BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu atau pengetahuan sehingga segala apa yang diketahui berkenaan dengan suatu hal (Notoadtmojo, 2007) Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindera yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilakn pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007) 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoadtmojo (2007) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitip mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu 5 6 tetang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan objek yang dipelajarinya. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi tersebut menggunakan hukum-hukum, rumus metode dan prinsip dalam penggunaan pemecahan masalah kesehatan. 4. Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan. 5. Sintesis (Synthesisi) Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan. 7 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. 2.1.3 1. Sumber Pengetahuan Tradisi Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Tradisi merupakan kendala dalam kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat dan kebenarannya tidak pernah dicoba dan diteliti. 2. Autoritas Autoritas adalah ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan karena kita dapat secara automatis menjadi seorang ahli dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi. 3. Metode ilmiah Metode ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran, karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas (Nursalam, 2000). 8 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wahit (2007), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : 1. Umur Adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam mencari pengetahuan. Semakin lama sisa hidup di dunia maka semakin tinggi pengetahuan tentang banyak hal. 2. Pengalaman Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun oranglain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. 3. Sumber informasi Sumber informasi adalah penerangan yang dapat diperoleh dari suatu sumber yang merupakan fasilitas berupa media cetak, tv, radio dan internet. 4. Minat Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 9 2.2 Konsep Kecemasan Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologik; misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri.Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan; memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 2003). Kecemasan sebagai keadaan yang dihasilkan oleh stress atau perubahan dan sering berlawanan dengan ketakutan tetapi kecemasan berbeda dengan ketakutan, dimana kecemasan merupakan reaksi antisipasi terhadap bahaya yang tidak nyata, sedangkan ketakutan merupakan reaksi dari bahaya yang potensial atau benar-benar mengancam (Otong, 1995). Prawirohusodo (1991) mengemukakan bahwa kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dalam kadar yang bervariasi mulai dari perasaan cemas ringan sampai ketakutan yang intensif, yang berhubungan dengan ancaman bahaya. Hal ini biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik, fisiologik, autonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku yang spesifik. Dalam tingkat sedang kecemasan justru berguna karena meningkatkan daya upaya, kesadaran serta menjaga tingkat prestasi kerja dan perilaku. Tetapi bila individu tidak mampu menngendalikan atau meramalkan situasi lingkungannya maka timbul kecemasan patologis. Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan manusia tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan mencemaskan itu. Banyak 10 hal-hal yang menyebabkan kecemasan yang tidak pada tempatnya bila tidak berusaha memikirkan bagaimana cara mengatasinya (Zakiah drajat, 2001). Kecemasan pada saat batuk darah akan menyebabkan pasien untuk menahan batuk dengan upaya supaya batuk darah tidak banyak keluar. Keadaan ini memungkinkan terjadinya akumulasi darah pada jalan nafas dan dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan saluran pernapasan oleh bekuan darah. Kecemasan pada saat batuk darah yang dialami pasien merupakan respon psikologik terhadap keadaan stress yang dialaminya dimana terdapat perasaan takut yang membuat hati tidak tenang dan timbul rasa keragu-raguan. Kecemasan berat sampai panik dimana terjadi ketakutan pasien untuk batuk mengeluarkan darah, mengeluarkan darah merupakan resiko yang mungkin dapat dikurangi karena memungkinkan terjadinya resiko supucation/chocking (bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk) yang berlanjut pada tersumbatnya jalan nafas, asfiksia dan kematian.(Alsagaff.H, 1995). 2.2.1 Insiden Diperkirakan jumlah orang yang menderita gangguan kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5 % dari jumlah penduduk.Dan diperkirakan antara 2-4 % diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas (PPDGJ-II, rev.1983 dalam Hawari, 2001). Hemoptoe pada TB. Paru merupakan penyakit pembunuh utama di masyarakat saat ini. Di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dari 3 juta kasus meninggal dunia setiap tahunnya, pada umumnya Hemoptoe pada TB. Paru menyerang usia 11 produktif kerja dan golongan sosial ekonomi lemah, sehingga berdampak pada pemberdayaan SDM (Manaf. A, 1997). 2.2.2 Faktor Predisposisi Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan; antara lain teori psikoanalitik, toeri interpersonal, teori perilaku, teori keluarga dan teori biologi (Stuart and Sundeen, 1998,Hal.177). 1. Teori Psikoanalitik Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego.Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 177). 2. Teori Interpersonal Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya.Orang dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 177). 12 3. Teori Perilaku Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 179). 4. Teori Keluarga Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.Ada tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 179). 5. Teori Biologi Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk biodiazepines.Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.Penghambat Asam Amino Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin.Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap kecemasan.Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 179). 13 2.2.3 Tanda-tanda Kecemasan Menurut Stuart and Sundeen (1991), Efek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda sebagai berikut : 1. Fisiologis Nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan gangguan tidur. 2. Prilaku Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktifitas dan gerakan kurang terkoordinasi. 3. Kognitif Tidak mampu memusatkan perhatian/ konsentrasi dan pelupa, persepsi menyempit, kreativitas menurun. 4. Psikologis Respon psikologis yang dikutip Stuart and Sundeen (1991) dari Bech et. Al (1986) . 2.2.4 Tingkat Kecemasan Kecemasan dibagi dalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. Dampak dari kecemasan pada individu bervariasi sesuai dengan tingkatannya (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175). 14 1. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Mampu menghadapi situasi yang bermasalah, dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Perasaan relatif aman dan nyaman.Tanda-tanda vital normal, ketegangan otot minimal.Pupil normal atau kontriksi.Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas (Stuart and Sundeen, 1998, Hal.175). 2. Kecemasan sedang Pada kecemasan sedang, persepsi sempit dan terfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah, kesulitan dalam berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam belajar.Pandangan pengalaman pada saat ini berkaitan dengan masa lalu.Mungkin mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu; kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.Tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, tremor, bergetar (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175). 3. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat 15 memusatkan pada suatu area lain. Pembelajaran sangat terganggu; sangat kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi.Pandangan pengalaman saat ini dikaitkan pada masa lalu.Hampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi saat ini.Tanda-tanda vital meningkat, diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan turun, pupil dilatasi, otot-otot tegang, pandangan menurun, sensasi nyeri meningkat (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175). 4. Panik Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpangdan kehilangan pemikiran yang rasional.Seseorang mungkin menjadi pucat, tekanan darah menurun, hipotensi, koordinasi otot-otot lemah, nyeri, sensasi pendengaran minimal.Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 176). 2.2.5 Penilaian Tingkat Kecemasan Menurut Maramis M.E (1990) ada tes-tes kecemasan dengan pertanyaan langsung, mendengarkan cerita penderita serta mengobservasinya terutama perilaku nonverbalnya.Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk 16 menetapkan tingkatnya. Adapun salah satu cara penilaian tingkat kecemasan adalah menggunakan skala tingkat kecemasan Hamilton (Hawari, 2001) yang terdiri atas 14 item dengan perincian sebagai berikut : 1. Perasaan cemas, ditandai dengan : - Cemas (was-was, khawatir) - Firasat buruk - Takut akan pikiran sendiri - Mudah tersinggung 2. Ketegangan ditandai oleh : - Merasa tegang - Lesu - Tidak dapat istirahat tenang - Mudah terkejut - Mudah menangis - Gemetar - Gelisah 3. Ketakutan ditandai oleh : - Ketakutan pada gelap - Ketakutan ditinggal sendiri - Ketakutan pada orang asing - Ketakutan pada binatang besar - Ketakutan pada keramaian lalu lintas 17 - Ketakutan pada kerumunan orang banyak 4. Gangguan tidur ditandai oleh : - Sukar masuk tidur - Terbangun malam hari - Tidur tidak nyenyak - Bangun dengan lesu - Mimpi-mimpi - Mimpi buruk - Mimpi yang menakutkan 5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh : - Sukar konsentrasi - Daya ingat buruk - Daya ingat menurun 6. Perasaan depresi ditandai oleh : - Kehilangan minat - Sedih - Bangun dini hari - Kurangnya kesenangan pada hobi - Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7. Gejala somatik ditandai oleh : - Nyeri pada otot - Kaku 18 - Kedutan otot - Gigi gemeretak - Suara tidak stabil 8. Gejala sensorik ditandai oleh : - Tinitus (telinga berdenging) - Penglihatan kabur - Muka merah dan pucat - Merasa lemah - Perasaan ditusuk-tusuk 9. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh : - Takikardia (denyut jantung cepat) - Berdebar-debar - Nyeri dada - Denyut nadi mengeras - Rasa lemas seperti mau pingsan - Detak jantung hilang sekejap 10. Gejala pernafasan ditandai oleh : - Rasa tertekan atau sempit di dada - Perasaan tercekik - Merasa nafas pendek/ sesak - Sering menarik nafas panjang 11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh : 19 - Sulit menelan - Mual - Perut melilit - Gangguan pencernaan - Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan - Rasa panas di perut - Perut terasa kembung atau penuh - Muntah - Defekasi lembek - Berat badan menurun - Konstipasi (sukar buang air besar) 12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh : - Sering kencing - Tidak dapat menahan kencing - Amenorrhoe (tidak haid) - Menorrhagia (darah haid berlebihan) - Masa haid berkepanjangan - Masa haid amat pendek - Haid beberapa kali dalam sebulan - Frigiditas (menjadi dingin) - Ejakulasi dini - Ereksi melemah 20 - Ereksi hilang - Impotensi 13. Gejala otonom ditandai oleh : - Mulut kering - Muka kering - Mudah berkeringat - Pusing/sakit kepala - Kepala terasa berat - Bulu - bulu berdiri 14. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : - Gelisah (memainkan tangan/jari-jari, meremas-remas tangan, menarik-narik rambut, menggigit-gigit bibir) - Tidak tenang (bergerak terus, tidak dapat duduk dengan tenang) - Jari gemetar - Mengerutkan dahi atau kening - Muka tegang - Tonus otot meningkat - Nafas pendek dan cepat - Muka merah Cara penilaian : - Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali 21 - Skor 1 : 1 dari gejala yang ada - Skor 2 : 2 sampai dengan separuh dari gejala yang ada - Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada - Skor 4 : Semua gejala ada Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut : - Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan - Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan - Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang - Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat - Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali (panik) (Hawari, 2001). 2.3 Konsep Hemoptoe 2.3.1 Pendahuluan Hemoptoe atau batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran nafas akibat pecahnya pembuluh darah pada dinding kavitas.(Alsagaff, H, 1995).Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau mucus yang berdarah dan haruslah berasal dari saluran nafas bagian bawah (dari glottis ke bawah) bukan berasal dari saluran nafas bagian atas atau saluran pencernaan.(Arif, N, 1992). Hemoptoe atau batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan, berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai dari glotis ke arah distal). 22 Hemoptoe atau batuk darah adalah salah satu gejala yang penting dalam penyakit paru.Pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang gawat, dan kedua karena hemoptoe hampir selalu disebakan oleh penyakit bronkopulmonal. Oleh karena itu perlu dibuktikan apakah benar darah itu berasal dari saluran pernafasan bagian bawah.Dokter harus yakin benar bahwa darah bukan berasal dari hidung, nasofaring atau gusi.Juga harus dibuktikan apakah penderita benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah. Seperti diketahui, hemoptoe atau batuk darah adalah suatu keadaan yang mengerikan bagi penderita maupun keluarganya, sehingga dapat menyebabkan beban mental bahkan menjadi gelisah.Sebagai akibatnya, penderita sering menahan batuknya. Kalau hal itu terjadi, bahaya penyulit seperti penyumbatan jalan napas akan mengancam jiwa penderita. Oleh karena itu, ketenangan penderita mutlak diperlukan. Kira-kira 15% dari penderita hemoptoe tidak dapat ditentukan secara pasti penyebabnya meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan.Jadi jika hemoptoe tidak henti-hentinya atau berulang-ulang, harus dicurigai sebagai penyakit yang serius. Pada dasarnya hemoptoeakan berhenti sendiri, asal robekan pembuluh darah tidak luas sehingga penutupan luka cepat terjadi. 2.3.2 Pembagian Hemoptoe Hemoptoe merupakan salah satu bentuk kegawatan paru yang paling sering terjadi diantara bentuk-bentuk klinis lainnya. Tingkat kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh tiga faktor : 23 1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah didalam saluran pernafasan. Terjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi, akan tetapi ditentukan oleh refleks batuk yang berkurang atau terjadinya efek psikis dimana pasien takut dengan perdarahan yang terjadi. 2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan renjatan hipovolemik (hypovolemic shock). Bila perdarahan yang terjadi cukup banyak, maka hemoptoe tersebut digolongkan kedalam hemoptoe masif walaupun terdapat beberapa kriteria, antara lain : a. Kriteria Yeoh (1965) menetapkan bahwa hemoptoe masif terjadi apabila jumlah perdaran yang terjadi adalah sebesar 200 cc/24 jam. b. Kriteria Sdeo (1976) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila jumlah perdarahan yang terjadi lebih dari 600 cc/24 jam. 3. Adanya pneumonia aspirasi, yakni suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan.Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat, oleh karena baik bagian jalan nafas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya akibat terjadinya obstruksi total. Hemoptoe dibedakan berdasarkan : 1. Penyebabnya a. HemoptoeIdiopatik Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya. Angka kejadian sekitar 15% dengan rasio kejadian antara pria : wanita = 2 : 1. Umur terbanyak yang mengidap penyakit ini sekitar 30 - 50 tahun. Biasanya berhenti spontan dengan terapi suportif. 24 b. Hemoptoe Sekunder Yaitu perdarahan yang dapat dipastikan penyebabnya. Penyebabnya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Keradangan, Neoplasma dan Sebab yang lain. Keradangan meliputi : TB paru, Bronkitis, Bronkiektasis, Abses paru, Pneumonia khususnya Klebsiella pneumonia. Sedangkan Neoplasma meliputi : Karsinoma bronkogenik, Hemangioma dan Sebab yang lain dapat diakibatkan oleh : Hipertensi pulmonal primer, Hipertensi pulmonal sekunder (mitral stenosis/regurgitasi, gagal jantung kiri), Arteriovenous malformation, Trombo-emboli paru, infark paru, Traumatik, Idiopathic pulmonary haemosiderosis, Vaskulitis paru (Granulomatosis Wegener, Sindroma Good Pasture), Amyloidosis, Diathesis hemoragik, Penggunaan antikoagulan dan obat-obatan lain. 2. Banyaknya darah yang dibatukkan a. Menurut Pursel terdiri dari : Blood streak, Minimal haemoptoe (1 - 30 cc)Mild haemoptoe (30 - 150 cc), Moderate haemoptoe(150 - 500 cc), Massive haemoptoe(> 600 cc/24 jam) b. Menurut Johnson terdiri dari :Single haemoptoe(Hanya berupa blood streak dan berlangsung 1 - 2 hari), Repeated haemoptoe(Perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari), Frank atau Massive haemoptoe (Hanya darah yang dikeluarkan, tanpa dahak dan berjumlah 600 cc atau lebih dalam satu hari). 25 Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptoe selain terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selain hemoptoe juga mempunyai kelemahan oleh karena : a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya. b. Sebagian darai darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung. c. Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi. Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh : a. Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik (hypovolemic shock). b. Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus. Bila terjadi hemoptoe, maka harus dilakukan penilaian terhadap : a. Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis. b. Lamanya perdarahan. c. Terjadinya mengi (Wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi. d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran. 26 3. Etiologi Hemoptoe Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :Infeksi (terutama tuberculosis, abses paru, pneumonia dan kavera oleh karena jamur dan sebagainya), Kardiovaskular (stenosis mitralis dan aneurisma aorta), Neoplasma (terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus), Sebab-sebab defek (kerusakan) pada pembekuan darah, Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amoeba. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, penyebab batuk darah ada bermacam- macam. Di Indonesia sendiri, secara garis besar penyebab terbanyak dari batuk darah adalah : a. TB paru b. Karsinoma paru c. Bronkiektasis d. Mitral stenosis 2.3.3 Patogenesis Hemoptoe pada TB. Paru Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. Batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas. Oleh karena itu, proses tuberkulosis harus cukup lama (biasanya terjadi pada mereka yang telah menderita penyakit ini antara 9 bulan - 3 tahun), untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi. 27 Yang tersering menyebabkan batuk darah yang kontinyu dan kadang-kadang masif adalah kavitas yang berdinding tebal, dimana didalamnya terdapat aneurisma cabang-cabang arteria pulmonalis (Rasmussen's aneurysm) dengan proses fibrosis perivaskuler di sekitarnya yang menyebabkan perdarahan sulit berhenti, karena tidak ada otot sirkuler yang menyebabkan vasokonstriksi Rasmussen's aneurysm dapat pecah karena batuk yang keras atau erosi oleh kelenjar getah bening yang membesar. Adanya batuk darah yang masif pada penderita dengan kavitas merupakan indikasai untuk tindakan operatif. Hipoprotrombinemi pada penderita tuberkulosis yang sudah lanjut sebagai akibat toxemia mikobakterium tuberkulosa menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan. Seringkali darah yang dibatukkan bercampur dahak yang mengandung basil tahan asam dan keadaan ini berbahaya karena dapat menjadi sumber penyebaran kuman secara bronkogen (bronkopneumonia). Batuk darah dapat juga terjadi pada penderita yang sudah sembuh.Hal ini disebabkan karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosa paru.Pada keadaan ini dahak sering tidak mengandung basil tahan asam. 2.3.4 Tindakan Diagnostik Tindakan diagnostik dalam hemoptisis darah meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, radiologik dan penunjang lainnya. 28 1. Anamnesa, Meliputi : a. Membedakan batuk darah dari muntah darah dan epistaksis. Hemoptoe Muntah darah Epistaksis Didahului batuk keras Darah dimuntahkan Darah menetes dari dan rasa panas dengan rasa mual hidung Darah berbuih bercampur Darah bercampur sisa Saat batuk, kadang udara makanan pelan-pelan keluar Darah berwarna merah Darah berwarna Darah berwarna merah segar kehitaman karena segar ditenggorokan tercampur asam lambung Darah bersifat alkalis Darah bersifat asam Darah bersifat alkali Anemi jarang terjadi Anemi sering terjadi Anemi jarang terjadi b. Bentuk perdarahan, misal : - Batuk darah dengan sputum purulen menandakan adanya infeksi di paru (kemungkinan abses paru, bronkiektasis). - Batuk darah tanpa dahak yang purulen bisa mengarah ke kemungkinan tuberkulosis, karsinoma atau infark paru. - Batuk darah berwarna merah muda bercampur buih, mengarah pada edema pulmonal. c. Jumlah darah serta lamanya perdarahan, berulang atau tidak. d. Sifat batuk dan lamanya. 29 e. Gejala lainnya yang menyertai (nyeri dada, keringat malam, penurunan berat badan dan lain-lain). f. Anamnesa penyakit paru dan penyakit jantung sebelumnya. g. Anamnesa rokok dan pekerjaan. h. Riwayat penggunaan obat antikoagulansia. 2. Pemeriksaan Fisik a. Sebelum pemeriksaan paru dilakukan sebaiknya didahului pemeriksaan mulut, gigi, gusi, gigitan lidah serta pemeriksaan hidung dan tenggorokan. b. Vital sign dan status haemodinamik. c. Pemeriksaan fisik lain untuk mencari perkiraan penyebab batuk darah. 3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari Pemeriksaan darah lengkap, faal haemostasis dan Pemeriksaan sputum (bakteriologi, sitologi).Bahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung b. Pemeriksaan radiologibertujuan untuk menegakkan diagnosis adanya kelainan pada paru yang terdiri dari Xfoto thorak PA/Lateral dan CT Scan, dilakukan bila ada dugaan bronkiektasis atau karsinoma paru. c. Bronkoskopi Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti atau minimal 48 jam sesudah onset perdarahan agar lebih mudah untuk menemukan sumber perdarahan dan menentukan lokasi perdarahan. 30 Sedangkan Indikasi bronkoskopi pada batuk darah dapat dilakukan bila radiologik tidak ditemukan kelainan, batuk darah yang berulang-ulang, batuk darah masif sebagai tindakan terapeutik dan terdapat faktor resiko karsinoma paru. d. Bronkografi Dilakukan bila ada dugaan bronkiektasis, sebab sebagian penderita sukar terlihat pada pemeriksaan Xfoto thoraks. e. Angiografi pulmonal Dilakukan pada batuk masif yang persisten untuk melihat kelainan pada vaskuler yang mungkin menyebabkan perdarahan. 2.3.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan hemoptisis tergantung dari sebab dan jumlah dari perdarahan.Pada batuk yang ringan, biasanya tidak memerlukan perawatan yang khusus dan dapat berhenti sendiri.Sedangkan batuk darah yang masif memerlukan penanganan yang segera karena dapat menyebabkan kematian akibat sufokasi (asfiksia). Tujuan pokok terapi adalah : 1. Mencegah tersumbatnya saluran napas karena darah yang beku. 2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi. 3. Menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar. 4. Memperbaiki faal paru. 31 1. Terapi konservatif a. Tirah baring atau posisi trendelenburg. b. Sebaiknya berbaring kesisi yang sakit untuk mencegah menyebarnya proses dan aspirasi ke paru yang sehat. c. Menenangkan penderita d. Batuk secara perlahan untuk mengeluarkan darah dalam saluran napas sehingga tidak terjadi sufokasi. e. Bila batuk terlalu keras dan merangsang perdarahan lebih banyak, berikan obat anti batuk. f. Oksigen bila ada tanda-tanda hipoksia g. Infus cairan untuk menjaga kemungkinan atau diberi transfusi darah bila perlu (bila ada tanda-tanda syok akibat perdarahan), monitor tekanan darah dan nadi. h. Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. i. Pemberian obat-obat hemostatik jika ada kelainan faal hemostasis 2. Tindakan cepat dan tepat a. Rigid Bronchoscopy, membuka jalan napas dan penghisapan darah lebih mudah. b. Fiber Optic Bronchoscopy (FOB) untuk menghisap darah dan mencari lokasi perdarahan c. Pemasangan endotracheal tamponade 32 d. Terapi kolaps, kadang dapat membantu menghentikan perdarahan yaitu dengan cara Pneumothoraks artifisial pada sisi yang sakit, Operasi frenikus yaitu dilakukannya operasi pada permukaan pleura dimana getaran dada teraba pada palpasi diakibatkan oleh pergesekan dua permukaan yang saling berhadapan, Pneumoperitoneum yaitu adanya gas atau udara didalam kavum peritoneum dimana keadaan ini dapat terjadi spontan seperti pada abses subfrenikus atau dimasukkan dengan sengaja untuk membantu pemeriksaan radiologi dan diagnosis, Embolisasi artifisial dengan menyuntikkan gel foam melalui kateterisasi pada arteria bronkialis untuk menghentikan perdarahan, Reseksi paru : segmentektomi, lobektomi atau pneumoktomi menjadi pilihan terakhir jika cara konservatif sudah tidak mungkin dilakukan.Dapat dilakukan padaBronkiektasis yang terlokalir, Kavitas pada paru, Abses paru, Neoplasma yang dapat dioperasi dan Bronhoscopic laser therapi menggunakan therapi laser untuk mengandung tumor dan lesi serta memperluas jalan napas. 2.3.6 Komplikasi Hemoptoe 1. Penyumbatan trakea dan saluran napas sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis tapi nampak sianosis. Hal ini sering terjadi pada batuk darah masif. 2. Pneumonia aspirasi karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat. 3. Paru bagian distal kolaps dan terjadi atelektasis karena saluran napas tersumbat. 4. Bila perdarahan terjadi banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila perdarahan terjadi dalam waktu yang lama. 33 2.3.7 Prognosis 1. Pada hemoptisis idiopatik prognosis baik kecuali penderita mengalami batuk darah yang rekuren. 2. Pada hemoptisis sekunder, prognosa tergantung : a. Tingkatan batuk darah : single haemoptoe lebih baik dari repeated haemoptoe b. Macam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah : pada karsinoma bronkogenik, prognosa lebih jelek. c. Cepatnya penanganan batuk darah terutama pada batuk darah masif. 2.4 Kerangka Konsep Variabel Bebas Pengetahuan pasien tentang Hemoptoe 2.5 Variabel Terikat Tingkat Kecemasan: Ringan Sedang Berat Panik Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan tentang Hemoptoe dengan kecemasan pasien TB. Paru di ruang rawat inap RSU Swadana Tarutung Tahun 2013. Ha : Adanya hubungan pengetahuan tentang Hemoptoe dengan kecemasan pasienTB. Paru di ruang rawat inap RSU Swadana Tarutung Tahun 2013.