PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI MELALUI PITUTUR SIARAN BERBAHASA JAWA PAWARTOS NGAYOGYAKARTA DI JOGJA TV Zuly Qurniawati Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran. Sejak usia dini hingga dewasa anak manusia sebaiknya telah memiliki modal budi pekerti, sehingga kita dapat membangun hari depannya menjadikannya sebagai manusia seutuhnya.pendidikan budi pekerti ditanam oleh orang tua dan keluerga di rumah, kemudian sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung. Dalam menyampaikan pendidikan moral dan budi pekerti kepada anak muda pembelajaran melalui media, dalam hal ini media televisi. Jogja TV sebagai media televisi lokal dapat menjembatani sikap dan perilaku generasi muda, dalam hal ini pendidikan modal dan budi pekerti melalui tayangan pitutur siaran berita berbahasa Jawa di Jogja TV. Media ini sebagai tayangan alternatif yang berwujud visual dalam penyampaiannya menggunakan bahasa Jawa Ragam Krama sehingga menumbuhkan kecintaannya terhadap budaya Jawa khususnya serta meningkatkan kearifan lokal budaya. Dalam tayangan berita tersebut berisi tentang tradisi, petuah atau pitutur. Media sebagai tempat untuk menjadikan sajian menarik bagi generasi muda sekaligus sebagai pembalajaran pendidikan moral dan budi, pekerti dan unggah-ungguh/tata krama. I. PENDAHULUAN Pendidikan moral dan budi pekerti di sekolah, banyak kembali diperbincangkan dalam pembentukan kembali moral bangsa, sehingga seolah-olah budi pekerti merupakan solusi baru bagi pendidikan bangsa yang mulai terdegradasi secara moral. Padahal pendidikan budi pekerti merupakan barang lama yang diselenggarakan sampai tahun 1970-an pada masa orde lama. Akhirnya dari penghilangan pelajaran budi pekerti ini maka timbullah berbagai kasus yang menggambarkan degredasi moral, seperti; korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejak usia dini hingga dewasa anak manusia sebaiknya telah memiliki modal budi pekerti, sehingga kita dapat membangun hari depannya menjadikannya sebagai manusia seutuhnya.pendidikan budi pekerti ditanam oleh orang tua dan keluerga di rumah, kemudian sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung. Moral merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan manusia. Oleh karena itu moral berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif. Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebijakan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Dengan memasukkan media kedalam pembelajaran modral dan budi pekerti akan membuat menarik generasi muda melalui pitutur dalam siaran PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ 135 berita berbahasa Jawa di JogjaTV. Media memberi peran penting dalam perubahan geberasi muda. Selama ini media kurang memperhatikan norma-norma yang seharusnya menjadi pegangan generasi muda dalam penayangannya. Rusaknya Moral dan budi pekerti adalah melalui perkembangan globalisasi yang begitu pesat. Melalui media on line dan media elektonik khususnya televisi sangat mempengaruhi dampak negative bagi perkembangan moral dan budi pekerti generasi muda sekarang. Untuk itu, Jogja TV sebagai televisi lokal yang mampu Televisi lokal cenderung memberikan informasi yang bersifat lokal. Oleh karena itu, keberadaan stasiun televisi lokal dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi yang berasal dari sekitar mereka. Ini dapat menjadi nilai lebih dari televisi lokal. Di samping itu, televisi lokal juga dapat menjadi sarana bagi pengembangan budaya dan bahasa daerah karena hampir semua televisi lokal, meskipun masih menggunakan bahasa Indonesia, namun tetap memasukkan acara-acara dengan bahasa daerah. Hal itu dikarenakan televisi lokal adalah media yang dekat dengan masyarakat sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa yang akrab dengan masyarakat setempat. Salah satu televisi lokal yang menayangkan program berbahasa Jawa adalah Jogja TV. Jogja TV sebagai salah satu stasiun penyiaran televisi lokal di Indonesia dan yang pertama berdiri di D.I. Yogyakarta pada tanggal 17 September 2004. Jogja TV diresmikan sebagai televisi lokal oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kraton Yogyakarta. Jogja TV telah diakui konsistennya sebagai salah satu stasiun televisi lokal yang berupaya menjadikan seni budaya Jawa khususnya Yogyakarta sebagai konsep dasar dalam menjalankan aktivitas penyiarannya dengan slogan ―Tradisi Tiada Henti‖. Jogja TV mempunyai 3 pilar utama yaitu pendidikan, budaya, dan pariwisata sehingga mampu memberikan informasi, hiburan, dan kontrol sosial terhadap masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Jangkauan siaran mencakupi wilayah Yogyakarta, Gunung Kidul, Magelang, Sleman, Bantul, Kulonprogo, Wonosari, Solo, Purworejo, dan Kutoarjo. Jogja TV menyelenggarakan sebuah acara yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi sesuai dengan UU No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran serta menunjukkan bahwa Jogja TV telah berperan dalam melestarikan Bahasa Jawa dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sebagai institusi sosial, Jogja TV berperan dalam proses transmisi budaya. Jogja TV berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antar generasi, serta berperan langsung dalam mensosialisasikan Bahasa Jawa melalui program siarannya. Salah satu program tersebut adalah siaran berita berbahasa Jawa Pawartos Ngayogyakarta. Pawartos Ngayogyakarta ditayangkan setiap hari selama 30 menit pada jam 19.30 WIB. Pada setiap kali siaran ada 8 topik berita yang disajikan dan pada akhir siaran diisi dengan pitutur. Seluruh berita disampaikan dalam Bahasa Jawa ragam krama inggil. Dengan demikian, generasi muda diharapkan memperoleh contoh tentang bagaimana berbahasa Jawa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah tingkat tutur Bahasa Jawa. Dalam siaran Pawartos Ngayogyakarta di Jogja TV dibawakan oleh pembaca berita atau disebut juga presenter. 136 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Moral? 2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? 3. Apakah peran media melalui siaran berita dapat membentuk karakter generasi muda dan implementasinya? TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan budi pekerti. 2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan moral. 3. Untuk mengetahui peran media dalam membentuk karakter generasi muda dan penerapannya. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesi (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak, watak. Budi pekerti dalam Bahasa Arab disebut akhlak dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam Bahasa Inggris disebut ethics. Senada dengan itu, Balltbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa, dan Negara. Budi pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi antar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai, tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Budi pekerti adalah kehendak jiwa seseorang yang telah menjadi kebiasaan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu yakni perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan jiwa, budi Pekerti juga bisa dikatakan sebagai kualitas tingkah laku, ucapan, dan sikap seseorang yang mempunyai nilai utama dalam pandangan seseorang bagaimana ia bertutur kata dan sikap yang baik terhadap seseorang. Pengertian lain dari budi pekerti yaitu kehendak yang biasa dilakukan atas segala sifat yang tertanam di dalam hati yang menimbulkan kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan. Dengan demikian budi pekerti berpangkal dengan hati jiwa atau kehendak kemudian diwujudkan dalam bentuk perbuatan sebagai kegiatan. Secara umum budi pekerti bearti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini. Ini adalah tuntutan moral yang paling penting dalam menjalani kehidupan manusia. PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ 137 Budi pekerti adalah induk dari segala etika, dan tata kerama, tat susila, prilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidkan budi pekerti ditaanam oleh orang tua dan keluarga di rumah, kemudian di sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung. Dengan banyaknya pengertian budi pekerti yang telah disebut maka kita dalam menjalani kehidupan ini dengan mudah dan arif dalam menerima tuntutan budi pekerti. Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik, dan benar.kalu kita berbudi pekerti maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat sehingga kita perlu berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukuna antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Sebaliknya kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti maka kita akan mengalami hal yang tidak nyaman,dari sifatnya ringan, seperti tidak disenangi atau dihormati orang lain, sampai kepada hal yang berat sehingga melanggar hukum dan terpidana. Budi pekerti secara operasional meupakn suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa, dan menghormati orang lain, cara berikap menghadap tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisiskan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata kramaterdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun, menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sedangkan menurut Haldar (2004) pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral kedalam sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik berinteraksi kepada Tuhan, dengan sesama manusia, binatang, maupaun dengan alam dan lingkungan. Dalam pendidikan budi pekerti yang bisa dilakukan adalah mengubah, mengarahkan perilaku peserta didik dan perilakuperilaku ini secara spesifik dapat dilihat inikator-indikatornya. Oleh karena itu, dalam membangun karakter bangsa yang perlu dididik kepada peserta didik, adalah mendidik budi pekerti dengan cara menanamkan, mengarahkan, mengubah untuk menjadi kan perilakuperilaku peserta didik yang lebih positif atau lebih baik. Dalam pedoman pendidikan budi pekerti ini yang diajarkan secara nyata kepada peserta didik berkaitan dengan enem pilar. Keenam pilar tersebut adalah pilar dapat dipercaya, tanggung jawab, sikap hormat, peduli, sportif, dan warga negara yang baik. Dari pilar-pilar dasar tersebut diturunkan menjadi sejumlah dimensi perilaku dan dari dimensidimensi perilaku yang ada dipilah lagi menjadi sejumlah indikator-indikator perilaku yang dapt diukur. Jadi, pengertian Budi Pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang 138 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ dan masa yang akan datang atau upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadiseutuhnya yang bebudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran, dan latihan serta keteladanan. Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturanbenturan nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin sekarang sudah menjdi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah politik, masalah hak azazi manusia, dan sebagainya. B. Pengertian Pendidikan Moral Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran. Moral merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan manusia. Oleh karena itu moral berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif. Ajaran dalam pendidikan moral adalah ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat agar menjadi manusia yang baik. Moral merupakan sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi, perilaku dan perbuatan tertentu dinilai baik atau buruk. Falsafah moral: falsafah atau penalaran moral yang menjelaskan mengapa perbuatan tertentu dinilai baik, sedangkan perbuatan lain buruk. Falsafah moral menghasilkan teori-teori etika. Teori-teori etika: kerangka untuk berpikir tentang apakah suatu pebuatan dapat diterima dinilai dari pendekatan moral. Dua teori etika klasik yang paling terkenal yaitu teori utilitiarisme dan deontologi. C. Teori Utilitiarisme Teori Utilitiarisme yaitu menilai baik buruknya suatu tindakan dari hasil atau dampak tindakan itu. Jika hasilnya baik (the greatest good for the greates number) secara moral tindakan ini adalh baik. D. Teori Deontologi Teori deontologi ini mengatakan; lakukan kewajiban (Deon= kewajiban), jangan lihat hasil atau dampaknya. Merupakan asas-asas etika: penerapan teori-teori etika dalam praktek. Dua asas etika klasik adalah beneficence (kewajiban untuk berbuat baik) dan norma leficence (kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain). Dua asas etika kontemporer adalah menghormati manusia (respect for reason) dan keadilan (justice) Memotret wajah pendidikan islam dalam dimensi moral menjadi hal yang sangat signifikan. Ini karena moral merupakan landasan fundamental bagi seseorang untuk bersikap, bertindak, dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama. Nilainilai disini dapat berupa kejujuran dan tanggung jawab yang merupakan nilai mutlak dan secara niscaya dimiliki setiap orang. Tak heran kalau Muhammad SAW dan Ibrahim S.a, memandang bahwa hakikat pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ 139 mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam sehingga ia dengan mudah dapat membentuk hidupnya dalam kerangka keislaman. Maka dari itu sistem penilaian tidak hanya mengutamakan sisi kognitif saja, tetapi ranah psikomotor maupun afektif sangat menentukan dalam setiap proses pembelajaran. E. Pengertian Pendidikan Karakter Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Karakter dimaknai dengan cara berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalm lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasrkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah prilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam berindak. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia(2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalm perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik. Scerenco (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk atau membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa, sementara itu The Free Dictionary dalam dalam situs onlinenya mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri- ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripasi dari atribut, ciri-ciri, atau kemampuan seseorang. Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nila dasar prilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal bebagai karakter dirumuskan sabagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian, menghargai, kerja sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan. Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilakuayah ibunya. Dalam Bahasa Jawa dikenal istilah ―kacang ora ninggal lanjaran‖ (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar).kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. 140 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter di atas maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian yang sedehana pendidikan karakter adalah hal positip apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilainilai kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter telah menjadi sbuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilainilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keuletan, dan ketabahan,tanggung jawb, menghargai diri sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat dalam fundestanding (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan pendidikan karakter sebagai berikut: ―pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, sahabat tetangga, masyarakat, dan bangsa.‖ Menjelaskan pengertian tersebut dalam brosur pendidikan karakter dinyatakan bahwa : ―pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan, dan bertanggung jawab kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Lickona (1991) mendefenisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguhsungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana lickona (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praaktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Sementara itu Arthur dalam makalahnya bejudul Traditional Approaches to Character Education in Britain and America (Nucci and Narvaez, 2008), mengutip Anne Lockwood (1997)mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa seperti ternyata dalam perkataannya: pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ 141 dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan mempengaaruhi secra eksplisit nilai-nilai kepercayaan non-relativistik (diterima luas) yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan seharhari dengan sepenuh hati Dalam perkembangannya, bahasa Jawa ragam ini sudah mulai terkikis pada genarasi sekarang. Padahal banyak nilai manfaat yang dipetik ketika sebuah keluarga menerapkan pola komunikasi dan sekaligus menerapkan pola tingkah laku kepada anak-anaknya dengan menggunakan tradisi Jawa. Menyikapi angka perceraian yang sangat tinggi, semakin prihatinnya kita terhadap kondisi generasi kita sekarang ini dengan sangat sedikit mengetahui adab sopan santun, bertingkah laku, berbicara dengan orang yang lebih tua, bahkan sebagian besar generasi kita seringkali memaknai adat Jawa dengan ―tidak gaul‖. Disadari atau tidak penerapan bahasa, sastra, dan budaya Jawa di dalam kehidupan rumah tangga akan memberikan daya dukung luar biasa terhadap keharmonisan rumah tangga. Anak pun juga akan menirukan apa yang dilakukan orang tuanya. Kita bisa memberikan sedikit analisis bahwa ketika komunikasi yang dibangun antara suami istri menggunakan krama inggil, tentu hal ini akan meminimkan tingkat kekurangharmonisan (pertengkaran) dalam kehidupan rumah tangga seperti pertengkaran yang menggunakan kata-kata jorok berupa pisuhan, seperti matamu ‗mata kamu‘, ndhasmu ‗kepalamu‘ yang dalam konteks bahasa Jawa hal tersebut sangat kasar. Namun, ketika bahasa Jawa utamanya krama inggil diterapkan dalam kehidupan rumah tangga, maka yang terjadi konteks matamu mau tidak mau harus diganti dengan soca panjenengen ‗mata kamu, matamu‘, dan ndhasmu ‗kepalamu, kepala kamu‘ menjadi mustaka panjenengan. Berdasarkan contoh tersebut, yang terjadi adalah kelucuan, karena bentuk seperti itu tidak pernah didengar ketika adu pendapat. Dengan demikian yang terjadi keharmonisan bukan pertengkaran. Selain itu, penerapan bahasa Jawa ragam krama inggil dalam kehidupan rumah tangga tentu akan diiringi dengan penerapan budaya Jawa seperti membungkuk ketika berjalan di depan orang yang lebih tua, memberikan sesuatu dengan menggunakan tangan kanan, dan lain sebaginya. Pola tingkah laku yang diterapkan di dalam rumah tangga tentu akan menjadi teladan bagi generasi muda. 142 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ III. PENUTUP A. Kesimpulan Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan. Budi pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi anatar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai,tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan sepenuh hati DAFTAR PUSTAKA A.Thabrani Rusyan,dkk, Pendidikan Budi Pekerti, PT. Intemedia Cipta Nusantar, Jakarta. Hasan oetomo, 2012, Jakarta. Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti, Prestasi Pustakaraya, Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Remaja Rosdakarya, Bandung Nurul Zuriah, 2007, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif, Bumi Aksara, Jakarta. PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖ 143