Model Manajemen Program Praktek Lapangan: Studi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi Wedra Aprison* Abstrak: Field practice program is expected to create output majors tarbiyah STAIN Bukittinggi be professional teachers in their respective fields. But all this leaves the implementation issues that allegedly impede the achievement of objectives. Study with a qualitative approach using management frameworks aimed at the discovery and description of the implementation of the PPL model of good practice. The results of this study indicate that the implementation of the PPL has not maximized if viewed from the planning, organization, control and evaluation system. Therefore offered a model of good management of the implementation of the PPL PPL forward with hope to achieve the desired objectives effectively and efficiently. Keywords: Field Program, management PENDAHULUAN Program pengalaman lapangan merupakan suatu bentuk pengalaman praktis bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukit­ tinggi jurusan tarbiyah pada sekolah-sekolah latihan, dalam rangka menye­ suaikan antara teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan prakteknya di sekolah-sekolah. Dengan adanya PPL diharapkan out put jurusan tarbiyah dapat menjadi guru yang profesional dalam bidang pendidikan, dengan cara mempelajari berbagai aspek dan kegiatan yang dilakukan di lembaga pen­ Dosen Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Bukittinggi Jl. Paninjauan Garegeh MKS Bukittingi * Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... di­dikan.1 Secara terperinci tujuan program pengalaman lapangan di STAIN Bu­kit­tinggi adalah: (1) untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis dan keterampilan-keterampilan keguruan. (2) membentuk sikap tena­ ga profesionalitas guru dan kependidikan. (3) memebimbing mahasiswa ke arah terbentuknya profesionalisme guru agama atau tenaga kependidikan lainnya sehingga memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh guru agama dalam pembinaan kemampuan dasar dan pro­ fesi keguruan secera cakap dan dalam penyelenggaraan pendidikan baik di dalam maupun di luar sekolah. Berdasarkan diskusi penulis dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengelola praktek pengalaman lapangan, didapati data bahwa pengelolaan program praktek lapangan menghadapi sejumlah persoalan dan kendalakendala di lapangan. Di antara persoalan yang penulis dapatkan adalah per­siapan penitia yang tidak matang, hal ini terlihat dari tidak tuntasnya kerjasama dengan sekolah tempat praktek sebelum mahasiswa dilepas ke sekolah yang dimaksud. Persoalan manajemen pengelolaan praktek pe­nga­ laman lapangan itu sendiri, misalnya persoalan surat menyurat yang ber­ kaitan dengan kegiatan tersebut, SK panitia yang terlambat, SK guru pa­ mong, sampai kepada keterlambatan pembayaran honor panitia, dosen pem­bimbing, dan guru di sekolah. Persoalan ini terasa semakin menyesak dengan sikap profesional dari dosen pembimbing yang telah ditetapkan oleh lembaga sebagai pembim­ bing mahasiswa di lapangan, misalnya persoalan pengawasan oleh dosen pembimbing, persoalan ujian bersama dosen pembimbing, persoalan nilai yang dikeluarkan oleh dosen pembimbing. Masih banyak lagi persoalan yang harus dikelola dan diperbaiki dari kagiatan ini. Secara terperinci hasil observasi awal menunjukkan berbagai realita tentang persoalan manajemen pelaksanaan PPL di STAIN Bukittinggi: perencanaan, penyusunan perencan­ an berdasarkan perencanaan tahun lalu saja; komunikasi: belum terlaksana dengan baik; koordinasi: tidak semua unit dapat dikoordinasikan dengan baik; supervisi: belum terlaksana dengan baik; dan masih banyak lagi hal lain yang tekait dengan pelaksanaan PPL di STAIN Bukittinggi Berdasarkan realita di atas, maka penelitian dalam rangka mendisain program pengalaman lapangan yang lebih baik untuk ke depannya sangat di­perlukan. Kebijakan yang didasarkan kepada kajian yang mendalam dan serius. Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut ini: Bagaima84 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 na sistem perencanaan, pengorganisasian, kontrol, dan evaluasi program pe­­ngalaman lapangan di STAIN Bukittinggi? Setelah mendapatkan data tentang pelaksanaan program pengalaman lapangan, maka pertanyaan penting selanjutnya, bagaimana model hipotetik manajemen program pengalaman 3 lapangan di STAIN Bukittinggi? KERANGKA BERFIKIR PENELITIAN Kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai usaha mengejar kebenaran yang dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi Kerangka pemikiran penelitian didefinisikan sebagai usaha mengejar melalui model-model tertentu. Kerangka berfikir penelitian dijadikan acukebenaran yang dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui an oleh peneliti selama proses penelitian. Kerangka berfikir penelitian memodel-model tertentu. Kerangka berfikir penelitian dijadikan acuan oleh peneliti muat seperangkat kepercayaan, nilai-nilai suatu pandangan sekitar atau seselama proses penelitian. Kerangka berfikir penelitian memuat seperangkat perangkat asumsi, konsep atau proposisi yang diyakini kebenarannya. kepercayaan, nilai-nilai suatu pandangan sekitar atau seperangkat asumsi, konsep atau Penelitian ini menggunakan kerangka berfikir manajemen, oleh kareproposisi yang diyakini kebenarannya. na itu alur berfikir dan bekerja manajemen secara umum dan fungsi-­fungsi Penelitian ini menggunakan kerangka berfikir manajemen, oleh karena itu alur manajemen secara khusus akan digunakan. Logika manajemen mengajarberfikir dan bekerja manajemen secara umum dan fungsi-fungsi manajemen secara kan bahwa mengerjakan sesuatu dimulai dari perencanaan, pengorganisa­ khusus akan digunakan. Logika manajemen mengajarkan bahwa mengerjakan sesuatu sian, kontrol dan evaluasi. dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, kontrol dan evaluasi. Gambaran kerangka berfikir penelitian ini lebih jelas dapat dilihat daGambaran kerangka berfikir penelitian ini lebih jelas dapat dilihat dari gambar ri gambar berikut ini KERANGKA BERFIKIR PENELITIAN berikut ini Masuka n lingkun gan perenc anaan pengorg anisasia n Tujuan efektif evalu asi kontr oling efisien Gambar diolah dari Grifin, manajemen, h. 8 Perencanaan merupakan langkah awal dariManajemen, sebuah kerja h. profesional. Dalam Gambar diolah dari Grifin, 8 bidang apapun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis yang Perencanaan merupakan langkah awal dari sebuah kerja profesional. Dalam bidang apapun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis yang dikehendaki. Ada pepatah mengatakan bahwa if you fail to plan, you are yang memberikan arah dalam pelaksanaaan kegiatan untuk mencapai tujuan planning to fail, jika kamu gagal membuat perencanaan, kamu merencanakan/ atau sasaran yang dikehendaki. Ada pepatah mengatakan bahwa if you fail to membuat kegagalan itu sendiri. Setidaknya, perencanaan itu berkaitan dengan (1) plan, you are planning to fail, jika kamu gagal membuat perencanaan, kamu memberikan arah dalam pelaksanaaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran 85 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... merencanakan/ membuat kegagalan itu sendiri. Setidaknya, perencanaan itu berkaitan dengan (1) masa depan, (2) seperangkat kegiatan, (3) proses yang sistematis, dan (4) hasil serta tujuan tertentu. Setelah kegiatan direncanakan, kerja selanjutnya adalah pengor­ ganisasian. Pengorganisasian bermakna pembagian tugas dan tangggung jawab, atau sering juga disebut dengan pembagian kerja yang jelas. Siapa mengerjakan apa, siapa bertanggung jawab apa, dan seterusnya. Kegiatan itu perlu diorganisir sedemikian rupa supaya perencanaan yang telah dibuat dengan baik, tidak hanya tinggal dalam bentuk dokumen tertulis tanpa makan apa-apa. Kontroling, walaupun kegiatan kontroling ditulis setelah pengorganisian, namun sebenarnya kegiatan kontrol harus dilakukan setiap saat, dan setiap tahapan manajemen suatu kegiatan tertentu. Kontroling dilakukan agar da­pat dipastikan bahwa semua kegiatan dan tahap manajemen berjalan dengan baik. Kalau ada kekurangan, agar kekurangan itu dapat diketahui sedini mungkin dan segera dilakukan perbaikan untuk masa depan dan kegiatan selanjutnya. Evaluasi penting dilakukan dalam proses kegiatan atau manajemen suatu kegiatan. Evaluasi itu dapat dilakukan terhadap (1) perencanaan yang telah dibuat, sebelum kegiatan itu dilaksanakan; (2) evaluasi tahap pelak­ sanaan. Artinya dalam pelaksanaan kegiatan diperlukan adanya evaluasi kegiatan yang telah atau sedang dilakukan, untuk perbaikan pada tahap berikutnya. Evaluasi juga dapat dilakukan setelah semua kegiatan dan tahap­ an manajemen dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar kegiatan yang sama pada tahun-tahun berikutnya tidak dilakukan lagi, dan kegiatan serta efektivitas kegiatan dari saat ke saat terus membaik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Spradley mengemuka­ kan bahwa “qualitative research is an attemps to find the meaning based on the participant”. Artinya: penelitian kualitatif adalah usaha menemukan mak­na menurut pelakunya, sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong mende­ fenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang, dan pelaku yang dapat diamati2. Dalam penelitian kualitatif peneliti berupaya mengamati ma�nusia lain dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka yang berhubungan dengan dunia 86 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 sekitar. Spradly3 mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pema­ haman tentang makna suatu tindakan dan peristiwa yang terjadi dalam latar belakang sosial yang menjadi objek penelitian. Maka yang perlu diperhati�kan dalam metode kualitatif ialah yang diekspresikan secara langsung dalam bahasa dan komunikasi secara tidak langsung dalam bentuk tindakan. Informan Penelitian Usaha untuk menemukan informan dapat dilakukan dengan cara: (1) melalui keterangan orang yang berwenang, baik secara formal maupun secara informal; (2) melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Mereka dipilih dari aktor-aktor yang terlibat dalam pelaksanaan PPL di STAIN Bukittinggi. Informan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah in�forman yang banyak mengetahui informasi tentang penyelenggaraan PPL ya­ itu: (1) ketua STAIN Bukittinggi; (2) Pembantu ketua 1dan 2; (3) ketua jurus­ an tarbiyah; (4) Kepala UP2L; (5) Panitia pelaksana PPL; (5) Dosen pembim�bing PPL; (6) Mahasiswa PPL; (8) Kepala sekolah dan Guru Pamong. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Sebagai lazimnya penelitian kualitatif, dalam penelitian ini akan digunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan studi ­dokumentasi. Creswell4 menjelas-kan, langkah-langkah pengumpulan data melibatkan (1) menetapkan batas-batas penelitian (2) mengumpulan informasi melalui pengamat­an, wawancara, dokumen, dan bahan-bahan visual, (3) menetapkan aturan untuk mencatat informasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Setelah data penelitian ter�kumpul, maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis se­perti yang disarankan oleh Miles dan Huberman,5 yaitu: (1) reduksi data, (2) Penyajian data, (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Teknik Penjaminan Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data yang telah dikumpulkan, maka peneliti akan menggunakan teknik yang disarankan oleh Lincoln dan Guba: Keterpercayaan, dapat dipertanggungjawabkan, dan kepastian. Dalam hal ­keterpercayaan, peneliti akan melakukan (1) Perpanjangan keikutsertaan, maksudnya adalah peneliti akan memperpanjang jangka waktu kehadiran peneliti di lapangan hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sebenarnya, (2) ketekunan pengamatan, maksudnya adalah peneliti akan mela87 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... kukan pengamatan yang cermat dan teliti. (3) dan Triangulasi. Yakni pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu. (4) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi.6 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Perencanaan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh data dan informasi pada tanggal 13 Juli 2011 telah dilakukan rapat koordinasi antara panitia PPL, UP2L dan Ketua jurusan dengan Dosen pembimbing. Adapun dalam rapat dibahas tentang hal-hal yang terkait dan berhubungan dengan program PPL mulai dari persiapan dosen, pengelola dan mahasiswa, serta prosedur dan pelaksanaan PPL. Rapat dihadiri oleh semua dosen pembimbing PPL dan dihiasi dengan diskusi yang alot antara pihak penye­ lenggara de­ngan dosen. Umumnya masalah yang mengemuka adalah tentang penentuan dosen pembimbing dan calon mahasiswa bimbingannya di sekolah. Pengelompokkan mahasiswa belum didasarkan pada mahasiswa yang di bimbing pada saat micro teaching. Sehingga para dosen merasa bahwa mereka kurang mengenal kemampuan, kepribadian dan latar belakang masing-masing mahasiswa bimbingannya. Hal ini ditambah dengan kebijakan baru dari pelak­sanaan PPL yakni dosen pembimbing tidak perlu lagi mendampingi mahasiswa dan guru pamong di waktu ujian. Dari pengamatan dan wawancara peneliti di lapangan hal ini mengakibatkan kekurang puasan pamong dan pihak sekolah terhadap pelaksanaan PPL. Jika yang menjadi alasan dibebaskannya dosen pembimbing mendampingi mahasiswa dan pamong ketika ujian poraktek di sekolah adalah kekurangan dosen pembimbing. Agaknya alasan ini masih bisa diperdebatkan lebih jauh demi peningkatan kualitas. Toh sejauh ini dosen pembimbing hanya membimbing mahasiswa di dua sekolah, itupun di sekolah-sekolah yang berdekat­ an, hal serupa juga terjadi pada masa lalu, dan itu dapat berjalan de­ngan baik. Peneliti melihat, ­alasan kekurangan dosen pembimbing kurang bisa diterima, ditambah dengan jumlah mahasiswa pada setiap sekolah hanya berkisar 4-6 orang. Diperoleh data bahwa penetapan dan pengelompokan mahasiswa pada sekolah sasaran belum sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. ­Se­kolah unggulan yang kemampuan siswa dan gurunya di atas rata-rata seharusnya di tempatkan mahasiswa yang memiliki kemampuan yang mema88 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 dai pula. Namun yang ditemukan bahwa sebagian mahasiswa yang memiliki kemampuan kurang malah di tempatkan di sekolah unggulan. Hal ini ber­dampak pada psikologis mahasiswa. Mereka cemas, takut, kurang percaya diri, kurang mampu berinteraksi dengan pihak sekolah. Akhirnya menimbulkan masalah. Hal lain yang perlu diperhitungkan adalah penempatan mahasiswa di pondok pesantren yang membuka program madrasah. Penempatan mahasiswa pada pondok pesantren diperlukan kemampuan tambahan, yaitu kemampuan bahasa Arab yang lebih jika dibandingkan mahasiswa kebanyak­ an atau mahasiswa yang berasal dari pesantren dulunya, lalu ditempatkan di pondok pesantren ketika di PPL, hal ini juga mempengaruhi psikologi ma­hasiswa yang akan praktek karena mata pelajaran agama, seperti quran hadis, akidah akhlak, fiqih dan sejarah kebudayaan Islam di pondok pesantren berbasis bahasa arab. Selain itu dari tahap persiapan juga ditemukan data bahwa ada sekolah yang belum siap dalam menerima mahasiswa PPL di sekolahnya. Ada kilah dari pihak sekolah yang beranggapan bahwa belum ada surat balasan yang di berikan ke pihak STAIN Bukittinggi apakah mereka menerima mahasiswa dari STAIN Bukittinggi atau tidak. Sehingga ketika dosen pembimbing mengantarkan mahasiswa terlihat bahwa pihak sekolah belum siap. Hal ini agak bertentangan dengan data yang penulis temukan dari pe­ ngelola PPL, mereka memaparkan bahwa pada tahap persiapan pihak penge­ lola PPL telah melakukan: pertama pihak pengelola PPL mengantarkan surat permohanan kesediaan sekolah menerima mahasiswa STAIN PPL di sekolah yang dituju. diharapkan sekolah memproses permohonan jangan sampai ketika mengantar mahasiswa PPL pihak sekolah menolak. Kedua setelah surat dimasukkan pihak pengelola kembali ke sekolah menemui pihak pimpinan sekolah (Kepsek, waka) guna menindak lanjuti surat terdahulu. Pada tahap ini pengelola mengetahui mana sekolah yang bisa diajak kerjasama dan mana sekolah yang menolak. Ketiga jika sekolah bersedia menjadi sekolah latihan maka pengelola memberikan blanko pamong. Hal ini bertujuan agar ketika mahasiswa di antar ke sekolah pamongnya sudah ada dan dosen pembimbing bisa langsung berhadapan dengan guru pamong mahasiswa bimbingannya. Tahap keempat mengantarkan mahasiswa beserta SK yang telah di siapkan sebelumnya. 89 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... Analisis terhadap buku pedoman PPL sebagai penghubung antara Pengelola PPL STAIN Bukittinggi dengan sekolah belum layak pakai. Karena, masih banyak yang salah. Diantaranya, rumus penentuan nilai akhir mahasiswa PPL belum ada dalam buku tersebut. Akhirnya guru pamong akan kesulitan menentukan nilai akhir dan berdampak kepada mahasiswa sendiri. Pengorganisasian Ada beberapa konsep dalam pengorganisasian, yaitu; tanggung jawab, wewenang, pendelegasian, dan pertanggungjawaban. Dalam penyelengga�raan program pengalaman lapangan melibatkan beberapa personil yang memiliki wewenang sebagai berikut: pembina dan penyedia sekolah lati�han, penaggungjawab, pengelola, sekolah latihan, pembimbing dan guru pamong. Pertama Pembina dan penyedia sekolah latihan, untuk pembinaan dan penyediaan sekolah tempat latihan berada di bawah koordinasi dengan Kanwil Departemen Agama/departemen pendidikan nasional beserta jajarannya. Kedua Penanggungjawab; Penanggungjawab kegiatan ini adalah ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi dan unsur pimpinan terkait. Ketiga Pengelola; Sebagai pengalola PPL adalah unit Laboratarium Micro Teaching yang bertugas mengelola PPL I dan PPL II. Keempat Sekolah latihan /lembaga; Sekolah latihan yaitu sekolah yang ber­ ada di bawah naungan Departemen Agama (Depag) dan Departemen pendidikan Nasional (Depdiknas) seperti MTs/SLTP, MAN/SMU yang mendapat izin yang dari instansi yang berwenang. Kelima Pembimbing; Pembimbing adalah dosen yang ditunjuk menjadi pembimbing PPL berdasarkan SK Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi dengan persyaratan yang telah ditentukan. Keenam Guru Pamong; Guru pamong adalah guru pembina bidang studi Agama Islam dan guru bidang studi lainnya baik pada madrasah maupun di sekolah. Dari masing-masing wewenang tersebut maka akan ada tanggung jawab dan pertanggungjawaban dari masing-masing wewenang tersebut. Para pengelola PPL mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: Pertama ­Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional bertugas melakukan pembinaan dan penyediaan sekolah serta mengeluarkan perizinan tempat pelatihan mahasiswa latihan. Dalam prakteknya pembina ini relatif tidak difungsikan sedemikian rupa. Kedua Penanggungjawab PPL memi90 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 liki wewenang sebagai berikut: 1) Menggariskan pola kebijakan PPL serta bertanggungjawab atas penyelenggaraan PPL. 2) Membinaan para pelaksana dan memantau kegiatan yang dilaksanakan. 3) Menggariskan kebijakan pendanaan serta menyediakan dan untuk kegiatan PPL. Kedua Laboratarium Micro Teaching memiliki wewenang dalam hal: 1) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi pelaksana program. 2) Menyelenggarakan orentasi baik dengan dosen pembimbing, guru pamong, dan mahasiswa. 3) Menyiapkan kelengkapan administrasi kelengkapan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan PPL. 4) Mengelola dan mengumpulkan nilai akhir hasil praktek mahasiswa atas dasar nilai yang diberikan dosen pembimbing dan guru pamong. 5) Menilai hasil laporan mahasiswa bersama dengan dosen pembimbing. 6) Mengatasi dan mencarikan jalan keluar terhadap persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan. 7) Memonitoring dan evaluasi pelaksanaan PPL. 8) Menelaah laporan hasil pelaksanaan PPL dari kepada sekolah, dosen pembimbing atau guru pamong. 9) Mengembangkan gagasan-gagasan baru untuk pelaksanaan PPL. 10) Melaporkan kegiat­an pelaksanaan PPPL secara tertulis kepada ketua ­Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. 11) Melaksanakan rapat evaluasi setelah kegiatan PPL berakhir. Dalam persfektif mana­jemen pengelola labor ini mempunyai tanggung jawab dan fungsi yang sangat strategis dalam menciptakan pelaksnaan PPL yang baik. Hanya saja fungsinya belum seperti yang diinginkan. Ketiga Dosen Pembimbing, dalam hal ini memiliki wewenang sebagai berikut : 1) Mengantar dan menyerahkan mahasiswa pada awal kegiatan dan menjemput kembali setelah kegiatan berakhir. 2) Mengadakan pertemuan minimal satu kali dalam sebulan dengan guru pamong dan mahasiswa. 3) Membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi mahasiswa PPL. 4) Memantau perkembangan pelaksanaan PPL. 5) Membimbing Penulisan dan penilaian laporan bersama guru pamong. 6) Menerima buku nilai mahasiswa PPL dari guru pamong. 7) Mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan masalah-masalah yang ditemui dalam blangko catatan yang disediakan dan menanggulanginya. 8) Melakukan ujian akhir/ujian praktek serta memberikan nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa dengan mempertimbangkan dan menggabungkan dengan nilai sebelumnya. Banyak dosen pembimbing tidak menyadari tugas dan tanggung jawabnya. dia tidak masuk ke dalam inti persoalan PPL yang sebenarnya. Kebanyak mereka berpandagan sejauh ma91 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... hasiswa tidak bermasalah di sekolah maka tugas dan tanggung jawab mereka seolah selesai. Jarang sekali dosen pembimbing mendiskusikan tentang pembelajaran yang dilaksanakan oleh mahasiswa di kelas. Strategi yang dipakai, pengelolaan kelas dan lain sebagainya. Keempat sekolah/madrasah, yang memiliki wewenang sebagai berikut: 1) Menerima mahasiswa sebagai kelurganya di sekolah. 2) Mengusulkan dan mengarahkan pelaksanaan tugas pamong/pembimbing. 3) Menyam­paikan kepada mahasiswa garis-garis kebijakan pembinaan kegiatan belajar mengajar di sekolah atau madrasah. 4) Memberikan fasilitas dan kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan orentasi, observasi serta latihan meng­ ajar dan non-mengajar. 5) Membantu mengkoordinasikan kegiatan meng­ ajar mahasiswa PPL dalam kegiatan non-mengajar baik di sekolah maupun di madrasah. Tugas dan tanggung jawab sekolah sepertinya masih perlu ditingkatkan. Jangan biarkan mahasiswa ppl begitu saja tampa kegiatan yang terarah dan berarti. Kelima Guru pamong, wewenang dari guru pamong adalah 1) Memberikan informasi tentang kebijakan dan kebiasaan yang berlaku di kelas. 2) Memperkenalkan mahasiswa kepada siswa. 3) Merencanakan dan memberikan bahan materi yang akan mahasiswa berikan sesuai urutan ­penyajian kepada kelas yang bersangkutan. 4) Memberikan penjelasan dan kepada ­mahasiswa tentang materi bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, masalah-masalah rutin dalam kelas, peraturan-peraturan dalam kelas dan sebagainya. 5) Memberikan bimbingan dalam penyusunan satuan pelajar­an serta menandatangani sebelum di praktekan. 6) Mendiskusikan serta menunjukkan perbaikan tugas-tugas mahasiswa dalam praktek mengajar. 7) Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam bimbingan dengan mahasiswa. 8) Bersama dosen pembimbing dan memberi evaluasi terhadap kegiatan mahasiswa. 9) Melaksanakan evaluasi akhir/ujian praktek serta memberikan nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa yang dipertimbangkan nilai sebelumnya. Penulis melihat, disfungsinya guru pamong banyak dipengaruhi oleh buku pedoman yang kurang baik. Misalnya tentang pelaksanaan ujian akhir yang kurang jelas, sistem pemberian nilai yang belum lengkap dan lain sebagainya. Penulis juga melihat, persepsi guru pamong yang keliru de­ngan kedatangan mahasiswa PPL. Guru pamong seolah berpandangan mahasiswa PPL adalah ganti dari guru atau asisten mereka. Konsekwensinya, beberapa guru pamong merasa gembira dengan kedatangan mahasiswa PPL, sebab ma92 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 hasiswa PPL bisa menggantikan mereka mengejar di kelas, dan ini kesempatan bagi guru pamong untuk melakukan pekerjaan lain. Pengontrolan/Pengawasan Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personil apakah tingkat pencapain tujuan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang dikeluarkan. Dalam pelaksanaan PPL yang dimulai dari tanggal 18 Juni 2011 sampai dengan tanggal 18 Oktober 2011 diperoleh data bahwa monitoring dan pengontrolan dari pihak STAIN Bukittinggi di sini di bawah koordinasi Ketua Jurusan Tarbiyah dan Kepala UP2L telah melakukan pengontrolan. Pengawasan dilaksanakan minimal 4 kali dalam pelaksanaan PPL. Namun dalam pelaksanaannya hanya terlaksana satu kali. Selain itu pengontrolan yang direncanakan dari pihak pimpinan di jadwalkan satu kali namun informasi yang diperoleh tidak terlaksana sama sekali. Di samping itu, dosen pembimbing juga mempunyai tugas pengontrolan pada mahasiswa bimbingannya di sekolah-sekolah yang telah di tentukan sebelumnya. Banyaknya frekuensi dosen pembimbing melakukan supervisi adalah 6 kali dalam rentang 18 Juli sampai dengan 18 oktober 2011. Ditambah satu kali mengantar mahasiswa dan satu kali menjembut maha­ siswa, jadi total jumlah dosen pembimbing ke sekolah berjumlah delapan kali. Berdasarakan informasi dari laporan dosen pembimbing kepada pihak UP2L didapatkan data bahwa semua dosen pembimbing memenuhi target kunjungan. Di atas kertas,mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, berbeda dengan data yang penulis dapatkan dari mahasiswa prak­ tek di beberapa sekolah. Kunjungan dosen pembimbing tidak sampai ber­ jumlah delapan kali termasuk mengantar dan menjemput. Kunjungan ber­ kisar antara empat sampai enam kali. Beberapa orang dosen memang sesuai apa yang dilaporkannya dengan jumlah kunjunganya di lapangan. Hal ini menunjukkan rendahnya integritas dosen pembimbing. Untuk ini diperlukan mekanisme pengontrolan secara jelas dan teratur. 93 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... Persolan lain dosen pembimbing adalah kurang efektifnya kunjungan yang dilakukan. Dosen pembimbing ketika melakukan kunjungan lapangan rata-rata hanya menanyakan kepada pihak sekolah dan mahasiswa adalah apa ada masalah atau tidak yang dihadapi oleh mahasiswa? Pertanyaan ini diajukan ketika dosen pembimbing menemui pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru pamong setiap kali melakukan kunjungan. Setelah mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan itu? Ratarata dosen pembimbing bersiap untuk meninggalkan sekolah dan mahasiswa bimbinganya. Sebenarnya pertanyaan ini tidak salah, asalkan jangan berhenti sampai di `situ. Ada banyak lagi pertanyaan yang perlu diajukan untuk didiskusikana terutama kepada mahasiswa yang praktek. Misalnya, apakah pelaksanaan praktek mencapai target atau tidak? apakah mereka dapat melaksanakan pembelajaran secara efektifdan efisien atau tidak? apakah mahasiwa dapat menerapkan berbagai strategi mengajar, mengadakan va­ riasi mengajar, dapat mengelola kelas atau tidak? Persoalan ini belum lagi menjadi perhatian dosen pembimbing ketika meraka melakukan kunjungan lapangan. Menurut penulis pertanyaan inilah yang harus didiskusikan dengan mahasiswanya. Lalu apa bantuan yang dapat diberikan kepada mahasiswa. Pihak panitia sebagai penyelenggara PPL mempunyai tugas untuk selalu mengontrol dan mengawasan. Pengukuran kerja untuk setiap we­ we­nang bisa dilakukan secara langsung terjun ke sekolah ataupun melalui pengalaman orang lain, baik dari dosen pembimbing maupun dari mahasiswa yang sedang melakukan PPL. Pelaksanaan Pengontrolan yang dilakukan oleh pihak penitia dirasakan sangat kurang. Pada hal pengotrolan, bisa dila­ kukan setiap saat di kampus, dengan cara menanyakan langsung kepada dosen pembimbing. Yang terjadi, pihak panitia merasa tugas dan tanggung jawabnya sudah diserahkan kepada dosen pembimbing, sehingga mereka menunggu saja laporan dari dosen pembimbing. Hal ini tidak boleh terjadi kalau seandainya masing-masing pihak menyadari tugas masing-masing. Penulis berasumsi, sepanjang tidak ada masalah yang menghambat pelak­ sanaan PPL di sekolah, selama itu pula pihak yang terkait tidak merasa per­lu mencari informasi lebih dari hanya sekadar ada atau tidak masalah yang di hadapi mahasiswa. Misalnya, apakah praktek mencapai target atau tidak? apakah mereka dapat melaksanakan pembelajaran secara efisien atau tidak? apakah mahasiwa dapat menerapkan berbagai strategi mengajar, 94 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 mengadakan variasi mengajar atau tidak? Dari data yang penulis dapat persoalnn ini belum lagi menjadi perhatian dari pihak pengelola PPL. Pengontrolan dan pengawasan ini bertujuan untuk mengukur dan me­ngetahui wewenang dan tanggung jawab masing-masing yang telah didelegasikan kepada setiap individu yang terlibat dalam Manajemen PPL di STAIN Bukittinggi. Hasil dari pengontrolan dan pengawasan ini adalah sebagai rekomendasi kelanjutan wewenang dan tanggung jawab pada masa yang akan datang. Evaluasi Penilaian adalah unsur lain yang sangat penting dalam proses manajemen. Ia pada umumnya berkaitan dengan usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya. Pengawasan adalah proses yang menentukan betapa baiknya organisasi, program-program atau kegiatan-kegiatan sedang atau telah mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. Dengan kata lain menilai adalah membandingkan hasilhasil yang sebenarnya dengan yang dikehendaki dan merupakan pendapat tentang perbuatan organisasi dan para anggotanya didasarkan kepada perbandingan itu. Dalam usaha pendidikan, penilaian berkaitan erat dengan efektivitas. Sepanjang alat-alat yang dipakai untuk mencapai tujuan terlibat, penilaian juga berhubungan dengan efisiensi. Diasumsikan bahwa prsoses itu bermaksud hendak meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Dengan menggunakan proses penilaian kekuatan suatu program bisa diketahui dan ­dipelihara, kelemahan-kelemahan bisa diketahui dan dikurangi. Penggunaan proses penilaian secara efektif hendaknya menghasilkan perbaikan program dan ­prosedur serta usaha individual dan kelompok dalam mencapai maksudmaksud yang telah disepakati. Kegiatan evaluasi dilakukan pada tahap perencanaan, pengorganisasian dan pengontrolan. Hasil dari evaluasi dija­dikan pedoman untuk mengambil keputusan. Pembahasan Manajemen PPL STAIN Bukitinggi yang penulis bahas terdiri dari pe­ rencanaan, pengorganisasian, pengontrolan dan evaluasi. Dari hasil temuan maka diperoleh informasi bahwa pada tahap perencanaan pada prinsipnya sudah berjalan baik, namun masih terdapat kelemahan yang harus diperbaiki 95 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... pada masa yang akan datang. Misalnya, masih ada beberapa pihak sekolah yang menolak kehadiran mahasiswa STAIN Bukittinggi PPL. Dalam hal ini perlu dilakukan pendekatan dan persuasive dengan pihak-pihak terkait sehingga untuk masa mendatang kehadiran mahasiswa PPL diterima dengan baik oleh sekolah. Selain itu dari tahap perencanaan dalam menghimpun data mahasiswa, pihak UP2L masih kesulitan. Hal ini disebabkan karena kurangnya koor­ dinasi antara pengelola dengan program studi yang ada di bawah jurusan Tarbiyah. Hal ini berdampak kepada keputusan yang diambil UP2L dalam mengumumkan mahasiswa yang boleh PPL. Karena program studi mem­ berikan data mentah sehingga ada mahasiswa yang sebenarnya mereka tidak berhak ikut PPL lolos. Misalnya ada mahasiswa yang belum lulus mata kuliah kependidikan, atau ada mahasiswa yang cuti, namun namanya tetap ada. Pada tahap pengorganisasian, masing-masing peranan yang telah diberi­kan wewenang dan tanggung jawab seharusnya mempertanggung­jawab­kannya kepada pihak-pihak terkait. Hal ini bertujuan agar fungsi manajemen berja­ lan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Pada tahap pengontrolan, sejauh yang ditemukan pada tahap ini yang masih kurang berjalan lancar. Terbukti dengan penugasan pada setiap dosen pembimbing, control dari ketua, kepala UP2L serta pimpinan belum berjalan sesuai dengan perencanaan. Dosen pembimbing, masih ada yang belum mencukupi jumlah supervisinya ke sekolah yang direncanakan 6 kali supervisi, 1 kali mengantar dan 1 kali menyemput, jadi total jumlah kun­ jungan adalah 8 kali. Namun masih ada sebagian pembimbing yang belum mencukupi. Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka mengajar dan tugas-tugas lain yang juga diemban oleh setiap dosen pembimbing. Selain itu pengawasan dari pimpinan yang belum terlaksana yang di­ jadwalkan akan melakukan supervisi 1 kali, namun dalam pelaksanaannya belum terealisasi. Hal ini disebabkan karena kesibukan para pimpinan dal­ am menjambatani tugas-tugas sehari-hari yang diembannya, sehingga untuk keluar kampus melakukan sepervisi tidak ada waktu dan kesempatan yang pas. Sehingga untuk yang akan datang dalam perencanaan dengan meng­ ikutsertakan pimpinan melakukan supervisi ke sekolah-sekolah perlu ditinjau ulang kembali. 96 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Penawaran Gagasan/Model Hipotetik Manajemen PPL Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap manajemen pelaksanaan PPL di Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi. Maka penulis ingin menawarkan gagasan untuk per­ baikan pelaksanaan PPL di masa yang akan datang. Penawaran gagasan dilakukan guna efektif dan efisiensi proses pendidikan yang dilakukan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi, sebagai berikut: (1) Kerjasama yang baik. Pelaksanaan PPL membutuhkan kerjasama yang baik. Kerjasama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerjasama pihak kampus dan dosen pembimbing, pihak sekolah diwakili oleh kepala sekolah waka kurikulum, KTU dan Guru pamong. Unsur-unsur yang telah disebutkan mesti melakukan kerjasama yang lebih baik lagi. Paling tidak menjaga hubungan antar unsur jangan sampai terjadi mis komunikasi. Sebab apabila hal itu terjadi yang dirugikan adalah mahasiswa. Baik dalam bentuk nilai akhir maupun dalam bentuk pelayanan yang kurang maksimal dan kondisi psikologis yang menekan perasaan, sehingga mahasiswa tidak dapat mengembangkan dirinya secara maksimal. Proses kerjasama sudah harus dimulai semenjak perencanaan, jangan sampai ada mahasiswa yang ikut PPL pada hal mereka belum memenuhi persyaratan. Jadi, program studi harus memberikan data yang sebenarnya, data yang telah diperiksa terlebih dahulu, apakah mahasiswa yang dikirim ke UP2L untuk diproses lebih lanjut sudah memenuhi persyaratan atau belum. Proses kerjasama dalam perencanaan juga bisa dilakukan dengan mengundang unsur-unsur yang terkait dengan sekolah praktek ke STAIN Bukittinggi. Misalnya calon guru pamong atau kepala sekolah atau wakil kepala sekolah. Pembicaraannya berkisar penyatuan persepsi, atau semacam coacing PPL secara bersama. Apabila hal ini dilakukan diprediksi tidak ada lagi mis komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak kampus dalam hal ini pengelolaan PPL dan dosen Pembimbing. Menurut penulis dengan mengundang pihak sekolah untuk datang ke kampus membicarakan per­ siapan PPL, ada alasan bagi guru untuk “keluar” dari rutinitas mengajar di sekolah. (2) Intergritas. Intergritas berkaitan dengan kepribadian manusia yang ada di lingkungan kampus STAIN Bukitinggi, diantarannya pimpinan, dosen, dan pegawai. Pelaksanaan PPL yang didisain dengan baik hanya akan berjalan, apabila dibarengi dengan integritas orang-orang yang terlibat langsung dengan pelaksanaan PPL. 97 diantarannya pimpinan, dosen, dan pegawai. Pelaksanaan PPL yang didisain dengan Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... baik hanyaWedra akanAprison, berjalan, apabila dibarengi dengan integritas orang-orang yang terlibat langsung dengan pelaksanaan PPL.penulis tawarkan terlihat pada tabel be­ Model manajemen PPL yang rikutmanajemen ini: Model PPL yang penulis tawarkan terlihat pada tabel berikut ini: Dari model yang ditawarkan tersebut di atas dapat diturunkan dalam pola-pola Dari model yang ditawarkan tersebut di atas dapat diturunkan dalam sebagai berikut: pola-pola sebagai berikut: Perencanaan Perencanaan Manajemen STAIN Bukittinggi dimulai dimulai dari perencanaan. Manajemen PPLPPLSTAIN Bukittinggi dari Peren­ perencanaan. canaannya berawal dari diterimanya mahasiswa yang sudah memenuhi per­syaratan menjadi peserta micro teaching. Selanjutnya dikelompokkan persyaratansedemikian menjadi peserta micromempertimbangkan teaching. Selanjutnya dikelompokkan sedemikian rupa, dengan prestasi mahasiswa. Jangan sampai satu kelompok micro terdiri dari mahasiswa yang pintar-pintar rupa, dengan mempertimbangkan prestasi mahasiswa. Jangan sampai satu kelompok saja atau sebaliknya, sebab hal itu akan berakibat kepada perkuliahan micro terdiri dari mahasiswa yang pintar-pintar saja atau sebaliknya, sebab hal itu micro itu sendiri. Perkuliahan tidak menjadi hidup dan bergairah, apabila akan berakibat kepada perkuliahan micro itu sendiri. Perkuliahan Peserta tidak menjadi mahasiswanya bersifat homogen dari segi kemampuan. micro hidup teaching satu kelompok yang terdiri darihomogen 10-15 orang mahasiswa terdiri dari Peserta dan bergairah, apabila mahasiswanya bersifat dari segi kemampuan. campuran mahasiswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Diha­ micro teaching kelompok yangkemampuan terdiri daridi10-15 mahasiswa terdiri dari rapkansatu terjadi saling transfer antaraorang mereka. Kegiatan selan­ jutnya adalahyang menunjuk dosen pembina perkuliahan teaching. Setelah terjadi campuran mahasiswa berprestasi tinggi, sedang dan micro rendah. Diharapkan perkuliahan micro selesai, maka mahasiswa yang lulus micro sajalah yang saling transfer kemampuan di antara mereka. Kegiatan selanjutnya adalah menunjuk berhak mengikuti PPL II. dosen pembina Berikut perkuliahan micro teaching. Setelah perkuliahan micro selesai, ini ditawarkan mekanisme pelaksanaan PPL dalam tahap pe­ maka mahasiswarencanaan: yang lulus micro sajalah yang berhak mengikuti PPL II. Perencanaannya berawal dari diterimanya mahasiswa yang sudah memenuhi Berikut ini ditawarkan mekanisme perencanaan: 98 pelaksanaan PPL dalam tahap 18 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Umpan balik Manaje men Perenc anaan PPL Program I 1. Menerima mhs dari Prodi 2. Persiapan micro teaching 3. Penetapan dosen mirco teaching Program II 1.perkuliahan micro 2. penerapan kemampuan mengajar oleh dosen dan mhs micro 3.evaluasi PBM micro teaching Program III 1.mahasiswa yg lolos micro 2.pendekatan ke sekolah PPL 3. Persiapan ADM 4. pembagian kelompok Pers iapa n PPL Yg baik Umpan balik Mekanisme implementasi perencanaan dapat diberi penjelasan sebagai Mekanisme implementasi perencanaan dapat diberi penjelasan seba­ berikut: Program I. Tahap ini proses manajemennya adalah penerimaan calon gai berikut: Program I. Tahap ini proses manajemennya adalah penerimaan mahasiswa yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti perkuliahan PPL I dari calon mahasiswa yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti perkuliahan program studi. Sebelum nama-nama mahasiswa diserahkan ke UP2L, diharapkan PPL I dari program studi. Sebelum nama-nama mahasiswa diserahkan ke masing-masing program studi menyeleksi mahasiswa yang memenuhi persyaratan UP2L, diharapkan masing-masing program studi menyeleksi mahasiswa dengan teliti. Tahap ini dianggap krusial, karena sukses ataupun gagalnya PPL yang memenuhi persyaratan dengan teliti. Tahap ini dianggap krusial, ka­ dimulai dari proses ini. Tidak boleh ada mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan rena sukses ataupun gagalnya PPL dimulai dari proses ini. Tidak boleh ada bisa atau lolos mengikuti perkuliahan micro teaching. (2) Persiapan perkuliahan mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan bisa atau lolos mengikuti micro. Pada tahap ini, mahasiswa dibagi perkelompok perkuliahan, disesuaikan perkuliahan micro teaching. (2) Persiapan perkuliahan micro. Pada tahap ini, dengan dosen dan finansial yang tersedia. Pembagian kelompok diharapkan mahasiswa dibagi perkelompok perkuliahan, disesuaikan dengan dosen dan mempertimbangkan kemampuan mahasiswa, jangan sampai anggota kelompok terdiri finansial yang tersedia. Pembagian kelompok diharapkan mempertimbang­ dari mahasiswa yang pandai atau aktif semua, atau sebaliknya. Diharapkan anggota kan kemampuan mahasiswa, jangan sampai anggota kelompok terdiri dari kelompok dalam perkuliahan micro terdiri dari anggota kelompok yang berimbang mahasiswa yang pandai atau aktif semua, atau sebaliknya. Diharapkan ang­ antara mahasiswa yang pandai atau aktif, sedang, dan yang kurang. Hal ini akan gota kelompok dalam perkuliahan terdiri dari kelompok berakibat kepada perkuliahan nantiknya. micro (3) Penetapan dosenanggota pembimbing micro. yang berimbang antara mahasiswa yang pandai atau aktif, danoleh yang ku­ Penetapan dosen pembimbing mengikuti persyaratan yang telahsedang, ditetapkan rang. Hal ini akan berakibat kepada perkuliahan nantiknya. (3) Penetapan dosen pembimbing micro. Penetapan dosen pembimbing mengikuti persya­ ratan yang telah ditetapkan oleh STAIN Bukittinggi selama ini. Program II. Proses manajemen pada tahap ini adalah: (1) perkuliahan micro teaching. Da­ lam perkuliahan micro ini diharapkan kepada dosen betul-betul membina dan menerapkan disiplin yang tinggi, karena jadwal perkulihan micro dise­ rahkan kepada dosen pembimbing masing-masing kapan mereka sem­ pat dan punyai waktu untuk melaksanakan perkuliahan. Dikarenakan 99 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... tidak ditetapkan jadwal perkuliahan seperti perkuliahan regular, penulis menganggap rawan penyelewengan. Terutama penyelewengan waktu, baik berupa pemadatan waktu perkulihan (dua kali pertemuan dijadikan satu kali atau satu kali pertemuan dengan dua kali absen) bahkan tidak melaksakan perkuliahan sesuai dengan jumlah pertemuan yang diha­ rapkan. Pada tahap ini penetapan jumlah perkulihan minimal yang harus dilaksanakan dan kalau memungkinkan membuatkan jadwalnya, setelah itu memantau pelaksanaannya. Harus ada mekanisme pengontrolan per­ kuliahan micro teaching. (2) penerapan kemampuan mengajar dalam micro. Dosen pembimbing harus memastikan bahwa mahasiswa peserta micro me­ nerapkan dan mampu menggunakan semua keterampilan mengajar yang direncanakan dalam perkulihan. (3) Evaluasi. Evaluasi dilakukan secara baik. Tidak boleh pertimbangan evaluasi berdasarkan kasihan, mereka sudah semester sekian, kalau tidak diloloskan kapan mereka praktek dan kapan juga mereka tamat. Terhadap mahasiswa yang betul-betul tidak menguasai keterampilan yang diajarkan, harus diberikan pengertian bahwa ia tidak mampu dan berbesar hati untuk mengulang pada tahun berikutnya. Sebab, asal meloloskan akan berakibat kepada praktek nantiknya. Program Tahap III. Proses manajemennya adalah: (1) pengelola micro memastikan mahasiswa yang lolos dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti PPL. Pastikan tidak ada mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan ikut dalam PPL. (2) penjajakan sekolah. Pada tahap ini pengelola mencari atau membuat semacam MOU dengan sekolah-sekolah tempat praktek. Pada tahap ini, pengelola juga harus menyampaikan sistem praktek lapangan yang dianut oleh STAIN Bukittinggi. Kalau perlu mereka sekali-sekali diundang ke STAIN Bukittinggi untuk membicarakan dan menyatukan persepsi tentang pengelolaan PPL yang baik. Sekolah tidak hanya sekedar menerima secara pasif, lalu melaksanakan semua yang diperintahkan oleh pihak kampus. Pengelola sekali-sekali perlu mendengar keluhan dan saran yang diberikan oleh pihak sekolah. Karena ada sekolah yang punyai inisiatif bagus tentang teknik pembinaan mahasiswa praktek dan itu perlu diakomodir dan diso­ sialisasikan kepada semua pihak yang berkepentingan. (3) persiapan ad­ ministrasi. Kegiatannya terdiri dari: pertama, surat permohonan kesediaan menerima mahasiswa. Kedua, surat pemberitahuan atau penyempaian namanama calon mahasiswa yang akan ditempatkan di sekolah tersebut, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Ketiga, surat pemberitahuan hari dan 100 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 jam serah terima mahasiswa PPL bersama dosen pembimbingnya. Keempat, kalau dapat sekaligus SK pamong dan panitia sekolah diberikan ketika serah terima pertamanya. (4) pembagian kelompok. Pada tahap ini dianggap cukup krusial. Pembagian kelompok setidaknya harus mempertimbangkan dua hal: pertama, karakteristik sekolah. Kedua, karakteristik mahasiswa. Pada tahap ini pengelola diharapkan bekerja lebih keras dari pada tahap sebelumnya. Karena proses ini akan banyak menyumbang terhadap kesuksesan atau ke­ gagalan PPL. Pengelola diharapkan menyesuaikan mahasiswa yang akan praktek dengan sekolah tempat praktek. Untuk sekolah-sekolah tertentu yang standar pengelolaan sekolahnya sudah tinggi bahkan mungkin bertaraf internasional, perlu mempertimbangkan kemampuan mahasiswa. Paling ti­ dak jangan menempatkan mahasiswa yang diperkirakan akan mendapatkan kesulitan kalau ditempatkan disana nantinya. (5) persiapan buku pedoman. Buku pedoman dibutuhkan oleh semua komponen yang terlibat di dalam pe­laksanaan program praktek lapangan, dosen pembimbing, guru pamong, pim­pinan di sekolah terutama wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Oleh karena itu pengelola harus mengusahakan buku pedoman yang men­cakup semua kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah menyelesaikan tahap perencanaan program pengalaman praktek lapangan dengan baik, diha­ rapkan akan mendapatkan hasil perencanaan PPL yang lebih baik. Dengan perencanaan yang lebih baik, diharapkan tahap selanjutnya juga akan lebih baik dari sebelumnya. Pengorganisasian dan Kontrol Tahapan manajemen selanjutnya yang akan menjadi perhatian adalah tahap pengorganisasiandan kontrol. Model organisasinya dapat dilihat dari bagan berikut ini: 101 Tahapan manajemen selanjutnya yang akan menjadi perhatian adalah tahap pengorganisasiandan kontrol. Model organisasinya dapat dilihat dari bagan berikut Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... ini: Model Organisasi dan komunikasi PPL Ketua Puket I Puket II Puket III Ketua Jurusan Prodi Prodi Prodi UP2L Dosen Pbb Dosen Pbb Dosen Pbb Guru pamong Guru pamong Guru pamong Guru pamong Mhs PPL Mhs PPL Mhs PPL Mhs PPL Dosen Pbb Dosen Pbb Guru Pamong Mhs PPL Dari mekanisme mekanismepengorganisasian pengorganisasian di dapat atas dapat dijelaskan sebagai(1) di atas dijelaskan sebagai berikut: berikut: (1) Ketua STAIN Bukittinggi. Ketua STAIN Bukittinggi adalah Ketua STAIN Bukittinggi. Ketua STAIN Bukittinggi adalah orang yangorang paling yang paling bertanggungjawab terhadap pelaksanaan PPL di STAIN Bukit­ bertanggungjawab terhadap pelaksanaan PPL di STAIN Bukittinggi. Namun secara tinggi. Namun secara organisasi, bisa memberikan intruksi, koordinasi de­ organisasi, bisa memberikan intruksi, koordinasi dengan pembantunya terutama ngan pembantunya terutama pembantu ketua 1 yang berkaitan dengan isi pembantu ketua 1 PPL, yangsedangkan berkaitan dengan isi atau substansi PPL, sedangkan atau substansi berkaitan dengan administrasi ketua berkaitan STAIN dengan administrasi ketua STAIN bisa ke pembantu ketua 2. Disamping itu ketua bisa ke pembantu ketua 2. Disamping itu ketua STAIN juga bisa langsung STAIN jugaJurusan bisa langsung ketuaKetua Jurusan atau ke langsung UP2l. Ketua juga bisa langsung ke ketua atau kekeUP2l. juga bisa ke ketua prodi, ke dosen pembimbing ke sekolah. (2) Puket 1. Kerja puket 1 sama persis dengan ke ketua prodi, ke dosen pembimbing ke sekolah. (2) Puket 1. Kerja puket 1 sama ketua. Hal iniketua. dikarenakan puket 1 adalah perpanjangan tangan dari ketua. persis dengan Hal ini dikarenakan puket 1 adalah perpanjangan tangan dari Dengan kata lain puket 1 sebenarnya juga ketua STAIN Bukittinggi. (3) Ketua ketua. Dengan kata lain puket 1 sebenarnya juga ketua STAIN Bukittinggi. (3) Ketua jurusan. Ketua jurusan bisa melaksanakan tugasnya mengotrol prodi-prodi jurusan. Ketua jurusan bisa melaksanakan tugasnya mengotrol prodi-prodi yang ada yang ada di bawahnya. Ketua jurusan juga bisa langsung ke UP2L. ketua di bawahnya. Ketua jurusan juga bisa langsung ke UP2L. ketua jurusan juga bisa ke jurusan juga bisa ke dosen atau juga bisa langsung ke sekolah. Yang utama dari tugas ketua jurusan adalah terhadap prodi dan UP2L serta dosen. (4) Ketua prodi. Ketua prodi bisa berkoordinasi dengan UP2L dan juga bisa ke dosen pembimbing bahkan juga bisa langsung ke lapangan. Prodi juga berperan penting dalam menyukseskan PPL. Terutama ketika memberikan nama-nama mahasiswa yang berhak mengikuti perkuliah micro teaching. Kesalahan ketua prodi memberikan nama-nama mahasiswa ke UP2L akan 102 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 berakibat kesalahan UP2L mengelola mahasiswa. Jadi kesalahan PPL bisa berawal dari kesalahan ketua prodi memberikan nama-nama mahasiswa ke UP2L. (5) UP2L. UP2L adalah orang yang secara khusus ditunjuk dan diangkat untuk menjalankan tugas pimpinan, mulai dari ketua, pembantu ketua, ketua jurusan dan ketua program studi. UP2L adalah orang yang ditugasi secara khusus mendisain pelaksanaan PPL mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan evaluasi PPL, serta merekomendasikan perbaikan PPL untuk masa yang akan datang. UP2L harus merumuskan pola kebijakan PPL sedemikian rupa, menjelaskan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil yang terkaitan dengan pelaksanaan PPL. Jadi kerja UP2L sifatnya koordinasi. Mengkoordinasikan PPL dengan berbagai pihak yang terlibat. Catatan penulis untuk UP2L dari buku pedoman yang ada: “tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara dosen pembimbing dengan UP2L terutama berkaitan dengan pemberian nilai”. Menurut penulis kerja UP2L tidak perlu sampai kepada pemberian nilai bersama dengan dosen pembimbing. Cukup menerima nilai dari pembimbing saja. Hal ini penulis katakan hanya untuk mempertegas saja apa yang terjadi di lapangan. Kenyataannya toh tidak pernah UP2L melakukan penilaian atau memberi nilai mahasiswa bersama dosen pembimbing. Kalau sampai UP2L berhak memberi nilai itu artinya otoritas dosen pembimbing menjadi berkurang. Hal ini jelas mengebiri tugas pokok dosen secara umum. Pada hal UP2L hanyalah sebagai penitia pelaksana yang memberikan pelayanan untuk kelancaran tugas dosen pembimbing. (6) Dosen pembimbing. Kerja dosen pembimbing sudah dirumuskan dalam buku pedoman. Hanya saja yang menjadi perhatian selanjutnya diperlukan penegasan dalam buku pedoman ini, supaya tidak ada kesalahan komunikasi dengan mahasiswa dan guru pamong di lapangan. Dari hasil penelitian memperlihatkan ketidak tegasan tugas dan tanggung jawab dosen pembimbing dalam buku pedoman telah membuat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum serta guru pamong manjadi ragu. Ada dua hal yang ingin dipertegas. Per­ tama, berkaitan dengan tugas melaksanakan ujian akhir bersama guru pamong. Selama ini (maksudnya selain PPL 2011) dosen pembimbing harus mendampingi guru pamong untuk melaksankan ujian akhir bersama dengan guru pamong. Namun untuk PPL 2011 dosen pembimbing tidak wajib lagi menghadiri ujian akhlir bersama guru pamong, artinya ujian akhir cukup dilaksanakan oleh guru pamong saja. Hanya saja kewajiban itu masih ada 103 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... dalam buku pedoman PPL tahun 2010 yang dipakai untuk pelaksanaan PPL 2011. Hal ini membuat guru pamong dan pihak sekolah lainnya bertanyatanya dalam melaksanakan ujian akhir mahasiswa PPL. Kedua, memberi nilai dengan mempertimbangkan nilai sebelumnya. Hal ini kurang logis, karena kenyataannya perkulihan PPL I dengan PPL II dilaksanakan secara terpisah dan dengan mekanisme yang berbeda pula. Jadi tidak perlu ada kata mempertimbangkan nilai sebelumnya. Dosen pembimbing berkoodinasi dengan pihak sekolah dan juga pihak pengelola atau UP2L. Dosen pem­ bimbing tidak perlu berkoordinasi dengan pimpinan atau pihak kampus, toh sudah ada UP2L. (7) Pihak sekolah. Tugas dan tanggung jawab pihak sekolah barangkali tidak banyak lagi yang dipersoalkan terutama apabila diuji dengan buku pedoman PPL. Agaknya sudah cukup jelas dan lengkap tertulis didalanya, kecuali pelaksanaannya yang belum maksimal. Hal ini menjadi tugas dosen pembimbinglah untuk mengkomunikasikannya dengan guru serta pihak sekolah lainnya. Terutama berkaitan dengan pemberian tugas perencanaan pembelajaran dan pelaksanaannya di kelas. Evaluasi Evaluasi yang menjadi perhatian disini adalah (1) evaluasi dalam arti ujian akhir untuk mahasiswa PPL, (2) evaluasi untuk keseluruhan pelaksanaan PPL. Yang pertama merupakan tugas dan tanggunjawab guru pamong beserta dosen pembimbing. Yang kedua merupakan tugas dan tanggung jawab UP2L. (1) Evaluasi ujian akhir. Sebenarnya hal ini sudah dibahas dalam penjelasan kooordinasi. Namun perlu dipertegas dalam bab ini. Evaluasi dalam artian ujian akhir adalah yang penting dalam pelaksanaan tugas dosen pembimbing. Hal ini pulalah yang kurang jelas dalam buku pedoman tahun 2010 yang digunakan untuk pelaksanaan PPL 2011. Evaluasi adalah pemberian nilai kepada mahasiswa hanya dilakukan oleh (1) pihak sekolah terutama guru pamong, pimpinan dan lainnya, (2) oleh dosen pembimbing. (2) Sedangkan untuk evaluasi PPL secara keseluruhan dilakukan oleh pihak panitia. [ ] 104 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Endnotes 1 2 STAIN Bukittinggi, Buku Pedoman PPL, (Bukittinggi: STAIN Bukittinggi, 2009), h. 1 Laxy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 2-4 Spradley, JP, Participant Observation, (New Delhi: Rinehart and Winston, 1980) h. 7 John W. Creswell, Research Design: Qualitatif and Quantitatif Approaches (Jakarta: KIK Press, 2002), h. 143 5 Milles dan Huberman, op. cit., h. 16 6 Lexy J. Moleong, Metodologi, op.cit., h. 179 3 4 Daftar PUSTAKA Akdon. 2007. Strategic Manajement for Educational Manajement, Badung: Alfabeta. Alwasilah, A. Khaidar. 2008. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Me­lakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Arif, Armai. 2005. Reformasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press. Brayson, Jhon M. 2007. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization: A Guide Strengthening and Sustaining Organization Achievement, terj. M. Miftahuddin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Creswell, John W. 2002. Research Design: Qualitatif and Quantitatif Approaches Jakarta: KIK Press. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 2007. Qualitatif Data Analysis, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press. Desseler, Gary. 2004. Manajement: Principles and Practices for Tomorrow’s Leaders, USA: Pearson Education. Engkoswara dan Aan Komariah. 2010. Administrasi Pendidikan, Bandung: Al­ fa­beta. Fadjar, A. Malik. 1999. Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan Faisal, Sanafiah. 1990. Penelitian Kualitatif, Malang: YA3. Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Garelli, Stephane, 2008, Menjadi Nomor 1 di Abad ke-21: Kiat bangsa, Perusahaan, dan Individu Memenangi Persaingan di Era Baru, terj. Said Barzy, Jakarta: Gramedia Harahap, Syahrin, (ed). 1998. Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi, Yog­ yakarta: PT. Tiara Wacara Yogya. Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organization Behaviour, New Delhi: Practice-Hall of India Private Ltd. 105 Wedra Aprison, Model Manajemen Program Praktek Lapangan ... Hidayat, Komarudin dan Hendro Prasetyo, (ed), 2000, Problem dan Prospek IAIN: Ontologi Pendidikan Tinggi Islam, Jakarta: Departemen Agama RI Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto, 2006, Manajemen Pergu­ ruan Tinggi Modern, Yogyakarta: Andi Offset Konsorsium Bidang Ilmu Universitas Islam Negeri Bandung, Transpormasi IAIN Menjadi UIN Menuju Research University, Bandung: Gunung Djati Presss Koonts, C. and O’Donnel, 1976, Principles of Management an Analysis of Mana­ gerial Functions, New York: McGraw Hill Book Company McGraw-Hill. 2004. Management: The New Competitive Landscape, New York: McGraw-Hill. Moleong, Laxy. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Ros­ dakarya. Muhaimin, 2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Banang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Jakarta: Salemba empat. Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito. Sagala, Syaiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta. Sirozi, Muhammad, 2004, Agenda Strategis Pendidikan Islam, Yogyakarta: AK Group Spradley, JP. 1980. Participant Observation, New Delhi: Rinehart and Winston. Nana Sudjana. 1989. Metode Penelitian, Bandung: Tarsito. STAIN Bukittinggi, 2008, Panduan Penjamianan Mutu Pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sjach M. Djamil Djambek Bukittinggi, Bukittinggi: Unit Penjaminan Mutu Pendidikan STAIN Bukitinggi STAIN Bukittinggi. 2009. Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan, Bukittinggi: STAIN Bukittinggi. Sudjana, Nana, 1989, Metode Penelitian, Bandung: Tarsito Surakhmad, Winarno, 2009, Pendidikan Nasional: Strategi dan Tragedi, Jakarta: Kompas Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan: Dasar Teori untuk Praktek Profe­ sional, Bandung: Angkasa. Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputa Press. Terry, Gorge R. 1972. Principles of Management, Illioniss: Richard D. Irwin Inc. www.unesco.org/education/educprog/wche/declaration_eng.htm#world%20 declaration. Diakses senin tanggal 9 Januari 2011. 106