135 pendidikan moral dan budi pekerti melalui pitutur siaran

advertisement
PENDIDIKAN MORAL DAN BUDI PEKERTI MELALUI PITUTUR
SIARAN BERBAHASA JAWA PAWARTOS NGAYOGYAKARTA
DI JOGJA TV
Zuly Qurniawati
Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, FKIP
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Abstrak
Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal
yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif.
Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan
kesadaran. Sejak usia dini hingga dewasa anak manusia sebaiknya telah memiliki modal budi pekerti,
sehingga kita dapat membangun hari depannya menjadikannya sebagai manusia seutuhnya.pendidikan
budi pekerti ditanam oleh orang tua dan keluerga di rumah, kemudian sekolah, dan tentu saja
dimasyarakat secara langsung.
Dalam menyampaikan pendidikan moral dan budi pekerti kepada anak muda pembelajaran melalui
media, dalam hal ini media televisi. Jogja TV sebagai media televisi lokal dapat menjembatani sikap
dan perilaku generasi muda, dalam hal ini pendidikan modal dan budi pekerti melalui tayangan pitutur
siaran berita berbahasa Jawa di Jogja TV. Media ini sebagai tayangan alternatif yang berwujud visual
dalam penyampaiannya menggunakan bahasa Jawa Ragam Krama sehingga menumbuhkan
kecintaannya terhadap budaya Jawa khususnya serta meningkatkan kearifan lokal budaya. Dalam
tayangan berita tersebut berisi tentang tradisi, petuah atau pitutur. Media sebagai tempat untuk
menjadikan sajian menarik bagi generasi muda sekaligus sebagai pembalajaran pendidikan moral dan
budi, pekerti dan unggah-ungguh/tata krama.
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan moral dan budi pekerti di sekolah, banyak kembali diperbincangkan
dalam pembentukan kembali moral bangsa, sehingga seolah-olah budi pekerti merupakan
solusi baru bagi pendidikan bangsa yang mulai terdegradasi secara moral. Padahal pendidikan
budi pekerti merupakan barang lama yang diselenggarakan sampai tahun 1970-an pada masa
orde lama. Akhirnya dari penghilangan pelajaran budi pekerti ini maka timbullah berbagai
kasus yang menggambarkan degredasi moral, seperti; korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejak
usia dini hingga dewasa anak manusia sebaiknya telah memiliki modal budi pekerti, sehingga
kita dapat membangun hari depannya menjadikannya sebagai manusia seutuhnya.pendidikan
budi pekerti ditanam oleh orang tua dan keluerga di rumah, kemudian sekolah, dan tentu saja
dimasyarakat secara langsung. Moral merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan
manusia. Oleh karena itu moral berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif.
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada
hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan
kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta
membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebijakan, yang bebas dari kekerasan
dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Dengan memasukkan media kedalam pembelajaran
modral dan budi pekerti akan membuat menarik generasi muda melalui pitutur dalam siaran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
135
berita berbahasa Jawa di JogjaTV. Media memberi peran penting dalam perubahan geberasi
muda. Selama ini media kurang memperhatikan norma-norma yang seharusnya menjadi
pegangan generasi muda dalam penayangannya. Rusaknya Moral dan budi pekerti adalah
melalui perkembangan globalisasi yang begitu pesat. Melalui media on line dan media
elektonik khususnya televisi sangat mempengaruhi dampak negative bagi perkembangan
moral dan budi pekerti generasi muda sekarang. Untuk itu, Jogja TV sebagai televisi lokal
yang mampu Televisi lokal cenderung memberikan informasi yang bersifat lokal. Oleh karena
itu, keberadaan stasiun televisi lokal dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi
yang berasal dari sekitar mereka. Ini dapat menjadi nilai lebih dari televisi lokal. Di samping
itu, televisi lokal juga dapat menjadi sarana bagi pengembangan budaya dan bahasa daerah
karena hampir semua televisi lokal, meskipun masih menggunakan bahasa Indonesia, namun
tetap memasukkan acara-acara dengan bahasa daerah. Hal itu dikarenakan televisi lokal
adalah media yang dekat dengan masyarakat sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa
yang akrab dengan masyarakat setempat.
Salah satu televisi lokal yang menayangkan program berbahasa Jawa adalah Jogja TV.
Jogja TV sebagai salah satu stasiun penyiaran televisi lokal di Indonesia dan yang pertama
berdiri di D.I. Yogyakarta pada tanggal 17 September 2004. Jogja TV diresmikan sebagai
televisi lokal oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kraton Yogyakarta.
Jogja TV telah diakui konsistennya sebagai salah satu stasiun televisi lokal yang
berupaya menjadikan seni budaya Jawa khususnya Yogyakarta sebagai konsep dasar dalam
menjalankan aktivitas penyiarannya dengan slogan ―Tradisi Tiada Henti‖. Jogja TV
mempunyai 3 pilar utama yaitu pendidikan, budaya, dan pariwisata sehingga mampu
memberikan informasi, hiburan, dan kontrol sosial terhadap masyarakat Yogyakarta dan
sekitarnya.
Jangkauan siaran mencakupi wilayah Yogyakarta, Gunung Kidul, Magelang, Sleman,
Bantul, Kulonprogo, Wonosari, Solo, Purworejo, dan Kutoarjo. Jogja TV menyelenggarakan
sebuah acara yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi sesuai dengan UU
No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran serta menunjukkan bahwa Jogja TV telah berperan
dalam melestarikan Bahasa Jawa dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Sebagai institusi sosial, Jogja TV berperan dalam proses transmisi budaya. Jogja TV
berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antar generasi, serta berperan langsung
dalam mensosialisasikan Bahasa Jawa melalui program siarannya. Salah satu program
tersebut adalah siaran berita berbahasa Jawa Pawartos Ngayogyakarta.
Pawartos Ngayogyakarta ditayangkan setiap hari selama 30 menit pada jam 19.30
WIB. Pada setiap kali siaran ada 8 topik berita yang disajikan dan pada akhir siaran diisi
dengan pitutur. Seluruh berita disampaikan dalam Bahasa Jawa ragam krama inggil. Dengan
demikian, generasi muda diharapkan memperoleh contoh tentang bagaimana berbahasa Jawa
yang baik dan benar sesuai dengan kaidah tingkat tutur Bahasa Jawa. Dalam siaran Pawartos
Ngayogyakarta di Jogja TV dibawakan oleh pembaca berita atau disebut juga presenter.
136
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Moral?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti?
3. Apakah peran media melalui siaran berita dapat membentuk karakter generasi muda dan
implementasinya?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan budi pekerti.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan moral.
3. Untuk mengetahui peran media dalam membentuk karakter generasi muda dan
penerapannya.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti
Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal
dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan
berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesi (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai
tingkah laku, perangai, akhlak, watak. Budi pekerti dalam Bahasa Arab disebut akhlak dalam
kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam Bahasa Inggris disebut ethics.
Senada dengan itu, Balltbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara
konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau
dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Budi pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi,
maupun berinteraksi antar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang
kita miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai, tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja
tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan.
Budi pekerti adalah kehendak jiwa seseorang yang telah menjadi kebiasaan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu yakni perbuatan yang dilakukan dengan
kesadaran jiwa, bukan dengan paksaan jiwa, budi Pekerti juga bisa dikatakan sebagai kualitas
tingkah laku, ucapan, dan sikap seseorang yang mempunyai nilai utama dalam pandangan
seseorang bagaimana ia bertutur kata dan sikap yang baik terhadap seseorang.
Pengertian lain dari budi pekerti yaitu kehendak yang biasa dilakukan atas segala sifat
yang tertanam di dalam hati yang menimbulkan kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.
Dengan demikian budi pekerti berpangkal dengan hati jiwa atau kehendak kemudian
diwujudkan dalam bentuk perbuatan sebagai kegiatan.
Secara umum budi pekerti bearti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani
kehidupan ini. Ini adalah tuntutan moral yang paling penting dalam menjalani kehidupan
manusia.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
137
Budi pekerti adalah induk dari segala etika, dan tata kerama, tat susila, prilaku baik
dalam pergaulan, pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidkan budi pekerti ditaanam oleh orang tua dan keluarga di rumah, kemudian di
sekolah, dan tentu saja dimasyarakat secara langsung.
Dengan banyaknya pengertian budi pekerti yang telah disebut maka kita dalam
menjalani kehidupan ini dengan mudah dan arif dalam menerima tuntutan budi pekerti.
Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik, dan benar.kalu kita berbudi
pekerti maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat sehingga kita perlu berkiprah
menuju kesuksesan hidup, kerukuna antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang
baik.
Sebaliknya kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti maka kita akan
mengalami hal yang tidak nyaman,dari sifatnya ringan, seperti tidak disenangi atau dihormati
orang lain, sampai kepada hal yang berat sehingga melanggar hukum dan terpidana.
Budi pekerti secara operasional meupakn suatu perilaku positif yang dilakukan
melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil
sampai dewasa melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari
masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara,
cara menyapa, dan menghormati orang lain, cara berikap menghadap tamu, cara makan dan
minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisiskan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata
kramaterdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama berarti sopan santun,
kelakuan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun, menjadi
bagian dari kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Haldar (2004) pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar yang
dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral kedalam
sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur (berakhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari-hari, baik berinteraksi kepada Tuhan, dengan sesama
manusia, binatang, maupaun dengan alam dan lingkungan. Dalam pendidikan budi pekerti
yang bisa dilakukan adalah mengubah, mengarahkan perilaku peserta didik dan perilakuperilaku ini secara spesifik dapat dilihat inikator-indikatornya. Oleh karena itu, dalam
membangun karakter bangsa yang perlu dididik kepada peserta didik, adalah mendidik budi
pekerti dengan cara menanamkan, mengarahkan, mengubah untuk menjadi kan perilakuperilaku peserta didik yang lebih positif atau lebih baik.
Dalam pedoman pendidikan budi pekerti ini yang diajarkan secara nyata kepada
peserta didik berkaitan dengan enem pilar. Keenam pilar tersebut adalah pilar dapat
dipercaya, tanggung jawab, sikap hormat, peduli, sportif, dan warga negara yang baik. Dari
pilar-pilar dasar tersebut diturunkan menjadi sejumlah dimensi perilaku dan dari dimensidimensi perilaku yang ada dipilah lagi menjadi sejumlah indikator-indikator perilaku yang
dapt diukur.
Jadi, pengertian Budi Pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang
138
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
dan masa yang akan datang atau upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi
pribadiseutuhnya yang bebudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan,
pengajaran, dan latihan serta keteladanan.
Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sering terjadi benturanbenturan nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar
mungkin sekarang sudah menjdi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang
sudah menjadi suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran,
masalah politik, masalah hak azazi manusia, dan sebagainya.
B. Pengertian Pendidikan Moral
Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif.
Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang
termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap,
emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.
Moral merupakan nilai tentang baik buruknya kelakuan manusia. Oleh karena itu
moral berkaitan dengan nilai terutama nilai afektif. Ajaran dalam pendidikan moral adalah
ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan berbuat agar menjadi manusia yang baik.
Moral merupakan sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi, perilaku dan perbuatan
tertentu dinilai baik atau buruk. Falsafah moral: falsafah atau penalaran moral yang
menjelaskan mengapa perbuatan tertentu dinilai baik, sedangkan perbuatan lain buruk.
Falsafah moral menghasilkan teori-teori etika. Teori-teori etika: kerangka untuk berpikir
tentang apakah suatu pebuatan dapat diterima dinilai dari pendekatan moral. Dua teori etika
klasik yang paling terkenal yaitu teori utilitiarisme dan deontologi.
C. Teori Utilitiarisme
Teori Utilitiarisme yaitu menilai baik buruknya suatu tindakan dari hasil atau dampak
tindakan itu. Jika hasilnya baik (the greatest good for the greates number) secara moral
tindakan ini adalh baik.
D. Teori Deontologi
Teori deontologi ini mengatakan; lakukan kewajiban (Deon= kewajiban), jangan lihat
hasil atau dampaknya. Merupakan asas-asas etika: penerapan teori-teori etika dalam praktek.
Dua asas etika klasik adalah beneficence (kewajiban untuk berbuat baik) dan norma leficence
(kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain). Dua asas etika
kontemporer adalah menghormati manusia (respect for reason) dan keadilan (justice)
Memotret wajah pendidikan islam dalam dimensi moral menjadi hal yang sangat
signifikan. Ini karena moral merupakan landasan fundamental bagi seseorang untuk bersikap,
bertindak, dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama. Nilainilai disini dapat berupa kejujuran dan tanggung jawab yang merupakan nilai mutlak dan
secara niscaya dimiliki setiap orang.
Tak heran kalau Muhammad SAW dan Ibrahim S.a, memandang bahwa hakikat
pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
139
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam sehingga ia dengan mudah dapat
membentuk hidupnya dalam kerangka keislaman. Maka dari itu sistem penilaian tidak hanya
mengutamakan sisi kognitif saja, tetapi ranah psikomotor maupun afektif sangat menentukan
dalam setiap proses pembelajaran.
E. Pengertian Pendidikan Karakter
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada
hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan fundamental yang memberikan
kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta
membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan
dan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.
Karakter dimaknai dengan cara berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama baik dalm lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai
nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasrkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat
istiadat, dan estetika. Karakter adalah prilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam bersikap maupun dalam berindak.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia(2008) karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dan
terejawantahkan dalm perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang
unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025
dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.
Scerenco (1997) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang
membentuk atau membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang,
suatu kelompok atau bangsa, sementara itu The Free Dictionary dalam dalam situs onlinenya
mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri- ciri yang membedakan
seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan
sebagai suatu deskripasi dari atribut, ciri-ciri, atau kemampuan seseorang.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nila dasar prilaku
yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal bebagai karakter
dirumuskan sabagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian, menghargai, kerja
sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, tanggung jawab,
kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari
perilakuayah ibunya. Dalam Bahasa Jawa dikenal istilah ―kacang ora ninggal lanjaran‖
(pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan
menjalar).kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut
membentuk karakter.
140
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter di atas maka karakter dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena
pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pengertian yang sedehana pendidikan karakter adalah hal positip apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya. Pendidikan
karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilainilai kepada para siswanya (Winton, 2010). Pendidikan karakter telah menjadi sbuah
pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional,
dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh
sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilainilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keuletan, dan
ketabahan,tanggung jawb, menghargai diri sendiri dan orang lain.
Pendidikan karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian dari
pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan
mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab
dalam hubungannya dengan Tuhannya. Definisi ini dikembangkan dari definisi yang dimuat
dalam fundestanding (2006). Departemen Pendidikan Amerika Serikat mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai berikut: ―pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berpikir
dan kebiasaan berbuat yang dapat membantu orang-orang hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, sahabat tetangga, masyarakat, dan bangsa.‖ Menjelaskan pengertian tersebut dalam
brosur pendidikan karakter dinyatakan bahwa : ―pendidikan karakter adalah suatu proses
pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah
untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek,
keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan, dan bertanggung jawab kepada
diri sendiri maupun kepada orang lain.
Lickona (1991) mendefenisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguhsungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti
nilai-nilai etis. Secara sederhana lickona (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.
Menurut Scerenko (1997) pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang
sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan
diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar),
serta praaktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang
diamati dan dipelajari).
Sementara itu Arthur dalam makalahnya bejudul Traditional Approaches to Character
Education in Britain and America (Nucci and Narvaez, 2008), mengutip Anne Lockwood
(1997)mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang
mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa seperti ternyata dalam
perkataannya: pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
141
dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan
sistematis perilaku orang muda dengan mempengaaruhi secra eksplisit nilai-nilai kepercayaan
non-relativistik (diterima luas) yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai
tersebut.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan
baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan seharhari dengan sepenuh hati
Dalam perkembangannya, bahasa Jawa ragam ini sudah mulai terkikis pada genarasi
sekarang. Padahal banyak nilai manfaat yang dipetik ketika sebuah keluarga menerapkan pola
komunikasi dan sekaligus menerapkan pola tingkah laku kepada anak-anaknya dengan
menggunakan tradisi Jawa.
Menyikapi angka perceraian yang sangat tinggi, semakin prihatinnya kita terhadap
kondisi generasi kita sekarang ini dengan sangat sedikit mengetahui adab sopan santun,
bertingkah laku, berbicara dengan orang yang lebih tua, bahkan sebagian besar generasi kita
seringkali memaknai adat Jawa dengan ―tidak gaul‖. Disadari atau tidak penerapan bahasa,
sastra, dan budaya Jawa di dalam kehidupan rumah tangga akan memberikan daya dukung
luar biasa terhadap keharmonisan rumah tangga. Anak pun juga akan menirukan apa yang
dilakukan orang tuanya. Kita bisa memberikan sedikit analisis bahwa ketika komunikasi yang
dibangun antara suami istri menggunakan krama inggil, tentu hal ini akan meminimkan
tingkat kekurangharmonisan (pertengkaran) dalam kehidupan rumah tangga seperti
pertengkaran yang menggunakan kata-kata jorok berupa pisuhan, seperti matamu ‗mata
kamu‘, ndhasmu ‗kepalamu‘ yang dalam konteks bahasa Jawa hal tersebut sangat kasar.
Namun, ketika bahasa Jawa utamanya krama inggil diterapkan dalam kehidupan rumah
tangga, maka yang terjadi konteks matamu mau tidak mau harus diganti dengan soca
panjenengen ‗mata kamu, matamu‘, dan ndhasmu ‗kepalamu, kepala kamu‘ menjadi mustaka
panjenengan. Berdasarkan contoh tersebut, yang terjadi adalah kelucuan, karena bentuk
seperti itu tidak pernah didengar ketika adu pendapat. Dengan demikian yang terjadi
keharmonisan bukan pertengkaran. Selain itu, penerapan bahasa Jawa ragam krama inggil
dalam kehidupan rumah tangga tentu akan diiringi dengan penerapan budaya Jawa seperti
membungkuk ketika berjalan di depan orang yang lebih tua, memberikan sesuatu dengan
menggunakan tangan kanan, dan lain sebaginya. Pola tingkah laku yang diterapkan di dalam
rumah tangga tentu akan menjadi teladan bagi generasi muda.
142
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal
dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan
berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan. Budi
pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi, maupun
berinteraksi anatar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita
miliki terdiri dari kebiasaan atau perangai,tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak
dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan.
Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif.
Dalam hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang
termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap,
emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran pendidikan karakter adalah proses pemberian
tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberi keputusan baik buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan
sepenuh hati
DAFTAR PUSTAKA
A.Thabrani Rusyan,dkk, Pendidikan Budi Pekerti, PT. Intemedia Cipta Nusantar, Jakarta.
Hasan oetomo, 2012,
Jakarta.
Pedoman Dasar Pendidikan Budi Pekerti, Prestasi Pustakaraya,
Muchlas Samani dan Hariyanto, 2011, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Remaja
Rosdakarya, Bandung
Nurul Zuriah, 2007, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif, Bumi Aksara,
Jakarta.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
143
Download