dapat berasal dari lingkungan alam
sekitar,
serta
dilaksanakan
secara
bertahap dan berulang-ulang.
Kemampuan kognitif anak juga dapat
dilihat dalam kegiatan bermain. Metode
bermain merupakan metode yang sering
dipergunakan
di
TK.
Menurut
Moeslichatoen 2004:31 menyatakan, “
bermain merupakan pekerjaan masa
kanak-kanak dan cermin pertumbuhan
anak”. Bermain akan memuaskan tuntutan
perkembangan motorik, kognitif, bahasa,
sosial, nilai- nilai dan sikap hidup. Bermain
adalah hal penting bagi seorang anak,
permainan
dapat
memberikan
kesempatan
untuk
melatih
keterampilannya secara berulang-ulang
dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai
dengan cara dan kemampuannya sendiri.
Kesempatan bermain sangat berguna
dalam memahami tahap perkembangan
anak yang kompleks. Melalui bermain,
anak memperoleh dan memproses
informasi mengai hal-hal baru dan berlatih
melalui keterampilan yang ada.
Masalah tersebut dapat diatasi
dengan berbagai alternatif pemecahan
masalah dengan mengadakan kegiatan
yang mampu menstimulasi kemampuan
kognitif anak yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan anak. Kegiatan
tersebut seperti bermain outdoor yang di
lakukan diluar kelas sesuai dengan tema
kegiatan.
Bermain
outdoor
atau
lingkungan sekitar merupakan sumber
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
belajar yang kaya dan menarik untuk
anak-anak.
Bermain
outdoor
dapat
membantu
dalam
meningkatkan
kemampuan kognitif anak. Hal ini sejalan
dengan Graham (Simatupang, 2005)
mendifinisikan bermain sebagai tingkah
laku motivasi instrinsik yang dipilih secara
bebas, berorientasi pada proses yang
disenangi. bermain merupakan wadah
bagi anak untuk merasakan berbagai
pengalaman seperti emosi, senang, sedih,
bergairah, kecewa, bangga, marah dan
sebagainya. Melalui bermain, anak
memperoleh dan memproses informasi
mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui
keterampilan yang ada. Kegiatan bermain
menurut jenisnya terdiri atas bermain aktif
dan bermain pasif.
Tedjasaputra (dalam digilib.unimus,
2001:50). Bermain aktif biasanya dikaitkan
dengan adanya aktivitas fisik yang
dilakukan anak. Permainan Aktif yaitu
jenis permainan yang banyak melibatkan
aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan
tubuh. Sedangkan bermain pasif biasanya
minim
melibatkan
aktivitas
fisik.
Permainan Pasif yaitu anak memperoleh
kesenangan bukan berdasarkan kegiatan
yang dilakukannya sendiri.
Menurut
Suryani
(2008:1)
karyawisata dapat dirancang sedemikian
rupa
sehingga
memuat
nilai-nilai
pendidikan. Artinya ketika melakukan
outdoor metode bermain outdoor bisa
digunakan, karena dengan metode
bermain outdoor dapat mengembangkan
aspek-aspek perkembangan anak, yaitu
kemampuan dasar yang terdiri dari fisik,
kognitif, bahasa, seni dan prilaku yang
terdiri dari moral-agama dan sosial
emosional. Jadi dapat disimpulkan bahwa
metode bermain outdoor merupakan salah
satu kegiatan bagi anak TK dengan
mengadakan proses pembelajaran di luar
kelas dengan mengamati langsung yang
melibatkan pengalaman anak untuk
mengikuti tantangan pertualangan yang
menjadi dasar dari aktivitas luar kelas
seperti permainan, olahraga, mengenal
kasus-kasus lingkungan di sekitarnya,
yang
mampu
mengembangkan
kemampuan anak.
Adelia
2012:21,
menyampaikan
secara umum tujuan yang ingin dicapai
melalui aktivitas bermain outdoor yaitu
Mengarahkan
peserta
untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas
mereka dengan seluas-luasnya di alam
terbuka, mengenalkan berbagai kegiatan
di luar kelas yang dapat membuat
pembelajaran
lebih
kreatif,
dan
Memanfaatkan
sumber-sumber
yang
berasal dari lingkungan dan komunikasi
sekitar untuk pendidikan.
Metode belajar ini lebih banyak
menggunakan aktivitas belajar (action
learning), yaitu anak belajar melalui
pengalaman (mengalami dan melakukan
langsung). Dengan mengalami langsung,
peserta didik diharapkan lebih semangat
belajar, tidak bosan, dan lebih aktif.
Penggunaan alam sebagai media belajar
ini diharapkan agar kelak anak jadi lebih
peduli dengan lingkungan dan mengetahui
aplikasi pengetahuan yang dipelajarinya.
Sehingga, tidak sebatas teori belaka.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari
tanggal 13 April 2015 sampai dengan 6
Juni 2015 pada anak kelompok A
semester II TK Aisyiyah Singaraja tahun
pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini
adalah anak-anak kelompok A semester II
berjumlah 20 orang yaitu 12 orang laki-laki
dan 8 orang perempuan. Variabel dalam
penelitian ada dua, yakni variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah metode bermain
outdoor. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kemampuan kognitif.
Pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan metode observasi.
Menurut Dimyati (2013:92) metode
observasi adalah metode pengumpulan
data
dengan
melalui
pengamatan
terhadap objek yang diteliti. Observasi di
lakukan untuk mengamati aktivitas anak
selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung, melalui observasi tersebut
dapat dilihat peningkatan aktivitas belajar
yang meliputi perkembangan kemampuan
kognitif
anak
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. Dalam penelitian ini,
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
metode observasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kemampuan
kognitif
anak,
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung menggunakan
metode bermain outdoor. Setiap kegiatan
diobservasi dikategorikan ke dalam
kualitas
yang
berpedoman
pada
Permendiknas No.50 Tahun 2009 yaitu,
satu bintang (*) belum berkembang, (**)
mulai berkembang, (***) berkembang
sesuai harapan, (****) berkembang sangat
baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua
siklus.
Masing-masing
siklus
mencakup
empat
komponen
yaitu,
rencana, observasi, tindakan dan refleksi
Suyanto, (2007).
Selain metode tersebut di atas,
penelitian
ini
juga
menggunakan
instrument penelitian. Instrument dalam
penelitian ini menggunakan lembar
observasi. Menurut Suharsimi Arikunto
(dalam Dimyati, 2013:100) “instrumen
penelitian adalah alat atau sarana yang
digunakan
peneliti
agar
kegiatan
penelitiannya dapat memperoleh data
secara efektif dan efisien”. Sehingga dari
pendapat tersebut di simpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat yang di
gunakan untuk mendapatkan data dalam
penelitian. Dalam penelitian ini data yang
di perlukan dari hasil adalah kemampuan
kognitif anak.
Perkembangan kognitif merupakan
perkembangan pikiran, melalui pikiran
dapat digunakan dengan cepat dan tepat
untuk mengatasi suatu situasi untuk
memecahkan
masalah
Witherington,
(dalam Sujiono, 2007:16). Aspek-aspek
yang di ukur dalam perkembangan kognitif
di
sesuaikan
dengan
tahap-tahap
perkembangan kognitif anak usia 4-5
tahun yang di kemukakan oleh Piaget
(dalam Dewi, 2005:11) yaitu, 1) Menyebut,
menunjuk dan mengelompokan 5 warna,
2)
Mengelompokan
benda
dengan
berbagai cara yang di ketaui anak,
misalnya mengelompokan menurut warna,
bentuk, dan ukuran, 3) mengenal
perbedaan kasar halus, berat ringan,
panjang pendek, besar kecil, jauh dekat.
Suharsimi Arikunto (dalam Dimyati,
2013:101) juga menyatakan agar peneliti
dapat menyusun instrument penelitian
dengan baik, maka harus terlebih dahulu
menyusun kisi-kisi instrument. Tujuan
penyusunan kisi-kisi instrumen ini adalah
merumuskan ruang lingkup bagian-bagian
yang di amati, sehingga perumusan ini
dapat menjadi petunjuk bagi penyusun
lembar aspek observasi. Instrumen
kemampuan kognitif anak dapat di
kembangkan dengan tingkat pencapaian
perkembangan
anak
berdasarkan
Permendiknas No 58 th 2009.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan
ini
adalah
pertama
menyamakan persepsi metode bermain,
kedua menyusun rencana kegiatan
mingguan (RKM), ketiga menyususun
rencana kegiatan harian (RKH), keempat
menyiapkan media atau alat dan bahan
yang digunakan dalam pembelajaran yaitu
media yang ada di lingkungan sekolah,
kelima
mengatur
anak
dalam
melaksanakan kegiatan dan keenam
menyiapkan instrument penelitian tentang
kemampuan kognitif anak.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
menggunakan dua metode analisis data
yaitu, metode analisis statistik deskriptif
dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Agung (2012) menyatakan bahwa metode
analisis statistik deskriptif ialah suatu cara
pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menerapkan rumus-rumus statistik
desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan
yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka
rata-rata, median, modus, mean dan
standar deviasi
Metode analisis deskriptif kuantitatif
ialah “suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menyusun secara
sistematis dalam bentuk angka-angka dan
atau presentase, mengenai objek yang
diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan
umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis
deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk
menentukan tinggi rendahnya kemampuan
bahasa lisan anak yang dikonversikan
kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
skala lima.
Dalam penerapan metode analisis
statistik deskriptif ini, data yang diperoleh
dari hasil penelitian dianalisis dan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
disajikan ke dalam a) tabel distribusi
frekuensi, b) menghitung modus, c)
menghitung median, d) menghitung angka
rata-rata (mean), e) menyajikan data ke
dalam
grafik
polygon.
Tingkatan
perkembangan kognitif melalui metode
bermain outdoor, dapat ditentukan dengan
membandingkan M (%) atau rata-rata
persen kedalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut.
outdoor pada anak kelompok A di TK
Aisyiyah Singaraja diperoleh rata-rata
persentase kemampuan kognitif anak
pada siklus I sebesar 68% berada pada
kriteria sedang. Berikut adalah grafik
kemampuan kognitif pada siklus I.
Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima
Presentase
Kreteria
Kemampuan
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
Gambar 1. Grafik Kemampuan kognitif
Siklus I
Berdasarkan pedoman PAP Skala
Lima mengenai peningkatan kemampuan
kognitif anak dengan penerapan metode
bermain outdoor maka penelitian ini
dianggap berhasil jika mampu menjawab
tujuan dalam penelitian ini yaitu terjadi
peningkatan persentase dari siklus I ke
siklus II.
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa
Mo<Me<M
(9<10<10,9).
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar kemampuan kognitif pada
siklus
Mo=9 I cenderung rendah dan kurva juling
positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I
yaitu 68%, apabila dikonversikan ke dalam
PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaaan 65-79 % yang berarti bahwa
hasil kemampuan kognitif pada siklus I
berada pada kriteria sedang.
Dari hasil pengamatan dan temuan
yang dilakukan selama siklus I terdapat
beberapa kendala dalam penerapan
metode
bermain
outdoor
untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak.
Kendala
yang
ditemukan
tersebut
menyebabkan hasil kemampuan kognitif
anak kelompok A di TK Aisyiyah Singaraja
berada pada kriteria sedang, sehingga
masih perlu ditingkatkan pada siklus II.
Melalui
perbaikan
proses
pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
pada siklus I, maka nampak terjadi
peningkatan proses pembelajaran siklus II.
Proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang direncanakan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini dilaksanakan dari
tanggal 13 April 2015 sampai 15 mei
2015. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus,
dimana masing-masing siklus
terdiri dari empat minggu. Tiap minggu
pada masing-masing siklus terdiri dari
empat kali pertemuan. Pertemuan pada
minggu pertama sampai minggu ketiga
dilakukan tindakan pembelajaran dan
minggu keempat melaksanakan evaluasi
penilaian. Data hasil belajar anak pada
kemampuan kognitif disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi, menghitung Modus
(Mo), Median (Me), Mean (M), grafik
polygon, serta membandingkan rata-rata
atau mean dengan model PAP skala lima.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif
dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap
peningkatan kemampuan kognitif anak
dengan penerapan metode bermain
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
peneliti, sehingga kemampuan kognitif
anak dapat meningkat. Peningkatan
kemampuan kognitif anak dapat dilihat
melalui grafik berikut.
seperti emosi, senang, sedih, bergairah,
kecewa, bangga, marah dan sebagainya.
Kegiatan bermain outdoor merupakan
salah satu kegiatan yang dilaksanakan di
luar kelas/luar ruangan dengan cara
mengamati lingkungan secara langsung
sesuai dengan kenyataannya. Bermain
outdoor dilakukan di lingkungan sekolah,
dengan mengamati lingkungan sekitar,
seperti anak diarahkan untuk mengamati
benda-benda
sesuai
dengan
jenis
warnanya, mengamati benda berdasarkan
ukurannya.
Sependapat
dengan
Patmonodewo (dalam Novitri 2014:65)
kegiatan bermain outdoor melatih anakanak
untuk
dapat
mengamati
lingkungannya secara nyata. Seperti
mengamati tumbuhan yang ada di
lingkungan
sekolah,
anak
mampu
membedakan warna bunga dan daunnya
sesuai dengan yang mereka lihat. Selain
itu Soetjiningsih (dalam Erlina: 2011)
bermain merupakan metode bagaimana
mereka mengenal dunia. Sama halnya
dalam metode bermain outdoor, anak
belajar mengenal lingkungan sekitarnya
secara langsung dari mengamati apa yang
ada di sekitar, bagaimana suasana di
sekolah. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti hanya makanan dan cinta kasih. Melalui metode bermain outdoor dapat
merangsang
minat
anak
terhadap
sesuatu, menambah wawasan serta
memepercepat perkembangan kognitif
anak dalam kemampuan berfikir dan
membuat penilaian. Menurut Piaget
(dalam Fridani, dkk 2010:3.5) mengatakan
salah satu prinsip mendasar dalam
teorinya adalah bahwa pengetahuan
dibangun
melalui
kegiatan/aksi
pembelajaran. Dalam hal ini kegiatan
bermain
outdoor
dapat
menambah
pengetahuan
anak
dalam
kegiatan
mengamati dan menggali pengetahuannya
melalui pengamalan secara langsung dan
nyata.
Keberhasilan dalam penelitian ini
sesuai dengan teori menurut para ahli
yang mendukung penelitian ini. Menurut
Nugraha (2005:36) mengatakan bahwa,
kemampuan kognitif adalah kemampuan
M=13,5
Me=14
Mo=15
Gambar 2. Grafik Kemampuan kognitif
Siklus II
Grafik polygon di atas menunjukan
bahwa bahwa Mo>Me>M (15>14>13,5),
Berdasarkan gambar tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa kebanyakan data
hasil belajar kemampuan kognitif pada
siklus II cenderung tinggi dan kurva juling
negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II
yaitu 84,6% apabila dikonversikan ke
dalam PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaaan 80-89% yang berarti bahwa
hasil kemampuan bahasa lisan pada
siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal
tersebut menunjukan bahwa terjadi
peningkatan rata-rata kemampuan kognitif
pada anak kelompok A semester II TK
Aisyiyah Singaraja sebesar 16% yaitu dari
kategori sedang menjadi kategoi tinggi.
Pembahasan
Hasil analisis data membuktikan
pemberian tindakan bermain outdoor
meningkatkan kognitif anak dalam proses
pembelajaran.
Graham
(dalam
Simatupang,
2005)
mendefinisikan
bermain sebagai tingkah laku motivasi
instrinsik yang dipilih secara bebas,
berorientasi pada proses yang disenangi.
Bermain merupakan wadah bagi anak
untuk merasakan berbagai pengalaman
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
berpirik logis, kritis, memberi alasan,
memecahkan masalah dan menemukan
hubungan sebab-akibat. Montalalu (Siti,
2014) mengatakan bahwa kognitif yaitu
anak mampu untuk berpikir logis, kritis,
memberi alasan, memecahkan masalah
dan menemukan hubungan sebab akibat
seperti
contohnya
mengelompokkan,
menyebutkan,
dan
membedeakan
sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa
perkembangan
kognitif
adalah
kemampuan
berpikir
logis
untuk
mencciptakan
sendiri
pengetahuan
mereka tentang duniannya melalui intraksi
dan mampu memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat.
Metode
bermain
outdoor,
merupakan pendidikan luar kelas yang
aktivitasnya
dilaksanakan
di
luar
kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya”
seperti bermain di lingkungan sekolah,
taman sekolah, perkampungan nelayan,
dan kegiatan yang bersifat kepetualangan
serta perkembangan aspek pengetahuan
yang mendukung. Hal ini terlihat dari anak
bermain di lingkungan sekolah saat
penerapan metode bermain outdoor anak
terlihat aktif dan antusias ketika guru
memberikan kegiatan untuk mengati
lingkungan sekolah. Anak mampu mencari
dan mengati di sekitar sekolah tentang
apa saja yang terdapat di sekolah, anak
mengati tetang jenis tanaman apa saja
yang ada di lingkungan sekolah dan anakanak mampu menyelaskannya sesuai
dengan keadannya yang sebenarnya.
Menurut Wulandari (2013: 12), out door
learning “merupakan suatu kegiatan di luar
kelas yang menjadikan pembelajaran di
luar kelas menarik dan menyenangkan,
serta lebih menyatu dengan alam”, berarti
anak memperoleh kesempatan untuk
mengobservasi, memperoleh informasi
atau mengkaji segala sesuatu secara
langsung. Pemberian pengalaman belajar
yang tidak mungkin diperoleh anak di
dalam
kelas
dan
juga
memberi
kesempatan anak untuk mengalami
sendiri dari dekat. Seperti ketika guru
menayakan jenis tanaman apa saja yang
ada di lingkungan mu? Anak anak mengati
lingkungan
sekitarnya
dan
mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Tedjasaputra (dalam digilib.unimus,
2001:50)
bermain
aktif
biasannya
dikaitkan dengan adanya aktivitas fisik
yang dilakukan anak. permainan aktif yaitu
jenis permainan yang banyak melibatkan
aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan
tubuh.
Sedangkan
bermain
pasif
biasannya minim melibatkan aktivitas fisik.
Permainan pasif yaitu anak memperoleh
kesenangan bukan berdasrkan kegiatan
yang dilakukannya sendiri.
Bermain outdoor merupakan proses
pembelajaran di luar kelas ke tempat yang
luas
dan
memiliki
sarana
untuk
perkembangan anak melalui metode
bermain, menerapkan strategi yang tepat
untuk menerapkan pembelajaran dalam
pendidikan anak usia dini. Permainan dan
aktivitas di luar memberikan rangsangan
yang berbeda pada anak. Aktivitas
pembelajaran di luar kelas dapat
membantu anak melatih kemampuan
kognitif terutama dalam konsep bentuk,
ukuran
dan
warna.
Dalam
mengembangkan
kemampuan
anak
konsep bermain tidak akan mendukung
perkembangan kognitif saja, akan tetapi
bermain akan mengasah seluruh aspek
dalam diri anak.
Menurut
Jannah
(2013:163),
mengungkapkan begitu banyaknya nilai
dan manfaat yang dapat diraih dari
lingkungan sebagai sumber belajar dalam
pendidikan anak usia dini, bahkan hampir
semua tema kegiatan dapat dipelajari dari
lingkungan. Jika pada saat belajar di kelas
anak diperkenalkan oleh guru mengenai
binatang,
dengan
memanfaatkan
lingkungan,
anak
memperoleh
pengalaman
lebih
banyak.
Dalam
pemanfaatan lingkungan tersebut, guru
dapat membawa berbagai kegiatan yang
biasanya dilakukan di dalam ruang kelas
ke alam terbuka.
Berdasarkan hasil penelitian diatas
maka menunjukan bahwa penerapan
metode
bermain
outdoor
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak
kelompok A semester II tahun pelajaran
2014/2015 di TK Aisyiyah Singaraja.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Metode bermain outdoor dapat
meningkatkan kemampuan kognitif pada
anak kelompok A semester II tahun
pelajaran 2014/2015 di TK Aisyiyah
Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian pada siklus I presentase
kemampuan kognitif anak sebesar 68%
yang berada pada kategori sedang.
Penelitian dilanjutkan dengan melakukan
perbaikan pada siklus II dan mengalami
peningkatan
dengan
presentase
kemampuan kognitif anak sebesar 84,6%
yang berada pada kriteria tinggi. Jadi
peningkatan kemampuan bahasa lisan
anak dari siklus I ke siklus II sebesar 16%.
Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Dimyati,
Johni.
2013.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan
dan
Aplikasinya Pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor
58 Th 2009. Jakarta: Direktorat
Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.
Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran
Bidang Pengembangan Kognitif di
Taman
Kanak-Kanak.
Jakarta:
Depdiknas.
Saran
Saran yang dapat diajukan kepada
pihak
sekolah
yaitu
agar
dapat
menciptakan
kondisi
belajar
yang
memadai dengan memperhatikan fasilitas
dan sarana prasarana sekolah yang
menunjang khususnya dalam bermain.
Kepada guru kelas agar mengoptimalkan
kegiatan pembelajaran. Kepada peneliti
lain hendaknya dapat melaksanakan PTK
khususnya
untuk
meningkatkan
kemampuan
kognitif
anak
dengan
menerapkan metode bermain outdoor
dengan menarik dan kreatif agar dapat
lebih
menarik
perhatian
anak.
Keterbatasan
waktu
menjadi
permasalahan sehingga penelitian ini tidak
mencapai kreteria sangat tinggi. Kepada
peneliti lain juga diharapkan agar bisa
meneruskan penelitian ini sehingga
mencapai hasil yang optimal.
Hartati, N.P.E. 2014. Penerapan Metode
Bermain
Berbantuan
Pancing
Mangnet
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan
Kognitif
Anak
Kelompok B Semester II Tahun
Pelajaran 2013/2014 Di TK Santa
Maria
Singaraja
Kecamatan
Buleleng
Kabupaten
Buleleng.
Skripsi
(Tidak
dipublikasikan).
Jurusan PG PAUD FIP Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja
Jannah, Alfiyatul. 2013. Kesalahankesalahan guru PAUD yang sering
dianggap sepele. Jogyakarta: Diva
Press.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
DAFTAR PUSTAKA
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran
Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Adelia, Vera.. 2012. Metode mengajar di
luar
kelas
(outdoor
study).
Jogyakarta: DIVA Press
Montalalu, B.E.F, dkk. 2008. Bermain dan
Permainan
Anak.
Jakarta:
Universitas Terbuka. Agung,
A.A.G.
2012,
Metodologi
Penelitian
Pendidikan.
Suatu
Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha
Singaraja
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan
Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini.Jakarta: Depdiknas.
Pradnya, N.M.S. 2014. Penerapan Metode
Drill Berbantuan Media Kotak
Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1 – Tahun 2015)
Pancing
Untuk
Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Anak. Skripsi
(Tidak diterbitkan). Jurusan PG
PAUD FIP Universitas Pendidikan
Hanesha, Singaraja
Sujiono, Sujiono. 2010. Bermain Kreatif
Berbasis
Kecerdasan
Jamak.
Jakarta: Indeks.
Sujiono, Yuliani. 2010. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.
Suryani, Agung. 2012. Strategi Belajar
Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Suyanto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas:
Pengembangan dan Reflksi dosen
dan guru. Makalah Disajikan Pada
Kegiatan Semblok PTK Dan Inovasi
Pembelajaran Yang Mendidik Di SD.
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja
Vera. Adelia. 2012. Metode mengajar di
luar
kelas
(outdoor
study).
Jogyakarta: DIVA Press
Wulandari. 2015. Pengertian outdoor
learning.
http://www.definisipengertian.com/2015/04/pengertianout-door-konsep-pendidikan.html
(diaskes pada jumat, 29 Mei 2015
Download