7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter a

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter
a.
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan memungkinkan
seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuannya secara terencana,
oleh sebab itu untuk merencanakan dan mengembangkan karakter anak
sangat dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah telah
menetapkan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
3 sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di
sekolah tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh
siswa,
namun
harus
diimbangi
dengan
pembentukan
karakter.
Keseimbangan pendidikan akademik dan pembentukan karakter perlu
diperhatikan oleh pendidik di sekolah dan orang tua di rumah.
Karakter merupakan suatu sikap, perilaku, atau ciri khas yang
dimiliki seseorang dalam bentuk tindakan dan tingkah laku. Gunawan,
7
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
8
(2014: 2) mengemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Oleh
karena itu, istilah berkarakter artinya memiliki karakter, kepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter
adalah suatu kepribadian seseorang yang memiliki watak atau perilaku
yang khas dalam dirinya. Seseorang yang berkarakter baik adalah
seseorang yang dapat membuat keputusan dan siap bertanggung jawab dari
keputusan yang dimilikinya.
Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (Kesuma, 2013: 5) yaitu
sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran
penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan
dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku. Jadi, definisi
tersebut mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak
secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu.
Sulhan (2011: 6) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah
internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam pembiasaan hingga
melahirkan kepribadian yang mulia. Nilai-nilai kelayakan yang dijadikan
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
9
teladan adalah sifat-sifat mulia Rasulullah SAW, yaitu shidiq, amanah,
tabligh, dan fathanah.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang harus dilaksanakan
secara sistematis untuk membantu peserta didik agar dapat memahami
nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai akan dapat
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat.
b.
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk penanaman nilai pada siswa
untuk menjadi manusia yang cerdas dan membangun kepribadiannya agar
berakhlak mulia. Ramli dalam buku Asmani (2013: 32) mengemukakan
bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan akhlak. Pendidikan karakter bertujuan untuk
membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, yaitu warga
masyarakat dan negara yang baik. Manusia, masyarakat, dan warga negara
yang baik adalah menganut nilai-nilai sosial tertentu yang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
Indonesia sendiri, yang bertujuan membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
10
Asmani (2013: 43) mengemukakan bahwa pendidikan karakter
bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar
kompetensi lulusan. Siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Kesuma (2013: 9) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan karakter
dalam seting sekolah yaitu:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga kepribadian/kepemilikan siswa yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah.
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara
bersama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter bertujuan untuk membentuk kepribadian, karakter, dan akhlak
mulia siswa untuk menjadi manusia yang baik terhadap masyarakat di
sekitar. Dengan adanya tujuan pendidikan karakter diharapkan siswa dapat
menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan, mengoreksi
perilaku, dan membangun koneksi dengan keluarga dan masyarakat
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
11
sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang baik dan dapat
memerankan tanggung jawabnya dengan baik.
c.
Pilar Pendidikan Karakter
Pilar pendidikan karakter sangat penting dan harus dikembangkan
secara holistik melalui sistem pendidikan nasional di negeri ini. Indonesia
Heritage Foundation (Majid, 2012: 42-43) merumuskan sembilan karakter
dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu:
1) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya
2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3) Jujur
4) Hormat dan santun
5) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7) Keadilan dan kepemimpinan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter memiliki sembilan karakter dasar yang harus kita tanamkan
kepada siswa. Dengan sembilan karakter dasar tersebut diharapkan siswa
mampu melaksanakannya dengan baik.
Character Count di Amerika (Majid, 2012: 43) mengidentifikasikan
bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar yaitu:
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
12
1) Dapat dipercaya (trustworthiness)
2) Rasa hormat dan perhatian (respect)
3) Tanggung jawab (responbility)
4) Jujur (fairness)
5) Peduli (caring)
6) Kewarganegaraan (citizenship)
7) Ketulusan (honesty)
8) Berani (courage)
9) Tekun (diligence)
10) Integritas
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pilar karakter
memiliki nilai yang sangat baik dalam membangun karakter siswa.
Pendidikan sekolah memiliki kewajiban dalam membangun karakter yang
baik pada siswa. Orang tua juga mempunyai kewajiban yang utama dalam
membangun karakter pada anak. Maka dari itu, keluarga dan pihak sekolah
harus ada kerjasama dalam pendidikan karakter pada siswa tersebut.
Kemendiknas (2010: 8) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
memiliki nilai-nilai yang dikembangkan dan diidentifikasi dari beberapa
sumber, yaitu: 1) Agama, 2) Pancasila, 3) Budaya, dan 4) Tujuan
Pendidikan Nasional. Keempat sumber nilai di atas, teridentifikasi
sejumlah nilai untuk pendidikan karakter sebagai berikut:
1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
13
4) Disiplin
5) Kerja Keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis
9) Rasa Ingin Tahu
10) Semangat Kebangsaan
11) Cinta Tanah Air
12) Menghargai Prestasi
13) Bersahabat/Komunikatif
14) Cinta Damai
15) Gemar Membaca
16) Peduli Lingkungan
17) Peduli Sosial
18) Tanggung-jawab
Berdasarkan uraian di atas, 18 nilai karakter tersebut akan diteliti 4
karakter, yaitu:
1) Religius
Religius adalah nilai karakter yang bersumber pada kepercayaan
dan keyakinan dalam diri manusia. Nilai ini sangat penting untuk
diteliti karena nilai religius memiliki nilai yang kaitannya dengan
Tuhan dan ajaran agama.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
14
2) Jujur
Kejujuran merupakan suatu sikap dalam berkata dan berbuat
sesuatu dengan sebenar-benarnya. Kejujuran adakalanya dalam hal
ucapan dan adakalanya dalam hal perbuatan. Bersikap jujur berarti
memilih untuk berbohong, menipu, atau berbuat curang dengan cara
apapun. Jujur dapat membangun kekuatan nilai karakter dan diberkati
dengan kedamaian pikiran dan rasa hormat kepada diri sendiri serta
akan dipercaya oleh Allah dan sesama manusia.
3) Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai
yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
suatu tanggung jawab. Disiplin sangat penting bagi siswa di sekolah
karena disiplin dapat membantu siswa dalam mengembangkan hati
nurani, pengambilan keputusan, dan pengendalian perilaku.
4) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung
jawab sangatlah penting bagi siswa, karena dengan sikap dan perilaku
tanggung jawab maka siswa akan mendapat kepercayaan, disenangi
oleh teman-teman, dan menghindari rasa kegagalan atau kerugian bagi
bagi diri siswa maupun orang lain.
Beberapa uraian di atas, terdapat 6 karakter yang akan diteliti. Cara
meneliti 4 karakter di atas yaitu melakukan wawancara kepada siswa,
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
15
melakukan pengamatan di sekolah, dan mencatat suatu temuan yang ada di
sekolah tersebut.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
karakter di atas harus ditekankan dan diterapkan baik di sekolah maupun
di lingkungan sekitar. Apabila nilai-nilai karakter tersebut ditanamkan
secara terus menerus, maka siswa memiliki nilai-nilai karakter yang sudah
ditanamkan.
2. Karakter Islami
a. Pengertian Karakter Islami
Karakter dalam pandangan Islam sama dengan akhlak. Akhlak dalam
pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian memiliki tiga komponen
yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Majid (2012: 9) berpendapat
bahwa akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari khuluqun yang menurut
logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Oleh karena
itu, akhlak merupakan suatu sikap, watak, tabiat, dan tingkah laku yang
dimiliki seseorang yang menyatu dalam melakukan suatu perbuatan.
Imam Al-Ghazali dalam kutipan Sani (2016: 44) mengemukakan
bahwa akhlak adalah sikap dan perbuatan yang telah menyatu dalam diri
manusia sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi dengan
lingkungan. Orang yang berakhlak baik akan melakukan kebaikan secara
spontan tanpa pamrih apapun. Demikian juga orang yang berakhlak buruk,
melakukan keburukan secara spontan tanpa memikirkan akibat bagi
dirinya.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
16
Hamid (2013: 44) mengemukakan beberapa definisi akhlak secara
subtansial, yaitu sebagai berikut:
1) Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Tanpa pemikiran tersebut bukan berarti bahwa saat
melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan dalam keadaan tidak
sadar, hilang ingatan, tidur, dan gila.
3) Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan,
dan keputusan yang bersangkutan.
4) Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas
semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena
ingin mendapatkan pujian.
Berdasarkan definisi di atas bahwa akhlak merupakan perbuatan
yang timbul dalam diri seseorang dan tertanam kuat dalam jiwa seseorang.
Akhlak juga merupakan suatu sikap dan perbuatan yang telah menyatu
dalam diri seseorang sehingga muncul secara spontan ketika berinteraksi
dengan lingkungan.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter dalam
pandangan Islam sama dengan akhlak. Karakter Islami adalah suatu bentuk
watak, tingkah laku, dan kepribadian seseorang yang berasaskan nilai-nilai
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
17
Islam. Karakter Islami juga merupakan sekumpulan nilai-nilai akhlak yang
diajarkan oleh wahyu Illahi dalam menata tingkah laku dan kepribadian
seseorang. Apabila karakter Islami tersebut ditanamkan kepada siswa
secara terus menerus, maka siswa akan memiliki karakter sesuai dengan
tuntunan Islam.
b. Karakter Rasulullah
Karakter atau akhlak Rasulullah seharusnya dijadikan sebagai
teladan yang baik bagi seorang muslim. Aqib (2012: 3) berpendapat bahwa
karakter yang dimiliki oleh Rasulullah adalah shiddiq yang artinya
benar/jujur,
amanah
artinya
dapat
dipercaya,
tabligh
artinya
menyampaikan kebenaran, dan fathanah artinya cerdas.
Kesuma (2013: 11) berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW juga
terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai
karakter lain. Shiddiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah
berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan
berjuang untuk menegakkan kebenaran. Amanah yang berarti jujur atau
terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang
dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapapun, baik oleh kaum
muslimin maupun nonmuslim. Fathanah yang berarti cerdas/pandai, arif,
luas wawasan, terampil, dan professional. Artinya perilaku Rasulullah
dapat dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam pemecahan masalah.
Tabligh yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
18
menjadi lawan bicara Rasulullah, maka orang tersebut akan mudah
memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan oleh Rasulullah.
Sani (2015: 64) berpendapat bahwa selain empat sifat yang wajib
dimiliki oleh seorang Rasulullah, beliau juga memiliki karakter yang juga
seharusnya dijadikan sebagai teladan oleh seorang muslim, diantaranya:
1) Sifat Lemah Lembut
2) Sifat Pemaaf
3) Sifat Penyayang
4) Sifat Penyabar
5) Sifat Tawadu
6) Sifat Jujur
Berkaitan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah SAW
memiliki empat sifat atau karakter wajib, yaitu shiddiq (benar), amanah
(dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah
(cerdas). Rasulullah juga memiliki karakter lainnya selain empat karakter
wajib tersebut, yaitu lemah lembut, pemaaf, penyayang, penyabar, tawadu,
dan jujur. Karakter yang dimiliki Rasulullah SAW diharapkan menjadi
suatu contoh dan teladan bagi seorang muslim.
c. Penerapan Pendidikan Karakter Islami di Sekolah
Sekolah merupakan kawah candradimuka bagi anak didik dalam
menggapai sesuatu yang dicita-citakan. Pendidikan karakter sangat efektif
diterapkan di sekolah. Penerapkan pendidikan karakter di sekolah
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
19
memerlukan berbagai metode agar anak mempunyai karakter yang baik,
yaitu:
1) Kegiatan pembelajaran
Asmani (2013: 58) menjelaskan bahwa penerapan pendidikan
karakter melalui kegiatan pembelajaran dapat melalui tahap pendekatan
dan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran bersifat lebih
umum dan berkaitan dengan seperangkat asumsi dengan hakikat
pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan rencana menyeluruh
tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan
pendekatan
yang
ditentukan.
Kegiatan
pembelajaran
bertujuan
menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan,
serta dirancang untuk menjadikan siswa mengenal, menyadari atau
peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk perilaku.
2) Bimbingan
Bimbingan (Majid, 2012: 121) merupakan proses pemberian
bantuan terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. Hal ini juga
sependapat dengan Muhammad Surya, bahwa bimbingan merupakan
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
20
pemahaman diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaiamn diri dengan
lingkungannya.
3) Kegiatan Spontan
Kegiatan spontan menurut Wibowo (2012: 87-88) adalah kegiatan
yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya
dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari siswa, yang harus
dikoreksi pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku
dan sikap yang kurang baik, maka pada saat itu juga harus melakukan
koreksi sehingga siswa tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik
itu. Misalnya, ketika ada siswa yang membuang sampah tidak pada
tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi,
memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh,
maka guru atau tenaga kependidikan lainnya, harus cepat mengkoreksi
kesalahan yang dilakukan siswa tersebut.
Kegiatan spontan ini tidak saja berlaku untuk perilaku dan sikap
siswa yang tidak baik, tetapi perilaku yang baik harus direspon secara
spontan dengan memberikan pujian, misalnya ketika siswa memperoleh
nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olah raga
atau kesenian, dan berani menentang atau mengkoreksi perilaku teman
yang tidak terpuji.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
21
4) Keteladanan
Keteladanan menurut Gunawan (2014: 92) merupakan perilaku
dan sikap guru dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh
terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi
panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar siswa berperilaku atau
bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka
guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan
utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan
nilai-nilai itu, seperti berpakaian rapi, datang tepat waktu, bekerja keras,
bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap siswa, jujur,
menjaga kebersihan.
5) Pembiasaan
Pembiasaan menurut Gunawan (2014: 93) adalah sesuatu yang
sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi
kebiasaan. Penerapan pembiasaan berkaitan dengan pengalaman,
karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan dan inti
kebiasaan adalah pengulangan. Pembiasaan ini menempatkan manusia
sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan,
karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan agar kegiatan
itu dapat dilakukan dalam setiap pekerjaan. Oleh karenanya, menurut
para pakar, pembiasaan sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter
dan kepribadian siswa.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
22
d. Indikator Karakter Islami
Karakter yang diterapkan di sekolah dan di rumah harus
dikembangkan dan diterapkan secara berulang-ulang agar siswa dapat
mengembangkan karakter dengan baik. Beberapa hal khusus perlu
diperhatikan dalam mengembangkan karakter siswa. Oleh karena itu,
terdapat beberapa karakter yang harus dimiliki, yaitu:
1) Religius
Religius adalah nilai karakter yang bersumber pada kepercayaan
dan keyakinan dalam diri manusia. Asmani (2011: 36) berpendapat
bahwa nilai religius merupakan nilai yang hubungannya dengan Tuhan,
dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran
agama. Jadi, nilai religius memiliki keterkaitan terhadap tuhan,
kepercarayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh manusia. Manusia
sebagai makhluk ciptaan tuhan wajib melaksanakan ibadah menurut
kepercayaan dan keyakinannya.
2) Jujur
Sikap jujur adalah salah satu karakter yang dituntut untuk dimiliki
oleh seorang muslim (Sani, 2016: 77). Kejujuran juga memiliki arti
kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari
kejujuran adalah Dusta. Dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat
tidak sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Dusta juga dapat berarti tidak berkata sebenarnya, dan
menyembunyikan yang sebenarnya.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
23
Al-Hasyimi (2009: 130) berpendapat bahwa kejujuran adalah
sumber segala kebajikan. Kejujuran juga dapat menuntun seseorang
melakukan kebajikan yang akan mengiringi seseorang menuju surga.
Kejujuran adalah salah satu buah yang nyata dari keimanan. Al-Quran
sangat menganjurkan untuk berbuat jujur, di antara Firman Allah
tentang, kejujuran di antaranya:
        
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar (QS AtTaubah-119).
Berkaitan uraian di atas, sebagai makhluk Allah harus berusaha
sekuat tenaga untuk bersikap jujur. Rasulullah harus jadikan teladan
dalam segala sisi kehidupan dan perilaku. Seorang muslim harus taat
dengan perintah dan ajaran-ajarannya, karena dengan taat kepada Rasul,
berarti seseorang tersebut telah mengikuti jejak tradisi mulia yang
beliau bangun.
3) Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai
yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
suatu tanggung jawab. Asmani (2011: 37) berpendapat bahwa disiplin
merupakan suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
24
Sani (2016: 27) berpendapat bahwa aspek kedisiplinan akan
membentuk karakter siswa yang bertanggung jawab dalam melakukan
aktivitas dan sungguh-sungguh dalam berupaya mencapai sesuatu yang
diinginkan. Hal yang diharapkan dengan pembentukan disiplin adalah
munculnya disiplin diri, yakni siswa memiliki energi dan semangat
secara mandiri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa harus
disuruh oleh orang lain.
4) Bertanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggung jawab juga berarti sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya. Samani (2013: 51) mengemukakan bahwa tanggung
jawab merupakan upaya dalam melaksanakan tugas sepenuh hati,
bekerja dengan etos kerja yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai
prestasi terbaik, mampu mengontrol diri, dan berdisiplin diri. Jadi,
tanggung jawab merupakan segala sesuatu yang harus dikerjakan dalam
melaksanakan tugas dengan baik.
Nashir (2013: 82) menjelaskan bahwa tanggung jawab ialah
kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban. Manusia hidup tidak lepas dari tanggung jawab. Islam
menganjurkan bahwa setiap manusia ialah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawabannya. Manusia juga bertanggung jawab untuk
menerima Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Jadi, tanggung jawab
manusia luas cakupannya dimulai dari tanggung jawab kepada diri
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
25
sendiri, keluarga, tetangga, masyarakat luas, dan tanggung jawab
kepada Allah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri karakter
harus melekat pada siswa. Karakter tersebut harus dilatih dan
dikembangkan siswa agar siswa memiliki kebiasaan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari, karena karakter sangat berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pendidikan
Karakter
Islami
melalui
Al-Islam
dan
Kemuhammadiyahan
Pendidikan al-Islam dan kemuhammadiyahan merupakan wujud
pendidikan agama Islam dalam lingkungan Muhammadiyah seutuhnya.
Salah satu pendidikan yang diterapkan Muhammadiyah adalah pendidikan
akhlak yang berdasarkan pada hadiś Nabi Muhammad SAW. bahwa orang
Islam yang paling mulia adalah orang yang paling baik akhlaknya kepada
sesama. Penguatan nilai-nilai akhlak ini secara umum
komitmen
Muhammadiyah dalam membangun pendidikan Islam menjadi kekuatan
moral yang dapat membaca realitas sosial dan menjadi solusi bagi
masyarakat dengan gerakan amal usahanya.
Kurikulum Al Islam dan Kemuhammadiyahan adalah desain
kurikulum dalam sekolah Muhammadiyah yang
lebih
menonjolkan
pelajaran agama Islam dan bahasa Arab Tujuannya adalah mencetak
lulusan pendidikan yang ahli dalam pendidikan agama sekaligus
pengetahuan
umum.
Adapun
muatan
pendidikan
Al
Islam
dan
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
26
Kemuhammadiyahan terdiri dari beberapa mata pelajaran, antara lain
aqidah, akhlaq, ibadah/muamalah, al-Qur’an, bahasa arab/hijaiyyah,
tarikh, dan Kemuhammadiyahan.
Pendidikan Muhammadiyah yang berbasiskan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan diperlukan dalam pengembangan dan pembaruan
pendidikan Muhammadiyah, dengan melakukan objektivasi ke dalam
nilai-nilai unggulan sesuai prinsip Islam dan ideologi persyarikatan
sebagai pondasinya. Muhammad Ali dalam Haedar Nashir (2010: 420),
ada
lima
identitas
sebagai
elaborasi
dari
Al
Islam
dan
Kemuhammadiyahan, di antaranya adalah:
1) Menumbuhkan cara berpikir tajdid/inovatif
2) Memiliki kemampuan antisipatif
3) Mengembangkan sikap pruralistis
4) Memupuk watak mandiri
5) Mengambil langkah moderat
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan AlIslam dan Kemuhammadiyahan merupakan suatu wujud pendidikan agama
Islam dalam menerapkan pendidikan akhlak. Pendidikan Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan bertujuan untuk mencetak kader muhamadiyah yang
memiliki nilai-nilai akhlak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Siswa
diharapkan mampu menambah pengetahuan, menanamkan nilai-nilai
akhlak melalui pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang sudah
diterapkan di sekolah.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
27
3. Kepribadian
a. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah suatu karakteristik individu yang cenderung
menetap dan ditampilkan melalui perilaku. Kepribadian menurut Mujib
(2007:
17-18)
merupakan
personlijkheid (Belanda),
terjemahan
dari
personality
(Inggris),
personnalita (Prancis). Akar kata masing-
masing sebutan itu berasal dari kata latin “persona” yang berarti “topeng”,
yaitu seseorang yang memainkan sandiwara dan memerankan suatu
karakter pribadi. Jadi, maksud dari definisi tersebut kepribadian
merupakan suatu perbuatan dan perilaku seseorang dalam memerankan
karakter diri atau karakter pribadi.
Kepribadian menurut Theodore M. Newcomb dalam kutipan Roqib
(2009: 15) diartikan sebagai organisasi sikap-sikap yang dimiliki
seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian menunjuk
pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir
dan merasakan secara khususnya apabila seseorang berhubungan dengan
orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian merupakan
abstraksi
individu
dan kelakuannya
sebagaimana halnya
dengan
masyarakat dan kebudayaan, maka ketiga aspek tersebut mempunyai
hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Kepribadian
mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan sifat lain yang khas yang
dimiliki seseorang.
Beberapa definisi di atas, maka kepribadian adalah keseluruhan
sikap, perasaan, ekspresi, tempramen, ciri-ciri khas, dan perilaku
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
28
seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud
dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap
orang mempunyai kecenderungan perilaku yang baku, atau berlaku terus
menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi,
sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
b. Aspek-Aspek Kepribadian
Kepribadian merupakan suatu sikap atau tingkah laku yang dimiliki
seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kepribadian terdapat aspekaspek yang dikemukakan oleh Yusuf (2011: 127):
1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya mematuhi etika, perilaku,
memegang pendirian atau pendapat.
2) Temperamen, yaitu reaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang
datang.
3) Sikap, yaitu sambutan terhadap objek yang bersifat positif dan negatif.
4) Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan.
5) Responbilitas, yaitu persiapan menerima resiko dari perbuatan yang
dilakukan.
6) Stabilitas,
yaitu
disposisi
pribadi
berkaitan
dengan
hubungan
interpersonal, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
suatu kumpulan beberapa aspek dalam membentuk perilaku individu yang
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
29
berkepribadian baik. Dalam ajaran Islam, ada tiga aspek pokok yang
memberi corak bagi pribadi seseorang, yaitu (Zuhairini, 2009: 200):
1) Adanya wahyu Allah yang memberi ketetapan kewajiban-kewajiban
pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim, yang mencakup
seluruh lapangan hidupnya, baik yang menyangkut tugas-tugasnya
terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat. Dengan ajaran kewajiban
akan menjadikan seorang muslim siap sedia untuk berpartisipasi dan
beramal saleh bahkan bersedia untuk mengorbankan jiwanya demi
terlaksananya ajaran agama.
2) Praktek ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti
dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap orang dalam memperkuat rasa
berkelompok dengan sesamanya secara terorganisir.
3) Konsepsi Al-Qur’an tentang alam yang menggambarkan penciptaan
manusia secara harmonis dan seimbang di bawah perlindungan Allah
SWT.
Beberapa aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam aspek
pokok atas dasar ajaran Islam harus memiliki kepribadian yang penuh
dengan sifat-sifat pengabdian kepada Allah maupun kepada sesama
manusia. Adapun prinsip ajaran moral (Zuhairini, 2009: 201) yang harus
menjadi hiasan tiap kepribadian seorang muslim, yaitu:
1) Seorang muslim tidak boleh memandang hina kepada orang lain
2) Seorang muslim tidak boleh buruk sangka dan tidak boleh pula
mengintai-intai kesalahan orang lain
3) Islam menyuruh kepada persatuan
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
30
4) Islam menyerukan agar membayarkan amanat dan menepati janji
5) Islam melarang hasad (iri hati)
6) Islam melarang takabur dan sombong
7) Islam menyerukan agar saling tolong menolong dan mementingkan
orang lain
Beberapa prinsip di atas, bahwa sebagai seorang muslim harus
memiliki
kepribadian
menghormati
dan
yang baik.
menghargai
Seorang muslim
terhadap
sesama
harus saling
muslim.
Islam
mengajarkan kepada seseorang untuk berbuat damai terhadap sesama
agama Islam, supaya dapat diberi contoh terhadap peserta didik dan
dengan harapan siswa dapat menjalankannya sebagai seorang muslim.
4. Peran Sekolah dalam Pendidikan Karakter Islami
a. Peran Guru di Sekolah
Guru merupakan seseorang yang memiliki peran penting dalam
membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan yang akan
dicapai. Guru sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing harus mampu
memdidik karakter siswa agar membentuk kepribadian yang baik. Lickona
(2013: 112) mengungkapkan guru memiliki kekuatan untuk menanamkan
nilai-nilai dan karakter pada siswa, setidaknya dengan tiga cara, yaitu:
1) Guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, menyanyangi dan
menghormati siswa, membantu mereka meraih sukses di sekolah,
membangun kepercayaan diri mereka, dan membuat mereka mengerti
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
31
apa itu moral dengan melihat cara guru mereka memperlakukan mereka
dengan etika yang baik
2) Guru dapat menjadi seorang model, yaitu orang-orang beretika yang
menunjukkan rasa hormat dan tanggung jawabnya yang tinggi, baik di
dalam maupun di luar kelas.
3) Guru dapat menjadi mentor yang beretika, memberikan intruksi, moral
dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita,
pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang
korektif ketika pada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti diri
sendiri.
Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasi sedikitnya 19 peran guru,
yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,
pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong
kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,
pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai
kulminator.
Penjelasan tentang peran di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus
bisa memposisikan diri sebagai orang yang serba bisa. Peran guru sebagai
pembimbing, penasehat, pembaharuan, dan pengawas setidaknya harus
dapat menanamkan karakter kedisiplinan di sekolah dengan baik. Selain
itu memberikan teladan dalam penerapan karakter Islami dalam kehidupan
yang nyata.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
32
b. Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sarana sekolah melalui
program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh
karena itu, dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah perlu
dipilih kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajemen serta
kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan
prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Gunawan (2014: 178) kepala
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menyukseskan
implementasi
pendidikan
karakter
di
sekolah,
terutama
dalam
mengkoordinasi, menggerakkan, dan mengharmoniskan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia.
Mulyasa (2007: 187) mengemukakan pendapat bahwa kepala
sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan mengembangkan
hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna
mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang
professional tidak saja dituntut untuk melaksanakan berbagai tugasnya di
sekolah, tetapi kepala sekolah juga harus mampu menjalin hubungan kerja
sama dengan masyarakat dalam rangka membina siswa secara optimal.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah merupakan seseorang yang bertanggung jawab dalam mengelola
sekolah dan menggerakan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk
mencapai suatu tujuan. Kepala sekolah juga bertanggung jawab terhadap
pembentukan karakter guru dan warga sekolah lainnya. Dalam pendidikan
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
33
karakter, kepala sekolah memiliki tugas serta tanggung jawab dalam
menciptakan pendidikan karaker Islami guna membentuk kepribadian baik
siswa dan guru.
B. Peneliti yang Relevan
Penelitian terkait dengan pendidikan karakter Islami pernah dilakukan oleh
peneliti lain, diantaranya:
1. Maryamah, Riani. (2013). menulis skripsi dengan judul Pembentukan
Kepribadian Muslim Melalui Pendidikan Karakter Di SD Terpadu Putra
Harapan Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2012/2013,
diperoleh hasil bahwa SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto melaksanakan
pendidikan karakter untuk membentuk kepribadian muslim.
Adapun kegiatan tersebut meliputi, kegiatan pembelajaran, bimbingan,
pengkondisiaan kelas, spontan, keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah
berbasis karakter. Ketujuh komponen tersebut memiliki cara pembentuk
kepribadian yang berbeda-beda. Cara tersebut dapat mempengaruhi nilai-nilai
karakter dalam membentuk kepribadian muslim. Dari beberapa kegiatan di atas,
peserta didik mampu memiliki kepribadian yang baik diantaranya ketika
bertemu dengan ustad atau ustadzah memberikan salam, salinng menghormati
sesame teman, dapat melaksanakan ibadah, memiliki modal keberanian, jujur,
mengenal rukun islam, memanfaatkan waktu dengan baik, memiliki akhlak
yang mulia, mandiri, mengenal pencipta-Nya, dan kepedulian sosial.
Sekolah Dasar Putra Harapan masih memiliki beberapa faktor dalam
membentuk kepribadian
muslim. Ada beberapa faktor dalam melaksanakan
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
34
pendidikan karakter antara lain faktor pendukung seperti guru mendidik anak
dengan baik, lingkungan sekolah mendukung, kurikulum sekolah mendukung,
guru yang kompeten, fasilitas yang mendukung, dan mendapat dukungan dari
orang tua dalam terlaksananya pendidikan karakter. Faktor penghambat seperti
lingkungan asal yang kurang mendukung, terdapat beberapa orang tua yang
kurang perhatian kepada siswa, jumlah guru masih kurang, terdapat beberapa
siswa yang kurang memahami apa yang diajarkan oleh ustad/ustadzah, dan
sarana ibadah solat masih dilakukan didalam kelas.
2. Sihabudin, Mukh. (2015), menulis skripsi dengan judul Pembinaan Karakter
Islami Di Madrasah Ibtidayah Negeri Purwokerto Tahun Pelajaran 2014/2015,
diperoleh hasil bahwa di Madrasah Ibtidayah Negeri Purwokerto terdapat nilainilai karakter Islami yang sudah dibina dan dikembangkan oleh sekolah yaitu,
religius, disiplin, peduli lingkungan, bersih diri, gaya hidup sehat, peduli
sesama, dan cerdas.
Model yang dipakai dalam pembinaan karakter Islami di MI Negeri Purwokerto
adalah model Boarding School atau madrasah berasrama. MI Negeri Purwokerto
menerapkan model Boarding School dengan berbagai kegiatan yang menunjang
kesuksesan pembinaan karakter Islami, dengan harapan dapat tercipta
lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi pengembangan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan peserta didik secara seimbang sebagai bekal untuk
menunjang pendidikan tingkat menengah dan bergaul dengan masyarakat. MI
Negeri Purwokerto juga memiliki strategi dalam pelaksanaan pembinaan
karakter Islami.
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
35
Strategi yang digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan pembinaan karakter
Islami yaitu, memahami hakikat pendidikan karakter, mensosialisasikan nilai
karakter, menciptakan lingkungan kondusif, menumbuhkan sikap disiplin,
adanya figur kepala sekolah yang amanah, dan strategi pemanduan. MI Negeri
Purwokerto juga menerapkan metode dalam pelaksanaan pembinaan karakter
Islami. Metode yang digunakan oleh sekolah dalam pelaksanaan pembinaan
karakter Islami yaitu, metode pengajaran, metode pembiasaan, metode
keteladanan, metode penentuan prioritas, dan metode holistik.
MI Negeri Purwokerto memiliki beberapa faktor pendukung dan penghambat
dalam pelaksanaan pembinaan karakter Islami. Faktor pendukung dalam
pelaksanaan pembinaan karakter Islami yaitu, peserta didik mudah diarahkan
dan mau mengikuti peraturan, terciptanya lingkungan yang kondusif di sekolah,
kepala sekolah yang amanah dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin
lembaga pendidikan, semangat tinggi dari kepala sekolah dan dewan guru MI
Negeri Purwokerto disertai dengan dukungan dan kerjasama orang tua peserta
didik, tersedianya fasilitas untuk sumber belajar dan media pendidikan karakter
yang memadai, adanya model asrama (boarding school). Adapun beberapa
faktor hambatan dalam pelaksanaan pendidikan karakter Islami yaitu, kondisi
fisik sekolah yang terpisah (kelas 1-2 di Purwokerto Timur, kelas 3-5 di Teluk,
dan kelas 6 di Sokaraja), latar belakang keluarga anak beraneka ragam, terdapat
beberapa siswa yang terkadang masih tidak menaati aturan, dan adanya
perbedaan pemahaman tentang kelayakan fasilitas asrama.
Penelitian di atas dikatakan relevan karena dalam penelitian tersebut samasama membahas terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
36
dasar/madrasah ibtidayah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah bahwa penelitian sebelumnya membahas pembentukan kepribadian muslim
melalui pendidikan karakter di sekolah, dan mengetahui nilai-nilai, model, metode,
dan strategi guru dalam melaksanakan pembinaan karakter Islami, sedangkan
penelitian ini untuk mengetahui peran sekolah dan guru dalam melaksanakan
pendidikan karakter Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto, nilai-nilai karakter
Islami yang sudah dibina dan dikembangkan di SD Muhammadiyah Purwokerto,
dan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter
Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia. Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan
mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Sekolah merupakan kawah candradimuka bagi siswa dalam menggapai
sesuatu yang dicita-citakan. Sekolah juga perlu adanya pendidikan karakter.
Pendidikan karakter sangat penting apabila diterapkan di sekolah. Jadi, sekolah
tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh peserta didik,
namun harus diimbangi dengan pembentukan karakter atau kepribadian.
Sekolah juga bisa lebih baik apabila dalam penerapan pendidikan karakter
harus dilakukan secara Islami. Pendidikan karakter secara Islami memiliki
keunggulan bagi siswa, yaitu membentuk kepribadian peseta didik memiliki sikap
dan perilaku sesuai dengan ajaran Islam dan mampu mengubah sesuatu untuk
menjadi lebih baik sesuai dengan tuntunan Islam. Oleh karena itu, peran sekolah
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
37
sangat penting dalam meningkatkan karakter atau kepribadian siswa dalam
melaksanakan penerapan pendidikan karakter secara Islami.
Pelaksanaan pendidikan karakter Islami di SDM Purwokerto adalah
pendidikan yang supaya peserta didik memiliki akhlak, moral, perilaku, dan
kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan Islam. Persoalan karakter pada saat
ini adalah siswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap faktor lingkungan
yang kurang mendukung. Akibatya, siswa masih kurang baik dari segi sikap,
perbuatan, perilaku, akhlak, dan kepribadiannya seperti membuang sampah
sembarangan, makan dan minum sambil berdiri dan berjalan, pakaiannya tidak rapi,
dalam berbicara masih kurang sopan serta sikap dan perilakunya masih ada yang
kurang baik. Selain faktor lingkungan yang kurang mendukung, faktor globalisasi
yang bersifat negatif juga berpengaruh terhadap siswa pada saat ini.
Maka dari itu penting dilakukan penelitian ini untuk mencari tahu peran dan
strategi guru di sekolah dalam melaksanakan pembinaan karakter Islami kepada
siswa di SDM Purwokerto. Adapun alur dari kerangka berpikir pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
38
Pengaruh negatif faktor globalisasi dan lingkungan yang
sangat berpengaruh besar bagi siswa
Terdapat beberapa siswa yang karakter dan kepribadiannya
masih kurang
Pelaksanaan program khusus sekolah dalam membina
karakter siswa secara Islami agar menjadi pribadi yang
memiliki akhlak yang baik
Peran sekolah dalam melaksanaan Pendidikan Karakter
secara Islami di SD Muhammadiyah Purwokerto
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Pendidikan Karakter Islami..., Dwiky Ashari Saputro, FKIP UMP, 2017
Download