BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu atau pengetahuan sehingga segala apa yang diketahui berkenaan
dengan suatu hal (Notoadtmojo, 2007)
Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilakn pengetahuan dan
keterampilan (Hidayat, 2007)
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadtmojo (2007) pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitip mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
5
6
tetang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar.
Orang
yang
paham
harus
mampu
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan dan meramalkan objek yang dipelajarinya.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi tersebut
menggunakan hukum-hukum, rumus metode dan prinsip dalam penggunaan
pemecahan masalah kesehatan.
4. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitan satu sama lain, kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan
kata
kerja,
seperti
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan
dan
mengelompokkan.
5. Sintesis (Synthesisi)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru misalnya, dapat menyusun,
merencanakan, meringkas dan menyesuaikan.
7
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian.
2.1.3
1.
Sumber Pengetahuan
Tradisi
Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang tidak dianjurkan
untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Tradisi merupakan kendala
dalam kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga
validitas, manfaat dan kebenarannya tidak pernah dicoba dan diteliti.
2. Autoritas
Autoritas adalah ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan
karena kita dapat secara automatis menjadi seorang ahli dalam mengatasi setiap
permasalahan yang dihadapi.
3. Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu
kebenaran, karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis serta
dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas
dan reliabilitas (Nursalam, 2000).
8
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wahit (2007), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
1.
Umur
Adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam mencari pengetahuan. Semakin lama
sisa hidup di dunia maka semakin tinggi pengetahuan tentang banyak hal.
2.
Pengalaman
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan. Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman
sendiri maupun oranglain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
3.
Sumber informasi
Sumber informasi adalah penerangan yang dapat diperoleh dari suatu sumber
yang merupakan fasilitas berupa media cetak, tv, radio dan internet.
4. Minat
Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat sebagai suatu
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
9
2.2
Konsep Kecemasan
Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung
komponen fisiologik dan psikologik, terjadi ketika seseorang merasa terancam baik
secara fisik maupun psikologik; misalnya harga diri, gambaran diri, identitas
diri.Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan; memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 2003).
Kecemasan sebagai keadaan yang dihasilkan oleh stress atau perubahan dan
sering berlawanan dengan ketakutan tetapi kecemasan berbeda dengan ketakutan,
dimana kecemasan merupakan reaksi antisipasi terhadap bahaya yang tidak nyata,
sedangkan ketakutan merupakan reaksi dari bahaya yang potensial atau benar-benar
mengancam (Otong, 1995).
Prawirohusodo (1991) mengemukakan bahwa kecemasan adalah pengalaman
emosi yang tidak menyenangkan dalam kadar yang bervariasi mulai dari perasaan
cemas ringan sampai ketakutan yang intensif, yang berhubungan dengan ancaman
bahaya. Hal ini biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik,
fisiologik,
autonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku yang spesifik. Dalam tingkat sedang
kecemasan justru berguna karena meningkatkan daya upaya, kesadaran serta menjaga
tingkat prestasi kerja dan perilaku. Tetapi bila individu tidak mampu menngendalikan
atau meramalkan situasi lingkungannya maka timbul kecemasan patologis.
Perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa mengetahui ada yang ditakutkan
manusia tidak dapat menghilangkan perasaan gelisah dan mencemaskan itu. Banyak
10
hal-hal yang menyebabkan kecemasan yang tidak pada tempatnya bila tidak berusaha
memikirkan bagaimana cara mengatasinya (Zakiah drajat, 2001).
Kecemasan pada saat batuk darah akan menyebabkan pasien untuk menahan
batuk dengan upaya supaya batuk darah tidak banyak keluar. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya akumulasi darah pada jalan nafas dan dapat menyebabkan
kematian karena penyumbatan saluran pernapasan oleh bekuan darah. Kecemasan
pada saat batuk darah yang dialami pasien merupakan respon psikologik terhadap
keadaan stress yang dialaminya dimana terdapat perasaan takut yang membuat hati
tidak tenang dan timbul rasa keragu-raguan. Kecemasan berat sampai panik dimana
terjadi ketakutan pasien untuk batuk mengeluarkan darah, mengeluarkan darah
merupakan resiko yang mungkin dapat dikurangi karena memungkinkan terjadinya
resiko supucation/chocking (bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan
batuk)
yang
berlanjut
pada
tersumbatnya
jalan
nafas,
asfiksia
dan
kematian.(Alsagaff.H, 1995).
2.2.1
Insiden
Diperkirakan jumlah orang yang menderita gangguan kecemasan baik akut
maupun kronik mencapai 5 % dari jumlah penduduk.Dan diperkirakan antara
2-4
% diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan
cemas (PPDGJ-II, rev.1983 dalam Hawari, 2001).
Hemoptoe pada TB. Paru merupakan penyakit pembunuh utama di masyarakat
saat ini. Di seluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dari 3 juta kasus meninggal
dunia setiap tahunnya, pada umumnya Hemoptoe pada TB. Paru menyerang usia
11
produktif kerja dan golongan sosial ekonomi lemah, sehingga berdampak pada
pemberdayaan SDM (Manaf. A, 1997).
2.2.2
Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan; antara
lain teori psikoanalitik, toeri interpersonal, teori perilaku, teori keluarga dan teori
biologi (Stuart and Sundeen, 1998,Hal.177).
1. Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego.Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, ego atau aku
berfungsi menengahi tuntutan-tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut,
dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu
diatasi (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 177).
2. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.Kecemasan juga berhubungan
dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan dan kehilangan
menyebabkan seseorang tidak berdaya.Orang dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat (Stuart and Sundeen, 1998, Hal.
177).
12
3. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi, yaitu
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan
untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar
tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan
dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
kecemasan pada kehidupan selanjutnya (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 179).
4. Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga.Ada tumpang tindih antara gangguan kecemasan
dan depresi (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 179).
5. Teori Biologi
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
biodiazepines.Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.Penghambat
Asam Amino Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan,
sebagaimana halnya dengan endorphin.Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan
umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi terhadap
kecemasan.Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Stuart and Sundeen, 1998,
Hal. 179).
13
2.2.3
Tanda-tanda Kecemasan
Menurut Stuart and Sundeen (1991), Efek terhadap respon kecemasan dapat
memberikan tanda sebagai berikut :
1. Fisiologis
Nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar nafas, berkeringat, dilatasi
pupil, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual,
muntah dan gangguan tidur.
2. Prilaku
Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktifitas dan gerakan kurang
terkoordinasi.
3. Kognitif
Tidak mampu memusatkan perhatian/ konsentrasi dan pelupa, persepsi
menyempit, kreativitas menurun.
4. Psikologis
Respon psikologis yang dikutip Stuart and Sundeen (1991) dari Bech et. Al
(1986) .
2.2.4
Tingkat Kecemasan
Kecemasan dibagi dalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat
dan panik. Dampak dari kecemasan pada individu bervariasi sesuai dengan
tingkatannya (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175).
14
1. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya.
Mampu
menghadapi
situasi
yang
bermasalah,
dapat
mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Perasaan
relatif
aman
dan
nyaman.Tanda-tanda
vital
normal,
ketegangan
otot
minimal.Pupil normal atau kontriksi.Pada tingkat ini dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas (Stuart and Sundeen, 1998,
Hal.175).
2. Kecemasan sedang
Pada kecemasan sedang, persepsi sempit dan terfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah,
kesulitan dalam berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam
belajar.Pandangan pengalaman pada saat ini berkaitan dengan masa lalu.Mungkin
mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu; kesulitan dalam beradaptasi dan
menganalisa.Tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat, tremor, bergetar
(Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175).
3. Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terkini dan spesifik serta tidak
dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
15
memusatkan pada suatu area lain. Pembelajaran sangat terganggu; sangat
kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi.Pandangan pengalaman saat ini
dikaitkan pada masa lalu.Hampir tidak mampu mengerti situasi yang dihadapi
saat ini.Tanda-tanda vital meningkat, diaphoresis, ingin kencing, nafsu makan
turun, pupil dilatasi, otot-otot tegang, pandangan menurun, sensasi nyeri
meningkat (Stuart and Sundeen, 1998, Hal. 175).
4. Panik
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.Dengan panik, terjadi
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpangdan kehilangan pemikiran yang
rasional.Seseorang mungkin menjadi pucat, tekanan darah menurun, hipotensi,
koordinasi otot-otot lemah, nyeri, sensasi pendengaran minimal.Tingkat
kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart
and Sundeen, 1998, Hal. 176).
2.2.5
Penilaian Tingkat Kecemasan
Menurut Maramis M.E (1990) ada tes-tes kecemasan dengan pertanyaan
langsung, mendengarkan cerita penderita serta mengobservasinya terutama perilaku
nonverbalnya.Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk
16
menetapkan tingkatnya. Adapun salah satu cara penilaian tingkat kecemasan adalah
menggunakan skala tingkat kecemasan Hamilton (Hawari, 2001) yang terdiri atas 14
item dengan perincian sebagai berikut :
1. Perasaan cemas, ditandai dengan :
-
Cemas (was-was, khawatir)
-
Firasat buruk
-
Takut akan pikiran sendiri
-
Mudah tersinggung
2. Ketegangan ditandai oleh :
-
Merasa tegang
-
Lesu
-
Tidak dapat istirahat tenang
-
Mudah terkejut
-
Mudah menangis
-
Gemetar
-
Gelisah
3. Ketakutan ditandai oleh :
-
Ketakutan pada gelap
-
Ketakutan ditinggal sendiri
-
Ketakutan pada orang asing
-
Ketakutan pada binatang besar
-
Ketakutan pada keramaian lalu lintas
17
-
Ketakutan pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur ditandai oleh :
-
Sukar masuk tidur
-
Terbangun malam hari
-
Tidur tidak nyenyak
-
Bangun dengan lesu
-
Mimpi-mimpi
-
Mimpi buruk
-
Mimpi yang menakutkan
5. Gangguan kecerdasan ditandai oleh :
-
Sukar konsentrasi
-
Daya ingat buruk
-
Daya ingat menurun
6. Perasaan depresi ditandai oleh :
-
Kehilangan minat
-
Sedih
-
Bangun dini hari
-
Kurangnya kesenangan pada hobi
-
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Gejala somatik ditandai oleh :
-
Nyeri pada otot
-
Kaku
18
-
Kedutan otot
-
Gigi gemeretak
-
Suara tidak stabil
8. Gejala sensorik ditandai oleh :
-
Tinitus (telinga berdenging)
-
Penglihatan kabur
-
Muka merah dan pucat
-
Merasa lemah
-
Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh :
-
Takikardia (denyut jantung cepat)
-
Berdebar-debar
-
Nyeri dada
-
Denyut nadi mengeras
-
Rasa lemas seperti mau pingsan
-
Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala pernafasan ditandai oleh :
-
Rasa tertekan atau sempit di dada
-
Perasaan tercekik
-
Merasa nafas pendek/ sesak
-
Sering menarik nafas panjang
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) ditandai oleh :
19
-
Sulit menelan
-
Mual
-
Perut melilit
-
Gangguan pencernaan
-
Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan
-
Rasa panas di perut
-
Perut terasa kembung atau penuh
-
Muntah
-
Defekasi lembek
-
Berat badan menurun
-
Konstipasi (sukar buang air besar)
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) ditandai oleh :
-
Sering kencing
-
Tidak dapat menahan kencing
-
Amenorrhoe (tidak haid)
-
Menorrhagia (darah haid berlebihan)
-
Masa haid berkepanjangan
-
Masa haid amat pendek
-
Haid beberapa kali dalam sebulan
-
Frigiditas (menjadi dingin)
-
Ejakulasi dini
-
Ereksi melemah
20
-
Ereksi hilang
-
Impotensi
13. Gejala otonom ditandai oleh :
-
Mulut kering
-
Muka kering
-
Mudah berkeringat
-
Pusing/sakit kepala
-
Kepala terasa berat
-
Bulu - bulu berdiri
14. Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh :
-
Gelisah (memainkan tangan/jari-jari, meremas-remas tangan, menarik-narik
rambut, menggigit-gigit bibir)
-
Tidak tenang (bergerak terus, tidak dapat duduk dengan tenang)
-
Jari gemetar
-
Mengerutkan dahi atau kening
-
Muka tegang
-
Tonus otot meningkat
-
Nafas pendek dan cepat
-
Muka merah
Cara penilaian :
-
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali
21
-
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada
-
Skor 2 : 2 sampai dengan separuh dari gejala yang ada
-
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada
-
Skor 4 : Semua gejala ada
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan
14 dengan ketentuan sebagai berikut :
-
Skor kurang dari 14
= tidak ada kecemasan
-
Skor 14 sampai dengan 20
= kecemasan ringan
-
Skor 21 sampai dengan 27
= kecemasan sedang
-
Skor 28 sampai dengan 41
= kecemasan berat
-
Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali (panik)
(Hawari, 2001).
2.3
Konsep Hemoptoe
2.3.1
Pendahuluan
Hemoptoe atau batuk darah adalah keluarnya darah dari saluran nafas akibat
pecahnya pembuluh darah pada dinding kavitas.(Alsagaff, H, 1995).Hemoptoe adalah
ekspektorasi darah atau mucus yang berdarah dan haruslah berasal dari saluran nafas
bagian bawah (dari glottis ke bawah) bukan berasal dari saluran nafas bagian atas
atau saluran pencernaan.(Arif, N, 1992).
Hemoptoe atau batuk darah adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan,
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai dari glotis ke arah distal).
22
Hemoptoe atau batuk darah adalah salah satu gejala yang penting dalam penyakit
paru.Pertama karena merupakan bahaya potensial adanya perdarahan yang gawat, dan
kedua karena hemoptoe hampir selalu disebakan oleh penyakit bronkopulmonal.
Oleh karena itu perlu dibuktikan apakah benar darah itu berasal dari saluran
pernafasan bagian bawah.Dokter harus yakin benar bahwa darah bukan berasal dari
hidung, nasofaring atau gusi.Juga harus dibuktikan apakah penderita benar-benar
batuk darah dan bukan muntah darah.
Seperti diketahui, hemoptoe atau batuk darah adalah suatu keadaan yang
mengerikan bagi penderita maupun keluarganya, sehingga dapat menyebabkan beban
mental bahkan menjadi gelisah.Sebagai akibatnya, penderita sering menahan
batuknya. Kalau hal itu terjadi, bahaya penyulit seperti penyumbatan jalan napas akan
mengancam jiwa penderita. Oleh karena itu, ketenangan penderita mutlak diperlukan.
Kira-kira 15% dari penderita hemoptoe tidak dapat ditentukan secara pasti
penyebabnya meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan.Jadi jika hemoptoe
tidak henti-hentinya atau berulang-ulang, harus dicurigai sebagai penyakit yang
serius. Pada dasarnya hemoptoeakan berhenti sendiri, asal robekan pembuluh darah
tidak luas sehingga penutupan luka cepat terjadi.
2.3.2
Pembagian Hemoptoe
Hemoptoe merupakan salah satu bentuk kegawatan paru yang paling sering
terjadi diantara bentuk-bentuk klinis lainnya. Tingkat kegawatan dari hemoptoe
ditentukan oleh tiga faktor :
23
1.
Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah didalam saluran
pernafasan. Terjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan yang
terjadi, akan tetapi ditentukan oleh refleks batuk yang berkurang atau terjadinya
efek psikis dimana pasien takut dengan perdarahan yang terjadi.
2.
Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan
renjatan hipovolemik (hypovolemic shock). Bila perdarahan yang terjadi cukup
banyak, maka hemoptoe tersebut digolongkan kedalam hemoptoe masif
walaupun terdapat beberapa kriteria, antara lain :
a. Kriteria Yeoh (1965) menetapkan bahwa hemoptoe masif terjadi apabila
jumlah perdaran yang terjadi adalah sebesar 200 cc/24 jam.
b. Kriteria Sdeo (1976) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila
jumlah perdarahan yang terjadi lebih dari 600 cc/24 jam.
3.
Adanya pneumonia aspirasi, yakni suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau
beberapa hari setelah perdarahan.Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat,
oleh karena baik bagian jalan nafas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya akibat terjadinya obstruksi total.
Hemoptoe dibedakan berdasarkan :
1. Penyebabnya
a. HemoptoeIdiopatik
Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya. Angka kejadian sekitar
15% dengan rasio kejadian antara pria : wanita = 2 : 1. Umur terbanyak yang
mengidap penyakit ini sekitar 30 - 50 tahun. Biasanya berhenti spontan
dengan terapi suportif.
24
b. Hemoptoe Sekunder
Yaitu perdarahan yang dapat dipastikan penyebabnya. Penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu Keradangan, Neoplasma dan Sebab yang lain.
Keradangan meliputi : TB paru, Bronkitis, Bronkiektasis, Abses paru,
Pneumonia khususnya Klebsiella pneumonia. Sedangkan Neoplasma meliputi
: Karsinoma bronkogenik, Hemangioma dan Sebab yang lain dapat
diakibatkan oleh : Hipertensi pulmonal primer, Hipertensi pulmonal sekunder
(mitral stenosis/regurgitasi, gagal jantung kiri), Arteriovenous malformation,
Trombo-emboli paru, infark paru, Traumatik, Idiopathic pulmonary
haemosiderosis, Vaskulitis paru (Granulomatosis Wegener, Sindroma Good
Pasture), Amyloidosis, Diathesis hemoragik, Penggunaan antikoagulan dan
obat-obatan lain.
2. Banyaknya darah yang dibatukkan
a. Menurut Pursel terdiri dari : Blood streak, Minimal haemoptoe (1 - 30 cc)Mild
haemoptoe (30 - 150 cc), Moderate haemoptoe(150 - 500 cc), Massive
haemoptoe(> 600 cc/24 jam)
b. Menurut Johnson terdiri dari :Single haemoptoe(Hanya berupa blood streak
dan berlangsung 1 - 2 hari), Repeated haemoptoe(Perdarahan berlangsung
lebih dari 7 hari), Frank atau Massive haemoptoe (Hanya darah yang
dikeluarkan, tanpa dahak dan berjumlah 600 cc atau lebih dalam satu hari).
25
Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptoe selain
terjadi vasokonstriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar
Hb tidak selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi.
Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selain hemoptoe juga mempunyai
kelemahan oleh karena :
a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang
dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang
hilang sesungguhnya.
b.
Sebagian darai darah tertelan dan dikeluarkan bersama-sama dengan tinja,
sehingga tidak ikut terhitung.
c.
Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi.
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptoe ditentukan oleh :
a.
Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik
(hypovolemic shock).
b.
Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus.
Bila terjadi hemoptoe, maka harus dilakukan penilaian terhadap :
a.
Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.
b.
Lamanya perdarahan.
c.
Terjadinya mengi (Wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.
d.
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.
26
3.
Etiologi Hemoptoe
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :Infeksi (terutama
tuberculosis, abses paru, pneumonia dan kavera oleh karena jamur dan
sebagainya), Kardiovaskular (stenosis mitralis dan aneurisma aorta), Neoplasma
(terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus), Sebab-sebab defek
(kerusakan) pada pembekuan darah, Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses
amoeba.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, penyebab batuk darah ada bermacam-
macam. Di Indonesia sendiri, secara garis besar penyebab terbanyak dari batuk darah
adalah :
a.
TB paru
b.
Karsinoma paru
c.
Bronkiektasis
d.
Mitral stenosis
2.3.3
Patogenesis Hemoptoe pada TB. Paru
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. Batuk
darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah
pada dinding kavitas. Oleh karena itu, proses tuberkulosis harus cukup lama
(biasanya terjadi pada mereka yang telah menderita penyakit ini antara 9 bulan - 3
tahun), untuk dapat menimbulkan batuk dengan ekspektorasi.
27
Yang tersering menyebabkan batuk darah yang kontinyu dan kadang-kadang
masif adalah kavitas yang berdinding tebal, dimana didalamnya terdapat aneurisma
cabang-cabang arteria pulmonalis (Rasmussen's aneurysm) dengan proses fibrosis
perivaskuler di sekitarnya yang menyebabkan perdarahan sulit berhenti, karena tidak
ada otot sirkuler yang menyebabkan vasokonstriksi Rasmussen's aneurysm dapat
pecah karena batuk yang keras atau erosi oleh kelenjar getah bening yang membesar.
Adanya batuk darah yang masif pada penderita dengan kavitas merupakan indikasai
untuk tindakan operatif.
Hipoprotrombinemi pada penderita tuberkulosis yang sudah lanjut sebagai akibat
toxemia mikobakterium tuberkulosa menyebabkan mudahnya terjadi perdarahan.
Seringkali darah yang dibatukkan bercampur dahak yang mengandung basil
tahan asam dan keadaan ini berbahaya karena dapat menjadi sumber penyebaran
kuman secara bronkogen (bronkopneumonia).
Batuk darah dapat juga terjadi pada penderita yang sudah sembuh.Hal ini
disebabkan karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang
merupakan salah satu penyulit tuberkulosa paru.Pada keadaan ini dahak sering tidak
mengandung basil tahan asam.
2.3.4 Tindakan Diagnostik
Tindakan diagnostik dalam hemoptisis darah meliputi anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, radiologik dan penunjang lainnya.
28
1. Anamnesa,
Meliputi :
a. Membedakan batuk darah dari muntah darah dan epistaksis.
Hemoptoe
Muntah darah
Epistaksis
Didahului batuk keras
Darah dimuntahkan
Darah menetes dari
dan rasa panas
dengan rasa mual
hidung
Darah berbuih bercampur
Darah bercampur sisa
Saat batuk, kadang
udara
makanan
pelan-pelan keluar
Darah berwarna merah
Darah berwarna
Darah berwarna merah
segar
kehitaman karena
segar
ditenggorokan
tercampur asam lambung
Darah bersifat alkalis
Darah bersifat asam
Darah bersifat alkali
Anemi jarang terjadi
Anemi sering terjadi
Anemi jarang terjadi
b. Bentuk perdarahan, misal :
-
Batuk darah dengan sputum purulen menandakan adanya infeksi di paru
(kemungkinan abses paru, bronkiektasis).
-
Batuk darah tanpa dahak yang purulen bisa mengarah ke kemungkinan
tuberkulosis, karsinoma atau infark paru.
-
Batuk darah berwarna merah muda bercampur buih, mengarah pada
edema pulmonal.
c. Jumlah darah serta lamanya perdarahan, berulang atau tidak.
d. Sifat batuk dan lamanya.
29
e. Gejala lainnya yang menyertai (nyeri dada, keringat malam, penurunan berat
badan dan lain-lain).
f. Anamnesa penyakit paru dan penyakit jantung sebelumnya.
g. Anamnesa rokok dan pekerjaan.
h. Riwayat penggunaan obat antikoagulansia.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sebelum pemeriksaan paru dilakukan sebaiknya didahului pemeriksaan mulut,
gigi, gusi, gigitan lidah serta pemeriksaan hidung dan tenggorokan.
b. Vital sign dan status haemodinamik.
c. Pemeriksaan fisik lain untuk mencari perkiraan penyebab batuk darah.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari Pemeriksaan darah lengkap, faal
haemostasis dan Pemeriksaan sputum (bakteriologi, sitologi).Bahan dapat
diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung
b. Pemeriksaan radiologibertujuan untuk menegakkan diagnosis adanya kelainan
pada paru yang terdiri dari Xfoto thorak PA/Lateral dan CT Scan, dilakukan
bila ada dugaan bronkiektasis atau karsinoma paru.
c. Bronkoskopi
Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti atau minimal 48 jam
sesudah onset perdarahan agar lebih mudah untuk menemukan sumber
perdarahan dan menentukan lokasi perdarahan.
30
Sedangkan Indikasi bronkoskopi pada batuk darah dapat dilakukan bila
radiologik tidak ditemukan kelainan, batuk darah yang berulang-ulang, batuk
darah masif sebagai tindakan terapeutik dan terdapat faktor resiko karsinoma
paru.
d. Bronkografi
Dilakukan bila ada dugaan bronkiektasis, sebab sebagian penderita sukar
terlihat pada pemeriksaan Xfoto thoraks.
e. Angiografi pulmonal
Dilakukan pada batuk masif yang persisten untuk melihat kelainan pada
vaskuler yang mungkin menyebabkan perdarahan.
2.3.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
hemoptisis
tergantung
dari
sebab
dan
jumlah
dari
perdarahan.Pada batuk yang ringan, biasanya tidak memerlukan perawatan yang
khusus dan dapat berhenti sendiri.Sedangkan batuk darah yang masif memerlukan
penanganan yang segera karena dapat menyebabkan kematian akibat sufokasi
(asfiksia).
Tujuan pokok terapi adalah :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas karena darah yang beku.
2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi.
3. Menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.
4. Memperbaiki faal paru.
31
1. Terapi konservatif
a. Tirah baring atau posisi trendelenburg.
b. Sebaiknya berbaring kesisi yang sakit untuk mencegah menyebarnya proses
dan aspirasi ke paru yang sehat.
c. Menenangkan penderita
d. Batuk secara perlahan untuk mengeluarkan darah dalam saluran napas
sehingga tidak terjadi sufokasi.
e. Bila batuk terlalu keras dan merangsang perdarahan lebih banyak, berikan
obat anti batuk.
f. Oksigen bila ada tanda-tanda hipoksia
g. Infus cairan untuk menjaga kemungkinan atau diberi transfusi darah bila perlu
(bila ada tanda-tanda syok akibat perdarahan), monitor tekanan darah dan
nadi.
h. Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
i. Pemberian obat-obat hemostatik jika ada kelainan faal hemostasis
2. Tindakan cepat dan tepat
a. Rigid Bronchoscopy, membuka jalan napas dan penghisapan darah lebih
mudah.
b. Fiber Optic Bronchoscopy (FOB) untuk menghisap darah dan mencari lokasi
perdarahan
c. Pemasangan endotracheal tamponade
32
d. Terapi kolaps, kadang dapat membantu menghentikan perdarahan yaitu
dengan cara Pneumothoraks artifisial pada sisi yang sakit, Operasi frenikus
yaitu dilakukannya operasi pada permukaan pleura dimana getaran dada
teraba pada palpasi diakibatkan oleh pergesekan dua permukaan yang saling
berhadapan, Pneumoperitoneum yaitu adanya gas atau udara didalam kavum
peritoneum dimana keadaan ini dapat terjadi spontan seperti pada abses
subfrenikus atau dimasukkan dengan sengaja untuk membantu pemeriksaan
radiologi dan diagnosis, Embolisasi artifisial dengan menyuntikkan gel foam
melalui kateterisasi pada arteria bronkialis untuk menghentikan perdarahan,
Reseksi paru : segmentektomi, lobektomi atau pneumoktomi menjadi pilihan
terakhir jika cara konservatif sudah tidak mungkin dilakukan.Dapat dilakukan
padaBronkiektasis yang terlokalir, Kavitas pada paru, Abses paru, Neoplasma
yang dapat dioperasi dan Bronhoscopic laser therapi menggunakan therapi
laser untuk mengandung tumor dan lesi serta memperluas jalan napas.
2.3.6
Komplikasi Hemoptoe
1. Penyumbatan trakea dan saluran napas sehingga timbul sufokasi yang sering fatal.
Penderita tidak tampak anemis tapi nampak sianosis. Hal ini sering terjadi pada
batuk darah masif.
2. Pneumonia aspirasi karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat.
3. Paru bagian distal kolaps dan terjadi atelektasis karena saluran napas tersumbat.
4. Bila perdarahan terjadi banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila
perdarahan terjadi dalam waktu yang lama.
33
2.3.7
Prognosis
1. Pada hemoptisis idiopatik prognosis baik kecuali penderita mengalami batuk
darah yang rekuren.
2. Pada hemoptisis sekunder, prognosa tergantung :
a. Tingkatan batuk darah : single haemoptoe lebih baik dari repeated haemoptoe
b. Macam penyakit dasar yang menyebabkan batuk darah : pada karsinoma
bronkogenik, prognosa lebih jelek.
c. Cepatnya penanganan batuk darah terutama pada batuk darah masif.
2.4
Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Pengetahuan pasien tentang
Hemoptoe
2.5
Variabel Terikat
Tingkat Kecemasan:
 Ringan
 Sedang
 Berat
 Panik
Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan tentang Hemoptoe dengan kecemasan pasien
TB. Paru di ruang rawat inap RSU Swadana Tarutung Tahun 2013.
Ha : Adanya hubungan pengetahuan tentang Hemoptoe dengan kecemasan pasienTB.
Paru di ruang rawat inap RSU Swadana Tarutung Tahun 2013.
Download