Strukturalisme dan Perkembangan Awal Semiotika • Kajian-kajian semiotika lebih mendalam, kita akan selalu tidak bisa melepaskan dengan kajian ‘strukturalisme’. • Apakah gagasan strukturalisme ? • Prinsip dasar apa yang menjadi nalar strukturalisme ? • Strukturalisme dalam berbagai pengertian juga sering dipakai berbeda-beda untuk digunakan dalam berbagai telaah realitas. • Tahun 1960’an, perkembangan pengertian strukturalisme dalam kaitan perkembangan semiotika merujuk pada perkembangan filsafat bahasa di Perancis. Tokoh dalam strukturalisme • Salah satu pemikir yang menyebarkan gagasan tentang strukturalisme adalah Jean Piaget seorang guru besar psikologi di Universitas Jenewa. Berkat karyanya ‘Le Structuralisme’. • Ferdinand de Saussure (1857 - 1913). Seorang pemikir Perancis asal dari Swiss yang mengajar lama di Perancis dan juga menjadi pemikir besar di Universitas di Jenewa. Strukturalisme dan Bahasa sebagai Sistem • Struktur kesadaran kelompok yang dimaknai sebagai masyarakat akan mempengaruhi setiap tindakan dan perilaku yang akan dilakukan oleh individu. • Bahasa menurut Saussure adalah sebuah kenyataan fakta sosial objektif yang hadir di luar dari kesadaran manusia. • Bahasa dalam pandangan strukturalisme Saussure dilihat sebagai ‘benda’ yang terlepas dari pemakaian ‘penuturnya’. • Bahasa adalah ‘fakta sosial’, individu tidak bisa semena-mena dan bebas untuk merubah bahasa. • Bahasa menjadi tak ubahnya objek yang dapat diteliti secara ilmiah karena berlaku umum. ‘Langue’, ‘Parole’ dan ‘Langage’ • Langue (Struktur abstraksi bahasa), adalah keseluruhan kebiasaan yang diperoleh secara pasif yang diajarkan oleh masyarakat bahasa, • yang memungkinkan para penutur saling memahami dan menghasilkan unsur-unsur yang dipahami penutur dalam masyarakat. • Kebiasaan bahasa ini pada perjalanannya menjadi ‘tradisi’ atau ‘konvensi’ yang mengikat semua orang yang menjadi penutur. • Langue bisa juga dimaknai sebagai konvensi bahasa yang siap pakai dari penutur-penutur sebelumnya, yang kemudian berkembang begitu lambat dan seakan tidak terjadi perubahan. • Oleh sebab itu bahasa merupakan sebuah kontrak kolektif yang harus dipatuhi jika memang orang-orang ingin bisa membangun komunikasi antar masing-masing orang. • ‘parole’ merupakan bagian yang sepenuhnya individual. • Parole adalah ‘penggunaan aktual bahasa’ sebagai tindakan individu-individu penutur. • Dalam parole ada unsur subjektifitas penggunaan. • Dalam kebiasaan bahasa bisa kita identikan dengan dialek, gaya bahasa atau ungkapanungkapan khas bahasa yang hidup bermacammacam dalam individu. • Parole sekaligus sebagai tindakan ‘seleksi’ dan juga ‘aktualisasi’ individu. • Pada dimensi ‘parole’, persoalan-persoalan perubahan bunyi, tekanan, pelafalan, diksi ataupun gaya penuturan akan bisa berubahubah sesuai dengan seleksi penutur dalam penggunaan bahasa. • Relasi hubungan antara ‘langue’ dan ‘parole’ amatlah dialektis dan komprehensif. • Tidak ada langue tanpa kehadiran parole dan sebaliknya tidak ada parole tanpa sebuah langue. • Bisa dikatakan secara lebih jelas bahwa ‘langue’ adalah kekayaan material yang dikumpulkan oleh lewat praktik-praktik tindakan parole dalam satu komunitas yang sama • Langage ; relasi kesatuan ‘langue’ dan ‘parole’ yang disebut sebagai bahasa. relasi kesatuan ‘langue’ dan ‘parole’ yang disebut sebagai bahasa. • Dalam bahasa Perancis artinya, memberi pengertian pada fenomena bahasa (secara keseluruhan). • Jika ‘parole’ dimengerti sebagai tuturan, wicara, atau dalam bahasa inggris bisa ditulis ‘speech’, maka langage lebih dari ucapan atau tuturan. • Langage adalah keseluruhan bagian tubuh yang terdiri dari ‘langue’ sebagai sistem dan kaidah bahasa, dengan ‘parole’ sebagai tindakan praktik berbahasa atau tuturan yang sifatnya individual. Relasi Perbedaan ‘signifiant/signifier’ dengan ‘signifié/signified’ • Saussure ; pemahaman bahasa tidak bisa dihindarkan dengan perbincangan tentang pemaknaan. • Sistem pemaknaan untuk menunjuk pada realitas itulah yang biasa disebut sebagai ‘sistem tanda’. • Sifat sistem tanda ini lebih bersifat ‘abriter’ dan ‘konvensional’. • Karakteristik ‘abriter’ ; sebuah tanda memiliki referensi terhadap objek tanpa kita mengetahui alasannya dan pertimbangannya (bersifat manasuka). • ‘konvensional’ ; karena tanda-tanda tersebut kemudian pada akhirnya dilembagakan, ditradisikan, dan dibakukan dalam sebuah sistem ‘langue’, yang dijadikan kesepakan kontrak kolektif untuk ditaati (bersifat memaksa). Saussure tentang tanda : 1. Kesan bunyi (citra akustik), disebut penanda atau signifier 2. Konsep atau ‘citraan mental”, disebut petanda atau signified * Penanda membentuk aspek material bahasa, sedangkan petanda membentuk aspek ‘makna bahasa’. Relasi Asosiatif (Paradigmatik) dan Relasi Sintagmatik Tanda • Pada relasi asosiatif/paradigmatik ini, bahasa (istilah-istilah dipersatukan secara ‘in absentia’). • Artinya relasi dengan bahasa yang mempunyai klasifikasi ragam yang sama itu tidak ditampilkan secara eksplisit dalam tuturan, tetapi terimajinasi dalam diri penutur. • ‘relasi sintagmatik’, adalah sistem relasi dimana pada penuturan atau penulisan bahasa secara linier, terjadi kombinasikombinasi dengan bahasa yang lain. • Urutan tuturan ataupun tulisan berjalan secara berurutan (linier) dan tidak bisa dibalik. • Jika dibalik maka makna kata akan tidak berbunyi. • Hubungan sintagmatik mengajak kita untuk mengimajinasikan ke depan / memprediksi apa yang terjadi kemudian. • Meliputi kesadaran logis, kausalitas / sebab – akibat. • Contoh ; ketika memasuki rumah seseorang, kita sering menebak “siapa orang ini”, dengan melihat tampilan fisik bangunan, dll • Hubungan sintagmatik juga disebut hubungan fungsional. • Contoh ; hubungan sabun mandi dengan shampo, menunjukkan hubungan satu set peralatan mandi. • Keberadaan tanda dalam satu sintaks bersifat saling mengadakan (constituen) Latihan