ARTIKEL ILMIAH PENGGUNAAN BAHASA DALAM SOSIAL MEDIA (GONDES DAN MENDES SEBAGAI FENOMENA LINGUISTIC STRUCTURALISM, KAITANNYA DENGAN ENTITAS NORMA KESOPANAN DI LINGKUNGAN KAMPUS) Artkel ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah Dosen Pengampu: Moh. Yasir Alimi, MA., Ph.D Dr. Thriwaty Arsal, M.Si Oleh: Imam Fauzi NIM: 3401413023 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 1 PENGGUNAAN BAHASA DALAM SOSIAL MEDIA (Gondes dan Mendes sebagai Fenomena Linguistic Structuralism, Kaitannya dengan Entitas Norma Kesopanan di Lingkungan Kampus) Oleh: Imam Fauzi1 NIM: 3401413023 Email: [email protected] Abstract This article aims to describe the phenomenon of language use Gondes and Mendes on social media community associate with the norms of decency. The language used by the public is a reflection of the overall culture of the communities concerned. The use of the language system can also be interpreted differently, depending on who's wearing the language in its applications to daily life communication. The use of language in social media influenced the psychological condition and the condition of the human social environment, so that the choice of words (diction) is not only an expression expressions happy, compliment, or sad, but also in the form of swear hatred, angry and disappointed. The phrase that has meaning and rough that gondes and mendes is still common in social media environments such as facebook, twitter, and instagram. Keywords: gondes, mendes, norms of decency. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa Gondes dan Mendes pada media sosial masyarakat di kaitkan dengan norma kesopanan. Dimana, bahasa yang digunakan oleh masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Penggunaan tata kebahasaan juga dapat diartikan berbeda-beda, tergantung siapa yang memakai bahasa tersebut dalam aplikasinya pada komunikasi kehidupan keseharian. Penggunaan bahasa dalam sosial media di pengaruhi kondisi psikis dan kondisi lingkungan sosial manusia, sehingga pilihan kata (diksi) tidak hanya berupa ungkapan ekspresi senang, pujian, atau sedih, namun juga berupa umpatan kebencian, marah dan kecewa. Ungkapan yang memiliki makna kasar yaitu gondes dan mendes sampai saat ini masih sering dijumpai pada lingkungan sosial media seperti facebook, twitter, dan instagram. Kata kunci: gondes,mendes, norma kesopanan. 1 Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi S1 Universitas Negeri Semarang (UNNES), melakukan penelitian dan riset kecil-kecilan pada beberapa mahasiswa di kampus Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan melakukan analisis komparatif dengan beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada tanggal 21-22 Juni dan tanggal 05-06 Juli 2014 berkenaan penggunaan istilah/tuturan kata “gondes” pada komunikasi antarmahasiswa di lingkungan kampus yang menjadi parole atau kebebasan individu dalam menggunakan peristilahan kata atau tuturan kata. 2 Semarang menjadi sebuah tanda tanya, PENDAHULUAN apakah makna sebenarnya dari kata Fenomena kebahasaan atau bisa gondes itu sendiri. Kata tersebut sering disebut bahasa dalam penggunaanya digunakan dalam pergaulan sehari-hari sangat dipengaruhi kondisi geografis baik pada kalangan mahasiswa ataupun dan sosiokultural. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sistem masyarakat pada umumnya. Kemudian bahasa dari manakah asal kata tersebut? Dan diartikan sebagai lambang bunyi yang apa arbitrer, yang digunakan oleh anggota kaitannya dalam pergaulan anak muda? berinteraksi, dan mengidentifikasikan Tulisan diri, percakapan (perkataan) yg baik, mengkaji tingkah laku yg baik, sopan santun, baik Strauss bahasa atau perangai serta tutur kata pencetus modern teori yang Putra, 2001). Dengan dasar teori ahli ilmu Linguistik memandang bahasa struktural bahasa (sructural linguistic), yang memengaruhi kebudayaan, bukan Levi Strauss berhasil melihat sesuatu di dipelajari balik penampakan karya dalam ilmu Antropologi bahwa bahasa manusia. Sesuatu di balik benda (wujud karya) merupakan bagian dari kebudayaan atau tersebut bukan lagi berupa visi atau salah satu unsur dari kebudayaan. misi, melainkan berupa nilai atau Kemudian bagaimana keduanya saling makna yang secara tidak sadar telah memengaruhi sehingga antara bahasa membentuk dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan ide, gagasan, atau pemikiran seseorang. Dengan dimikian dan berjalan beriringan, bagimana mengomunikasikan sebagai bagi kebudayaan (Heddy Shri Ahimsa tinggi rendah asal atau keturunan). Para memaknai diatas memandang bahasa sebagai kondisi (baik buruk kelakuan menunjukkan memahami, mencoba permasalahan strukturalisme menunjukkan sifat dan tabiat seseorang yang ini berdasarkan teori Strukturalisme. Levi budinya, menunjukkan bangsa, budi seperti sistem kebahasaan atau bahkan etika bahasa suatu masyarakat untuk bekerja sama, sebaliknya dengan dapat dikatakan apapun yang ada di dan dunia ini, menurut pandangan Lévi- kebudayaan Strauss dengan bahasa? merupakan memiliki Kata gondes atau lebih sistem struktur-struktur yang yang mengaturnya (Hendri Jihadul Barkah, sering di dengar dengan “ndes” yang 2004). Adanya semacam korelasi antara sampai saat ini menjadi trend di wilayah bahasa 3 dan kebudayaan bukanlah karena adanya semacam hubungan praktiknya, bukan menggantikannya sebab akibat (kausalitas) antara bahasa dengan budaya luar yang tidak jelas asal dan usulnya. kebudayaan, tetapi karena keduanya merupakan produk atau hasil Fenomena gondes erat dari aktivitas nalar manusia dalam kaitannya dengan fenomena mendes upaya mengomunikasikan kebudayaan. yang juga sering digunakan dalam Mahasiswa kelompok pelajar mempunyai sebagai percakapan sehari-hari, namun yang yang dipandang sangat banyak digunakan terutama pada kemampuan intelektual kalangan mahasiswa adalah kata lebih, pengetahuan atau wawasan luas gondes yang dianggap dan kemampuan menganalisa suatu ganti panggilan, sapaan atau bahkan keadaan atau permasalahan dengan pengganti kata saudara, bro (brother), teliti, kritis dan selektif yang tidak sist (sister). Setelah penulis melakukan jarang memilih penggunaan kata atau riset pada beberapa mahasiswa, penulis kalimat dalam komunikasi baik itu mencoba memaparkan dan menganalisa dengan teman, dosen, terlebih dengan fenomena orang-orang yang memiliki posisi dan mendes dalam laporan ini, sebagaimana kedudukan penting seperti rektor dan menjadi salah satu kajian dalam teori bahkan strukturalisme pejabat negara. Terlebih kebahasaan sebagai kata gondes kebahasaan dan atau mahasiswa yang merupakan jembatan structural linguistic dari Levi Strauss penghubung atau berperan sebagai dan perantara pembaharuan, yang dapat pengguna bahasa tersebut dalam praktik membantu penggunaan masyarakat dalam bagaimana kata sudut pandang gondes pada mengomunikasikan suara atau aspirasi kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. kampus. mahasiswa Dengan memiliki kata lain peran besar sebagai wajah dari masyarakat yang Rumusan Masalah memiliki karakter dan kepribadian baik, 1. Apakah arti dan makna gondes mampu berkomunikasi dengan bahasa secara filosofis? yang etis, sopan dan santun, apa lagi dengan mulai pudarnya 2. Bagaimanakah nilai-nilai kebahasaan Levi Strauss? justru harus di bangun kembali dan di kukuhkan kata gondes dengan teori Strukturalisme budaya lokal seperti bahasa Jawa yang senantiasa kaitannya 3. Apakah arti dan makna dari kata dalam gondes di kalangan mahasiswa? 4 4. Bagaimanakah peran mahasiswa kamus Semarangan dialek Semarang dalam upaya menyikapi fenomena berarti Geblek (lebih halus dari goblog), gondes di lingkungan kampus? namun konotasinya lebih berarti kepala 5. Bagaimanakah hubungan antara batu, atau keras kepala, atau tidak bisa kata gondes dengan entitas norma dibilangi atau dinasehati. Secara nasional, kesopanan akhirnya menjadi akronim dari Gondrong yang berlaku di lingkungan kampus? Ndeso. Kata gondes lebih terkenal dan banyak dipakai dalam komunikasi anakanak muda di kota Semarang walaupun PEMBAHASAN sekarang sudah menyebar luas dari daerah Gondes, Mendes dilihat dari perspektif asal kata tersebut. historis, paradigma mahasiswa, serta aktualisasinya dalam Menurut Bergass dan kehidupan Duftpungkers, 2012 gondes merupakan kemahasiswaan dipandang dari segi singkatan dari gondrong ndeso (orang desa norma gondrong), bisa berarti orang gondrong kesopanan kehidupan lingkungan kampus yang ketinggalan jaman, biasa dipakai untuk mengejek orang yang memiliki Gondes, Mendes di lihat dari makna rambut gondrong, udik, atau orang desa filosofis yang jarang pergi ke kota. Biasanya Kata gondes sering di ungkapkan berpakaian gaya pedesaan, katrok namun sebagai pengganti kata bro, sist, yang berlagak kekotaan. Sebutan semacam bermakna saudara atau teman dalam jancuk, anjing, tai, yang sering digunakan kehidupan sehari-hari. Peristilahan dari di Semarang, biasanya disingkat menjadi satu kata tersebut memiliki fonem yang "ndes" biasanya digunakan dalam kalimat sama, baik di Semarang, Jogja dan seperti “cah kae raine nggateli yo?”, “he'e sekitarnya, namun mempunyai makna ndes, raine koyo sikil.......” yang dalam berbeda. Biasanya kata gondes diartikan bahasa Indonesia, “anak itu mukanya aneh sebagai panggilan keakraban antar teman, ya?”, namun lebih banyak di luar itu yang kaki.......” atau sebagai ungkapan rasa malu mengartikulasikan sebagai umpatan kasar dan perasaan bersalah, seperti kalimat sekelas asu, jancuk, dan monyet, sebagai gondes banget nih gue salah pakek ungkapan rasa marah, kecewa, atau seragam” (Mantep dan Wawan, 2012). ungkapan hinaan untuk orang yang di Kata gondes berupa singkatan dari bahasa banci (A. Fadloli, 2012). Gondes, menurut Jawa (gon = nggon = empat/asal, dan 5 “hu'um ndes, wajahnya kaya des=deso=desa). Jadi gondes adalah orang Ciri-ciri gondes: yang berasal dari desa atau biasa di sebut 1. Mempunyai nama Facebook alay. orang udik. Mantep menambahkan bahwa Contoh: Aq Cieee Nax Guanteng gondes berarti gondrong ndeso atau goblok Sing ndeso, seperti pada kalimat, “asu!! cah kui Tresno Karo KoW3 SaxModare SaxLawase. pancen gondes !!, he'e, mosok nguyuh ning 2. Penulisan hotel rak ngerti carane” atau dalam bahasa SMS tidak menggunakan spasi tapi memakai Indonesia, “asu!! Anak itu memang titik (.) dan koma (,). gondes, masa kencing di hotel tidak tahu Contoh caranya”. Wawan membagi : ,.kamoe..,die,.mana,.nich? jenis Q,,gi.otw. penggunaan kata gondes kedalam tiga 3. Suka memakai topi prlaon dan di artian yaitu: bawah 1. Gondes murni, ini adalah gondrong pelindung muka yang terdapat tulisan grafiti namanya desa murni, yaitu rambut gondrongnya atau yang lain. murni atau bisa juga direbondingan, 4. Mereka perokok keras dan sok- bukan hair extension. sokan jika sedang merokok. 2. Gondes motor (vill longhair rider) 5. Mereka menyukai balapan motor semacam gondrong jalanan yg suka liar menggunakan motor modif ngebut di jalanan. yang tidak jelas. 3. Gondes era millenium, walaupun 6. Suka memakai sepatu yang pada mereka tidak gondrong tapi gondes bagian samping sepatu longgar mengalami perluasan makna, mereka tidak jelas. yg tidak gondrong pun kena imbas. Ciri-ciri mendes: Selain itu, lebih lanjut Bergass 1. Mempunyai nama Facebook alay mengatakan jika selain istilah gondes Contoh: Q ciee nax ayoene pouolll juga dikenal adanya istilah lain yaitu lsaxlawase saxmodeare sing tresno mendes yang berarti mentelan ndeso karo bojoku nananaininnenene. dan diperuntukkan kepada perempuan yang sok kekecantikan. 2. Kalau Bergass badut. mengungkapkn ciri-ciri orang gondes dan mendes seperti dibawah ini: 6 dandan meblok seperti 3. Memakai kerudung dan kelihatan mengalami poninya (aneh, weird, lol in the cultural shock atau keterkejutan budaya. same time). Kemudian dari seluruh definisi dan 4. Kalau di sms sama seperti gondes, makna dari dua kata gondes dan mendes susah di baca. tersebut timbul pertanyaan mengapa sampai saat ini tuturan/kata tersebut seolah Dari pernyataan para peneliti terhadap masih menjadi up to date terutama fenomena gondes dan mendes diatas jika dikalangan dilihat penulis mahasiswa yang menggunakan parole mengatakan bahwa fenomena tersebut tersebut sebagai cerminan bagaimana merupakan perwujudan masyarakat yang suatu bahasa dapat digunakan secara dari mengalami segi makna, shock2. cultural mahasiswa? Apakah Cepat individual dan menunjukkan kebebasan berkembang pesatnya arus globalisasi dan pribadi, juga menjadi orang yang terjangkit modernisasi mengakibatkan masyarakat gondes atau mendes dalam aktualisasi menjadi kaget atau terkejut dengan adaya kehidupannya? perubahan. akan sebagai mahasiswa dalam menyikapi suatu menyebabkan masyarakat yang memaknai penyampaian pesan dari langue, akankah perubahan juga mengalami perubahan kita mengekor pada sebatas pengetahuan dalam Keterkejutan diri sendiri yang memaknai suara-suara Budaya dapat dilihat pada masyarakat desa atau ucapan simbolik yang keluar dari atau tradisional, dimana golongan yang mulut sebagai suatu kebenaran subjektif? konservatif menjadi Ataukah kita akan mempertanyakan dan progresif terhadap perubahan yang terjadi, mencari kebenaran umum dan objektif sementara golongan lain yang menerima tentang suara atau ucapan simbolok perubahan seolah menjadi orang yang tesebut? Perubahan tingkah tersebut lakunya. akan berubah Dan bagaimana kita paling paham akan perubahan tersebut. Namun begitu adanya keterkejutan budaya Gondes ini terkadang banyak orang yang tidak bisa Perspektif Linguistic Structuralism dan Mendes dilihat dari menjaga teknologi sebagai hasil perubahan Pada tahun 1940 saat perang dunia tersebut. Fenomena gondes dan mendes ke II, Levi Strauss pindah ke Amerika dan inilah sebagai contoh dari orang yang menetap di New York. Kepindahannya ke 2 jiwa atau mental masyarakat sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Cultural shock diartikan sebagai keterkejutan budaya. Keterkejutan budaya adalah goncangan 7 Amerika lebih disebabkan oleh persoalan sungguh model analisis fonemik (yang rasial (Levi Strauss seorang Yahudi). Saat dilakukan Jakobson), yang dalam lingustik itu Perancis dikuasai oleh Jerman yang anti struktural bertujuan untuk membuktikan Yahudi. bahwa struktur semua bahasa selalu Ketika di New York, kecenderungan struktural yang sudah lama mengikuti garis biner konstruksi paralel. ada dalam diri Levi Strauss berkembang Bahasa sebagai sebuah sistem dan menjadi matang, berkat pertemuannya istilah yang saling tergantung (interclude dengan ahli linguistik/bahasa dari Rusia, pendent terms), dimana nilai dari setiap Roman Jakobson dan ahli filsafat Perancis, istilah J.P. Sartre3. kehadiran, keberadaan, istilah-istilah atau Persentuhan Levi Strauss dengan atau kata kata-kata yang adalah lain hasil dari sekaligus, Roman Jakobson ini membawanya lebih menstimulasikan pemakaian kata gondes dalam linguistic dan mendes bermakna denotatif yaitu structural, yang akhirnya menjadi dasar kawan dan saudara (dalam hal ini terlihat dari teori antropologi budaya Levi Strauss. pada komunikasi antarmahasiswa). Pada Analisis aspek syncronic dan diacronic bermula untuk mempelajari struktural ala Levi Strauss tersebut bersumber pada ilmu bahasa dari struktural panggilan/sapaan akrab dengan teman atau (structural linguistics) Ferdinand de Saussure. yang kita kenal dengan saudara Diterangkan oleh Edith Kurzweil seperti hai/halo...kamu/kawan/sob/sohib/teman, (dalam Hendri Jihadul Barkah, 2004) berkembang menjadi hai fren, hai plen, hai bahwa kajian bahasa stuktural Saussure bro/brow/bray, hai sist. Saat ini ungkapan dipandang oleh Levi Strauss sebagai yang sebuah sistem mandiri yang mendalilkan keakraban adanya suatu hubungan dinamis antara berubah menjadi hai ndes...,hai cuk, lo komponen setiap tanda linguistik, yaitu gondes, lo emang jiancuk (parole yang sistem tuturan berasal dan terkenal di wilayah Jawa individu (parole), serta antara citra bunyi Timur). Secara konseptual makna gondes (signifier) (segnified). dan mendes merupakan rasa solid, dekat, Berdasarkan atas dualisme tersebut, Levi pergaulan masa kini dan keakraban bagi Strauss menerapkan dengan sungguh- masyarakat 3 bahasa dan (langue) konsep dan Sekilas kisah perjalanan kehidupan Levi Strauss, riwayat hidup singkat Levi Strauss dalam Sejarah Teori Antropologi I:209, Koentjaraningrat, 2010 8 menandakan tersebut yang suatu hubungan berkembang menggunakan dan kata tersebut dengan lawan bicara yang sudah mengendalikan dikenal dekat (signified) dan menjadi merupakan suatu yang nir sadar (Hendri bermakna kasar, pengumpat, atau ejekan Jihadul yang keterlaluan jika dilihat dari segi peristilahan makna suara atau makna kebenaran dari memiliki jalinan relasi dengan kalimat- suara dalam kalimat seperti “hai ndes, apa kabarmu penggunaan suatu kata atau tuturan di ndes?, ora ngono to ndes...,” yang dialekan dengan kata atau tuturan yang bermakna sebagai salam atau sapaan, juga lain, namun tetap saja bahwa makna dapat berupa “dasar koe ndes, dasar kebenaran dari parole/tuturan individu gondes, sialan koe ndes...” yang bermakna yaitu gondes atau mendes tersebut adalah umpatan, bentakan, ataupun caci maki. (signifier). Walaupun berarti kasar. dalam Barkah, ini 2004). Fenomena dan “mendes” gondes Aspek aspek paradigmatic terdapat Aspek paradigmatic dan aspek dalam hubungan asosiatif antara kata-kata syntagmatic dari bahasa adalah fariabel yang ada dalam suatu kalimat atau tuturan berikut yang juga ada kaitannya antara dengan kata lain yang ada di luar kalimat fenomena gondes atau mendes dengan tersebut (Hendri Jihadul Barkah, 2004). Strukturalisme Levi Strauss. Suatu bahasa Dibuktikan seperti dalam penggunaan kata diwujudkan secara berurutan. Kata-kata atau tuturan sapaan saudara, kawan, diucapkan tidak pernah bersama-sama dan bro/brow yang dapat digantikan dengan tidak pernah ada dua kata diucapkan ndes/gondes4. Dengan adanya contoh itu sekaligus. Relasi syntagmatic sebuah kata dapat dipahami bahwa pada dasarnya ialah hubungan yang dimilikinya dengan bahasa mengandung aspek syntagmatic kata-kata yang dapat berada didepannya dan paradigmatic sekaligus. atau dibelakangnya dalam sebuah kalimat, Menurut Levi Hendri sambung menyambungnya atau tersusun sebagaimana halnya fenomena bahasa, dari beberapa kata sehingga memiliki fenomena keterkaitan makna. Aspek bertutur secara dikatakan memiliki aspek bahasa (langue) linier dalam bahasa inilah yang disebut dan aspek tuturan individu (parole). dengan syntagmatic. Aturan-aturan yang Langue adalah aspek sosial dari bahasa, sosial Barkah, (dalam artinya dalam suatu kalimat terdapat 4 Jihadul Strauss budaya juga 2004), dapat pada komunikasi atau pembicaraan antarmahasiswa. Penelitian berlangsung selama di lingkungan kampus diluar proses perkuliahan, juga bertemu langsung dengan informan diluar lingkungan kampus. Bukti dari jawaban informan penelitian yang di dapatkan oleh peneliti, melalui wawancara dengan beberapa mahasiswa dalam upaya mencari informasi sedetail mungkin terhadap penggunaan kata “gondes” yang sering terdengar 9 atau aspek struktural dari bahasa. Adanya berbeda pula menurut konsep atau makna aspek inilah yang memungkinkan kita kebenarannya dengan kata teman/kawan, menggunakan bahasa dalam komunikasi saudara, bro, sist. Walaupun paradigma kita dengan orang lain yang mengenal yang sudah menjadi konsesus mahasiswa bahasa yang sama. Aspek dari bahasa, bahwa makna dari gondes sama artinya dengan demikian tidak lain adalah tata- dengan kata teman/kawan, namun makna bahasa atau aturan-aturan yang ada pada kebenarannya tidakalah demikian. ranah fonologis, morfemis, sintaksis dan simantis, yang pada umumnya bersifat Sikap Mahasiswa terhadap Fenomena tidak disadari atau tidak diketahui oleh Gondes sebagai parole yang sudah pemakai bahasa itu sendiri. Walau tidak menjadi disadari bukan berarti aturan-aturan dari kaitannya bahasa itu tidak ada. Parole atau tuturan kesopanan individu merupakan aspek individual atau lingkungan kampus statistikal dari bahasa. Setiap orang akan memiliki parole dengan bersama entitas dalam Fenomena dan norma kehidupan gondes dan mendes berbeda-beda. merupakan fenomena kebahasaan yang Parole dapat dikatakan sebagai gaya atau keberadaanya perlu dikomunikasikan atau style, seseorang individu menggunakan disampaikan. suatu bahasa. Hal tersebut yang mendasari penyampaian penggunaan kata gondes berkembang Barkah, pesat pada kalangan mahasiswa yang substansial yang kebenarannya patut kita menjadi pertanyakan. trendy, yang konsensus namun sedikit Bahasa pesan 2004) sebagai (Hendri menjadi hal Jika Jihadul yang dalam mengesampingkan kebenaran makna dari mengomunikasikan pesan hanya sekedar kata tersebut. Sehingga gaya atau style mengandalkan konsensus kelompok tanpa tersebut masih eksis sampai saat ini. memahami sejatinya suatu bahasa berasal Pada aspek yang kelima atau yang dari masyarakat mana atau siapa yang terakhir yaitu aspek wadah (form) dan isi pertama (content) perbedaan dari setiap kata mengungkapkan bahasa yang awalnya terletak dan masih berupa langue hingga kemudian konsep/gagasan. Dari situlah keduanya menjadi parole dimana seorang individu memberikan identitas pada setiap kata. bebas menuturkan bahasa tersebut sesuai Kata gondes ataupun mendes berbeda makna yang Ia pahami dan inginkan. menurut suara atau bunyi dengan kata Seperti halnya tuturan gondes gendes, kempes, kates ataupun kades dan terkenal pada suara/bunyi 10 kali pada menyampaikan lingkungan atau yang mahasiswa dalam menyampaikan pesan yakni salam daerah Jawa Timur (Agmiral Widi dan atau sapa, dimana bermakna subjektif Agnescee, sebagai wujud peristilahan yang sangat tidak sopan dan perkembangan (syncronic dan diacronic) mengandung unsur sara, porno, atau dari tuturan kawan dan saudara. Menjadi bahkan pelecehan seksual. Menjadi ironi suatu persoalan serius bagi mereka (dalam jika hal ini mahasiswa) yang tidak terikat kehidupan kampus yang memiliki prinsip dalam konsensus mengenai makna gondes pembangunan karakter dan penanaman dan terkadang menjadi tidak respect moral yang berkualitas dan berbudi pekerti terhadap selalu luhur. Sesuai dengan tujuan pendidikan mengatakan kata-kata tersebut5. Namun khususnya pendidikan di Perguruan Tinggi bagi mereka yang terikat akan konsensus yang berpedoman pada tujuan pendidikan kelompok mengenai makna gondes akan nasional, menganggap sebagai suatu hal yang wajar pengetahuan, yang kebenaran maknanya tidak usah serta memerhatikan minat kemampuan dan dipertanyakan lagi serta menjadi bahasa prakarsa budi (A.T. Soegito, 2013:177). yang trendy sekalipun kata/tuturan/parole Dengan maraknya penggunaan kata-kata sudah ada sejak lama pada komunikasi seperti gondes/ndes, jancok/cok bertolak masyarakat terutama di kota Semarang. belakang dengan tujuan mulia pendidikn kata ganti orang-orang atau yang Kata gondes bermakna sama dengan kata “janjok/cuk” penegasan sapaan, yang kata gondes kaidah, menjadi merajalela moral, kepentingan etika sebuah dalam ilmu masyarakat itu sendiri. Terlebih pada Perguruan Tinggi bermakna umpatan 2011) yang juga menyelenggarakan kegiatan kasar, (menjadi prinsip Perguruan Tinggi) yang melakukan hubungan tubuh/intim, yang disebut Thri Dharma Perguruan Tinggi, artinya sama dengan yang meliputi: kentu, ngewe, ngentot, ML (Making Love), fucking, get 1. Pendidikan, merupakan kegiatan yang laid, senggama, ditimpa, dan lain-lain di mengupayakan dan mengembangkan 5 kasar atau kata-kata kotor (walaupun yang mengungkapkan pembicaraan) tidak mengetahui makna kebenaran dari kata yang diungkapkan namun lawan bicaranya memahami setiap kata yang disampaikan oleh teman bicara (lawan bicara yang tidak mengetahui makna kebenaran kata yang dibicarakan) maka akan menyebabkan kondisi sentiment dan mengarah pada prejudice atau stereotype antar individu hingga menimbulkan kesenjangan sosial antarindividu bahkan menimbulkan perselisihan dan konflik. Ungkapan dari beberapa mahasiswa saat penulis melakukan wawancara. Dalam menilai kepribadaian seseorang (dalam hal ini mahasiswa) ataupun masyarakat pada umumnya setelah berhadap-hadapan kemudian penilaian dari segi cara berkomunikasi, gaya bahasa (berbicara). Jika dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi, seseorang menggunakan bahasa yang baik dan sopan maka lawan bicaranya akan bersikap hormat dan menghargai. Lain halnya jika dalam suatu pembicaraan, lawan bicara menggunakan kata-kata 11 manusia terdidik yang memiliki masyarakat pencari ilmu yang sejatinya akademik dan/atau murni dan suci, serta tidak terpengaruh profesional yang dapat menerapkan, dengan perihal yang menjatuhkan derajat mengembangkan dan martabat mereka sendiri sebagai kemampuan dan/atau menciptakan IPTEK, dan seni; pencari ilmu. 2. Penelitian, merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan PENUTUP empirik, teori, konsep, metodologi, Parole atau bisa disebut tuturan model atau informasi baru guna individu dari “gondes” merupakan bahasa, memperkaya IPTEK dan seni; karena gondes ada jika dikomunikasikan. 3. Pengabdian kepada merupakan masyarakat, kegiatan Fenomena gondes sebagai salah satu yang bagian dari Linguistic Structuralism memanfaatkan IPTEK dalam upaya memiliki kebenaran makna jika benar- memberikan benar dianalisis, dipahami mengapa dan sumbangan demi kemajuan masyarakat. bagaimana kata gondes itu ada, kemudian untuk apakah kata tersebut digunakan Maka, menjadi seorang mahasiswa dalam berarti juga harus menjadi seseorang yang pembicaraan atau komunikasi keseharian. terdidik, menjadi mahasiswa juga menjadi Secara disadari bahwa mahasiswa seorang peneliti, dan menjadi mahasiswa menggunakan tuturan atau kata gondes juga hanya menjadi agen pembaharu bagi sebatas untuk berkomunikasi masyarakat luas yang kesemuanya dapat dengan teman yang sudah akrab, bukan diraih dengan kesempurnaan pembelajaran bertujuan sebagai kata umpatan atau dan memiliki moral atau kepribdian yang bahkan hinaan. Mahasiswa mengikuti gaya baik. Dan tidak pantas menerima tugas bahasa yang selalu menjadi trend pada atau kewajiban (dharma) dari Tri Dharma setiap masanya. Bisa saja seiring dengan Perguruan Tinggi tersebut jika dalam berjalannya komunikasi keseharian masih memerlukan tersebut akan luntur dan terus berganti banyak sekali pembenahan, bukan semata- dengan kata-kata (parole) yang pada mata pembenahan pada hal yang keliru eranya menjadi trend atau dianggap gaul. menuju pada hal Namun yang lebih baik, waktu, secara penggunaan garis besar kata bahwa melainkan perbaikan ucapan dari yang penggunaan kata gondes sebagai kata ganti salah karena panggilan atau sapaan pada kalangan kelompok mahasiswa terbatas pada pengetahuan dan menjadi mahasiswa yang benar, merupakan 12 penafsiran mereka mengenai kata tersebut keseharian tidak akan memermalukan diri yang dianggap sebagai kata ganti kawan kita sendiri dan kita dapat menuturkan atau saudara, bukan sebagai kata-kata sesuatu hal atau kata yang benar-benar kita kotor apa lagi kata umpatan atau hinaan. pahami maknanya. Akan menjadi suatu jika Saran untuk seluruh mahasiswa, pengguna kata tersebut yang mengartikan mari kita berkomunikasi menggunakan makna kata gondes sebatas subjektifitas bahasa yang baik dan benar, dan kita mereka dalam pengomunikasian dengan benar-benar memahami setiap kata yang orang lain yang mereka tidak tahu bahwa keluar dari mulut kita, senantiasa berjiwa orang lain tersebut memahami makna terbuka dengan setiap hal-hal baru namun kebenaran dari kata gondes, karena bisa tetap berfikir kritis, dengan artian memilah saja orang tersebut tidak terima dan dapat dan memilih apa-apa saja yang pantas kita memicu terjadinya konflik. Disinilah perlu pakai dan apa yang seharusnya tidak kita adanya pakai. pemahaman masalah mengenai suatu Semoga penelitian atau riset makna kebenaran dari setiap tutur kata sederhana ini dapat memberi manfaat bagi (parole) dan langue sebagai sistem dari kita semua. Amin. suatu bahasa. Pada pemaparan tulisan ini DAFTAR PUSTAKA mungkin belum bisa menjelaskan secara Koentjaraningrat. 2010. Sejarah benar-benar mendetail berkaitan dengan Teori Antropologi I. Jakarta;UI fenomena gondes dan mendes yang akhir- Press akhir ini menjadi kata yang tak pernah Kuning, Retno D.P. 2013. ketinggalan Barkah dalam komunikasi Hendri J. Sosiologi. 2004. antarmahasiswa, namun apa yang menjadi Claude kajian dalam penelitian ini, setelah kita Empu Strukturalisme. mengetahui dan memahami fenomena Soegito Levi A.T. Pancasila. dan makna realistisnya dilihat dari Teori UNNES Press. Strukturalisme Linguistik Levi Strauss, Strauss: 2013. gondes dan mendes beserta makna filosofis Makalah Si Pendidikan Semarang; Mahmud, Mohd Zaidi. 2013. Motif Dan semoga menjadi khasanah pengetahuan Kekerapan Penggunaan bagi kita semua bahwa apapun bahasa Facebook Dalam (langue) dan tuturan (parole), masing- Pelajar Universiti. masing mempunyai makna yang harus kita Komunikasi kaji kebenarannya agar dalam komunikasi Journal of 13 Kalangan Jurnal Malaysian Communication. Bahiyah Omar Universiti Sains Malaysia. Watie, Errika Dwi Setya. 2011. Komunikasi Sosial dan Media (Communications and Social Media). Jurnal The messenger. Ilmu Jurusan Komunikasi Universitas Semarang http://sosbud.kompasiana.com/ 2011/05/31/strukturalismelevi-strauss-367417.htm (18 Juni 2014) 14